BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Intensi Turnoverrepository.ump.ac.id/6599/3/BAB II_RIDWAN...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Intensi Turnoverrepository.ump.ac.id/6599/3/BAB II_RIDWAN...
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Intensi Turnover
1. Intensi
a. Pengertian Intensi
Intensi (intention) adalah satu perjuangan guna mencapai satu tujuan,
ciri-ciri yang dapat dibedakan dari proses-proses psikologis, yang
mencakup referensi atau kaitannya dengan satu objek (Chaplin, 2004).
Intensi merupakan probabilitas atau kemungkinan yang bersifat
subjektif, yaitu perkiraan seseorang mengenai seberapa besar
kemungkinannya untuk melakukan suatu tindakan tertentu (Anwar dkk,
2005).
Intensi adalah komponen dalam diri individu yang mengacu pada
keinginan untuk melakukan tingkah laku tertentu. Hal-hal yang
diasumsikan dapat menangkap faktor -faktor yang memotivasi dan yang
berdampak kuat pada tingkah laku (Fishbein dan Ajzen, 1975). Sebuah
peristiwa akan menimbulkan respon dari individu dan kemudian akan
melibatkan proses internal untuk suatu pencapaian keputusan, tingkah laku
tersebut akan dilakukan atau tidak dilakukan (Fishbein dan Ajzen, 1975).
Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan secara
umum bahwa intensi adalah komponen dalam diri individu yang
mempengaruhi seberapa besar kemungkinan individu melakukan suatu
Hubungan Antara Hardiness…, Ridwan Evendi, Fakultas Psikologi UMP, 2012
10
tindakan tertentu.
Intensi akan memberikan petunjuk tentang kemungkinan seseorang
untuk melakukan suatu perilaku tertentu, sebagaimana yang dinyatakan
oleh Ajzen dan Fishbein (1975) bahwa intensi berperilaku adalah
kemungkinan subjektif subjek untuk melakukan suatu perilaku tertentu.
Norma subjektif subjek ditentukan oleh keyakinannya pada apa yang
dianggap penting oleh orang-orang yang dianggap penting, oleh subjek
(significant person), orang yang dianggap penting oleh subjek dapat
memberikan dukungan bagi subjek untuk menentukan keyakinannya,
orang yang dekat dengan subjek atau orang yang dianggap penting dan
pendapatnya dipercayai oleh subjek.
Intensi adalah bagian penting teori tindakan beralasan (Theory of
reasoned action) dari Fishbein dan Ajzen (1975). Intensi merupakan
prediktor sukses dari perilaku karena ia menjembatani sikap dan perilaku.
Intensi dipandang sebagai ubahan yang paling dekat dari individu untuk
melakukan perilaku, maka dengan demikian intensi dapat dipandang
sebagai hal yang khusus dari keyakinan yang obyeknya selalu individu dan
atribusinya selalu perilaku (Fishbein dan Ajzen, 1975). Intensi dapat
menunjukkan seberapa besar kemauan seseorang untuk berusaha
melakukan suatu tingkah laku tertentu.
Hubungan Antara Hardiness…, Ridwan Evendi, Fakultas Psikologi UMP, 2012
11
b. Faktor Penentu Intensi
Intensi perilaku menururt Fishbein dan Ajzen (1975) dapat
dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu :
1) Keyakinan perilaku, yang merupakan dasar bagi pembentukan norma
subyektif. Di dalam sikap terhadap perilaku terdapat dua aspek pokok,
yaitu keyakinan individu bahwa menampilkan atau tidak menampilkan
perilaku tertentu akan menghasilkan akibat-akibat atau hasil-hasil
tertentu, dan merupakan aspek pengetahuan individu tentang obyek
sikap dapat pula berupa opini individu, hal yang belum tentu sesuai
dengan kenyataan. Semakin positif keyakinan individu akan akibat dari
suatu obyek sikap, maka akan semakin positif pula sikap individu
terhadap obyek tersebut, demikian pula sebaliknya (Fisbein dan Ajzen,
1975).
2) Keyakinan normatif, yaitu keyakinan individu akan norma, orang
sekitarnya dan motivasi individu untuk mengikuti norma tersebut. Di
dalam norma subyektif terdapat dua aspek pokok yaitu keyakinan akan
harapan, referensi norma harapan, merupakan pandangan pihak lain
yang dianggap penting oleh individu yang menyarankan individu untuk
menampilkan atau tidak menampilkan perilaku tertentu serta motivasi
untuk mematuhi harapan normatif.
3) Kontrol perilaku, yang merupakan dasar bagi pembentukan kontrol
perilaku yang dipersepsikan. Kontrol perilaku yang dipersepsi
merupakan persepsi terhadap kekuatan faktor-faktor yang
Hubungan Antara Hardiness…, Ridwan Evendi, Fakultas Psikologi UMP, 2012
12
mempermudah atau mempersulit. Persepsi terhadap faktor-faktor yang
memudahkan atau menghalau faktor yang menyulitkan penampilan
perilaku tertentu.
Intensi seringkali terlihat sebagai komponen konatif dari sikap, dan
pada umumnya diasumsikan bahwa komponen konatif tersebut berkaitan
dengan komponen afektif dari sikap. Konsepsi/pengertian tersebut telah
mengacu pada asumsi terhadap keterikatan yang kuat antara sikap dan
intensi (Ajzen dan Fishbein, 1975).
c. Aspek-Aspek Intensi
Intensi sebagai niat untuk melakukan suatu perilaku demi mencapai
tujuan tertentu memiliki beberapa aspek. Menurut Fishbein dan Ajzen
(1975 ) intensi memiliki empat aspek, yaitu :
1) Perilaku (behavior), yaitu perilaku spesifik yang nantinya akan
diwujudkan.
2) Sasaran (target), yaitu objek yang menjadi sasaran perilaku. Objek yang
menjadi sasaran dari perilaku spesifik dapat digolongkan menjadi tiga,
yaitu orang tertentu/objek tertentu (particular object), sekelompok
orang/sekelompok objek (a class of object), dan orang atau objek pada
umumnya (any object).
3) Situasi (situation), yaitu situasi yang mendukung untuk dilakukannya
suatu perilaku (bagaimana dan dimana perilaku itu akan diwujudkan).
Situasi dapat pula diartikan sebagai lokasi terjadinya perilaku.
Hubungan Antara Hardiness…, Ridwan Evendi, Fakultas Psikologi UMP, 2012
13
4) Waktu (time), yaitu waktu terjadinya perilaku yang meliputi waktu
tertentu, dalam satu periode atau tidak terbatas dalam satu periode,
misalnya waktu yang spesifik (hari tertentu, tanggal tertentu, jam
tertentu), periode tertentu (bulan tertentu), dan waktu yang tidak
terbatas (waktu yang akan datang).
Sependapat dengan Fishbein dan Ajzen, Smet (1994) juga
mengemukakan bahwa intensi memiliki empat aspek, yaitu:
1) Tindakan (action), bahwa intensi akan menimbulkan suatu perilaku.
2) Sasaran (target), merupakan objek yang menjadi sasaran dari perilaku.
3) Konteks (context), menunjukkan pada situasi yang mendukung
munculnya perilaku.
4) Waktu (time), menunjukkan kapan suatu perilaku muncul.
Dari teori intensi yang dikemukakan Fisbean dan Ajzen serta Smet
maka dapat disimpulkan bahwa aspek intensi yaitu: perilaku, sasaran,
situasi, dan waktu.
2. Turnover
a. Pengertian Turnover
Mobley (1986) memberikan batasan pengertian pada turnover atau
pergantian karyawan sebagai berhentinya individu sebagai anggota suatu
organisasi/perusahaan yang bersangkutan.
Jewell (dalam Utami, 2008) memberikan pengertian khusus pada
turnover yaitu mengacu pada anggota organisasi yang keluar.
Hubungan Antara Hardiness…, Ridwan Evendi, Fakultas Psikologi UMP, 2012
14
Jackofsky dan Peter (dalam Kurniawan, 2010) memberi batasan
turnover sebagai perpindahan karyawan dari pekerjaannya yang sekarang.
Cascio (1987) mendefinisikan turnover sebagai berhentinya hubungan
kerja secara permanen antara perusahaan dengan karyawannya.
Maier (1971) menyebutkan turnover sebagai perpisahan antara
perusahaan dan pekerja, sedangkan Scott (dalam Utami, 1977)
mendefinisikan gejala turnover sebagai perpindahan tenaga kerja dari dan
ke sebuah perusahaan.
Dari beberapa definisi di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa
turnover adalah keluar atau berpindahnya karyawan dari perusahaan baik
secara sukarela maupun terpaksa dan disertai pemberian imbalan.
b. Indikasi Turnover
Menurut Harnoto (2002) turnover ditandai oleh berbagai hal yang
menyangkut perilaku karyawan, antara lain absensi yang meningkat, mulai
malas kerja, naiknya keberanian untuk melanggar tata tertib kerja,
keberanian untuk menentang atau protes kepada atasan, maupun
keseriusan untuk menyelesaikan semua tanggung jawab karyawan yang
sangat berbeda dari biasanya. Indikasi-indikasi tersebut bisa digunakan
sebagai acuan untuk memprediksikan terjadinya turnover karyawan dalam
sebuah perusahaan.
Hubungan Antara Hardiness…, Ridwan Evendi, Fakultas Psikologi UMP, 2012
15
a. Absensi yang meningkat
Karyawan yang berkinginan untuk melakukan pindah kerja, biasanya
ditandai dengan absensi yang semakin meningkat. Tingkat tanggung jawab
karyawan dalam fase ini sangat kurang dibandingkan dengan sebelumnya.
b. Mulai malas bekerja
Karyawan yang berkinginan untuk melakukan pindah kerja, akan
lebih malas bekerja karena orientasi karyawan ini adalah bekerja di tempat
lainnya yang dipandang lebih mampu memenuhi semua keinginan
karyawan bersangkutan
c. Peningkatan terhadap pelanggaran tata tertib kerja
Berbagai pelanggaran terhadap tata tertib dalam lingkungan pekerjaan
sering dilakukan karyawan yang akan melakukan turnover. Karyawan
lebih sering meninggalkan tempat kerja ketika jam-jam kerja berlangsung,
maupun berbagai bentuk pelanggaran lainnya
d. Peningkatan protes terhadap atasan
Karyawan yang berkinginan untuk melakukan pindah kerja, lebih
sering melakukan protes terhadap kebijakan-kebijakan perusahaan kepada
atasan. Materi protes yang ditekankan biasanya berhubungan dengan balas
jasa atau aturan lain yang tidak sependapat dengan keinginan karyawan
e. Perilaku positif yang sangat berbeda dari biasanya
Biasanya hal ini berlaku untuk karyawan yang karakteristik positif.
Karyawan ini mempunyai tanggung jawab yang tinggi terhadap tugas yang
dibebankan, dan jika perilaku positif karyawan ini meningkat jauh dan
Hubungan Antara Hardiness…, Ridwan Evendi, Fakultas Psikologi UMP, 2012
16
berbeda dari biasanya justru menunjukkan karyawan ini akan melakukan
turnover.
3. Intensi Turnover
a. Pengertian Intensi Turnover
Berdasarkan pengertian dari intensi dan turnover di atas maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa intensi turnover adalah keinginana atau niat
karyawan dari suatu perusahaan atau organisasi untuk keluar dari
tempatnya bekerja secara sadar dan sukarela.
b. Aspek-aspek Intensi Turnover
Aspek intensi turnover merupakan gabungan dari aspek intensi dari
Ajzen dan Fishben (1975) dan indikasi turnover dari Harnoto (2002) yaitu:
1) Perilaku (behavior), yaitu perilaku spesifik yang nantinya akan
diwujudkan. Dalam konteks tunover, perilaku spesifik yang akan
diwujudkan yaitu bentuk-bentuk perilaku yang mengarah ke arah
turnover yaitu sering membolos, tidak maksimal bekerja, berusaha
mencari kerja lain dan berbuat curang.
2) Sasaran (target), yaitu objek yang menjadi sasaran perilaku. Objek yang
menjadi sasaran dari perilaku spesifik dapat digolongkan menjadi tiga,
yaitu orang tertentu/objek tertentu (particular object), sekelompok
orang/sekelompok objek (a class of object), dan orang atau objek pada
umumnya (any object). Dalam konteks tunover, objek yang menjadi
Hubungan Antara Hardiness…, Ridwan Evendi, Fakultas Psikologi UMP, 2012
17
sasaran yaitu pekerjaan yang lebih baik, atasan, rekan kerja, absen, dan
upah.
3) Situasi (situation), yaitu situasi yang mendukung untuk dilakukannya
suatu perilaku (bagaimana dan dimana perilaku itu akan diwujudkan).
Situasi dapat pula diartikan sebagai lokasi terjadinya perilaku. Dalam
konteks tunover, situasi yang menyebabkan turnover yaitu tidak
mendapat promosi dan masa depan.
4) Waktu (time), yaitu waktu terjadinya perilaku yang meliputi waktu
tertentu, dalam satu periode atau tidak terbatas dalam satu periode,
misalnya waktu yang spesifik (hari tertentu, tanggal tertentu, jam
tertentu), periode tertentu (bulan tertentu), dan waktu yang tidak
terbatas (waktu yang akan datang).
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Intensi Turnover
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya turnover cukup
kompleks dan saling berkait satu sama lain. Menurut Maier (1971), faktor-
faktor yang mempengaruhi intensi turnover yaitu:
1) Usia
Maier (1971) mengemukakan pekerja muda mempunyai tingkat
turnover yang lebih tinggi daripada pekerja-pekerja yang lebih tua.
Penelitian-penelitian terdahulu menunjukkan adanya hubungan yang
signifikan antara usia dan intensi turnover dengan arah hubungan negatif.
Artinya semakin tinggi usia seseorang, semakin rendah intensi untuk
melakukan turnover. Karyawan yang lebih muda lebih tinggi
Hubungan Antara Hardiness…, Ridwan Evendi, Fakultas Psikologi UMP, 2012
18
kemungkinan untuk keluar. Hal ini mungkin disebabkan pekerja yang
lebih tua enggan berpindah-pindah tempat kerja karena berbagai alasan
seperti tanggung jawab keluarga, mobilitas yang menurun, tidak mau
repot pindah kerja dan memulai pekerjaan di tempat kerja baru, atau
karena energi yang sudah berkurang, dan lebih lagi karena senioritas yang
belum tentu diperoleh di tempat kerja yang baru walaupun gaji dan
fasilitasnya lebih besar.
2) Lama Kerja
Turnover lebih banyak terjadi pada karyawan dengan masa kerja
lebih singkat. Interaksi dengan usia, kurangnya sosialisasi awal
merupakakan keadaan-keadaan yang memungkinkan terjadinya turnover
tersebut. Karyawan sering pula menemukan harapan-harapan mereka
terhadap pekerjaan atau perusahaan itu berbeda dengan kenyataan yang
didapat. Disamping itu, umumnya pekerja-pekerja baru itu masih muda
usianya, masih punya keberanian untuk berusaha mencari perusahaan
dan pekerjaan yang sesuai dengan yang diharapkan.
3) Tingkat pendidikan dan inteligensi.
Dalam hal ini Maier (1971) membahas pengaruh intelegensi terhadap
turnover. Dikatakan bahwa mereka yang mempunyai tingkat intelegensi
tidak terlalu tinggi akan memandang tugas-tugas yang sulit sebagai
tekanan dan sumber kecemasan. Ia mudah merasa gelisah akan tanggung
jawab yang diberikan padanya dan merasa tidak aman.
Hubungan Antara Hardiness…, Ridwan Evendi, Fakultas Psikologi UMP, 2012
19
4) Keikatan terhadap perusahaan.
Pekerja yang mempunyai rasa keikatan yang kuat terhadap
perusahaan tempat ia bekerja berarti mempunyai dan membentuk
perasaan memiliki (sense of belonging), rasa aman, efikasi, tujuan dan
arti hidup, serta gambaran diri yang positif. Akibat secara langsung
adalah menurunnya dorongan diri untuk berpindah pekerjaan dan
perusahaan.
5) Kepuasan kerja.
Ketidakpuasan yang menjadi penyebab turnover memiliki banyak
aspek, diantara aspek-aspek itu adalah ketidakpuasan terhadap
manajemen perusahaan, kondisi kerja, mutu pengawasan, penghargaan,
gaji, promosi dan hubungan interpersonal.
6) Budaya perusahaan.
Budaya perusahaan merupakan suatu kekuatan tak terlihat yang
mempengaruhi pemikiran, perasaan, pembicaraan maupun tindakan
manusia yang bekerja di dalam perusahaan. Budaya perusahaan
mempengaruhi persepsi mereka, menentukan dan mengharapkan
bagaimana cara individu bekerja sehari-hari dan dapat membuat individu
tersebut merasa senang dalam menjalankan tugasnya. Robbins (2006)
menyatakan bahwa budaya perusahaan yang kuat memiliki pengaruh yang
cukup besar terhadap perilaku karyawan dan secara langsung mengurangi
turnover. Dalam budaya yang kuat, nilai-nilai utama sebuah organisasi
atau perusahaan sangat dipegang teguh dan tertanam pada seluruh
Hubungan Antara Hardiness…, Ridwan Evendi, Fakultas Psikologi UMP, 2012
20
karyawannya. Semakin banyak karyawan yang menerima nilai-nilai
tersebut dan semakin besarkomitmen terhadapnya maka semakin kuat
budaya perusahaan itu.
B. Hardiness
1. Pengertian Hardiness
Kobasa dan Maddi (2005) menjelaskan hardiness sebagai suatu
konstelasi karakteristik kepribadian yang berfungsi sebagai sumber daya
untuk menghadapi peristiwa-peristiwa hidup yang menimbulkan stres.
Mc.Cubbi (dalam Smet, 1994) mengungkapkan bahwa hardiness
merupakan kekuatan dasar individu untuk menemukan kapasitas dalam
menghadap tekanan. Menurut Sheridan dan Radmacher (dalam Smet
1994) hardiness merupakan kepercayan bahwa seseorang akan survive dan
mampu tumbuh, belajar dan menghadapi tantangan.
Cotton (dalam Heriyanto, 2011), lebih jelas lagi mengartikan
hardiness sebagai komitmen yang kuat terhadap diri sendiri, sehingga
dapat menciptakan tingkah laku yang aktif terhadap lingkungan dan
perasaan bermakna yang menetralkan efek negatif stres.
Sementara Quick (1997) menyatakan hardiness sebagai konstruksi
kepribadian yang merefleksikan sebuah orientasi yang lebih optimistis
terhadap hal-hal yang menyebabkan stres. Ini sesuai dengan pendapat
Kobasa dan Maddi (2005) yang melihat hardiness sebagai kecenderungan
untuk mempersepsikan atau memandang peristiwa-peristiwa hidup yang
Hubungan Antara Hardiness…, Ridwan Evendi, Fakultas Psikologi UMP, 2012
21
potensial mendatangkan stres sebagai sesuatu yang tidak terlalu
mengancam.
Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan secara
umum bahwa hardiness merupakan suatu konstelasi karakteristik
kepribadian yang menjadi kekuatan dasar untuk menemukan kapasitas
dalam menghadapi tekanan, sehingga dapat menciptakan tingkah laku
yang aktif terhadap lingkungan dan perasaan bermakna yang menetralkan
efek negatif stres.
2. Aspek Hardiness
Franken (dalam Heriyanto, 2011) menjelaskan adanya tiga aspek
hardiness. Ketiga aspek itu adalah :
a. Kontrol
Kontrol adalah keyakinan individu bahwa dirinya dapat
mempengaruhi peristiwa-peristiwa yang terjadi atas dirinya, Kobasa dan
Maddi (2005). Aspek ini berisi keyakinan bahwa individu dapat
memengaruhi atau mengendalikan apa saja yang terjadi dalam hidupnya.
Individu percaya bahwa dirinya dapat menentukan terjadinva sesuatu
dalam hidupnya, sehingga tidak mudah menyerah ketika sedang berada
dalam keadaan tertekan.
Individu dengan hardiness yang tinggi memiliki pandangan bahwa
semua kejadian dalam lingkungan dapat ditangani oleh dirinya sendiri
dan ia bertanggung jawab terhadap apa yang harus dilakukan sebagai
Hubungan Antara Hardiness…, Ridwan Evendi, Fakultas Psikologi UMP, 2012
22
respon terhadap stres.
b. Komitmen
Komitmen adalah kecenderungan untuk melibatkan diri dalam
aktivitas yang sedang dihadapi, Kobasa dan Maddi (2005). Aspek ini
berisi keyakinan bahwa hidup itu bemakna dan memiliki tujuan. Individu
juga berkeyakinan teguh pada dirinya sendiri walau apapun yang akan
terjadi.
Individu dengan hardiness yang tinggi percaya akan nilai-nilai
kebenaran, kepentingan dan nilai-nilai yang menarik tentang siapakah
dirinya dan apa yang marnpu ia lakukan. Selain itu, individu dengan
hardiness yang tinggi juga percaya bahwa perubahan akan membantu
dirinya berkernbang dan mendapatkan kebijaksanaan serta belajar banyak
dari pengalaman yang telah didapat.
c. Tantangan
Tantangan adalah kecenderungan untuk memandang suatu perubahan
yang terjadi sebagai kesempatan untuk mengembangkan diri, bukan
sebagai ancarnan terhadap rasa amannya, Kobasa dan Maddi (2005).
Aspek ini berupa pengertian bahwa hal-hal yang sulit dilakukan atau
diwujudkan adalah sesuatu yang umum terjadi dalam kehidupan, yang
pada akhirnya akan datang kesempatan untuk melakukan dan mewujudkan
hal tersebut.
Dengan demikian individu akan secara ikhlas bersedia terlibat dalam
segala perubahan dan melakukan segala aktivitas baru untuk bisa lebih
Hubungan Antara Hardiness…, Ridwan Evendi, Fakultas Psikologi UMP, 2012
23
maju. Individu seperti ini biasanya menilai perubahan sebagai sesuatu
yang menyenangkan dan menantang daripada sesuatu yang sifatnya
mengancam. Dengan pandangan yang terbuka dan fleksibel, tantangan
dapat dipandang sebagai bagian tak terpisahkan dari kehidupan dan harus
dihadapi. Bahkan, tantangan dilihat sebagai kesempatan untuk belajar
lebih banyak.
3. Fungsi hardiness
Menurut Florian (dalam Heriyanto, 2011) fungsi hardiness adalah:
a. Membantu individu dalam proses adaptasi dan lebih memiliki toleransi
terhadap stres.
b. Mengurangi akibat buruk dari stres kemungkinan terjadinya burnout dan
penilaian negatif terhadap suatu kejadian yang mengancam dan
meningkatkan pengharapan untuk melakukan coping yang berhasil.
c. Membuat individu tidak mudah jatuh sakit.
d. Membantu individu mengambil keputusan yang baik dalam keadaan
stress.
Dari beberapa penjabaran mengenai fungsi hardiness diatas maka
dapat disimpulkan secara umum bahwa hardiness dapat mengurangi efek
buruk dari stres yang dialami oleh individu dan dapat memberi penilaian
yang lebih positif terhadap suatu kejadian sehingga meningkatkan harapan
yang akhirnya dapat membantu individu mengambil keputusan yang baik.
Hubungan Antara Hardiness…, Ridwan Evendi, Fakultas Psikologi UMP, 2012
24
4. Faktor yang mempengaruhi hardiness
Faktor yang mempengaruhi hardiness menurut Florian (dalam
Heriyanto, 2001) antara lain :
a. Kemampuan untuk membuat rencana yang realistis, dengan kemampuan
individu merencanakan hal yeng realistis maka saat individu menemui
suatu masalah maka individu akan tahu apa hal terbaik yang dapat
individu lakukan dalam keadaan tersebut.
b. Memiliki rasa percaya diri dan positif citra diri, individu akan lebih santai
dan optimis jika individu memiliki rasa percaya diri yang tinggi dan citra
diri yang positif maka individu akan terhindar dari stres.
c. Mengembangkan keterampilan komunikasi, dan kapasitas untuk
mengelola perasaan yang kuat dan impuls.
Dari beberapa penjabaran diatas maka dapat disimpulkan banyak hal
yang dapat mempengaruhi hardiness antara lain faktor dari dalam diri
individu itu sendiri seperti kemampuan individu untuk membuat rencana
yang realistis, memiliki rasa percaya diri dan positif citra diri, keterampilan
individu berkomunikasi.
C. Karyawan
1. Pengertian Karyawan
Karyawan adalah aset utama perusahaan yang menjadi perencana dan
pelaku aktif dari aktivitas organisasi. Karyawan adalah seorang pekerja tetap
yang bekerja dibawah perintah orang lain dan mendapat kompensasi serta
Hubungan Antara Hardiness…, Ridwan Evendi, Fakultas Psikologi UMP, 2012
25
jaminan (Hasibuan, 2000).
Undang-undang RI No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dalam
pasal 1 ayat 3 menyebutkan bahwa pekerja/buruh adalah setiap orang yang
bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain.
Karyawan adalah manusia yang menggunakan tenaga dan
kemampuannya untuk mendapatkan balasan berupa pendapatan baik berupa
uang maupun bentuk lainnya kepada pemberi kerja (id.wikipedia.com).
Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa
karyawan adalah orang yang bekerja dalam suatu organisasi/perusahaan dan
mendapatkan upah/kompensasi serta jaminan.
D. Hubungan Antara Hardiness dengan Intensi Turnover Pada Karyawan
Intensi turnover adalah keinginan individu yang secara sadar dan penuh
pertimbangan untuk meninggalkan perusahaan dimana ia bekerja sekarang.
Kobasa dan Maddi (2005) menjelaskan hardiness sebagai suatu
konstelasi karakteristik kepribadian yang berfungsi sebagai sumber daya untuk
menghadapi peristiwa -peristiwa hidup yang menimbulkan stress.
Hardiness merupakan suatu kepribadian untuk menghadapi berbagai
stresor. Individu dengan hardiness yang baik dapat menghadapi berbagai
stresor yang muncul dalam kerjannya sehinggan bisa menangkal dampak
negatif stres yaitu intensi (keinginanatau niat) untuk keluar (turnover) dari
suatu organisasi/perusahaan, begitupun sebaliknya bagi individu yang
memiliki hardiness rendah maka akan memiliki kemampuan yang rendah
Hubungan Antara Hardiness…, Ridwan Evendi, Fakultas Psikologi UMP, 2012
26
dalam menghadapi stresor sehingga akan memunculkan intensi (keinginan
atau niat )untuk keluar (turnover) dari suatu organisasi/perusahaan karena
kurangnya kemampuan untuk menghadapi efek negatif stres.
E. Kerangka Berpikir
Individu dengan hardiness yang baik dapat menghadapi berbagai stresor
yang muncul dalam kerjannya sehingga bisa menangkal dampak negatif stres
yaitu keinginan untuk keluar dari suatu organisasi/perusahaan, begitupun
sebaliknya bagi individu yang memiliki hardiness rendah maka akan memiliki
kemampuan yang rendah dalam menghadapi stresor sehingga akan
memunculkan keinginan untuk keluar dari suatu organisasi/perusahaan karena
kurangnya kemampuan untuk menghadapi efek negatif stres.
ka
Gambar kerangka berpikir
Karyawan
Stresor
Hardiness
Rendah Tinggi
Intensi Turnover Tinggi
Intensi Tunover Rendah
Hubungan Antara Hardiness…, Ridwan Evendi, Fakultas Psikologi UMP, 2012
27
F. Hipotesis
Berdasarkan uraian tentang kerangka berpikir di atas, maka dapat ditarik
suatu kesimpulan sementara bahwa ada hubungan negatif antara hardiness
dengan intensi turnover pada karyawan PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk di
wilayah Gombong.
Hubungan Antara Hardiness…, Ridwan Evendi, Fakultas Psikologi UMP, 2012