BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hubungan Interpersonalrepository.ump.ac.id/9321/3/Wahyu barokah BAB...

27
12 Pengaruh Hubungan Interpersonal..., Wahyu Barokah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hubungan Interpersonal 1. Pengertian Hubungan Interpersonal adalah ketika berkomunikasi, tidak hanya sekedar menyampaikan informasi, tetapi secara tidak sadar juga menentukan kadar hubungan emosional dengan lawan bicara. Semakin baik hubungan interpersonal maka semakin terbuka hubungan interpersonalnya dan semakin baik hubungan antara seseorang. Komunikasi yang efektif ditandai dengan hubungan interpersonal yang baik. Ketika berkomunikasi, bukan sekedar menyampaikan isi pesan, tetapi juga menentukan kadar hubungan interpersonalnya. Jadi ketika berkomunikasi tidak hanya menentukan content melainkan juga menentukan relationship dari segi psikologi komunikasi, dapat dinyatakan bahwa makin baik hubungan interpersonal, makin terbuka orang untuk mengungkapkan dirinya, makin cermat persepsinya tentang orang lain dan persepsi dirinya sehingga makin efektif. Oleh sebab itu maka penting bagi seorang perawat untuk mengetahui dan memahami tahapan perkembangan hubungan intrepersonalnya dengan orang lain guna tercapainya kepuasan kerja (Alfasta, 2013).

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hubungan Interpersonalrepository.ump.ac.id/9321/3/Wahyu barokah BAB...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hubungan Interpersonalrepository.ump.ac.id/9321/3/Wahyu barokah BAB II.pdf · 12 Pengaruh Hubungan Interpersonal..., Wahyu Barokah, Fakultas Ilmu Kesehatan

12 Pengaruh Hubungan Interpersonal..., Wahyu Barokah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hubungan Interpersonal

1. Pengertian

Hubungan Interpersonal adalah ketika berkomunikasi, tidak

hanya sekedar menyampaikan informasi, tetapi secara tidak sadar juga

menentukan kadar hubungan emosional dengan lawan bicara. Semakin

baik hubungan interpersonal maka semakin terbuka hubungan

interpersonalnya dan semakin baik hubungan antara seseorang.

Komunikasi yang efektif ditandai dengan hubungan interpersonal yang

baik. Ketika berkomunikasi, bukan sekedar menyampaikan isi pesan,

tetapi juga menentukan kadar hubungan interpersonalnya. Jadi ketika

berkomunikasi tidak hanya menentukan content melainkan juga

menentukan relationship dari segi psikologi komunikasi, dapat

dinyatakan bahwa makin baik hubungan interpersonal, makin terbuka

orang untuk mengungkapkan dirinya, makin cermat persepsinya tentang

orang lain dan persepsi dirinya sehingga makin efektif. Oleh sebab itu

maka penting bagi seorang perawat untuk mengetahui dan memahami

tahapan perkembangan hubungan intrepersonalnya dengan orang lain

guna tercapainya kepuasan kerja (Alfasta, 2013).

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hubungan Interpersonalrepository.ump.ac.id/9321/3/Wahyu barokah BAB II.pdf · 12 Pengaruh Hubungan Interpersonal..., Wahyu Barokah, Fakultas Ilmu Kesehatan

13

Pengaruh Hubungan Interpersonal..., Wahyu Barokah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

2. Perkembangan dalam hubungan perawat-pasien (Morrison & Burnard,

2014)

Mungkin perubahan paling jelas yang terjadi dalam keperawatan

adalah terbentuknya hubungan antara perawat dan pasien. Pasien bukan

lagi seorang penerima asuhan pasif, begitu juga mahasiswa perawat yang

bukan lagi seorang penerima pasif dalam pendidikan keperawatan

(meskipun perubahan dalam pendidikan keperawatan lebih lama

dibandingkan perubahan dalam asuhan keperawatan). Orang yang

datang ke rumah sakit atau yang dirawat dirumah mereka kini diberi

informasi lebih baik mengenai asuhan kesehatan, lebih cenderung

menanyakan asuhan mereka, dan berhak meminta standar asuhan

kesehatan yang lebih tinggi.

Beberapa alasan perubahan ini dapat diperkirakan akibat dari

program televisi dan iklan mengenai isu kesehatan yang sekarang

banyak ditayangkan, suplemen koran hari minngu sering memberikan

artikel mengenai perubahan dalam penyediaan pelayanan kesehatan,

program pendidikan di sekolah dan perguruan tinggi mendorong

masyarakat untuk lebih menyadari kebutuhan kesehatan mereka dan

lebih mempertanyakan asuhan yang mereka terima, dan perawat serta

dokter umumnya bertanggung jawab tidak hanya atas tindakan yang

mereka lakukan tetapi juga atas alasan mengapa mereka melakukannya.

Patient’s Charter juga telah membuat semua professional asuhan

kesehatan lebih menyadari kebutuhan untuk memantau penampilan kerja

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hubungan Interpersonalrepository.ump.ac.id/9321/3/Wahyu barokah BAB II.pdf · 12 Pengaruh Hubungan Interpersonal..., Wahyu Barokah, Fakultas Ilmu Kesehatan

14

Pengaruh Hubungan Interpersonal..., Wahyu Barokah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

mereka sendiri meskipun respon mengenai Patient’s Charter bermacam-

macam. Bagaimanapun, gambaran “perawat terkenal” dalam Patient’s

Charter berarti bahwa perawat menjadi lebih terfokus dalam kerja dan

lebih mengetahui dengan jelas kewajiban mereka terhadap pasien.

Peran tradisional dokter dan perawat telah berubah, dan

perubahan tersebut mendorong perawat untuk menilai kembali cara

mereka memberikan asuhan dan cara mereka berkomunikasi dengan

pasien dan keluarga. Juga, perawat, dokter, dan professional kesehatan

lain, semakin sering diajarkan bersama-sama, dan hal ini tampaknya

membuat semua disiplin professional lebih menyadari masalah dan

kekuatan setiap kelompok. Pendidikan interdisiplin berpotensi

meningkatkan kerja tim yang lebih besar diantara professional dan mulai

menghilangkan barrier komunikasi professional.

3. Hubungan perawat-pasien (Sheldon, 2009)

Terciptanya hubungan perawat-pasien merupakan komitmen

dasar dari perawat untuk mengasuh seorang pasien. Hal ini juga

melambangkan persetujuan antara perawat dan pasien untuk bekerja

sama demi kebaikan pasien. Sekalipun perawat menerima tanggung

jawab utama dalam menyusun struktur dan tujuan dari hubungan ini,

perawat menggunakan pendekatan terpusat pada pasien untuk

mengembangkan hubungan ini dan memenuhi kebutuhan pasien.

Perawat juga menghargai keunikan setiap pasien dan berusaha keras

untuk memahami respon pasien terhadap perubahan kesehatannya.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hubungan Interpersonalrepository.ump.ac.id/9321/3/Wahyu barokah BAB II.pdf · 12 Pengaruh Hubungan Interpersonal..., Wahyu Barokah, Fakultas Ilmu Kesehatan

15

Pengaruh Hubungan Interpersonal..., Wahyu Barokah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

Perawat menciptakan hubungan dengan pasien dengan mengintegrasikan

konsep rasa hormat, empati, kepercayaan, kesungguhan, dan kerahasiaan

didalam interaksi mereka.

Salah satu teoretikus keperawatan paling awal yang

mengeksplorasi hubungan perawat-pasien dan komunikasi keperawatan

adalah Hildegard Peplau. Peplau (1952, 1991, 1992, 1997)

mengembangkan teori yang terkenal, Teori Hubungan Interpersonal,

yang menekankan timbal-balik (resiprositas) didalam hubungan

interpersonal antara perawat dan pasien. Teori Peplau menggerakkan

pemikiran mengenai keperawatan, dari apa yang perawat lakukan kepada

pasien menjadi apa yang perawat lakukan dengan pasien, membuat

keperawatan menjadi proses interaktif dan kolaboratif antara perawat

dan pasien.

Peplau mengidentifikasi empat fase hubungan perawat-pasien :

orientasi, identifikasi, eksploitasi, dan resolusi. Dalam Teori Hubungan

Interpersonal Peplau, fase-fase ini bersifat terapeutik dan berfokus pada

interaksi interpersonal.

a. Orientasi : Pasien mencari bantuan, dan perawat membantu pasien

untuk mengidentifikasi masalah dan luasnya bantuan yang

diperlukan.

b. Identifikasi : Pasien berhubungan dengan perawat dengan sikap yang

independen, dependen, atau interdependen, dan perawat meyakinkan

pasien bahwa ia memahami makna situasinya.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hubungan Interpersonalrepository.ump.ac.id/9321/3/Wahyu barokah BAB II.pdf · 12 Pengaruh Hubungan Interpersonal..., Wahyu Barokah, Fakultas Ilmu Kesehatan

16

Pengaruh Hubungan Interpersonal..., Wahyu Barokah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

c. Eksploitasi : Pasien menggunakan pelayanan perawat dan sumber-

sumber lain sesuai kebutuhannya.

d. Resolusi : Kebutuhan pasien terdahulu telah terselesaikan, dan

muncul tujuan-tujuan yang lebih dewasa.

e. Terminasi : Pasien dan perawat mengevaluasi kemajuan intervensi

terhadap tujuan yang ditentukan, meninjau waktu yang mereka

habiskan bersama, dan mengakhiri hubungan.

4. Strategi komunikasi dalam praktik keperawatan di Rumah Sakit

(Nursalam, 2011)

Komunikasi pada tahapan ini tidak hanya ditujukan secara

spesifik melalui strategi perencanaan. Tetapi tiga komponen, yaitu

struktur, budaya, dan teknologi harus mendapat perhatian yang sama.

Struktur dalam suatu organisasi bertujuan untuk mencapai

status praktik komunikasi efektif yang dapat direncanakan dan

diterapkan oleh kelompok klinik yang dirancang untuk pelaksanaan

prinsip-prinsip asuhan keperawatan kepada pasien, keterampilan yang

baik, dan dapat membantu penyelesaian masalah organisasi.

Budaya dalam suatu organisasi bukan sesuatu yang mudah

untuk diubah dalam waktu sesaat. Setiap pekerjaan pada suatu

lingkungan dan individu mempunyai budaya yang berbeda. Keadaan ini

sangat penting untuk diperhatikan mengingat perubahan suatu budaya

dalam manajemen adalah aspek yang penting pada proses perubahan

yang efektif.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hubungan Interpersonalrepository.ump.ac.id/9321/3/Wahyu barokah BAB II.pdf · 12 Pengaruh Hubungan Interpersonal..., Wahyu Barokah, Fakultas Ilmu Kesehatan

17

Pengaruh Hubungan Interpersonal..., Wahyu Barokah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

Teknologi merupakan komponen ketiga dalam praktik

komunikasi yang efektif. Komunikasi interpersonal dan organisasi sering

memerlukan perantara yang akan sangat bermanfaat di masa akan

datang, yaitu teknologi elektronik dan penggunaan media. Setiap suatu

perubahan di rumah sakit harus selalu didukung oleh perencanaan

Health Information System (HIS) yang efektif. Komunikasi melalui

teknologi akan selalu dipantau dan dievaluasi pada setiap tahap proses

perubahan.

B. Keselamatan Pasien (Patient Safety)

1. Pengertian

Patient safety merupakan prioritas, isu penting dan global

dalam pelayanan kesehatan (Perry 2009). Ballard (2003) dalam

Mustikawati (2011) menyatakan bahwa Patient safety merupakan

komponen penting dan vital dalam asuhan keperawatan yang

berkualitas. Hal ini menjadi penting karena patient safety merupakan

suatu langkah untuk memperbaiki mutu pelayanan dalam memberikan

asuhan keperawatan (Cahyono, 2008).

Keselamatan Pasien (Patient Safety) merupakan sesuatu yang

jauh lebih penting daripada sekedar efisiensi pelayanan. Perilaku

perawat dengan kemampuan perawat sangat berperan penting dalam

pelaksanaan keselamatan pasien. Perilaku yang tidak aman, lupa,

kurangnya perhatian/motivasi, kecerobohan, tidak teliti dan kemampuan

yang tidak memperdulikan dan menjaga keselamatan pasien beresiko

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hubungan Interpersonalrepository.ump.ac.id/9321/3/Wahyu barokah BAB II.pdf · 12 Pengaruh Hubungan Interpersonal..., Wahyu Barokah, Fakultas Ilmu Kesehatan

18

Pengaruh Hubungan Interpersonal..., Wahyu Barokah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

untuk terjadinya kesalahan dan akan mengakibatkan cedera pada

pasien, berupa Near Miss (Kejadian Nyaris Cedera/KNC) atau Adverse

Event (Kejadian Tidak Diharapkan/KTD) selanjutnya pengurangan

kesalahan dapat dicapai dengan memodifikasi perilaku. Perawat harus

melibatkan kognitif, afektif dan tindakan yang mengutamakan

keselamatan pasien. World Health Organization (WHO), 2014

Keselamatan pasien merupakan masalah kesehatan masyarakat global

yang serius.

Keselamatan pasien (patient safety) merupakan suatu sistem

pada rumah sakit dalam membuat asuhan sehingga pasien merasa lebih

aman (Depkes, 2008). Para pengambil kebijakan, pemberi pelayanan

kesehatan dan pelanggan menempatkan keamanan sebagai prioritas

pertama pelayanan. Program patient safety merupakan suatu hal yang

lebih penting daripada sekedar efisiensi pelayanan (Yuwantina, 2012).

Keselamatan pasien di rumah sakit (KPRS) adalah sistem

pelayanan dalam suatu Rumah Sakit yang memberikan asuhan pasien

menjadi lebih aman, termasuk didalamnya mengukur resiko,

identifikasi dan pengelolahan resiko terhadap pasien analisa insiden,

kemampuan untuk belajar dan menindaklanjuti insiden serta

menerapkan solusi untuk mengurangi resiko (WHO, 2004). Oleh karena

itu diperlukan komitmen dan ethis dalam keperawatan. Keselamatan

pasien merupakan suatu sistem yang sangat dibutuhkan dengan adanya

sistem ini diharapkan dapat meminimalisir kesalahan dalam

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hubungan Interpersonalrepository.ump.ac.id/9321/3/Wahyu barokah BAB II.pdf · 12 Pengaruh Hubungan Interpersonal..., Wahyu Barokah, Fakultas Ilmu Kesehatan

19

Pengaruh Hubungan Interpersonal..., Wahyu Barokah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

penanganan pasien baik pada pasien UGD, rawat inap maupun pasien

poliklinik (PERSI, 2008).

Menurut JCAHO (2007), 65 % dari KTD yang terjadi di rumah

sakit berdampak pada kematian pasien. Menurut KKP-RS (2010),

insiden KTD di Indonesia mencapai 46,67% dengan provinsi Jawa

Barat menempati urutan tertinggi yaitu 33.33%, dan berurutan provisi

Banten sebesar 20.0%, Jawa Tengah sebesar 20.0%, DKI Jakarta

sebesar 16.67%, Bali sebesar 6.67%, dan Jawa Timur sebesar 3.33%.

Angood (2007) dalam Dewi (2012) mengungkapkan bahwa

berdasarkan hasil kajian data penyebab utama KTD di rumah sakit

adalah komunikasi. Alvarado (2006) mengungkapkan bahwa

ketidakakuratan informasi dapat menimbulkan dampak yang serius

pada pasien, hampir 70% kejadian sentinel (kejadian yang

mengakibatkan kematian atau cedera serius di rumah sakit) disebabkan

karena buruknya komunikasi.

2. Standar keselamatan pasien

Departemen Kesehatan RI (2006) telah membuat dan

menerbitkan satu buku Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah

Sakit (Patient Safety) yang di dalamnya terdapat 7 standar yang

membahas tentang keselamatan pasien pada tahun 2008 yakni:

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hubungan Interpersonalrepository.ump.ac.id/9321/3/Wahyu barokah BAB II.pdf · 12 Pengaruh Hubungan Interpersonal..., Wahyu Barokah, Fakultas Ilmu Kesehatan

20

Pengaruh Hubungan Interpersonal..., Wahyu Barokah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

a. Hak pasien

Pasien dan keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan

informasi tentang rencana dan hasil pelayanan termasuk kemugkinan

terjadinya kejadian tak diharapkan.

Kriteria :

1) Harus ada dokter penanggungjawab pelayanan

2) Dokter penanggungjawab pelayanan wajib membuat rencana

pelayanan

3) Dokter penanggungjawab pelayanan wajib memberikan

penjelasan secara jelas dan benar kepada pasien dan keluarganya

tentang rencana dan hasil pelayanan, pengobatan dan prosedur

untuk pasien termasuk kemungkinan KTD

b. Mendididik pasien dan keluarga

Rumah sakit harus mendidik pasien dan keluarganya tentang

kewajiban dan tanggungjawab pasien dalam asuhan pasien.

Keselamatan pasien dalam pemberian pelayanan dapat ditingkatkan

dengan keterlibatan pasien yang merupakan proses pelayanan.

Karena itu di rumah sakit harus ada sistem dan mekanisme

mendidik pasien dan tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien.

Kriteria :

1) Memberi informasi yang benar, jelas, lengkap, dan jujur

2) Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab pasien serta

keluarga

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hubungan Interpersonalrepository.ump.ac.id/9321/3/Wahyu barokah BAB II.pdf · 12 Pengaruh Hubungan Interpersonal..., Wahyu Barokah, Fakultas Ilmu Kesehatan

21

Pengaruh Hubungan Interpersonal..., Wahyu Barokah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

3) Mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk hal yang tidak

dimengerti

4) Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan

5) Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan rumah sakit

6) Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa

7) Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati

a. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan

Rumah sakit menjamin kesinambungan pelayanan dan menjamin

koordinasi antar tenaga dan antar unit pelayanan.

Kriteria :

1) Terdapat koordinasi pelayanan secara menyeluruh mulai dari

saat pasien masuk, pemeriksaan, diagnosis, perencanaan

pelayanan, tindakan pengobatan, rujukan dan saat pasien keluar

dari rumah sakit

2) Terdapat koordinasi pelayanan yang disesuaikan dengan

kebutuhan pasien dan kelayakan sumber daya secara

berkesinambungan sehingga pada seluruh tahap pelayanan

transaksi antar unit pelayanan dapat berjalan baik dan lancar

3) Terdapat koordinasi pelayanan yang mencakup peningkatan

komunikasi untuk memfasilitasi dukungan keluarga, pelayanan

keperawatan, pelayanan sosial, konsultasi dan rujukan,

pelayanan kesehatan primer dan tindak lanjut lainnya

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hubungan Interpersonalrepository.ump.ac.id/9321/3/Wahyu barokah BAB II.pdf · 12 Pengaruh Hubungan Interpersonal..., Wahyu Barokah, Fakultas Ilmu Kesehatan

22

Pengaruh Hubungan Interpersonal..., Wahyu Barokah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

4) Terdapat komunikasi dan transfer informasi antar profesi

kesehatan sehingga dapat tercapainya proses koordinasi tanpa

hambatan, aman dan efektif

b. Rumah sakit harus mendesain proses baru atau memperbaiki proses

yang ada, memonitor dan mengevaluasi kinerja melalui

pengumpulan data, menganalisis secara intensif, dan melakukan

perubahan untuk meningkatkan kinerja serta keselamatan pasien.

Kriteria :

1) Setiap rumah sakit harus melakukan proses perencanaan yang

baik, mengacu pada visi, misi, dan tujuan rumah sakit,

kebutuhan pasien petugas pelayanan kesehatan, kaidah klinis

terkini, praktik bisnis yang sehat dan faktor – faktor lain yang

berpotensi resiko bagi pasien sesuai dengan “langkah menuju

keselamatan pasien rumah sakit”

2) Setiap rumah sakit harus melakukan pengumpulan data kinerja

antara lain yang terkait dengan : pelaporan insiden, akreditasi,

manajemen resiko, utilisasi, mutu pelayanan, keuangan

3) Setiap rumah sakit harus melakukan evaluasi intensif terkait

dengan semua KTD/KNC, dan secara proaktif melakukan

evaluasi suatu proses kasus resiko tinggi

4) Setiap rumah sakit harus menggunakan semua data dan

informasi hasil analisis untuk menentukan perubahan sistem

yang diperlukan, agar kinerja dan keselamatan pasien terjamin

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hubungan Interpersonalrepository.ump.ac.id/9321/3/Wahyu barokah BAB II.pdf · 12 Pengaruh Hubungan Interpersonal..., Wahyu Barokah, Fakultas Ilmu Kesehatan

23

Pengaruh Hubungan Interpersonal..., Wahyu Barokah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

c. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien

a) Pimpinan mendorong dan menjamin implementasi program

keselamatan pasien secara terintegrasi dalam organisasi melalui

penerapan “7 langkah menuju keselamatan pasien rumah sakit”.

b) Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif untuk

identifikasi resiko keselamatan pasien dan program menekan atau

mengurangi KTD/KNC.

c) Pimpinan mendorong dan menumbuhkan komunikasi dan

koordinasi antar unit dan individu berkaitan dengan pengambilan

keputusan tentang keselamatan pasien.

d) Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk

mengukur, mengkaji dan meningkatkan kinerja rumah rakit serta

meningkatkan keselamatan pasien.

e) Pimpinan mengukur dan mengkaji efektifitas kontribusinya

dalam meningkatkan kinerja Rumah Sakit dan keselamatan

pasien.

Kriteria:

1) Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program

keselamatan pasien.

2) Tersedia program proaktif untuk identifikasi resiko keselamatan

dan program meminimalkan insiden, yang mencakup jenis

kejadian yang memerlukan perhatian, mulai dari KNC (Near

miss) sampai dengan KTD (Adverse event).

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hubungan Interpersonalrepository.ump.ac.id/9321/3/Wahyu barokah BAB II.pdf · 12 Pengaruh Hubungan Interpersonal..., Wahyu Barokah, Fakultas Ilmu Kesehatan

24

Pengaruh Hubungan Interpersonal..., Wahyu Barokah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

3) Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua

komponen dari rumah sakit terintegrasi dan berpartisipasi dalam

program keselamatan pasien.

4) Tersedia prosedur ”cepat tanggap” terhadap insiden, termasuk

asuhan kepada pasien yang terkena musibah, membatasi risiko

pada orang lain dan penyampaian informasi yang benar dan

jelas untuk keperluan analisis.

5) Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitan

dengan insiden termasuk penyediaan informasi yang benar dan

jelas tentang analisis akar masalah (RCA) kejadian pada saat

program keselamatan pasien mulai dilaksanakan.

6) Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden

atau kegiatan proaktif untuk memperkecil resiko, termasuk

mekanisme untuk mendukung staf dalam kaitan dengan

kejadian.

7) Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarela

antar unit dan antar pengelola pelayanan di dalam Rumah Sakit

dengan pendekatan antar disiplin.

8) Tersedia sumber daya dan sistem informasi yang dibutuhkan

dalam kegiatan perbaikan kinerja rumah sakit dan perbaikan

keselamatan pasien, termasuk evaluasi berkala terhadap

kecukupan sumber daya tersebut.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hubungan Interpersonalrepository.ump.ac.id/9321/3/Wahyu barokah BAB II.pdf · 12 Pengaruh Hubungan Interpersonal..., Wahyu Barokah, Fakultas Ilmu Kesehatan

25

Pengaruh Hubungan Interpersonal..., Wahyu Barokah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

9) Tersedia sasaran terukur dan pengumpulan informasi

menggunakan kriteria obyektif untuk mengevaluasi efektifitas

perbaikan kinerja rumah sakit dan keselamatan pasien, termasuk

rencana tindak lanjut dan implementasinya.

d. Mendidik staf tentang keselamatan pasien

a) Rumah sakit memiliki proses pendidikan, pelatihan dan

orientasi untuk setiap jabatan mencakup keterkaiatan jabatan

dengan keselamatan pasien secara jelas.

b) Rumah sakit menyelenggarakan program pendidikan dan

pelatihan yang berkelanjutan untuk meningkatkan dan

memelihara kompetensi staf serta mendukung pendekatan

interdisiplin dalam pelayanan pasien.

Kriteria:

1) Setiap rumah sakit harus memiliki program pendidikan,

pelatihan dan orientasi bagi staf baru yang memuat topik tentang

keselamatan pasien sesuai dangan tugasnya masing – masing.

2) Setiap rumah sakit harus mengintegrasikan topik keselamatan

pasien dalam setiap kegiatan inservice training dan memberi

pedoman yang jelas tentang pelaporan insiden.

3) Setiap rumah sakit harus menyelenggarakan pelatihan tentang

kerjasama kelompok guna mendukung pendekatan interdisiplin

dan kolaboratif dalam rangka melayani pasien.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hubungan Interpersonalrepository.ump.ac.id/9321/3/Wahyu barokah BAB II.pdf · 12 Pengaruh Hubungan Interpersonal..., Wahyu Barokah, Fakultas Ilmu Kesehatan

26

Pengaruh Hubungan Interpersonal..., Wahyu Barokah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

e. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan

pasien.

a) Rumah sakit merencanakan dan mendesain proses manajemen

informasi keselamatan pasien untuk memenuhi kebutuhan

informasi internal dan eksternal.

b) Transmisi data dan informasi harus tepat waktu dan akurat.

Kriteria:

1) Perlu di sediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesain

proses manajemen untuk memperoleh data dan informasi

tentang hal- hal terkait dengan keselamatan pasien.

2) Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala

komunikasi untuk merevisi manajemen informasi yang ada.

3. Sasaran keselamatan pasien (Wardhani, 2017)

Sasaran keselamatan pasien mencerminkan komitmen yang

harus dicapai sebagai indikator sistem pelayanan kesehatan yang lebih

aman. Sejalan dengan profil permasalahan dan kapasitas setiap negara

maka dikembangkan tujuan nasional keselamatan pasien. Selain itu,

karena keselamatan pasien menjadi kesepakatan global, mendorong

penetapan tujuan internasional keselamatan pasien.

Sebagai wujud kesadaran bersama, WHO menyusun sasaran

kesalamatan pasien internasional. Sasaran tersebut menjadi acuan

lembaga akreditasi rumah sakit dalam menilai kinerja keselamatan

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hubungan Interpersonalrepository.ump.ac.id/9321/3/Wahyu barokah BAB II.pdf · 12 Pengaruh Hubungan Interpersonal..., Wahyu Barokah, Fakultas Ilmu Kesehatan

27

Pengaruh Hubungan Interpersonal..., Wahyu Barokah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

pasien di rumah sakit. Terdapat enam hal yang menjadi sasaran

keselamatan pasien internasional. Secara sederhana sasaran tersebut

menyatakan bahwa organisasi pelayanan kesehatan harus memastikan

ketepatan orang, informasi, obat, dan operasi serta mengurangi resiko

infeksi dan jatuh.

Keenam sasaran keselamatan pasien tersebut kemudian

dikembangkan menjadi elemen penilaian bagi rumah sakit agar

memudahkan ukuran ketercapaian tujuan tersebut. Di Indonesia keenam

sasaran tersebut telah diterjemahkan menjadi dua hingga lima elemen di

masing – masing sasaran dan sub sasaran dengan total 35 elemen

penilaian pada standar akreditasi rumah sakit.

1) Sasaran 1 : Mengidentifkasi pasien dengan benar

Standar SKP. 1 Rumah sakit menetapkan regulasi untuk menjamin

ketepatan (akurasi) identifikasi pasien.

a. Ada regulasi yang mengatur pelaksanaan identifikasi pasien

b. Identifikasi pasien dilakukan dengan menggunakan minimal 2

(dua) identitas dan tidak boleh menggunakan nomor kamar

pasien atau lokasi pasien dirawat sesuai dengan regulasi rumah

sakit

c. Identifikasi pasien dilakukan sebelum dilakukan tindakan,

prosedur diagnostik, dan terapeutik

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hubungan Interpersonalrepository.ump.ac.id/9321/3/Wahyu barokah BAB II.pdf · 12 Pengaruh Hubungan Interpersonal..., Wahyu Barokah, Fakultas Ilmu Kesehatan

28

Pengaruh Hubungan Interpersonal..., Wahyu Barokah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

d. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah, produk

darah, pengambilan spesimen, dan pemberian diet

e. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian radioterapi, menerima

cairan intravena, hemodialisis, pengambilan darah atau

pengambilan spesimen lain untuk pemeriksaan klinis, katerisasi

jantung, prosedur radiologi diagnostik, dan identifikasi terhadap

pasien koma.

2) Sasaran 2 : Meningkatkan komunikasi yang efektif

Standar SKP.2 Rumah sakit menetapkan regulasi untuk

melaksanakan proses meningkatkan efektifitas komunikasi verbal

dan atau komunikasi melalui telepon antar-PPA.

Elemen Penilaian SKP. 2

a. Ada regulasi tentang komunikasi efektif antarprofesional

pemberi asuhan

b. Ada bukti pelatihan komunikasi efektif antarprofesional pemberi

asuhan

c. Pesan secara verbal lewat telepon ditulis lengkap, dibaca ulang

oleh penerima pesan, dan dikonfirmasi oleh pemberi pesan secara

lengkap.

Standar SKP.2.1 Rumah sakit menetapkan regulasi untuk proses

pelaporan hasil pemeriksaan diagnostik kritis.

Elemen penilaian SKP 2.1.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hubungan Interpersonalrepository.ump.ac.id/9321/3/Wahyu barokah BAB II.pdf · 12 Pengaruh Hubungan Interpersonal..., Wahyu Barokah, Fakultas Ilmu Kesehatan

29

Pengaruh Hubungan Interpersonal..., Wahyu Barokah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

a. Rumah sakit menetapkan besaran nilai kritis hasil pemeriksaan

diagnostik dan hasil diagnostik kritis

b. Rumah sakit menetapkan siapa yang harus melaporkan dan siapa

yang harus menerima nilai kritis hasil pemeriksaan diagnostik

dan dicatat di rekam medis

Standar SKP.2.2 Rumah sakit menetapkan dan melaksanakan proses

komunikasi “serah terima” (hand over)

Elemen penilaian SKP 2.2

Ada bukti catatan tentang hal-hal kritikal dikomunikasikan diantara

professional pemberi asuhan pada waktu dilakukan serah terima

pasien (hand over)

a. Formulir, alat, dan metode ditetapkan untuk mendukung proses

serah terima pasien (hand over) bila mungkin melibatkan pasien.

b. Ada bukti dilakukan evaluasi tentang catatan komunikasi yang

terjadi waktu serah terima pasien (hand over) untuk memperbaiki

proses

3) Sasaran 3 : Meningkatkan keamanan obat-obat yang harus

diwaspadai (Hight Alert Medications)

Standar SKP.3 Rumah sakit menetapkan regulasi untuk

melaksanakan proses meningkatkan keamanan terhadap obat-obat

yang perlu diwaspadai.

Elemen penilaian SKP. 3

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hubungan Interpersonalrepository.ump.ac.id/9321/3/Wahyu barokah BAB II.pdf · 12 Pengaruh Hubungan Interpersonal..., Wahyu Barokah, Fakultas Ilmu Kesehatan

30

Pengaruh Hubungan Interpersonal..., Wahyu Barokah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

a. Ada regulasi tentang penyediaan, penyimpanan, penataan,

penyiapan, dan penggunaan obat yang perlu diwaspadai

b. Rumah sakit mengimplementasikan regulasi yang telah dibuat

c. Di rumah sakit tersedia daftar semua obat yang perlu diwaspadai

yang disusun berdasar atas data spesifik sesuai dengan regulasi

d. Tempat penyimpanan, pelabelan, dan penyimpanan obat yang

perlu diwaspadai termasuk obat NORUM diatur di tempat aman

Standar SKP.3.1 Rumah sakit menetapkan regulasi untuk

melaksanakan proses mengelola penggunaan elektrolit konsentrat

Elemen penilaian SKP.3.1

a. Rumah sakit menetapkan regulasi untuk melaksanakan proses

mencegah kekurang hati-hatian dalam mengelola elektrolit

konsentrat

b. Elektrolit konsentrat hanya tersedia di unit kerja/ instalasi

farmasi atau depo farmasi

4) Sasaran 4 : Memastikan lokasi pembedahan yang benar, prosedur

yang benar, pembedahan pada pasien yang benar

Standar SKP.4 Rumah sakit memastikan Tepat-Lokasi, Tepat-

Prosedur, dan Tepat-Pasien sebelum manjalani tindakan dan atau

prosedur

Elemen penilaian SKP. 4

a. Ada regulasi untuk melaksanakan penandaan lokasi operasi atau

tindakan invasif (site marking)

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hubungan Interpersonalrepository.ump.ac.id/9321/3/Wahyu barokah BAB II.pdf · 12 Pengaruh Hubungan Interpersonal..., Wahyu Barokah, Fakultas Ilmu Kesehatan

31

Pengaruh Hubungan Interpersonal..., Wahyu Barokah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

b. Ada bukti rumah sakit menggunakan satu tanda di tempat sayatan

operasi pertama atau tindakan invasif yang segera dapat dikenali

dengan cepat sesuai dengan kebijakan dan prosedur yang

ditetapkan rumah sakit

c. Ada bukti bahwa penandaan lokasi operasi atau tindakan invasif

(site marking) dilakukan oleh staf medis yang melakukan operasi

atau tindakan invasif dengan melibatkan pasien.

Standar SKP.4.1 Rumah sakit memastikan dilaksanakannnya proses

Time-out di kamar operasi atau ruang tindakan sebelum operasi

dimulai

Elemen penilaian SKP.4.1

a. Ada regulasi untuk prosedur bedah aman dengan menggunakan

“surgical check list.” (Surgical Safety Cheklist dari WHO Patient

Safety 2009).

b. Sebelum operasi atau tindakan invasif dilakukan, rumah sakit

menyediakan “check list” atau proses lain untuk mencatat,

apakah informed consent sudah benar dan lengkap, apakah

Tepat-Lokasi, Tepat-Prosedur, dan Tepat-Pasien sudah

teridentifikasi, apakah semua dokumen dan peralatan yang

dibutuhkan sudah siap tersedia dengan lengkap dan berfungsi

dengan baik.

c. Rumah sakit menggunakan komponen Time-Out yang terdiri atas

identifikasi Tepat-Pasien, Tepat-Prosedur, dan Tepat-Lokasi,

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hubungan Interpersonalrepository.ump.ac.id/9321/3/Wahyu barokah BAB II.pdf · 12 Pengaruh Hubungan Interpersonal..., Wahyu Barokah, Fakultas Ilmu Kesehatan

32

Pengaruh Hubungan Interpersonal..., Wahyu Barokah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

persetujuan atas operasi dan konfirmasi bahwa proses verifikasi

sudah lengkap dilakukan sebelum melakukan irisan.

d. Rumah sakit menggunakan ketentuan yang sama tentang Tepat-

Lokasi, Tepat-Prosedur, dan Tepat-Pasien jika operasi dilakukan

di luar kamar operasi termasuk prosedur tindakan medis dan gigi.

5) Sasaran 5 : Mengurangi resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan

Standar SKP 5

Rumah sakit menetapkan regulasi untuk menggunakan dan

melaksanakan evidence based hand hygene guidelines untuk

menurunkan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan.

Elemen penilaian SKP 5

a. Ada regulasi tentang pedoman kebersihan tangan (hand

hygiene) yang mengacu pada standar WHO terkini

b. Rumah sakit melaksanakan program kebersihan tangan (hand

hygiene) di seluruh rumah sakit sesuai dengan regulasi

c. Staf rumah sakit dapat melakukan cuci tangan sesuai dengan

prosedur

d. Ada bukti staf melaksanakan cuci tangan pada lima saat cuci

tangan

e. Prosedur desinfeksi di rumah sakit dilakukan sesuai dengan

regulasi. Infeksi terkait pelayanan kesehatan

f. Ada bukti rumah sakit melaksanakan evaluasi terhadap upaya

menurunkan angka infeksi terkait pelayanan kesehatan

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hubungan Interpersonalrepository.ump.ac.id/9321/3/Wahyu barokah BAB II.pdf · 12 Pengaruh Hubungan Interpersonal..., Wahyu Barokah, Fakultas Ilmu Kesehatan

33

Pengaruh Hubungan Interpersonal..., Wahyu Barokah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

6) Sasaran 6 : Mengurangi resiko cedera pasien akibat terjatuh

Standar SKP.6 Rumah sakit melaksanakan upaya mengurangi

resiko cedera akibat pasien jatuh

Elemen penilaian SKP.6

a. Ada regulasi yang mengatur tentang mencegah pasien cedera

karena jatuh

b. Rumah sakit melaksanakan suatu proses assesmen terhadap

semua pasien rawat inap dan rawat jalan dengan kondisi,

diagnosis, dan lokasi terindikasi beresiko tinggi jatuh sesuai

dengan regulasi

c. Rumah sakit melaksanakan proses assesmen awal, assesmen

lanjutan, assesmen ulang dari pasien – pasien rawat inap yang

berdasar atas catatan teridentifikasi resiko jatuh

d. Langkah-langkah diadakan untuk mengurangi resiko jatuh bagi

pasien dari situasi dan lokasi yang menyebabkan pasien jatuh

Solusi keselamatan pasien yang dikembangkan oleh WHO dapat

menjadi pilihan strategi untuk mencapai sasaran tersebut. Apabila dikaji

terdapat keterkaitan antara solusi dan SKP. Ketepatan proses

identifikasi dicapai dengan solusi kedua yaitu ketepatan identitas

pasien. Sasaran komunikasi efektif dicapai dengan solusi ketiga dan

ditunjang dengan ketepatan proses transisi. Solusi ketepatan lokasi,

orang dan prosedur ditujukan untuk keselamatan operasi. Keselamatan

pengobatan ditunjang dengan solusi kewaspadaan pada obat dengan

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hubungan Interpersonalrepository.ump.ac.id/9321/3/Wahyu barokah BAB II.pdf · 12 Pengaruh Hubungan Interpersonal..., Wahyu Barokah, Fakultas Ilmu Kesehatan

34

Pengaruh Hubungan Interpersonal..., Wahyu Barokah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

nama dan rupa mirip, larutan konsentrat tinggi, serta kesesuaian antara

kanul, selang, dan sytinge. Solusi penerapan hand hygiene dan

penggunaan injeksi sekali dipakai ditujukan untuk mencapai sasaran

mengurangi resiko infeksi. Secara spesifik tidak ditetapkan solusi untuk

mencegah resiko pasien jatuh. Meskipun demikian proses identifikasi

pasien tidak hanya memastikan nama tetapi juga harus bisa

mengidentifikasi potensi resiko (termasuk resiko jatuh) sebagai bagian

dari penanda pasien dan informasi pada proses berikutnya.

4. Sasaran keselamatan pasien (WHO, 2007)

Sasaran ini mengacu kepada Nine Life-Saving Patient Safety

Solutions dari WHO Patient Safety (2007) yang digunakan oleh

pemerintah. Maksud dan tujuan sasaran keselamatan pasien adalah

untuk mendorong rumah sakit agar melakukan perbaikan spesifik dalam

keselamatan pasien. Sasaran ini menyoroti bagian-bagian yang

bermasalah dalam pelayanan rumah sakit dan menjelaskan bukti serta

solusi dari para ahli atas permasalahan ini. Sistem yang baik akan

berdampak pada peningkatan mutu pelayanan rumah sakit dan

keselamatan pasien.

5. Sasaran keselamatan pasien JCI ( Joint Commission International )

Joint Commission International (JCI) adalah lembaga yang

mendedikasikan diri dalam peningkatan kualitas dan keselamatan

kesehatan. JCI memiliki misi meningkatkan kualitas kesehatan secara

terus – menerus kepada masyarakat, dengan bekerjasama dengan

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hubungan Interpersonalrepository.ump.ac.id/9321/3/Wahyu barokah BAB II.pdf · 12 Pengaruh Hubungan Interpersonal..., Wahyu Barokah, Fakultas Ilmu Kesehatan

35

Pengaruh Hubungan Interpersonal..., Wahyu Barokah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

steakholder, mengevaluasi organisasi pelayanan kesehatan, serta

memberikan inspirasi dalam peningkatan penyediaan pelayanan yang

aman, efektif yang paling tinggi dan bernilai mutunya. Dari ribuan

rumah sakit yang ada di Indonesia hanya beberapa saja yang telah

terakreditasi JCI.

JCI mengeluarkan 6 goals keselamatan pasien (International

Patient Safety Goals/ IPSG) yang menjadi pegangan (SPO) di hampir

seluruh rumah sakit di dunia. Berikut penerapan 6 goals keselamatan

pasien (International Patient Safety Goals) yang diambil dari standar di

rumah sakit Universitas Airlangga, Surabaya.

1) Identifikasi pasien secara tepat

Menggunakan minimal 2 identitas pasien dengan kombinasi

sebagai berikut :

a. Nama lengkap dan tanggal lahir

b. Nama lengkap dan nomor rekam medis

c. Nama lengkap dan alamat

2) Meningkatkan komunikasi yang efektif

a. Melakukan proses feedback saat menerima instruksi melalui

telepon

b. Melakukan hand over saat serah terima pasien

c. Melakukan critical result dalam waktu 30 menit

d. Menggunakan singkatan yang dibakukan

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hubungan Interpersonalrepository.ump.ac.id/9321/3/Wahyu barokah BAB II.pdf · 12 Pengaruh Hubungan Interpersonal..., Wahyu Barokah, Fakultas Ilmu Kesehatan

36

Pengaruh Hubungan Interpersonal..., Wahyu Barokah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

3) Meningkatkan keamanan penggunaan obat yang membutuhkan

perhatian

Tidak menyimpan elektrolit konsentrat tinggi di ruang perawatan

(termasuk potassium chloride/ KCL dan Sodium chloride/ NaCl >

0,9%)

4) Meningkatkan benar lokasi, benar pasien, benar prosedur

pembedahan

a. Melakukan site marking

b. Menggunakan dan melengkapi surgical checklist

c. Melakukan time out

5) Mengurangi resiko infeksi

Melakukan cuci tangan

a. Sebelum kontak dengan pasien

b. Sebelum melakukan tindakan aseptic

c. Setelah terkena cairan pasien

d. Setelah kontak dengan pasien

e. Setelah terpapar lingkungan pasien

6) Mengurangi resiko jatuh

Melakukan pengkajian awal dan berkala mengenai resiko pasien

jatuh

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hubungan Interpersonalrepository.ump.ac.id/9321/3/Wahyu barokah BAB II.pdf · 12 Pengaruh Hubungan Interpersonal..., Wahyu Barokah, Fakultas Ilmu Kesehatan

37

Pengaruh Hubungan Interpersonal..., Wahyu Barokah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

C. Kerangka Teori

Penelitian ini mengacu pada kerangka teori model Alfatsa yang

menjelaskan mengenai hubungan interpersonal perawat. Hubungan

interpersonal perawat dapat berpengaruh pada upaya keselamatan pasien

(patient safety) untuk itu perlu adanya sasaran keselamatan pasien

diantaranya pengidentifikasian pasien, komunikasi efektif pada saat

timbang terima, menghindari kesalahan pemberian obat, meniadakan

kesalaham prosedur tindakan, mencegah infeksi nosokomial, dan

mencegah pasien jatuh

Gambar 2.1 : Kerangka Teori (Pambudi, Sutriningsih, dan Yasin, 2018; Alfasta,

2013; Wardhani, 2017)

Sasaran Keselamatan

Pasien :

1. Pengidentifikasian

pasien

2. Komunikasi efektif

saat timbang terima

3. Menghindari

kesalahan

pemberian obat

4. Meniadakan

kesalahan prosedur

tindakan

5. Mencegah infeksi

nosokomial

6. Mencegah pasien

jatuh (Wardhani, 2017)

Hubungan interpersonal perawat

(Alfasta, 2013)

Faktor – faktor yang mempengaruhi :

1. Usia

2. Jenis kelamin

3. Status pernikahan

4. Jumlah tanggungan

5. Lama bekerja

6. Pengetahuan perawat

7. Motivasi perawat

8. Supervisi

9. Pengaruh organisasi (Nursing news, 2018)

Faktor – faktor yang mempengaruhi :

1. Usia

2. Jenis kelamin

3. Status pernikahan

4. Jumlah tanggungan

5. Lama bekerja

6. Pengetahuan perawat

7. Motivasi perawat

8. Supervisi

9. Pengaruh organisasi

(Pambudi, Sutriningsih, dan Yasin, 2 018)

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hubungan Interpersonalrepository.ump.ac.id/9321/3/Wahyu barokah BAB II.pdf · 12 Pengaruh Hubungan Interpersonal..., Wahyu Barokah, Fakultas Ilmu Kesehatan

38

Pengaruh Hubungan Interpersonal..., Wahyu Barokah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

D. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian ini memberikan gambaran tentang

bagaimana pengaruh variabel bebas dengan varibael terikat atau pengaruh

hubungan interpersonal (interpersonal relationship) dengan keselamatan

pasien (patient safety).

Gambar 2.2: Kerangka Konsep

E. Hipotesa

Adanya pengaruh hubungan interpersonal (interpersonal

relationship) perawat dengan upaya keselamatan pasien (patient safety).

Hubungan Interpersonal Perawat Patient Safety