BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu 1 ...repository.ump.ac.id/4596/3/UUN FAJRIANA...

20
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu Penelitian yang berjudul Implikatur Konvensional pada Slogan Iklan Produk Makanan Ringan di Televisi Periode Maret April 2017 memiliki relevansi dengan tiga penelitian sebelumnya. 1. Implikatur dalam Tuturan Acara Sentilan Sentilun di Metro TV oleh Ayes Pia Shadora Tahun 2015 Penelitian berjudul “Implikatur Dalam Tuturan Acara Sentilan Sentilun Di Metro TV” pernah dilakukan oleh Ayes Pia Shadora (2015). Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan jenis-jenis Implikatur yang terdapat pada tuturan tokoh dalam acara sentilan-sentilun Metro TV dan mendeskripsikan bentuk implikatur percakapan yang diwujudkan dalam prinsip kerja sama dan prinsip kesopanan pada tuturan tokoh dalam acara Sentilan Sentilun Metro TV. Sumber data penelitian ini adalah acara Sentilan- Sentilun Metro TV, datanya berupa tuturan pada acara Sentilan Sentilun, tuturan yang dimaksud berupa tuturan yang mengandung implikatur konvensional maupun percakapan. Teknik pengumpulan data menggunakan metode simak, teknik sadap, dan teknik lanjutan berupa SBLC (simak bebas libat cakap). Metode analisis data menggunakan metode padan dengan teknik dasar yang digunakan dalam metode padan pragmatis adalah teknik Pilih Unsur Penentu (PUP). Tahap penyajian data dianalisis dalam wujud laporan tertulis mengenai hal-hal yang sudah dihasilkan dari kerja analisis. Hasil penelitiannya berupa jenis-jenis implikatur yang terdapat pada tuturan acara Sentilan-Sentilun di Metro TV yaitu implikatur konvensional dan 9 Implikaror Konvensional Pada..., Uun Fajriana, FKIP UMP, 2017

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu 1 ...repository.ump.ac.id/4596/3/UUN FAJRIANA...

  • 9

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Hasil Penelitian Terdahulu

    Penelitian yang berjudul Implikatur Konvensional pada Slogan Iklan Produk

    Makanan Ringan di Televisi Periode Maret – April 2017 memiliki relevansi dengan

    tiga penelitian sebelumnya.

    1. Implikatur dalam Tuturan Acara Sentilan Sentilun di Metro TV oleh Ayes Pia Shadora Tahun 2015

    Penelitian berjudul “Implikatur Dalam Tuturan Acara Sentilan Sentilun Di

    Metro TV” pernah dilakukan oleh Ayes Pia Shadora (2015). Penelitian ini bertujuan

    mendeskripsikan jenis-jenis Implikatur yang terdapat pada tuturan tokoh dalam acara

    sentilan-sentilun Metro TV dan mendeskripsikan bentuk implikatur percakapan yang

    diwujudkan dalam prinsip kerja sama dan prinsip kesopanan pada tuturan tokoh dalam

    acara Sentilan Sentilun Metro TV. Sumber data penelitian ini adalah acara Sentilan-

    Sentilun Metro TV, datanya berupa tuturan pada acara Sentilan Sentilun, tuturan yang

    dimaksud berupa tuturan yang mengandung implikatur konvensional maupun

    percakapan. Teknik pengumpulan data menggunakan metode simak, teknik sadap, dan

    teknik lanjutan berupa SBLC (simak bebas libat cakap). Metode analisis data

    menggunakan metode padan dengan teknik dasar yang digunakan dalam metode

    padan pragmatis adalah teknik Pilih Unsur Penentu (PUP). Tahap penyajian data

    dianalisis dalam wujud laporan tertulis mengenai hal-hal yang sudah dihasilkan dari

    kerja analisis. Hasil penelitiannya berupa jenis-jenis implikatur yang terdapat pada

    tuturan acara Sentilan-Sentilun di Metro TV yaitu implikatur konvensional dan

    9

    Implikaror Konvensional Pada..., Uun Fajriana, FKIP UMP, 2017

  • 10

    percakapan. Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Ayes Pia Shadora dengan

    penelitian ini terletak pada teori implikatur dan penggunaan metode pada tahap

    pengumpulan, analisis, dan penyajian data. Sedangkan perbedaannya adalah penelitian

    Ayes Pia Shadora menggunakan data dan sumber data berupa tuturan pada acara

    Sentilan-Sentilun di Metro TV, sedangkan penelitian ini menggunakan sumber

    datanya berupa slogan iklan produk makanan ringan di televisi periode Maret – April

    2017.

    2. Analisis Implikatur pada Tuturan Kata Bijak Mario Teguh dalam Acara Talk Show Mario Teguh Golden Ways di Metro TV Januari 2015 oleh Albina Nur

    Aeni Tahun 2015

    Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk Implikatur yang

    terkandung pada tuturan kata bijak Mario Teguh di dalam acara Talk Show Mario

    Teguh Golden Ways yang ditafsirkan melalui konteks tuturan. Data yang digunakan

    dalam penelitian ini berupa tuturan kata bijak Mario Teguh pada acara talk show

    Mario Teguh Golden Ways. Pengumpulan data menggunakan metode simak dengan

    teknik dasar berupa teknik sadap, kemudian teknik sadap diikuti dengan teknik

    lanjutan berupa teknik SBLC (Simak Bebas Libat Cakap), teknik rekam, dan teknik

    catat. Tahap analisis data menggunakan metode padan yang dibagi menjadi dua

    teknik, yaitu teknik dasar dan teknik lanjutan. Teknik dasarnya berupa teknik pilah

    unsur penentu (PUP) dan teknik lanjutan menggunakan teknik hubungan banding

    menyamakan (HBS). Hasil penelitiannya berupa mengklasifikasikan data yang

    berhubungan dengan implikatur dalam acara Mario Teguh Golden Ways, kemudian

    menganalisis data berupa tuturan Mario Teguh. Hasil analisis tersebut selanjutnya

    disajikan dalam bentuk metode penyajian informal. Persamaan penelitian yang

    Implikaror Konvensional Pada..., Uun Fajriana, FKIP UMP, 2017

  • 11

    dilakukan oleh Albina Nur Aeni adalah terletak pada teori implikatur dan penggunaan

    teknik pada tahap pengumpulan, analisis, serta penyajian data. Sedangkan

    perbedaannya terletak pada data dan sumber data. Data dan sumber data pada

    penelitian yang dilakukan oleh Albina Nur Aeni yaitu tuturan kata bijak Mario Teguh

    pada tuturan Mario Teguh Golden Ways di Metro TV, sedangkan penelitian ini

    menggunakan sumber datanya berupa slogan produk makanan ringan di televisi

    periode Maret – April 2017.

    B. Landasan Teori

    1. Pengertian Pragmatik

    Menurut Wijana dan Rohmadi (2011: 4), pragmatik adalah cabang ilmu bahasa

    yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal, yaitu bagaimana satuan

    kebahasaan itu digunakan di dalam komunikasi. Pragmatik sebagai kajian struktur

    eksternal bahasa mengamati berbagai aspek pemakaian bahasa dalam situasi yang

    konkret. Situasi yang konkret dalam hal ini mengandaikan sebuah tuturan benar-benar

    dipandang sebagai produk sebuah tindak tutur yang jelas konteks lingual (koteks) dan

    konteks ekstralingual (konteks) nya. Konteks ekstralingual digunakan

    untuk mengungkapkan maksud (makna penutur) yang tersembunyi di balik sebuah

    ujaran.

    Kemudian menurut Tarigan (2009: 30) pragmatik menelaah ucapan-ucapan

    khusus dalam situasi-situasi khusus dan memusatkan perhatian pada aneka ragam cara

    yang merupakan wadah aneka konteks sosial. Sedangkan Yule (2006: 3), pragmatik

    adalah studi tentang makna yang disampaikan oleh penutur (atau penulis) dan

    ditafsirkan oleh pendengar (atau pembaca).

    Implikaror Konvensional Pada..., Uun Fajriana, FKIP UMP, 2017

  • 12

    Berdasarkan pengertian pragmatik menurut para ahli dapat disimpulkan bahwa

    pragmatik merupakan salah ilmu yang mengkaji tentang bagaimana memahami

    bahasa yang disampaikan orang lain tentang apa yang ada dalam pikiran mereka

    secara linguistik.

    2. Wujud Implikatur dalam Makna Pragmatik Imperatif

    Wujud implikatur dalam makna pragmatik imperatif dapat berupa tuturan yang

    bermacam-macam. Wujud implikatur dalam makna pragmatik imperatif ini di adopsi

    dari buku Pragmatik Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia karya Kunjana Rahardi.

    Pengadopsian teori dilakukan karena adanya kesesuaian teori antara implikatur

    dengan imperatif. Menurut Rahardi (2005: 93-116), makna pragmatik imperatif di

    dalam bahasa Indonesia ada 17 macam yaitu imperatif perintah, imperatif suruhan,

    imperatif permintaan, imperatif permohonan, imperatif permohonan, imperatif

    desakan, imperatif bujukan, imperatif imbauan, imperatif persilaan, imperatif ajakan,

    imperatif izin, imperatif permintaan izin, imperatif menizinkan, imperatif larangan,

    imperatif harapan, imperatif umpatan, imperatif pemberian ucapan selamat, imperatif

    anjuran dan imperatif ngelulu.

    Dari 17 macam makna pragmatik imperatif, pada implikatur konvensional

    hanya mengandung beberapa makna pragmatik imperatif diantaranya imperatif,

    bujukan, persilaan, larangan, ajakan, dan anjuran. Ketujuh belas imperatif yang telah

    disederhanakan menjadi lima sesuai dengan kalimat slogan dan konteks iklan yang

    melingkupinya. Artinya implikatur konvensional mengandung implikasi yang

    diperoleh dari makna kata atau bentuk bahasa yang ada maknanya yang non temporer

    Implikaror Konvensional Pada..., Uun Fajriana, FKIP UMP, 2017

  • 13

    (tahan lama) sehingga hanya memperoleh beberapa makna pragmatik imperatif.

    Adapun yang dimaksud dengan wujud pragmatik adalah realisasi maksud dengan

    wujud pragmatik adalah realisasi maksud imperatif dalam bahasa Indonesia apabila

    dikaitkan dengan konteks situasi tutur yang meletarbelakanginya, makna pragmatik

    imperatif tuturan yang dimaksud dapat bersifat ekstralinguistik dan dapat pula

    bersifat intralinguistik.

    Ketujuh belas macam makna pragmatik imperatif tersebut ditemukan baik di

    dalam imperatif langsung maupun di dalam imperatif tidak langsung. Pada bagian-

    bagian berikut ini, masing-masing wujud makna pragmatik imperatif tersebut

    diuraikan secara terperinci.

    a. Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Bujukan

    Menurut Rahardi (2005: 102), imperatif yang bermakna bujukan di dalam

    bahasa Indonesia biasanya, diungkapkandengan penanda kesantunan ayo atau mari.

    Selain itu, dapat juga imperatif tersebut diungkapkan dengan penanda kesantunaan

    tolong, seperti dapat dilihat pada contoh tuturan (4) berikut ini.

    (4) Ibu kepada anaknya: “Habiskan susunya dulu, ya! Nanti terus ke Malioboro

    Mall.”

    Tuturan ini disampaikan oleh seorang Ibu kepada anaknya yang masih kecil dan agak

    sulit disuruh minum susu. Tuturan ini dimaksudkan agar ia mau minum susu.

    b. Tuturan yang Mengandung Pragmatik Imperatif Persilaan

    Menurut Rahardi (2005: 104), imperatif persilaan dalam bahasa Indonesia,

    lazimnya, digunakan dengan penanda kesantunan silakan. Seringkali digunakan pula

    Implikaror Konvensional Pada..., Uun Fajriana, FKIP UMP, 2017

  • 14

    bentuk pasif dipersilakan untuk menyatakan maksud pragmatik imperatif persilaan itu.

    Bentuk yang kedua cenderung lebih sering digunaka pada acara-acara formal yang

    sifatnya protokoler. Tuturan (5) berikut dapat dipertimbangkan untuk memperjelas hal

    ini.

    (5) Ketua Senat Mahasiswa : “Silahkan Saudara Monik!” Monik : “Terima Kasih Saudara Ketua”

    Tuturan ini merupakan cuplikan percakapan yang terjadi di sebuah kampus pada saat

    berlangsung rapat senat mahasiswa.

    c. Tuturan yang Mengandung Pragmatik Imperatif Ajakan

    Menurut Rahardi (2005: 106), imperatif dengan makna ajakan, baiasaya,

    ditandai dengan pemakaian penanda penanda kesantunan mari atau ayo. Kedua

    macam penanda kesantunan itu masing-masing memiliki ajakan. Pemakaian penanda

    kesantunan itu dalam tuturan dapat dilihat pada contoh tuturan (6) berikut.

    (6) Monik kepada Tante : Mari makan, Tante!”

    Tuturan ini terjadi dalam ruang makan pada sebuah keluarga, orang yang satu

    mengajak orang lain untuk makan bersama.

    d. Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Larangan

    Menurut Rahardi (2005: 109), imperatif dengan makna larangan dalam bahasa

    Indonesia, biasanya, ditandai oleh pemakaian kata jangan, seperti dapat dilihat pada

    contoh tuturan berikut.

    (7) Ishak kepada Satilawati : “Jangan kau sangka aku akan bersedih oleh

    karena ini!” (Satilawati bergerak seperti hendak

    pergi).

    Implikaror Konvensional Pada..., Uun Fajriana, FKIP UMP, 2017

  • 15

    Tuturan ini terjadi pada saat keduanya sdang bertengkar di tempat tertentu. Pria dan

    wanita ini memiliki hubungan khusus yang sangat dekat dan khusus.

    e. Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Anjuran

    Menurut Rahardi (2005: 114), secara struktural, imperarif yang mengandung

    makna anjuran, biasanya, ditandai dengan penggunaan kata hendaknya dan sebaiknya.

    Contoh tuturan berikut dapat dipertimbangkan untuk memperjelas hal ini.

    (8) Orang tua kepada anak: “Sebaiknya uang ini kamu simpan saja di almari.”

    Tuturan ini disampaiakan oleh ibu kepada anaknya yang masih kecil, ia baru saja

    mendapatkan uang saku dari saudaranya.

    3. Pengertian Wacana

    Menurut Mulyana (2005: 1), wacana merupakan unsur kebahasaan yang relatif

    kompleks dan paling lengkap. Satuan pendukung kebahasaannya meliputi fonem,

    morfem, kata, frasa, klausa, kalimat, paragraf, hingga karangan utuh. Namun, wacana

    pada dasarnya juga merupakan unsur bahasa yang bersifat pragmatis. Apalagi

    pemakaian dan pemahaman wacana dalam komunikasi memerlukan berbagai alat

    (piranti) yang cukup banyak. Kemudian menurut Crystal (dalam Wijana dan Romadi,

    2011: 68), wacana adalah rangkaian kalimat sinambung bahasa (khususnya lisan)

    yang lebih luas dari kalimat. Dari sudut pandang wacana sebagai satuan (unit)

    perilaku maka ia adalah sehimpunan ujaran yang merupakan peristiwa wicara yang

    dapat dikenali (tanpa merujuk pada penstrukturan kebahasaannya), seperti percakapan,

    lelucon, khotbah, dan wawancara.

    Implikaror Konvensional Pada..., Uun Fajriana, FKIP UMP, 2017

  • 16

    Sementara itu Tarigan (dalam Wijana dan Rohmadi, 2011: 68), mengatakan

    bahwa wacana adalah satuan bahasa terlengkap dan tertinggi ataau terbesar diatas

    kalimat atau klausa dengan koherensi dan kohesi tinggi yang berkesinambungan yang

    mempunya awal dan akhir yang nyata, disampaikan secara lisan atau tulis. Lebih

    lanjut menurut Djajasudarma (dalam Wijana dan Rohmadi, 2011: 68) menjelaskan

    wacana adalah rentetan kalimat yang berkaitan, yang menghubungkan proposisi yang

    satu dengan proposisi yang lain, dan membentuk satu kesatuan. Dari pengertian itu,

    menjelaskan makna proposisi sebagai isi konsep yang masih kasar yang akan

    melahirkan pernyataan (statement) dalam bentuk kalimat atau wacana.

    Berdasarkan pendapat oleh para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa wacana

    merupakan kumpulan kalimat. Sebuah kalimat merupakan kumpulan dari beberapa

    kata dan kata kumpulan dari beberapa suku kata. Dengan demikian wacana

    merupakan satuan bahasa terlengkap yang terbentuk berdasarkan konteks yang

    melingkupinya.

    a. Unsur-unsur Wacana

    Menurut Mulyana (2005: 7), wacana memiliki dua unsur pendukung utama,

    yaitu unsur dalam (internal) dan unsur luar (eksternal). Unsur internal berkaitan

    dengan aspek formal kebahasaan, sedangkan unsur eksternal berkenaan dengan hal-

    hal di luar wacana itu sendiri. Kedua unsur tersebut membentuk satu kepaduan dalam

    suatu struktur yang utuh dan lengkap.

    Kemudian menurut Mulyana (2005: 11), unsur eksternal (unsur luar) wacana

    adalah sesuatu yang menjadi bagian wacana, namun tidak nampak secara eksplisit.

    Sesuatu itu berada di luar satuan lingual wacana. Kehadirannya berfungsi sebagai

    Implikaror Konvensional Pada..., Uun Fajriana, FKIP UMP, 2017

  • 17

    pelengkap keutuhan wacana. Unsur-unsur eksternal ini terdiri atas implikatur,

    presuposisi, referensi, inferensi, dan konteks.

    1) Implikatur

    Menurut Wijana dan Rohmadi (2011:120) implikatur merupakan salah satu

    aspek kajian yang penting atau mungkin yang paling penting dalam studi kebahasaan

    yang berbau pragmatik. Kemudian menurut Chaer (2010: 33) implikatur atau

    implikatur percakapan adalah adanya keterkaitan antara ujaran dari sesorang penutur

    dan lawan tuturnya. Namun keterkitan itu tidak tampak secara literal; tetapi dipahami

    tersirat. Lebih lanjut menurut Rahardi (2005: 42-43), mengemukakan bahwa di dalam

    pertuturan yang sesungguhnya, penutur dan mitra tutur dapat secara lancar

    berkomunikasi karena mereka berdua memiliki semacam kesamaan latar belakang

    pengetahuan tentang sesuatu yang dipertuturkan itu. Diantara penutur dan mitra tutur

    terdapat semacam kontrak percakapan tidak tertulis bahwa apa yang sedang

    dipertuturkan itu saling dimengerti.

    Pengertian implikatur menurut para ahli dapat disimpulkan bahwa implikatur

    adalah sebuah penafsiran yang secara tidak langsung atau tidak diungkapkan makna

    tuturan yang sebenarnya oleh penutur kepada mitra tutur dengan disembunyikan

    secara implisit sehingga tidak nampak apa yang sebenarnya ingin disampaikan oleh

    penutur.

    Menurut Grice (dalam Leech, 1993: 17) menyatakan, bahwa “ada dua jenis

    implikatur, yaitu conventional implicature (implikatur konvensional) dan conversation

    implicature (implikatur percakapan).

    Implikaror Konvensional Pada..., Uun Fajriana, FKIP UMP, 2017

  • 18

    a) Implikatur Konvensional

    Menurut Kridalaksana (2008: 91) implikatur konvensional merupakan makna

    yang dipahami atau diharapkan pada bentuk-bentuk bahasa tertentu tetapi tidak

    terungkap. Kemudian Grice (dalam Leech, 1993: 17) implikatur konvensional yaitu

    implikasi pragmatik yang diperoleh langsung dari makna kata, bukan dari prinsip-

    prinsip percakapan. Lebih lanjut Nababan (dalam Siallagan, 2013), menyatakan

    bahwa implikatur konvensional mengandung pesan yang diperoleh langsung dari

    makna kata (yang didengar) bukan dari prinsip percakapan dan tidak didasarkan pada

    prinsip kerjasama. Sedangkan menurut Yule (2006: 78) implikatur konvensional

    diasosiasikan dengan kata-kata khusus dan menghasilkan maksud tambahan yang

    disampaikan apabila kata-kata itu digunakan. Pemahaman terhadap implikasi yang

    bersifat konvensional mengandalkan kepada pendengar memiliki pengalaman dan

    pengetahuan umum. Contoh adalah sebagai berikut:

    (9) Muhammad Ali adalah petarung yang indah.

    (10) Lestari putri Solo, jadi ia luwes.

    Kata petarung pada (23) berarti „atlit tinju‟. Pemaknaan ini dipastikan benar, karena

    secara umum (konvensional), orang sudah mengetahui bahwa Muhammad Ali adalah

    atlit tinju, yang legendaris. Jadi, dalam konteks wacana tersebut, orang tidak akan

    memahami kata petarung dengan pengertian yang lain. Demikian juga implikasi

    umum yang dapat diambil antara putri Solo dengan luwes pada contoh (24). Selama

    ini, kota Solo selalu mendapat predikat sebagai kota kebudayaan yang penuh dengan

    kehalusan dan keluwesan putri-putrinya. Implikasi yang muncul adalah, bahwa

    perempuan atau wanita Solo umumnya dikenal luwes penampilannya.

    Implikaror Konvensional Pada..., Uun Fajriana, FKIP UMP, 2017

  • 19

    Pengertian implikatur konvensional yang telah dijelaskan oleh para ahli dapat

    disimpulkan bahwa implikatur konvensional merupakan penafsiran makna yang

    secara tidak langsung atau tidak diungkapkan tuturan yang sebenarnya, dan hanya

    diperoleh dari makna kata untuk memberikan informasi bukan berbentuk dalam

    sebuah percakapan.

    b) Implikatur Percakapan

    Menurut Yule (2006: 69) implikatur percakapan merupakan asumsi dasar

    percakapan adalah, jikalau tidak ditunjukkan sebaliknya, bahwa peserta-pesertanya

    mengikuti prinsip kerja sama dan maksim-maksim. Kemudian menurut Grice dalam

    Leech (1993: 17) implikatur percakapan memiliki makna dan pengertian yang lebih

    bervariasi. Pemahaman “yang dimaksud” sangat tergantung pada konteks terjadinya

    percakpan. Grice juga menghubungkan konsep implikatur percakapan dengan

    penerapan kaidah prisnip kerjasama. Implikatur percakapan memiliki makna dan

    pengertian yang lebih bervariasi. Pasalnya, pemahaman terhadap hal “yang

    dimaksudkan” sangat bergantung kepada konteks terjadinya percakapan. Sedangkan

    menurut Levinson (dalam Mulyana, 2005: 13), implikatur percakapan hanya muncul

    dalam suatu tindak percakapan (speech act). Oleh karenanya, implikatur tersebut

    bersifat temporer (terjadi saat berlangsungnya tindak percakapan), dan non

    konvensional (sesuatu yang diimplikasikan tidak mempunyai relasi langsung dengan

    tuturan yang diucapkan.

    (11) Ibu : Ani, adikmu belum makan.

    Ani : Ya, Bu. Lauknya apa?

    Percakapan (11) antara Ibu dengan Ani mengandung implikatur percakapan yang

    bermakna “perintah menyuapi”. Dalam tuturan itu, tidak ada sama sekali bentuk

    Implikaror Konvensional Pada..., Uun Fajriana, FKIP UMP, 2017

  • 20

    kalimat perintah. Tuturan yang hanyalah pemberitahuan bahwa „adik belum makan‟.

    Namun karena Ani dapat memahami implikatur yang disampaikan Ibunya, ia

    menjawab dan kesiapan untuk melaksanakan perintah ibunya tersebut.

    2) Presuposisi

    Menurut Mulyana (2005: 14), presuposisi yaitu anggapan dasar atau

    penyimpulan dasar mengenai konteks dan situasi berbahasa yang membuat bentuk

    bahasa menjadi bermakna bagi pendengar/pembaca. Praanggapan membantu

    pembicara menentukan bentuk-bentuk bahasa (kalimat) untuk mengungkapkan makna

    atau pesan yang dimaksud. Kemudian menurut Chaer (2010: 32) pranggapan atau

    presuposisi adalah “pengetahuan” bersama yang dimiliki oleh penutur dan lawan tutur

    yang melatarbelakangi suatu tindak tutur. Sedangkan menurut Wijana dan Rohmadi

    (2011: 37), sebuah kalimat dapat mempresuposisikan dan mengimplikasikan kalimat

    yang kedua (jika dipresuposisikan) mengakibatkan kalimat yang pertama (yang

    mempresuposisikan) tidak dapat kalimat yang pertama (yang mempresuposisikan)

    tidak dapat dikatakan benar atau salah. Contohnya adalah sebagai berikut.

    (12) Santo : Aku merasa capai sekali karena berjalan kaki terlalu jauh, tidak

    ada kendaraan.

    Tono : (Segera ke belakang mengambil air minum dan ia

    mempersilahkan Santo meneguknya).

    Santo : Terima kasih. Kau tahu benar aku merasa haus.

    Dari percakapan di atas dapat diketahui bahwa ketika Santo bercerita tentang proses

    sampainya ke rumah Tono, Tono beranggapan:

    1) Ada sesuatu yang diminta oleh Santo. 2) Santo ingin minum.

    Implikaror Konvensional Pada..., Uun Fajriana, FKIP UMP, 2017

  • 21

    3) Referensi

    Menurut Mulyana (2005: 56), secara tradisional referensi berarti hubungan

    antara kata dengan benda (orang, tumbuhan, sesuatu lainnya) yang dirujuknya.

    Referensi merupakan perilaku penulis/pembicara. Jadi, yang menentukan referensi

    suatu tuturan adalah pihak penulis sendiri, sebab hanya pihak penulis yang paling

    mengetahui hal yang diujarkan dengan hal yang dirujuk oleh pengujarnya. Pendengar

    atau pembaca hanya dapat menerka hal yang dimaksud oleh pembicara dalam

    ujarannya itu. Terkaan itu bersifat relatif, bisa benar, bisa pula salah.

    Kemudian menurut Yule (2006: 27) referensi sebagai suatu tindakan dimana

    seorang penutur, atau penulis, menggunakan bentuk linguistik untuk memungkinkan

    seorang pendengar atau pembaca mengenali sesuatu. Menurut Halliday (dalam

    Mulyana, 2005: 16-17), referensi dilihat dari acuannya dapat dibagi menjadi dua

    bagian. Kedua bagian tersebut yaitu referensi eksofora dan referensi endofora.

    Referensi eksofora adalah interpretasi terhadap kata yang terletak di luar teks.

    Referensi endofora adalah interpretasi terletak di dalam teks itu sendiri. Selanjutrnya

    akan dipaparkan secara lebih jelas mengenai referensi eksofora dan referensi

    endofora. Contohnya adalah sebagai berikut.

    (13) Pranowo terpilih menjadi lurah di Karangjati. Dia dikenal dekat dengan warganya. Desa itu memang membutuhkan pemimpin yang merakyat.

    Bentuk “dia” pada kalimat kedua mengacu pada topik/subjek orang yang bernama

    Pranowo, sedangkan desa “itu” menunjuk pada desa Karangjati.

    4) Inferensi

    Menurut Gorys Keraf (2007: 7), kata inferensi berasal dari kata inferre yang

    berarti menarik kesimpulan. Dalam logika, juga dalam bidang ilmiah lainnya, kata

    Implikaror Konvensional Pada..., Uun Fajriana, FKIP UMP, 2017

  • 22

    inferensi adalah kesimpulan yang diturunkan dari apa yang ada atau dari fakta-fakta

    yang ada. Kemudian menurut Echols dan Hassan (dalam Mulyana, 2005: 19) inferensi

    atau inference secara leksikal berarti kesimpulan. Selanjutnya menurut Moeliono

    (dalam Mulyana, 2005: 19) dalam bidang wacana, istilah itu berarti sebagai proses

    yang dilakukan pembaca untuk memahami makna yang secara harfiah tidak terdapat

    di dalam wacana yang diungkapkan oleh pembicara/penulis. Pembaca harus dapat

    mengambil pengertian, pemahaman, atau penafsiran suatu makna tertentu. Dengan

    kata lain, pembaca harus mampu mengambil kesimpulan sendiri, meskipun makna itu

    tidak terungkap secara eksplisit. Sedangkan. Contohnya adalah sebagai berikut.

    (14) Becak dilarang beroperasi di Ibukota (15) Jakarta sudah menyaipkan gantinya

    Inferensi yang menjembatani kedua ujaran (kalimat) pada contoh diatas adalah

    hubungan antara “ibukota” pada kalimat (14) dengan “Jakarta” pada kalimat (15)

    kedua hal tersebut seharusnya dipertalikan oleh satu kalimat lagi sebagai penghubung.

    Mislanya Ibukota Indonesia adalah Jakarta. Kalimat inilah yang sebenarnya disebut

    sebagai “mata rantai yang hilang”. Kalimat ini ada tetapi tidak perlu ditampakkan

    secara eksplisit.

    5) Konteks Wacana

    Menurut Mulyana (2005: 21), konteks ialah situasi atau latar terjadinya suatu

    komunikasi. Konteks dapat dianggap sebagai sebab dan alasan terjadinya suatu

    pembicaraan/dialaog/. Segala sesuatu yang berhubungan dengan tuturan, apakah itu

    berkaitan dengan arti, maksud, maupun informasinya, sangat bergantung pada konteks

    yang melatarbelakangi peristiwa tuturan itu. Menurut Alwi dkk (2010: 434), konteks

    wacana terdiri atas berbagai unsur seperti situasi, pembicara, pendengar, waktu,

    Implikaror Konvensional Pada..., Uun Fajriana, FKIP UMP, 2017

  • 23

    tempat, adegan topik, peristiwa, bentuk, amanat, kode, dan saran. Tiga unsur yang

    terakhir, yaitu bentuk amanat, kode, dan sarana perlu mendapat penjelasan. Bentuk

    amanat dapat berupa surat, esai, iklan, pemberitahuan, pengunguman, dan sebagainya.

    Menurut Syafi‟ie (dalam Mulyana, 2005: 24) menambahkan bahwa, apabila

    dicermati dengan benar, konteks terjadinya suatu percakapan dapat dipilah menjadi

    empat macam yaitu, konteks linguistik (linguistic context) adalah kalimat-kalimat

    dalam percakapan, konteks epistemis (epistemic context), adalah latar belakang

    pengetahuan yang sama-sama diketahui partisipan, konteks fisik (physical context),

    meliputi terjadinya percakapan, objek yang disajikan dalam percakapan, dan tindakan

    partisipan, konteks sosial (social conyrxt), yaitu relasi sosio-kultural yang melengkapi

    hubungan atau partisispan dala percakapan.

    Konteks situasi adalah lingkungan langsung tempat teks itu benar-benar

    berfungsi. Dalam kajian sosiolinguistik, Dell Hymes (dalam Mulyana, 2005: 23-24),

    merumuskan dengan baik sekali ihwal faktor-faktor penentu peristiwa tutur tersebut,

    melalui akronim SPEAKING. Tiap-tiap fonem mewakili penentu yang dimaksudkan.

    S: Setting and Scene, yaitu latar dan suasana. Latar (setting) lebih bersifat fisik, yang

    meliputi tempat dan waktu terjadinya tuturan. Sementara suasana adalah latar

    psikis yang lebih mengacu pada suasana psikologis yang menyertai peristiwa

    tuturan.

    P: Partisipants, peserta tuturan yaitu orang-orang yang terlibat dalam percakapan,

    baik langsung maupun tidak langsung. Hal-hal yang berkaitan dengan partisipan,

    seperti usia, pendidikan, latar sosial, dan sebagainya, juga menjadi perhatian.

    E: Ends, hasil, yaitu hasil atau tanggapan dari suatu pembicaraan yang memang

    diharapkan oleh penutur (ends as outcomes), dan tujuan akhir pembicaraan itu

    sendiri (ends in view goals).

    Implikaror Konvensional Pada..., Uun Fajriana, FKIP UMP, 2017

  • 24

    A: Act sequences, pesan/amanat, terdiri dari bentuk pesan (message form) dan isi

    pesan (message content). Dalam kajian pragmatik, bentuk pesan meliputi; lokusi,

    ilokusi, perlokusi.

    K: Key, meliputi cara, nada, sikap, atau semangat dalam melakukan percakapan.

    Semangat percakapan antara lain, misalnya: serius, santai, akrab.

    I: Instrumentalities atau sarana, yaitu sarana percakapan, misalnya: dengan lisan,

    tertulis, surat.

    N: Norms, atau norma, menunjuk pada norma atau aturan yang membatasi

    percakapan. Misalnya, apa yang boleh dibicarakan atau tidak, bagaimana cara

    membicarakannya: halus, kasar, terbuka, jorok, dan sebagainya.

    G: Genres, atau jenis, yaitu jenis atau bentuk wacana. Hal ini langsung menunjuk

    pada jenis wacana yang disampaikan, misalnya: wacana tetepon, wacana Koran,

    wacana puisi, ceramaah, dan sebagainya.

    Dari uraian di atas menegenai konteks situasi, peneliti menyimpulkan bahwa

    konteks situasi adalah proses terbentuknya lingkungan secara langsung mengenai

    tempat teks menjadi benar-benar berfungsi. Dengan demikian konteks menunjukan

    peranan penting dalam memberikan tafsiran dalam suatu wacana sehingga dapat

    diketahui secara benar.

    4. Iklan

    a. Pengertian Iklan

    Menurut Vera (2014: 43), iklan merupakan bagian dalam komunikasi, dimana

    pesan tersebut berisi informasi tentang suatu produk, baik barang maupun jasa.

    Menurut Wright (dalam Mulyana, 2005: 63), iklan merupakan proses komunikasi

    Implikaror Konvensional Pada..., Uun Fajriana, FKIP UMP, 2017

  • 25

    yang mempunyai kekuatan penting sebagai sarana pemasaran, membantu layanan,

    serta gagasan dan ide-ide memalui saluran tertentu dalam bentuk informasi yang

    bersifsat persuasif. Kemudian menurut Jefkins (1997: 5), periklanan merupakan

    pesan-pesan penjualan yang paling persuasif yang diarahkan kepada para calon

    pembeli yang paling potensial atas produk baran tau jasa tertentu dengan biaya yang

    semurah-murahnya. Umumnya, iklan dipasang di media massa, baik cetak maupun

    elektronik. Perbedaan antara iklan dengan informasi atau pengumuman bisa terletak

    pada ragam bahasa, retorika penyampaian, dan daya persuasif yang diciptakan. Pada

    iklan, bahasanya distrategikan agar berdaya persuasi, yaitu mempengaruhi masyarakat

    agar tertarik dan membeli.

    Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh beberapa ahli, dapat

    disimpulkan bahwa iklan merupakan proses penyampaian informasi kepada khalayak

    umum tentang penawaran barang atau jasa yang dihasilkan oleh produsen.

    b. Bahasa Iklan

    Bahasa iklan memiliki ciri dan karakter tertentu. Dalam iklan, penggunaan

    bahasa menjadi salah satu aspek penting bagi keberhasilan iklan. Oleh karena itu

    bahasa iklan harus mampu menjadi manifestasi atau presentasi dari hal yang

    diinginkan pihak pengiklanan kepada masyarakat luas. Tujuannya ialah untuk

    mempengaruhi masyarakat agar tertarik dengan sesuatu yang diiklankan (Mulyana,

    2005: 65).

    Bahasa iklan memegang peranan sangat vital dalam menyampaikan maksud

    iklan itu sendiri. Di media elektronik, seperti televisi misalnya, terkadang ditemukan

    iklan yang minim bahasa. Gejala itu tidak dengan sendirinya menafikkan pentingnya

    Implikaror Konvensional Pada..., Uun Fajriana, FKIP UMP, 2017

  • 26

    bahasa dalam iklan. Persoalan sedikit banyaknya bahasa yang digunakan hanya

    berkutat pada pemahaman tentang aspek mana yang lebih perlu untuk ditonjolkan

    dalam iklan, gambar atau bahasa verbal.

    Pada kenyataannya, bahasa (iklan) sebagai kenyataan sosial (social reality)

    telah ikut mempengaruhi masyarakat dalam menentukan pandangan, gagasan, dan

    perilaku mereka. Bahasa iklan yang terus menerus didengar akan merusak dan

    mengkristal dipikiran dan jiwa masyarakat. Akibatnya, hal yang dilakukan akan secara

    otomatis dimunculkan tatkala seseorang menghadapi sesuatu persoalan.

    Bahasa iklan dengan demikian telah memperlihatkan fungsinya secara sosio-

    kultural kepada masyarakat itu sendiri. Berkaitan dengan bahasa iklan, yang sering

    terjadi ialah gejala pencitraan dalam iklan tentu saja berpengaruh besar terhadap

    kehidupan masyarakat pada umumnya.

    c. Iklan di Televisi

    Iklan merupakan pemberitahuan (Poerwadarminta: 2007: 435). Televisi

    merupakan penyiaran pertunjukan dan sebagainya dengan alat penerima, pertunjukan

    tadi diwujudkan sebagai gambar hidup (Poerwadarminta, 2007: 1234). Dengan

    demikian, maka dapat disimpulkan bahwa iklan televisi adalah pemberitahuan berupa

    informasi lewat penyiaran pertunjukan yang diwujudkan dengan gambar hidup.

    Televisi merupakan media yang dapat memberikan kombinasi antara suara

    dengan gambar yang bergerak, dan dapat dinikmati oleh siapa saja (Swastha dan

    Sukotjo, 1999: 225). Televisi menjadi salah satu kebutuhan bagi manusia selain

    memberikan informasi, televisi menjadi sarana hiburan bagi masyarakat. Iklan yang

    dimunculkan di televisi kebanyakan adalah penawaran produk-produk yang di

    Implikaror Konvensional Pada..., Uun Fajriana, FKIP UMP, 2017

  • 27

    produksi oleh para konsumen. Iklan produk yang disiarkan di televisi umumnya

    bertujuan untuk mempengaruhi masyarakat dalam memberikan ketertarikan untuk

    membeli produk yang dihasilkan. Televisi merupakan sarana hiburan utama bagi

    keluarga, maka produk-produk yang diiklankan di televisi merupakan sarana hiburan

    utama bagi keluarga, konsumen, baik yang dikonsumsi setiap hari maupun yang tahan

    lama (durable goods).

    5. Slogan Iklan Produk Makanan Ringan

    Slogan adalah kata-kata yang menarik atau mencolok dan mudah diingat yang

    dipakai untuk mengiklankan sesuatu (Poerwadarminta, 2007: 1136). Slogan biasanya

    menggunakan kata yang singkat dan mudah dipahami. Dengan adanya slogan yang

    singkat dan mudah dipahami memudahkan pemirsa untuk memahami maksud dari

    slogan tersebut.

    Makanan merupakan salah satu kebutuhan manusia untuk kelangsungan

    hidupnya. Melalui makanan, manusia mendapatkan kenikmatan yaitu berupa rasa

    kenyang dan juga penghilang rasa lapar. Kebutuhan adalah barang apa yang

    diperlukan (Poerwadarminta, 2007: 199). Makanan ringan atau biasa juga disebut

    camilan atau dalam bahasa Inggris disebut makanan ringan adalah istilah bagi

    makanan yang bukan merupakan menu utama (makan pagi, makan siang, atau makan

    malam). Makanan yang dianggap makanan ringan merupakan makanan untuk

    menghilangkan rasa lapar sesorang sementara waktu, memberi sedikit pasokan tenaga

    ke tubuh, atau sesuatu yang dimakan untuk dinikmati rasanya. Makanan ringan juga

    biasanya di makan dalam keadaan santai sehingga makanan ringan menjadi salah satu

    pelengkap dalam kebutuhan sehari-hari.

    Implikaror Konvensional Pada..., Uun Fajriana, FKIP UMP, 2017

  • 28

    C. Kerangka Pemikiran

    Implikatur Konvensional Pada Slogan Produk Makanan Ringan

    Periode Maret – April 2017.

    Pragmatik

    Wacana

    Bentuk Implikatur Konvensional

    dalam Makna Imperatif

    Unsur Eksternal

    Wacana

    1. Implikatur

    Percakapan

    2. Implikatur

    Konvensional

    Implikatur Konvensional

    Imperatif Permintaan Imperatif Bujukan

    Imperatif Persilaan

    Imperatif Larangan

    Imperatif Anjuran Imperatif Ajakan

    Slogan Iklan Produk Makanan Ringan di Televisi Periode Maret- April 2017

    Implikaror Konvensional Pada..., Uun Fajriana, FKIP UMP, 2017