BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Discharge Planning 1....

25
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Discharge Planning 1. Pengertian Discharge planning merupakan suatu rencana yang disusun untuk klien, sebelum keluar dari Rumah Sakit yang dimulai dari mengumpulkan data sampai dengan masuk area perawatan yaitu meliputi pengkajian, rencana perawatan, implementasi dan evaluasi (Fisbach, 1994). Discharge planning adalah suatu pendekatan interdisipliner meliputi pengkajian kebutuhan klien tentang perawatan kesehatan diluar Rumah Sakit, disertai dengan kerjasama dengan klien dan keluarga klien dalam mengembangkan rencana- rencana perawatan setelah perawatan di Rumah Sakit (Brunner & Sudarth, 2002). Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa discharge planning atau perencanaan pemulangan adalah suatu proses pembelajaran yang melibatkan klien dan keluarga untuk meningkatkan pemahaman dan mengembangkan kemampuan klien dan keluarga tentang perawatan di rumah, masalah kesehatan yang dihadapi, untuk mempercepat penyembuhan menghindari kemungkinan komplikasi dengan pembatasan aktifitas menciptakan memberikan lingkungan yang aman bagi klien di rumah. 2. Tujuan Tujuan dari perencanaan pemulangan pasien adalah :

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Discharge Planning 1....

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Discharge Planning 1. Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/4/2318-3-bab2.pdfrencana perawatan setelah perawatan di Rumah Sakit (Brunner & Sudarth,

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Discharge Planning

1. Pengertian

Discharge planning merupakan suatu rencana yang disusun untuk klien,

sebelum keluar dari Rumah Sakit yang dimulai dari mengumpulkan data sampai

dengan masuk area perawatan yaitu meliputi pengkajian, rencana perawatan,

implementasi dan evaluasi (Fisbach, 1994).

Discharge planning adalah suatu pendekatan interdisipliner meliputi pengkajian

kebutuhan klien tentang perawatan kesehatan diluar Rumah Sakit, disertai dengan

kerjasama dengan klien dan keluarga klien dalam mengembangkan rencana-

rencana perawatan setelah perawatan di Rumah Sakit (Brunner & Sudarth, 2002).

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa discharge planning

atau perencanaan pemulangan adalah suatu proses pembelajaran yang melibatkan

klien dan keluarga untuk meningkatkan pemahaman dan mengembangkan

kemampuan klien dan keluarga tentang perawatan di rumah, masalah kesehatan

yang dihadapi, untuk mempercepat penyembuhan menghindari kemungkinan

komplikasi dengan pembatasan aktifitas menciptakan memberikan lingkungan

yang aman bagi klien di rumah.

2. Tujuan

Tujuan dari perencanaan pemulangan pasien adalah :

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Discharge Planning 1. Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/4/2318-3-bab2.pdfrencana perawatan setelah perawatan di Rumah Sakit (Brunner & Sudarth,

a. Meningkatkan pemahaman pasien dan keluarga tentang masalah kesehatan,

kemungkinan komplikasi dan pembatasan yang diberlakukan pada pasien di

rumah.

b. Mengembangkan kemampuan merawat pasien dan keluarga untuk memenuhi

kebutuhan pasien dan memberikan lingkungan yang aman untuk pasien di

rumah.

c. Menyakinkan bahwa rujukan yang diperlukan untuk perawatan selanjutnya

dibuat dengan tepat (Ester, 2005).

3. Struktur

Menurut Mc.Kecnan dan Coulton (1970) yang dikutip oleh Jackson (1994)

menyatakan bahwa struktur dari perencanaan pemulangan terdiri dari struktur

formal dan informal. Model informal adalah model tradisional dimana perawat

harus berkonsultasi dengan dokter atau pekerja sosial dalam menyusun dalam

sebuah perencanaan pemulangan dan belum adanya suatu dokumentasi tertulis

dalam pelaksanaannya. Struktur formal dimana perencanaan pemulangan dibuat

secara tertulis yang berisikan tentang uraian peran, proses seleksi, penilaian

sistem dokumentasi serta metode evaluasi yang berkelanjutan.

Dugan dan Mossel (1992) yang dikutip oleh Jackson (1994) menyatakan

bahwa pada saat ini telah terjadi perubahan dalam pelaksanaan perencanaan

pemulangan dengan struktur tersendiri dimana perawat sebagai koordinasi dalam

pelaksanaannya dan selalu berkonsultasi dengan klien dan keluarga serta para

profesional lainnya dalam perencanaan pemulangan baik dalam pelaksanaannya.

4. Prinsip

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Discharge Planning 1. Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/4/2318-3-bab2.pdfrencana perawatan setelah perawatan di Rumah Sakit (Brunner & Sudarth,

Menurut Anne. M, Angela. D (2000) prinsip dari perencanaan pemulangan terdiri

dari penemuan kasus, pengkajian, koordinasi dan implementasi.

a. Penemuan kasus adalah kegiatan yang dilakukan dengan kerjasama antar

profesi kesehatan yang meliputi profesi keperawatan, medis, dan profesi lain

untuk mengidentifikasi faktor resiko yang akan dapat diatasi oleh pasien

selama perawatan di rumah. Faktor resiko tersebut adalah status kognitif atau

pengetahuan dari pasien mengenai penyakit dan pengobatannya, keadaan

tempat tinggal yang dapat mendukung perawatan pasien, lingkungan

masyarakat yang aman, faktor kultur dan usia.

b. Pengkajian adalah dimulainya mencari dan mengidentifikasikan kebutuhan dari

pasien dengan mencari informasi melalui wawancara dengan pasien dan

keluarga, serta pemeriksaan fisik dan lingkungan yang dapat membantu untuk

menentukan tingkat ketergantungan dari pasien. Hasil pengkajian tersebut

untuk selanjutnya akan didiskusikan dengan tim kesehatan lainnya untuk

menyusun perencanaan pemulangan.

c. Koordinasi adalah komunikasi dan kerjasama antar tim dari multidisiplin

profesi dan ilmu termasuk kerjasama dengan klien dan keluarga dalam

menyusun dan melaksanakan rencana pemulangan.

d. Implementasi adalah pelaksanaan dari rencana pemulangan yang berisi

rujukan, pelaksanaan dan evaluasi dari perencanaan pemulangan yang

dikerjakan sesuai bidang ilmu keperawatan.

5. Proses

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Discharge Planning 1. Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/4/2318-3-bab2.pdfrencana perawatan setelah perawatan di Rumah Sakit (Brunner & Sudarth,

Proses perencanaan pemulangan mengikuti struktur yang sama dengan proses

perawatan yang meliputi : pengkajian, analisa, perencanaan, pelaksanaan dan

evaluasi kebutuhan klien ( Kee & Borchers, 1998).

a. Pengkajian

Pengkajian perencanaan pemulangan terdiri dari “apa dan kapan” maksud

dari apa adalah apa yang harus dikaji dalam perencanaan pemulangan dan

kapan yang berarti kapan pengkajian tersebut dilaksanakan (Bull & Robert,

2001).

Pengkajian tentang apa meliputi lima area yaitu pengkajian area kognitif,

psikologis, status ekonomi atau finansial, akses dan dukungan lingkungan

baik formal maupun informal. Sedangkan untuk mengetahui kapan pengkajian

perencanaan pemulangan dilakukan adalah sejak pasien masuk ke Rumah

Sakit atau pada saat screening atau kontrol kesehatan. Pada tahap ini

diharapkan discharge planner mengetahui semua kebutuhan pasien (Bull &

Robert, 2001).

Pengkajian memerlukan seseorang yang diharapkan mampu melakukan

pengkajian yang meliputi pengkajian terhadap keluarga dan pengkajian pada

support dan dukungan dari masyarakat yang dapat mendukung dalam

perencanaan pemulangan dan pengkajian tentang pengetahuan dan

ketrampilan dari pasien tentang penyakit yang dihadapi, selanjutnya

pengkajian untuk rencana pemulangan akan didiskusikan oleh tim dari

multidisiplin ilmu, pasien dan keluarga. Dalam hal ini perlu kerjasama dengan

tim dari komunitas yaitu puskesmas (Bull & Robert, 2001).

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Discharge Planning 1. Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/4/2318-3-bab2.pdfrencana perawatan setelah perawatan di Rumah Sakit (Brunner & Sudarth,

b. Perencanaan

Penyusunan sebuah rencana pemulangan perlu dibentuk sebuah tim dari

berbagai disiplin ilmu yang melibatkan keluarga, sebab keluarga akan

membantu proses pelaksanaan dari perencanaan pemulangan setelah pasien

dipulangkan dari Rumah Sakit.

Literatur Medis menjelaskan bahwa rencana pemulangan merupakan

tanggung jawab dari dokter, sehingga disini dokterlah yang berhak

mengendalikan kerja dari tim dan setiap anggota tim bekerja dan berinteraksi

dalam rangka memenuhi kebutuhan dari klien dan keluarga atas dasar

keahlian masing-masing (Jackson, 1994).

Menurut Markey dan Igo (1987) dikutip oleh Jackson (1994)

menyatakan bahwa yang memiliki peran penting disini justru perawat

terutama dalam menyusun rencana pendidikan kesehatan klien dan keluarga,

hal ini didasarkan bahwa perawat lebih mengerti pada kebutuhan klien selama

dua puluh empat jam, terutama setelah klien di rumah atau post hospitalisasi.

Menurut Simmons (1986) dikutip oleh Jackson (1994) bahwa suatu

rencana pemulangan akan efektif bila ada tanggung jawab bersama dalam

memberikan pelayanan pada klien dan keluarga.

Perencanaan pemulangan didasarkan pada kebutuhan klien yang

didapatkan dari hasil pengkajian lengkap oleh tim sehingga dapat

direncanakan tanggal pemulangan dengan melibatkan pasien dan keluarga dan

pemberi pelayanan. Perencanaan pemulangan juga melibatkan petugas

pelayanan komunitas dalam hal ini adalah puskesmas ( Bull & Robert, 2001).

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Discharge Planning 1. Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/4/2318-3-bab2.pdfrencana perawatan setelah perawatan di Rumah Sakit (Brunner & Sudarth,

Perencanaan pemulangan dengan menyiapkan klien dan keluarga

bagaimana memberikan perawatan lanjutan di rumah diantaranya :

1) Mengajarkan pasien dan anggota keluarga tentang cara menangani

perawatan di rumah. Menyakinkan bahwa pasien dan keluarga memahami

apa masalahnya. Memberitahu mereka kemungkinan yang akan terjadi dan

kapan mereka diharapkan pulih total. Memberitahu mereka bagaimana

mengenali kemungkinan masalah kesehatan, dan apa yang dilakukan bila

mereka melihat tanda dan gejala masalah tersebut.

2) Memberitahu pembatasan aktifitas pasien, apa yang dapat dan tidak dapat

dilakukan pasien. Sebagai contoh pasien harus tidur pada sisi yang tidak

dioperasi. Pasien mungkin perlu menghindari aktifitas yang

meningkatkan tekanan pada mata seperti meregang sewaktu buang air

besar.

3) Mendiskusikan dengan pasien dan keluarga hal-hal yang perlu mereka

lakukan untuk membuat rumah lebih aman dan lebih mudah untuk pasien.

Bila pasien tidur jauh dari kamar mandi dan belum dapat berjalan dengan

baik karena gangguan penglihatan perlu menaruh wadah disamping tempat

tidur dan mendekatkan benda-benda yang kesehariannya dibutuhkan klien.

4) Memberitahu pasien dan keluarga tentang medikasi yang perlu digunakan

pasien. Menyakinkan mereka memahami kapan meminumnya dan

seberapa banyak. Menyakinkan bahwa pasien dan keluarga memahami

penggunaan obat minum sesuai dengan aturan.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Discharge Planning 1. Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/4/2318-3-bab2.pdfrencana perawatan setelah perawatan di Rumah Sakit (Brunner & Sudarth,

5) Mendiskusikan perlunya pola makan atau diit nutrisi yang adekuat.

Memberitahu keluarga ada dan tidaknya makanan pantang tertentu

sehubungan dengan penyakit yang diderita.

6) Memberi pasien dan keluarga instruksi jelas untuk mengatasi nyeri.

Mencoba untuk membantu pasien menjalankan jadwal medikasi sehingga

tidak perlu bangun malam hari. Nyeri berkurang bila obat diberikan

dengan teratur sesuai jadwal. Menjelaskan bahwa nyeri terkontrol bila

obat digunakan sebelum nyeri menjadi hebat.

7) Memberi pasien bahan atau alat yang diperlukan atau memberikan

instruksi tentang cara mendapatkan hal-hal yang diperlukan. Memberitahu

pasien dengan jelas hal-hal yang harus dilakukan dengan instruksi tertulis.

Memeriksa pemahaman mereka dengan meminta mereka untuk

menunjukan cara melakukan prosedur tersebut.

8) Berbicara dengan hati-hati pada pasien dan keluarga tentang ramuan

buatan rumah dan penyembuh tradisional. Mendorong keluarga untuk

memberitahu dokter atau perawat bila pasien mengalami masalah

kesehatan serius.

9) Jika pasien perlu mengikuti perawatan lanjutan di rumah, membuat

rujukan sebelum pasien meninggalkan rumah sakit (Monica, 2005).

Ketika menyiapkan pasien dan keluarga untuk pulang, selalu mengikuti

prinsip dasar penyuluhan pasien yang baik yaitu:

1) Menjadwalkan penyuluhan ketika pasien sadar dan berminat terhadap

pembelajaran.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Discharge Planning 1. Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/4/2318-3-bab2.pdfrencana perawatan setelah perawatan di Rumah Sakit (Brunner & Sudarth,

2) Memulai dengan bahan yang paling ingin pasien ketahui.

3) Bila mempunyai beberapa hal yang ingin diberitahukan kepada pasien,

selalu dengan informasi yang paling sederhana. Selanjutnya informasi

yang lebih rumit.

4) Menggunakan kata-kata yang jelas, umum, bukan kata-kata medis.

5) Menghentikan bila pasien tampak bingung dan tanyakan apakah ia

memahami.

6) Bila perlu mengulangi informasi tersebut, atau menjelaskan dalam kata-

kata yang berbeda sampai anda yakin bahwa ia memahami anda.

7) Mendorong pasien untuk memberikan komentar dan mengajukan

pertanyaan dan untuk menunjukan pada anda apa yang ia ketahui.

8) Mendorong anggota keluarga untuk mengajukan pertanyaan. Memastikan

bahwa mereka memahami apa yang perlu dilakukan.

9) Menggunakan gambar dalam penyuluhan anda dan berikan makalah,

leflet/ folder sederhana dalam bahasa pasien.

10) Memberikan jawaban yang jelas untuk pertanyaan dan memberikan

kenyamanan setenang mungkin, dengan cara tanpa mengatakan bahwa ada

yang tidak benar (Ester, 2005).

c. Implementasi

Menurut Feater dan Nicholas (1985) dikutip oleh Jackson (1994)

menyatakan hubungan yang aktif dan baik antar tim pelaksana dan tersedianya

dukungan dari semua pihak serta adanya fleksibilitas dari organisasi

pelayanan yaitu Rumah Sakit dan Puskesmas. Hal ini adalah faktor yang

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Discharge Planning 1. Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/4/2318-3-bab2.pdfrencana perawatan setelah perawatan di Rumah Sakit (Brunner & Sudarth,

berpengaruh pada keberhasilan dalam rencana pemulangan. Oleh karena itu

untuk pelaksanaan pasien meninggalkan rumah sakit perlu diperhatikan yaitu:

1) Ketika pasien meninggalkan rumah sakit, sekali lagi menekankan

informasi yang telah anda berikan sebelumnya dan program dokter untuk

medikasi, tindakan, atau peralatan khusus.

2) Menekankan perjanjian rujukan sehingga pasien jelas tentang hal-hal yang

harus dilakukan.

3) Menyakinkan pasien dan keluarga memahami keterbatasan pasien,

seberapa lama hal ini akan berlangsung, bagaimana mengenali tanda dan

gejala yang perlu diwaspadai, dan tindakan yang harus mereka lakukan

untuk membantu pemulihan pasien semaksimal mungkin.

4) Mendorong pasien dan keluarga untuk datang kembali ke rumah sakit bila

kondisinya tidak membaik atau memburuk.

5) Ketika pasien pulih, memberikan motivasi untuk kembali ke kehidupan

dan perannya yang normal seperti sebelum sakit (Ester, 2005).

d. Out Come

Menurut Staff (1983) dikutip oleh Jackson (1994) bahwa suatu hasil

rehabilitasi yang efektif merupakan kombinasi dari penyusunan perencanaan

pemulangan sebelum klien masuk hingga klien keluar dari Rumah Sakit.

Menurut Coble dan Mayers (1983) dikutip oleh Jackson (1994)

menyatakan evaluasi secara kualitatif akan memberikan gambaran adanya

hubungan antara lamanya hari perawatan dengan besarnya biaya pelayanan

yang dikeluarkan dan proses kepuasan klien terhadap hal tersebut. Apabila

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Discharge Planning 1. Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/4/2318-3-bab2.pdfrencana perawatan setelah perawatan di Rumah Sakit (Brunner & Sudarth,

adanya pendekatan tim pada klien secara pribadi akan memberikan hasil

positif yaitu terjadinya pengurangan hari dan biaya perawatan bagi klien.

Marchete dan Holloman(1986) dikutip oleh Jackson (1994) menyatakan

bahwa pendekatan tim pada masa rehabilitasi akan meningkatkan kemampuan

klien dalam menentukan dan mengatur kebutuhannya sehari-hari, melalui tim

ini juga akan mempermudah untuk memperoleh informasi dari pelayanan

kesehatan di masyarakat.

e. Dokumentasi

Perencanaan pemulangan dalam pelaksanaannya perlu adanya standar dalam

dokumentasi (Mc.Kenna, 2000). Perencanaan pemulangan dimulai dari

pencatatan saat pengumpulan data, sampai klien masuk karena perawatan

(Fisbach,1994). Dokumentasi keperawatan merupakan catatan klien pada

proses keperawatan dan pencatatan ini merupakan tanggung jawab dan

tanggung gugat dari pelaksana perawatan. Dokumentasi yang akurat pada

proses perencanaan pemulangan sangat penting dalam proses perawatan yang

aman dan dapat dipertanggungjawabkan ( Nordstrom dan Garduff, 1996). Hal

ini juga untuk menjamin perawatan klien secara berkelanjutan dan

terorganisir.

A. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui

panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Discharge Planning 1. Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/4/2318-3-bab2.pdfrencana perawatan setelah perawatan di Rumah Sakit (Brunner & Sudarth,

raba. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam

membentuk tindakan seseorang (overt behaviour). Dari pengalaman dan penelitian

terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada

perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2003).

Selanjutnya Notoatmodjo menambahkan bahwa apabila penerimaan perilaku

baru melalui proses seperti ini didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang

positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya

apabila perilaku tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan

berlangsung lama.

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan.

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

kembali (recall). Sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau

rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat

pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu

tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan,

mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.

2. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara

benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi

tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Discharge Planning 1. Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/4/2318-3-bab2.pdfrencana perawatan setelah perawatan di Rumah Sakit (Brunner & Sudarth,

dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan

sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

3. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat

diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode,

prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya dapat

menggunakan rumus statistik dalam perhitungan-perhitungan hasil penelitian,

dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah didalam

pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan.

4. Analisis (analysis)

Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek kedalam

komponen-komponen, tetapi masih dalam satu struktur suatu organisasi, dan

masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis dapat dilihat dari

penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan),

membedakan, memisahkan, mengelompokan dan sebagainya.

5. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formula baru

dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun, merencanakan,

meringkaskan, menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-

rumusan yang ada.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Discharge Planning 1. Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/4/2318-3-bab2.pdfrencana perawatan setelah perawatan di Rumah Sakit (Brunner & Sudarth,

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan

pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria

yang telah ada.

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar (Suryani, 2006) yaitu

1. Faktor manusia : Faktor ini bisa menyangkut pendidik maupun peserta didik. Hal

yang berperan disini adalah :

a. Kematangan

Kematangan di sini termasuk kematangan fisik, psikis, dan sosial.

b. Pengetahuan yang diperoleh sebelumnya

Sejauh mana pengetahuan yang diperoleh baik oleh pendidik maupun

peserta didik sangat berpengaruh pada proses belajar mengajar. Tentu

akan lebih berhasil bila pendidik maupun peserta didik telah banyak

memperoleh pengetahuan yang sedang dipelajari.

c. Motivasi

Bila pendidik dan peserta didik sama-sama memiliki motivasi yang tinggi

terhadap materi yang sedang dipelajari tentu hasilnya lebih baik daripada

sebaliknya.

2. Faktor beban tugas dan materi pendidikan kesehatan

a. Bentuk beban tugas

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Discharge Planning 1. Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/4/2318-3-bab2.pdfrencana perawatan setelah perawatan di Rumah Sakit (Brunner & Sudarth,

Beban tugas untuk mengubah perilaku yang memerlukan ketrampilan otot

seperti mengendarai sepeda tentu akan berbeda dengan hanya perilaku

berupa yang menggunakan kata-kata seperti bernyanyi, membaca puisi

atau membaca.

b. Banyaknya materi beban tugas

Bila beban tugas banyak dan kompleks tentu akan lebih berat daripada

yang materi pembelajaran itu sedikit dan sederhana.

c. Jelas

Materi yang jelas maka proses belajar mengajar akan lebih baik.

d. Lingkungan

Lingkungan masyarakat menentang beban tugas pendidikan, tentu akan

sulit untuk berhasil baik.

3. Cara pelaksanaan

a. Fasilitas dan sumber

Bila fasilitas untuk belajar memadai sumber materinya cukup tentu akan

lebih berhasil.

b. Rutinitasnya

Proses belajar mengajar yang dilaksanakan secara rutin akan jauh lebih

berhasil daripada yang bersifat insidental.

c. Minat dan motivasi

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Discharge Planning 1. Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/4/2318-3-bab2.pdfrencana perawatan setelah perawatan di Rumah Sakit (Brunner & Sudarth,

Cara pembelajaran yang dilaksanakan demikianrupa sehingga

membangkitkan minat dan motivasi peserta didik tentu akan lebih

berhasil.

d. Persiapan mental

Kesiapan mental untuk mengikuti pendidikan kesehatan sangat diperlukan.

Bila peserta didik atau pendidiknya lagi ada masalah yang mengganggu

ketentraman jawanya, tentu proses belajar kurang sukses.

4. Feed back atau umpan balik

Feed back atau umpan balik cukup penting untuk dilaksanakan. Pertama

mengenai feed back ini masalahnya bila ujian dibagikan kepada peserta didik,

maka peserta didik akan mengetahui kesalahannya dan akan memperbaiki di

kemudian hari

B. Katarak

5. Definisi

Katarak adalah suatu keadaan dimana lensa mata yang biasanya jernih dan

bening menjadi keruh. Asal kata katarak adalah dari kata cataracta atau air terjun.

Mungkin sekali karena penderita katarak seakan akan melihat sesuatu seperti

tertutup oleh air terjun didepan matanya. Bila kekeruhan katarak bertambah tebal,

maka lensa mata akan menjadi keruh seperti kaca jendela yang berkabut (Ilyas,

2004).

2. Penyebab timbulnya katarak

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Discharge Planning 1. Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/4/2318-3-bab2.pdfrencana perawatan setelah perawatan di Rumah Sakit (Brunner & Sudarth,

Penyebab utama katarak adalah proses penuaan. Beberapa faktor dapat

mengakibatkan tumbuhnya katarak lebih cepat adalah obat tertentu seperti

eserin (0,25-0,5%), kortikosteroid, anti kolinesterase topikal, sinar ultraviolet B

dari cahaya matahari, efek racun dari rokok, alkohol, gizi kurang vitamin E dan

radang menahun di dalam bola mata. Anak dapat menderita katarak biasanya

merupakan penyakit yang diturunkan, peradangan di dalam kehamilan. Penyakit

infeksi tertentu dan penyakit seperti diabetes mellitus dapat mengakibatkan

kekeruhan pada lensa yang akan menimbulkan katarak komplikata. Cedera mata

dapat mengenai semua umur seperti pukulan keras, tusukan benda, panas tinggi,

bahan kimia dapat merusak lensa mata (Alan & LeMone, 2000).

3. Klasifikasi katarak berdasarkan usia ( menurut Tjokronegoro, 2000)

yaitu :

a. Katarak kongenital, katarak yang sudah terlihat pada usia dibawah 1 tahun.

b. Katarak juvenile, katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun.

c. Katarak senile, katarak setelah usia 50 tahun atau lebih.

4. Manifestasi klinik

Katarak mengaburkan penglihatan yaitu pada mata normal cahaya yang

masuk ke kornea melewati pupil dan lensa jernih serta difokuskan terbalik pada

retina. Retina mengubah cahaya ke dalam impuls elektronik dan saraf optik

mengumpulkan dan mengirim impuls tersebut ke otak yang kemudian

menginterpretasikan citra secara tepat. Pada mata dengan katarak cahaya yang

melalui kornea dihambat oleh lensa yang berkabut. Sebagai hasilnya citra kabur

menutupi retina dan citra berkabut dikirim ke otak (Sitepoe, 1996).

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Discharge Planning 1. Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/4/2318-3-bab2.pdfrencana perawatan setelah perawatan di Rumah Sakit (Brunner & Sudarth,

Umumnya katarak ditandai dengan adanya keluhan penderita tentang :

Penglihatan yang semakin lama semakin kabur, tidak dapat dikoreksi (dibantu)

lagi dengan kacamata. Mata tidak sakit, tidak merah tetapi silau bila melihat,

seperti melihat dari balik tirai atau kelambu. Kadang-kadang pasien katarak

dini akan melihat benda menjadi ganda atau multipel. Bila merasakan

penglihatan berubah dengan gejala mata lainnya segera memeriksakan mata

untuk mendapatkan keterangan mengenai kesehatan mata. Biasanya pada mata

normal manik mata atau pupil berwarna hitam dan pasien dengan katarak

manik mata akan kelihatan putih (Ilyas, 2004).

Katarak mengaburkan penglihatan yaitu pada mata normal cahaya yang

masuk ke kornea melewati pupil dan lensa jernih serta difokuskan terbalik pada

retina. Retina mengubah cahaya ke dalam impuls elektronik dan saraf optik

mengumpulkan dan mengirim impuls tersebut ke otak yang kemudian

menginterpretasikan citra secara tepat. Pada mata dengan katarak cahaya yang

melalui kornea dihambat oleh lensa yang berkabut. Sebagai hasilnya citra kabur

menutupi retina dan citra berkabut dikirim ke otak (Sitepoe, 1996).

Kata katarak seringkali menakutkan pasien berusia lanjut, namun ini

sebenarnya merupakan salah satu penyakit yang serius yang terakhir diketahui

menyebabkan hilangnya penglihatan dan sebetulnya bersifat reversible (Setyono,

2001).

Pengkajian keperawatan pada pasien katarak biasanya didapatkan :

Kehilangan penglihatan tanpa nyeri secara bertahap, penglihatan kabur atau

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Discharge Planning 1. Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/4/2318-3-bab2.pdfrencana perawatan setelah perawatan di Rumah Sakit (Brunner & Sudarth,

menyimpang, cahaya silau berlebihan dari lampu yang terang dan pupil tampak

seperti susu atau putih (Ester, Smeltzer & Bare, 2002).

Evaluasi diagnostik dengan pengujian oftalmologi antara lain dengan

pemeriksaan celah lampu (slit lamp) untuk memberikan ukuran yang lebih jelas

dan memastikan diagnosis kekeruhan. Tonometri untuk menentukan bila ada

peningkatan tekanan intraokuler. Oftalmoskopi langsung dan tidak langsung

untuk mengabaikan penyakit retina. Perimetri untuk mendeteksi adanya

penurunan lapang pandang (Ester, 2002).

The Cataract Management Buideline Panel menganjurkan bahwa petunjuk

terbaik untuk perlu tidaknya tindakan bedah adalah penilaian berdasarkan

gambaran klinis dan uji ketajaman penglihatan snellen dengan memperhatikan

fleksibilitas berkaitan dengan dengan kebutuhan fungsional dan visual spesifik

pasien, lingkungan dan faktor resiko lain yang kesemuanya dapat berbeda-beda

(Tambajong, 2000).

Intervensi pembedahan adalah pengobatan pada katarak. Biasanya hal ini

dilakukan pada salah satu operasi sehari berikut ini :

a. Extra Capsular Cataract Extraction menghilangkan kapsul lensa depan,

meninggalkan kapsul lensa bagian belakang lengkap. Kemudian satu lensa

intraocular dicangkokan pada tempat lensa seseorang. Prosedur ini dapat

dilakukan pada semua usia.

b. Phacoemulsification memecah lensa berkabut dengan getaran ultrasonic,

reruntuhan lensa dihilangkan dengan penghisapan (Sitepoe & Adityarini,

1996).

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Discharge Planning 1. Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/4/2318-3-bab2.pdfrencana perawatan setelah perawatan di Rumah Sakit (Brunner & Sudarth,

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien katarak adalah :

ansietas berhubungan dengan kerusakan sensori, kurangnya pengetahuan

mengenai perawatan pasca operasi, pemberian obat, resiko cidera berhubungan

dengan kerusakan penglihatan, nyeri akut berhubungan dengan trauma intervensi

bedah dan defisit perawatan diri, masalah kolaborasi yang muncul : infeksi luka

operasi (Smeltzer & Bare, 2002).

Intervensi keperawatan yang diberikan pemantauan pada pasien katarak

dengan memeriksa penglihatan pasien dengan teratur pada praoperasi untuk

memantau derajat kerusakan penglihatan dan menentukan kapan pembedahan

dapat dilakukan dan menurunkan stress emosional, penerimaan pembedahan dan

pemahaman instruksi, pencegahan cedera. Pada pasca operasi untuk memantau

hasil pembedahan, mendeteksi adanya komplikasi, menyesuaikan obat dan dosis

pascaoperasi. Memantau tingkat nyeri pasca operasi awitan tiba-tiba dapat

menyebabkan ruptur pembuluh darah atau jahitan dan menyebabkan hemoragi.

Nyeri berat dan mual muntah dapat disebabkan oleh peningkatan tekanan intra

okuler (TIO). Mengkaji kemampuan pasien untuk ambulasi dan melakukan

aktivitas secara mandiri pada pasca operasi katarak bila perlu memberikan

perawatan pendukung dan pendikan pada pasien/ keluarga (Ester, 2002).

Implementasi keperawatan disesuaikan dengan diagnosis perawatan yang

ditegakan dan intervensi keperawatan keseluruhan pada pasien katarak di rumah

sakit diantaranya :

a. Mengorientasikan pada lingkungan yang baru untuk mengurangi ansietas dan

peningkatan keamanan.

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Discharge Planning 1. Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/4/2318-3-bab2.pdfrencana perawatan setelah perawatan di Rumah Sakit (Brunner & Sudarth,

b. Menjalankan rutinitas perioperatif sedetil-detailnya sebagai informasi agar

lebih mudah menerima penanganan dan mematuhi instruksi.

c. Mendorong untuk menjalankan kebiasaan hidup sehari-hari bila mampu dan

mendorong partisipasi keluarga atau orang yang berarti dalam perawatan

pasien.

d. Membantu ambulasi pasca operasi sampai stabil, membantu penataan

lingkungan dan jangan mengubahnya tanpa pasien diorientasikan lebih dulu.

e. Menggunakan prosedur yang memadai ketika memberikan obat mata,

mengganti balutan serta mengawasi dan melaporkan bila ada tanda-tanda

gejala komplikasi seperti : perdarahan, peningkatan tekanan intra okuler

(TIO), infeksi, nyeri yang tidak berkurang dengan obat yang diresepkan,

perubahan atau penurunan fungsi visual, perubahan struktur mata, reaksi

samping obat.

f. Memberikan instruksi pada pasien atau keluarga mengenai pembatasan

aktifitas, menjelaskan hal yang boleh dilakukan dan tindakan yang harus

dihindari.

g. Memberikan obat untuk mengontrol nyeri dan TIO sesuai resep.

h. Mengurangi tingkat pencahayaan dengan cahaya diredupkan, diberi tirai, serta

penggunaan kacamata hitam pada cahaya kuat untuk meningkatkan

kenyamanan pasca bedah.

i. Memberikan instruksi pada pasien atau keluarga mengenai tanda dan gejala

komplikasi yang harus segera dilaporkan.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Discharge Planning 1. Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/4/2318-3-bab2.pdfrencana perawatan setelah perawatan di Rumah Sakit (Brunner & Sudarth,

j. Memberikan pendidikan kesehatan, instruksi/ leflet untuk pasien dan keluarga

mengenai teknik yang benar dalam perawatan pasca operasi katarak untuk

perawatan lanjutan di rumah (menurut smeltzer & Anette, 2002), diantaranya :

1). Pembatasan aktifitas yang diperbolehkan.

a) Menonton televisi, membaca bila perlu tetapi jangan terlalu lama.

b) Mengerjakan aktifitas biasa tetapi dikurangi.

c) Pada awal mandi “ Waslap” selanjutnya menggunakan bak mandi

atau pancuran (dengan pembantu).

d) Tidur dengan perisai pelindung mata pada malam hari, mengenakan

kacamata pada siang hari.

e) Ketika tidur berbaring telentang atau miring pada sisi mata yang

tidak sakit.

f) Aktifitas dengan duduk.

g) Mengenakan kacamata hitam untuk kenyamanan.

h) Berlutut atau jongkok pada saat mengambil sesuatu dari lantai.

2). Aktifitas yang dihindari (paling tidak selama 1 minggu).

a) Tidur pada sisi mata yang sakit.

b) Tidur telungkup.

c) Menggosok mata.

d) Mengejan saat buang air besar.

e) Memakai sabun mendekati mata.

f) Mengangkat benda lebih dari 7 kg.

g) Hubungan seks.

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Discharge Planning 1. Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/4/2318-3-bab2.pdfrencana perawatan setelah perawatan di Rumah Sakit (Brunner & Sudarth,

h) Mengendarai kendaraan.

i) Batuk, bersin dan muntah.

j) Tidak boleh menundukan kepala sampai ke bawah pinggang,

melipat lutut saja dan punggung tetap lurus untuk mengambil

sesuatu dari lantai.

k) Tidak boleh membungkuk pada wastafel atau bak mandi,

condongkan kepala sedikit ke belakang saat mencuci rambut.

3). Penggunaan obat.

a) Pergunakan obat tetes mata dan obat minum sesuai dengan aturan.

b) Cuci tangan sebelum dan sesudah memakai obat.

c) Untuk meneteskan obat mata, duduklah dengan posisi kepala

condong kebelakang, dengan lembut tarik ke bawah batas kelopak

mata bagian bawah.

d) Menggunakan semua obat mata tepat sesuai dengan resep sehingga

dosis dapat dinilai dan disesuaikan oleh dokter pada kunjungan

kontrol pertama.

4). Pola makan (Diit)

Penderita dianjurkan untuk makan makanan bergizi dan seimbang,

tidak ada pantangan makanan tertentu kecuali klien dengan penyakit

penyerta yang diderita, seperti diabetes mellitus, Hipertensi dan lain-

lain.

5). Melaporkan tanda dan gejala yang tidak biasa.

a) Nyeri pada dan di sekitar mata, nyeri kepala menetap.

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Discharge Planning 1. Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/4/2318-3-bab2.pdfrencana perawatan setelah perawatan di Rumah Sakit (Brunner & Sudarth,

b) Setiap nyeri yang tidak berkurang dengan obat pengurang nyeri.

c) Nyeri disertai mata merah, bengkak atau keluar cairan dari mata.

d) Nyeri dahi dengan omset mendadak.

e) Perubahan ketajaman penglihatan, kabur, pandangan ganda, selaput

pada lapang pandang penglihatan, kilatan cahaya, percikan atau

bintik di depan mata.

6). Waktu kontrol.

Kunjungan setelah operasi dilakukan sesuai anjuran yang telah

ditetapkan.

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Discharge Planning 1. Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/4/2318-3-bab2.pdfrencana perawatan setelah perawatan di Rumah Sakit (Brunner & Sudarth,

D. Kerangka Teori

(Smeltzer & Suryani, 2006)

Pengetahuan tentang

perawatan pasca operasi

katarak

Struktur • Formal • Informa

l

Prinsip • pengkajian • koordinasi • implementa

si

Discharge Planning

Proses • Pengkajian • Perencanaan • Implementasi • Out come • Dokumentasi

Discharge Planning Perawatan Pasien Pasca Operasi Katarak :

• Pembatasan aktivitas: yang diperbolehkan, dihindari • Penggunaan obat dan pola makan (diit) • Melaporkan tanda dan gejala yang tidak biasa/

perlu diwaspadai • Waktu kontrol

Pengetahuan : Faktor manusia Faktor materi penkes Cara pelaksanaan Umpan balik

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Discharge Planning 1. Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/4/2318-3-bab2.pdfrencana perawatan setelah perawatan di Rumah Sakit (Brunner & Sudarth,

E. Kerangka Konsep

Variabel dependen Tingkat pengetahuan keluarga pasien tentang perawatan pasca

i k t k

Variabel independen Discharge Planning

F. Variabel Penelitian

Sebagai variabel bebas (independen) adalah pemberian discharge planning

tentang perawatan pasca operasi katarak dan variabel terikat (dependen) adalah

tingkat pengetahuan keluarga pasien tentang perawatan pasca operasi katarak.

G. Hipotesa Penelitian

Ada perbedaan pengetahuan keluarga pasien tentang perawatan pasca operasi

katarak sebelum dan sesudah pemberian discharge planning.