BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi...

20
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Kecacingan Menurut asal katanya helminth berasal dari kata Yunani yang berarti cacing. Cacing merupakan hewan yang terdiri dari banyak sel yang membangun suatu jaringan tubuh dan organ yang kompleks .[3,8] B. Penyebab Kecacingan Penyakit infeksi cacingan atau bisa pula disebut dengan penyakit cacingan sangat berkaitan erat dengan masalah hygiene dan sanitasi lingkungan. Di Indonesia masih banyak tumbuh subur penyakit cacing penyebabnya adalah hygiene perorangan sebagian masyarakat yang masih kurang. Kebanyakan penyakit cacing ditularkan melalui tangan yang kotor. Kuku jemari tangan yang kotor dan panjang sering terselipi telur cacing karena kebiasaan anak bermain ditanah. Orang dewasa bekerja di kebun, dan disawah. [5] C. Cara penularan perilaku anak BAB tidak dijamban atau di sembarang tempat menyebabkan pencemaran tanah dan lingkungan oleh tinja yang berisi telur cacing. Penyebaran infeksi kecacingan tergantung dari lingkungan yang tercemar tinja yang mengandung telur cacing. Infeksi pada anak sering terjadi karena menelan tanah yang tercemar telur cacing atau melalui tangan yang terkontaminasi telur cacing. Penularan melalui air sungai juga dapat terjadi, karena air sungai sering digunakan untuk berbagai keperluan sehari-hari, Perilaku anak jajan di sembarang tempat yang kebersihannya tidak dapat dikontrol oleh orangtua dan tidak terlindung dan dapat tercemar oleh debu dan kotoran yang mengandung telur cacing, hal ini dapat menjadi sumber penularan infeksi kecacingan pada anak. Selain melalui tangan, transmisi telur cacing juga dapat melalui makanan dan minuman, terutama makanan jajanan yang tidak dikemas dan tidak tertutup rapat. Telur cacing yang ada di tanah/debu akan sampai pada makanan tersebut

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Kecacingandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/113/jtptunimus-gdl-endriani-5642... · hygiene perorangan sebagian masyarakat yang masih kurang. Kebanyakan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Kecacingan

Menurut asal katanya helminth berasal dari kata Yunani yang berarti cacing.

Cacing merupakan hewan yang terdiri dari banyak sel yang membangun suatu

jaringan tubuh dan organ yang kompleks.[3,8]

B. Penyebab Kecacingan

Penyakit infeksi cacingan atau bisa pula disebut dengan penyakit cacingan

sangat berkaitan erat dengan masalah hygiene dan sanitasi lingkungan. Di

Indonesia masih banyak tumbuh subur penyakit cacing penyebabnya adalah

hygiene perorangan sebagian masyarakat yang masih kurang. Kebanyakan

penyakit cacing ditularkan melalui tangan yang kotor. Kuku jemari tangan yang

kotor dan panjang sering terselipi telur cacing karena kebiasaan anak bermain

ditanah. Orang dewasa bekerja di kebun, dan disawah.[5]

C. Cara penularan

perilaku anak BAB tidak dijamban atau di sembarang tempat menyebabkan

pencemaran tanah dan lingkungan oleh tinja yang berisi telur cacing. Penyebaran

infeksi kecacingan tergantung dari lingkungan yang tercemar tinja yang

mengandung telur cacing. Infeksi pada anak sering terjadi karena menelan tanah

yang tercemar telur cacing atau melalui tangan yang terkontaminasi telur cacing.

Penularan melalui air sungai juga dapat terjadi, karena air sungai sering

digunakan untuk berbagai keperluan sehari-hari, Perilaku anak jajan di

sembarang tempat yang kebersihannya tidak dapat dikontrol oleh orangtua dan

tidak terlindung dan dapat tercemar oleh debu dan kotoran yang mengandung

telur cacing, hal ini dapat menjadi sumber penularan infeksi kecacingan pada

anak. Selain melalui tangan, transmisi telur cacing juga dapat melalui makanan

dan minuman, terutama makanan jajanan yang tidak dikemas dan tidak tertutup

rapat. Telur cacing yang ada di tanah/debu akan sampai pada makanan tersebut

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Kecacingandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/113/jtptunimus-gdl-endriani-5642... · hygiene perorangan sebagian masyarakat yang masih kurang. Kebanyakan

jika diterbangkan oleh angin atau dapat juga melalui lalat yang sebelumnya

hinggap di tanah/selokan, sehingga kaki-kakinya membawa telur cacing tersebut,

terutama pada jajanan yang tidak tertutup.[5]

a. Faktor Lingkungan

Lingkungan yang kumuh sangat mendukung dalam penyebaran penyakit

kecacingan. Lingkungan yang tidak higiene dapat memperrmudah

perkembangbiakkan telur cacing menjadi infektif, tanah yang gembur serta

lingkungan yang tidak tertata dengan rapi dapat memperbesar peluang

penyebaran cacing.

b. Faktor Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat

Faktor sanitasi lingkungan dan higiene perorangan dapat memepermudah

penularan infeksi cacing usus.

D. Jenis – Jenis Cacing

1. Cacing Gelang (Ascaris lumbricoides)

a. Batasan

Cacing gelang berukuran 20-25 cm, cacing ini tinggal dan menyebar di

usus kecil. Telur cacing yang keluar bersama tinja dapat mencemari

tanah di lingkungan sekitar dan sayuran yang ditanam ditanah tersebut

akan ikut tercemar apabila di makan tanpa di masak terlebih dahulu (

dijadikan sebagai lalapan). Bila telur tertelan setelah melalui berbagai

tahap perkembangan di dalam tubuh maka cacing usus akan timbul di

usus kecil. Manusia adalah satu-satunya hospes cacing gelang (Ascaris

lumbricoides), penyakit yang di sebabkan oleh cacing ini disebut

Askariasis.[3,8]

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Kecacingandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/113/jtptunimus-gdl-endriani-5642... · hygiene perorangan sebagian masyarakat yang masih kurang. Kebanyakan

2.1 gambar cacing gelang

b. Geografi

Cacing gelang tersebar dimana-mana / kosmopolit di negara-negara

tropis.[3]

c. Morfologi

Cacing gelang berbentuk giling dan terdapat garis-garis melintang pada

kutikula berwarna agak abu-abu dan kemerahan.

Cacing jantan berukuran 10-30 cm, sedangkan cacing betina 22-35 cm.

Seekor cacing betina dapat mengasilkan 100.000 -200.000 butir telur

perharinya, yang terdiri dari telur yang di buahi dan telur yang tidak di

buahi. Panjang cacing gelang berkisar antara 25-40 cm.[3,9]

d. Telur

Bentuk Oval mempunyai 3 lapisan dinding:

1) Membran Vitellina yaitu lapisan tipis yang berada di bagian dalam.

2) Glikoid yaitu lapisan tengah berwarna kuning/cokelat.

3) Albumin yaitu lapisan bagian luar berwarna cokelat dan tidak rata

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Kecacingandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/113/jtptunimus-gdl-endriani-5642... · hygiene perorangan sebagian masyarakat yang masih kurang. Kebanyakan

yang di dalamnya berisi sel telur dan bila masak akan berisi larva.[8]

Telur Ascaris lumbricoides yang di temukan dalam tinja di bedakan

menjadi 3 bentuk umum, yakni:

1) Telur fertil dengan kulit yang memiliki lapisan protein.

2) Telur fertil yang kulitnya tidak memiliki lapisan protein.

3) Telur non fertil

e. Siklus Hidup

Telur yang infektif, apabila tertelan oleh manusia, maka telur cacing ini

akan menetas di usus halus, lavarnya akan menembus dinding usus halus

menuju pembuluh darah atau saluran limfe, lalu larva ini akan dialirkan

ke jantung kemudian mengikuti aliran darah ke paru.

Larva yang ada di paru akan menembus dinding pembuluh darah, lalu

dinding alveolus, menembus rongga alveolus kemudian naik ke trakea

melalui bronkiolus dan bronkus.

Dari trakea larva ini menuju ke faring sehingga menimbulkan

rangsangan pada faring, penderita akan batuk karena rangsangan ini dan

larva akan tertelan kedalam esofagus lalu menuju ke usus halus.

Di usus halus larva berubah menjadi cacing dewasa, sejak telur matang

dan tertelan sampai cacing dewasa bertelur diperlukan waktu kurang

lebih 2 bulan.[3,9]

f. Patologi

Gejala yang timbul pada penderita di sebabkan oleh cacing dewasa dan

larva.

Gangguan yang di sebabkan oleh larva biasanya terjadi ketika larva

tersebut berada di paru, apabila tubuh orang tersebut rentan maka akan

terjadi perdarahan kecil pada dinding alveolus yang akan menimbulkan

gangguan pada paru yang di sertai dengan batuk, demam dan eosinofilia.

Sedangkan gangguan yang di sebabkan oleh cacing dewasa biasanya

hanya gejala ringan, kadang-kadang penderita mengalami gangguan

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Kecacingandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/113/jtptunimus-gdl-endriani-5642... · hygiene perorangan sebagian masyarakat yang masih kurang. Kebanyakan

usus ringan seperti mual-mual, nafsu makan berkurang, perut buncit,

diare dan konstipasi.[3-11]

g. Dignosis

Diagnosis penyakit dapat di lakukan dengan pemeriksaan tinja secara

langsung, dengan adanya telur dalam tinja dapat di pastikan diagnosis

askariasis. Selain itu diagnosis juga dapat di lakukan apabila cacing

dewasa keluar sendiri baik melalui mulut atau hidung, maupun melalui

tinja.[3,8,9]

h. Cara penularan

Cara penularan askariasis dapat terjadi melalui beberapa hal yaitu,

masuknya telur yang infektif kedalam mulut bersama makanan dan

minuman yang tercemar, atau telur tertelan melalui tangan yang kotor.

Hal ini juga bisa terjadi apabila telur berada didebu dan terhirup oleh

nafas sehingga telur tersebut masuk kedalam rongga hidung dan

menembus pembuluh darah serta memasuki aliran darah.[8]

i. Epidemiologi

Di indonesia prevalensi askariasis sangat tinggi, terutama pada anak-

anak. Frekuensinya antara 60-90%, kurangnya pemakaian jamban

keluarga menjadi penyebab utama timbulnya pencemaran tanah dengan

tinja di sekitar halaman rumah, di bawah pohon, di tempat mencuci dan

di tempat pembuangan sampah. Penyebaran penyakit oleh askariasis

semakin meluas karena di sebagian negara-negara tertentu masih

menggunakan tinja sebagai pupuk. Misalnya saja di negara yang

mempunyai kelembaban tinggi dan suhu yang berkisar antara 250-300

dalam keadaan yang seperti ini telur akan dengan cepat menjadi bentuk

yang infektif.[3]

j. Pengobatan

Pengobatan di lakukan dengan memberikan piperasin dosis tunggal

untuk dewasa 3-4 gram, untuk anak 25 mg/kgBB. Obat ini di minum

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Kecacingandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/113/jtptunimus-gdl-endriani-5642... · hygiene perorangan sebagian masyarakat yang masih kurang. Kebanyakan

agar cacing dapat di lumpuhkan sehingga cacing dapat keluar hidup-

hidup bersama tinja.

Untuk pengobatan masal perlu beberapa syarat, yaitu:

1) Obat mudah diterima oleh masyarakat

2) Aturan pemakaian obat sederhana sehingga mudah dimengerti oleh

masyarakat.

3) Mempunyai efek samping yang minim.

4) Bersifat polivalen ( berhasiat terhadap beberapa jenis cacing)

5) Harganya murah.[3,9]

2. Cacing Tambang (Necator americanus dan Ancylostoma duodenale)

a. Batasan

Disebut cacing tambang karena pertama kali di temukan di daerah

pertambangan, yang fasilitas sanitasinya kurang memadai. Hospes dari

cacing tambang adalah manusia dan cacing tambang dapat menyebabkan

Nekatoriasis dan Ankilostomiasis. Pada manusia terdapat 2 spesies:

1) Ancylostoma duodenale

2) Necator americanus.3

2.2 gambar cacing tambang

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Kecacingandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/113/jtptunimus-gdl-endriani-5642... · hygiene perorangan sebagian masyarakat yang masih kurang. Kebanyakan

b. Geoografi

Tersebar di negara-negara tropis yang lembab dengan higiene sanitasi

yang rendah seperti di Asia Tenggara. Cacing ini banyak di temukan

khususnya di daerah pertambangan dan perkebunan.[3]

c. Morfologi

Cacing betina Ancylostoma duodenale mampu bertelur 10.000 butir

setiap harinya, sedangkan pada Necator americanus mengeluarkan telur

kira-kira 9000 butir setiap harinya.

Pada Ancylostoma duodenale cacing betinanya berukuran 10-30 mm dan

cacing jantannya berukuran 8-11 mm, cacing ini menyerupai huruf C

dan dan mulutnya mempunyai 2 pasang gigi.

Sedangkan pada Necator americanus cacing betinanya berukuran 9-11

mm dan cacing jantannya berukuran 5-9 mm, cacing ini menyerupai

huruf S dan mulutnya mempunyai 2 pasang gigi.[8]

d. Telur

Telur cacing tambang keluar bersama-sama dengan feses, bentuknya

bundar, oval dan besarnya sekitar 20-50 mikron.

Di dalam telur dapat terlihat seperti ada sel-sel berjajar.[11]

e. Siklus hidup

Cacing tambang dewasa hidupnya di usus kecil terutama jejenum, tetapi

pada infeksi yang berat cacing ini dapat di temukan di lambung. Telur

yang di hasilkan oleh betina akan keluar bersama tinja. Telur yang

keluar bersama tinja akan menetas dalam waktu 1-1,5 hari, telur akan

menjadi morula, gastrula dan akhirnya akan menjadi larva fase pertama,

larva fase kedua (larva rhabditiform) dan larva fase ketiga. Larva ketiga

inilah yang infeksius dan dinamakan juga dengan larva filariform.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Kecacingandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/113/jtptunimus-gdl-endriani-5642... · hygiene perorangan sebagian masyarakat yang masih kurang. Kebanyakan

Bila ada orang secara tidak sengaja kontak dengan larva filariform maka

masuklah larva ini ketubuh manusia dengan cara menembus kulit dan

kemudian akan menuju ke pembuluh darah, jantung, paru-paru,

bronkus, trakea, laring dan tertelan menjadi cacing dewasa di usus halus

kemudian bertelur.[3,8-11]

f. Patologi

Gejala nekatoriasis dan ankilostomiasis:

1) Stadium larva

Bila larva filariform menembus kulit, maka terjadi perubahan kulit

yang di sebut ground itch dan perubahan pada paru biasanya ringan.

2) Stadium dewasa

Gejala pada stadium ini tergantung pada spesies dan jumlah cacing

serta keadaan gizi penderita (Fe dan protein).

Tiap cacing N.americanus menyebabkan kehilangan darah

sebanyak 0,005 – 0,1 cc sehari, sedangkan A.duodenale 0,08 – 0,34

cc. Biasanya terjadi anemia hipokrom mikrositer.[3]

g. Diagnosis

Diagnosa dapat di lakukan dengan memeriksa tinja yang masih segar,

pada tinja yang lama mungkin akan di temukan larva.[3]

h. Cara penularan

Penularan cacing tambang melalui tinja orang sakit yang di keluarkan di

sembarang tempat. Pada hari ke lima setelah berada di luar, maka telur

tersebut akan berubah menjadi larva yang siap menembus kulit manusia,

kemudian akan masuk dalam aliran darah seterusnya ke paru-paru

bergerak menuju tenggorokan dan akan tertelan menuju usus dan

menjadi cacing dewasa.

i. Epidemiologi

Prefalensi tinggi di temukan pada penduduk indonesia di daerah

pedesaan, khususnya di perkebunan yang langsung berhubungan dengan

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Kecacingandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/113/jtptunimus-gdl-endriani-5642... · hygiene perorangan sebagian masyarakat yang masih kurang. Kebanyakan

tanah. Kebiasaan buang tinja di sembarang tempat, tanah yang cocok

untuk perkembang biakan larva ialah tanah gembur (pasir, humus)

dengan suhu optimal untuk Necator americanus 28-320 c, sedang untuk

Ancylostoma duodenale lebih rendah 23-250 C.[3]

j. Pengobatan

Obat anti cacing antara lain Piperasin, Mebendazol, Pyrantel bemoat.

Obat cacing lainnya tetrachlorathylena (TCE) diberikan 0,1 ml/kg berat

badan. Obat ini harus diberikan dalam bentuk cairan pada perut yang

belum terisi, dapat di ulang selama tiga hari. Apabila kadar haemoglobin

penderita rendah sebaiknya dinaikan dahulu sampai 40% dengan

transfusi atau dengan pemberian Fe Sulfat sebelum memakai obat

cacing.[8]

3. Cacing Cambuk (Trichuris trichiura)

a. Batasan

Di namakan cacing cambuk karena secara menyeluruh cacing ini

bentuknya seperti cambuk.

Manusia merupakan satu-satunya hospes dari cacing ini, bila manusia

terinfeksi cacing cambuk maka penyakitnya disebut trichuriasis.[8]

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Kecacingandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/113/jtptunimus-gdl-endriani-5642... · hygiene perorangan sebagian masyarakat yang masih kurang. Kebanyakan

2.3 gambar cacing cambuk

b. Geografi

Cacing Cambuk banyak ditemukan dinegara-negara tropis dan subtropis.

Didaerah yang beriklim sedang mereka yang paling sering terinfeksi

adalah yang tinggal di lembaga-lembaga seperti panti asuhan, lembaga

permasyarakatn dan rumah sakit jiwa.

c. Morfologi

Cacing Cambuknberbentuk seperti cambuk yaitu 3/5 bagian atas

mengecil, sedangkan 2/3 bagian bawah lebih besar. Cacing betina

berukuran 35 – 50 mm dengan ekor yang lurus, sedangkan cacing jantan

berukuran 30 – 45 mm dengan ekor melingkar. (Bernardus sandjaja).

Seekor cacing betina dapat mengasilkan 3000 – 10.000 butir telur setiap

harinya.[3]

d. Telur

Telur cacing cambuk berbentuk oval mempunyai semacam tutup pada

kedua ujungnya yang sering di sebut tong rongga.

Kulit telur bagian luar berwarna kekuning-kuningan dan bagian

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Kecacingandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/113/jtptunimus-gdl-endriani-5642... · hygiene perorangan sebagian masyarakat yang masih kurang. Kebanyakan

dalamnya jernih.[3]

e. Siklus hidup

Telur yang dibuahi akan keluar bersama tinja, dilingkungan yang sesuai

telur ini akan berubah menjadi infektif. Apabila telur yang infektif

tertelan oleh manusia maka didalam usus telur akan menetas hingga

menjadi cacing dewasa.[3]

f. Patologi

Pada infeksi berat, terutama pada anak cacing ini tersebar di seluruh

kolon dan rektum. Kadang-kadang terlihat di mukosa rektum yang

mengalami prolapsus akibat mengejannya penderita pada waktu defekasi.

Infeksi ini ditandai dengan menunjukan gejala-gejala seperti diare yang

sering diselingi dengan sindrom disentri, anemia, dan berat badan

turun.[3]

g. Diagnosis

Ditemukannya telur cacing didalam tinja.

h. Cara penularan

Penularan dapat terjadi melalui beberapa jalan yaitu masuknya telur yang

infektif kedalam mulut bersama makanan dan minuman yang tercemar,

atau telur tertelan melalui tangan yang kotor misalnya pada anak-anak

maupun telur yang terhirup bersama debu udara.[3]

i. Pengobatan

Pengobatan pada Cacing cambuk sama seperti pengobatan pada

Ascariasis, untuk perseorangan dapat dipergunakan obat misalnya

piperasin, pirantel pamoat, mebendazol atau albendazol.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Kecacingandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/113/jtptunimus-gdl-endriani-5642... · hygiene perorangan sebagian masyarakat yang masih kurang. Kebanyakan

E. Pencegahaan

Pencegahan infeksi cacing dapat dilakukan dengan:

1. Pendidikkan kesehatan seluruh anggota keluarga.

2. Menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat bebas dari tinja.

3. Membuat jamban yang sehat dan biasakan buang tinja pada jamban.

4. Mancuci tangan dengan deterjen / sabun sebelum makan.

5. Menggunting kuku tangan.

6. Hindari bermain di tanah.

7. Menggunakan alas kaki.

F. Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Infestasi Cacing.

Higiene Sanitasi

Mengungkap tujuan kesehatan masyarakat untuk mencegah penyakit,

memperpanjang harapan hidup dan meningkatkan kesehatan dan efisiensi

masyarakat. Ada berbagai usaha yang dianggap penting agar dapat mencapai

tujuan antara lain sanitasi lingkungan higiene perorangan yang merupakan ruang

lingkup dari higiene sanitasi.[12]

Higiene dan sanitasi lingkungan adalah pengawasan lingkungan fisik,

biologis, dan ekonomi yang mempengaruhi kesehatan manusia, dimana

lingkungan yang berguna ditingkatkan dan diperbanyak sedangkan yang

merugikan diperbaiki atau dihilangkan.[15]

a. Higiene

Higiene adalah ilmu tentang kesehatan dan berbagai usaha untuk

mempertahankan dan memperbaiki kesehatan. Higiene perorangan bisa

tercapai bila seseorang mengetahui pentingnya menjaga kesehatan dan

kebersihan diri, karena pada dasarnya higiene adalah mengembangkan

kebiasaan yang baik untuk kesehatan.[19]

Higiene adalah usaha kesehatan masyarakat yang mempelajari

pegaruh kondisi lingkungan terhadap kesehatan manusia, upaya mencegah

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Kecacingandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/113/jtptunimus-gdl-endriani-5642... · hygiene perorangan sebagian masyarakat yang masih kurang. Kebanyakan

timbulnya penyakit karena pengaruh lingkungan kesehatan serta membuat

kondisi lingkungan sedemikian rupa sehingga terjamin pemeliharaan

kesehatannya.[13]

1) Kebiasaan ibu dan anak mencuci tangan sebelum makan

Anak-anak paling sering terserang penyakit cacingan karena

biasanya jari-jari tangan mereka dimasukkan ke dalam mulut, atau makan

nasi tanpa cuci tangan, namun orang dewasa juga tidak luput dari

penyakit Cacingan. Maka hendaklah anak-anak dibiasakan mencuci

tangan sebelum makan agar larva cacing tidak tertelan bersama makanan.

Cacing yang paling sering ditemui ialah cacing gelang, cacing tambang,

cacing pita, dan cacing kremi.[14]

2) Kebiasaan memakai alas kaki

Kesehatan anak sangat penting Karena kesehatan semasa kecil

menentukan kesehatan pada masa dewasa. Anak yang sehat akan menjadi

manusia dewasa yang sehat. Membina kesehatan semasa anak berarti

mempersiapkan terbentuknya generasi yang sehat akan memperkuat

ketahanan bangsa. Pembinaan kesehatan anak dapat dilakukan oleh

petugas kesehatan, ayah, ibu, saudara, anggota keluarga anak itu serta

anak itu sendiri. Anak harus menjaga kesehatannya sendiri salah satunya

membiasakan memakai alas/sandal.[18]

3) Frekuensi memotong kuku

Kebersihan perorangan penting untuk pencegahan. Kuku

sebaiknya selalu dipotong pendek untuk menghindari penularan cacing

dari tangan ke mulut.[3]

4) Kebiasaan bermain ditanah

Telur dan larva cacing banyak terdapat di tanah. Semakin sering

kontak dengan tanah maka resiko terinfeksi cacing semakin besar.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Kecacingandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/113/jtptunimus-gdl-endriani-5642... · hygiene perorangan sebagian masyarakat yang masih kurang. Kebanyakan

b. Sanitasi

Departemen Pendidikan Nasional Sanitasi adalah usaha untuk

membina dan menciptakan suatu keadaan yang baik dibidang kesehatan

terutama kesehatan masyarakat.[19]

Sedangkan menurut Budioro.B. Sanitasi adalah usaha kesehatan

masyarakat yang menitik beratkan pada pengawasan terhadap berbagai faktor

lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan manusia. Jadi lebih baik

mengutamakan usaha pencegahan terhadap berbagai faktor lingkungan

sehingga dapat menghindari munculnya berbagai penyakit.[13]

1) Kepemilikan jamban

Bertambahnya penduduk yang tidak seimbang dengan area

pemukiman timbul masalah yang disebabkan pembuangan kotoran

manusia yang meningkat.

Penyebaran penyakit yang bersumber pada kotoran manusia (feaces)

dapat melalui berbagai macam jalan atau cara. Hal ini dapat diilustrasikan

sebagai berikut.[16]

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Kecacingandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/113/jtptunimus-gdl-endriani-5642... · hygiene perorangan sebagian masyarakat yang masih kurang. Kebanyakan

Tinja

Tangan

Makanan, minuman,

sayur-sayuran

Tanah

Host

Lalat

Sakit

Air Mati

Sumber: Soekidjo Notoatmodjo, 2000

Bagan: Peranan Tinja dalam penyebaran penyakit.

Dari skema tersebut nampak jelas bahwa peranan tinja dalam

penyebaran penyakit sangat besar. Benda-benda yang telah

terkontaminasi oleh tinja dari seseorang yang sudah menderita suatu

penyakit tertentu merupakan penyebab penyakit bagi orang lain.

Kurangnya perhatian terhadap pengelolaan tinja disertai dengan cepatnya

pertambahan penduduk, akan mempercepat penyebaran penyakit-penyakit

yang ditularkan lewat tinja. Penyakit yang dapat disebarkan oleh tinja

manusia antara lain: tipus, disentri, kolera, bermacam-macam cacing

(cacing gelang, cacing tambang, cacing pita), schistosomiasis, dan

sebagainya.[16]

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Kecacingandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/113/jtptunimus-gdl-endriani-5642... · hygiene perorangan sebagian masyarakat yang masih kurang. Kebanyakan

2) Lantai rumah

Rumah sehat secara sederhana yaitu bangunan rumah harus cukup

kuat, lantainya mudah dibersihkan. Lantai rumah dapat terbuat dari :

Ubin, plesteran, dan tanah yang didapatkan.[18]

Sedangakan menurut Soekidjo Notoatmodjo syarat-syarat rumah yang

sehat jenis lantai yang tidak berdebu pada musim kemarau dan tidak

basah pada musim penghujan. Lantai rumah dapt terbuat dari: ubin atau

semen, kayu, dan tanah yang disiram kemudian dipadatkan. [16]

3) Ketersediaan air bersih

air sehat adalah air bersih yang dapat digunakan untuk kegiatan

manusia dan harus terhindar dari kuman-kuman penyakit dan bebas dari

bahan-bahan kimia yang dapat mencemari air bersih tersebut, sehingga

orang yang memanfaatkan air bersih tidak menjadi sakit.[18]

Akibat air yang tidak sehat dapat menimbulkan gangguan kesehatan

seperti:

a) Penyakit perut (kolera, diare, disentri, keracunan, dan penyakit perut

lainnya).

b) Penyakit cacingan (cacing pita, cacing gelang, cacing kremi, demam

keong, kaki gajah).

Air yang bersih dapat dilihat dari ciri fisiknya yaitu: air titak boleh

berwarna harus jernih atau bening sampai kelihatan dasar tempat air

itu dan tidak boleh keruh harus bebas dari pasir, debu, lumpur,

sampah, busa, dan kotoran lainnya. Air juga tidak boleh berbau harus

bebas dari bahan kimia industri maupun bahan kimia rumah tangga

seperti bau busuk, dan bau belerang.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Kecacingandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/113/jtptunimus-gdl-endriani-5642... · hygiene perorangan sebagian masyarakat yang masih kurang. Kebanyakan

Faktor-faktor risiko (Risk faktor) yang dapat mempengaruhi terjadinya

penyakit cacingan yang penyebarannya melalui tanah antara lain:

1. Lingkungan

Penyakit cacingan biasanya terjadi dilingkungan yang kumuh

terutama didaerah kota atau daerah pinggiran. Jumlah prevalensi Ascaris

lumbricoides banyak ditemukan di daerah perkotaan, dan jumlah prevalensi

tertinggi ditemukan didaerah pinggiran atau pedesaan yang masyarakatnya

sebagian besar masih hidup dalam kekurangan.[25]

2. Tanah

Penyebaran penyakit cacingan dapat melalui terkontaminasinya tanah

dengan tinja yang mengandung telur Trichuris trichiura, telur tumbuh dalam

tanah liat yang lembab dan tanah dengan sushu optimal ± 30-C. Tanah liat

dengan kelembaban tinggi dan suhu yang berkisar antara 250C-300C sangat

baik untuk berkembangnya telur Ascaris lumbricoides sampai menjadi bentuk

infektif.[3] Sedangakan untuk pertumbuhan larva Necator americanus yaitu

memerlukan suhu optimum 280C-320C dan tanah gembur seperti pasir atau

humus, dan untuk Ancylostoma duodenale lebih rendah yaitu 230C-250C tetapi

umumnya lebih kuat.[3]

3. Iklim

Penyebaran Ascaris lumbricoides dan Trichuris trichiura yaitu

didaerah tropis karena tingkat kelembabannya cukup tinggi. Sedangkan untuk

Necator americanus dan Ancylostoma duodenale penyebarannya paling

banyak didaerah panas dan lembab. Lingkungan yang paling cocok sebagai

habitat dengan suhu dan kelembaban yang tinggi terutama didaerah

perkebunan dan pertambangan).[17]

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Kecacingandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/113/jtptunimus-gdl-endriani-5642... · hygiene perorangan sebagian masyarakat yang masih kurang. Kebanyakan

4. Perilaku

Perilaku mempengaruhi terjadinya infeksi cacingan yaitu ditularkan

lewat tanah. Anak-anak paling sering terserang penyakit cacingan karena

biasanya jari-jari tangan mereka dimasukkan kedalam mulut, atau makan nasi

tanpa cuci tangan.[14]

5. Sosial Ekonomi

Sosial ekonomi mempengaruhi terjadinya cacingan yaitu faktor

sanitasi yang buruk berhubungan dengan sosial ekonomi yang rendah.[25]

6. Status Gizi

Cacingan dapat mempengaruhi pemasukan (intake), pencernaan

(digestif), penyerapan (absorbsi), dan metabolisme makanan. Secara

keseluruhan infeksi cacingan dapat menimbulkan kekurangan zat gizi berupa

kalori dan dapat menyebabkan kekurangan protein serta kehilangan dan

produktifitas kerja, juga berpengaruh besar dapat menurunkan ketahanan tubuh

sehingga mudah terkena penyakit lainnya.[23]

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Kecacingandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/113/jtptunimus-gdl-endriani-5642... · hygiene perorangan sebagian masyarakat yang masih kurang. Kebanyakan

G. Kerangka Teori

Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dipaparkan, maka dapat disusun

kerangka teori sebagai berikut :

Faktor Geografis

1. Lingkungan

2. Tanah

3. Iklim

4. kelembaban

Telur/ larva cacing di tanah lembab

Telur cacing infektif di tanah yang sesuai

Infestasi Cacing

Perilaku Hidup Sehat

1. Kebiasaan mencuci tangan

2. Kebiasaan memakai alas kaki

3. Frekuensi memotong kuku

4. Kebiasaan Bermain Di Tanah

5. Kepemilikan jamban

6. Lantai Rumah

7. Ketersediaan Air Bersih

1. Sosial Ekonomi 2. Pengetahuan

Sumber: modifikasi TH. Rampengan, Laurentz, 1997

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Kecacingandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/113/jtptunimus-gdl-endriani-5642... · hygiene perorangan sebagian masyarakat yang masih kurang. Kebanyakan

H. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan

antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian-penelitian

yang akan dilakukan.[21]

Variabel Bebas

Higiene 1. Mencuci Tangan 2. Memakai alas kaki 3. Memotong Kuku 4. kebiasaan bermain

ditanah 5. Kepemilikan jamban

Sanitasi 6. Lantai Rumah 7. Ketersediaan Air

bersih

Variabel Terikat

Infestasi Cacing

Variabel Pengganggu

Kebiasaan Minum Obat Cacing

I. Hipotesis

a. Ada hubungan antara kebiasaan mencuci tangan sebelum makan dengan

infestasi cacing.

b. Ada hubungan antara kebiasaan memakai alas kaki dengan infestasi cacing

c. Ada hubungan antara frekuensi memotong kuku dengan infestasi cacing.

d. Ada hubungan antara bermain ditanah dengan infestasi cacing.

e. Ada hubungan antara kepemilikan jamban dengan infestasi cacing.

f. Ada hubungan antara lantai rumah dengan infestasi cacing

g. Ada hubungan antara ketersediaan air bersih dengan infestasi cacing