BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.eprints.umm.ac.id/39201/3/jiptummpp-gdl-rizkirahma-51275...dan harga...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.eprints.umm.ac.id/39201/3/jiptummpp-gdl-rizkirahma-51275...dan harga...
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu
Salah satu data pendukung yang menurut peneliti perlu dijadikan
bagian tersendiri adalah penelitian terdahulu yang relevan dengan
permasalahan yang sedang dibahas dalam penelitian ini, seperti yang
ditabulasikan sebagai berikut:
Tabel 2.1
Hasil Penelitian Terdahulu Peneliti Judul Variabel Hasil
Erwin, dkk
(2014)
pengaruh citra merek
terhadap keputusan
pembelian produk
smartphone samsung
galaxy series pada
mahasiswa jurusan
- citra merek(X1)
- keputusan
pembelian(Y)
Secara parsial variabel citra merek (X)
mempunyai pengaruh signifikan
terhadap keputusan pembelian
smartphone Samsung galaxy series
Widyawati
(2015)
Pengaruh pelayanan
dan harga terhadap
keputusan
Pembelian
smartphone merek
samsung
Pada UD. Surya
phone
Di samarinda
- pelayanan (X1)
- harga (X2)
- keputusan
pembelian (Y)
Hasil penelitian menunjukan bahwa
secara parsial variabel pelayanan
berpengaruh signifikan terhadap
keputusan pembelian smartphone
merek samsung pada UD. Suryta phone
di Samarinda. Dan secara parsial
variabel harga berpengaruh signifikan
terhadap keputusan pembelian
smartphone merek samsung pada UD.
Surya phone di Samarinda. variabel
harga memiliki pengaruh paling besar
terhadap variabel keputusan pembelian
Defriansyah
(2016)
Pengaruh Citra
Merek, Harga Dan
Kualitas Produk
Terhadap Keputusan
Pembelian
Smartphone
Samsung (Studi
Kasus Mahasiswa
Universitas
Sriwijaya Indralaya)
- Citra Merek(X1)
- Harga(X2)
- Kualitas Produk
(X3)
- Keputusan
Pembelian (Y)
Variabel citra merek dan kualitas
produk secara simultan (bersama-
sama) berpengaruh signifikan terhadap
keputusan pembelian smartphone
samsung Secara parsial diketahui
bahwa variabel harga (X2) tidak
mempunyai pengaruh signifikan
terhadap keputusan pembelian (Y)
smartphone samsung. Sedangkan
variabe citra merek (X1) dan kualitas
produk (X3) mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap keputusan
pembelian (Y) smartphone samsung.
Kualitas produk memiliki pengaruh
yang paling kuat dibandingkan variabel
harga dan citra merek.
Sumber : lib.usu.ac.id, eprints.unej.ac.id
12
Berdasarkan tabel 2.1 terdapat beberapa persamaan dan perbedaan
antara peneliti terdahulu dengan peneliti yang sekarang. Persamaannya adalah
sama-sama menggunakan variabel citra merek, harga dan kualitas produk.
Perbedaannya terdapat pada obyek penelitiannya dimana pada penelitian
terdahulu obyek penelitiannya adalah Smartphone Samsung sedangkan pada
penelitian sekarang obyek penelitiannya adalah Smartphone Oppo F1 Plus.
B. Landasan Teori
1. Citra Merek
Citra merek dapat dikatakan sebagai interprestasi akumulasi berbagai
informasi yang diterima konsumen, jadi yang menginterpretasi adalah konsumen
dan yang diinterpretasikan adalah informasi (Simamora, 2002: 72). Sebuah
informasi citra dapat dilihat dari logo atau symbol yang digunakan oleh
perusahaan untuk mewakili produknya. Dimana symbol dan logo ini bukan hanya
sebagai pembeda dari para pesaing sejenis namun juga dapat merefleksikan mutu
dan visi misi perusahaan tersebut.
Sedangkan menurut Tjiptono (2005:49) citra merek atau brand
description, yakni deskripsi tentang asosiasi dan keyakinan konsumen terhadap
merek tertentu. Sedangkan menurut Rangkuti (2004:244) citra merek atau brand
personality adalah sekumpulan assosiasi merek yang terbentuk dan melekat di
benak konsumen.
Adapun Pradipta (2012: 25) mengatakan bahwa citra merek merupakan
presentasi dari keseluruhan persepsi terhadap merek itu. Dari beberapa pengertian
tersebut dapat diketahui bahwa citra merek merupakan sekumpulan asosiasi yang
13
dipersepsikan oleh konsumen terhadap merek tertentu. Konsumen akan merasa
percaya dengan produk yang akan dikonsumsi dengan keyakinan yang selau ada
dalam benak mereka. Sehingga produk yang akan dibelinya mempunyai pengaruh
dan manfaat yang baik.
a. Manfaat Citra merek
Menurut Susanto dan Wijarnako (2004:2) menyatakan ada beberapa
manfaat memiliki Citra Merek, yaitu:
1) Membangun loyalitas yang dapat mendorong bisnis berulang kembali. Dengan
terus memelihara loyallitas pelangan terhadap merek, keuntungan masa depan
yang diperoleh dari pelangan akan terus meningkat.
2) Memungkinkan tercapainya Harga premium, dan akhirnya memberikan laba
yang lebih tinggi. Dengan demikian, merek yang kuat dalam jangka panjang
akan memberikan hasil yang lebih besar.
3) Dapat memberikan kredibilitas untuk sebuah produk baru, sehingga akan
mempermudah perusahaan dalam melakukan peluasan lini produk . merek
yang kuat akan membantu perusahaan dalam perluasan pasar.
4) Pelangan yang royal mungkin akan mengabaikan jika suatu saat perusahaan
membuat kesalahan dalam membuat suatu produk.
b. Komponen Citra merek
Menurut Biels (2012: 66), citra merek memiliki tiga komponen
pendukung, yaitu :
1) Citra pembuat (corporate image): sekumpulan asosiasi yang dipersepsikan
konsumen terhadap perusahaan yang membuat suatu produk atau jasa.
14
2) Citra pemakai (user image): sekumpulan asosiasi yang dipersepsikan
konsumen terhadap pemakai yang menggunakan suatu barang atau jasa.
3) Citra produk (product image): sekumpulan asosiasi yang dipersepsikan
konsumen terhadap suatu produk
Menurut Keller (2003: 53) mengemukakan bahwa komponen citra merek
dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1) Functional benefit
Functional benefit adalah keuntungan konsumsi sebuah produk / jasa.
Functional benefit memiliki hubungan secara intrinsik dengan keuntungan
konsumsi sebuah produk / jasa dan juga memiliki korespondensi dengan atribut
produk.
2) Symbolic benefit
Symbolic benefit adalah keuntungan simbolis berkaitan dengan menekankan
pada kebutuhan sosial atau ekspresi individu dan pada dasarnya berkaitan
dengan nonproduct related attributes.
3) Experiental benefit
Experiental benefit adalah membahas mengenai apa yang dirasakan pelanggan
setelah memakai produk/ jasa dan berkorespondensi ke atribut produk tersebut.
4) Social benefit
Social benefit adalah keuntungan sosial, kebutuhan sosial atau ekspresi
individu.
15
5) Appearance enhances
Appearance enhances adalah meningkatkan penampilan pengguna produk,
sehingga pengguna produk menjadi lebih percaya diri.
2. Harga
Harga menurut pengertian dalam ilmu ekonomi adalah nilai suatu barang
yang dinyatakan dengan uang. Menurut Arianto (2013) Harga sering menjadi
faktor penentu dalam pembelian, disamping tidak menutup kemungkinan faktor
lainnya. Harga merupakan salah satu variabel penting dalam pemasaran dimana
Harga dapat memengaruhi konsumen dalam mengambil keputusan untuk membeli
suatu produk karena berbagai alasan.
Sedangkan menurut Kotler (2012: 52) harga adalah jumlah uang yang
harus dibayarkan pelanggan untuk memperoleh produk. Selain itu Harga adalah
nilai suatu barang atau jasa yang diukur dengan sejumlah uang berdasarkan nilai
tersebut seseorang atau perusahaan bersedia melepas barang atau jasa yang
dimiliki kepada pihak lain. Harga, pada setiap produk atau jasa yang ditukarkan
bagian pemasaran berhak menentukan Harga jual dengan disetujuinya oleh
manajemen transaksi. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam penetapan
harga tersebut antara lain: biaya-biaya, keuntungan jumlah potongan dan lain-lain,
untuk membedakan penawaran dari pesaing. Menurut Kotler (2012: 53) untuk
menentukan indikator dari variabel harga adalah :
a. Harga terjangkau/ sesuai kemampuan
b. Harga bersaing dengan merek lain
16
c. Harga sesuai dengan kualitas produk
d. Harga sesuai dengan kemampuan konsumen
Adapun Alma (2007:169) menyatakan bahwa penetapan harga jual berasal
dari pokok barang tersebut. Biaya adalah setiap pengorbanan untuk membuat
suatu barang atau untuk memperoleh suatu barang yang bersifat rasional,
pengorbanan yang dapat dikatakan biaya apabila memenuhi kriteria biaya, yaitu:
dapat dihitung, dapat diduga sebelumnya, inheren (melekat) pada produksi, dan
tidak dapat dihindarkan.
2.1 Kebijakan Harga
Kebijaksanaan harga adalah keputusan mengenai harga-harga yang akan
diikuti untuk suatu jangka waktu tertentu. Faktor yang mempengaruhi antara lain:
a. Apa yang akan disetujui, misalnya untuk mencegah masuknya saingan
maka kebijakan harga ditetapkan berdasarkan harga pokok ditambah laba
yang tipis.
b. Penetrasi untuk meneroboskan produk-produk baru.
c. Kebijaksanaan harga dapat ditinjau dari tiga sudut: Produsen, Wholesaler
dan Retailer
3. Produk
Pengertian produk (product) menurut Kotler (2009) adalah segala sesuatu
yang dapat ditawarkan kepasar untuk mendapatkan perhatian, dibeli, digunakan,
atau dikonsumsi yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan. Secara
konseptual produk adalah pemahaman subyektif dari produsen atas sesuatu yang
bisa ditawarkan sebagai usaha untuk mencapai tujuan organisasi melalui
17
pemenuhan kebutuhan dan kegiatan konsumen, sesuai dengan kompetensi dan
kapasitas organisasi serta daya beli pasar. Menurut Kotler dan Keller (2008),
produk adalah elemen kunci dalam keseluruhan penawaran pasar. Selain itu
produk dapat pula didefinisikan sebagai persepsi konsumen yang dijabarkan oleh
produsen melalui hasil produksinya.
Berdasarkan beberapa definisi di atas, maka produk didefinisikan sebagai
kumpulan dari atribut-atribut yang nyata maupun tidak nyata, termasuk di
dalamnya kemasan, warna, harga, kualitas dan merek ditambah dengan jasa dan
reputasi penjualannya.
Sedangkan Kotler dan Armstrong (2008) menyatakan bahwa terdapat
beberapa atribut yang menyertai dan melengkapi produk (karakteristik atribut
produk) adalah:
1) Merek (branding)
Merek (brand) adalah nama, istilah, tanda, simbol, atau
rancangan, atau kombinasi dari semua ini yang dimaksudkan untuk
mengidentifikasi produk atau jasa dari satu atau kelompok penjual dan
membedakannya dari produk pesaing. Pemberian merek merupakan
masalah pokok dalam strategi produk. Pemberian merek itu mahal dan
memakan waktu, serta dapat membuat produk itu berhasil atau gagal.
Nama merek yang baik dapat menambah keberhasilan yang besar pada
produk.
18
2) Pengemasan (Packing)
Pengemasan (packing) adalah kegiatan merancang dan membuat
wadah atau pembungkus suatu produk. Pengemasan melibatkan
merancang dan membuat wadah atau pembungkus suatu produk.
3) Kualitas Produk (Product Quality)
Kualitas Produk (Product Quality) adalah kemampuan suatu
produk untuk melaksanakan fungsinya meliputi, daya tahan keandalan,
ketepatan kemudahan operasi dan perbaikan, serta atribut bernilai
lainnya. Untuk meningkatkan kualitas produk perusahaan dapat
menerapkan program ”Total Quality Manajemen (TQM)". Selain
mengurangi kerusakan produk, tujuan pokok kualitas total adalah untuk
meningkatkan nilai konsumen.
Pada dasarnya tingkatan produk adalah sebagai berikut (Tjiptono, 2008):
1) Produk Inti (Core Product)
Produk inti terdiri dari manfaat inti untuk pemecahan masalah yang
dicari konsumen ketika mereka membeli produk atau jasa.
2) Produk Aktual (Actual Product)
Seorang perencana produk harus menciptakan produk aktual (actual
product) disekitar produk inti. Karakteristik dari produk aktual
diantaranya, tingkat kualitas, nama merek, kemasan yang
dikombinasikan dengan cermat untuk menyampaikan manfaat inti.
19
3) Produk Tambahan
Produk tambahan harus diwujudkan dengan menawarkan jasa pelayanan
tambahan untuk memuaskan konsumen, misalnya dengan menanggapi
dengan baik claim dari konsumen dan melayani konsumen lewat telepon
jika konsumen mempunyai masalah atau pertanyaan.
1.1 Kualitas Produk
Menurut Kotler (2008: 44) kualitas adalah karakteristik dari produk dalam
kemampuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang telah ditentukan dan
bersifat laten. Konsumen yang merasa puas Akan kembali membeli, dan mereka
Akan memberi tahu calon konsumen yang lain tentang pengalaman baik mereka
dengan produk tersebut. Perusahaan yang cerdik memuaskan pelanggan dengan
hanya menjanjikan apa yang dapat mereka berikan, kemudian memberikan lebih
banyak dari yang mereka janjikan. Faktor produk (kualitas produk) tidak
diragukan lagi mempengaruhi keputusan pembelian konsumen.
Kepuasan pelanggan sangat berkaitan erat dengan kualitas. Kualitas
memuaskan yang sudah dirasakan konsumen memberikan kepuasan terhadap
keinginan konsumen dan memenuhi kebutuhan konsumen dapat berpengaruh
besar terhadap persepsi konsumen terhadap produk tersebut. Persepsi positif ini
memberikan keuntungan tersendiri baik bagi perusahaan dan image dari produk
itu sendiri. Hal ini dapat terjadi karena kepuasan pelanggan sendiri dapat
didefinisikan sebagai kualitas yang melekat pada produk atau jasa tersebut.
20
Sedangkan menurut Tjiptono (2007: 56) pemahaman kualitas kemudian
diperluas menjadi ”fitness for use” dan ”conformance to requirements”. Kualitas
mencerminkan semua dimensi penawaran produk yang menghasilkan manfaat
bagi pelanggan. Istilah nilai (value) sering kali digunakan untuk mengacu pada
kualitas relatif suatu produk dikaitkan dengan harga produk bersangkutan.
Dampak kualitas terhadap pangsa pasar biasanya tergantung pada definisi tentang
kualitas. Jika kualitas didefinisikan sebagai keandalan, estetika tinggi (bagaimana
produk terlihat atau terasakan), atau konformansi (tingkat dimana produk
memenuhi standar yang ditentukan) maka hubungannya dengan pangsa pasar
adalah positif. Jika kualitas produk didefinisikan dalam konteks penampilan yang
sangat baik atau lebih menarik, maka produk cenderung lebih mahal untuk
diproduksi dan mungkin dijual dalam jumlah yang lebih sedikit karena harga yang
lebih tinggi.
Hal ini membuat beberapa produk yang bernilai lebih mahal dari
kompetitornya cenderung dipersepsikan oleh konsumen sebagai produk atau jasa
yang berkualitas lebih tinggi. Sebaliknya, ada beberapa produk yang berkualitas
sama (dengan barang yang harganya lebih mahal) tetapi harganya murah
cenderung dipersepsikan pelanggan sebagai produk atau jasa yang memiliki
kualitas lebih rendah.
1.2 Dimensi Kualitas Produk
Menurut Irawan (2002: 51), kualitas produk adalah driver kepuasan
konsumen yang multidimensi. Bagi konsumen kualitas mempunyai beberapa
dimensi. Paling tidak terdapat 6 dimensi dari kualitas produk yang perlu
21
diperhatikan oleh setiap produsen yang ingin mengejar kepuasan konsumen
terhadap kualitas produk :
1) Performance (kinerja) : dimensi yang paling dasar dan berhubungan dengan
fungsi utama dari suatu produk. Konsumen akan sangat kecewa apabila
harapan mereka terhadap dimensi ini tak terpenuhi.
2) Reliability : dimensi performance dan realibility sepintas terlihat mirip tetapi
mempunyai perbedaan yang jelas. Realibility lebih menunjukan probabilitas
produk gagal menjalankan fungsinya.
3) Feature (fitur) : dimensi ini dapat dikatakan sebagai aspek sekunder. Seperti
contoh produk elektronik, fitur-fitur yang ditawarkan dapat dilihat pada menu
remote control. Karena perkembangan teknologi, maka fitur menjadi target
para produsen untuk berinovasi dalam upaya memuaskan pelanggan.
4) Durability (keawetan) : suatu pengukuran terhadap siklus produk, baik secara
teknis maupun waktu. Produk disebut awet kalau sudah banyak digunakan atau
sudah lama sekali digunakan. Yang pertama adalah awet secara teknis dan
yang kedua awet secara waktu.
5) Conformance : dimensi ini menunjukan seberapa jauh sesuatu produk dapat
menyamai standar atau spesifikasi tertentu.
6) Design (desain) : dimensi ini banyak menawarkan aspek emosional dalam
mempengaruhi kepuasan konsumen
Menurut Tjiptono (2007: 29) ada beberapa dimensi yang mencerminkan
kualitas:
22
1) Kinerja (performance), karakteristik operasi pokok dari produk inti yang
dibeli.
2) Tampilan (feature), yaitu karakteristik sekunder atau pelengkap.
3) Keandalan (reliability), yaitu kemungkinan kecil akan mengalami kerusakan
atau gagal dipakai.
4) Konfirmasi (conformance), yaitu sejauh mana karakteristik desain dan operasi
memenuhi standard-standar yang telah ditetapkan sebelumnya.
5) Daya tahan (durability), berkaitan dengan berapa lama produk tersebut dapat
terus digunakan.
6) Kemampulayanan (service ability), meliputi kecepatan, kompetensi,
kenyamanan, mudah direparasi, serta penanganan keluhan yang memuaskan.
Pelayanan yang diberikan tidak terbatas hanya sebelum penjualan, tetapi juga
selama proses penjualan hingga purna jual yang juga mencakup pelayanan
reparasi dan ketersediaan komponen yang dibutuhkan.
7) Estetika (esthetic), yaitu daya tarik produk terhadap panca indera, misalnya
desain artistik, warna, dan sebagainya.
8) Persepsi kualitas (perceived quality) yaitu citra dan reputasi produk serta
tanggung jawab perusahaan terhadapnya.
Biasanya karena kurangnya pengetahuan pembeli akan atribut atau ciri-ciri
produk yang akan dibeli, maka pembeli mempersepsikan kualitasnya dari aspek
harga, nama merek, iklan, reputasi perusahaan, maupun negara pembuatnya.
Perusahaan harus selalu melakukan inovasi-inovasi baru terhadap produk yang
dihasilkan sesuai dengan kebutuhan konsumen. Produk-produk yang berkualitas
23
akan memiliki sejumlah kelebihan yang mampu memberikan kepuasan kepada
konsumen. Produk yang dihasilkan dengan kualitas yang tinggi pada tingkat harga
yang kompetitif akan dipilih oleh konsumen. Kualitas produk yang tinggi dan
dapat diterima oleh konsumen akan menjadi elemen utama dalam mempengaruhi
konsumen untuk melakukan keputusan pembelian.
4. Keputusan Pembelian
Pengertian keputusan pembelian, menurut Kotler (2008: 63) adalah tahap
dalam proses pengambilan keputusan pembeli di mana konsumen benar-benar
membeli. Pengambilan keputusan merupakan suatu kegiatan individu yang secara
langsung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang yang
ditawarkan.
Keputusan pembelian merupakan keputusan konsumen untuk membeli
suatu produk setelah sebelumnya memikirkan tentang layak tidaknya membeli
produk itu dengan mempertimbangkan informasi- informasi yang ia ketahui
dengan realitas tentang produk itu setelah ia menyaksikannya.
Berbagai faktor yang mempengaruhi konsumen melakukan pembelian
suatu produk atau jasa, biasanya konsumen selalu mempertimbangkan kualitas,
Harga dan produk sudah yang sudah dikenal oleh masyarakat Sebelum konsumen
memutuskan untuk membeli, biasanya konsumen melalui beberapa tahap terlebih
dahulu yaitu: pengenalan masalah, pencarian informasi, evaluasi alternative,
keputusan membeli atau tidak, dan perilaku pascapembelian.
24
Namun dalam pembelian yang lebih rutin, konsumen sering kali
melompati atau membalik beberapa tahap ini.
4.1 Tahapan keputusan pembelian
Menurut Kotler (2008: 52) tahap-tahap yang dilewati pembeli untuk
mencapai keputusan membeli melewati model Lima tahap, yaitu:
1) Pengenalan Masalah
Proses pembelian dimulai ketika pemebeli menyadari suatu masalah
atau kebutuhan yang dipicu oleh rangsangan internal atau eksternal. Pemasar
harus mengidentifikasi keadaan yang memicu kebutuhan tertentu dengan
mengumpulkan informasi dari sejumlah konsumen. Lalu mereka dapat
mengembangkan strategi pemasaran yang memicu minat konsumen. Terutama
untuk pembelian fleksibel seperti barang-barang mewah, paket liburan, dan
pilihan hiburan, pemsar mungkin harus meningkatkan motivasi konsumen
sehingga pembelian potensial mendapat pertimbangan serius.
2) Pencarian Informasi
Ternyata konsumen sering mencari sejumlah informasi yang terbatas.
Survei memberitahukan untuk barang tahan lama, setengah dari semua
konsumen hanya melihat satu toko, dan hanya 30% yang melihat lebih dari
satu merek peralatan. Keadaan pencaria yang lebih rendah disebut perhatian
tajam. Pada tingkat ini seseorang hanya menjadi lebih reseptif terhadap
informasi tentang sebuah produk. Pada tingkat berikutnya, seseorang
memasuki pencarian informasi aktif. Mencari bahan bacaan, menelepon teman,
25
melakukan kegiatan online, dan mengunjungi toko untuk mempelajari produk
tersebut.
Sumber informasi terbagi jadi empat kelompok:
a) Pribadi. Keluarga, teman, tetangga, dan rekan
b) Komersial. Situs web, wiraniaga, penyalur, kemasan, tampilan.
c) Publik. Media Massa, organisasi peringkat konsumen.
d) Eksperimental. Penanganan, pemeriksaan, penggunaan produk.
Setiap informasi melaksanakan fungsi yang berbeda dalam
memengaruhi keputusan pembelian. Sumber komersial bisanya melaksanakan
fungsi informasi, sementara sumber pribadi melaksanakan fungsi legistimasi
atau evaluasi.
Melalui pengumpulan informasi, konsumen mempelajari merek pesaing
dan fitur mereka. Konsumen perorangan hanya akan mengetahu sebagian
merek ini, kumpulan kesadaran. Beberapa merek.kumpulan pertimbangan,
akan memenuhi criteria pembelian awal. Ketika konsumen mengumpulkan
lebih banyak informasi, hanya beberapa, kumpulan pilihan, yang menjadi calon
kuat. Konsumen membuat pilihan akir dari kunpulan ini.
3) Evaluasi Alternatif
Bagaiman konsumen memproses informasi merek kompetitif dan
malakukan penilaian nilai akhir, tidak ada proses tunggal yang digunakan oleh
semua konsumen, atau oleh seseorang konsumen dalam melakukan situasi
pembelian. Ada beberapa proses, dan sebagian besar model terbaru melihat
konsumen membentuk sebagian besar pilihan secara sadar dan rasional.
26
Beberapa konsep dasar yang membantu kita mamahami proses evaluasi:
pertama, konsumen berusaha memuaskan sebuah kebutuhan. Kedua, konsumen
mencari manfaat tertentu dari solusi produk. Ketiga, konsumen melihat
masing-masing produk sebagai sekelompok atribut degan berbagai kemampuan
untuk menghantarkan manfaat yang diperlukan untuk memuaskan kebutuhan
ini.
4) Keputusan Pembelian
Dalam tahap evaluasi, konsumen membentuk preferensi antar merek
dalam kumpulan pilihan. Konsumen mungkin juga membentuk maksud untuk
membeli merek yang paling disukai. Dalam melaksanakan maksud pembelian,
konsumen dapat membentuk lima sub keputusan: merek, penyalur, kuantitas,
waktu, dan metode pembayaran.
5) Perilaku Pascapembelian
Setelah pembelian, konsmuen mungkin mengalami konflik dikarenakan
mungkin melihat fitur mengkhawatirkan tertentu atau mendengar hal-hal yang
menyenangkan tentang merek lain dan waspada terhadap informasi yang
mendukung keputusnnya.
Gambar 2.1
Proses pengambilan keputusan
Sumber: Kotler (2008: 68)
Pengenalan
Masalah Pencarian
Informasi
Evaluasi
Alternatif Keputusan
Pembelian
Perilaku
Pasca
Pembelian
27
5. Hubungan Antar Variabel
a. Hubungan Citra merek Terhadap Keputusan Pembelian
Menurut Kotler (2007: 95) citra Merek adalah persepsi konsumen
terhadap perusahaan atau produknya. Dengan citra merek dari perusahaan atas
produk yang dihasilkan oleh perusahaan diharapakan agar dapat menimbulkan
keinginan konsumen untuk melakukan pembelian. Hasil penelitian Erwin
(2014) menunjukkan bahwa citra merek berpengaruh terhadap keputan
pembelian.
b. Hubungan Harga Terhadap Keputusan Pembelian
Harga adalah sejumlah uang yang dibebankan atas suatu produk atau
jasa, atau jumlah dari nilai yang ditukar konsumen atas manfaat-manfaat
karena memiliki atau menggunakan produk atau jasa tersebut (Kotler: 2011:
63).
Harga merupakan variabel yang dapat dikendalikan dan menentukan
diterima atau tidaknya suatu produk oleh konsumen. Harga semata-mata
tergantung pada kebijakan perusahaan, tetapi tentu saja dengan
mempertimbangkan beberapa hal. Murah atau mahalnya harga suatu produk
sangat relative sifatnya. Untuk mengatakannya perlu terlebih dahulu
dibandingkan dengan Harga produk serupa yang diproduksi atau dijual
perusahaan lain.
Perusahaan perlu memonitor harga yang ditetapkan oleh para pesaing
agar Harga yang ditentukan oleh perusahaan tidak terlalu tinggi atau
sebaliknya, sehingga harga yang ditawarkan dapat menimbulkan keinginan
28
konsumen untuk melakukan pembelian. Hasil penelitian Gunawan (2012),
menyatakan bahwa harga berpengaruh terhadap keputusan pembelian. Harga
akan mempengaruhi keputusan pembelian apabila harga suatu produk tersebut
sesuai dengan kualitas, terjangkau, dan sesuai dengan manfaat.
c. Hubungan Kualitas Produk Terhadap Keputusan Pembelian
Menurut Tjiptono (2008: 72), kualitas produk adalah unsur-unsur
produk yang dipandang penting oleh konsumen dan dijadikan dasar
pengambilan keputusan. Kualitas produk dengan keputusan pembelian sangat
erat kaitanya, karena konsumen sebelumm melakukan pembelian
menempatkan kualitas produk sebagai salah satu pertimbangan penting dalam
pengambilan keputusan pembelian. Namun kualitas produk tidak selamanya
relevan bagi konsumen, pertama perubahan dalam diri konsumen sendiri, dan
yang kedua karena perusahaan lain menawarkan kualitas produk yang lebih
baik. Hal ini menjadikan perusahaan senantiasa memperbaharui kualitas
produknya demi keunggulan bersaing dengan perusahaan lainnya. Hasil
penelitian Doni (2016) menunjukkan bahwa kualitas produk berpengaruh
terhadap keputusan pembelian.
6. Kerangka Pikir
Berdasarkan landasan teori dan penelitian terdahulu, maka dapat
digambarkan sebuah kerangka pemikiran seperti pada gambar berikut :
29
Gambar 2.8
Kerangka Konseptual
Berdasarkan kerangka konseptual diatas dijelaskan bahwa citra merek,
harga, dan kualitas produk berpengaruh terhadap keputusan pembelian. Citra
merek merupakan salah satu faktor keputusan pembelian yang
dipertimbangkan oleh konsumen dalam membeli produk. Berbagai upaya
dilakukan perusahaan dalam rangka mempertahankan citra merek yang
mereka miliki di antaranya inovasi teknologi keunggulan yang dimiliki
produk tersebut, penetapan harga yang bersaing dan promosi yang tepat
sasaran. Konsumen tidak hanya menggunakan harga sebagai indikator
kualitas tetapi juga sebagai indikator biaya yang dikorbankan untuk ditukar
dengan produk atau manfaat produk. Disinilah kita melihat sejauh mana
merek dapat memengaruhi penilaian konsumen dengan citra merek dari
produk tersebut. Citra merek yang kuat dapat mengembangkan citra
perusahaan dengan membawa nama perusahaan, merek-merek ini membantu
mengiklankan kualitas dan besarnya perusahaan. Begitupun sebaliknya citra
perusahaan memberikan pengaruh pada citra merek dari produknya yang akan
memengaruhi keputusan pembelian konsumen terhadap produk perusahaan
yang ditawarkan (Kotler, 2008: 92).
Citra merek
Harga
Kualitas produk
Keputusan
pembelian
30
Sedangkan harga merupakan salah satu faktor konsumen untuk
menentukan keputusan pembelian pada produk. Penetapan harga yang
salah atas suatu produk dapat mengakibatkan jumlah penjualan pada suatu
produk tidak dapat maksimal yang mengakibatkan penjualan menurun dan
pangsa pasarnya berkurang. Oleh sebab itu, dalam penetapan harga
perusahaan harus dapat menentukan harga penjualan sesuai dengan pangsa
pasar yang dituju agar penjualan produk dan pangsa pasar semakin
meningkat.
Perusahaan dalam mengelola usahanya agar dapat mempertahankan
posisi pasarnya dan agar dapat bersaing dengan perusahaan yang
memproduksi produk sejenis, maka perusahaan harus memperhatikan kualitas
produk yang ditawarkan perusahaan. Perusahaan siap untuk menghadapi
persaingan yang terjadi pada bisnis tersebut, dengan mengandalkan produk
yang dihasilkan yang terkait secara langsung dengan kualitas yang terdapat
pada produk yang ditawarkan (Kotler, 2008: 72).
7. Hipotesis
Menurut Sugiyono (2013) Hipotesis merupakan jawaban sementara
terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian
telah dinyatakan dalam bentuk pertanyaan. Dikatakan sementara karena
jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum
didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan
data.
31
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Defriansyah (2016)
menyatakan bahwa citra merek, harga dan kualitas produk secara parsial
mempunyai pengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian smartphone
Samsung pada mahasiswa Universitas Sriwijaya Indralaya. Dari uraian
tersebut maka dapat dihipotesiskan:
H1 : Diduga Bahwa citra merek, harga dan kualitas produk berpengaruh secara
parsial terhadap keputusan pembelian smartphone Oppo F1 Plus.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Defriansyah (2016) menyatakan bahwa citra
merek, harga dan kualitas produk secara simultan mempunyai pengaruh
signifikan terhadap keputusan pembelian smartphone Samsung pada
mahasiswa Universitas Sriwijaya Indralaya. Dari uraian tersebut maka dapat
dihipotesiskan:
H2 : Bahwa citra merek, harga dan kualitas produk berpengaruh secara
simultan terhadap keputusan pembelian smartphone Oppo F1 Plus.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Defriansyah (2016)
menyatakan bahwa kualitas produk dominan berpengaruh signifikan terhadap
keputusan pembelian smartphone Samsung pada mahasiswa Universitas
Sriwijaya Indralaya. Dari uraian tersebut maka dapat dihipotesiskan:
H3 : Bahwa kualitas produk berpengaruh paling kuat terhadap keputusan
pembelian smartphone Oppo F1-plus.