BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.eprints.umm.ac.id/39201/3/jiptummpp-gdl-rizkirahma-51275...dan harga...

21
11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Salah satu data pendukung yang menurut peneliti perlu dijadikan bagian tersendiri adalah penelitian terdahulu yang relevan dengan permasalahan yang sedang dibahas dalam penelitian ini, seperti yang ditabulasikan sebagai berikut: Tabel 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu Peneliti Judul Variabel Hasil Erwin, dkk (2014) pengaruh citra merek terhadap keputusan pembelian produk smartphone samsung galaxy series pada mahasiswa jurusan - citra merek(X1) - keputusan pembelian(Y) Secara parsial variabel citra merek (X) mempunyai pengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian smartphone Samsung galaxy series Widyawati (2015) Pengaruh pelayanan dan harga terhadap keputusan Pembelian smartphone merek samsung Pada UD. Surya phone Di samarinda - pelayanan (X1) - harga (X2) - keputusan pembelian (Y) Hasil penelitian menunjukan bahwa secara parsial variabel pelayanan berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian smartphone merek samsung pada UD. Suryta phone di Samarinda. Dan secara parsial variabel harga berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian smartphone merek samsung pada UD. Surya phone di Samarinda. variabel harga memiliki pengaruh paling besar terhadap variabel keputusan pembelian Defriansyah (2016) Pengaruh Citra Merek, Harga Dan Kualitas Produk Terhadap Keputusan Pembelian Smartphone Samsung (Studi Kasus Mahasiswa Universitas Sriwijaya Indralaya) - Citra Merek(X1) - Harga(X2) - Kualitas Produk (X3) - Keputusan Pembelian (Y) Variabel citra merek dan kualitas produk secara simultan (bersama- sama) berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian smartphone samsung Secara parsial diketahui bahwa variabel harga (X2) tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian (Y) smartphone samsung. Sedangkan variabe citra merek (X1) dan kualitas produk (X3) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pembelian (Y) smartphone samsung. Kualitas produk memiliki pengaruh yang paling kuat dibandingkan variabel harga dan citra merek. Sumber : lib.usu.ac.id, eprints.unej.ac.id

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.eprints.umm.ac.id/39201/3/jiptummpp-gdl-rizkirahma-51275...dan harga...

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Salah satu data pendukung yang menurut peneliti perlu dijadikan

bagian tersendiri adalah penelitian terdahulu yang relevan dengan

permasalahan yang sedang dibahas dalam penelitian ini, seperti yang

ditabulasikan sebagai berikut:

Tabel 2.1

Hasil Penelitian Terdahulu Peneliti Judul Variabel Hasil

Erwin, dkk

(2014)

pengaruh citra merek

terhadap keputusan

pembelian produk

smartphone samsung

galaxy series pada

mahasiswa jurusan

- citra merek(X1)

- keputusan

pembelian(Y)

Secara parsial variabel citra merek (X)

mempunyai pengaruh signifikan

terhadap keputusan pembelian

smartphone Samsung galaxy series

Widyawati

(2015)

Pengaruh pelayanan

dan harga terhadap

keputusan

Pembelian

smartphone merek

samsung

Pada UD. Surya

phone

Di samarinda

- pelayanan (X1)

- harga (X2)

- keputusan

pembelian (Y)

Hasil penelitian menunjukan bahwa

secara parsial variabel pelayanan

berpengaruh signifikan terhadap

keputusan pembelian smartphone

merek samsung pada UD. Suryta phone

di Samarinda. Dan secara parsial

variabel harga berpengaruh signifikan

terhadap keputusan pembelian

smartphone merek samsung pada UD.

Surya phone di Samarinda. variabel

harga memiliki pengaruh paling besar

terhadap variabel keputusan pembelian

Defriansyah

(2016)

Pengaruh Citra

Merek, Harga Dan

Kualitas Produk

Terhadap Keputusan

Pembelian

Smartphone

Samsung (Studi

Kasus Mahasiswa

Universitas

Sriwijaya Indralaya)

- Citra Merek(X1)

- Harga(X2)

- Kualitas Produk

(X3)

- Keputusan

Pembelian (Y)

Variabel citra merek dan kualitas

produk secara simultan (bersama-

sama) berpengaruh signifikan terhadap

keputusan pembelian smartphone

samsung Secara parsial diketahui

bahwa variabel harga (X2) tidak

mempunyai pengaruh signifikan

terhadap keputusan pembelian (Y)

smartphone samsung. Sedangkan

variabe citra merek (X1) dan kualitas

produk (X3) mempunyai pengaruh

yang signifikan terhadap keputusan

pembelian (Y) smartphone samsung.

Kualitas produk memiliki pengaruh

yang paling kuat dibandingkan variabel

harga dan citra merek.

Sumber : lib.usu.ac.id, eprints.unej.ac.id

12

Berdasarkan tabel 2.1 terdapat beberapa persamaan dan perbedaan

antara peneliti terdahulu dengan peneliti yang sekarang. Persamaannya adalah

sama-sama menggunakan variabel citra merek, harga dan kualitas produk.

Perbedaannya terdapat pada obyek penelitiannya dimana pada penelitian

terdahulu obyek penelitiannya adalah Smartphone Samsung sedangkan pada

penelitian sekarang obyek penelitiannya adalah Smartphone Oppo F1 Plus.

B. Landasan Teori

1. Citra Merek

Citra merek dapat dikatakan sebagai interprestasi akumulasi berbagai

informasi yang diterima konsumen, jadi yang menginterpretasi adalah konsumen

dan yang diinterpretasikan adalah informasi (Simamora, 2002: 72). Sebuah

informasi citra dapat dilihat dari logo atau symbol yang digunakan oleh

perusahaan untuk mewakili produknya. Dimana symbol dan logo ini bukan hanya

sebagai pembeda dari para pesaing sejenis namun juga dapat merefleksikan mutu

dan visi misi perusahaan tersebut.

Sedangkan menurut Tjiptono (2005:49) citra merek atau brand

description, yakni deskripsi tentang asosiasi dan keyakinan konsumen terhadap

merek tertentu. Sedangkan menurut Rangkuti (2004:244) citra merek atau brand

personality adalah sekumpulan assosiasi merek yang terbentuk dan melekat di

benak konsumen.

Adapun Pradipta (2012: 25) mengatakan bahwa citra merek merupakan

presentasi dari keseluruhan persepsi terhadap merek itu. Dari beberapa pengertian

tersebut dapat diketahui bahwa citra merek merupakan sekumpulan asosiasi yang

13

dipersepsikan oleh konsumen terhadap merek tertentu. Konsumen akan merasa

percaya dengan produk yang akan dikonsumsi dengan keyakinan yang selau ada

dalam benak mereka. Sehingga produk yang akan dibelinya mempunyai pengaruh

dan manfaat yang baik.

a. Manfaat Citra merek

Menurut Susanto dan Wijarnako (2004:2) menyatakan ada beberapa

manfaat memiliki Citra Merek, yaitu:

1) Membangun loyalitas yang dapat mendorong bisnis berulang kembali. Dengan

terus memelihara loyallitas pelangan terhadap merek, keuntungan masa depan

yang diperoleh dari pelangan akan terus meningkat.

2) Memungkinkan tercapainya Harga premium, dan akhirnya memberikan laba

yang lebih tinggi. Dengan demikian, merek yang kuat dalam jangka panjang

akan memberikan hasil yang lebih besar.

3) Dapat memberikan kredibilitas untuk sebuah produk baru, sehingga akan

mempermudah perusahaan dalam melakukan peluasan lini produk . merek

yang kuat akan membantu perusahaan dalam perluasan pasar.

4) Pelangan yang royal mungkin akan mengabaikan jika suatu saat perusahaan

membuat kesalahan dalam membuat suatu produk.

b. Komponen Citra merek

Menurut Biels (2012: 66), citra merek memiliki tiga komponen

pendukung, yaitu :

1) Citra pembuat (corporate image): sekumpulan asosiasi yang dipersepsikan

konsumen terhadap perusahaan yang membuat suatu produk atau jasa.

14

2) Citra pemakai (user image): sekumpulan asosiasi yang dipersepsikan

konsumen terhadap pemakai yang menggunakan suatu barang atau jasa.

3) Citra produk (product image): sekumpulan asosiasi yang dipersepsikan

konsumen terhadap suatu produk

Menurut Keller (2003: 53) mengemukakan bahwa komponen citra merek

dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1) Functional benefit

Functional benefit adalah keuntungan konsumsi sebuah produk / jasa.

Functional benefit memiliki hubungan secara intrinsik dengan keuntungan

konsumsi sebuah produk / jasa dan juga memiliki korespondensi dengan atribut

produk.

2) Symbolic benefit

Symbolic benefit adalah keuntungan simbolis berkaitan dengan menekankan

pada kebutuhan sosial atau ekspresi individu dan pada dasarnya berkaitan

dengan nonproduct related attributes.

3) Experiental benefit

Experiental benefit adalah membahas mengenai apa yang dirasakan pelanggan

setelah memakai produk/ jasa dan berkorespondensi ke atribut produk tersebut.

4) Social benefit

Social benefit adalah keuntungan sosial, kebutuhan sosial atau ekspresi

individu.

15

5) Appearance enhances

Appearance enhances adalah meningkatkan penampilan pengguna produk,

sehingga pengguna produk menjadi lebih percaya diri.

2. Harga

Harga menurut pengertian dalam ilmu ekonomi adalah nilai suatu barang

yang dinyatakan dengan uang. Menurut Arianto (2013) Harga sering menjadi

faktor penentu dalam pembelian, disamping tidak menutup kemungkinan faktor

lainnya. Harga merupakan salah satu variabel penting dalam pemasaran dimana

Harga dapat memengaruhi konsumen dalam mengambil keputusan untuk membeli

suatu produk karena berbagai alasan.

Sedangkan menurut Kotler (2012: 52) harga adalah jumlah uang yang

harus dibayarkan pelanggan untuk memperoleh produk. Selain itu Harga adalah

nilai suatu barang atau jasa yang diukur dengan sejumlah uang berdasarkan nilai

tersebut seseorang atau perusahaan bersedia melepas barang atau jasa yang

dimiliki kepada pihak lain. Harga, pada setiap produk atau jasa yang ditukarkan

bagian pemasaran berhak menentukan Harga jual dengan disetujuinya oleh

manajemen transaksi. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam penetapan

harga tersebut antara lain: biaya-biaya, keuntungan jumlah potongan dan lain-lain,

untuk membedakan penawaran dari pesaing. Menurut Kotler (2012: 53) untuk

menentukan indikator dari variabel harga adalah :

a. Harga terjangkau/ sesuai kemampuan

b. Harga bersaing dengan merek lain

16

c. Harga sesuai dengan kualitas produk

d. Harga sesuai dengan kemampuan konsumen

Adapun Alma (2007:169) menyatakan bahwa penetapan harga jual berasal

dari pokok barang tersebut. Biaya adalah setiap pengorbanan untuk membuat

suatu barang atau untuk memperoleh suatu barang yang bersifat rasional,

pengorbanan yang dapat dikatakan biaya apabila memenuhi kriteria biaya, yaitu:

dapat dihitung, dapat diduga sebelumnya, inheren (melekat) pada produksi, dan

tidak dapat dihindarkan.

2.1 Kebijakan Harga

Kebijaksanaan harga adalah keputusan mengenai harga-harga yang akan

diikuti untuk suatu jangka waktu tertentu. Faktor yang mempengaruhi antara lain:

a. Apa yang akan disetujui, misalnya untuk mencegah masuknya saingan

maka kebijakan harga ditetapkan berdasarkan harga pokok ditambah laba

yang tipis.

b. Penetrasi untuk meneroboskan produk-produk baru.

c. Kebijaksanaan harga dapat ditinjau dari tiga sudut: Produsen, Wholesaler

dan Retailer

3. Produk

Pengertian produk (product) menurut Kotler (2009) adalah segala sesuatu

yang dapat ditawarkan kepasar untuk mendapatkan perhatian, dibeli, digunakan,

atau dikonsumsi yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan. Secara

konseptual produk adalah pemahaman subyektif dari produsen atas sesuatu yang

bisa ditawarkan sebagai usaha untuk mencapai tujuan organisasi melalui

17

pemenuhan kebutuhan dan kegiatan konsumen, sesuai dengan kompetensi dan

kapasitas organisasi serta daya beli pasar. Menurut Kotler dan Keller (2008),

produk adalah elemen kunci dalam keseluruhan penawaran pasar. Selain itu

produk dapat pula didefinisikan sebagai persepsi konsumen yang dijabarkan oleh

produsen melalui hasil produksinya.

Berdasarkan beberapa definisi di atas, maka produk didefinisikan sebagai

kumpulan dari atribut-atribut yang nyata maupun tidak nyata, termasuk di

dalamnya kemasan, warna, harga, kualitas dan merek ditambah dengan jasa dan

reputasi penjualannya.

Sedangkan Kotler dan Armstrong (2008) menyatakan bahwa terdapat

beberapa atribut yang menyertai dan melengkapi produk (karakteristik atribut

produk) adalah:

1) Merek (branding)

Merek (brand) adalah nama, istilah, tanda, simbol, atau

rancangan, atau kombinasi dari semua ini yang dimaksudkan untuk

mengidentifikasi produk atau jasa dari satu atau kelompok penjual dan

membedakannya dari produk pesaing. Pemberian merek merupakan

masalah pokok dalam strategi produk. Pemberian merek itu mahal dan

memakan waktu, serta dapat membuat produk itu berhasil atau gagal.

Nama merek yang baik dapat menambah keberhasilan yang besar pada

produk.

18

2) Pengemasan (Packing)

Pengemasan (packing) adalah kegiatan merancang dan membuat

wadah atau pembungkus suatu produk. Pengemasan melibatkan

merancang dan membuat wadah atau pembungkus suatu produk.

3) Kualitas Produk (Product Quality)

Kualitas Produk (Product Quality) adalah kemampuan suatu

produk untuk melaksanakan fungsinya meliputi, daya tahan keandalan,

ketepatan kemudahan operasi dan perbaikan, serta atribut bernilai

lainnya. Untuk meningkatkan kualitas produk perusahaan dapat

menerapkan program ”Total Quality Manajemen (TQM)". Selain

mengurangi kerusakan produk, tujuan pokok kualitas total adalah untuk

meningkatkan nilai konsumen.

Pada dasarnya tingkatan produk adalah sebagai berikut (Tjiptono, 2008):

1) Produk Inti (Core Product)

Produk inti terdiri dari manfaat inti untuk pemecahan masalah yang

dicari konsumen ketika mereka membeli produk atau jasa.

2) Produk Aktual (Actual Product)

Seorang perencana produk harus menciptakan produk aktual (actual

product) disekitar produk inti. Karakteristik dari produk aktual

diantaranya, tingkat kualitas, nama merek, kemasan yang

dikombinasikan dengan cermat untuk menyampaikan manfaat inti.

19

3) Produk Tambahan

Produk tambahan harus diwujudkan dengan menawarkan jasa pelayanan

tambahan untuk memuaskan konsumen, misalnya dengan menanggapi

dengan baik claim dari konsumen dan melayani konsumen lewat telepon

jika konsumen mempunyai masalah atau pertanyaan.

1.1 Kualitas Produk

Menurut Kotler (2008: 44) kualitas adalah karakteristik dari produk dalam

kemampuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang telah ditentukan dan

bersifat laten. Konsumen yang merasa puas Akan kembali membeli, dan mereka

Akan memberi tahu calon konsumen yang lain tentang pengalaman baik mereka

dengan produk tersebut. Perusahaan yang cerdik memuaskan pelanggan dengan

hanya menjanjikan apa yang dapat mereka berikan, kemudian memberikan lebih

banyak dari yang mereka janjikan. Faktor produk (kualitas produk) tidak

diragukan lagi mempengaruhi keputusan pembelian konsumen.

Kepuasan pelanggan sangat berkaitan erat dengan kualitas. Kualitas

memuaskan yang sudah dirasakan konsumen memberikan kepuasan terhadap

keinginan konsumen dan memenuhi kebutuhan konsumen dapat berpengaruh

besar terhadap persepsi konsumen terhadap produk tersebut. Persepsi positif ini

memberikan keuntungan tersendiri baik bagi perusahaan dan image dari produk

itu sendiri. Hal ini dapat terjadi karena kepuasan pelanggan sendiri dapat

didefinisikan sebagai kualitas yang melekat pada produk atau jasa tersebut.

20

Sedangkan menurut Tjiptono (2007: 56) pemahaman kualitas kemudian

diperluas menjadi ”fitness for use” dan ”conformance to requirements”. Kualitas

mencerminkan semua dimensi penawaran produk yang menghasilkan manfaat

bagi pelanggan. Istilah nilai (value) sering kali digunakan untuk mengacu pada

kualitas relatif suatu produk dikaitkan dengan harga produk bersangkutan.

Dampak kualitas terhadap pangsa pasar biasanya tergantung pada definisi tentang

kualitas. Jika kualitas didefinisikan sebagai keandalan, estetika tinggi (bagaimana

produk terlihat atau terasakan), atau konformansi (tingkat dimana produk

memenuhi standar yang ditentukan) maka hubungannya dengan pangsa pasar

adalah positif. Jika kualitas produk didefinisikan dalam konteks penampilan yang

sangat baik atau lebih menarik, maka produk cenderung lebih mahal untuk

diproduksi dan mungkin dijual dalam jumlah yang lebih sedikit karena harga yang

lebih tinggi.

Hal ini membuat beberapa produk yang bernilai lebih mahal dari

kompetitornya cenderung dipersepsikan oleh konsumen sebagai produk atau jasa

yang berkualitas lebih tinggi. Sebaliknya, ada beberapa produk yang berkualitas

sama (dengan barang yang harganya lebih mahal) tetapi harganya murah

cenderung dipersepsikan pelanggan sebagai produk atau jasa yang memiliki

kualitas lebih rendah.

1.2 Dimensi Kualitas Produk

Menurut Irawan (2002: 51), kualitas produk adalah driver kepuasan

konsumen yang multidimensi. Bagi konsumen kualitas mempunyai beberapa

dimensi. Paling tidak terdapat 6 dimensi dari kualitas produk yang perlu

21

diperhatikan oleh setiap produsen yang ingin mengejar kepuasan konsumen

terhadap kualitas produk :

1) Performance (kinerja) : dimensi yang paling dasar dan berhubungan dengan

fungsi utama dari suatu produk. Konsumen akan sangat kecewa apabila

harapan mereka terhadap dimensi ini tak terpenuhi.

2) Reliability : dimensi performance dan realibility sepintas terlihat mirip tetapi

mempunyai perbedaan yang jelas. Realibility lebih menunjukan probabilitas

produk gagal menjalankan fungsinya.

3) Feature (fitur) : dimensi ini dapat dikatakan sebagai aspek sekunder. Seperti

contoh produk elektronik, fitur-fitur yang ditawarkan dapat dilihat pada menu

remote control. Karena perkembangan teknologi, maka fitur menjadi target

para produsen untuk berinovasi dalam upaya memuaskan pelanggan.

4) Durability (keawetan) : suatu pengukuran terhadap siklus produk, baik secara

teknis maupun waktu. Produk disebut awet kalau sudah banyak digunakan atau

sudah lama sekali digunakan. Yang pertama adalah awet secara teknis dan

yang kedua awet secara waktu.

5) Conformance : dimensi ini menunjukan seberapa jauh sesuatu produk dapat

menyamai standar atau spesifikasi tertentu.

6) Design (desain) : dimensi ini banyak menawarkan aspek emosional dalam

mempengaruhi kepuasan konsumen

Menurut Tjiptono (2007: 29) ada beberapa dimensi yang mencerminkan

kualitas:

22

1) Kinerja (performance), karakteristik operasi pokok dari produk inti yang

dibeli.

2) Tampilan (feature), yaitu karakteristik sekunder atau pelengkap.

3) Keandalan (reliability), yaitu kemungkinan kecil akan mengalami kerusakan

atau gagal dipakai.

4) Konfirmasi (conformance), yaitu sejauh mana karakteristik desain dan operasi

memenuhi standard-standar yang telah ditetapkan sebelumnya.

5) Daya tahan (durability), berkaitan dengan berapa lama produk tersebut dapat

terus digunakan.

6) Kemampulayanan (service ability), meliputi kecepatan, kompetensi,

kenyamanan, mudah direparasi, serta penanganan keluhan yang memuaskan.

Pelayanan yang diberikan tidak terbatas hanya sebelum penjualan, tetapi juga

selama proses penjualan hingga purna jual yang juga mencakup pelayanan

reparasi dan ketersediaan komponen yang dibutuhkan.

7) Estetika (esthetic), yaitu daya tarik produk terhadap panca indera, misalnya

desain artistik, warna, dan sebagainya.

8) Persepsi kualitas (perceived quality) yaitu citra dan reputasi produk serta

tanggung jawab perusahaan terhadapnya.

Biasanya karena kurangnya pengetahuan pembeli akan atribut atau ciri-ciri

produk yang akan dibeli, maka pembeli mempersepsikan kualitasnya dari aspek

harga, nama merek, iklan, reputasi perusahaan, maupun negara pembuatnya.

Perusahaan harus selalu melakukan inovasi-inovasi baru terhadap produk yang

dihasilkan sesuai dengan kebutuhan konsumen. Produk-produk yang berkualitas

23

akan memiliki sejumlah kelebihan yang mampu memberikan kepuasan kepada

konsumen. Produk yang dihasilkan dengan kualitas yang tinggi pada tingkat harga

yang kompetitif akan dipilih oleh konsumen. Kualitas produk yang tinggi dan

dapat diterima oleh konsumen akan menjadi elemen utama dalam mempengaruhi

konsumen untuk melakukan keputusan pembelian.

4. Keputusan Pembelian

Pengertian keputusan pembelian, menurut Kotler (2008: 63) adalah tahap

dalam proses pengambilan keputusan pembeli di mana konsumen benar-benar

membeli. Pengambilan keputusan merupakan suatu kegiatan individu yang secara

langsung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang yang

ditawarkan.

Keputusan pembelian merupakan keputusan konsumen untuk membeli

suatu produk setelah sebelumnya memikirkan tentang layak tidaknya membeli

produk itu dengan mempertimbangkan informasi- informasi yang ia ketahui

dengan realitas tentang produk itu setelah ia menyaksikannya.

Berbagai faktor yang mempengaruhi konsumen melakukan pembelian

suatu produk atau jasa, biasanya konsumen selalu mempertimbangkan kualitas,

Harga dan produk sudah yang sudah dikenal oleh masyarakat Sebelum konsumen

memutuskan untuk membeli, biasanya konsumen melalui beberapa tahap terlebih

dahulu yaitu: pengenalan masalah, pencarian informasi, evaluasi alternative,

keputusan membeli atau tidak, dan perilaku pascapembelian.

24

Namun dalam pembelian yang lebih rutin, konsumen sering kali

melompati atau membalik beberapa tahap ini.

4.1 Tahapan keputusan pembelian

Menurut Kotler (2008: 52) tahap-tahap yang dilewati pembeli untuk

mencapai keputusan membeli melewati model Lima tahap, yaitu:

1) Pengenalan Masalah

Proses pembelian dimulai ketika pemebeli menyadari suatu masalah

atau kebutuhan yang dipicu oleh rangsangan internal atau eksternal. Pemasar

harus mengidentifikasi keadaan yang memicu kebutuhan tertentu dengan

mengumpulkan informasi dari sejumlah konsumen. Lalu mereka dapat

mengembangkan strategi pemasaran yang memicu minat konsumen. Terutama

untuk pembelian fleksibel seperti barang-barang mewah, paket liburan, dan

pilihan hiburan, pemsar mungkin harus meningkatkan motivasi konsumen

sehingga pembelian potensial mendapat pertimbangan serius.

2) Pencarian Informasi

Ternyata konsumen sering mencari sejumlah informasi yang terbatas.

Survei memberitahukan untuk barang tahan lama, setengah dari semua

konsumen hanya melihat satu toko, dan hanya 30% yang melihat lebih dari

satu merek peralatan. Keadaan pencaria yang lebih rendah disebut perhatian

tajam. Pada tingkat ini seseorang hanya menjadi lebih reseptif terhadap

informasi tentang sebuah produk. Pada tingkat berikutnya, seseorang

memasuki pencarian informasi aktif. Mencari bahan bacaan, menelepon teman,

25

melakukan kegiatan online, dan mengunjungi toko untuk mempelajari produk

tersebut.

Sumber informasi terbagi jadi empat kelompok:

a) Pribadi. Keluarga, teman, tetangga, dan rekan

b) Komersial. Situs web, wiraniaga, penyalur, kemasan, tampilan.

c) Publik. Media Massa, organisasi peringkat konsumen.

d) Eksperimental. Penanganan, pemeriksaan, penggunaan produk.

Setiap informasi melaksanakan fungsi yang berbeda dalam

memengaruhi keputusan pembelian. Sumber komersial bisanya melaksanakan

fungsi informasi, sementara sumber pribadi melaksanakan fungsi legistimasi

atau evaluasi.

Melalui pengumpulan informasi, konsumen mempelajari merek pesaing

dan fitur mereka. Konsumen perorangan hanya akan mengetahu sebagian

merek ini, kumpulan kesadaran. Beberapa merek.kumpulan pertimbangan,

akan memenuhi criteria pembelian awal. Ketika konsumen mengumpulkan

lebih banyak informasi, hanya beberapa, kumpulan pilihan, yang menjadi calon

kuat. Konsumen membuat pilihan akir dari kunpulan ini.

3) Evaluasi Alternatif

Bagaiman konsumen memproses informasi merek kompetitif dan

malakukan penilaian nilai akhir, tidak ada proses tunggal yang digunakan oleh

semua konsumen, atau oleh seseorang konsumen dalam melakukan situasi

pembelian. Ada beberapa proses, dan sebagian besar model terbaru melihat

konsumen membentuk sebagian besar pilihan secara sadar dan rasional.

26

Beberapa konsep dasar yang membantu kita mamahami proses evaluasi:

pertama, konsumen berusaha memuaskan sebuah kebutuhan. Kedua, konsumen

mencari manfaat tertentu dari solusi produk. Ketiga, konsumen melihat

masing-masing produk sebagai sekelompok atribut degan berbagai kemampuan

untuk menghantarkan manfaat yang diperlukan untuk memuaskan kebutuhan

ini.

4) Keputusan Pembelian

Dalam tahap evaluasi, konsumen membentuk preferensi antar merek

dalam kumpulan pilihan. Konsumen mungkin juga membentuk maksud untuk

membeli merek yang paling disukai. Dalam melaksanakan maksud pembelian,

konsumen dapat membentuk lima sub keputusan: merek, penyalur, kuantitas,

waktu, dan metode pembayaran.

5) Perilaku Pascapembelian

Setelah pembelian, konsmuen mungkin mengalami konflik dikarenakan

mungkin melihat fitur mengkhawatirkan tertentu atau mendengar hal-hal yang

menyenangkan tentang merek lain dan waspada terhadap informasi yang

mendukung keputusnnya.

Gambar 2.1

Proses pengambilan keputusan

Sumber: Kotler (2008: 68)

Pengenalan

Masalah Pencarian

Informasi

Evaluasi

Alternatif Keputusan

Pembelian

Perilaku

Pasca

Pembelian

27

5. Hubungan Antar Variabel

a. Hubungan Citra merek Terhadap Keputusan Pembelian

Menurut Kotler (2007: 95) citra Merek adalah persepsi konsumen

terhadap perusahaan atau produknya. Dengan citra merek dari perusahaan atas

produk yang dihasilkan oleh perusahaan diharapakan agar dapat menimbulkan

keinginan konsumen untuk melakukan pembelian. Hasil penelitian Erwin

(2014) menunjukkan bahwa citra merek berpengaruh terhadap keputan

pembelian.

b. Hubungan Harga Terhadap Keputusan Pembelian

Harga adalah sejumlah uang yang dibebankan atas suatu produk atau

jasa, atau jumlah dari nilai yang ditukar konsumen atas manfaat-manfaat

karena memiliki atau menggunakan produk atau jasa tersebut (Kotler: 2011:

63).

Harga merupakan variabel yang dapat dikendalikan dan menentukan

diterima atau tidaknya suatu produk oleh konsumen. Harga semata-mata

tergantung pada kebijakan perusahaan, tetapi tentu saja dengan

mempertimbangkan beberapa hal. Murah atau mahalnya harga suatu produk

sangat relative sifatnya. Untuk mengatakannya perlu terlebih dahulu

dibandingkan dengan Harga produk serupa yang diproduksi atau dijual

perusahaan lain.

Perusahaan perlu memonitor harga yang ditetapkan oleh para pesaing

agar Harga yang ditentukan oleh perusahaan tidak terlalu tinggi atau

sebaliknya, sehingga harga yang ditawarkan dapat menimbulkan keinginan

28

konsumen untuk melakukan pembelian. Hasil penelitian Gunawan (2012),

menyatakan bahwa harga berpengaruh terhadap keputusan pembelian. Harga

akan mempengaruhi keputusan pembelian apabila harga suatu produk tersebut

sesuai dengan kualitas, terjangkau, dan sesuai dengan manfaat.

c. Hubungan Kualitas Produk Terhadap Keputusan Pembelian

Menurut Tjiptono (2008: 72), kualitas produk adalah unsur-unsur

produk yang dipandang penting oleh konsumen dan dijadikan dasar

pengambilan keputusan. Kualitas produk dengan keputusan pembelian sangat

erat kaitanya, karena konsumen sebelumm melakukan pembelian

menempatkan kualitas produk sebagai salah satu pertimbangan penting dalam

pengambilan keputusan pembelian. Namun kualitas produk tidak selamanya

relevan bagi konsumen, pertama perubahan dalam diri konsumen sendiri, dan

yang kedua karena perusahaan lain menawarkan kualitas produk yang lebih

baik. Hal ini menjadikan perusahaan senantiasa memperbaharui kualitas

produknya demi keunggulan bersaing dengan perusahaan lainnya. Hasil

penelitian Doni (2016) menunjukkan bahwa kualitas produk berpengaruh

terhadap keputusan pembelian.

6. Kerangka Pikir

Berdasarkan landasan teori dan penelitian terdahulu, maka dapat

digambarkan sebuah kerangka pemikiran seperti pada gambar berikut :

29

Gambar 2.8

Kerangka Konseptual

Berdasarkan kerangka konseptual diatas dijelaskan bahwa citra merek,

harga, dan kualitas produk berpengaruh terhadap keputusan pembelian. Citra

merek merupakan salah satu faktor keputusan pembelian yang

dipertimbangkan oleh konsumen dalam membeli produk. Berbagai upaya

dilakukan perusahaan dalam rangka mempertahankan citra merek yang

mereka miliki di antaranya inovasi teknologi keunggulan yang dimiliki

produk tersebut, penetapan harga yang bersaing dan promosi yang tepat

sasaran. Konsumen tidak hanya menggunakan harga sebagai indikator

kualitas tetapi juga sebagai indikator biaya yang dikorbankan untuk ditukar

dengan produk atau manfaat produk. Disinilah kita melihat sejauh mana

merek dapat memengaruhi penilaian konsumen dengan citra merek dari

produk tersebut. Citra merek yang kuat dapat mengembangkan citra

perusahaan dengan membawa nama perusahaan, merek-merek ini membantu

mengiklankan kualitas dan besarnya perusahaan. Begitupun sebaliknya citra

perusahaan memberikan pengaruh pada citra merek dari produknya yang akan

memengaruhi keputusan pembelian konsumen terhadap produk perusahaan

yang ditawarkan (Kotler, 2008: 92).

Citra merek

Harga

Kualitas produk

Keputusan

pembelian

30

Sedangkan harga merupakan salah satu faktor konsumen untuk

menentukan keputusan pembelian pada produk. Penetapan harga yang

salah atas suatu produk dapat mengakibatkan jumlah penjualan pada suatu

produk tidak dapat maksimal yang mengakibatkan penjualan menurun dan

pangsa pasarnya berkurang. Oleh sebab itu, dalam penetapan harga

perusahaan harus dapat menentukan harga penjualan sesuai dengan pangsa

pasar yang dituju agar penjualan produk dan pangsa pasar semakin

meningkat.

Perusahaan dalam mengelola usahanya agar dapat mempertahankan

posisi pasarnya dan agar dapat bersaing dengan perusahaan yang

memproduksi produk sejenis, maka perusahaan harus memperhatikan kualitas

produk yang ditawarkan perusahaan. Perusahaan siap untuk menghadapi

persaingan yang terjadi pada bisnis tersebut, dengan mengandalkan produk

yang dihasilkan yang terkait secara langsung dengan kualitas yang terdapat

pada produk yang ditawarkan (Kotler, 2008: 72).

7. Hipotesis

Menurut Sugiyono (2013) Hipotesis merupakan jawaban sementara

terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian

telah dinyatakan dalam bentuk pertanyaan. Dikatakan sementara karena

jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum

didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan

data.

31

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Defriansyah (2016)

menyatakan bahwa citra merek, harga dan kualitas produk secara parsial

mempunyai pengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian smartphone

Samsung pada mahasiswa Universitas Sriwijaya Indralaya. Dari uraian

tersebut maka dapat dihipotesiskan:

H1 : Diduga Bahwa citra merek, harga dan kualitas produk berpengaruh secara

parsial terhadap keputusan pembelian smartphone Oppo F1 Plus.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan berdasarkan hasil

penelitian yang dilakukan oleh Defriansyah (2016) menyatakan bahwa citra

merek, harga dan kualitas produk secara simultan mempunyai pengaruh

signifikan terhadap keputusan pembelian smartphone Samsung pada

mahasiswa Universitas Sriwijaya Indralaya. Dari uraian tersebut maka dapat

dihipotesiskan:

H2 : Bahwa citra merek, harga dan kualitas produk berpengaruh secara

simultan terhadap keputusan pembelian smartphone Oppo F1 Plus.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Defriansyah (2016)

menyatakan bahwa kualitas produk dominan berpengaruh signifikan terhadap

keputusan pembelian smartphone Samsung pada mahasiswa Universitas

Sriwijaya Indralaya. Dari uraian tersebut maka dapat dihipotesiskan:

H3 : Bahwa kualitas produk berpengaruh paling kuat terhadap keputusan

pembelian smartphone Oppo F1-plus.