BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Clarification Technique Value ...repository.ump.ac.id/6049/3/TITI...

38
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Value Clarification Technique dan Pembelajaran Value Clarification Technique 1. Pengertian VCT (Value Clarification Technique) Mata pelajaran lebih menitikberatkan pada ranah afektif seperti Pendidikan Kewarganegaraan sengan tepat menggunakan pendekatan pembelajaran VCT. Pendidikan Kewarganegraaan dan mata pelajaran atau mata kuliah sejenenis berada pada ranah sikap yaitu wahana penenaman nilai, moral dan norma-norma baku seperti rasa sosial, nasionalisme, bahkan sistem keyakinan. Pendidikan Kewarganegaraan seharusnya mampu mengeksplorasi internal side seseorang atau wilayah dalam diri sesorang. Sikap merupakan posisi seseorang atau keputusan seseorang atau keputusan seseorang sebelum berbuat atau berperilaku tertentu. Untuk mengubah sikap inilah maka bias menggunakan pendekatan pembelajaran, salah satunya VCT (Taniredja, dkk. 2011 : 87). Teknik Mengklarifikasi Nilai (Value Clarification Technique) menurut Sanjaya (Taniredja, dkk. 2001 : 81-88) merupakan teknik pengajaran untuk membantu siswa dalam mencari dan menentukan nilai yang dianggap baik dalam menghadapi suatu persoalan melalui suatu proses menganalisis nilai yang sudah ada dan tertanam dalam diri siswa. Dalam Suharyono (1991-170) menjelaskan bahwa pendekatan pembelajaran VCT adalah metode mengajar dimana guru menolong siswa untuk menetapkan nilai pilihanya dari sejumlah alternitaf nilai yang dihadapinya. 16 Penggunaan Pendekatan Pembelajaran..., Titi Indrawati, FKIP UMP, 2013

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Clarification Technique Value ...repository.ump.ac.id/6049/3/TITI...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Clarification Technique Value ...repository.ump.ac.id/6049/3/TITI INDRAWATI BAB II.pdf · dengan cara ini siswa berlatih berfikir kritis dan analitis, rasa

16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Value Clarification Technique dan Pembelajaran Value Clarification

Technique

1. Pengertian VCT (Value Clarification Technique)

Mata pelajaran lebih menitikberatkan pada ranah afektif seperti

Pendidikan Kewarganegaraan sengan tepat menggunakan pendekatan

pembelajaran VCT. Pendidikan Kewarganegraaan dan mata pelajaran atau mata

kuliah sejenenis berada pada ranah sikap yaitu wahana penenaman nilai, moral

dan norma-norma baku seperti rasa sosial, nasionalisme, bahkan sistem

keyakinan. Pendidikan Kewarganegaraan seharusnya mampu mengeksplorasi

internal side seseorang atau wilayah dalam diri sesorang. Sikap merupakan posisi

seseorang atau keputusan seseorang atau keputusan seseorang sebelum berbuat

atau berperilaku tertentu. Untuk mengubah sikap inilah maka bias menggunakan

pendekatan pembelajaran, salah satunya VCT (Taniredja, dkk. 2011 : 87).

Teknik Mengklarifikasi Nilai (Value Clarification Technique) menurut

Sanjaya (Taniredja, dkk. 2001 : 81-88) merupakan teknik pengajaran untuk

membantu siswa dalam mencari dan menentukan nilai yang dianggap baik dalam

menghadapi suatu persoalan melalui suatu proses menganalisis nilai yang sudah

ada dan tertanam dalam diri siswa.

Dalam Suharyono (1991-170) menjelaskan bahwa pendekatan

pembelajaran VCT adalah metode mengajar dimana guru menolong siswa untuk

menetapkan nilai pilihanya dari sejumlah alternitaf nilai yang dihadapinya.

16

Penggunaan Pendekatan Pembelajaran..., Titi Indrawati, FKIP UMP, 2013

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Clarification Technique Value ...repository.ump.ac.id/6049/3/TITI INDRAWATI BAB II.pdf · dengan cara ini siswa berlatih berfikir kritis dan analitis, rasa

17

Penanaman nilai pada diri anah dilakukan oleh guru dan anak menentukan nilai-

nilai yang dipilihnya itu sendiri dengan demikian siswa akan mempunyai

kepribadian yang kuat, tidak apatis, tidak bersikap tidak konsisten dan tidak

mengalami kekacauan nilai (Suharyono, 1991 : 71).

Beberapa definisi mengenai pengertian nilai yang dikemukakan oleh para

ahli:

Menurut Milton Roceach (dalam Bank, J.A dan Clegg Jr. A.A., 1977 : 407), nilai

(value) adalah “suatu jenis atau tipe kepercayaan yang terletak pada pusat

keseluruhan system kepercayaan seseorang, tentang bagaimana seseorang harus

berbuat atau tidak berbuat sesuatu, atau tentang tujuan akhir dari

kehidupan/keberadaban seseorang yang berguna atau tidak berguna untuk dicapai.

Nilai berlainan dengan sikap, adalah lebih bersifat umum yang mempengaruhi

perilaku seseorang terhadap suatu objek atau orang lain.

Menurut Fraenkel (1980 : 215-216), nilai adalah konsep-konsep, yang

seperti semua konsep, nilai tidak berada dalam pengalaman, tetapi dalam pikiran

orang-orang. Nilai mewakili sikap atau hakekat dari kegunaan atau harga (worth

atau merit) yang diletakan orang pada berbagai aspek dari pengalaman

mereka.Nilai juga dapat sebagai standar perilaku. Misalnya, standar tentang

keindahan, stabdar tentang efisiensi, atau standar tentang kegunaan yang diyakini

oleh seseorang yang akan dicoba dan ditaati dan dilaksnakan dalam kehidupanya.

Sebagai standar perilaku nilai menolong kita untuk menentukan apakah itu (objek,

orang, ide/pendapat, caraberperilaku, dsb) itu adalah baik atau buruk. Lebih jauh

lagi Fraenkel menyatakan bahwa penyelidikan tentang nilai biasanya dibagi ke

Penggunaan Pendekatan Pembelajaran..., Titi Indrawati, FKIP UMP, 2013

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Clarification Technique Value ...repository.ump.ac.id/6049/3/TITI INDRAWATI BAB II.pdf · dengan cara ini siswa berlatih berfikir kritis dan analitis, rasa

18

dalam bagian estetika (aesthetics) dan bagian ethika (ethish). Estetika menunjuk

kepada pembenaran tentang apa yang mereka senangi. Etika menunjuk kepada

pembenaran perilaku, ialah bagaimana seorang harus berbuat, tentang apa yang

benar atau salah, atau tentang nilai moral dari suatu perbuatan. Akan tetapi, nilai

juga mempunyai dimensi lain, ialah dimensi (aspek) emosional (perasaan). Nilai

tidak hanya berupa ide-ide atau konsep-konsep tetapi nilai juga merupakan ikatan

emosional yang kuat, suatu perasaan kesukaan yang kuat terhadap sesuatu.

(Suharyono, 1991 : 71)

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa nilai bukan hanya sebuah

konsep namun lebih berat mengarah pada emosioanal yang kuat dan mengajarkan

nilai adalah dengan mengungkapkan nilai dengan bantuan guru kepeda siswa

dengan pendekatan VCT.

2. Karakter dan Tujuan Value Clarification Technique

Karakteristik VCT sebagai suatu pendekatan dalam strategi pembelajaran

sikap adalah proses penanaman nilai dilakukan melalui proses analisis nilai yang

sudah ada sebelumnya dalam diri siswa dalam menyelaraskannya dengan nilai-

nilai baru yang hendak ditanamkan. Tujuan menggunakan VCT dalam Pendidikan

Kewarganegaraan antara lain menurut Taniredja, dkk. (2001 :88) yaitu sebagai

berikut:

1) Mengetahui dan mengukur tingkat kesadaran siswa tentang suatu nilai,

sehingga dapat dijadikan sebagai dasara pijak menentukan target nilai yang

akan dicapai.

Penggunaan Pendekatan Pembelajaran..., Titi Indrawati, FKIP UMP, 2013

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Clarification Technique Value ...repository.ump.ac.id/6049/3/TITI INDRAWATI BAB II.pdf · dengan cara ini siswa berlatih berfikir kritis dan analitis, rasa

19

2) Menanamkan kesadaran siswa tentang nilai-nilai yang dimiliki baik tingkat

maupun sifat yang positif maupun negatif untuk selanjunya ditanamkan

kearah peningkatan dan pencapaian target nilai.

3) Menanamkan nilai-nilai tertentu kepada siswa melalui cara yang rasional

(logis) dan diterima siswa sehingga pada akhirnya nilai tersebut akan menjadi

nilai siswa sebagai proses kesadaran moral bukan kewajiban moral.

4) Melatih siswa dalam menerima – melilai nilai dirinya dan posisi nilai orang

lain, menerima serta mengambil keputusan terhadap suatu persoalan yang

berhubungandengan pergaulanya.

Menurut Djahiri (1985 : 60 – 85) dalam VCT juga terdapat beberapa

bentuk VCT, yaitu: (1) dengan menganalisis suatu kasus yang konvensional, suatu

cerita yang dilematis, mengomentari kliping, membuat laporan dan kemudian di

analisis bersama; (2) VCT dengan matrik. Jenis VCT ini meliputi: Daftar Baik-

Buruk, Daftar tingkat urutan, Daftar Skala Prioritas, Daftar Gejala Kontinum,

Daftar penilaian Diri Sendiri, Daftar Membaca Pikiran Orang Lain tentang Dari

Kita, dan Perisai; (3) VCT dengan menggunakan Kartu Keyakinan. Kartu

sederhana ini berisikan: pokok masalah, dasar pemikiran positif negative dan

pemecahan pendapat siswa yang kemudian diolah dengan analisa yang melibatkan

sikap siswa terhadap masalah tersebut; (4) VCT melalui teknik wawancara. Cara

ini melatih keberanian siswa dan mampu mengklarifikasikan pandanganya kepada

lawan bicara dan menilai secara baik, jelas dan sistematis; (5) VCT dengan

Teknik Inkuiri Nilai dengan pertanyaan yang acak random.

Penggunaan Pendekatan Pembelajaran..., Titi Indrawati, FKIP UMP, 2013

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Clarification Technique Value ...repository.ump.ac.id/6049/3/TITI INDRAWATI BAB II.pdf · dengan cara ini siswa berlatih berfikir kritis dan analitis, rasa

20

Dengan cara ini siswa berlatih berfikir kritis, analitis, rasa ingin tahu dan

sekaligus mampu merumuskan sebagai hipotesa/asumsi, yang berusaha

mengungkap suatu nilai atau sistem nilai yang ada atau dianut, atau

penyimpanganya. Sama halnya dengan metode belajar yang lain, pendekatan VCT

juga mempunyai keunggulan dan kelemahan seperti yang dikemukakan Djahiri

(Taniredja, dkk. 2011 : 91).

3. Prinsip-prinsip Value Clarification Technique

Menurut Taniredja, dkk (2011 : 89) Prinsip-prinsip pembelajaran VCT

antara lain:

a. Penanaman nilai dan pengubahan sikap dipengaruhi beberapa faktor antara

lain faktor potensi diri; kepekaan emosi, intelektual, dan factor lingkungan;

norma nilai masyarakat, system pendidikan dan lingkungan keluarga dan

lingkungan bermain.

a. Sikap dan perubahan sikap dipengaruhi oleh stimulus yang diterima siswa

dan kekuatan nilai yang telah tertanam atau dimiliki oleh para siswa.

b. Nilai, moral dan norma dipengaruhi oleh faktor perkembangan, sehingga guru

dapat mempertimbangkan tingkat perkembangan moral (moral development)

dari setiap siswa. Tingkat perkembangan moral untuk siswa dipengaruhi oleh

usia dan pengaruh lingkungan terutama lingkungan sosial.

c. Pengubahan sikap dan nilai memerlukan ketrampilan mengklarifikasi nilai/

sikap secara rasional, sehingga dalam diri siswa muncul kesararan diri bukan

karena rasa kewajiban bersikap tertentu atau berbuat tertentu.

Penggunaan Pendekatan Pembelajaran..., Titi Indrawati, FKIP UMP, 2013

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Clarification Technique Value ...repository.ump.ac.id/6049/3/TITI INDRAWATI BAB II.pdf · dengan cara ini siswa berlatih berfikir kritis dan analitis, rasa

21

d. Pengubah nilai memerlukan keterbukaan, karena itu pelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan melalui VCT menuntut keterbukaan antara guru dengan

siswa.

4. Kebaikan-kebaikan Value Clarification Technique

Menurut Djahiri (1985 : 91) VCT memiliki keunggulan untuk

pembelajaran afektif, karena:

a. Mampu membina dan menanamkan nilai moral pada ranah internal side;

b. Mampu mengklarifikasi/menggali dan mengungkapkan isi pesan materi yang

disampaikan selanjutnya akan memudahkan bagi guru untuk menyampaikan

makna/pesan nilai/moral.

c. Mampu mengklarifikasi nilai dan menilai kualitas nilai moral diri siswa,

melihat nilai yang ada pada orang lain dan memeahami nilai moral yang ada

dalam kehidupan nyata;

d. Mampu mengundang, melibatkan, membina dan mengembangkan potensi diri

siswa terutama mengembangkan potensi sikap;

e. Mampu memberikan sejumlah pengalaman belajar dari berbagai kehidupan.

f. Mampu menangkal, meniadakan dan mengintervensi serta memadukan

berbagai nilai moral dalam sistem nilai dan moral yang ada dalam diri

seseorang

g. Memberi gambaran nilai moral yang patut diterima dan menuntun serta

memotivasi untuk hidup layak dan bermoral tinggi.

Penggunaan Pendekatan Pembelajaran..., Titi Indrawati, FKIP UMP, 2013

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Clarification Technique Value ...repository.ump.ac.id/6049/3/TITI INDRAWATI BAB II.pdf · dengan cara ini siswa berlatih berfikir kritis dan analitis, rasa

22

5. Kelemahan-kelemahan Value Clarification Technique

Menurut Taniredja dkk (2011 : 92) kelemahan yang sering terjadi dalam

proses pembelajaran nilai atau sikap, antara lain:

1. Apabila guru tidak memiliki kemampuan melibatkan peserta didik dengan

keterbukaan, saling pengertian dan penuh kehangatan maka siswa akan

memunculkan sikap semu atau imitasi/palsu. Siswa akan bersikap menjadi

siswa yang sangat baik ideal patuh dan penurut namun hanya bertujuan untuk

menyenangkan guru atau memperoleh nilai yang baik.

2. Sistem nilai yang dimiliki dan tertanam pada guru/dosen, peserta didik dan

masyarakat yang kurang atau tidak bakudapat mengganggu tercapainya target

nilai baku yang ingin dicapai/nilai etik.

3. Sangat dipengaruhi untuk kemampuan guru/dosen dalam mengajar terutama

memerlukan kemampuan/keterampilan bertanya tingkat tinggi dan mampu

mengungkap dan menggali nilai yang ada dalam peserta didik.

4. Memerlukan kreatif guru/dosen dalam menggunakan media yang tersedia di

lingkungan terutama yang aktual dan faktual sehingga dekat dengan

kehidupan sehari-hari peserta didik (Taniredja, dkk. 2011 : 92)

Untuk mengatasi kelemahan VCT tersebut, berikut adalah cara untuk

mengatasi kelemahan VCT (Taniredja, dkk. 2001 : 92), yaitu:

1. Guru berlatih dan memiliki ketrampilan mengajar dan sesuai standar

kompetensi guru. Pengalaman guru yang berulang kali menggunakan VCT

akan memberikan pengalaman yangsangan berharga karena memunculkan

Penggunaan Pendekatan Pembelajaran..., Titi Indrawati, FKIP UMP, 2013

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Clarification Technique Value ...repository.ump.ac.id/6049/3/TITI INDRAWATI BAB II.pdf · dengan cara ini siswa berlatih berfikir kritis dan analitis, rasa

23

model-model VCT yang merupakan modifikasi sesuai kemampan dan

kreatifitas guru.

2. Dalam setiap pembelajaran menggunakan tematik atau pendekatan

konstektual, antara lain dengan mengambil topik yang sedang terjadi dan ada

disekitar peserta didik, menyesuaikan dengan hari besar nasional, atau

mengaitkan dengan program yang sedang dilaksanakan pemerintah.

6. Bentuk-Bentuk Value Clarification Technique

Menurut Taniredja (2011: 90-91) ada beberapa bentuk VCT, yaitu:

a. VCT dengan menganalisa suatu kasus yang kontroversional, suatu cerita yang

dilematis, mengomentari kliping, membuat laporan dan kemudian dianalisa

bersama.

b. VCT dengan menggunakan matrik. Jenis VCT ini meliputi; Daftar baik-

buruk, Daftar Tingkat Urutan, Daftar Skala Prioritas, Daftar Gejala

Kontinum, Daftar Membaca Pikiran Orang Lain tentang Diri Kita, dan

Perisai.

c. VCT dengan menggunakan Kartu Keyakinan, Kartu sederhana ini berisikan;

pokok masalah, dasar pemikiran positif negative dan pemecahan pendapat

siswa yang kemudian diolah dengan analisa yang melibatkan sikap siswa

terhadap masalah tersebut.

d. VCT melalui teknik wawancara; cara ini melatih keberanian siswa dan

mampu mengklarifikasi pandanganya kepada lawan bicara dan manila secara

baik, jelas dan sistematis.

Penggunaan Pendekatan Pembelajaran..., Titi Indrawati, FKIP UMP, 2013

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Clarification Technique Value ...repository.ump.ac.id/6049/3/TITI INDRAWATI BAB II.pdf · dengan cara ini siswa berlatih berfikir kritis dan analitis, rasa

24

e. VCT dengan Teknik Inkuiri Nilai dengan pertanyaan yang acak random,

dengan cara ini siswa berlatih berfikir kritis dan analitis, rasa ingin tahu dan

sekaligus mampu merimuskan berbagai hipotesa/ asumsi, yang ada atau

dianut, atau yang menyimpang.

7. Langkah-langkah Pembelajaran Value Clarification Technique

Menurut Jarolimek (dalam Taniredja, 2011: 89-90) ada 7 tahap yang

dibagi dalam 3 tingkat, yaitu:

Tingkat 1. Kebebasan memilih

Pada tahap ini terdapat tiga tahap:

1. Memilih secara bebas, artinya kesempatan untuk menentukan pilihan yang

menurutnya baik. Nilai yang dipaksakan tidak akan menjadi miliknya secara

penuh.

2. Memilih dari beberapa alternatif. Artinya, untuk menentukan pilihan dari

beberapa alternatif pilihan secara bebas.

Tingkat 2. Menghargai

Pada tahap ini terdiri atas 2 tahap pembelajaran:

1. Adanya perasaan senang dan bangga dengan nilai yang menjadi pilihanya,

sehingga nilai tersebut akan menjadi integral pada dirinya.

2. Menegaskan nilai yang sudah menjadi bagian integral dalam dirinya di depan

umum, yaitu menganggap bahwa nilai itu sebagai pilihanya sehingga harus

berani dengan penuh kesadaran untuk menunjukanya di depan orang lain.

Tingkat 3. Berbuat

Pada tingkat ini terdiri atas 2 tahap pembelajaran:

Penggunaan Pendekatan Pembelajaran..., Titi Indrawati, FKIP UMP, 2013

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Clarification Technique Value ...repository.ump.ac.id/6049/3/TITI INDRAWATI BAB II.pdf · dengan cara ini siswa berlatih berfikir kritis dan analitis, rasa

25

1. Adanya kemampuan dan kemampuan untuk mencoba melaksanakanya.

2. Mau mengulangi sesuatu yang sesuai dengan nilai pilihanya, yaitu nilai yang

menjadi pilihan itu harus tercermin dalam kehidupan sehari-hari.

8. Strategi Mengajar Value Clarification Technique

a. Teknik pengambilan keputusan dengan mengacu kepada nilai dasar yang lebih

tinggi (dalam Suharyono, 1991 : 73)

Teknik ini bertolak dari anggapan bahwa terdapat dua jenis macam/jenis

nilai, adalah nilai dasar (root value) dan nilai instrumental atau sarana

instrumental (instrumental value). Nilai dasar adalah nilai yang lebih tinggi yang

merupakan tujuan terakhir/tertinggi, sedangkan nilai instrumental adalah nilai

yang lebih rendah yang merupakan alat/sarana untuk mencapai nilai dasar

tersebut. Model ini menekankan pada suatu dilemma nilai dapat dipecahkan/diatas

apabila dapat ditentukan untuk nilai dasar yang lebih tinggi yang mengatasi issu

nilai yang sedang diperdebatkan (lebih rendah tingkatanya dari nilai dasar tersebut

dapat dipertingkatkan apakah sesuai atau tidak dengan nilai dasar yang dimaksud,

atau apakah merupakan nilai instrument yang sesuai untuk mencapai nilai-nilai

dasar tersebut.

Misalnya, suatu kelas sedang memperdebatkan masalah apakah hukum

mati dapat diterima atau tidak (harus dihapuskan) dalam keputusan pengadilan.

Menurut pendekatan ini, dapat mengatasi perbedaan-perbedaan pendapat tentang

masalah tersebut, maka dapat dicari atau ditentukan suatu nilai dasar yang lebih

tinggi dari nilai pelaksanaan hukuman mati tersebut, misalnya nilai “keadilan” ini

kemudian dapat ditentukan beberapa jenis pelaksanaan hukuman mati sesuai

Penggunaan Pendekatan Pembelajaran..., Titi Indrawati, FKIP UMP, 2013

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Clarification Technique Value ...repository.ump.ac.id/6049/3/TITI INDRAWATI BAB II.pdf · dengan cara ini siswa berlatih berfikir kritis dan analitis, rasa

26

dengan nilai dasar “keadilan”, termasuk pertimbangan apakah nilai paelaksanaan

hukuman mati sesuai dengan nilai dasar “keadilan” atau kemungkinan nilai

pelaksanaan hukuman seumur hidup lebih sesuai.

b. Teknik Penilaian diri (Penjernihan Nilai Diri)

Teknik ini digunakan untuk melatih siswa menilai dirinya sendiri atau

menjernihkan nilai-nilai yang telah dimilikinya dan kemudian memilih suatu nilai

yang lebih tepat/baik untuk dirinya, sehingga siswa kan dapat mengenal

pribadinya sendiri dengan lebih baik. Teknik ini dapat dilaksanakan secara dialog

(percakapan) lisan antara guru dengan siswa atau dengan menghadapkan siswa

dengan suatu pertanyaan atau karangan tertulis (value sheet) yang berupa

karangan, cerita, pernyataan atau pertanyaan-pertanyaan yang menantang siswa

untuk berfikir atau mempertimbangkan secara mendalam implikasi-implikasi nilai

dari pertanyaan atau karangan tersebut (Suharyono, 1991 : 74).

Dalam percakapan antara guru dengan siswa, guru sebaiknya berusaha

untuk memberikan jawaban-jawaban yang menyebabkan siswa untuk

mempertimbangkan kembali keputusanya, kerena menyadari adanya alternatif-

alternatif lain yang dikatakan/ditawarkan oleh guru kepadanya. Contoh dari suatu

pertanyaan/karangan tertulis (value sheet) misalnya guru memberikan pertanyaan

tertulis yang harus dijawab oleh masing-masing siswa tentang pokok masalah

“persahabatan”:

1) Apakah arti persahabatan bagi dirimi?

2) Jika kamu mempunyai teman, apakah kamu memilih teman-temanmu itu

menjadi temanmu secara kebetulan?

Penggunaan Pendekatan Pembelajaran..., Titi Indrawati, FKIP UMP, 2013

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Clarification Technique Value ...repository.ump.ac.id/6049/3/TITI INDRAWATI BAB II.pdf · dengan cara ini siswa berlatih berfikir kritis dan analitis, rasa

27

3) Dengan cara-cara apa kamu menunjukan persahabatan?

4) Menurut pendapatmu, apakah pentingnya mengembangkan dan memelihara

persahabatan)

5) Apakah kamu merencenakan untuk mengadakan perubahan-perubahan dalam

hal cara-caramu melakukan persahabatan? Katakan perubahan-perubahan

yang kamu rencanakan itu. Jika tidak, tulislah “tak ada perubahan”.

c. Teknik membandingkan dan menilai nilai-nilai dari orang lain (Suharyono,

1991 : 75-76).

Pada teknik ini siswa dihadapkan dengan suatu cerita, karangan atau

pertanyaan tertulis, film atau lainya, kemudian siswa diminta untuk

mengdentifikasi/menunjukkan: kejadia-kejadian dan tokoh-tokoh dalam cerita itu,

nilai-nilai yang diyakini oleh orang-orang di dalam cerita itu, mengapa mereka

meyakini nilai-nilai tersebut, apakah terdapat perbedaan-perbedaan dari nilai-nilai

yang diyakini dalam cerita tersebut, apakah terdapat orang-orang yang tidak

konsisten di dalam pendirinya, dan bagaimana pendapatmu tentang nilai-nilai

yang menjadi pokok masalah dalam cerita itu? Teknik ini dapat diakhiri dengan

diskusi kelas, siswa saling mengemukakan pendapatnya dengan nilai-nilai yang

menjadi masalah pembicaraan. Beberapa masalah yang dapat dijadikan pokok

identifikasi dan diskusi, misalnya: Apakah hukuman mati masih perlu di negara

kita? Apakah pendidikan seks perlu diberikan kepada anak SD sampai dengan

SMA? Bagaimana kita menggunakan waktu luang? Apakah perbuatan aborsi

dibenarkan? Dan sebagainya.

Penggunaan Pendekatan Pembelajaran..., Titi Indrawati, FKIP UMP, 2013

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Clarification Technique Value ...repository.ump.ac.id/6049/3/TITI INDRAWATI BAB II.pdf · dengan cara ini siswa berlatih berfikir kritis dan analitis, rasa

28

d. Teknik Pemungutan suara dan Menentukan Urutan Prioritas.

Pada teknik pemungutan suara, siswa menentukan dan menyatakan

pilihanya atau nilai yang dipilihnya dengan diketahui oleh orang lain. Dengan cara

demikian, siswa akan mengetahui sikap orang lain. Dengan cara demikian, siswa

akan mengetahui sikap orang lain (sama atau tidak sama), yang kemudian dapat

dilanjutkan dengan diskusi kelas. Manfaat yang akan didapat siswa dengan cara

ini antara lain: siswa dapat mengetahui bahwa nilai pilihanya cukup meyakinkan,

belajar menghargai sikap/nilai/pendirian orang lain dan nilai yang baik mungkin

tidak hanya satu. Pada teknik urutan prioritas, siswa diminta untuk menentukan

pilihanya berdasarkan beberapa kemungkinan atau prioritas yang dihadapinya.

Siswa menentukan pilihanya tentang urutan prioritas yang, setelah melakukan

pemikiran yang lebih dahulu dan harus dapat menjelaskan alasanya kepada orang

lain.

9. Daftar Atau Matrik

Dinamakan demikian karena instrumen utamanya ialah matrik atau

daftar. Menurut Djahiri (dalam Taniredja dkk, 2011: 90) jenis VCT menggunakan

daftar/ matrik ini meliputi; daftar baik-buruk, daftar tingkat urutan, daftar skala

prioritas, daftar gejala kontinum, daftar penilaian diri, daftar membaca pemikiran

orang lain tentang kita, dan perisai. Dengan penjelasan seperti di bawah ini:

a. Daftar baik-buruk

Daftar baik-buruk merupakan penilaian yang bersifat menilai diri sendiri

(self-evalution) dan sangat baik apabila secara berkala dijadikan instrument atau

alat PR (Pekerjaan rumah). Hal ini penting mengingat bahwa umumnya manusia

Penggunaan Pendekatan Pembelajaran..., Titi Indrawati, FKIP UMP, 2013

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Clarification Technique Value ...repository.ump.ac.id/6049/3/TITI INDRAWATI BAB II.pdf · dengan cara ini siswa berlatih berfikir kritis dan analitis, rasa

29

lebih mampu menilai orang laian dan sangat jarang menilai dirinya sendiri. Proses

B-M atau KMB dari VCT jenis ini secara umum seperti berikut. Pada fase

Persiapan, dalam penilaian baik-buruk ini yang digunakan berupa butir-butir soal

yang akan di VCT-kan (minimal butir contoh apabila butir-butir inipun akan

digali bersama siswa-sebaliknya). Butir-butir soal ini berupa hal, keadaan,

perbuatan sehari-hari yang merupakan gubahan atau penerapan butir materi

pelajaran atau target nilai yang akan diajarkan.Pada saat kegiatan belajar

mengajar, daftar/stimulus disampaikan baik secara individual (stensil) maupun

klasikal dengan ditulis di papan tulis. Pengisian butir-butir yang tertautan dengan

tema atau topik yang diajarkan, pengisian jawaban ini dilakukan oleh siswa secara

individual dan disusul oleh pengisisan jawaban kelompok (dimana siswa belajar

menilai pendapat orang lain dengan pendapatnya sendiri). Hasil dari jawaban yang

diberikan oleh siswa kemudian ditulis di papan tulis.

b. Tingkat urutan (rank order)

Tingkat urutan (rank order) merupakan hasil dari penilaian diri sendiri

yang berupa angka yang sesuai dengan penilaian diri sendiri.Semakin besar nilai

yang menjadi pilihan berarti makin tinggi atau makin baik bila bain, dan makin

buruk bila buruk. Dalam setiap butir daftar soal bersifat baik semua atau buruk

semua, sebab VCT yang menggunakan skala nilai per daftar atau perkatagori

bersifat baik semua ataupun buruk semua. Pada setiap kolom keterangan diisi oleh

siswa/kelompok sebagai penjelasan isinya atau alas an pilihan skalanya, skala ini

dibuat ganjil dan tidak genap agar siswa lebih leluasa nenentukan pilihan.

Penggunaan Pendekatan Pembelajaran..., Titi Indrawati, FKIP UMP, 2013

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Clarification Technique Value ...repository.ump.ac.id/6049/3/TITI INDRAWATI BAB II.pdf · dengan cara ini siswa berlatih berfikir kritis dan analitis, rasa

30

c. Gejala Kontinum dan Penilaian Diri Sendiri

Gejala kontinum merupakan gejala yang bersifat kesinambungan,

misalnya: tidak, belum pernah, kadang kala, sering, selalu, tidak tahu, kurang

tahu,tahu sedikit, yakin, dst. VCT gejala kontinum ini mirip dengan skala

sikap/nilai yang hanya angka digantikan kata-kata tadi. Gejala kontinum ini

biasanya diterapkan dalam pendekatan VCT menilai diri sendiri dengan tema

yang sama dengan VCT rank order. Dalam VCT jenis gejala kontinum ini setiap

jenis soal bisa dibaurkan hal positif dengan hal negatif. Proses gejala kontinum ini

sama seperti skala sikap, karena pada setiap kolom keterangan hendaknya termuat

per item dan bila tidak benar siswa mengungkapkanya pada saat klarifikasi. Agar

dapat membina kejujuran yang lebih baik, sebaiknya dalam gejala kontinum

initidak diminta menuliskan nama. VCT ini mengajak siswa untuk introspeksi

diri. Penggunaan pendekatan VCT dengan gejala kontinum ini tidak perlu

ditanyakan kepada siswa pada saat mengklarifikasi karena VCT model ini hanya

untuk mengukur diri sendiri.

d. Pendekatan VCT Membaca Pemikiran Orang Lain Tentang Diri Kita Sendiri.

VCT ini lebih mempertajam VCT sebelumnya yang bersifat mawas diri

atau instropeksi diri. Jenis VCT ini lebih mempertajam lagi sebab dia belajar

membaca perasaan penilaian orang lain tentang prilaku atau kepribadianya serta

berdialog diri mengapa demikian, dll. Butir pertanyaan yang dibuat dikaitkan

dengan materi yang akan diajarkan. Butir soal yang dibuat dapat bersifat positif

dan negatif dibaurkan dalam satu daftar, dalam setiap kolom penilaiana orang

hindarkan kata-kata yang kurang disukai anak (setiap orang) yang cendetrung

Penggunaan Pendekatan Pembelajaran..., Titi Indrawati, FKIP UMP, 2013

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Clarification Technique Value ...repository.ump.ac.id/6049/3/TITI INDRAWATI BAB II.pdf · dengan cara ini siswa berlatih berfikir kritis dan analitis, rasa

31

tidak mau mengisinya, dengan kata lain tidak pernah atau bahkan tidak bisa.

Proses pembelajatan VCT dengan membaca pemikiran orang lain tentang diri kita

sendiri proses penerapan metodenya sama dalam kegiatan belajar mengajar seperti

VCT sebelumnya. Dalam pendekatan ini “kata orang lain” bisa diganti “Ayah,

Bunda, Teman, Guru”, dll. Dari proses klarifikasi umum di kelas maka nilai baik

dan buruk akan terungkap oleh siswa atau oleh guru.

e. Pendekatan VCT Menggunakan Perisai Diri/ Kepribadian.

Pendekatan pembelajaran VCT menggunakan perisai diri/ kepribadian ini

cenderung bersifat permainan atau game dan sangat ampuh sebagai alat pekerjaan

rumah atau tindak lanjut yang mengajak anak bermawas diri. Kalau akan

diperiksa guru atau dibahas di kelas maka sebaiknya anak mengisi alat ini tanpa

nama. Item yang diminta harus satu katagori; positif saja atau negatif saja serta

dalam klarifikasi yang sama (satu sila). Hal ini dilakukan agar siswa tidak merasa

bingung. Agar siswa tidak sukar mengisi secara jujur, siswa dibolehkan untuk

tidak mengisi nama pada perisai yang telah disediakan. Pada saat mengisi perisai

hal-hal yang akan dirasakan kelak perlu dipertanyakan kepada para siswa,

misalnya:

1. Apakah anda/ kalian jujur dalam mengisi perisai itu?

2. Bukankah kalian merasakan bahwa yang sukar itu bukan mengisinya

melainkan memilih satu dari sekian banyak?

(memilih dari sekian itu sudah proses belajar!!)

3. Coba kamu jawab sendiri, sebenarnnya yang ada pada dirimu apa/bagaimana?

4. Bagaimana, apakah lebih mudah mengisi ini atau menilai orang lain?

Penggunaan Pendekatan Pembelajaran..., Titi Indrawati, FKIP UMP, 2013

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Clarification Technique Value ...repository.ump.ac.id/6049/3/TITI INDRAWATI BAB II.pdf · dengan cara ini siswa berlatih berfikir kritis dan analitis, rasa

32

10. Langkah-Langkah Pembelajaran VCT

Pendekatan VCT menggunakan perisai diri/ kepribadian ini, guru berperan

penting untuk memonitor seluruh kegiatan siswa dari membagi beberapa jenis

kartu sederhana yang bersifat individual dan yang lengkap melalui kelompok

kecil.Selain memonitor, guru juga menjadi fasilitator memberikan kemudahan/

bantuan/ kelancaran kegiatan mereka bila diperlukan. Jangan memberikan

kesalahan siswa berkomunikasi sampai akhir kerja.Setelah tahap klarifikasi

masalah dan pengjuan alasan, kemudian dilakukan penyimpulan dan pengarahan

dan dselanjutnya dilakukan tindak lanjut pengajaran (Djahiri, 1985: 72-73).

Semua pertanyataan itu dilontarkan dengan tempo waktu berfikir dan tidak

perlu dijawab siswa (open ended). Biarkan mereka berproses dan berdialog

sendiri dengan teman-temannya. Berikut ini adalah langkah-langkah kegiatan

belajar mengajar menggunakan pendekatan VCT (Djahiri, 1985: 73-74):

a. Pada fase persiapan, tentukan masalah-masalah yang ingin dipecahkan sesuai

target dan tema/topik dan materi pelajaran, dan siapkan contoh format yang

akan digunakan serta contoh isianya yang tidak lengkap.

b. Pada saat proses belajar mengajar, penjelasan tujuan pengajaran dan kegiatan

belajar mengajar yang akan dilaksanakan (biasakanlah melakukan hal ini setiap

awal jam pelajaran).

c. Kemudian berikan pengantar pokok materi/ permasalahan secara singkat.

d. Berikan peragaan alat dan cara kegiatan belajar mengajar.

e. Dilanjutkan dengan kegiatan belajar siswa ber-VCT.

Penggunaan Pendekatan Pembelajaran..., Titi Indrawati, FKIP UMP, 2013

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Clarification Technique Value ...repository.ump.ac.id/6049/3/TITI INDRAWATI BAB II.pdf · dengan cara ini siswa berlatih berfikir kritis dan analitis, rasa

33

f. Tahap klarifikasi masalah dan pengajuan alasan (sesuaikan dengan langkah/

nomor dalam items kartu).

g. Tahap penyimpulan dan pengarahan.

h. Tindak lanjut pengajaran.

B. Kecakapan Kewarganegaraan (Civic Skill)

Menurut Cholisin (2013) kecakapan kewarganegaraan (Civic skill)

merupakan kecakapan yang dikembangkan dari pengetahuan kewarganegaraan,

yang dimaksudkan agar pengetahuan yang diperoleh menjadi sesuatu yang

bermakna, karena dapat dimanfaatkan dalam menghadapi masalah-masalah

kehidupan berbangsa dan bernegara.Kecakapan kewarganegaraan meliputi

kecakapan-kecakapan intelektual (intellectual skills) dan kecakapan partisipasi

(participation skills).

2. Kecakapan Intelektual (Intelektual skill)

Menurut Cholisin (2013) Kecakapan intelektual (intelelectual skill)

merupakan kemampuan membaca dan memahami informasi dan isu yang

ditemukan di media, serta kemampuan mengaktualisasikanya dalam kehidupan

sehari-hari.

Kecakapan intelektual (intelaktual skill) merupakan suatu yang penting untuk

seorang warga negara yang berpengetahuan, efektif, dan bertanggung jawab,

disebut sebagai kemampuan berpikir kritis.Kecakapan intelektual untuk seorang

warga negara yang berpengetahuan, efektif, dan bertanggung jawab, disebut

sebagai kemampuan berpikir kritis. Kategori mengenai kecakapan-kecakapan ini

Penggunaan Pendekatan Pembelajaran..., Titi Indrawati, FKIP UMP, 2013

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Clarification Technique Value ...repository.ump.ac.id/6049/3/TITI INDRAWATI BAB II.pdf · dengan cara ini siswa berlatih berfikir kritis dan analitis, rasa

34

adalah “identifying and describing; explaining and analyzing; and evaluating,

taking, and defending positions on publik issues”. Selain mengisyaratkan

pengetahuan dan kemampuan intelektual, pendidikan warga negara dan

masyarakat demokratis juga harus difokuskan pada kecakapan-kecakapan

partisipasi yang bertanggung jawab, efektif, dan ilmiah dalam proses politik civil

society. Kecakapan-kecakapan tersebut dapat dikategorikan sebagai interacting,

monitoring, and influencing. Interaksi (interacting) berkaitan dengan kecakapan-

kecakapan warga negara dalam berkomunikasi dan bekerja sama dengan orang

lain. Berinterkasi adalah menjadi tanggap terhadap warga negara yang lain.

Interkasi berarti bertanya, menjawab, dan berunding dengan santun, demikian

juga membangun koalisi-koalisi, dan mengelola konflik dengan cara yang damai

dan jujur. Memonitor (monitoring) sistem politik dan pemerintahan,

mengisyaratkan pada kemampuan yang dibutuhkan warga negara untuk terlibat

dalam proses politik dan pemerintahan. Monitoring juga berarti fungsi

pengawasan atau watchdog warga negara.

Contoh keterampilan intelektual yaitu keterampilan dalam merespon

berbagai persoalan politik, misalnya merancang dialog dengan DPRD. Contoh

keterampilan berpartisipasi adalah keterampilan menggunakan hak dan

kewajibannya di bidang hukum, misalnya segera melapor kepada polisi atas

terjadinya kejahatan yang diketahui.

Kecakapan-kecakapan intelektual yang penting untuk seorang warga

negara yang berpengetahuan, efektif, dan bertanggung jawab, disebut sebagai

kemampuan berpikir kritis.The National Standards of Civic and Government dan

Penggunaan Pendekatan Pembelajaran..., Titi Indrawati, FKIP UMP, 2013

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Clarification Technique Value ...repository.ump.ac.id/6049/3/TITI INDRAWATI BAB II.pdf · dengan cara ini siswa berlatih berfikir kritis dan analitis, rasa

35

The Civic Framework for 1998 National Assessment of Educational Progress

(NAEPP) membuat kategori mengenai kecakapan-kecakapan ini adalah

“identifying and describing; explaining and analyzing; and evaluating, taking,

and defending positions on publik issues” (Branson, 1998:8).

Kecakapan intelektual lain yang dipupuk oleh Civic Education yang

bermutu adalah kemampuan mendeskripsikan. Kemampuan untuk

mendeskripsikan fungsi-fungsi dan proses-proses seperti sistem checks and

balances atau judicial review menunjukan adanya pemahaman. Melihat dengan

jelas dan mendeskripsikan kecenderungan-kecenderungan seperti berpartisipasi

dalam kehidupan kewarganegaraan, imigrasi, atau pekerjaan, membantu warga

negara untuk selalu menyesuaikan diri dengan peristiwa-peristiwa yang sedang

aktual dalam pola jangka waktu yang lama.

3. Kecakapan Partisipatoris (participatory skills)

Kecakapan Partisipatoris (participatory skills) merupakan keahlian partisipasi

umum, misalnya bertanya, menjawab, berdiskusi, dan membangun koalisi,

negosiasi, dan kompromi. Partisipasi melalui kemampuan menganalisis isu-isu

publik, kepemimpinan, kelompok mobilisasi, dan komunikasi. Melakukan

simulasi tentang kegiatan: kampanye, pemilu, berpartisipasi (participatory skills)

dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Kecakapan-kecakapan

kewarganegaraan dapat dibedakan, namun satu sama lain tidak dapat dipisahkan.

Dan kecakapan partisipatoris dalam hal mempengaruhi mengisyaratkan pada

kemampuan, proses-proses politik dan pemerintahan, baik proses-proses formal

maupun informal dalam masyarakat.

Penggunaan Pendekatan Pembelajaran..., Titi Indrawati, FKIP UMP, 2013

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Clarification Technique Value ...repository.ump.ac.id/6049/3/TITI INDRAWATI BAB II.pdf · dengan cara ini siswa berlatih berfikir kritis dan analitis, rasa

36

Komponen yang hendak dikembangkan dalam mencapai tujuan

pembelajaran pendidikan kewarganegaraan yaitu warga negara yang cerdas

(memiliki pengetahuan kewarganegaraan), terampil (berfikir kritis dam

berpartisipasi), dan berkatakter (kepada bangsa dan negara, memiliki kebiasaan

berfikir dan bertindak sesuai Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945).

Pengetahuan dan keterampilan kewarganegaraan merupakan basis bagi

terbentuknya karakter kewarganegaraan. Karakter kewarganegaraan berisikan

sifat-sifat yang melekat pada diri setiap warga negara dalam melakukan perannya

sebagai warga negara, hal ini akan terbentuk ketika pada dirinya telah terbentuk

pengetahuan dan keterampilan kewarganegaraan (Cholisin, 2003: 2).

Kecakapan-kecakapan kewarganegaraan sekalipun dapat dibedakan namun

satu sama lain tidak dapat dipisahkan. Civic Education yang bermutu

memberdayakan seseorang untuk mengidentifikasi atau memberi makna yang

berarti pada sesuatu yang berwujud seperti bendera, lambang negara, lagu

kebangsaan, monument nasional, atau peristiwa-peristiwa politik dan kenegaraan

seperti hari kemerdekaan.Civic Education juga memberdayakan seseorang untuk

memberi makna atau arti penting pada sesuatu yang tidak berwujud seperti nilai-

nilai ideal bangsa, cita-cita dan tujuan negara, hak-hak mayoritas dan minoritas,

civil society, dan konstitusionalisme.Kemampuan untuk mengidentifikasi bahasa

dan simbol-simbol emosional juga sangat penting bagi seorang warga negara.

Mereka harus mampu menangkap dengan jelas maksud-maksud hakiki dari

bahasa dan simbol-simbol emosional yang digunakan.

Penggunaan Pendekatan Pembelajaran..., Titi Indrawati, FKIP UMP, 2013

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Clarification Technique Value ...repository.ump.ac.id/6049/3/TITI INDRAWATI BAB II.pdf · dengan cara ini siswa berlatih berfikir kritis dan analitis, rasa

37

Pengembangan dimensi civic skills dilandasi oleh civic knowledge.

Dimensi civic skills ini dikembangkan dengan tujuan untuk memberikan “…the

knowledge and skills required to participate effectively, practical experience in

participation design to foster among students a sense of competence and efficay”,

dan mengembangkan “…an understanding fo the importance of citizen

participation” (Quigley, dkk, 1991:39), yakni pengetahuan dan keterampilan yang

diperlukan untuk berperanserta secara efektif dalam masyarakat, pengalaman

berperanserta yang dirancang untuk memperkuat kesadaran berkemampuan dan

berprestasi unggul dari siswa, dan mengembangkan pengertian tentang pentingnya

peran serta aktif warga negara. Untuk dapat berperan serta secara aktif tersebut

diperlukan “a knowledge of the fundamental concepts, history, contemporary

events, issues, and facts related to the matter and capacity to apply this

knowledge to the situation; a disposition to act in accord with the traits of civic

characters; and a commitment to the realization of the fundamental values and

principles” (Quigley, dkk: 1991:39). Yang dimaksud adalah pengetahuan tentang

konsep fundamental, sejarah, isu dan peristiwa aktual, dan fakta yang berkaitan

dengan substansi dan kemampuan untuk menerapkan pengetahuan itu secara

kontekstual, dan kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan watak dari warga

negara.

2. Komponen Ketrampilan Intelektual

Menurut Cholisisin (2013), keterampilan kewarganegaraan meliputi:

a. Unsur Ketrampilan Intelektual Warga Negara

Penggunaan Pendekatan Pembelajaran..., Titi Indrawati, FKIP UMP, 2013

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Clarification Technique Value ...repository.ump.ac.id/6049/3/TITI INDRAWATI BAB II.pdf · dengan cara ini siswa berlatih berfikir kritis dan analitis, rasa

38

1. Mengidentifikasi (menandai, menunjukan) dibedakan menjadi ketrampilan:

membedakan, mengelompokan/ mengklarifikasikan, menentukan bahwa

sesuatu itu asli.

2. Menggambarkan (memberikan uraian/ilustrasi), misalnya tentang: proses,

lembaga, fungsi, alat, tujuan, kualitas.

3. Menjelaskan (mengklarifikasi/ menafsirkan), misalnya tentang: sebab-sebab

terjadinya peristiwa, makna dan pentingnya peristiwa atau ide, alas an

bertindak.

4. Menganalisis, misalnya tentang kemampuan menguraikan, misalnya: unsur-

unsur atau komponen-komponen gagasan (ide), proses politik, institusi-

institusi, konsekuensi dari ide, proses politik, memilah mana cara dengan

tujuan, mana yang merupakan fakta dan pendapat, mana yang merupakan

tanggung jawab pribadi dan mana yang merupakan tanggungjawab publik.

5. Menjelaskan (mengklarifikasi/menafsirkan), misalnya tentang: sebab-sebab

terjadinya peristiwa, makna pentingnya peristiwa atau ide, alasan bertindak.

6. Mengevaluasi pendapat/ posisi: menggunakan kriteria atau standar untuk

membuat keputusan tentang: kekuatan dan kelemahan isu/ pendapat,

menciptakan pendapat baru.

7. Mengambil pendapat/ oposisi: dari hasil seleksi dari berbagai posisi,

membuat pilihan baru.

8. Mempertahankan pendapat/posisi: mengemukakan argumentasi berdasarkan

asumsi atas posisi yang diprtahankan/ diambil/ dibela, merespon posisi yang

tidak disepakati.

Penggunaan Pendekatan Pembelajaran..., Titi Indrawati, FKIP UMP, 2013

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Clarification Technique Value ...repository.ump.ac.id/6049/3/TITI INDRAWATI BAB II.pdf · dengan cara ini siswa berlatih berfikir kritis dan analitis, rasa

39

3. Komponen ketrampilan Partisipasi

Menurut Cholisisn (2013), Unsur Ketrampilan Partisipasi warga negara

meliputi:

a. Unsur Ketrampilan Partisipasi Warga Negara

1. Berinteraksi terhadap obyek yang berkaitan dengan masalah-masalah publik,

yang termasuk dalam ketrampilan ini, antara lain: bertanya, menjawab,

berdiskusi dengan sopan santun, menjelaskan artikulasi kepentingan,

membangun koalisi, negosiasi, kompromi, mengelola konflik secara damai,

mencari konsensus.

2. Memantau/ memonitor masalah politik dan pemerintahan terutama dalam

persoalan-persoalan publik, yang termasuk ketrampilan ini antara lain:

menggunakan segala sumber informasi seperti perpustakaan, surat kabar.

Internet, TV, dan lain-lain untuk mengetahui persoalan publik, upaya

mendapatkan informasi tentang persoalan publik dari kelompok-kelompok

kepentingan, pejabat pemerintah, lembaga-lembaga pemerintah. Misalnya,

dengan menghadiri berbagai pertemuan publik, seperti: organisasi pertemuan

siswa, komite sekolah, pertemuan desa (BPD), pertemuan wali kota, LSM,

dan organisasi kemasyarakatan lainya.

3. Mempengaruhi proses politik, pemerintah baik secara formal maupun

informal yang termasuk ketrampilan ini antara lain: melakukan simulasi

tentang kegiatan kampanye, pemilu, dengar pendapat DPR/ DPRD,

pertemuan wali kota, lobby, peradilan; memberikan suara dalam suatu

pemilihan; membuat petisi; memlakukan pembicaraan/ memberi kesaksian

Penggunaan Pendekatan Pembelajaran..., Titi Indrawati, FKIP UMP, 2013

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Clarification Technique Value ...repository.ump.ac.id/6049/3/TITI INDRAWATI BAB II.pdf · dengan cara ini siswa berlatih berfikir kritis dan analitis, rasa

40

dihadapan lembaga publik; bergabung/ bekerja dalam lembaga advokasi

untuk memperjuangkan tujuan bersama atau pihak lain; meminta atau

menyediakan diri untuk menduduki jabatan tertentu.

4. Kecakapan kewarganegaraan bagi siswa:

Menurut Cholisisn (2013), Unsur Kecakapan kewarganegaraan bagi siswa,

meliputi:

1. Religius

Pemikiran, perkataan dan perbuatan, seseorang yang diupayakan selalu

berdasarkan pada nilai-nilai ketuhanan dan / atau ajaran agamanya. Indikatornya:

memberi salam, berdoa sertiap mengawali kegiatan/ melaksanakan tugas;

menghormati setiap sikap, tindakan dan kebijaksaan untuk melaksanakan nilai-

nilai ketuhanan atau nilai agamanya; menolak sikap, tindakan atau kebijakan yang

menyimpang atau menodai agama; tawakal.

2. Jujur

Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang

yang dapat dipetrcaya dalam perkataan, tidakan dan pekerjaan, baik terdapat diri

dan pihak lain. Indikatornya: berkata secara benar atau suatu dengan fakta;

bertindak berdasarkan prinsip yang diyakininya/hati nurani atau norma-norma

social yang berlaku; bekerja berdasarkan mandate atau kewenangan yang dimiliki.

4. Cerdas

Pikiran dan perilaku yang berupa reksi yang cepat dan akurat terhadap

pengalaman baru, membuat pengalaman dan pengetahuan yang bdilmiliki telah

siap dipakai apabila dihadapkan dan pada fakta atau kondisi baru.

Penggunaan Pendekatan Pembelajaran..., Titi Indrawati, FKIP UMP, 2013

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Clarification Technique Value ...repository.ump.ac.id/6049/3/TITI INDRAWATI BAB II.pdf · dengan cara ini siswa berlatih berfikir kritis dan analitis, rasa

41

5. Tangguh

Sikap dan perilaku pantang menyerah/ tidak mudah putus asa dalam

menghadapiberbagai kesulitan yang melaksanakan kegiatan atau tugas sehingga

mampu mengatasi dan berhasil meraih tujuan yang menjadi tugasnya atau yang

diinginkanya, juga kuat terhadap pendirinya, ketika kata hati

menuntunya.Indikatornya sikap dan perilaku menyerah atau tidak mudah putus

asa dalam menghadapi berbagai kesulitan dan melaksanakan kegiatan atau tugas;

mampu mengatasi dan berhasil mengatasi dan berhasil meraih tujuan yang

menjasi tugasnya atau yang diinginkanya; berpendirian kuat berdasarkan hati

nurani.

6. Peduli

Sikap dan perilaku yang berupa perhatian (simpati, empati) dan

memberikan kesediaan memberikan bantuan sesuai dengan kemampuan kepada

orang lain atau kelompok agar kehidupannya lebih baik, khususnya bagi mereka

yang tidak beruntung atau menghadapi masalah-masalah publik (kelaparan,

kekuarangan air minum, korban pelanggaran HAM, pencemaran lingkungan,dsb.)

Indikatornya: Sikap simpati dan empati bagi orang lain atau kelompok yang

kurang beruntung dalam kehidupannya; Memberikan bantuan sesuai dengan

kemampuan baik secara fisik, mental dan finasial terhadap orang lain atau

kelompok yang kurang beruntung dalam kehidupannya.

7. Demokratis

Cara berfikir, bersikap dan bertindak yang menilai sama hak dan

kewajiban dirinya dan orang lain baik dalam kehidupan politik, ekonomi dan

Penggunaan Pendekatan Pembelajaran..., Titi Indrawati, FKIP UMP, 2013

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Clarification Technique Value ...repository.ump.ac.id/6049/3/TITI INDRAWATI BAB II.pdf · dengan cara ini siswa berlatih berfikir kritis dan analitis, rasa

42

sosial.Indikatornya: mengemukakan pendapat sendiri; memaparkan suatu

informasi yang penting kepada khalayak umum; menilai kritis pendapat orang

lain; bersedia melakukan koalisi, negoisasi, kompromi, dan konsensus

(musyawarah untuk

mufakat); bersikap hangat dan mau kerjasama terhadap orang atau kelompok lain;

berpikir terbuka (mau menerima ide baru atau pendapat orang lain walaupun

berbeda); emosinya terkendali(misalnya: menghindari argumentasi yang

bermusuhan,

sewenang-wenang dan tidak masuk akal); toleran terhadap ketidak pastian (

ketidak cukupan informasi atau ketegangan nilai); berpartisipasi aktif dalam

memecahkan masalah-masalah publik (termasuk aktif dalam kegiatan sekolah);

menyerasikan antara kepentingan pribadi dengan kepentingan umum.

8. Nasionalis

Cara berfikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan,

kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik,

sosial, budaya, ekonomi,dan politik bangsanya. Dalam nasionalisme berarti ada

pengahayatan dan kepedulian serta turut bertanggung jawab atas semua masalah

Negara – Bangsa; dengan perkataan lain, memperlakukan dan menyikapi suka

duka kolektif (nasional) sebagai keprihatinan pribadi (individual), dan siap sedia

membela Negara – Bangsa. Indikatornya: Berbahasa Indonesia secara lisan dan

tulisan yang baik misalnya: mengemukakan mengemukan pendapat (kritik sosial

dan kontrol sosial) dan menulis surat kepada pejabat publik atau surat pembaca

dalam suarat kabar dengan bahasa Indonesia yang baik; Memiliki rasa setia

Penggunaan Pendekatan Pembelajaran..., Titi Indrawati, FKIP UMP, 2013

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Clarification Technique Value ...repository.ump.ac.id/6049/3/TITI INDRAWATI BAB II.pdf · dengan cara ini siswa berlatih berfikir kritis dan analitis, rasa

43

kawan terhadap sesama anak bangsa ; Kemandirian dalam mengolah SDA

(membuat biopori, menanam pohon, membuat kerajinan tangan berdasarkan

bahan dari lingkungan sekitar, dsb); Melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai

dan keseniaan di daerah masing-masing maupun nasional (misalnya: memakai

pakaian tradisional, menyanyikan lagu-lagu daerah, dsb.); Kemandirian dalam

berekonomi (menabung, lebih mengutamakan memakai produk lokal baik dalam

hal pakaian, makanan dan alat-alat kebutuhan belajar yang lain, dsb); Memelihara

dan mengembangkan Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika

(misalnya: melakukan upacara bendera, hari-hari besar nasional,

menyanyikanlagu-lagu kebangsaan, dsb.).

9. Patuh pada aturan sosial

Sikap menurut dan taat terhadap aturan-aturan berkenaan dengan

masyarakat dan kepentingan umum.Indikatornya: menghormati hukum dan norma

yang lain (mematuhi hukum dan norma yang lain bahkan ketika ia tidak

menyepakatinya); berpartisipasi aktif melakukan tindakan dengan cara-cara damai

dan legal untuk mengubah hukum yang tidak arif dan adil( hukum yang

diskriminatif pincang/tidak seimbang dan merampas hak/dzalim).

10. Sadar akan hak dan kewajiban orang lain

Sikap tahu dan mengerti serta melaksanakan apa yang menjadi milik/hak

diri sendiri dan orang lain serta tugas/kewajiban diri sendiri serta orang lain.

Mencakup dalam pengetian ini menghormati hak orang lain bahwa mereka

memiliki kedudukan yang sama dalam pemerintahan (untuk posisi memerintah

Penggunaan Pendekatan Pembelajaran..., Titi Indrawati, FKIP UMP, 2013

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Clarification Technique Value ...repository.ump.ac.id/6049/3/TITI INDRAWATI BAB II.pdf · dengan cara ini siswa berlatih berfikir kritis dan analitis, rasa

44

dan posisi diperintah) dan sama di mata hukum (equality before the law), dan

dalam kemerdekaan mengeluarkan pendapat.

11. Bertanggung jawab

Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya

sebagaimana yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat,

lingkungan (alam, social dan budaya), negara dan Tuhan YME. Indikatornya:

Bertanggungjawab secara moral, misalnya merasa malu (shame culture) dan

merasa bersalah (guilt culture) yang diikuti dengan selalu bersedia meminta maaf,

melakukankebaikan dan tidak mengulangi lagi perbuatannya;

Bertanggungjawab atas dasar pertimbangan kepercayaan

publik/masyarakat (politis),misalnya bersedia memberikan informasi secara

terbuka tentang tugas yang dilakukan dan bersedia mengundurkan diri jika hal itu

merupakan jalan keluar yang terbaik bagi kepentingan umum; Bertanggungjawab

secara hukum, misalnya bersedia dikenai sanksi hukum yang berlaku apabila telah

terbukti melanggar peraturan; Bertanggungjawab dalam konteks lingkungan,

misalnya yang dilakukan tidak berakibat merusak lingkungan alam sekitarnya,

misalnya: polusi, pencemaran lingkungan dsb.

12. Berfikir kreatif, logis dan inivatif.

Berpikir dan melakukan sesuatu secara kenyataan atau logika untuk

menghasilkan cara atau hasil baru dan termutakhir dari apa yang telah dimiliki.

Indikatornya: Memaparkan pendapat didasarkan pada fakta empiris; Menunjukkan

kekuatan dan kelemahan suatu isu tertentu baik berupa kritik sosial (dalam rangka

mempengaruhi pendapat umum) maupun kontrol sosial (dalam rangka meluruskan

Penggunaan Pendekatan Pembelajaran..., Titi Indrawati, FKIP UMP, 2013

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Clarification Technique Value ...repository.ump.ac.id/6049/3/TITI INDRAWATI BAB II.pdf · dengan cara ini siswa berlatih berfikir kritis dan analitis, rasa

45

dari penyimpangan terhadap norma-norma sosial untuk mewujudkan ketertiban

dan keharmonisan sosial); Memaparkan cara atau hasil baru dan mutakhir dari apa

yang telah dimiliki.

5. Kecakapan Kewarganegaraan bagi Masyarakat:

Menurut Cholisisn (2013), Kecakapan Kewarganegaraan bagi masyarakat,

meliputi:

a. Menjadi anggota masyarakat yang independen (mandiri)

Karakter ini merupakan kepatuhan secara suka rela terhadap peraturan yang

berlaku dan bertanggung jawab atas konsekuensi yang timbul dari perbuatnya

serta menerima kewajiban moral dan legal dalam masyarakat demokratis.

b. Menghormati harkat dan martabat kemanusiaan tiap individu, misalnya

mendengarkan pendapat orang lain, perilaku santun (bersikap sopan),

menghormati hak dan kepentingan sesama warga negara, mematuhi prinsip

atau mayoritas, namun tetap menghargai hak minoritas untuk berbeda

pendapat.

c. Berpartisipasi dalam urusan-urusan kewarganegaraan secara bijaksana dan

efektif. Karakter ini menghendaki pemilikan informasi yang luas sebelum

memberikan suara (voting) atau partisipasi dalam debat publik , keterlibatan

dalan diskusi yang santun dan serius dan memegang kendali kepemimpinan

yang sesuai, juga mengkendaki kemampuan membuat evaluasi kapan saatnya

kepentingan pribadi sebagai warganegara dikesampingkan bagi kepentingan

umum dan kapan seseorang karena kewajibanya atau prinsip-prinsip

konstitusional untuk menolak tuntutan-tuntutan kewarganegaraan tertentu.

Penggunaan Pendekatan Pembelajaran..., Titi Indrawati, FKIP UMP, 2013

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Clarification Technique Value ...repository.ump.ac.id/6049/3/TITI INDRAWATI BAB II.pdf · dengan cara ini siswa berlatih berfikir kritis dan analitis, rasa

46

Sifat-sifat warga negara yang dapat menunjang karakter berpartisipasi dalam

urusan-urusan kewarganegaraan (publik) diantaranya:

1. Keberadaan (civility), yang termasuk sifat ini antara lain: menghormati

orang lain, menghormati pendapat orang lain mesti tidak sependapat,

mendengarkan pandangan orang lain, menghindari argumentasi yang

bermusuhan, sewenang-wenang, emosional, dan tidak masuk akal.

2. Menghormati orang lain, misalnya: menghormati orang lain bahwa mereka

memiliki suara yang sama dalam pemerintahan dan sama di mata hukum,

menghormati hak orang lain untuk memegang dan menganjurkan gagasan

yang bgermacam dan bekerja sama dalam suatu asosiasi untuk memajukan

pendapat mereka.

3. Jujur, berkemauan untuk memelihara dan mengekspresikan kebenaran.

4. Berfikiran terbuka yaitu, mempertimbangkan pendapat orang lain.

5. Berfikir kritis, yaitu kehendak hati untuk menanyakan

keabsahan/kebenaran berbagai macam posisi juga posisi dirinya.

6. Bersedia melakukan negosiasi dan berkompromi, yaitu kesediaan untuk

membuat kesepakatan untuk orang lain meskipun terdapat perbedaan yang

sangat tajam/mendalam, sejauh hal itu dinilai rasional dan adanya

pembenaran secara moral untuk melakukanya.

7. Ulet/ tidak mudah putus asa, yaitu kemauan untuk berulang-ulang untuk

meraih suatu tujuan.

8. Berpikiran kewarganegaraan, yaitu memiliki perhatian dan kepedulian

terhadap urusan-urusan publik atau kemasyarakatan.

Penggunaan Pendekatan Pembelajaran..., Titi Indrawati, FKIP UMP, 2013

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Clarification Technique Value ...repository.ump.ac.id/6049/3/TITI INDRAWATI BAB II.pdf · dengan cara ini siswa berlatih berfikir kritis dan analitis, rasa

47

9. Keharuan/ memiliki perasaan kasihan, yaitu mempunyai kepedulian agar

orang lain hidupnya lebih baik, khususnya untuk mereka yang kurang

beruntung.

10. Patriotisme, yaitu memiliki memiliki loyalitas terhadap nilai-nilai

demokrasi konstitusi.

11. Keteguhan hati, kekuatan untuk tetap pendirianya ketika kata hati

menunutunya.

C. Demokrasi

1. Pengertian Demokrasi

Menurut Kranenburg, demokrasi terbentuk dari dua kata Yunani, yaitu

demos (rakyat) dan Kratein (memerintah) yang maknaya (cara memerintah oleh

rakyat). Prof. Mr. Koenjoro Poerbabpranoto menyatakan demokrasi adalah suatu

negara yang memerintahnya dipegang oleh rakyat, maksudnya: suatu sistem

diman rakyat diikutsertakan dalam pemerintahan negara. Sedangkan menurut

Abrahan Lincoln. Demokrasi adalah pemerintah dari, oleh, dan untuk rakyat

mendapatkan kedudukan penting karena membutuhkan memegang kedaulatan.

2. Macam-macam Demokrasi

Dilihat atas dasar carapenyampaian pendapat demokrasi menurut Maftuh

(2007: 2) terbagi dalam:

a. Demokrasi langsung

Dalam demokrasi langsung seluruh rakyat diikutsertakan dalam

prosespengambilan keputusan atau kebijakan pemerintah.Demokrasi

langsung ini hanya bisa dilakukan jika penduduk suatu negara tidak terlalu

Penggunaan Pendekatan Pembelajaran..., Titi Indrawati, FKIP UMP, 2013

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Clarification Technique Value ...repository.ump.ac.id/6049/3/TITI INDRAWATI BAB II.pdf · dengan cara ini siswa berlatih berfikir kritis dan analitis, rasa

48

banyak. Contoh demokrasi langsung adalah demokrasi yang diterapkan di

negara-negara kota (police atau city state) di jaman Yunani Kuno ketika

semua rakyat yang merdeka mengemukakan pendapatnya secara langsung

dalam pengambilan keputusan oleh pemerintah.

b. Demokrasi tidak langsung (demokrasi perwakilan)

Demokrasi ini rakyat memiliki wakil-wakilnya dalam suatu pemilihan umum

untuk duduk dalam sebuah lembaga perwakilan rakyat. Wakil-wakil rakyat

inilah yang akan menyampaikan aspirasi atau pendapat rakyat dalam suatu

proses pengambilan keputusan pemerintah. Pada saat ini hamper semua

negara di dunia menjalankan demokrasi tidak langsung atau demokrasi

perwakilan, karena jumlah rakyat pada kebanyakan negara saat ini sangat

banyak, sehingga tidak mungkin semuanya berkumpul bersama untuk

menentuka keputusan atau kebijakan pemerintah.

c. Demokrasi perwakilan dengan sistem pengawasan langsung dari rakyat.

Demokrasi seperti ini merupakan campuran dari demokrasi langsung dan

demokrasi perwakilan.Rakyat memilih wakilnya untuk duduk di dalam

lembaga perwakilan rakyat. Dalam menjakankan tugasnya para wakil rakyat

diawasi oleh seluruh rakyat melalui referendum (pemungutan suara untuk

mengetahui pendapat rakyat secara langsung). Dengan demikian tugas wakil

rakyat atau legislatif tersebut berada di bawah penguasaan seluruh rakyat.

Miriam Budiardjo (dalam Maftuh dkk, 2007: 3) mengklarifikasikan

adanya dua macam demokrasi yang diterapkan oleh berbagai negara, yaitu

demokrasi konstitusional dan demokrasi rakyat.Klarifikasi menurut Miriam

Penggunaan Pendekatan Pembelajaran..., Titi Indrawati, FKIP UMP, 2013

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Clarification Technique Value ...repository.ump.ac.id/6049/3/TITI INDRAWATI BAB II.pdf · dengan cara ini siswa berlatih berfikir kritis dan analitis, rasa

49

Budiardjo ini terutama dilihat dari perbedaan idiologi yang dianut oleh suatu

negara.

a. Demokrasi Konstitusional

Demokrasi konstitusional berawal dari gagasan bahwa pemerintah yang

demokratis adalah pemerintah yang terbatas kekuasaanya dan tidak bertindak

sewenag-wenang terhadap warga negaranya.Pembatasan-pembatasan atas

kekuasaan pemerintah tersebut tercantum dalam konstitusi.Oleh karena itu,

demokrasi konstitusi sering disebut pemerintah berdasarkan konstitusi.

Demokrasi konstitusional banyak diterapkan di berbagai negara dengan

dengan berbagai variasi, misalnya dengan nama demokrasi liberal yang banyak

diterapkan di negara-negara barat. Demokrasi liberal memberikan kebebasan yang

luas pada individu.Campur tangan pemerintah diminimalkan, bahkan

ditolak.Tindakan sewenang-wenang pemerintah terhadap rakyat dihindari.

b. Demokrasi Rakyat

Demokrasi rakyat merupakan tipe demokrasi yang lebih mendasarkan dari

pada idiologi komunisme.Tipe demokrasi ini banyak dianut oleh negara-negara

komunis seperti RRC, Korea Utara, Kuba, dan sebagainya.Demokrasi rakyat ini

mempunyai tujuan mensejahterakan rakyat.Negara yang dibentuk tidak mengenal

perbedaan kelas.Semua warga negara mempunyai kesamaan dalam hukum dan

politik.Menurut peristilahan komunis, demokrasi rakyat adalah bentuk hkusus

demokrasi yang memenuhi fungsi diktatur ploretarian.Namun demikian, dalam

prakteknya dalam demokrasi rakyat yang memiliki kekuasaan yang kuat justru

negara, sedangkan rakyat tidah memiliki kekuasaan.Rakyat harus tunduk pada

Penggunaan Pendekatan Pembelajaran..., Titi Indrawati, FKIP UMP, 2013

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Clarification Technique Value ...repository.ump.ac.id/6049/3/TITI INDRAWATI BAB II.pdf · dengan cara ini siswa berlatih berfikir kritis dan analitis, rasa

50

kekuasaan negara.Oleh karena itulah maka para pendukung Demokrasi

Konstitusional memandang bahwa tipe Demokrasi Rakyat ini di anggap tidak

demokratis.

Menurut Kant dan Sahl (dalam Budiardjo, 1989), ada empat unsur

Rechstaats atau negara hukum, yaitu:

a. Hak-hak Asasi Manusia.

b. Pemisahan atau pembagian kekuasaan untuk menjamin hak-hak itu.

c. Pemerintahan berdasarkan peraturan-peraturan.

d. Peradilan administrasi dalam perselisihan.

3. Pilar-Pilar Demokrasi

Ada berbagai pendapat dari para ahli tentang pilar-pilar demokrasi dengan

berbagai istilah yang digunakanya. Pendapat para ahli tersebut banyak yang

memiliki hakikatnya saling melengkapi. Misalnya, Zamroni (dalam Maftuh dkk,

2007: 7) menyatakan bahwa demokrasi akan tumbuh dan kokoh bila dikalangan

masyarakat tumbuh kultur-kultur dan nilai-nilai demokrasi sebagai berikut:

a. Toleransi

b. Bebas mengemukakan pendapat dan menghormati perbedaan pendapat

c. Memahami keanekaragaan dalam masyarakat

d. Terbuka dalam berkomunikasi

e. Menjunjung nilai dan martabat kemanusiaan

f. Percaya diri atau tidak tergantung pada orang lain

g. Saling menghargai

h. Mampu mengekang diri

Penggunaan Pendekatan Pembelajaran..., Titi Indrawati, FKIP UMP, 2013

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Clarification Technique Value ...repository.ump.ac.id/6049/3/TITI INDRAWATI BAB II.pdf · dengan cara ini siswa berlatih berfikir kritis dan analitis, rasa

51

i. Kebersamaan yang seimbang

Selanjutnya Alamudi (dalam Maftuh dkk, 2007: 3) mengemukakan adanya 11

(sebelas) soko guru demokrasi, yaitu sebagai berikut:

1) Kedaulatan rakyat

2) Pemerintahan berdasarkan persetujuan dari yang di pemerintah

3) Kekuasaan mayoritas

4) Hak-hak minoritas

5) Jaminan Hak Asasi Manusia

6) Pemilihan yang bebas dan jujur

7) Persamaan di depan hukum

8) Proses hukum yang wajar

9) Pembatasan pemerintah secara konstitusi

10) Pluralisme sosial, ekonomi dan politik

11) Nilai-nilai toleransi, pragmatism, kerjasama dan mufakat.

Sementara itu,Asshiddieqie (dalam Maftuh dkk, 2007: 3) mengemukakan

adanya 12 (dua belas) prinsip negara hukum yang menyangga kehidupan sebuah

negara demokratis, yaitu sebagai berikut:

1. Supermasi hukum (supremacy of law).

2. Persamaan dalam hukum (equality before the law).

3. Asas legalitas (due process of law).

4. Pembatasan kekuasaan.

5. Organ-organ eksekutif independen.

6. Peradilan bebas dan tidak memihak.

Penggunaan Pendekatan Pembelajaran..., Titi Indrawati, FKIP UMP, 2013

Page 37: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Clarification Technique Value ...repository.ump.ac.id/6049/3/TITI INDRAWATI BAB II.pdf · dengan cara ini siswa berlatih berfikir kritis dan analitis, rasa

52

7. Peradilan tata usaha negara.

8. Peradilan tata negara (constutional court).

9. Perlindungan hak asasi manusia.

10. Bersifat demokratis (demokratishe rechtsstaat).

11. Berfungsi sebagai sarana mewujudkan tujuan bernegara (welfare

rechtsstaat).

D. Hipotesis

Penelitian ini dilaksanakan dengan asumsi bahwa Penggunaan Pendekatan

Pembelajaran Value Clarification Technique dengan daftar/matrik dapat

meningkatkan kecakapan kewarganegaraan siswa pada materi demokrasi.Yang

didalamya juga meningkatkan kecakapan intelektual dan kecakapan partisipatoris

siswa.

Berdasarkan asumsi tersebut, peneliti merumuskan hipotesis bahwa

Penggunaan Pendekatan Pembelajaran Value Clarification Technique dengan

daftar/matrikdapat meningkatkan kecakapan kewarganegaraan siswa pada materi

demokrasi.

Dengan pembatasan hipotesis sebagai berikut:

1. Terdapat perbedaan kecakapan intelektual siswa (intellectual skill) pada

materi demokrasi antara kelas yang menggunakan pendekatan pembelajaran

VCT menggunakan bagan/matrik dengan kelas yang menggunakan metode

konvensional antara kelas kontrol dan kelas eksperimen?

2. Terdapat perbedaan kecakapan partisipatoris siswa (participatoris skill)

pada materi demokrasi antara kelas yang menggunakan pendekatan

Penggunaan Pendekatan Pembelajaran..., Titi Indrawati, FKIP UMP, 2013

Page 38: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Clarification Technique Value ...repository.ump.ac.id/6049/3/TITI INDRAWATI BAB II.pdf · dengan cara ini siswa berlatih berfikir kritis dan analitis, rasa

53

pembelajaran VCT menggunakan bagan/matrik dengan kelas yang

menggunakan metode konvensional antara kelas kontrol dan kelas

eksperimen?

4. Terdapat perbedaan kecakapan kewarganegaraan siswa (civic skill) pada

materi demokrasi antara kelas yang menggunakan pendekatan pembelajaran

VCT menggunakan bagan/matrik dengan kelas yang menggunakan metode

konvensional antara kelas kontrol dan kelas eksperimen?

Penggunaan Pendekatan Pembelajaran..., Titi Indrawati, FKIP UMP, 2013