BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Buku Saku 1. - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/6162/3/Setiyo...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Buku Saku 1. - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/6162/3/Setiyo...
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Buku Saku
1. Pengertian
Buku saku adalah buku yang berukuran kecil yang dapat dimasukkan
ke saku yang berisi informasi suatu tema tertentu (Taufik, 2010). Buku
saku diare adalah buku yang menjelaskan tentang penyakit diare pada anak.
Buku saku diare merupakan media pendidikan kesehatan utuk
menyampaikan pesan-pesan kesehatan agar masyarakat khususnya ibu dapat
mempermudah menerimanya (Notoatmodjo, 2007).
2. Manfaat buku saku
Manfaat buku saku adalah media singkat yang memberikan informasi
mengenai suatu hal tertentu dan mudah dibawa. Manfaat pemberian buku
saku diare pada ibu sebagai pendidikan kesehatan adalah dapat mengubah
pengetahuan ibu, mengubah sikap ibu, dan menanamkan tingkah laku yang
baru (Notoatmodjo,2007). Manfaat buku saku diare sebagai alat bantu
pendidikan antara lain menimbulkan perhatian sesuatu masalah yaitu
penyakit diare pada anak, mengingatkan sesuatu informasi tentang penyakit
diare, dan menjelaskan cara pencegahan dan penanganan diare pada anak.
10
Efektifitas Pemberian Buku..., Setiyo Indra Prayitno, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
3. Isi
Isi buku saku tentang uraian, gambar dan lain-lain. Isi buku saku diare
antara lain pengertian diare, penyebab diare, pencegahan dan penanganan
diare pada anak disertai dengan gambar.
B. Diare
1. Pengertian
Diare adalah pengeluaran feses yang tidak normal dan cair. Bisa juga
didefinisikan sebagai buang air besar yang tidak normal dan berbentuk cair
dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya. Bayi dikatakan diare bila
sudah lebih dari 3 kali buang air besar, sedangkan neonatus dikatakan diare
bila sudah lebih dari 4 kali buang air besar (Dewi, 2011).
Menurut Nursalam, Susilaningrum, dan Utami (2005), Diare pada
dasarnya adalah frekuensi buang air besar yang lebih sering dari biasanya
dengan konsistensi yang lebih encer. Dikatakan diare apabila BAB <4 kali
dan cair (diare tanpa dehidrasi), BAB 4-10 kali dan cair (dehidrasi ringan/
sedang), atau BAB >10 kali (dehidrasi berat).
Sedangkan menurut Mansjoer (2001), Diare adalah buang air besar
(defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih banyak dari biasanya (normal
100-200 ml per jam tinja), dengan tinja berbentuk cair (setengah padat),
dapat pula disertai frekuensi defekasi yang meningkat. Maka dapat
disimpulkan bahwa diare merupakan perubahan frekuensi buang air besar
Efektifitas Pemberian Buku..., Setiyo Indra Prayitno, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
menjadi lebih banyak dan lebih sering dengan konsistensi feses menjadi
lebih banyak dan cair dalam arti menjadi tidak normal.
2. Penyebab
Menurut Ngastiyah (2005) faktor penyebab diare yaitu :
a. Faktor Infeksi
1) Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan makanan yang
merupakan penyebab utama diare pada anak. Meliputi infeksi enteral
yaitu :
(a) Infeksi bakteri : Vibrio, Escerichia Coli, Salmonella, Shigella,
Campylobacter, Yesinia, Aeromonas, dan sebagainya.
(b) Infeksi virus : Enterovirus (virus ECHO, Coxsackie, Poliomyelitis),
Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dan lain-lain.
(c) Infeksi parasit : cacing (Ascaris, Irichiuris, Oxyuris,
Strongyloides), protozoa (Entamoeba histolytica,Giardia lamblia,
Trochomonas hominis), jamur (Candida albicans).
2) Infeksi parenteral yaitu infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti
Otitis Media Akut (OMA)/peradangan akut telinga tengah oleh bakteri
atau virus, tonsilitis /tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis,
dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak
berumur di bawah 2 tahun.
b. Faktor malabsorbsi
1) Malabsorbsi karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa, maltose,
dan sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa, dan
Efektifitas Pemberian Buku..., Setiyo Indra Prayitno, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
galaktosa). Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering
(intoleransi laktosa).
2) Malabsorbsi lemak
3) Malabsorbsi protein
c. Faktor makanan seperti makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
d. Faktor psikologis seperti rasa takut dan cemas (jarang tetapi dapat terjadi
pada anak yang lebih besar).
Menurut Nursalam,Susilaningrum, dan Utami (2005), penyebab diare
lainnya berupa faktor perilaku yang dapat meningkatkan risiko terjadinya
diare yaitu :
a. Tidak memberikan ASI secara penuh 4-6 bulan pertama pada kehidupan.
Pada balita yang tidak diberi ASI resiko menderita diare lebih besar dari
pada balita yang diberi ASI penuh.
b. Menggunakan botol susu.
Penggunaan botol ini memudahkan pencemaran oleh kuman karena botol
susah dibersihkan. Penggunaan botol yang tidak bersih atau sudah
dipakai selama berjam-jam dibiarkan dilingkungan yang panas, sering
menyebabkan infeksi usus yang parah karena botol dapat tercemar oleh
kuman-kuman/bakteri penyebab diare. Sehingga balita yang
menggunakan botol tersebut beresiko terinfeksi diare.
c. Menyimpan makanan masak pada suhu kamar.
Bila makanan disimpan beberapa jam pada suhu kamar, makanan akan
tercermar dan kuman akan berkembang biak.
Efektifitas Pemberian Buku..., Setiyo Indra Prayitno, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
d. Air minum tercemar dengan bakteri tinja.
e. Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar dan sesudah membuang
tinja anak atau sebelum makan dan menyuapi anak. Tidak membuang
tinja dengan benar, seringnya beranggapan bahwa tinja tidak berbahaya,
padahal sesungguhnya mengandung virus atau bakteri dalam jumlah
besar. Selain itu tinja binatang juga dapat menyebabkan infeksi pada
manusia.
Menurut Soegijanto (2002), faktor yang mempengaruhi kejadian diare
diantaranya adalah
a. Faktor lingkungan
Yang dimaksud adalah kebersihan lingkungan dan perorangan seperti
kebersihan puting susu, kebersihan botol susu dan dot susu, maupun
kebersihan air yang digunakan untuk mengolah susu dan makanan.
b. Faktor gizi
Faktor gizi misalnya tidak diberikannya makanan tambahan meskipun
anak telah berusia 4-6 bulan.
c. Faktor pendidikan
Faktor pendidikan yang utama adalah pengetahuan ibu tentang masalah
kesehatan.
d. Faktor kependudukan
Menunjukkan bahwa insiden diare lebih tinggi pada penduduk perkotaan
yang padat dan miskin atau kumuh.
Efektifitas Pemberian Buku..., Setiyo Indra Prayitno, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
e. Faktor perilaku orang tua dan masyarakat
Misalnya kebiasaan ibu yang tidak mencuci tangan sebelum menyiapkan
makanan, setelah buang air besar atau membuang tinja anak.
f. Faktor ekonomi
Kesemua faktor yang tersebut di atas terkait erat dengan faktor ekonomi
masing-masing keluarga.
g. Faktor penyakit
Penyakit diare akut pada anak-anak mungkin juga disertai dengan
penyakit lain misalnya infeksi saluran nafas (bronchopneumonia,
bronchitis, dll), infeksi saluran saraf pusat (meningitis, ensefalitis, dll),
infeksi saluran kemih, infeksi sistemik lain (sepsis, campak, dll), kurang
gizi (KEP berat, kurang vitamin A, dll), penyakit yang dapat disertai
dengan diare akan tetapi lebih jarang terjadi (penyakit jantung yang berat
atau gagal jantung, penyakit ginjal atau gagal ginjal).
3. Jenis- jenis diare
Menurut pedoman dari laboratorium/UPF Ilmu Kesehatan Anak,
Universitas Airlangga (1994) dalam Nursalam, Susilaningrum, dan Utami
(2005), diare dapat dikelompokkan menjadi :
a. Diare akut, yaitu diare yang terjadi mendadak dan berlangsung paling
lama 3-5 hari.
b. Diare berkepanjangan bila diare berlangsung lebih dari 7 hari.
c. Diare kronik bila diare berlangsung lebih dari 14 hari.
Efektifitas Pemberian Buku..., Setiyo Indra Prayitno, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
Menurut pedoman MTBS (2008), diare dapat dikelompokkan atau
diklasifikasikan menjadi :
a. Diare akut, terbagi atas : diare dengan dehidrasi berat, diare dengan
dehidrasi ringan/sedang, dan diare tanpa dehidrasi.
b. Diare persisten bila diare berlangsung 14 hari atau lebih, terbagi atas
diare persisten dengan dehidrasi dan diare persisten tanpa dehidrasi.
c. Disentri apabila diare berlangsung disertai dengan darah.
Menurut Sodikin (2011) secara klinik diare dibedakan menjadi tiga
macam sindrom yaitu
a. Diare Akut (gastroenteritis)
Diare akut adalah diare yang terjadi secara mendadak pada bayi dan anak
sebelum sehat, berlangsung kurang dari 14 hari.
b. Disentri
Disentri didefisinikan dengan diare yang disertai darah dalam feses,
menyebabkan anoreksia, penurunan berat badan dengan cepat, dan
kerusakan mukosa usus karena bakteri invasive. Penyebab utama disentri
akut yaitu Shigela, penyebab lain adalah campylobacter jejuni.
c. Diare Persisten
Diare persisten adalah diare yang mulanya bersifat akut tetapi
berlangsung lebih 14 hari, kejadian dapat dimulai sebagai diare cair atau
disentri.
Efektifitas Pemberian Buku..., Setiyo Indra Prayitno, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
4. Tanda dan gejala
Menurut Dewi (2011) tanda dan gejala pada anak yang mengalami
diare sebagai berikut :
a. Cengeng, rewel
b. Gelisah
c. Suhu meningkat
d. Nafsu makan menurun
e. Feses cair dan berlendir, kadang juga disertai dengan ada darahnya.
Kelamaan fese ini akan berwarna hijau dan asam.
f. Anus lecet.
g. Dehidrasi
h. Berat badan menurun
i. Turgor Kulit menurun
j. Mata dan Ubun-ubun cekung
k. Selaput lender dan mulut serta kulit menjadi kering
5. Pencegahan diare
Pencegahan merupakan tujuan tercapainya penurunan angka
kesakitan pada anak terhadap penyakit diare. Cara pencegahan dapat
dilakukan oleh keluarga khususnya ibu dengan suatu pengetahuan. Menurut
Depkes RI (2002) pencegahan penyakit diare dapat dilakukan sebagai
berikut :
Efektifitas Pemberian Buku..., Setiyo Indra Prayitno, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
a. Memberikan ASI
ASI adalah makanan paling baik untuk bayi .Bayi harus disusui oleh
ibunya secara penuh sampai umur 6 bulan (memberikan ASI Eklusif),
karena ASI mempunyai khasiat preventif secara imunologik dengan
adanya dan zat-zat lain yang dikandungnya. ASI juga memberikan
perlindungan terhadap diare 4 kali lebih besar dari pada ASI yang dsertai
dengan susu botol.
b. Makanan pendamping ASI
Pemberian makanan pendamping ASI adalah saat bayi secara bertahap
mulai dibiasakan dengan makanan orang dewasa. Perkenalkan makanan
lunak ketika anak memasuki usia 6 bulan keatas (proses penyapihan).
Pada masa tersebut merupakan masa yang berbahaya bagi bayi sebab
dapat menyebabkan meningkatnya resiko terjadi diare, sehingga disini
pengetahuan ibu sangat penting.
c. Menggunakan air bersih yang cukup
Sebagian besar kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui jalur
fecal-oral melaui air minum yang tercemar, jari-jari tangan yang kotor.
Peranan keluarga atau ibu harus diperhatikan seperti ambil air dari
sumber yang bersih, simpan air dalam tepat yang tertutup dan bersih,
menjaga sumber air dari pencemaran, minum air yang sudah matang dan
cuci semua peralatan masak dengan air bersih.
Efektifitas Pemberian Buku..., Setiyo Indra Prayitno, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
d. Mencuci tangan
Kebersihan perorangan harus dijaga seperti mencuci tangan dengan
sabun setelah BAB, sebelum dan sesudah makan.
e. Menggunakan jamban
Keluarga harus mempunyai jamban yang baik dan bersih sangat
membantu mengurang resiko diare pada anak.
f. Membuang tinja bayi yang benar
Sebaiknya tinja bayi dibuang secara benar karena bisa menimbulkan
penularan penyakit pada anak dan orang tuanya.
6. Penanganan diare
Menurut Kemenkes RI (2011) penanganan diare dilakukan dengan
cara Lima Langkah Tuntaskan Diare (LINTAS Diare)
a. Berikan Oralit
Untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari
rumah tangga dengan memberikan oralit osmolaritas rendah, dan bila
tidak tersedia berikan cairan rumah tangga seperti air tajin, kuah sayur,
air matang. Oralit saat ini yang beredar di pasaran sudah oralit yang baru
dengan osmolaritas yang rendah, yang dapat mengurangi rasa mual dan
muntah. Oralit merupakan cairan yang terbaik bagi penderita diare untuk
mengganti cairan yang hilang. Bila penderita tidak bisa minum harus
segera di bawa ke sarana kesehatan untuk mendapat pertolongan cairan
melalui infus. Derajat dehidrasi dibagi dalam 3 klasifikasi :
Efektifitas Pemberian Buku..., Setiyo Indra Prayitno, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
1) Diare tanpa dehidrasi
Tanda diare tanpa dehidrasi, bila terdapat 2 tanda di bawah ini atau
lebih :
a) Keadaan umum : baik.
b) Mata : normal.
c) Rasa haus : normal, minum biasa.
d) Turgor kulit : kembali cepat.
Dosis oralit bagi penderita diare tanpa dehidrasi sbb :
(1) Umur < 1 tahun : ¼ - ½ gelas setiap kali anak mencret.
(2) Umur 1 – 4 tahun : ½ - 1 gelas setiap kali anak mencret.
(3) Umur diatas 5 Tahun : 1 – 1½ gelas setiap kali anak mencret.
2) Diare dehidrasi ringan/sedang
Diare dengan dehidrasi ringan/sedang, bila terdapat 2 tanda di bawah
ini atau lebih:
a) Keadaan umum : gelisah, rewel.
b) Mata : cekung.
c) Rasa haus : haus, ingin minum banyak.
d) Turgor kulit : kembali lambat.
Oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama 75 ml/ kg berat
badan dan selanjutnya diteruskan dengan pemberian oralit seperti
diare tanpa dehidrasi.
3) Diare dehidrasi berat
Diare dehidrasi berat, bila terdapat 2 tanda di bawah ini atau lebih:
Efektifitas Pemberian Buku..., Setiyo Indra Prayitno, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
a) Keadaan umum : lesu, lunglai, atau tidak sadar.
b) Mata : cekung.
c) Rasa haus : tidak bisa minum atau malas minum.
d) Turgor kulit : kembali sangat lambat (lebih dari 2 detik).
Penderita diare yang tidak dapat minum harus segera dirujuk ke
Puskesmas untuk di infus.
b. Berikan obat Zinc
Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam tubuh.
Zinc dapat menghambat enzim INOS (Inducible Nitric Oxide Synthase),
dimana ekskresi enzim ini meningkat selama diare dan mengakibatkan
hipersekresi epitel usus. Zinc juga berperan dalam epitelisasi dinding
usus yang mengalami kerusakan morfologi dan fungsi selama kejadian
diare.
Pemberian Zinc selama diare terbukti mampu mengurangi lama dan
tingkat keparahan diare, mengurangi frekuensi buang air besar,
mengurangi volume tinja, serta menurunkan kekambuhan kejadian diare
pada 3 bulan berikutnya (Black, 2003). Penelitian di Indonesia
menunjukkan bahwa Zinc mempunyai efek protektif terhadap diare
sebanyak 11 % dan menurut hasil pilot study menunjukkan bahwa Zinc
mempunyai tingkat hasil guna sebesar 67 % (Hidayat 1998 dan Soenarto
2007). Berdasarkan bukti ini semua anak diare harus diberi Zinc segera
saat anak mengalami diare.
Efektifitas Pemberian Buku..., Setiyo Indra Prayitno, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
1) Dosis pemberian Zinc pada balita:
a) Umur < 6 bulan : ½ tablet ( 10 Mg ) per hari selama 10 hari.
b) Umur > 6 bulan : 1 tablet ( 20 mg) per hari selama 10 hari.
Zinc tetap diberikan selama 10 hari walaupun diare sudah
berhenti.
2) Cara pemberian tablet Zinc :
Larutkan tablet dalam 1 sendok makan air matang atau ASI, sesudah
larut berikan pada anak diare.
c. Pemberian ASI / Makanan
Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk memberikan gizi
pada penderita terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh serta
mencegah berkurangnya berat badan. Anak yang masih minum ASI
harus lebih sering diberi ASI. Anak yang minum susu formula juga
diberikan lebih sering dari biasanya. Anak usia 6 bulan atau lebih
termasuk bayi yang telah mendapatkan makanan padat harus diberikan
makanan yang mudah dicerna dan diberikan sedikit lebih sedikit dan
lebih sering. Setelah diare berhenti, pemberian makanan ekstra
diteruskan selama 2 minggu untuk membantu pemulihan berat badan.
d. Pemberian antibiotika hanya atas indikasi
Antibiotika tidak boleh digunakan secara rutin karena kecilnya
kejadian diare pada balita yang disebabkan oleh bakteri. Antibiotika
hanya bermanfaat pada penderita diare dengan darah (sebagian besar
karena shigellosis), suspek kolera.
Efektifitas Pemberian Buku..., Setiyo Indra Prayitno, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
Obat-obatan anti diare juga tidak boleh diberikan pada anak yang
menderita diare karena terbukti tidak bermanfaat. Obat anti muntah tidak
dianjurkan kecuali muntah berat. Obat-obatan ini tidak mencegah
dehidrasi ataupun meningkatkan status gizi anak, bahkan sebagian besar
menimbulkan efek samping yang berbahaya dan bisa berakibat fatal.
Obat anti protozoa digunakan bila terbukti diare disebabkan oleh parasit
(amuba, giardia).
e. Pemberian nasehat
Ibu atau pengasuh yang berhubungan erat dengan balita harus
diberi nasehat tentang :
1) Selalu menjaga kebersihan seperti mencuci tangan sebelum dan
sesudah dalam perawatan anak diare dengan sabun.
2) Cara memberikan cairan dan obat di rumah.
3) Kapan harus membawa kembali balita ke petugas kesehatan bila :
diare lebih sering muntah berulang, sangat haus, makan/minum
sedikit, timbul demam, tinja berdarah dan tidak membaik dalam 3
hari.
C. Pengetahuan
1. Pengertian
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui panca indra manusia yakni indra penglihatan, pendengaran,
Efektifitas Pemberian Buku..., Setiyo Indra Prayitno, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh
melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003). Berdasarkan Kamus Besar
Bahasa Indonesia, pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui
berkaitan dengan proses pembelajaran (Poerwadarminta, 2002).
2. Tingkatan pengetahuan
Adapun tingkatan pengetahuan mempunyai 6 tingkatan menurut
Notoatmodjo (2007), yaitu :
a. Tahu (know) diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini
adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh
bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Tahu (know)
ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Contoh: dapat
menyebutkan tanda-tanda penyakit diare pada anak.
b. Memahami (comprehension) diartikan sebagai sesuatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
c. Aplikasi (application) diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya.
Misalnya dapat menggunakan rumus statistik dalam perhitungan-
perhitungan hasil penelitian.
d. Analisis (analysis) adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi
atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam satu
struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan
Efektifitas Pemberian Buku..., Setiyo Indra Prayitno, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
ini bisa dilihat dari penggunaan kata kerja seperti dapat menggunakan
(membuat bagan) dan membedakan.
e. Sintesi (synthesis) adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi
baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya, dapat menyusun,
dapat merencanakan terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang
telah ada.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi merupakan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu
berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau dengan
menggunakan kriteria yang telah ada.
Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan seseorang dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
1) Pengalaman
Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri maupun orang lain.
Pengalaman yang sudah diperoleh dapat memperluas pengetahuan
seseorang.
2) Umur
Makin tua umur seseorang maka proses-proses perkembangan mentalnya
bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu, bertambahnya proses
perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika berumur belasan
tahun. Selain itu, daya ingat seseorang dipengaruhi oleh umur. Dari
uraian ini maka dapat kita simpulkan bahwa bertambahnya umur
Efektifitas Pemberian Buku..., Setiyo Indra Prayitno, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang
diperolehnya, akan tetapi pada umur-umur tertentu atau menjelang usia
lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan
berkurang.
3) Tingkat pendidikan
Pendidikan dapat memperluas wawasan atau pengetahuan seseorang.
Secara umum, seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan
mempunyai pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan seseorang
yang tingkat pendidikannya lebih rendah.
4) Keyakinan
Biasanya keyakinan diperoleh secara turun temurun dan tanpa adanya
pembuktian terlebih dahulu. Keyakinan ini biasa mempengaruhi
pengetahuan seseorang, baik keyakinan itu sifatnya positif maupun
negatif.
5) Sumber informasi
Meskipun seseorang memiliki pendidikan yang rendah tetapi jika ia
mendapatkan informasi yang baik maka pengetahuan seseorang akan
meningkat. Sumber informasi yang dapat mempengaruhi pengetahuan
seseorang misalnya radio, televisi, majalah, koran, dan buku.
6) Penghasilan
Penghasilan tidak berpengaruh langsung terhadap pengetahuan
seseorang. Namun bila seseorang berpenghasilan cukup besar maka dia
Efektifitas Pemberian Buku..., Setiyo Indra Prayitno, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
akan mampu untuk menyediakan atau membeli fasilitas-fasilitas sumber
informasi.
7) Sosial budaya
Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat
mempengaruhi pengetahuan, persepsi, dan sikap seseorang terhadap
sesuatu.
3. Alat ukur pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek
penelitian atau responden (Notoatmodjo, 2003).
Efektifitas Pemberian Buku..., Setiyo Indra Prayitno, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
D. Kerangka Teori Penelitian
Menurut Sarwono pendidikan kesehatan itu sendiri pada dasarnya suatu
proses mendidik individu/masyarakat supaya mereka dapat memecahkan
masalah-masalah kesehatan yang dihadapinya. Pendidikan merupakan salah
satu cara mengubah perilaku. Selanjutnya faktor perilaku ditentukan oleh tiga
kelompok yaitu faktor predisposisi, pendukung dan pendorong. Green
menyatakan bahwa pendidikan kesehatan mempunyai peranan penting dalam
mengubah dan menguatkan ketiga faktor itu agar searah dengan tujuan
kegiatan sehingga menimbulkan perilaku positif dari ibu terhadap kesehatan
anaknya. Semua yang tersebut di atas dapat tergambarkan dalam bagan berikut
ini:
Gambar 1. Kerangka toeri (Sumber Laurance Green dari sumber Sarwono, 2007)
Faktor Predisposisi - Pengetahuan - Sikap - Kepercayaan - Tradisi nilai
Faktor pendukung - Ketersediannya
pelayanan kesehatan
Faktor pendorong - Sikap dan
perilaku petugas
Perilaku
Pendidikan kesehatan
Efektifitas Pemberian Buku..., Setiyo Indra Prayitno, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
E. Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan sebagai kerangka konsep
penelitian sebagai berikut: sebagai variabel bebas adalah buku saku diare
karena merupakan media pendidikan kesehatan. Serta variabel terikatnya
pengetahuan ibu cara pencegahan dan penanganan diare. Variabel bebas yang
dimaksud oleh peneliti akan di teliti bagaimana efektifitas pemberian buku
saku diare terhadap pengetahuan ibu tentang cara pencegahan dan penanganan
diare pada anak di RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga.
Variabel Bebas
Pre test Post test
Gambar 2. Kerangka Konsep Penelitian
Keterangan : Yang diteliti
F. Hipotesis
Ada kefektifitasan pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan buku
saku diare terhadap ibu tentang cara pecegahan dan penanganan diare pada
anak.
Pengetahuan Ibu cara pencegahan dan penanganan
diare
Buku Saku Diare
Pengetahuan ibu cara pencegahan dan
penanganan diare
Efektifitas Pemberian Buku..., Setiyo Indra Prayitno, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012