BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Asuhan keperawatan dalam ...repository.ump.ac.id/8126/3/ASRI ENDAH...

30
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Asuhan keperawatan dalam mobilisasi pasien stroke 1. Pengkajian Pengkajian adalah tahap awal dan dasar dalam proses keperawatan. Pengkajian merupakan tahap yang paling menentukan bagi tahap berikutnya. Kemampuan mengidentifikasi masalah keperawatan yang terjadi pada tahap ini akan menentukan diagnosis keperawatan (Nikmatur&Saiful, 2016) Dalam pengkajian meliputi tekhnik pengumpulan data : a. Anamnese Anamnese adalah komunikasi secara langsung dengan klien (autoanamnesis) maupun tak langsung (alloanamnesis) dengan keluarganya untuk menggali informasi tentang status kesehatan klien. Anamnese dilakukan dengan meliputi : Identitas klien, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat kesehatan keluarga. Penerapan Range Of Motion (ROM)..., ASRI ENDAH HANDAYANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Asuhan keperawatan dalam ...repository.ump.ac.id/8126/3/ASRI ENDAH...

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Asuhan keperawatan dalam mobilisasi pasien stroke

1. Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal dan dasar dalam proses

keperawatan. Pengkajian merupakan tahap yang paling menentukan

bagi tahap berikutnya. Kemampuan mengidentifikasi masalah

keperawatan yang terjadi pada tahap ini akan menentukan diagnosis

keperawatan (Nikmatur&Saiful, 2016)

Dalam pengkajian meliputi tekhnik pengumpulan data :

a. Anamnese

Anamnese adalah komunikasi secara langsung dengan klien

(autoanamnesis) maupun tak langsung (alloanamnesis) dengan

keluarganya untuk menggali informasi tentang status kesehatan

klien. Anamnese dilakukan dengan meliputi : Identitas klien,

keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit

dahulu, riwayat kesehatan keluarga.

Penerapan Range Of Motion (ROM)..., ASRI ENDAH HANDAYANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

9

1) Pemeriksaan

a) Fisik

Pemeriksaan fisik meliputi B6 antara lain, breathing, blood,

brain, bladder, bowel dan bone

B1 (Breathing)

Pada infeksi didapatkan klien batuk, peningkatan produksi

sputum, sesak napas, penggunaan otot bantu napas dan

peningkatan frekuensi pernapasan.

B2 (Blood)

Pengkajian pada sistem kardiovaskuler didapatkan renjatan

(syok hipovolemik) yang sering terjadi pada klien stroke.

B3 (Brain)

Pemeriksaan fokus dan lebih lengkap dibandingkan pengkajian

sistem lainnya. Pengkajian fungsi serebral, pengkajian ini

meliputi status mental, fungsi intelektual, kemampuan bahasa.

B4 (Bladder)

Setelah stroke mungkin mengalami inkontinensia urine dan

ketidakmampuan untuk mengendalikan kandung kemih karena

kerusakan control motorik dan postural.

B5 (Bowel)

Penerapan Range Of Motion (ROM)..., ASRI ENDAH HANDAYANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

10

Didapatkan adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan

menurun, mual muntah pada fase akut.

B6 (Bone)

Stroke adalah penyakit motor neuron atas dan mengakibatkn

kehilangan kontrol volunter terhadap gerakan motorik.

2) Penunjang

Ditulis tanggal pemeriksaan, hasil, dan satuannya:

Pemeriksaan laboratorium, Lumbal pungsi (LP), Ct scan.

B. Diagnosa

Diagnosa keperawatan pernyataan yang menggambarkan respons

manusia (keadaan sehat atau perubahan pola interaksi aktual/potensial)

dari individu atau kelompok tempat perawat secara legal

mengidentifikasikan dan perawat dapat memberikan intervensi secara pasti

untuk menjaga status kesehatan atau untuk mengurangi, menyingkirkan,

atau mencegah perubahan (Nikmatur&Saiful, 2016)

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul untuk penyakit

stroke :

1. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral

berhubungan dengan gangguan oklusi, edema serebral

(Nanda, 2015-2017)

Penerapan Range Of Motion (ROM)..., ASRI ENDAH HANDAYANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

11

2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan

kekuatan otot (Nanda, 2015-2017)

3. Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan

gangguan sistem saraf pusat (Nanda, 2015-2017).

C. Perencanaan

Perencanaan adalah pengembangan strategi desain untuk

mencegah, mengurangi dan mengatasi masalah-masalah yang telah

diidentifikasi dalam diagnosis keperawatan. Desain perencanaan

menggambarkan sejauh mana perawat mampu menetapkan cara

menyelesaikan maslah dengan efektif dan efisien (Nikmatur&Saiful, 2016)

Kegiatan dalam tahap perencanaan antara lain :

Menentukan prioritas masalah keperawatan, menetapkan tujuan

kriteria hasil, merumuskan rencana tindakan, menetapkan rasional

tindakan keperawatan Rencana tindakan keperawatan yang disusun pada

klien dengan stroke adalah sebagai berikut :

1. Diagnosa pertama : Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan

serebral berhubungan dengan oedema serebral

a. Tujuan : kesadaran penuh, tidak gelisah

b. Kriteria hasil : tingkat kesadaran membaik, tanda-tanda

vital stabil tidak ada tanda-tanda peningkatan tekanan

intrakranial.

c. Intervensi :

Penerapan Range Of Motion (ROM)..., ASRI ENDAH HANDAYANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

12

1) Observasi tanda-tanda vital terutama tekanan darah.

Rasional : autoregulasi mempertahankan aliran darah

otak konstan

2) Pertahankan keadaan tirah baring.

Rasional : aktifitas/stimulasi yang kontineu dapat

meningkatkan Tekanan Intra Kranial (TIK).

3) Letakkan kepala dengan posisi agak ditinggikan dan

dalam posisi anatomis (netral).

Rasional : menurunkan tekanan arteri dengan

meningkatkan drainase dan meningkatkan

sirkulasi/perfusi serebral.

4) Berikan obat sesuai indikasi : contohnya antikoagulan

(heparin)

Rasional : meningkatkan atau memperbaiki aliran darah

serebral dan selanjutnya dapat mencegah pembekuan.

2. Diagnosa kedua : Hambatan mobilitas fisik berhubungan

dengan penurunan kekuatan otot

a. Tujuan : keterbatasan pada pergerakkan fisik tubuh

secara mandiri dan terarah

b. Kriteria hasil : mempertahankan posisi yang optimal,

meningkatkan kekuatan dan fungsi bagian tubuh,

Penerapan Range Of Motion (ROM)..., ASRI ENDAH HANDAYANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

13

mendemonstrasikan perilaku yang memungkinkan

aktifitas.

c. Intervensi :

1) Kaji kemampuan klien dalam melakukan aktivitas.

Rasional : mengidentifikasi kelemahan/kekuatan dan

dapat memberikan informasi bagi pemulihan.

2) Ubah posisi minimal setiap 2 jam (telentang, miring)

Rasioanal : menurunkan resiko terjadinya

trauma/iskemia jaringan.

3) Mulailah melakukan latihan rentang gerak aktif dan

pasif pada semua ekstremitas.

Rasional : meminimalkan atrofi otot, meningkatkan

sirkulasi, mencegah kontraktur.

4) Konsultasikan dengan ahli fisioterapi secara aktif, dan

ambulasi pasien.

Rasional : progam khusus dapat dikembangkan untuk

menemukan kebutuhan yang berarti /menjaga

kekurangan tersebut dalam keseimbangan.

3. Diagnosa ketiga : Hambatan komunikasi verbal berhubungan

dengan gangguan sistem saraf pusat

a. Tujuan : dapat berkomunikasi sesuai dengan keadaanya

b. Kriteria hasil : menggunakan bahasa isyarat, mengenali

pesan yang diterima dari perawat dan keluarga.

Penerapan Range Of Motion (ROM)..., ASRI ENDAH HANDAYANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

14

c. Intervensi :

1) Kaji tingkat kemampuan klien berkomunikasi

Rasioanal : perubahan dalam isi kognitif dan bicara

merupakan indikator dari derajat gangguan serebral.

2) Minta klien untuk mengikuti perintah sederhana.

Rasional : melakukan penilaian terhadap adanya

kerusakan sensorik.

3) Tunjukkan objek dan minta pasien menyebutkan nama

benda tersebut.

Rasional : melakukan penilaian terhadap adanya

kerusakan motorik.

D. Pelaksanaan

Pelaksanaan adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai

tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi

pengumpulan data berkelanjutan, mengobservasi respons klien selama dan

sesudah pelaksanaan tindakan (Nikmatur&Saiful, 2016)

Tahap-tahap dalam pelaksanaan :

1. Tahap persiapan

Review rencana tindakan keperawatan, analisis pengetahuan dan

ketrampilan yang diperlukan, antisipasi komplikasi yang akan timbul,

mempersiapkan peralatan yang diperlukan (waktu,tenaga alat),

Penerapan Range Of Motion (ROM)..., ASRI ENDAH HANDAYANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

15

mengidentifikasi aspek-aspek hukum dan etik, memperhatikan hak-hak

pasien.

2. Tahap pelaksanaan

Berfokus pada klien, berorientasi pada tujuan dan kriteria hasil,

memperhatikan keamanan fisik dan psikologis klien, kompeten, tahap

sesudah pelaksanaan, menilai keberhasilan tindakan, mendokumentasikan

tindakan.

E. Evaluasi

Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan

keadaan pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang

dibuat pada tahap perencanaan.

Komponen dalam evaluasi SOAP, yaitu :

S: Data Subjektif

Perawat menuliskan keluhan pasien yang masih dirasakan setelah

dilakukan tindakan keperawatan.

O: Data Objektif

Penerapan Range Of Motion (ROM)..., ASRI ENDAH HANDAYANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

16

Data objektif adalah data berdasarkan hasil pengukuran atau observasi

perawat secara langsung pada klien, dan yang dirasakan klien setelah

dilakukan tindakan keperawatan.

A: Analisis

Interpretasi dari data subjektif dan data objektif. Analisis merupakan

suatau masalah atau diagnosis keperawatan yang masih terjadi atau juga

dapat dituliskan masalah/diagnosis baru yang terjadi akibat perubahan

status kesehatan klien yang telah teridentifikasi datanya dalam data

subjektif dan objektif.

P: Planning

Perencanaan keperawatan yang akan dilanjutkan, dihentikan,

dimodifikasi, atau ditambahkan dari rencana tindakan keperawatan

yang telah ditentukan sebelumnya.

F. Konsep Stroke

1. Pengertian stroke

Stroke adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan

perubahan neurologis yang disebabkan oleh adanya gangguan suplai

darah ke bagian dari otak. Dua jenis stroke yang utama adalah iskemik

Penerapan Range Of Motion (ROM)..., ASRI ENDAH HANDAYANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

17

dan hemoragik. Stroke iskemik disebabkan oleh adanya penyumbatan

akibat gumpalan aliran darah baik itu sumbatan karena trombosis

(penggumpalan darah yang menyebabkan sumbatan di pembuluh

darah) atau embolik (pecahan gumpalan darah/udara/benda asing yang

berada dalam pembuluh darah di otak) ke bagian otak. Perdarahan ke

dalam jaringan otak adalah penyebab dari stroke hemoragik. Jumlah

total stroke iskemik sekitar 83% dari seluruh kasus stroke. Sisanya

sebesar 17% adalah stroke hemoragik.

Sebelum tahun 1995, petugas pelayanan kesehatan hanya bisa

menawarkan tindakan dukungan dan rehabilitasi untuk penderita

stroke yang selamat. Terapi trombolisis dapat mencegah atau

mengurangi gangguan lebih lanjut pada jaringan otak yang disebabkan

oleh stroke iskemik akut. Terapi trombolisis harus diberikan sesegera

mungkin setelah kejadian stroke; pengobatan selama tiga jam

(treatment window) dari setelah kejadian stroke sudah diterapkan.

Untuk memberitahukan mengenai keutamaan dari evaluasi dan

pengobatan dari stroke, petugas pelayanan kesehatan sekarang merujuk

stroke sebagai penyakit serangan otak. Pendidikan kepada masyarakat

difokuskan kepada pencegahan, pengenalan tanda-tanda, dan

penaggulangan dini (Joyce M. Black, 2009)

G. Etiologi Stroke

Penerapan Range Of Motion (ROM)..., ASRI ENDAH HANDAYANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

18

Menurut Potter & Perry (2010) stroke biasanya diakibatkan dari

salah satu empat kejadian yaitu :

1. Trombosis

Trombosis yaitu bekuan darah di dalam pembuluh otak atau

leher. Thrombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang

mengalami oklusi sehingga menyebabkan iskemia jaringan

otak yang dapat menimbulkan oedema dan kongesti di

sekitarnya.

2. Embolisme serebral

Embolisme serebral merupakan penyumbatan pembuluh

darah otak, lemak dan udara. Pada umumnya emboli berasal

dari thrombus jantung yang terlepas dan menyumbat sistem

arteri serebral.

3. Iskemia

Iskemia yaitu penurunan suplai darah ke jaringan atau

organ tubuh.

4. Pendarahan (hemoragik)

Hemoragi yaitu pecahnya pembuluh darah serebral dengan

pendarahan ke dalam jaringan otak atau ruang sekitar otak.

Perdarahan inin dapat terjadi karena atherosklerosis dan

hipertensi. Akibat pecahnya pembuluh darah otak

menyebabkan perembesan darah dalam parenkim otak yang

dapat mengakibatkan penekanan, pergeseran dan pemisahan

Penerapan Range Of Motion (ROM)..., ASRI ENDAH HANDAYANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

19

jaringan otak yang berdekatan, sehingga otak akan

membengkak, jaringan otak tertekan, sehingga terjadi infark

otak, oedema, dan mungkin herniasi otak.

Akibat dari keempat kejadian diatas maka terjadi penghentian

suplai darah ke otak, yang menyebabkan kehilangan sementara

atau permanen, gerakan, berpikir, memori, bicara atau sensasi.

H. Anatomi Fisiologi Otak

Otak adalah organ vital yang terdiri dari 100-200 milyar sel aktif

yang saling berhubungan dan bertanggungjawab atas fungsi mental dan

intelektual kita. Otak terdiri dari sel-sel otak yang disebut neuron. Otak

merupakan organ yang sangat mudah beradaptasi meskipun neuron-neuron

di otak mati tidak mengalami regenerasi, kemampuan adaptif atau

plasisitas pada otak dalam situasi tertentu bagian-bagian otak dapat

mengambil alih fungsi dari bagian-bagian yang rusak. Otak sepertinya

belajar kemampuan baru, ini merupakan mekanisme paling penting yang

berperan dalam pemulihan stroke (Feigin, 2006).

Secara garis besar, sistem saraf dibagi menjadi 2, yaitu sistem saraf

pusat dan sistem saraf tepi. Sistem saraf pusat (SSP) terbentuk oleh otak

dan meddula spinalis. Sistem saraf disisi luar SSP disebut sistem saraf tepi

(SST). Fungsi dari SST adalah menghantarkan informasi bolak balik

antara SSP dengan bagian tubuh lainnya (Noback dkk, 2005)

Penerapan Range Of Motion (ROM)..., ASRI ENDAH HANDAYANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

20

Otak merupakan bagian utama dari sistem saraf, dengan komponen

bagiannya adalah :

1. Cerebrum

Cerebrum merupakan bagian otak yang terbesar yang

terdiri dari sepasang hemisfer kanan dan kiri dan tersusun dari

korteks. Korteks ditandai dengan sulkus (celah) dan girus

(Gonang, 2005).

Cerebrum dibagi menjadi beberapa lobus, yaitu :

a. Lobus frontalis

Lobus frontalis berperan sebagai pusat fungsi intelektual

yang lebih tinggi, seperti kemampuan berpikir abstrak dan

nalar, bicara, pusat penghidu, dan emosi. Pada lobus ini

terdapat daerah broca yang mengatur ekspresi bicar, lobus

ini juga mengatur gerakan sadar, perilaku sosial, berbicara,

motivasi dan inisiatif (Purves dkk, 2004).

b. Lobus temporalis

Lobus temporalis mencakup bagian korteks serebrum yang

berjalan ke bawah dari fisura laterali dan sebelah posterior

dari fisura-oksipitalis (White, 2008).

c. Lobus parietalis

Lobus parietalis merupakan daerah pusat kesadaran

sensorik di gyrus postsentralis (area sensorik primer) untuk

rasa raba dan pendengaran (White, 2008).

Penerapan Range Of Motion (ROM)..., ASRI ENDAH HANDAYANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

21

d. Lobus okspitalis

Lobus okspitalis berfungsi untuk pusat penglihatan dan area

asosiasi penglihatan : menginterprestasi dan memproses

rangsang penglihatan dari nervus optikus dan

mengasosiasikan rangsang ini dengan informasi saraf lain

(White, 2008).

e. Lobus limbik

Lobus limbik berfungsi untuk mengatur emosi manusia,

memori emosi dan bersama hipothalamus menimbulkan

perubahan melalui pengendalian atas susunan endokrin dan

susunan otonom (White, 2008).

2. Cerebellum

Cerebellum adalah struktur kompleks yang mengandung

lebih banyak neuron dibandingkan otak secara keseluruhan.

Memiliki peran koordinasi yang penting dalam fungsi motorik

yang didasarkan pada informasi somatosensori yang diterima,

inputnya 40 kali lebih banyak dibandingkan output. Cerebellum

terdiri dari tiga bagian fungsional yang berbeda yang menerima

dan menyampaikan informasi ke bagian lain dari sistem saraf

pusat.

Cerebellum merupakan pusat koordinasi untuk

keseimbangan dan tonus otot. Mengendalikan kontraksi otot-

otot volunter secara optimal. Bagian-bagian dari cerebellum

Penerapan Range Of Motion (ROM)..., ASRI ENDAH HANDAYANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

22

adalah lobus anterior, lobus medialis, dan lobus

fluccolonodularis (Purves, 2004).

3. Brainstrem

Brainstrem adalah batang otak, berfungsi untuk mengatur

seluruh proses kehidupan yang mendasar. Berhubungan dengan

diensefalon diatasnya dan medulla sipinalis dibawahnya.

Struktur-struktur fungsional batang otak yang penting adalah

jaras asenden dan desenden traktus longitudinalis antara

medulla spinalis dan bagian-bagian otak, anyaman sel saraf dan

12 pasang saraf cranial.

I. Faktor Risiko

Faktor resiko yang bisa dimodifikasi dapat diturunkan atau dihilangkan

melalui perubahan gaya hidup. Hipertensi adalah faktor risiko yang bisa

dimodifikasi terpenting baik untuk stroke iskemik maupun stroke hemoragik.

Pengontrolan tekanan darah yang adekuat bagi penderita hipertensi dapat

menurunkan 38% kejadian stroke. Kondisi diabetes millitus dapat

meningkatkan risiko terjadinya stroke. Mekanisme terjadinya kondisi tersebut

disebabkan oleh perubahan makrovaskular pada penderita diabetes.

Faktor-faktor risiko lainnya yang bisa dimodifikasi untuk mencegah

stroke termasuk di antaranya hiperlipidemia, merokok, konsumsi alkohol

berlebih, penggunaan kokain, dan obesitas. Dalam penelitian terbaru,

disebutkan walaupun konsumsi alkohol yang berlebihan dapat meningkatkan

Penerapan Range Of Motion (ROM)..., ASRI ENDAH HANDAYANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

23

terjadinya kejadian stroke pada seseorang, konsumsi alkohol yang ringan atau

sedang bisa mencegah terjadinya stroke iskemik. Kejadian stroke jarang

terjadi pada wanita usia produktif atau usia untuk mengandung. Namun,

kontrasepsi esterogen oral dalam dosis yang tinggi yang berkombinasi dengan

hipertensi, merokok, sakit kepala migren, dan peningkatan usia, dapat

meningkatkan kejadian stroke pada wanita (Joyce M. Black, 2009)

Pengajaran atau pendidikan pada klien ditujukan untuk pencegahan

stroke. Pencegahan primer untuk stroke termasuk hal-hal anatara lain :

Pertahankan berat badan ideal, Pertahankan kadar kolesterol yang aman.

Kurangi atau berusaha menghentikan kegiatan merokok, Kurangi konsumsi

alkohol berlebihan, Hindari obat-obat terlarang.

Pencegahan sekunder termasuk hal-hal sebagai berikut : Kontrol

tekanan darah yang adekuat, rawat diabetes millitus, obati penyakit

kardiovaskular dan fibrilasi atrium.

J. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala menurut (Mary Digiulio, 2014) sebagai berikut :

Ketidakseimbangan mental, disorientasi (bingung), Perubahan emosional/

perubahan kepribadian, Afasia (kesulitan berbicara), kata-kata tidak jelas

Perubahan sensori (perubahan visual, perubahan pendengaran), kelemahan

pada wajah dan kaki tangan, sakit kepala parah karena naiknya tekanan

intrakranial akibat pendarahan.

Penerapan Range Of Motion (ROM)..., ASRI ENDAH HANDAYANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

24

K. Patofisiologi

Infark serebral adalah berkurangnya suplai darah ke area tertentu di

otak. Luasnya infark tergantung pada faktor-faktor seperti lokasi dan besarnya

pembuluh darah dan adekuatnya sirkulasi kolateral terhadap area yang

disuplai oleh pembuluh darah yang tersumbat. Suplai darah ke otak dapat

berubah (makin lambat atau cepat), pada gangguan lokal (thrombus, emboli,

perdarahan dan spasme vaskuler) atau oleh karena gangguan umum (hipoksia

karena gangguan paru dan jantung).

Thrombus dapat pecah dari dinding pembuluh darah terbawa sebagai

emboli dalam aliran darah. Thrombud mengakibatkan iskemia jaringan otak

yang disuplai pembuluh darah yang bersangkutan dengan edama dan kongesti

disekitar area. Area edema ini menyebabkan disfungsi yang lebih besar

daripada area infark itu sendiri(Muttaqin, 2008).

Otak sangat sensitif terhadap kondisi penurunan atau hilangnya suplai

darah. Hipoksia dapat menyebabkan iskemik serebral karena tidak seperti

jaringan pada bagian tubuh lain, misalnya otot, otak tidak bisa menggunakan

metabolisme anaerobik jika terjadi kekurangan oksigen atau glukosa. Otak

diperfusi dengan jumlah yang cukup banyak dibanding organ lain yang kurang

vital untuk mempertahankan metabolisme serebral. Iskemik jangka pendek

dapat mengarah kepada penurunan sistem neurologis sementara. Jika aliran

Penerapan Range Of Motion (ROM)..., ASRI ENDAH HANDAYANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

25

darah tidak diperbaiki, terjadi kerusakan yang tidak dapat diperbaiki pada

jaringan otak atau infark dalam hitungan menit.

Iskemia dengan cepat bisa mengganggu metabolisme. Kematian sel

dan perubahan yang permanen dapat terjadi dalam waktu 3-10 menit. Aliran

darah dapat terganggu oleh masalah perfusi lokal, seperti pada stroke atau

gangguan perfusi secara umum, misalnya pada hipotensi atau henti jantung.

Penurunan perfusi serebral biasanya disebabkan oleh sumbatan di

arteri serebral atau pendarahan intraserebral. Sumbatan yang terjadi

mengakibatkan iskemik pada jaringan otak yang mendapatkan suplai dari

arteri yang terganggu dan karena adanya pembengkakan di jaringan

sekelilingnya. Sel-sel di bagian tengah atau utama pada lokasi stroke akan

mati dengan segera setelah kejadian stroke terjadi (Joyce M. Black, 2009)

Penerapan Range Of Motion (ROM)..., ASRI ENDAH HANDAYANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

26

L. Pathways

Penyakit yang mendasari stroke

(alkohol, hiperkolesteroid, merokok, stress)

Aterosklerosis

(elastisitas pembuluh

darah menurun)

Kepekatan darah

meningkat Pembentukan thrombus

Penurunan darah ke otak

Hipoksia cerebi

Infark jaringan

Kerusakan pusat gerakan

motorik di lobus frontalis

hemisphare / hemiplagia

Kelemahan pada

mervus V, VII, IX, X

Perubahan

persepsi

sensori

Gangguan

mobilitas fisik

Mobilitas

menurun

Tirah baring

Penurunan kemampuan otot

mengunyah / menelan

Gangguan

reflek

Keseimbangan

nutrisi kurang

dari kebutuhan

tubuh

Penerapan Range Of Motion (ROM)..., ASRI ENDAH HANDAYANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

27

M. Komplikasi Stroke

Komplikasi dari stroke terutama bergantung pada lokasi lesi atau

jaringan yang terkena (infark). Jika batang otak yang terkena, tekanan

darah menjadi fluktasi, pola napas terganggu. Cedera fisik bisa terjadi

berhubungan dengan ketidakmampuan klien untuk menyadari

keterbatasannya. Komplikasi dari imobilitas juga bisa terjadi.

Koma bisa terjadi setelah stroke dengan beberapa penyebab. Suplai

darah ke batang otak atau sistem aktivasi retikularis yang mengontrol

kesadaran, mungkin secara langsung tersumbat. Demikian pulapada

struktur bagian dalam dari talamus yang menerima dan menyampaikan

informasi ke korteks serebral bisa terlibat dalam kondisi ini. Sumbatan

vaskular dari arteri karotis internal atau pada salah satu cabang utamanya

bisa juga menurunkan tingkat kesadaran. Terkadang edema serebral yang

terjadi setelah stroke bisa mengakibatkan pergeseran posisi garis tengah

otak, yang mengakibatkan koma (Joyce M, Black, 2009)

N. Fisioterapi

Dilakukan fisioterapi dengan membantu klien membangun

kekuatan dan mempertahankan rentang gerak (range of motion) ROM dan

tonus otot dibagian otot yang tidak terkena stroke. Fisioterapi juga

membangun ROM dan tonus serta melatih kembali otot yang terkena

stroke. Klien juga melatih keseimbangan dan ketrampilan untuk

Penerapan Range Of Motion (ROM)..., ASRI ENDAH HANDAYANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

28

kemampuan merasakan posisi, lokasi, dan orientasi, serta gerakan dari

tubuh dan bagian-bagiannya. Hal ini bisa memungkinkan klien, dengan

adanya peningkatan yang berlanjut, untuk duduk pada ujung tempat tidur

dan pada akhirnya berjalan. Latihan dan ketrampilan mobilisasi di tempat

tidur diajarkan di tempat tidur klien, seperti juga mobilisasi dengan kursi

roda dan berpindah. Klien yang mungkin terbantu dengan kaki palsu akan

diidentifikasi dan diajarkan bagaimana memasang dan melepasnya.

O. Konsep mobilisasi

Mobilisasi merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak

bebas, mudah, teratur, mempunyai tujuan untuk kebutuhan hidup sehat.

Mobilisasi diperlukan untuk meningkatkan kesehatan, memperlambat

proses penyakit khususnya penyakit degeneratif dan untuk aktualisasi

(Potter&Perry, 2010)

Untuk menentukan bagaimana menggerakkan klien, kaji

kemampuan klien untuk bergerak. Mobilisasi ditujukkan pada kemampuan

klien bergerak dengan bebas dan imbobilisasi ditujukkan pada

ketidakmampuan bergerak dengan bebas. Beberapa klien dapat bergerak

atau tidak bergerak, meskipun pengalaman akan mempengaruhi derajat

imobilisasi. Pikirkan mobilisasi sebagai satu kontinuitas, dimana

mobilisasi berada pada satu ujung, dan imobilisasi pada ujung lain.

Beberapa klien bergerak ke belakang dan ke depan diantara mobilisasi dan

Penerapan Range Of Motion (ROM)..., ASRI ENDAH HANDAYANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

29

imobilisasi; tetapi yang lainnya, imobilisasi bersifat absolut dan terus

berlanjut dengan pasti. Istilah tirah baring atau gangguan mobilisasi fisik

sering digunakan saat mendiskusikan klien dengan kontinuitas mobilisasi

dan imobilisasi (Potter&Perry, 2010).

Pengkajian mobilisasi klien berfokus pada ROM, gaya berjalan,

latihan dan toleransi aktivitas, serta kesejajaran tubuh. Saat merasa ragu

akan kemampuan klien, lakukan pengkajian mobilisasi, dengan klien

berada pada posisi yang paling mendukung dan berada pada tingkat

mobilisasi yang paling tinggi sesuai dengan toleransi klien. Umumnya

pengkajian pergerakkan dimulai saat klien berbaring, kemudian mengkaji

posisi duduk di tempat tidur, berpindah ke kursi, dan yang terakhir saat

berjalan. Hal ini sangat membantu keselamatan klien (Potter&Perry,2010)

Range of Motion (ROM) adalah jumlah pergerakkan maksimum

yang dapat dilakukan pada sendi, di salah satu dari tiga bidang, yaitu :

sagital, frontal, atau transveral. Bidang sagital adalah bidang yang

melewati tubuh dari depan ke belakang, membagi tubuh menjadi sisi

kanan dan sisi kiri. Bidang frontal adalah melewati tubuh dari sisi ke sisi

dan membagi tubuh ke depan dan ke belakang. Bidang transveral adalah

bidang horisontal yang membagi tubuh ke bagian atas dan bawah. Saat

mengkaji ROM, ajukan pertanyaan dan kaji tentang kekakuan,

pembengkakan, nyeri, pergerakkan yang terbatas, pergerakkan yang tidak

sama. Pengkajian ROM harus dilakukan sebagai nilai dasar untuk

menbandingkan dan mengevaluasi apakah kehilangan mobilisasi sendi

Penerapan Range Of Motion (ROM)..., ASRI ENDAH HANDAYANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

30

terjadi. Klien yang mobilisasinya dibatasi harus melakukan ROM untuk

mengurangi bahaya imobilisasi. Oleh karena itu, kaji jenis latihan ROM

yang dapat dilakukan oleh klien.

Latihan ROM bersifat aktif (klien menggerakkan seluruh sendi

pada seluruh ROM tanpa bantuan), dan pasif (klien tidak mampu bergerak

dengan mandiri, sehingga perawat menggerakkan masing-masing sendi

pada seluruh ROM). Pada klien yang lemah, berikan bantuan saat klien

melakukan pergerakkan. Beberapa klien mampu menggerakkan sendi

dengan aktif, sementara perawat secara aktif menggerakkan sendi yang

lain. Pertama-tama kaji kemampuan klien untuk melakukan latihan ROM

aktif dan kebutuhan akan bantuan, pendidikan kesehatan, atau pujian.

Umumnya, latihan ROM harus aktif jika kesehatan dan mobilisasi

memungkinkan. Kontraktur berkembang pada sendi yang tidak digerakkan

secara teratur melalui ROM penuh. Data pengkajian dari klien dengan

keterbatasan pergerakkan sendi sangat bervariasi, bergantung pada area

yang dipengaruhi(Potter&Perry, 2010)

Pencegahan dan pengobatan yang tepat pada penderita stroke

merupakan hal yang sangat penting. Stroke yang tidak mendapatkan

penanganan yang baik akan menimbulkan berbagai tingkat gangguan,

seperti penurunan tonus otot, hilangnya sensibilitas pada sebagian anggota

tubuh, menurunnya kemampuan untuk menggerakkan anggtota tubuh yang

sakit dan ketidakmampuan dalam hal melakukan aktivitas tertentu. Pasien

stroke yang mengalami kelemahan pada satu sisi anggota tubuh

Penerapan Range Of Motion (ROM)..., ASRI ENDAH HANDAYANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

31

disebabkan karena penurunan tonus otot, sehingga tidak mampu

menggerakkan tubuhnya (imobilisasi). Immobilisasi yang tidak

mendapatkan penanganan yang tepat, akan menimbulkan komplikasi

berupa abnormalitas tonus dan kontraktur (Garrison, 2005)

Penderita stroke yang mengalami paralisis dan tidak segera

mendapatkan penanganan yang tepat dapat menimbulkan komplikas, salah

satunya adalah kontraktur. Kontraktur dapat menyebabkan terjadinya

gangguan fungsional, gangguan mobilisasi, gangguan aktivitas sehari-hari

dan cacat yang tidak dapat disembuhkan (Asmadi, 2008). Penderita stroke

harus di mobilisasi sedini mungkin ketika kondisi klinis dan neurologis

dan hemodinamik penderita sudah mulai stabil. Mobilisasi dilakukan

untuk secara rutin dan terus menerus untuk mencegah terjadinya

komplikasi stroke, terutama kontraktur.

Lewis (2007) mengemukakan bahwa sebaiknya latihan pada

penderita stroke dilakukan beberapa kali dalam sehari untuk mencegah

komplikasi, semakin dini proses rehabilitasi di mulai maka kemungkinan

penderita mengalami defisit kemampuan akan semakin kecil. Penelitian

menunjukkan bahwa latihan ROM dapat meningkatkan fleksibilitas dan

rentang gerak sendi.

Penerapan Range Of Motion (ROM)..., ASRI ENDAH HANDAYANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

32

P. Jenis ROM

Ada dua jenis ROM, yaitu ROM aktif dan ROM pasif.

1. Aktif ROM (Range of Motion)

Merupakan pergerakkan yang dilakukan oleh orang itu

sendiri atau secara mandiri (Kozier, 2008).

Tujuan dari ROM aktif yaitu : Meminimalisasi efek

imobilisasi, meningkatkan sirkulasi darah, memberikan

kekuatan yang cukup pada otot.

Indikasi : Kontraksi aktif dari otot menurun. Kekuatan otot

75%.

Kontra indikasi : Nyeri berat, sendi kaku atau tidak dapat

bergerak.

Prosedur pelaksanaan : Perawat memberikan bimbingan

dan intruksi atau motivasi kepada klien untuk

menggerakkan persendian-persendian tubuh sesuai dengan

rentang geraknya masing-masing.

2. Pasif ROM (Range of Motion)

Merupakan pergerakan yang dilakukan oleh seseorang yang

dibantu orang lain. Hal ini dilakukan karena seseorang

tidak punya kemampuan untuk melakukan pergerakkan

secara mandiri (Kozier,2008).

Penerapan Range Of Motion (ROM)..., ASRI ENDAH HANDAYANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

33

Tujuan : Mempertahankan fungsi sendi dan otot sebaik

mungkin, mempertahankan area sendi tetap fleksibel,

mempertahankan aliran darah.

Indikasi : Orang yang keterbatasan fisik, pasien yang

terimobilisasi di tempat tidur maupun kursi roda, kondisi

yang tidak memungkinkan melakukan ROM secara

mandiri.

Kontra indikasi : Emboli dan keradangan pembuluh darah,

kelainan sendi, klien fase imobilisasi karena penyakit

(jantung).

Prosedur pelaksanaan

a. Cuci tangan untuk mencegah tranfer organisme.

b. Jaga privasi klien.

c. Beri penjelasan kepada klien mengenai apa yang akan

anda kerjakan dan minta klien untuk dapat bekerja

sama.

d. Atur ketinggian tempat tidur klien yang sesuai agar

memudahkan perawat dalam bekerja, terhindar dari

masalah pada penjajaran tubuh dan pergunakan selalu

prinsip-prinsip mekanik tubuh.

e. Posisikan klien dengan posisi supinasi dekat dengan

perawat dan buka bagian tubuh yang akan digerakkan.

Penerapan Range Of Motion (ROM)..., ASRI ENDAH HANDAYANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

34

f. Letakkan kedua kaki dan letakkan kedua lengan

masing-masing sisi tubuh.

g. Kembalikan pada posisi awal setelah masing-masing

gerakan. Latihan gerakan dapat diulang hingga 3 kali,

hingga klien merasakan lebih membaik.

Q. Latihan Fisik

Adapun latihan fisik menurut Rudianto Sofwan, 2010 sebagai

berikut :

Latihan fisik pada penderita stroke, untuk penderita stroke

hemoragik (pendarahan) ataupun stroke iskemik (non-pendarahan),

sangatlah penting selain terapi farmakologi (obat-obatan) dan

terapi dengan modalitas alat, bahkan boleh dibilang merupakan

yang terpenting dari yang lain.

Seperti kita ketahui, ketika seseorang terserang stroke, sel-

sel di dalam otaknya mengalami kerusakan yang permanen.

Namun otak manusia diciptakan begitu hebatnya, sehingga sel-sel

otak yang masih hidup akan mengambil alih tugas sel-sel yang

sudah rusak. Sesaat setelah seseorang terkena stroke, ia akan

mengalami kelumpuhan pada satu sisi badan. Apabila hal ini tidak

ditangani secara baik dan benar, akan menimbulkan cacat

fungsional dari alat-alat gerak tubuh sisi badan tersebut, dan lama-

kelamaan akan lumpuh secara total dan kaku. Latihan fisik, selain

Penerapan Range Of Motion (ROM)..., ASRI ENDAH HANDAYANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

35

berguna untuk menghilangkan kekakuan, juga berguna untuk untuk

mengembalikan fungsi persendian secara optimal, dan pada

akhirnya akan memungkinkan penderita untuk melakukan kegiatan

sehari-hari secara mandiri.

Latihan fisik yang perlu dilakukan pasien pasca stroke

mencakup beberapa latihan, mulai dari pergerakkan otot-otot dari

lengan dan tungkai yang mengalami kelumpuhan, sampai dengan

latihan aktivitas sehari-hari seperti berjalan, makan, minum,

berpakaian, posisi duduk dan tidur yang benar, dan cara

memindahkan penderitadari satu tempat ke tempat yang lainnya.

Dengan latihan yang teratur, maka diharapkan penderita stroke

dapat mencapai hasil optimal dalam kurun waktu kurang lebih 3

bulan.

Posisi duduk yang benar adalah dengan memposisikan anggota

tubuhnya sebagai berikut :

1. Kedua telapak kaki menepak ke lantai.

2. Baik tubuh, paha, dan tungkai semua dalam posisi 90

3. Kepala menengadah ke depan (jangan menunduk).

4. Tulang punggung dan kepala diusahakan berada dalam satu

garis lurus.

5. Kedua tangan diletakkan disamping tubuh secara simetris.

Posisi tidur yang benar ada tiga macam, yaitu :

1. Posisi tidur ketika miring ke sisi yang lemah.

Penerapan Range Of Motion (ROM)..., ASRI ENDAH HANDAYANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

36

2. Posisi tidur telentang.

3. Posisi tidur ketika miring ke sisi yang sehat.

Latihan yang perlu dilakukan adalah menggerakkan otot kaki

dan tangan. Otot-otot kaki dan tangan yang mengalami

kelumpuhan, bila dibiarkan saja, lama-kelamaan akan menjadi

kaku dan kemudian terjadi kontraktur dalam keadaan menekuk

(fleksi). Latihan pergerakan otot kaki dilakukan terus menerus,

sehari sekali dengan pengulangan minimal 10 kali. Latihan ini

bervariasi, mulai dari pemijatan, pergerakkan, dan bantuan alat-alat

sederhana.

Berikut contoh latihan gerakkan sederhana yang dapat

dilakukan dirumah dengan bantuan penolong :

1. Latihan untuk lengan :

a. Genggamlah kedua lengan ke depan dengan ibu jari lengan

yang mengalami kelumpuhan terletak diatas.

b. Angkat lengan ke atas, lalu ketempat semula. Dapat

dibantu bila belum melakukan sendiri.

c. Gerakkan lengan ke kiri lalu ke kanan. Ulangi langkah

diatas perlahan-lahan dengan 10 kali pengulangan.

d. Luruskan lengan, tekuk lengan dengan tumpuan siku

perlahan, lalu kembali ke posisi semula.

Penerapan Range Of Motion (ROM)..., ASRI ENDAH HANDAYANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

37

e. Luruskan dengan telapak tangan menghadap kebawah.

Angkat lengan ke atas perlahan dan kembali ke posisi

semula. Ulangi sebanyak 10 kali.

f. Luruskan lengan dan pegang telapak lengan seperti

bersalaman.

g. Buka lengan ke samping dan kembali ke posisi semula.

h. Peganglah ujung jari dan tahan lengan menggunakan

lengan penolong satunya.

i. Tekuk pergelangan tangan ke atas dan kembali ke posisi

semula. Ulangi sebanyak 10 kali

2. Latihan untuk kaki :

a. Pada posisi duduk, tumpukan kaki yang mengalami

kelemahan diatas kaki yang normal.

b. Lalu usahakan untuk mengangkat kaki yang lemah ke atas

dengan sedikit bantuan dari kaki yang normal.

c. Tekuk kaki, angkat ujung kaki dengan bertumpu pada lutut

(penolong membantu tangan sebagai penompang kaki).

d. Luruskan kaki, angkat kaki ke atas dengan bertumpu pada

paha dan lutut, lalu kembali ke posisi lurus.

e. Luruskan kaki, tarik ke arah samping sampai maksimal.

Kembalikan ke posisi semula. Ulangi sebanyak 10 kali.

f. Peganglah ujung jari kaki dengan menggunakan tangan.

Penerapan Range Of Motion (ROM)..., ASRI ENDAH HANDAYANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018