BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Media Pembelajaran a ...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Media Pembelajaran a ...
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
Teori yang menjadi dasar dalam penelitian ini adalah media pembelajaran,
media pembelajaran layang-layang bilangan dan konsep nilai tempat bilangan.
1. Media Pembelajaran
a. Pengertian Media Pembelajaran
Seiring dengan perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan serta
teknologi mendorong untuk melakukan pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-
hasil teknologi pendidikan dalam proses belajar. Guru dituntut untuk mampu
menggunakan alat-alat yang disediakan oleh sekolah agar tujuan pembelajaran
yang diharapkan oleh sekolah dapat tercapai secara optimal. Selain guru dituntut
untuk mampu menggunakan alat-alat yang sudah tersedia di sekolah, guru juga
harus mampu dalam membuat media pembelajaran apabila di sekolah tersebut
tidak tersedia media pembelajaran yang dapat menunjang terhadap materi
pembelajaran yang akan disampaikan kepada siswa. Arsyad (2015: 3) menyatakan
bahwa “media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti
tengah, perantara atau pengantar”. Pada proses belajar mengajar media menurut
Arsyad (2015: 3) diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis atau elektronis
yang berfungsi untuk memproses kembali informasi visual dan verbal.
Media pembelajaran adalah bagian yang dapat membantu proses belajar
mengajar agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Arsyad (2015: 2)
menyatakan bahwa “media adalah bagian yang tidak dapat terpisahkan dari proses
belajar mengajar demi tercapainya tujuan pendidikan pada umumnya dan tujuan
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
9
pembelajaran di sekolah pada khususnya.” Selain itu, Hamalik dalam Maolani
(2017: 159) menyatakan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang
dapat digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi yang terdapat pada
materi yang disampaikan, merangsang pikiran siswa agar lebih berkembang,
merangsang perasaan, perhatian, dan kemauan siswa karena dengan adanya media
siswa menjadi termotivasi untuk mempelajari materi yang akan disampaikan oleh
guru sehingga dapat mendorong proses belajar dan mampu mengantarkan siswa
dalam pencapaian tujuan pembelajaran.
Berdasarkan pendapat dari beberapa sumber di atas dapat disimpulkan
bahwa media pembelajaran adalah alat atau segala sesuatu yang dapat digunakan
dalam proses belajar mengajar. Media pembelajaran bertujuan untuk merangsang
pikiran, perhatian, menyampaikan pesan atau informasi yang terkandung pada
sebuah materi pelajaran yang dapat membantu dan mempermudah siswa dalam
memahami materi pelajaran sehingga dapat tercipta pembelajaran yang
menyenangkan bagi siswa dan tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.
b. Fungsi Media dalam Proses Pembelajaran
Media pembelajaran sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran
mempunyai beberapa fungsi diantaranya yaitu fungsi secara umum, fungsi media
pembelajaran bagi pengajar dan bagi siswa. Adapun fungsi media pembelajaran
secara umum, Sadiman (2014: 17-18) menyatakan bahwa media mempunyai
beberapa fungsi diantaranya sebagai berikut:
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
10
1) Untuk memperjelas penyampaian pesan atau materi pembelajaran yang akan
diberikan kepada siswa, hal ini agar materi yang disampaikan tidak bersifat
verbalistis baik dalam bentuk kata-kata tertulis maupun lisan.
2) Untuk mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera misalnya:
a) Untuk memperlihatkan objek yang terlalu besar dan tidak mungkin untuk
dibawa ke kelas pada saat pembelajaran seperti pada materi mengenal alat
transportasi dan jenis hewan, maka dapat digantikan dengan realia,
gambar, film bingkai, film atau model.
b) Objek yang kecil seperti pada materi pembelajaran IPA untuk melihat
jenis-jenis bakteri, proses pencernaan makanan pada manusia, dan lain-
lain maka dapat dibantu dengan proyektor mikro, film bingkai, atau
gambar.
c) Gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat dapat dibantu dengan dengan
timelapse atau high-speed photography. Contoh penggunaan timelapse
dalam pembelajaran IPA yaitu dapat digunakan untuk membantu siswa
dalam memahami seluruh proses bagaimana perubahan kacang hijau
menjadi kecambah.
d) Kejadian atau peristiwa yang terjadi di masa lalu seperti pada
pembelajaran IPS menerangkan sejarah bangsa Indonesia maka dapat
ditampilkan lewat rekaman film, video, film bingkai, foto maupun secara
verbal.
e) Untuk memperlihatkan objek yang terlalu kompleks seperti mesin-mesin
maka dapat disajikan dengan model atau diagram.
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
11
f) Untuk membantu dalam menerangkan konsep yang terlalu luas seperti
pada saat menjelaskan materi yang berkaitan dengan gunung berapi,
gempa bumi, iklim, dan lain-lain maka dapat divisualkan dalam bentuk
film, film bingkai, gambar, dan lain-lain.
3) Penggunaan media secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif
siswa sehingga pada saat proses kegiatan pembelajaran siswa merasa tertarik
dan penasaran ingin mempelajari materi tersebut yang disajikan dengan
bantuan media pembelajaran. Dengan bantuan penyajian materi melalui media
maka akan muncul berbagai pertanyaan dari siswa, semangat dan gairah
belajar siswa akan meningkat dan suasana pembelajaran menjadi lebih hidup.
4) Media pembelajaran juga dapat berfungsi untuk mengatasi berbagai macam
keunikan siswa yang memiliki kemampuan, daya tangkap, memiliki
pengalaman dan berasal dari lingkungan yang berbeda-beda. Hal ini akan
mengalami kesulitan bagi guru apabila harus diatasi sendiri-sendiri. Maka
dengan adanya media pembelajaran dapat memberikan rangsangan yang sama,
mempersamakan pengalaman dan menimbulkan persepsi yang sama.
Selain fungsi media secara umum, terdapat pula enam pokok fungsi media
pembelajaran dalam proses belajar mengajar. Enam pokok fungsi media dalam
proses belajar mengajar menurut Sudjana dan Rivai dalam Sundayana (2016: 8-9)
yaitu sebagai berikut:
1) Sebagai alat bantu dalam kegiatan belajar mengajar media pembelajaran dapat
mewujudkan situasi belajar yang efektif karena dengan adanya media
pembelajaran materi yang disampaikan dapat lebih mudah dipahami oleh
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
12
peserta didik dan membantu memberikan pemahaman yang konkret kepada
siswa.
2) Media pengajaran adalah bagian integral dari keseluruhan situasi mengajar.
Hal ini adalah unsur yang harus dikembangkan oleh seorang guru. Guru harus
mengembangkan kemampuannya dalam membuat dan menggunakan media
pembelajaran sehingga kesulitan belajar yang dihadapi oleh siswa dalam
memahami materi pelajaran akan terpecahkan dan mendapatkan hasil yang
maksimal dalam pembelajaran.
3) Dalam pemakaian media pengajaran harus sesuai dengan bahan pelajaran yang
akan disampaikan serta harus melihat tujuan pembelajaran yang harus dicapai
oleh siswa.
4) Media pengajaran bukan sebagai alat hiburan, tetapi alat ini dijadikan untuk
melengkapi proses belajar mengajar supaya lebih menarik perhatian peserta
didik dan rasa penasaran dan minat belajar siswa lebih meningkat.
5) Media pembelajaran dapat mempercepat proses belajar mengajar serta dapat
membantu siswa lebih cepat dalam menangkap pengertian yang disampaikan
oleh guru.
6) Media pembelajaran dapat digunakan untuk meningkatkan mutu belajar
mengajar agar lebih baik.
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
13
Tiga fungsi utama media pembelajaran menurut Kemp dan Dayton dalam
Sundayana (2016: 9) diantaranya sebagai berikut:
1) Dapat memberikan motivasi minat atau tindakan sehingga dapat merangsang
dan melahirkan minat siswa. Media pengajaran yang dapat membantu hal
tersebut dapat direalisasikan melalui teknik drama atau hiburan.
2) Untuk menyajikan informasi, isi dan bentuk penyajian yang bersifat umum
dan penyajian tersebut dapat dikemas dalam bentuk hiburan, drama, atau
teknik motivasi.
3) Memberikan instruksi dengan tujuan informasi yang terdapat dalam media
harus melibatkan siswa dalam bentuk benak atau mental, bentuk aktivitas yang
nyata. Dengan demikian, dapat terjadinya pembelajaran yang memberikan
makna dan memberikan pengalaman pembelajaran secara langsung kepada
siswa.
Media pembelajaran menurut Sanaky dalam Sundayana (2016: 9)
memiliki fungsi untuk merangsang siswa dalam belajar dengan cara
menghadirkan duplikasi dari obyek yang sebenarnya dan obyek langkah,
membuat dari konsep yang abstak ke konsep yang konkret, memberi kesamaan
persepsi, mengatasi hambatan waktu, jarak, tempat dan jumlah jarak yang tidak
memungkinkan, menyajikan kembali informasi secara konsisten, suasana belajar
menjadi tidak tertekan, santai dan menarik sehingga tujuan pembelajaran dapat
tercapai.
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
14
Media pembelajaran juga memiliki fungsi yaitu bagi pengajar dan bagi
siswa seperti yang dikemukakan oleh Sanaky dalam Sundayana (2016: 10-11)
yaitu sebagai berikut:
1) Fungsi media pembelajaran bagi pengajar yaitu dapat memberikan pedoman
dan arah untuk mencapai tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Materi
pelajaran yang diberikan kepada siswa dijelaskan dengan struktur pengajaran
yang baik dan sistematis. Memudahkan pengajar dalam mengendalikan materi
pelajaran, membantu kecermatan dan ketelitian dalam menyampaikan materi
pelajaran. Selain itu, dapat membangkitkan rasa percaya diri pengajar karena
dengan adanya media pembelajaran dapat terbantu dan memudahkan pengajar
dalam penyampaian materi pelajaran yang dapat menimbulkan peningkatan
dalam kualitas pelajaran.
2) Fungsi media pembelajaran bagi siswa adalah untuk meningkatkan motivasi
belajar, memberikan variasi dalam pembelajaran sehingga siswa tidak merasa
bosan, materi pembelajaran yang disampaikan akan lebih terstruktur dan lebih
memudahkan siswa dalam belajar. Pokok-pokok informasi secara sistematik
dapat memudahkan siswa untuk belajar dan materi yang dipelajari mudah
dipahami. Media pembelajaran yang menarik dapat merangsang siswa untuk
fokus dan beranalisis. Menciptakan kondisi dan situasi belajar tanpa tekanan
sehingga tidak membebani siswa.
Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa media
pembelajaran mempunyai fungsi diantaranya materi yang disampaikan kepada
siswa dapat disampaikan melalui media pembelajaran secara jelas. Materi yang
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
15
tadinya bersifat abstak dapat menjadi konkret dengan bantuan media sehingga
dapat mempermudah siswa dalam memahami materi yang disampaikan guru.
Selain itu, guru dapat menjelaskan materi pelajaran dengan mudah, materi yang
disampaikan terstruktur dan suasana pembelajaran di dalam kelas menjadi lebih
hidup karena dengan adanya media pembelajaran dapat membantu menarik
perhatian dan minat siswa dalam belajar menjadi meningkat.
c. Manfaat Media Pembelajaran
Media pembelajaran sebagai alat bantu pada proses kegiatan belajar
mengajar dapat memberikan beberapa manfaat baik itu bagi siswa, bagi guru dan
juga manfaat bagi proses belajar mengajar yang memberikan dampak dan hasil
pembelajaran yang lebih maksimal. Manfaat dari media pembelajaran menurut
Sudjana & Rivai dalam Arsyad (2015: 28) diantaranya sebagai berikut:
1) Menggunakan media pembelajaran pada saat proses kegiatan belajar
mengajar, pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa karena siswa
tertatik dengan media tersebut maka rasa ingin tahu siswa terhadap
pembelajaran akan lebih besar. Motivasi dan semangat siswa dalam belajar
akan muncul.
2) Adanya media pembelajaran bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya
sehingga materi pelajaran dapat lebih dipahami dan dikuasai oleh siswa dan
tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.
3) Metode mengajar akan lebih bervariasi karena dengan menggunakan media
pembelajaran materi yang disampaikan oleh guru tidak secara verbal saja
melalui penuturan kata-kata, tetapi materi yang akan disampaikan guru dapat
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
16
disampaikan langsung melalui media pembelajaran. Media tersebut dapat
langsung diperagakan oleh siswa dan siswa dapat mengambil informasi secara
langsung dari media tersebut tanpa guru harus banyak melalukan penjelasan.
Hal tersebut dapat membuat siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan
tenaga, apalagi kalau guru mengajar pada setiap jam pelajaran.
4) Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar, karena siswa tidak
hanya mendengarkan uraian atau penjelasan dari guru saja, tetapi siswa
terlibat secara langsung dalam aktivitas lain seperti mengamati, melakukan,
mendemonstrasikan, memerankan materi yang sedang dipelajari melalui
pengunaan media pembelajaran tersebut.
Kemp dan Dayton dalam Sundayana (2016: 11-12) mengidentifikasi
beberapa manfaat dalam media pembelajaran antara lain sebagai berikut:
1) Setiap guru mempunyai penafsiran dan cara pandang yang berbeda-beda
terhadap suatu konsep materi pelajaran. Hal tersebut dapat dihindari melalui
bantuan media pembelajaran karena materi yang disampaikan kepada siswa
melalui media pembelajaran dapat diseragamkan, sehingga siswa dapat
memahami materi tersebut dengan penafsiran dan cara pandang yang sama.
2) Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik. Dengan berbagai
potensi yang dimiliki siswa, media dapat menampilkan informasi melebihi
suara, gambar, gerak dan warna baik secara alami maupun manipulasi.
Sehingga dengan bantuan media dapat memfasilitasi semua gaya belajar yang
dimiliki oleh siswa seperti contohnya siswa yang memiliki gaya belajar visual
maka dapat terfasilitasi dengan adanya media gambar dan siswa yang
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
17
memiliki gaya belajar audio visual maka dapat difasilitasi dengan media video
atau film.
3) Proses pembelajaran lebih interaktif. Jika penggunaan media pembelajaran
dirancang dengan sebaik mungkin maka media dapat membantu guru dan
siswa untuk melakukan komunikasi dua arah secara aktif selama proses
pembelajaran.
4) Efisiensi waktu dan tenaga. Dalam proses kegiatan belajar mengajar terkadang
guru harus menghabiskan banyak waktu untuk menjelaskan materi pelajaran
yang cukup banyak dan harus selesai seluruhnya tersampaikan kepada siswa
dengan jelas. Cara untuk mengatasi supaya hal tersebut tidak terjadi dapat
diatasi dengan memanfaatkan media visual secara verbal sehingga guru tidak
harus terlalu banyak menjelaskan. Contohnya dengan memperlihatkan gambar
atau video mengenai materi pelajaran tersebut dan dikolaborasi dengan
penjelasan guru secara singkat sebagai penguatan materi.
5) Meningkatkan kualitas belajar siswa. Penggunaan media membuat proses
pembelajaran lebih efisien dan membantu siswa untuk menyerap materi
pelajaran lebih mendalam dan utuh sehingga pemahaman siswa akan lebih
baik.
6) Dalam kegiatan proses belajar mengajar agar lebih leluasa dan fleksibel tidak
tergantung pada keberadaan guru, siswa, dan tempat belajar maka media dapat
dirancang sedemikian rupa disesuaikan dengan kebutuhan. Media
pembelajaran yang dirancang sesuai dengan kebutuhan dapat membuat
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
18
kegiatan belajar dapat lebih leluasa dan siswa dapat tetap berjalan untuk
melaksanakan kegiatan belajar.
7) Penggunaan media dapat menarik perhatian siswa untuk belajar sehingga
siswa dapat mencintai ilmu pengetahuan dan gemar mencari sendiri sumber-
sumber ilmu pengetahuan. Ketika siswa sudah gemar untuk mencari sumber
sendiri maka akan tertanam sikap dan kebiasaan dalam diri siswa untuk
berinisiatif mencari berbagai sumber yang diperlukan secara mandiri.
8) Menambah peran guru menjadi lebih positif. Guru yang tadinya berperan
sebagai satu-satunya sumber belajar bagi siswa, tetapi ketika guru
memanfaatkan media dengan baik maka siswa dapat mencari sumber atau
informasi sendiri melalui media tersebut. Media pembelajaran dapat membuat
guru menjadi lebih fokus untuk memberikan perhatian kepada siswa yang
mengalami kesulitan belajar, membentuk, dan memotivasi belajar siswa.
Media pembelajaran sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran yang
merupakan bagian dari teknologi pembelajaran, menurut Sundayana (2016: 22)
memiliki enam manfaat potensial dalam memecahkan masalah pembelajaran
yaitu:
1) Meningkatkan produktivitas pendidikan (Can make education more
productive). Media dapat meningkatkan produktivitas pendidikan diantaranya
dapat mempercepat laju belajar siswa, membantu guru untuk menggunakan
waktu dengan efektif, mengurangi beban guru dalam menyajikan informasi
sehingga aktivitas yang dilakukan oleh guru lebih banyak kepada hal dalam
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
19
membina dan mengembangkan gairah belajar siswa dengan cara memberikan
motivasi kepada siswa dan lain sebagainya.
2) Memberikan pembelajaran yang sifatnya lebih individual (Can make
education more individual). Dalam pembelajaran variasi belajar siswa akan
lebih bersifat individual, adanya pengurangan kontrol dari guru dalam proses
pembelajaran, dan siswa diberikan kesempatan untuk berkembang sendiri
dalam belajar yang disesuaikan dengan kemampuan yang dimiliki oleh
masing-masing siswa.
3) Memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap pembelajaran (Can make
instruction a more scientific base). Perencanaan program pembelajaran
disusun secara sistematis. Mulai dari pengembangan bahan pembelajaran yang
dilandasi berdasarkan penelitian tentang karakteristik siswa, karakteristik
bahan pembelajaran, analisis instruksional dan pengembangan desain
pembelajaran yang dilakukan dengan rangkaian uji coba yang dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
4) Make instruction more powerful yaitu membuat pembelajaran lebih mantap
dengan meningkatkan kapabilitas manusia menyerap informasi melalui
berbagai media komunikasi dan informasi serta data yang diterima akan lebih
banyak dan akurat.
5) Dengan media membuat proses pembelajaran menjadi lebih langsung/
seketika (Can make learning more immediate). Media pembelajaran dapat
mengatasi jurang pemisah antara siswa dengan sumber belajar, mengatasi
keterbatasan manusia pada ruang dan waktu dalam memperoleh informasi dan
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
20
dapat menyajikan informasi yang disampaikan kepada siswa secara konkret
meskipun secara tidak langsung.
6) Memungkinkan penyajian pembelajaran lebih merata dan meluas (Can make
access to education more equal). Dalam pembelajaran siswa akan
mendapatkan informasi yang sama dan meluas sehingga siswa dapat menggali
informasi lebih mendalam.
Bedasarkan pendapat dari beberapa sumber di atas dapat disimpulkan
bahwa manfaat media pembelajaran yaitu memperjelas penyampaian materi yang
dapat membuat siswa lebih menguasi materi, menyampaikan materi dengan
penafsiran yang sama, memberikan metode mengajar yang bervariasi, memotivasi
siswa dalam belajar, meningkatkan kualitas belajar siswa, siswa lebih banyak
melakukan kegiatan belajar, dan mengefektifkan waktu dalam pembelajaran.
Media pembelajaran sebagai bagian dari teknologi pembelajaran dapat mengatasi
dan memecahkan masalah pembelajaran.
d. Jenis dan Karkteristik Media Pembelajaran
Media pembelajaran memiliki berbagai jenis mulai dari media
pembelajaran visual, audio visual, dan media audio, alat peraga dan sebagainya.
Setiap media pembelajaran memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Sebelum
menggunakan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar guru terlebih
dahulu harus mengetahui karakteristik dan pengelompokan media pembelajaran.
Guru harus mengenal berbagai jenis media pembelajaran agar guru tidak salah
dalam memilih media pembelajaran yang akan digunakan dan sesuai dengan
materi yang akan disampaikan. Setiap media pembelajaran memiliki kemampuan,
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
21
cara pembuatan dan cara penggunaan yang berbeda-beda. Menurut Sanjaya
dalam Sundayana (2016: 13-14) bahwa media pembelajaran dapat diklasifikasikan
menjadi beberapa klasifikasi tergantung dari sudut pandangnya, diantaranya
adalah sebagai berikut:
1) Dilihat dari sifatnya, media dapat dibagi ke dalam beberapa jenis yaitu :
a) Media auditif merupakan media yang hanya dapat didengar saja atau
memiliki suara, contohnya radio dan rekaman suara.
b) Media visual yaitu media yang dapat dilihat saja dan tidak mengandung
suara. Contohnya seperti gambar, lukisan, foto, slide berbagai bentuk yang
dicetak seperti grafik, diagram, dan sebagainya.
c) Media audio visual yaitu media yang mengandung suara dan gambar yang
bisa dilihat oleh siswa, contohnya rekaman suara, slide suara, film. Media
ini dianggap sebagai media yang mempunyai kemampuan lebih baik dan
menarik karena mengandung unsur media jenis pertama dan kedua.
2) Dilihat dari kemampuan jangkauannya, media dapat pula dibagi ke dalam dua
jenis yaitu :
a) Media yang memiliki daya liput yang luas dan serentak, seperti radio dan
televisi. Melalui media ini siswa dapat mempelajari hal-hal atau kejadian-
kejadian yang aktual secara serentak tanpa harus menggunakan ruangan
khusus. Misalnya pada mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa sedang
mempelajari materi mengenai berita, maka siswa dapat mendengarkan atau
melihat suatu berita tentang bencana alam yang terjadi di wilayah
Indonesia secara langsung melalui radio atau televisi.
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
22
b) Media yang mempunyai daya liput yang terbatas oleh ruang dan waktu
contohnya seperti film slide, film, video, dan lain sebagainya.
3) Dilihat dari cara atau teknik pemakaiannya, media dapat dibagi menjadi dua
jenis yaitu:
a) Media yang dapat diproyeksikan seperti film, slide, film strip, transparasi
dll. Media ini adalah jenis media yang membutuhkan alat proyeksi khusus
seperti film projector, slide projector, dan Over Head Projector (OHP)
untuk memproyeksikan transparasi. Jika tidak ada alat proyeksi maka
media ini tidak dapat berfungsi.
b) Media yang tidak diproyeksikan yaitu media yang sering digunakan dalam
proses belajar dan tidak memerlukan listrik ataupun menggunakan
proyektor. Contohnya gambar, foto, lukisan, radio, dan lain sebagainya.
Pendapat lain dikemukakan oleh Rudy Brets dalam Sadiman (2014: 20)
mengklasifikasikan media menjadi tujuh yaitu pertama media audio visual gerak
seperti film bersuara, pita video, film pada televisi, dan animasi. Kedua media
audio visual diam seperti film rangkai suara, halaman suara, dan sound slide.
Ketiga media audio semi gerak seperti tulisan jauh bersuara. Keempat media
visual bergerak seperti film bisu. Kelima media visual diam seperti halaman cetak,
foto, microphone. Keenam media audio seperti radio, telepon, pita audio, dan
ketujuh yaitu media cetak contohnya seperti buku, modul, dan bahan ajar mandiri.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa jenis
dan karakteristik media pembelajaran dapat dilihat dari beberapa sudut pandang
yaitu dapat dilihat dari sifatnya, dilihat dari kemampuan jangkauannya, dan dilihat
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
23
dari cara atau teknik penggunaannya. Selain itu, media juga dapat
dilklasifikasikan ke dalam media audio visual gerak, audio visual, audio semi
gerak, visual, audio, dan media cetak.
e. Adobe Flash CS6
Adobe flash cs6 adalah sebuah software atau perangkat lunak yang telah
diperbaharui dari versi sebelumnya. Versi adobe flash sebelum adobe flash cs6
diantaranya adalah adobe flash cs3, adobe flash cs4, dan adobe flash cs5. Adobe
flash cs6 menurut Island Script dalam Fatimah (2016: 24) adalah software atau
perangkat lunak grafis yang dapat membuat objek animasi grafis yang dapat
didesain secara langsung sesuai dengan keinginan tanpa harus didukung dengan
menggunakan software grafis seperti illustrator atau photoshop. Adobe flash cs6
fitur-fiturnya lebih lengkap dan tidak dimiliki oleh adobe flash versi sebelumnya.
Adobe flash cs6 menurut Ariesto Hadi Sutopo dalam Fatimah (2016: 25)
mempunyai beberapa kelebihan jika dibandingkan dengan program lainnya. Pada
adobe flas cs6 dalam membuat berbagai macam animasi sangat mudah dan para
pengguna bisa membuat animasi dengan gerakan yang bebas sesuai dengan
konsep adegan animasi yang diinginkan. Selain itu, untuk pembuatan animasi atau
bahan ajar interaktif juga sangat mudah digunakan oleh para pengguna karena
tool, template dan component yang tersedia pada adobe flash cs6 sudah tersedia,
mudah digunakan, dan siap untuk digunakan. Adobe flash cs6 menghasilkan
ukuran file yang kecil sehingga bersifat fleksibel dan dapat dikonversi menjadi
file bertipe swf, html, jpg, png, exe, dan mov. Berikut ini adalah beberapa tampilan
komponen yang terdapat pada tampilan awal adobe flash cs6:
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
24
1) Create form template berfungsi untuk membuka lembar kerja dan template
yang sudah tersedia pada program adobe flash cs6.
2) Open a recent item berfungsi untuk membuka kembali file yang sudah
disimpan pada program adobe flash cs6.
3) Create new berfungsi untuk membuka lembar kerja yang baru dan dilengkapi
dengan beberapa pilihan script yang telah tersedia pada program adobe flash
cs6.
4) Learn berfungsi untuk mempelajari suatu perintah.
5) Toolbox adalah komponen yang berisi berbagai macam tombol yang berfungsi
untuk membuat suatu desain animasi mulai dari tombol seleksi, pen, pensil,
teks, dll.
6) Timeline adalah garis waktu yang berfungsi untuk mengatur dan mengontrol
jalannya animasi.
7) Layer berfungsi untuk menempelkan beberapa objek dalam stage agar dapat
diolah dengan objek yang lain.
8) Stage adalah layar panggung yang berfungsi untuk memainkan objek-objek
yang akan diberi animasi. Stage bisa digunakan untuk membuat gambar, teks,
memberi warna, dan lain sebagainya.
9) Panel properties berfungsi untuk menampilkan parameter dari sebuah tombol
yang terpilih. Tombol yang sudah terpilih tersebut dapat dimodifikasi dan
fungsi tombol tersebut dapat dimaksimalkan.
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
25
f. Pemilihan dan Penggunaan Media Pembelajaran
Dalam penggunaan media pembelajaran terdapat beberapa hal yang harus
diperhatikan agar tidak salah dalam memilih media pembelajaran yang tepat dan
benar-benar cocok sesuai dengan materi yang akan diberikan kepada siswa. Selain
itu, dalam pemilihan media pembelajaran harus memperhatikan karakteristik,
kondisi dan gaya belajar siswa agar media pembelajaran yang akan dipilih dapat
memfasilitasi dan membantu dalam proses kegiatan belajar mengajar. Pemilihan
dan penggunaan media pembelajaran sangat penting agar media pembelajaran
yang akan digunakan dalam pembelajaran dapat membantu dan memberikan
kemudahan bagi siswa dalam memahami materi pembelajaran, serta memudahkan
guru untuk menyampaikan sebuah pesan dan makna yang terkandung dari materi
pembelajaran yang dibawakan, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai
dengan optimal dan sesuai dengan yang diharapkan. Jangan sampai dengan
adanya penggunaan media pembelajaran membuat proses pembelajaran menjadi
terhambat dan memberikan dampak negatif yaitu pencapaian tujuan pembelajaran
kurang maksimal karena media yang digunakan tidak sesuai. Oleh karena itu,
dalam pemilihan media pembelajaran harus memperhatikan beberapa prinsip yang
perlu diperhatikan dan dipertimbangkan oleh guru. Sudirman N dalam Sundayana
(2016: 16-17) mengemukakan beberapa prinsip pemilihan media pembelajaran
yang dibagi menjadi tiga kategori diantaranya sebagai berikut:
1) Tujuan Pemilihan
Dalam pemilihan media yang akan digunakan harus berdasarkan dengan
maksud dan tujuan pemilihan media secara jelas. Dalam pemilihan media harus
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
26
diperhatikan tujuan penggunaannya misalnya untuk siswa belajar, untuk informasi
yang bersifat umum, atau untuk sekedar hiburan mengisi waktu kosong, untuk
pengajaran yang bersifat kelompok atau individual. Dalam pemilihan media
pembelajaran harus disesuaikan dengan tingkat kemampuan berpikir siswa,
sasarannya harus jelas media tersebut akan digunakan untuk usia TK, SD, SMP,
SMA, dan lain-lain.
2) Alternatif Pemilihan
Memilih pada hakikatnya adalah proses membuat keputusan dari berbagai
alternatif pilihan. Guru bisa menentukan pilihan media yang akan digunakan
apabila terdapat beberapa media yang dapat diperbandingkan dan disesuaikan
dengan kebutuhan yang cocok untuk dipakai. Dalam menggunakan media
hendaknya guru memperhatikan sejumlah prinsip tertentu agar penggunaan media
tersebut dapat mencapai hasil yang baik. Menurut Sudjana dalam Sundayana
(2016: 16-17) terdapat empat prinsip dalam pemilihan media yang harus
diperhatikan oleh guru pada waktu menggunakan media pembelajaran diantaranya
sebagai berikut:
a) Menentukan jenis media dengan tepat. Guru harus menentukan dan memilih
media yang akan digunakan disesuaikan dengan materi pelajaran dan tujuan
pembelajaran yang harus diacapai oleh siswa.
b) Menetapkan dan memperhitungkan subjek dengan tepat yaitu guru harus bisa
memperhitungkan media yang akan digunakan dengan tingkat kematangan
dan kemampuan anak didik.
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
27
c) Menyajikan media dengan tepat yaitu guru harus menggunakan media dengan
teknik dan metode yang disesuaikan dengan tujuan, bahan metode, waktu dan
juga sasaran yang ada.
d) Menempatkan atau memperlihatkan media pada waktu, tempat dan situasi
yang tepat artinya guru harus mengetahui waktu kapan dan dimana media itu
akan digunakan pada saat mengajar, karena media pembelajaran tersebut
tentunya tidak akan digunakan secara terus menerus untuk menjelaskan
sepanjang proses belajar mengajar.
3) Kriteria Pemilihan Media
Kriteria yang paling utama dalam pemilihan media pembelajaran yaitu
ketepatan tujuan pembelajaran artinya dalam menentukan media pembelajaran
harus dipertimbangkan bahwa dengan digunakannya media tersebut tujuan
pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan yang diinginkan. Ada beberapa hal
yang harus diperhatikan dalam pemilihan media diantaranya yaitu:
a) Dukungan terhadap isi bahan pelajaran. Bahan pelajaran yang sifatnya prinsip,
fakta, konsep, dan generalisasi sangat memerlukan bantuan media agar anak
lebih memahami materi yang disampaikan oleh guru dan dapat membantu
guru untuk memberikan pemahaman yang lebih konkret kepada peserta didik.
b) Kemudahan dalam memperoleh media yang akan digunakan, artinya dalam
memilih media yang akan digunakan, media tersebut harus berupa media yang
mudah diperoleh. Misalnya media gambar seperti gambar peta Indonesia dan
media grafis. Bahkan ketika media itu sulit diperoleh bisa dibuat sendiri oleh
guru.
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
28
c) Keterampilan guru dalam menggunakan media pembelajaran. Hal ini sangat
penting, karena apapun jenis media yang digunakan oleh guru syarat yang
utama adalah guru dapat menggunakan media tersebut dalam proses
pembelajaran. Nilai dan manfaat yang diharapkan adalah dampak dari
penggunaan media oleh guru yang terjadi pada saat siswa belajar dengan
lingkungannya.
d) Tersedia waktu untuk menggunakannya yaitu ketika memilih media yang akan
digunakan harus disesuaikan dengan alokasi waktu yang tersedia pada saat
proses belajar mengajar sehingga media tersebut dapat digunakan dengan
efektif dan bermanfaat bagi siswa.
e) Sesuai dengan taraf berpikir siswa yaitu media yang dipilih oleh guru harus
disesuaikan dengan tingkat kemampuan berpikir siswa agar makna atau pesan
yang ingin disampaikan dari media tersebut dapat mudah dipahami oleh siswa.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa dalam pemilihan
dan penggunaan media pembelajaran harus diperhatikan dalam memilih media
pembelajaran yang akan digunakan pada proses belajar mengajar agar tepat sesuai
dengan materi yang akan disampaikan. Diantaranya harus memperhatikan prinsip
tujuan artinya dalam memilih media pembelajaran harus jelas maksud dan tujuan
dipilihnya suatu media. Menggunakan alternatif pemilihan artinya dalam
pemilihan media guru harus bisa menentukan pilihan media yang akan digunakan
apabila terdapat beberapa pilihan media yang dapat diperbandingkan, maka dalam
pemilihannya harus memperhatikan prinsip pemilihan media. Prinsip pemlihan
media yang harus diperhatikan yaitu disesuaikan dengan materi, waktu serta
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
29
sasaran pembelajaran. Kriteria pemilihan media juga harus diperhatikan yaitu
dalam memilih media pembelajaran harus memenuhi kebutuhan dan dapat
mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.
g. Ciri-Ciri Media Pembelajaran
Setiap media pembelajaran memiliki ciri-ciri yang berbeda. Media
pembelajaran agar lebih mudah untuk digunakan dalam proses belajar mengajar,
seorang guru terlebih dahulu harus mengetahui ciri-ciri media pembelajaran. Ciri-
ciri media pembelajaran menurut Maolani (2017: 15) terdapat tiga ciri diantaranya
yaitu sebagai berikut:
1) Ciri fiksatif yaitu ciri yang menggambarkan kemampuan media dalam
merekam, menyimpan, melerstarikan dan mengkonstruksi suatu peristiwa atau
objek yang suatu saat dapat dilihat kembali tanpa mengenal waktu. Contohnya
yaitu media video tape, foto, audio tape, disket komputer, dan film seperti film
pada masa perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia.
2) Ciri manifulatif yaitu ciri yang menggambarkan kemampuan media untuk
merekam suatu kejadian yang memakan waktu selama berhari-hari dapat
disajikan kepada siswa dalam waktu yang singkat sekitar dua atau tiga menit
dengan teknik pengambilan time-lapse recording. Contohnya yaitu rekaman
mengenai video atau film proses daur hidup hewan pada kupu-kupu mulai dari
larva menjadi kepompong kemudian menjadi kupu-kupu dewasa.
3) Ciri distributif yaitu ciri media yang menggambarkan kemampuan
mentransportasikan suatu kejadian melalui ruang secara bersamaan disajikan
kepada sejumlah siswa dengan pengalaman yang sama mengenai kejadian itu.
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
30
Distribusi media tidak hanya terbatas paada satu kelas saja tetapi dapat
didistribusikan ke beberapa kelas dalam suatu wilayah sekolah tertentu.
Misalnya rekaman video, audio, dan disket komputer dapat disebar disetiap
penjuru tempat yang diinginkan. Ketika informasi tersebut direkam dalam
format media apa saja, maka dapat direproduksi hingga beberapa kali dan siap
untuk digunakan secara bersamaan di berbgai tempat secara berulang-ulang.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa media
pembelajaran memiliki tiga ciri. Pertama ciri fiksatif adalah kemampuan media
dalam merekam, menyimpan, melestarikan dan mengkonstruksi suatu peristiwa
atau objek. Kedua ciri manipulatif adalah kemampuan media untuk merekam
suatu kejadian yang memerlukan waktu berhari-hari tetapi dapat dipersingkat
dalam waktu beberapa menit. Ketiga ciri distributif yaitu kemampuan media untuk
mentransportasikan kejadian melalui ruang dan secara bersamaan dapat disajikan
kepada seluruh siswa dengan stimulus dan kejadian yang sama.
h. Pentingnya Media dalam Pembelajaran Matematika
Matematika adalah mata pelajaran yang berbeda dengan mata pelajaran
yang lainnya dan dianggap rumit oleh siswa, karena dalam mata pelajaran
matematika terdapat berbagai simbol-simbol dan konsep yang bersifat abstrak
sehingga membuat siswa merasa kesulitan dalam mempelajari mata pelajaran
matematika. Dalam kegiatan pembelajaran guru harus memperhatikan tujuan
pembelajaran yang harus dicapai dan menyesuaikan dengan tingkat kemampuan
berfikir siswa. Hal ini sejalan dengan pendapat menurut Hudojo dalam Sundayana
(2016: 29) bahwa matematika merupakan disiplin ilmu yang memiliki kekhususan
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
31
dibandingkan dengan disiplin ilmu yang lainnya juga harus memperhatikan
hakikat matematika yang berkenaan dengan konsep-konsep yang bersifat abstrak
dan kemampuan belajar siswa. Tanpa memperhatikan faktor dan tujuan tersebut
kegiatan belajar tidak akan berhasil. Seseorang dikatakan belajar jika di dalam diri
orang itu terdapat perubahan tingkah laku melalui suatu proses kegiatan.
Perubahan tingkah laku tersebut dapat diamati secara langsung dan ada juga yang
memerlukan waktu realtif lama disertai dengan usaha yang dilakukan sehingga
orang tersebut dari yang tadinya tidak mampu mengerjakan sesuatu menjadi
mampu mengerjakan.
Media pembelajaran sangat berperan penting dalam pembelajaran
matematika yaitu untuk meningkatkan kualitas pendidikan matematika. Menurut
Kreyenhbuhl dalam Sundayana (2016: 29) bahwa media pendidikan digunakan
untuk membangun pemahaman dan penguasaan objek pendidikan. Adanya
bantuan media pembelajaran pada kegiatan belajar mengajar maka konsep yang
terdapat dalam matematika dapat diperjelas melalui media pembelajaran, sehingga
peserta didik dapat membangun pemahamannya dan materi yang dipelajari dapat
dikuasi dengan baik oleh siswa.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa media
pembelajaran mempunyai peran yang penting dalam pembelajaran matematika.
Peran tersebut yaitu untuk membangun pemahaman dan penguasaan siswa dalam
mempelajari suatu materi yang disampaikan oleh guru dalam proses
pembelajaran.
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
32
2. Media Pembelajaran Layang-layang Bilangan
a. Pengertian Media Pembelajaran Layang-layang Bilangan
Media pembelajaran layang-layang bilangan merupakan media
pembelajaran yang dapat digunakan untuk membantu guru dalam menyampaikan
materi konsep nilai tempat bilangan pada mata pelajaran matematika. Selain itu,
adanya media pembelajaran ini dapat mempermudah siswa dalam memahami
konsep nilai tempat bilangan untuk menentukan nilai tempat mulai dari ratusan,
puluhan, dan satuan dan nilai bilangannya. Media pembelajaran layang-layang
bilangan jika dilihat dari sifatnya termasuk ke dalam media audio visual
berbantuan adobe flash cs6 karena media pembelajaran layang-layang bilangan ini
dibuat aplikasi media layang-layang bilangan yang di dalamnya terdapat menu
petunjuk penggunaan yang berisi tata cara penggunaan media dan akan mucul
suara pemadu. Pada media layang-layang bilangan terdapat menu pembelajaran
yaitu menu yang berfungsi untuk siswa mempelajari konsep nilai tempat bilangan
sambil bermain memindahkan kartu sesuai dengan nilai tempatnya. Menu
selanjutnya yaitu menu latihan dan quiz yang berisi soal-soal materi konsep nilai
tempat bilangan sebagai sarana untuk siswa belajar mengerjakan soal.
b. Alasan Penamaan Media Pembelajaran Layang-layang Bilangan
Media pembelajaran ini disebut sebagai media pembelajaran layang-
layang bilangan karena pada media pembelajaran ini terdapat beberapa kartu
bilangan yang berbentuk layang-layang. Selain itu, terdapat pula gambar koin,
gambar satu piring stroberi yang berisi 10 buah, dan gambar korek api untuk
mengkongkritkan penjabaran konsep nilai tempat bilangan. Pada bagian bawah
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
33
setiap gambar yang melambangkan nilai tempat ratusan, puluhan, dan satuan ini
diberikan kotak cadangan untuk menyimpan gambar koin, gambar satu piring
stroberi yang berisi 10 buah, dan gambar korek api sebagai penjabaran konsep
dari angka. Misalnya ketika diberikan soal bilangan 323, angka pada tempat
ratusan adalah angka 3, maka gambar koin yang disimpan pada kotak cadangan
sebanyak 3 buah karena setiap 1 buah koin memiliki nilai 100. Pada tempat
puluhan adalah angka 2, maka gambar satu piring stroberi yang disimpan pada
kotak cadangan sebanyak 2 buah, karena setiap gambar satu piring stroberi yang
berisi 10 buah memiliki nilai 10. Angka 3 yang terakhir mempunyai nilai tempat
satuan maka gambar korek api yang disimpan pada kotak cadangan sebanyak 3
buah karena setiap 1 buah korek api memiliki nilai 1. Setelah selesai memasukkan
ketiga gambar pada kotak cadangan, selanjutnya siswa menghitung jumlah
gambar pada masing-masing kotak cadangan dan menuliskan jumlahnya dengan
mengambil kartu layang-layang bilangan dan simpan kartu tersebut pada garis
ratusan, puluhan, dan satuan. Ketika siswa menjumlahkan gambar yang terdapat
pada kotak cadangan dan menuliskan jumlahnya pada garis ratusan, puluhan, dan
satuan maka siswa akan mengetahui nilai bilangan pada suatu lambang bilangan.
Contohnya jika soal 323, maka jumlah koin yang terdapat pada kotak cadangan
ratusan berwarna merah adalah 3 buah dan jumlahnya 300, maka siswa
mengambil layang-layang bilangan warna merah angka 3 dan di simpan di garis
ratusan. Pada kotak cadangan puluhan berwarna biru terdapat 2 piring stroberi
yang masing-masing piring berisi 10 buah stroberi dan jumlah keseluruhannya
menjadi 20, maka siswa mengambil layang-layang bilangan warna biru angka 2
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
34
dan di simpan di garis puluhan. Pada kotak cadangan puluhan berwarna kuning
terdapat 3 buah korek api dan jumlahnya 3, maka siswa mengambil layang-layang
bilangan warna kuning angka 3 dan di simpan di garis satuan. Nilai bilangan pada
soal lambang bilangan 323 yaitu 300 + 20 + 3.
Kotak cadangan yang di letakkan di bawah gambar koin, gambar satu
piring stroberi yang berisi 10 buah, dan gambar korek api bertujuan untuk
memberikan pemahaman konsep bahwa setiap angka pada suatu bilangan
mempunyai nilai tempat yang berbeda-beda walaupun angkanya sama. Seperti
pada contoh angka 3 yang pertama mempunyai nilai tempat ratusan sedangkan
angka 3 yang terakhir pada posisi ketiga mempunyai nilai tempat satuan. Di
bawah kotak cadangan ini tedapat penjabaran nilai bilangan dari angka yang
mendakan ratusan, puluhan, dan satuan. Pada media ini di pojok kanan atas
dilengkapi dengan papan bilangan atau bisa disebut layang-layang karakter untuk
pemberian soal. Di bawah papan bilangan atau disebut layang-layang karakter
terdapat tiga buah kotak berjejer ke bawah sebagai tempat penyimpanan
kumpulan gambar koin, gambar satu piring stroberi yang berisi 10 buah, dan
gambar korek api.
3. Konsep Nilai Tempat Bilangan
Bilangan adalah konsep matematika yang digunakan untuk pencacahan
dan pengukuran. Bilangan adalah sebutan untuk menyatakan jumlah atau
banyaknya sesuatu. Lambang atau simbol yang digunakan untuk mewakili suatu
bilangan disebut dengan angka atau lambang bilangan. Pengertian bilangan
menurut Febriayanti & Prastowo (2014: 31) adalah “kumpulan angka yang
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
35
menempati urutan sebagai satuan, puluhan, ratusan, ribuan, dan seterusnya”.
Berikut ini adalah susunan nilai tempat :
a. Bilangan satuan adalah bilangan yang disusun dimulai dari angka 0 sampai 9.
b. Bilangan puluhan adalah bilangan yang disusun dimulai dari angka 10-99.
c. Bilangan ratusan adalah bilangan yang disusun dimulai dari angka 100-999.
d. Bilangan ribuan adalah bilangan yang disusun dimulai dari angka 1.000-9.999.
Nilai tempat menurut Haryono, dkk (2014: 49) dapat diartikan sebagai
nilai suatu angka dalam suatu bilangan yang mempunyai nilai tempat dengan
berbagai tingkatan tergantung dari letak suatu bilangan tersebut. Tingkatan tempat
tersebut terdiri dari mulai satuan, puluhan, ratusan, ribuan, puluh ribuan sampai
seterusnya. Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat Untoro & Tim Guru
Indonesia (2010: 2) bahwa “nilai tempat bilangan adalah bilangan yang tersusun
atas beberapa angka, dimana tiap angka mempunyai nilai tempat yang berbeda
tergantung letaknya”. Menurut Seputra & Amin dalam Haryono (2014: 51) bahwa
konsep nilai tempat bilangan mempunyai contoh yaitu “bilangan 15, angka 1
mempunyai nilai 1 puluhan dan angka 5 mempunyai nilai satuan. Nilai tempat 1
adalah sepuluh, nilai bilangannya 10, nilai tempat 5 adalah satuan, nilai
bilangannya 5”. Nilai tempat bilangan ratusan menurut Gunanto & Adhalia (2016:
9) terdapat tiga angka dimana setiap angka mempunyai nilai yang berbeda sesuai
tempatnya. Contohnya seperti pada bilangan 333 terdiri dari 3 angka. Nilai tempat
pada angka 3 sebelah kiri yaitu ratusan serta mempunyai nilai 300, nilai tempat
pada angka tiga pada posisi tengah yaitu puluhan serta mempunyai nilai 30, dan
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
36
nilai angka 3 pada posisi paling kanan nilai tempatnya adalah satuan dan
mempunyai nilai 3.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa nilai tempat bilangan adalah suatu bilangan
yang mempunyai nilai tempat yang berbeda-beda tergantug dari letaknya. Nilai
tempat tersebut diantaranya adalah satuan, puluhan, ratusan, ribuan, puluh ribuan,
dan ratusan ribu.
Numerasi yang banyak digunakan oleh orang saat ini adalah menggunakan
sistem nilai tempat. Sistem tersebut adalah sistem numerasi Hindu-Arab. Sistem
numerasi Hindu-Arab adalah sistem numerasi yang menggunakan 10 angka atau
digit yaitu 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9. Secara umum menurut Haryono (2014: 50)
bahwa “numerasi yang banyak digunakan orang saat ini yaitu menggunakan
sistem nilai tempat adalah sistem numerasi Hindu-Arab. Sistem numerasi Hindu-
Arab juga disebut dengan sistem numerasi desimal”. Menurut Troutman &
Lictenberg dalam Haryono (2014: 50) bahwa sistem numerasi Hindu-Arab itu
mempunyai beberapa karakteristik yang berkaitan dengan nilai tempat bilangan
diantaranya sebagai berikut:
a. Mengandung sistem bilangan dasar sepuluh. Artinya setiap
sepuluh satuan dikelompokkan menjadi satu puluhan, setiap
sepuluh puluhan menjadi satu ratusan, dan seterusnya. Jadi
pada lambang bilangan dasar sepuluh, tempat paling kanan
adalah tempat satuan dengan nilai tempatnya satu, tempat
sebelah kiri tempatnya puluhan dengan nilai tempatnya
sepuluh, dan seterusnya.
b. Menggunakan sistem nilai tempat. Contohnya pada bilangan
554321, nilai tempatnya adalah sebagai berikut:
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
37
5 5 4 3 2 1
Ratusan Ribu
Puluhan Ribu
Ribuan
Ratusan
Puluhan
Satuan
Gambar 1.
Pemetaan Nilai Tempat Bilangan
Sumber: Haryono (2014: 50)
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa sistem numerasi
arab adalah sistem numerasi yang memiliki bilangan dasar sepuluh dan
menggunakan sistem nilai tempat ratusan ribu, puluhan ribu, ribuan, ratusan,
puluhan, dan satuan.
B. Profil SD Negeri 2 Singaparna
SDN 2 Singaparna terletak di Kampung Cimanglid Desa Singaparna
Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya. SDN 2 Singaparna adalah
sekolah dasar yang berstatus sebagai sekolah negeri dengan tanggal SK pendirian
1910-01-01. Luas tanah yang dimiliki adalah seluas 2390 m2. SDN 2 Singaparna
adalah sekolah di bawah pimpinan seorang kepala sekolah yaitu Iis Rohayati,
S.Pd, MM.Pd. Jumlah guru di SDN 2 Singaparna yaitu sebanyak 8 orang.
Sebanyak 6 orang sebagai guru kelas dan 2 orang sebagai guru pendidikan
jasmani dan guru agama. Jumlah siswa di SDN 2 Singaparna dari mulai kelas I
sampai kelas VI berjumlah 141 orang. Adapun jumlah rombongan belajar di SDN
2 Singaparna yaitu berjumlah 1 rombel. Kurikulum yang digunakan di SDN 2
Singaparna yaitu Kurikulum 2013.
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
38
C. Kajian Penelitian yang Relevan
Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah :
1. Penelitian yang dilakukan oleh Syafris Novembris yang berjudul
“Meningkatkan Pemahaman Konsep Nilai Tempat Bilangan Melalui Media
Blok Dienes Pada Anak Tunagrahita Ringan di Kelas D IV C SDLB Talawi
Kota Sawahlunto”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan
menggunakan media blok dienes dapat meningkatkan kemampuan
pemahaman konsep nilai tempat bilangan pada anak tunagrahita ringan di
kelas D IV C SDLB Talawi Sawahlunto dengan presentase hasil awal sebelum
dilaksanakan penelitian AH hanya mencapai 30% dan setelah diberikan
tindakan pada siklus I menjadi 62% lalu pada siklus II menjadi 77%.
Kemampuan AR hanya memiliki kemampuan 20% menjadi 54% setelah
diberikan tindakan pada siklus I, hasil yang diperoleh meningkat menjadi 85%
setelah diberikan tindakan pada siklus II. Terjadi peningkatan yang signifikan
terhadap AR sehingga dapat disimpulkan bahwa kemampuan pemahaman
konsep nilai tempat bilangan dapat ditingkatkan melalui media blok dienes.
Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini terletak pada
permasalahan materi pembelajaran matematika yaitu mengenai konsep nilai
tempat bilangan. Perbedaannya yaitu penelitian yang dilakukan sebelumnya untuk
meningkatkan pemahaman konsep nilai tempat bilangan dengan menggunakan
media blok dienes, sedangkan peneliti ingin mengembangkan media pembelajaran
layang-layang bilangan pada konsep nilai tempat bilangan.
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
39
2. Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan
oleh Dita Risfamelia yang berjudul “Efektivitas Media Dedak-Dedak untuk
Meningkatkan Kemampuan Mengenal Nilai Tempat Bilangan Bagi Anak
Berkesulitan Belajar Matematika”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
dengan menggunakan Media Dedak-Dedak dapat meninggkatkan kemampuan
mengenal nilai tempat bilangan bagi anak berkesulitan belajar matematika
dengan presentase pada kondisi baseline A1 hanya 10% dan pada kondisi B
setelah diberikan tindakan dengan menggunakan media dedak-dedak
meningkat menjadi 90% dan pada baseline A2 yaitu 100%.
Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini terletak pada
permasalahan materi pembelajaran matematika yaitu mengenai konsep nilai
tempat bilangan. Perbedaannya yaitu penelitian yang dilakukan sebelumnya untuk
meningkatkan kemampuan mengenal konsep nilai tempat bilangan dengan
menggunakan media dedak-dedak, sedangkan peneliti ingin mengembangkan
media pembelajaran layang-layang bilangan pada konsep nilai tempat bilangan.
3. Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan
oleh Rita Novita dan Mulia Putra yang berjudul “Peran Desain Learning
Trajectory Nilai Tempat Bilangan Berbantukan Video Animasi Terhadap
Pemahaman Konsep Nilai Tempat Siswa Kelas II SD”. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa learning trajectory dapat memberi kesempatan siswa
untuk menemukan kembali (reinvent) dan memahami konsep nilai tempat.
Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini terletak pada
permasalahan materi pembelajaran matematika yaitu mengenai konsep nilai
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
40
tempat bilangan. Perbedaannya yaitu penelitian yang dilakukan sebelumnya untuk
memberikan pemahaman konsep nilai tempat dengan menggunakan peran
learning trajectory dengan berbantukan video animasi, sedangkan peneliti ingin
mengembangkan media pembelajaran layang-layang bilangan pada konsep nilai
tempat bilangan.
4. Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan
oleh Gluck dalam Nagel, dkk yang berjudul “Students' Explanations of Place
Value in Addition and Subtraction”. Hasil penelitian Gluck dalam Nagel, dkk
(1998) bahwa:
Finds that working with numbers in both concrete and symbolic
forms helps students acquire an understanding of place value.
Active involvement in these experiences creates valuable learning
opportunities for young children. Discussions and activities that
focus on trading, exchanging, and regrouping, along with a shared
language of these mathematical processes, expose children to
experiences that help develop vocabulary and construct meaning
for place value.
Jadi, hasil penelitian Gluck dalam Nagel, dkk (1998) menunjukkan dengan
melibatkan siswa untuk bekerja dengan angka dalam bentuk konkret dan simbolis
membantu siswa memperoleh pemahaman tentang nilai tempat. Keterlibatan aktif
dalam pengalaman ini menciptakan peluang pembelajaran yang berharga bagi
anak-anak. Diskusi dan kegiatan yang berfokus pada perdagangan, pertukaran,
dan pengelompokan kembali secara bersama dengan menggunakan bahasa yang
sama dari proses matematika ini, memaparkan anak-anak pada pengalaman yang
dapat membantu mengembangkan kosakata dan membangun makna untuk nilai
tempat.
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
41
Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini terletak pada
permasalahan materi pembelajaran matematika yaitu mengenai konsep nilai
tempat bilangan. Perbedaannya yaitu penelitian yang dilakukan sebelumnya untuk
memberikan pemahaman konsep nilai tempat dengan melibatkan siswa untuk
bekerja dengan angka dalam bentuk konkret dan simbolis melalui diskusi dan
kegiatan perdagangan, pertukaran, dan pengelompokan kembali secara bersama
dengan bahasa yang sama, sedangkan peneliti ingin mengembangkan media
pembelajaran layang-layang bilangan pada konsep nilai tempat bilangan.
5. Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan
oleh Mc Guire & Mable yang berjudul “Analysis of Place Value Instruction
and Development IN Pre-Kindergarten Mathematics”. Hasil penelitian Mc
Guire dan Mable (2013) bahwa:
Research at the pre-kindergarten (Pre-K) level is limited.
Providing an overview of two-digit place value instruction in Pre-
K and describes the component parts of a research based math
curriculum, My Teaching Partner Math (MTP Math). The results
of a video analysis of classroom interactions across four MTP
Math place value activities facilitated by two high quality teachers.
Particular attention is given to the primary conceptual hurdles
faced by students, as well as the scaffolding strategies employed by
teachers. Results indicate that students possess a conceptual
understanding of the ones place prior to the tens place and initially
struggle the concept of unitizing groups of ten.
Jadi, hasil penelitian Mc Guire & Mable (2013) menunjukkan dengan
memberikan gambaran tentang instruksi nilai tempat dua digit yang
menggambarkan bagian komponen dari penelitian berbasis kurikulum matematika
yaitu My Teaching Partner Math (MTP Matematika) di Pra Taman Kanak-Kanak
menunjukkan hasil bahwa siswa dapat memiliki pemahaman konseptual tentang
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
42
nilai tempat sebelum tempat puluhan dan awalannya yang mengemban konsep
unitisasi kelompok sepuluh.
Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini terletak pada
permasalahan materi pembelajaran matematika yaitu mengenai konsep nilai
tempat bilangan. Perbedaannya yaitu penelitian yang dilakukan sebelumnya untuk
memberikan pemahaman konseptual nilai tempat dengan menggunakan My
Teaching Partner Math (MTP Matematika) di Pra Taman Kanak-Kanak. My
Teaching Partner Math yaitu teknik yang diterapkan pada pembelajaran
matematika yang difasilitasi oleh dua orang guru berkualitas tinggi dengan
memberikan perhatian khusus terhadap rintangan konseptual utama yang dihadapi
oleh siswa, serta strategi perancah yang digunakan oleh guru agar siswa memiliki
pemahaman konseptual mengenai nilai tempat bilangan, sedangkan peneliti ingin
mengembangkan media pembelajaran layang-layang bilangan pada konsep nilai
tempat bilangan.
6. Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan
oleh Thompson yang berjudul “The Influence of Structural Aspects of The
English Counting Word System on The Teaching and Learning of Place
Value”. Hasil penelitian Fuson & Briars dalam Thompson (1998)
menunjukkan bahwa:
“Thirty-six children in the sample had produced evidence of
successful mental calculation with two-digit numbers”.
Pendekatan yang dapat digunakan terhadap pengajaran nilai tempat untuk
anak-anak kelas satu dan dua yaitu dengan pengajaran operasi yang melibatkan
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
43
angka dua dan tiga digit (angka multi-digit). Menurut Fuson & Briars dalam
Thompson (1998) bahwa:
The teaching of operations involving two- and three-digit numbers
(multi-digit numbers). They argue that the English spoken system
of number words constitutes a “named-value” system for the
values of hundred, thousand and million. In such a system a
number word is spoken and then the word immediately following it
gives its value. For example, in the number “four thousand eight
hundred”, the thousand gives the value of the four, so that the
reader knows that it is not four tens that are being referred to. In a
similar way the hundred gives the value of the eight. The authors
contrast this with the system of written multi-digit number marks,
which they describe as a “positional base-ten” system wherein the
values which were explicitly named in the spoken system are now
implicitly indicated by the relative positions of the number mark.
Jadi, hasil penelitian Thompson (1998) menunjukkan sebanyak tiga puluh
enam sampel membuktikan telah sukses dengan menggunakan penghitungan
mental melalui pendekatan pengajaran operasi yang melibatkan angka dua digit
pada pembelajaran nilai tempat bilangan.
Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini terletak pada
permasalahan materi pembelajaran matematika yaitu mengenai konsep nilai
tempat bilangan. Perbedaannya yaitu penelitian yang dilakukan sebelumnya untuk
membangun struktur konseptual nilai tempat dengan menggunakan pengajaran
operasi yang melibatkan angka dua dan tiga digit (angka multi-digit) sistem nilai-
bernama untuk nilai-nilai seratus, seribu, dan juta. Dalam sistem semacam itu,
kata nomor diucapkan dan kemudian kata segera setelah itu memberikan nilainya.
Misalnya, dalam angka empat ribu delapan ratus, seribu memberi nilai empat,
sehingga pembaca tahu bahwa itu bukan empat puluh yang sedang dirujuk.
Melalui cara yang sama, seratus memberi nilai delapan. Hal ini dapat
mengontraskan sistem tanda angka multi-digit tertulis, yang mereka gambarkan
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
44
sebagai sistem pangkat dasar sepuluh dimana nilai-nilai yang secara eksplisit
dinamai dalam sistem lisan dan secara implisit ditunjukkan oleh posisi relatif dari
tanda angka, sedangkan peneliti ingin mengembangkan media pembelajaran
layang-layang bilangan pada konsep nilai tempat bilangan.
7. Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan
oleh Costello (2016) yang berjudul “MB4T (Mathematics By And For
Teachers): Teaching Place Value Through The Operations”. Hasil penelitian
Costello (2016) bahwa:
When working with the four operations in the classroom, I use
problems that provide a context, a problem to engage with, and a
purpose. However, for this article, with brevity being important, I
will focus on the actual procedure of the operation, not identifying
an operation or relating the response back to the problem. In
addition to this, I would like to preface that for the following
problems, it may be useful to approach a place value by the
number of units (e.g., 8000 is 8 x 1 thousand) or expanded form
(e.g., 345 = 300 + 40 + 5). In the four work samples above, there
is evidence as to how place value was applied to solve the
operations. In each of the problems, the numbers were
decomposed into units (ones, tens, hundreds, thousands, tenths) for
the purpose of strengthening place value while adding,
subtracting, multiplying, and dividing. We are solving problems by
place value rather than procedure. In this way, students continue
to develop their understanding of numbers versus rote process of
an algorithm.
Jadi, hasil penelitian Costello (2016) menunjukkan dengan menggunakan
pengajaran nilai tempat melalui prosedur operasi. Melalui cara tersebut siswa
dapat terus mengembangkan pemahaman mengenai angka dibandingkan dengan
proses hafalan dari suatu logaritma.
Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini terletak pada
permasalahan materi pembelajaran matematika yaitu mengenai konsep nilai
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
45
tempat bilangan. Perbedaannya yaitu penelitian yang dilakukan sebelumnya untuk
memecahkan masalah nilai tempat melalui prosedur operasi yaitu menggunakan
prosedur operasi yang sebenarnya dan tidak mengidentifikasi operasi atau
menghubungkan kembali dengan masalah, tetapi masalah tersebut akan berguna
dengan menggunakan pendekatan nilai tempat dengan jumlah unit angka misalnya
(8000 = 8 x 1000) atau dengan bentuk yang diperluas misalnya (345 = 300 + 40 +
5). Melalui cara tersebut siswa dapat terus mengembangkan pemahaman
mengenai angka dibandingkan dengan proses hafalan dari suatu logaritma,
sedangkan peneliti ingin mengembangkan media pembelajaran layang-layang
bilangan pada konsep nilai tempat bilangan.
8. Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan
oleh Freeman (2018) yang berjudul “An Alternative Tool For Teaching Place
Value”. Hasil penelitian Freeman (2018) bahwa:
There was a similar result in an intervention group of 8- and 9-
year-old children. A child who counted 30 times on her Angers at
the pre-intervention stage when posed with the question 25 + 30,
scored as well as the best performer in the control group,
obtaining 90% in the post-intervention test, up from 60%. Another
significant change was noted in a boy within the intervention
group who could only answer 10 + 7 at the pre-intervention stage,
with a score of 28%. He subsequently scored 75% on the post-
intervention test where he completed all sums mentally. Prior to
the intervention, he explained that he was not sure of numbers
beyond one hundred.
Jadi, hasil penelitian Freeman (2018) menunjukkan dengan
menggunakan alat operasi soroban pada kelompok intervensi anak usia 8 dan 9
tahun. Seorang anak yang menghitung 30 kali pada Angers-nya pada tahap pra-
intervensi ketika diajukan dengan pertanyaan 25 + 30, mencetak gol serta pemain
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
46
terbaik dalam kelompok kontrol, memperoleh 90% dalam tes pasca-intervensi,
naik dari 60%. Perubahan signifikan lainnya tercatat pada anak laki-laki dalam
kelompok intervensi yang hanya bisa menjawab 10 + 7 pada tahap pra-intervensi,
dengan skor 28%. Dia kemudian mencetak 75% pada tes pasca-intervensi di mana
ia menyelesaikan semua jumlah mental. Sebelum intervensi, dia menjelaskan
bahwa dia tidak yakin jumlahnya melebihi seratus.
Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini terletak pada
permasalahan materi pembelajaran matematika yaitu mengenai konsep nilai
tempat bilangan. Perbedaannya yaitu penelitian yang dilakukan sebelumnya untuk
memecahkan masalah nilai tempat dengan menggunakan alat operasi soroban
yaitu misalnya dengan cara mendorong 4 manik-manik bawah ke atas pada batang
ratusan yang ada pada alat operasi soroban berarti kita menghitung 400 karena
masing-masing manik-manik memiliki nilai 100. Setiap manik atas di atas bar
tengah bernilai lima kali lebih banyak dibandingkan dengan manik-manik bawah.
Misalnya, mendorong manik atas ke bawah pada batang unit berarti kita
menghitung lima. Ketika anak-anak sudah familiar dengan nilai manik-manik di
sebelah kiri batang unit, mengenai pengenalan tempat desimal akan lurus ke
depan menggunakan batang di sebelah kanan unit/batang. Contoh lain misalkan
anak-anak dapat melihat bahwa 13 terbuat dari 10 dan 3. Jika mereka perlu
menambahkan 10 lagi, mereka dapat dengan cepat menambahkan pada puluhan
dari puluhan pada batang puluhan tanpa harus menghitung 10 unit, untuk sampai
pada 23 sehingga siswa dapat memahami dengan mudah menyelesaikan soal nilai
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
47
tempat, sedangkan peneliti ingin mengembangkan media pembelajaran layang-
layang bilangan pada konsep nilai tempat bilangan.
D. Kerangka Pikir
Penggunaan media pembelajaran dapat membantu guru dalam
menyampaikan materi pembelajaran sehingga siswa dapat lebih mudah dalam
memahami materi yang disampaikan oleh guru. Media pembelajaran yang
digunakan sebagai alat untuk menyampaikan materi yang akan diberikan kepada
siswa harus menggunakan media yang menarik dan cocok dengan materi yang
akan disampaikan, sehingga siswa akan lebih tertarik, akan timbul rasa penasaran
untuk mempelajari materi tersebut, materi yang tadinya bersifat abstrak dapat
menjadi konkrit dan akan membuat peserta didik menjadi lebih aktif dalam
pembelajaran.
Berdasarkan hambatan yang ditemui di lapangan bahwa dalam
pembelajaran matematika pada konsep nilai tempat bilangan siswa kurang
memahami materi konsep nilai tempat bilangan dan harus dijelaskan secara
berulang-ulang terutama kepada siswa yang mengalami kesulitan belajar. Selain
itu, guru mengalami hambatan dan keterbatasan dalam membuat media
pembelajaran, sehingga pada pembelajaran materi konsep nilai tempat bilangan
guru hanya menggunakan media seadanya dengan memanfaatkan media yang ada
di lingkungan sekitar seperti batu, lidi, dan korek api serta respon siswa pada saat
pembelajaran ada yang aktif dan ada yang masih belum aktif.
Berdasarkan permasalahan di atas, maka peneliti tertarik untuk
memecahkan permasalahan tersebut yaitu dengan mengembangkan media layang-
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
48
layang bilangan. Media pembelajaran layang-layang bilangan ini dapat membantu
guru dalam menyampaikan materi pelajaran konsep nilai tempat bilangan agar
siswa dapat lebih mudah memahami konsep nilai tempat bilangan ratusan,
puluhan, dan satuan.
Dengan adanya media pembelajaran ini siswa dapat secara langsung
mendapatkan pengalaman belajar karena siswa terlibat secara langsung untuk
mencoba mempraktekkan penjabaran konsep nilai tempat bilangan dengan cara
menggunakan media pembelajaran layang-layang bilangan. Oleh karena itu,
adanya media pembelajaran layang-layang bilangan diharapkan dapat memotivasi
guru untuk membuat media pembelajaran yang lebih menarik, membuat peserta
didik menjadi lebih aktif, menyenangkan dalam proses pembelajaran dan siswa
menjadi lebih memahami materi konsep nilai tempat bilangan sehingga tujuan
pembelajaran dapat tercapai.
Untuk mengetahui kelayakan produk yang dikembangkan yaitu kelayakan
media pembelajaran layang-layang bilangan. Dalam penelitian ini akan dilakukan
validasi dan revisi produk. Validasi akan dilakukan oleh ahli materi, ahli media,
dan guru. Kemudian akan dilakukan revisi produk berdasarkan saran dan masukan
dari ahli materi, ahli media, dan guru. Setelah dilakukan revisi, maka media
pembelajaran layang-layang bilangan akan diuji coba di lapangan. Uji coba
tersebut dilakukan sebanyak tiga tahap yaitu uji coba satu-satu, uji coba kelompok
kecil, dan uji coba kelompok besar. Berdasarkan hasil pengamatan dan saran yang
diberikan oleh siswa dan guru dari setiap uji coba maka akan dilakukan revisi
kembali untuk perbaikan media pembelajaran layang-layang bilangan.
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
49
Untuk mengetahui efektivitas media pembelajaran layang-layang bilangan,
maka akan dilakukan uji efektivitas media dengan menggunakan uji N-Gain dan
uji Paired Sampel T-test. Uji efektivitas ini bertujuan untuk mengetahui
signifikansi perbedaan pembelajaran pada materi konsep nilai tempat bilangan di
SDN 2 Singaparna antara sebelum dan sesudah diberikan perlakuan menggunakan
media pembelajaran layang-layang bilangan berbantuan adobe flash cs6. Berikut
ini kerangka pikir pengembangan media pembelajaran layang-layang bilangan
pada konsep nilai tempat bilangan:
Gambar 2.
Alur Kerangka Pikir Penelitian
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
50
E. Hipotesis Penelitian
Pengembangan media pembelajaran dalam pembelajaran matematika
dapat membantu siswa untuk memahami dan mengenalkan konsep dan simbol
matematika dari yang tadinya bersifat abstrak menjadi konkret sesuai dengan taraf
berpikir siswa yaitu operasional konkret. Siswa kelas II SD termasuk ke dalam
taraf berpikir operasional konkret karena berada pada rentan usia 7-11 tahun.
Anak usia SD lebih menyukai belajar secara langsung dan belajar sambil bermain.
Selain itu, anak SD lebih menyukai gambar-gambar dengan warna-warna yang
menarik. Oleh karena itu, peneliti berasumsi bahwa media pembelajaran layang-
layang bilangan berbantuan adobe flash cs6 pada konsep nilai tempat bilangan
layak untuk digunakan pada pembelajaran materi konsep nilai tempat bilangan di
SDN 2 Singaparna. Selain itu, media pembelajaran layang-layang bilangan
berbantuan adobe flash cs6 efektif untuk digunakan pada konsep nilai tempat
bilangan di SDN 2 Singaparna. Adapun hipotesis statistik pada penelitian ini
adalah sebagai berikut:
Ho : Tidak terdapat perbedaan signifikan antara sebelum dan sesudah
menggunakan media pembelajaran layang-layang bilangan berbantuan
adobe flash cs6 pada konsep nilai tempat bilangan di SDN 2 Singaparna.
Ha : Terdapat perbedaan signifikan antara sebelum dan sesudah
menggunakan media pembelajaran layang-layang bilangan berbantuan
adobe flash cs6 pada konsep nilai tempat bilangan di SDN 2 Singaparna.
Jika thitung < ttabel maka Ho diterima dan Ha ditolak dengan taraf signifikan 0,05.
Jika thitung > ttabel maka Ho ditolak dan Ha diterima dengan taraf signifikan 0,05.
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--