BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.2 Manajemen Keuangan 2.2.1 ...

27
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.2 Manajemen Keuangan 2.2.1 Pengertian Manajemen Keuangan Sebuah perusahaan didirikan untuk mencapai tujuan yang dikehendaki. Tujuan tersebut dapat tercapai apabila perusahaan tersebut menjalankan fungsi- fungsinya dengan baik. Fungsi-fungsi tersebut meliputi fungsi keuangan, fungsi pemasaran, fungsi sumber daya manusia, dan fungsi operasional. Keempat fungsi tersebut memiliki peran masing-masing dalam perusahaan dan pelaksanaannya saling berkaitan. Manajemen keuangan sebagai salah satu fungsi yang dapat mempengaruhi kehidupan perusahaan, dan membahas mengenai pengelolaan keuangan yang pada dasarnya dapat dilakukan baik oleh individu, perusahaan, maupun pemerintahan. Pengertian manajemen keuangan menurut beberapa ahli adalah: Menurut Gitman (2006:4) pengertian manajemen keuangan adalah: “Management finance is concerned with the duties of the financial manager in the business firm. Financial managers actively manage the financial affairs of any type of business-financial and non financial, private and public, large and small, profit-seeking and non-for-profit. They perform such varied financial tasks as planning, extending credit to customers, evaluating poposed large expenditures, and raising money to fund the firm’s operation” Sama halnya menurut Martono dan Agus Harjito (2005:4) mengartikan bahwa: “Manajemen keuangan adalah segala aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan bagaimana memperoleh dana, menggunakan dana, dan mengelola asset sesuai tujuan perusahaan secara menyeluruh” Dari beberapa pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan mengenai pengertian manajemen keuangan yaitu usaha-usaha pengelolaan dana secara optimal, dimana dana yang telah dikumpulkan akan digunakan untuk membiayai segala aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan, kemudian dana tersebut akan dialokasikan ke dalam berbagai bentuk investasi.

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.2 Manajemen Keuangan 2.2.1 ...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.2 Manajemen Keuangan 2.2.1 ...

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Manajemen Keuangan

2.2.1 Pengertian Manajemen Keuangan

Sebuah perusahaan didirikan untuk mencapai tujuan yang dikehendaki.

Tujuan tersebut dapat tercapai apabila perusahaan tersebut menjalankan fungsi-

fungsinya dengan baik. Fungsi-fungsi tersebut meliputi fungsi keuangan, fungsi

pemasaran, fungsi sumber daya manusia, dan fungsi operasional. Keempat fungsi

tersebut memiliki peran masing-masing dalam perusahaan dan pelaksanaannya

saling berkaitan.

Manajemen keuangan sebagai salah satu fungsi yang dapat mempengaruhi

kehidupan perusahaan, dan membahas mengenai pengelolaan keuangan yang pada

dasarnya dapat dilakukan baik oleh individu, perusahaan, maupun pemerintahan.

Pengertian manajemen keuangan menurut beberapa ahli adalah:

Menurut Gitman (2006:4) pengertian manajemen keuangan adalah:

“Management finance is concerned with the duties of the financial manager in the business firm. Financial managers actively manage the financial affairs of any type of business-financial and non financial, private and public, large and small, profit-seeking and non-for-profit. They perform such varied financial tasks as planning, extending credit to customers, evaluating poposed large expenditures, and raising money to fund the firm’s operation”

Sama halnya menurut Martono dan Agus Harjito (2005:4) mengartikan bahwa:

“Manajemen keuangan adalah segala aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan bagaimana memperoleh dana, menggunakan dana, dan mengelola asset sesuai tujuan perusahaan secara menyeluruh”

Dari beberapa pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan mengenai

pengertian manajemen keuangan yaitu usaha-usaha pengelolaan dana secara

optimal, dimana dana yang telah dikumpulkan akan digunakan untuk membiayai

segala aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan, kemudian dana tersebut akan

dialokasikan ke dalam berbagai bentuk investasi.

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.2 Manajemen Keuangan 2.2.1 ...

2.2.2 Fungsi Manajemen Keuangan

Manajemen keuangan berkaitan dengan perolehan, pendanaan, dan

manajemen aktiva dengan beberapa tujuan umum sebagai latar belakangnya.

Menurut Horne dan Markowicz (2005:3) terdapat tiga fungsi keputusan dalam

manajemen keuangan, yaitu:

1. Keputusan Investasi

Menyangkut masalah pemilihan investasi yang diinginkan dari

sekolompok kesempatan yang ada, memilih satu atau lebih alternatif

investasi yang dinilai paling menguntungkan.

2. Keputusan Pendanaan

Menyangkut masalah pemilihan berbagai bentuk sumber dana yang

tersedia untuk melakukan investasi, memilih satu atau lebih alternatif

pembelanjaan yang menimbulkan biaya paling murah.

3. Keputusan Kebijakan Deviden

Menyangkut masalah penentuan besarnya persentase dari laba yang akan

dibayarkan sebagai dividen tunai kepada para pemegang saham, stabilitas

pembayaran dividen, pembagian saham dividen dan pembelian kembali

saham-saham.

2.2.3 Tujuan Manajemen Keuangan

Menurut Sutrisno (2009:6) terdapat dua tujuan manajemen keuangan,

yaitu terdiri dari:

1. Maksimisasi profit

2. Memaksimumkan kemakmuran pemegang saham melalui maksimisasi

nilai perusahaan.

2.3 Tinjauan Umum Perbankan

Dalam dunia modern sekarang ini, peranan perbankan dalam memajukan

perekonomian suatu negara sangatlah besar. Hampir semua sektor yang

berhubungan dengan berbagai kegiatan keuangan selalu membutuhkan jasa bank.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.2 Manajemen Keuangan 2.2.1 ...

Oleh karena itu, saat ini dan di masa yang akan datang kita tidak dapat lepas dari

dunia perbankan, jika hendak menjalankan aktivitas keuangan, baik perorangan

maupun lembaga, baik sosial atau perusahaan.

Lembaga keuangan sebagai organisasi dapat berdiri karena adanya para

pendukungnya, penyandang dana, pelaksananya, pimpinan dari perusahaan, mitra

kerja, para pesaing, lembaga pemerintah, dan banyak pihak lagi yang dalam

beroperasinya sehari-hari saling berhubungan.

Definisi Lembaga Keuangan secara umum menurut Iskandar (2008:2),

bahwa Lembaga Keuangan merupakan:

“Badan usaha yang bergerak dalam bidang jasa keuangan yaitu menghimpun dana dan menyalurkannya serta jasa keuangan lainnya”. Praktek manajemen perbankan dan lembaga keuangan lainnya, berpusat

disekitar pengelolaan keuangan sesuai dengan karakteristik bidang usahanya.

2.3.1 Pengertian Bank

Berdasarkan Undang-undang No. 10 tahun 1998, pengertian bank adalah

sebagai berikut:

“Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”Sedangkan menurut Kasmir (2011:11) pengertian bank merupakan:

“Lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa Bank lainnya”

Dari batasan di atas dapat ditarik kesimpulan, usaha bank meliputi:

1. Menghimpun dana dalam bentuk simpanan

2. Menyalurkan dana dalam bentuk kredit, dan

3. Bentuk-bentuk usaha lainnya.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.2 Manajemen Keuangan 2.2.1 ...

2.3.2 Fungsi Bank

Secara umum, fungsi utama bank adalah menghimpun dana dari

masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat untuk berbagai

tujuan atau sebagai Financial Intermediary. Secara lebih spesifik fungsi bank

dapat sebagai Agen of Trust, Agent of Development, dan Agent of Services

(Triandaru, Budisantoso, 2006:9).

a. Agent of Trust

Dasar utama kegiatan perbankan adalah trust atau kepercayaan, baik

dalam hal penghimpunan dana maupun penyaluran dana. Masyarakat akan

mau menitipkan dananya di bank apabila dilandasi oleh unsur kepercayaan.

Masyarakat percaya bahwa uangnya tidak akan disalahgunakan oleh bank,

uangnya akan dikelola dengan baik, bank tidak akan bangkrut, dan juga

percaya bahwa pada saat yang telah dijanjikan masyarakat dapat menarik lagi

simpanan dananya di bank. Pihak bank sendiri akan mau menempatkan atau

menyalurkan dananya pada debitur atau masyarakat apabila dilandasi unsur

kepercayaan. Pihak bank percaya bahwa debitur tidak akan menyalahgunakan

pinjamannya, debitur akan mengelola dana pinjaman dengan baik, debitur

akan mempunyai kemampuan untuk membayar pada saat jatuh tempo, dan

juga bank percaya bahwa debitur mempunyai niat baik untuk mengembalikan

pinjaman beserta kewajiban lainnya pada saat jatuh tempo.

b. Agent of Development

Sektor dalam kegiatan perekonomian masyarakat yaitu sektor moneter

dan sektor riil, tidak dapat dipisahkan. Kedua sektor tersebut berinteraksi

saling mempengaruhi satu dengan lain. Sektor riil tidak dapat berkinerja

dengan baik apabila sektor moneter tidak berkerja dengan baik. Tugas bank

sebagai penghimpun dan penyalur dana sangat diperlukan untuk kelancaran

kegiatan perekonomian di sektor riil. Kegiatan bank tersebut memungkinkan

masyarakat melakukan investasi, distribusi, dan juga konsumsi barang dan

jasa, mengingat semua kegiatan investasi-distribusi-konsumsi ini tidak lain

adalah kegiatan pembangunan perekonomian masyarakat.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.2 Manajemen Keuangan 2.2.1 ...

c. Agent of Services

Disamping melakukan kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana,

bank juga memberikan penawaran jasa-jasa perbankan yang lain kepada

masyarakat. Jasa-jasa yang ditawarkan perbankan ini erat kaitannya dengan

kegiatan perekonomian masyarakat secara umum. Jasa-jasa bank ini antara

lain dapat berupa jasa pengiriman uang, jasa penitipan barang berharga, jasa

pemberian jaminan bank, dan jasa penyelesaian tagihan.

2.3.3 Kegiatan-Kegiatan Bank

Menurut Kasmir (2011:12) terdapat tiga kegiatan bank yang telah

disebutkan diatas, yaitu menghimpun dana, menyalurkan dana, dan memberikan

jasa Bank lainnya. Kegiatan menghimpun dana dan menyalurkan dana merupakan

kegatan pokok perbankan. Sedangkan kegiatan memberikan jasa Bank lainnya

merupakan pendukung dari kedua kegiatan diatas.

1. Menghimpun dana (funding)

Merupakan kegiatan mengumpulkan uang dari masyarakat luas dalam

bentuk simpanan giro, tabungan, dan deposito. Kegiatan penghimpunan

dana ini sering disebut dengan istilah funding.

2. Menyalurkan dana (lending)

Merupakan memberikan kembali dana yang diperoleh melalui simpanan

giro, tabungan, dan deposito ke masyarakat dalam bentuk pinjaman

(kredit) bagi bank yang berdasarkan prinsip konvensional atau pembiayaan

bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah. Kegiatan menyalurkan dana

ini sering disebut dengan istilah lending.

3. Memberikan jasa bank lainnya

Merupakan jasa pendukung atau pelengkap kegiatan perbankan. Jasa-jasa

ini diberikan terutama untuk mendukung kelancaran kegiatan menghimpun

dan menyalurkan dana, baik yang berhubungan langsung dengan kegiatan

simpanan dan kredit maupun tidak langsung. Misalnya: Jasa pengiriman

uang (transfer), Jasa penagihan (inkaso), Jasa kliring, dsb.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.2 Manajemen Keuangan 2.2.1 ...

2.3.4 Jenis-Jenis Bank

Penggolongan Bank menurut Undang-undang RI No. 10 Tahun 1998

terdiri atas beberapa klasifikasi diantaranya sebagai berikut:

a. Berdasarkan Jenisnya:

1. Bank Umum

Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan

atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya

memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

2. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau

berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak

memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

Artinya disini kegiatan BPR jauh lebih sempit jika dibandingkan dengan

kegiatan Bank Umum. Kegiatan BPR hanya meliputi kegiatan penghimpunan dan

penyaluran dana saja, bahkan dalam menghimpun dana BPR dilarang untuk

menerima simpanan giro. Begitu pula dalam hal jangkauan wilayah operasi, BPR

hanya dibatasi dalam wilayah-wilayah tertentu saja. Selanjutnya pendirian BPR

dengan modal awal yang relatif lebih kecil jika dibandingkan dengan modal awal

Bank Umum. Larangan lainnya bagi BPR adalah tidak diperkenankan ikut kliring

serta transaksi valuta asing (Kasmir, 2011:22).

b. Berdasarkan Kepemilikannya:

1. Bank Milik Pemerintah

Dimana baik akta pendirian maupun modalnya dimiliki oleh

pemerintah sehingga seluruh keuntungan bank ini dimiliki oleh

pemerintah pula. Misalnya: Bank Negara Indonesia (BNI), Bank

Rakyat Indonesia (BRI), Bank Tabungan Negara (BTN), dan Bank

Mandiri.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.2 Manajemen Keuangan 2.2.1 ...

2. Bank Milik Pemerintah Daerah

Bank yang terdapat di daerah tingkat I dan Tingkat II masing-masing

provinsi, seperti: BPD Jawa barat, BPD Sumatera Utara, dsb.

3. Bank Milik Swasta Nasional

Merupakan bank yang seluruh atau sebagian besarnya dimiliki oleh

swasta nasional serta akta pendiriannya pun didirikan oleh swasta,

begitu pula pembagian keuntungannya diambil oleh swasta pula.

Contoh: Bank Bukopin, Bank Central Asia (BCA), dan Bank

Danamon.

4. Bank Milik Koperasi

Dalam bank swasta milik nasional termasuk pula bank-bank yang

dimiliki oleh badan usaha yang berbentuk koperasi.

5. Bank Asing/ Campuran

Bank milik asing merupakan cabang dari bank yang ada di luar negeri,

baik milik swasta asing maupun pemerintah asing suatu negara.

Contoh: City Bank, Standard Chartered Bank, dan ABN AMRO Bank.

Sedangkan Bank campuran merupakan bank yang kepemilikan

sahamnya dimiliki oleh pihak asing dan pihak swasta nasional.

Contoh: Ing Bank, Inter Pasific Bank, dan Paribas BBD Indonesia.

c. Berdasarkan Kegiatan Usahanya:

1. Bank Devisa

Bank yang dapat melaksanakan transaksi ke luar negeri atau yang

berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan. Misalnya

transfer ke luar negeri, inkaso ke luar negeri, dan pembayaran Letter of

Credit (L/C).

2. Bank Non Devisa

Merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk melaksanakan

transaksi sebagai bank devisa sehingga tidak dapat melaksanakan

transaksi seperti halnya bank devisa.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.2 Manajemen Keuangan 2.2.1 ...

d. Berdasarkan Sistem Pembayaran Jasa:

1. Bank Berdasarkan Pembayaran Bunga

Dalam mencari keuntungan dan menetukan harga kepada nasabahnya,

bank yang berdasarkan prinsip konvensional menggunakan dua

metode, yaitu:

- Spread based

Dengan menetapkan bunga sebagai harga jual, baik untuk produk

seperti giro, tabungan maupun deposito. Demikian juga untuk

produk pinjaman (kredit)

- Fee based

Untuk jasa-jasa lainnya bank konvensional menggunakan atau

menerapkan berbagai biaya-biaya dalam nominal atau persentase

tertentu, seperti: Biaya administrasi.

2. Bank Dengan Prinsip Syariah

Prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum islam antara

bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan/atau pembiayaan

kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang sesuai dengan syariah

(Iskandar, 2008:30).

2.3 Tinjauan Perbankan Syariah

Perbankan Islam adalah bentuk layanan keuangan beretika yang prinsip

dasarnya bersumber dari syariah. Elemen penting dari syariah adalah larangan

terhadap bunga (riba), baik nominal, sederhana atau bunga berbunga, berbunga

tetap maupun berbunga mengambang. Elemen lainnya mencakup penekanan pada

kontrak yang adil, keterkaitan antara keuangan dengan produktivitas, keinginan

untuk membagi keuntungan dan larangan terhadap judi serta berbagai

ketidakpastian lainnya.

Sampai dengan triwulan III 2010 jumlah bank yang melakukan kegiatan

usaha syariah meningkat seiring dengan munculnya pemain-pemain baru baik

dalam bentuk Bank Umum Syariah (BUS) maupun Bank Pembiayaan Rakyat

Syariah (BPRS). BUS yang pada akhir tahun 2009 berjumlah 6 BUS bertambah 4

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.2 Manajemen Keuangan 2.2.1 ...

BUS dimana 2 BUS merupakan hasil konversi Bank Umum Konvensional dan 2

BUS hasil spin off Unit Usaha Syariahnya (UUS) sehingga jumlah UUS di tahun

2010 ini berkurang menjadi 23 UUS (www.bi.go.id)

2.3.1 Definisi Bank Syariah

Pengertian Bank Syariah menurut Undang-undang No. 10 tahun 1998

tentang Perbankan yaitu:

“Bank syariah adalah bank umum yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran” Sedangkan menurut Arifin (2009:3) Bank Syariah merupakan:

“ Bank yang didirikan dengan tujuan untuk mempromosikan dan mengembangkan penerapan prinsip-prinsip islam, syariah, dan tradisinya ke dalam transaksi keuangan dan perbankan serta bisnis lain yang terkait” Dimana, prinsip utama yang diikuti oleh bank islami itu adalah: a. Larangan riba dalam berbagai bentuk transaksi,

b. Melakukan kegiatan usaha dan perdagangan berdasarkan perolehan

keuntungan yang sah, dan

c. Memberikan zakat

2.3.2 Fungsi dan Peran Bank Syariah

Fungsi dan peran Bank Syariah yang diantaranya tercantum dalam

pembukaan standar akuntansi yang dikeluarkan oleh AAOIFI (Accounting and

Auditing Organization for Islamic Financial Institution), adalah sebagai berikut:

a. Manajer investasi, bank syariah dapat mengelola investasi dana nasabah.

b. Investor, bank syariah dapat menginvestasikan dana yang dimilikinya

maupun dana nasabah yang dipercayakan kepadanya.

c. Penyedia jasa keuangan dan lalu lintas pembayaran, bank syariah dapat

melakukan kegiatan-kegiatan jasa-jasa layanan perbankan sebagaimana

lazimnya.

d. Pelaksana kegiatan sosial, sebagai ciri yang melekat pada entitas keuangan

syariah, bank islam juga memiliki kewajiban untuk mengeluarkan dan

mengelola zakat serta dana-dana sosial lainnya.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.2 Manajemen Keuangan 2.2.1 ...

2.3.3 Produk dan Jasa Bank Syariah

Menurut Iskandar (2008:31) produk dalam bank syariah pada dasarnya

sama dengan prinsip bank konvensional, yang berbeda adalah istilah dan tata cara

pengaturannya (sistem) dimana bank syariah mengacu kepada syariah agama

islam.

1. Sumber Dana Bank Syariah

- Giro berdasarkan prinsip Wadiah

- Tabungan berdasarkan prinsip Wadiah

- Tabungan berdasarkan prinsip Mudharabah muthlaqah atau prinsip

mudharabah muqqayadah yang risikonya ditanggung oleh bank.

- Deposito berdasarkan prinsip Mudharabah muthlaqah atau prinsip

mudharabah muqqayadah yang risikonya ditanggung oleh bank.

Dalam penghimpunan dana bank syariah dikenal dengan adanya dua

prinsip, yaitu:

a. Prinsip Wadiah

Suatu akad penitipan uang dimana pihak yang menerima titipan uang

(bank) boleh menggunakan dan memanfaatkan uang yang dititipkan, dengan

ketentuan bahwa:

- Semua keuntungan atau kerugian sebagai akibat penggunaan dan

pemanfaatan uang menjadi milik atau tanggung jawab bank.

- Pihak bank dapat memberikan insentif berupa bonus dengan catatan

tidak diisyaratkan sebelumnya dan jumlahnya tidak ditetapkan di awal

namun hanya pemberian yang bersifat sukarela dari pihak bank.

b. Prinsip Mudharabah

Suatu akad kerjasama antara pemilik dana atau shahibul maal (nasabah)

dan pengelola dana atau mudharib (bank) dimana pemilik dana menyerahkan

uangnya kepada mudharib untuk dimanfaatkan atau dikelola, dengan ketentuan

bahwa pembagian keuntungan dinyatakan dalam bentuk nisbah yang ditetapkan di

awal dan dituangkan dalam akad pembukaan rekening. Sedangkan jenis

mudharabah ada dua, yaitu:

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.2 Manajemen Keuangan 2.2.1 ...

- Mudharabah Muthlaqah

Yaitu salah satu jenis mudharabah dimana mudharib (bank) diberikan

hak yang tidak terbatas untuk melakukan investasi oleh shahibul maal

(nasabah).

- Mudharabah Muqayyadah

Suatu bentuk akad mudharabah dimana pemilik dana/nasabah/

shahibul maal memberikan batasan-batasan tertentu atas pemanfaatan

atau pengelolaan dananya.

2. Penggunaan Dana Bank Syariah

Dalam mencari keuntungan Bank Syariah memberikan jasanya dalam

bentuk sistem pembiayaan yaitu:

a. Prinsip Bai’ atau Jual Beli

Dalam pembiayaan bank syariah prinsip bai’ terdiri dari:

- Bai Murabahah

Adalah prinsip jual beli dimana harga jualnya terdiri dari harga

pokok barang ditambah nilai keuntungan yang disepakati. Dan

penyerahan barang pada saat disepakati sedangkan pembayarannya

dapat dilakukan secara tunai, ditangguhkan ataupun diangsur.

Contoh: Jenis kredit investasi pembelian rumah.

- Bai As Salam

Adalah prinsip jual beli suatu jenis barang tertentu antara pihak

penjual dan pembeli dengan pembayaran dimuka sebesar harga

pokok ditambah nilai keuntungan yang disepekati namun

penyerahan barang dilakukan dikemudian hari.

- Bai Istishna

Adalah prinsip jual beli barang dimana waktu penyerahan barang

dilakukan dikemudian hari, sementara pembayaran dapat dilakukan

melalui angsuran atau ditangguhkan.

b. Prinsip Ijarah wa Iqtina atau Beli Sewa

Adalah perjanjian sewa yang memberikan kepada penyewa untuk

memanfaatkan barang yang akan disewa dengan imbalan uang sewa

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.2 Manajemen Keuangan 2.2.1 ...

sesuai dengan persetujuan dan setelah masa sewa berkahir maka

barang dikembalikan kepada pemilik, namun penyewa dapat juga

memiliki barang yang disewa dengan pilihan pemindahan kepemilikan

atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain.

Contoh: Untuk jenis usaha leasing.

c. Prinsip syirkah atau bagi hasil

Prinsip syirkah terdiri dari:

- Musyarakah

Adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih, untuk

melakukan suatu usaha tertentu.

Contoh: Pembiayaan khusus untuk modal kerja

- Mudharabah Muthlaqah

Akad kerja sama antara dua pihak atau lebih, untuk melakukan

suatu usaha tertentu dimana mudharib (bank) diberikan hak yang

tidak terbatas untuk melakukan investasi oleh shahibul maal

(nasabah).

- Mudharabah Muqayyadah

Akad kerjasama antara dua pihak atau lebih, untuk melakukan

suatu usaha tertentu dimana mudharib dibatasi haknya oleh

shahibul maal, antara lain dalam hal jenis usaha, waktu, tempat

usaha, dll.

3. Jasa-Jasa Bank Lainnya

- Iqtina

Adalah pembiayaan jual beli yang dilakukan antara bank dan

nasabah dimana penjual (pihak bank) membuat barang yang

dipesan oleh nasabah.

- Kafalah

Adalah akad pemberian garansi/jaminan oleh pihak bank kepada

nasabah untuk menjamin pelaksanaan proyek dan pemenuhan

kewajiban tertentu oleh pihak yang dijamin.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.2 Manajemen Keuangan 2.2.1 ...

- Ijarah (Sewa)

Adalah akad yang dilakukan antara bank dan nasabah dimana

pihak bank menyewakan barang, sedangkan pemelihara atas

barang yang disewa dilakukan berdasarkan kesepakatan.

Contoh: Sewa mobil, Sewa kantor.

- Sharf (Jual Beli Valuta Asing)

Adalah transaksi pertukaran dua mata uang yang berbeda.

2.4 Laporan Keuangan

2.4.1 Pengertian Laporan Keuangan

Setiap perusahaan, baik bank maupun non bank pada suatu waktu akan

melaporkan semua kegiatan keuangannya. Laporan keuangan ini bertujuan untuk

memberikan informasi keuangan suatu perusahaan, baik kepada pemilik,

manajemen, maupun pihak luar yang berkepentingan terhadap laporan tersebut.

Menurut Kasmir (2011:253) pengertian laporan keuangan adalah:

“Laporan keuangan menunjukan kondisi keuangan bank secara keseluruhan. Dari laporan ini akan terbaca bagaimana kondisi bank yang sesungguhnya, termasuk kelemahan dan kekuatan yang dimiliki. Laporan ini juga menunjukan kinerja manajemen bank selama satu periode”.

Dalam laporan keuangan termuat informasi mengenai jumlah kekayaan

(assets) dan jenis-jenis kekayaan yang dimiliki (di sisi aktiva). Kemudian juga

akan tergambar kewajiban jangka pendek maupun jangka panjang serta ekuitas

(modal sendiri) yang dimilikinya. Informasi yang memuat di atas tergambar dalam

laporan keuangan yang disebut neraca.

Laporan keuangan juga memberikan informasi tentang hasil-hasil usaha

yang diperoleh bank dalam suatu periode tertentu dan biaya-biaya atau beban

yang dikeluarkan untuk memperoleh hasil tersebut. Informasi ini akan memuat

dalam laporan laba rugi. Laporan keuangan bank juga memberikan gambaran

tentang arus kas suatu bank yang tergambar dalam laporan arus kas.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.2 Manajemen Keuangan 2.2.1 ...

2.4.2 Tujuan dan Kegunaan Laporan Keuangan

Pembuatan masing-masing laporan keuangan memiliki tujuan tersendiri.

Secara umum menurut Kasmir (2011: 254) terdapat tujuh tujuan pembuatan

laporan keuangan suatu bank adalah sebagai berikut:

a. Memberikan informasi keuangan tentang, jumlah aktiva dan jenis-jenis

aktiva yang dimiliki.

b. Memberikan informasi keuangan tentang jumlah kewajiban dan jenis-

jenis kewajiban baik jangka pendek (lancar) maupun jangka panjang.

c. Memberikan informasi keuangan tentang jumlah modal dan jenis-jenis

modal bank pada waktu tertentu.

d. Memberikan informasi tentang hasil usaha yang tercermin dari jumlah

pendapatan yang diperoleh dan sumber-sumber pendapatan bank

tersebut.

e. Memberikan informasi keuangan tentang jumlah biaya-biaya yang

dikeluarkan, berikut jenis-jenis biaya yang dikeluarkan dalam periode

tertentu.

f. Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi

dalam aktiva, kewajiban, dan modal suatu bank.

g. Memberikan informasi tentang kinerja manajemen bank dalam suatu

periode dari hasil laporan keuangan yang disajikan.

Dengan demikian laporan keuangan disamping menggambarkan kondisi

keuangan suatu bank juga untuk menilai kinerja manajemen bank yang

bersangkutan. Penilaian kinerja manajemen akan menjadi patokan apakah

manajemen berhasil atau tidak dalam menjalankan kebijakan yang telah

digariskan oleh perusahaan.

2.4.3 Pihak-Pihak yang Berkepentingan

Dalam praktiknya, pembuatan laporan keuangan ditujukan untuk

memenuhi kepentingan berbagai pihak, disamping pihak manajemen dan pemilik

perusahaan itu sendiri. Begitu juga dengan laporan keuangan yang dikeluarkan

oleh bank akan memberikan berbagai manfaat kepada berbagai pihak. Masing-

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.2 Manajemen Keuangan 2.2.1 ...

masing pihak mempunyai kepentingan dan tujuan tersendiri terhadap laporan

keuangan yang diberikan oleh bank.

Menurut Kasmir (2011:255) terdapat pihak-pihak yang memiliki

kepentingan terhadap laporan keuangan bank adalah sebagai berikut:

a. Pemegang Saham

Bagi pemegang saham yang sekaligus merupakan pemilik bank,

kepentingan terhadap laporan keuangan bank adalah untuk melihat

kemajuan bank yang dipimpin oleh manajemen dalam suatu periode.

Bagi pemilik dengan adanya laporan keuangan ini, akan dapat

memberikan gambaran berapa jumlah dividen yang akan diterima.

Kemudian untuk menilai kinerja pihak manajemen dalam menjalankan

kepercayaan yang diberikannya.

b. Pemerintah

Bagi pemerintah, laporan keuangan baik bagi bank-bank pemerintah

maupun bank swasta adalah untuk mengetahui kemajuan bank yang

bersangkutan. Pemerintah juga berkepentingan terhadap kepatuhan

bank dalam melaksanakan kebijakan moneter yang telah ditetapkan.

Pemerintah juga berkepentingan sampai sejauh mana peran perbankan

dalam pengembangan sektor-sektor industri tertentu.

c. Manajemen

Laporan keuangan bagi pihak manajemen adalah untuk menilai kinerja

manajemen bank dalam mencapai target-target yang telah ditetapkan

dan untuk menilai kinerja manajemen dalam mengelola sumber daya

yang dimilikinya.

d. Karyawan

Bagi karyawan dengan adanya laporan keuangan juga untuk

mengetahui kondisi keuangan bank yang sebenarnya sehingga mereka

merasa perlu meningkatkan kesejahteraan apabila bank mengalami

keuntungan dan sebaliknya melakukan perbaikan jika bank mengalami

kerugian.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.2 Manajemen Keuangan 2.2.1 ...

e. Masyarakat luas

Bagi masyarakat luas laporan keuangan bank merupakan suatu

jaminan terhadap uang yang disimpan di bank.

2.4.4 Jenis-Jenis Laporan Keuangan Bank Syariah

Menurut Arifin (2009:80) terdapat enam jenis laporan keuangan bank

adalah sebagai berikut:

a. Neraca

Neraca merupakan laporan yang menunjukan posisi keuangan bank

pada tanggal tertentu. Posisi keuangan yang dimaksudkan adalah

posisi aktiva (harta), pasiva (kewajiban dan modal) suatu bank.

b. Laporan Laba Rugi

Laporan laba rugi merupakan laporan keuangan bank yang

menggambarkan hasil usaha bank dalam suatu periode tertentu.

c. Laporan Arus Kas

Laporan arus kas merupakan laporan yang menunjukan semua aspek

yang berkaitan dengan kegiatan bank, baik yang berpengaruh

langsung maupun tidak langsung terhadap kas.

d. Laporan Perubahan Modal Atau Laba Ditahan

Laporan yang mengungkapkan hal-hal sebagai berikut: modal

disetor, kontribusi modal para pemilik, pendapatan (kerugian) netto,

distribusi kepada para pemilik, kenaikan (penurunan) pada cadangan

legal dan pilihan, dan laba ditahan pada awal periode.

e. Laporan pada Investasi Terbatas

Laporan yang memisahkan investasi terbatas berdasarkan sumber

pembiayaan dan memisahkan portofolio investasi berdasarkan

jenisnya.

f. Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat dan Sumbangan

g. Laporan Sumber dan Penggunaan dana Qard

Mengungkapkan saldo qard yang beredar dan dana-dana yang

tersedia pada awal periode berdasarkan jenisnya, jumlah, dan

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.2 Manajemen Keuangan 2.2.1 ...

sumber-sumber dan penggunaan dana yang disumbangkan selama

periode berdasarkan jenisnya, jumlah, dan penggunaan dana-dana

selama periode berdasarkan jenisnya serta saldo dana qard yang

beredar dan dana yang tersedia pada akhir periode.

h. Catatan-Catatan Laporan Keuangan

Mengungkapkan semua informasi dan material yang perlu untuk

menjadikan laporan keuangan tersebut memadai, relevan, dan bisa

dipercaya bagi para pemakainya.

2.5 Tingkat Kesehatan Bank

2.5.1 Pengertian Tingkat Kesehatan Bank

Untuk menilai kesehatan suatu bank dapat diukur dengan berbagai metode.

Penilaian kesehatan bank akan berpengaruh terhadap kemampuan bank dan

loyalitas nasabah terhadap bank yang bersangkutan.

Dimana definisi tingkat kesehatan bank menurut Peraturan Bank

Indonesia No.6/10/PBI/2004 sebagai berikut:

“Tingkat Kesehatan Bank adalah hasil penilaian kualitatif atas berbagi aspek yang berpengaruh terhadap kondisi/kinerja suatu bank melalui penilaian kuantitatif dan/atau penilaian kualitatif terhadap faktor-faktor permodalan, kualitas asset, manajemen, rentabilitas, likuiditas, dan sensitivitas terhadap risiko pasar”

2.5.2 Penilaian Kecukupan Permodalan (Capital)

Penilaian didasarkan kepada permodalan yang dimiliki oleh salah satu

bank. Salah satu penilaian adalah dengan metode CAR (Capital Adequacy Ratio),

yaitu dengan cara membandingkan modal terhadap aktiva tertimbang menurut

risiko (ATMR).

2.5.3 Penilaian Kualitas Aktiva Produktif (Asset Quality)

Penilaian didasarkan kepada kualitas aktiva yang dimiliki bank. Rasio

yang diukur ada dua macam, yaitu;

a. Rasio aktiva produktif yang diklasifikasikan terhadap aktiva

produktif.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.2 Manajemen Keuangan 2.2.1 ...

b. Rasio penyisihan penghapusan aktiva produktif terhadap aktiva

produktif yang diklasifikasikan.

2.5.4 Penilaian Manajemen (Management)

Penilaian didasarkan pada manajemen permodalan, manajemen aktiva,

manajemen rentabilitas, manajemen likuiditas, dan manajemen umum.

Manajemen bank dinilai atas dasar 250 pertanyaan yang diajukan.

2.5.5 Penialain Rentabilitas (Earning)

Penilaian didasarkan pada rentabilitas suatu bank dengan melihat

kemampuan suatu bank dalam menciptakan laba. Penilaian dalam unsur ini

didasarkan kepada dua macam, yaitu:

a. Rasio laba terdapat total asset (Return On Asset)

b. Rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO)

2.5.6 Penilaian Liquiditas (Liquidity)

Yaitu untuk menilai likuiditas bank. Penilaian likuiditas didasarkan kepada

dua macam rasio, yaitu:

a. Rasio jumlah kewajiban bersih Call Money terhadap aktivitas lancar. Yang

termasuk aktiva lancar adalah kas, giro, dan BI, Sertifikat Bank Indonesia

(SBI) dan Surat Berharga Pasar Uang (SBPU) yang diendos oleh Bank

Umum.

b. Rasio antara kredit terhadap dana yang diterima oleh bank.

2.6 Modal Bank Syariah

2.6.1 Pengertian Modal Bank

Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia, pengertian modal bank dibedakan

antara bank yang didirikan dan berkantor pusat di Indonesia dan kantor cabang

bank asing yang beroperasi di Indonesia (Dendawijaya, 2005:38).

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.2 Manajemen Keuangan 2.2.1 ...

Menurut Arifin (2009:58) berdasarkan prinsipnya bank syariah dapat

menarik dana pihak ketiga atau masyarkat dalam bentuk:

Titipan (Wadi’ah)

Yaitu simpanan yang dijamin keamanan dan pengembaliannya

(guaranteed deposit) tetapi tanpa memperoleh imbalan atau

keuntungan.

Partisipasi modal berbagi hasil dan berbagi resiko (non guaranteed

account) untuk investasi umum dimana bank akan membayar bagian

keuntungan secara proposional dengan portofolio yang didanai dengan

modal tersebut.

Investasi khusus dimana bank bertindak sebagai manajer investasi

untuk memperoleh fee.

Dengan demikian sumber dana bank syariah terdiri dari:

1. Modal Inti

Modal inti adalah dana modal sendiri, yaitu dana yang berasal dari

para pemegang saham bank, yakni pemilik bank. Pada umumnya

dana modal inti terdiri dari:

a. Modal Disetor

Merupakan modal yang telah disetor oleh pemilik bank, sesuai

dengan peraturan yang berlaku.

b. Cadangan umum

Merupakan cadangan yang diperoleh dari penyisihan laba yang

ditahan atau dari laba bersih setelah dikurangi pajak.

c. Laba ditahan

Merupakan saldo laba bersih setelah diperhitungkan pajak dan

telah diputuskan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) untuk

tidak dibagikan.

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.2 Manajemen Keuangan 2.2.1 ...

2. Kuasi Ekuitas (Mudharabah Account)

Bank menghimpun dana bagi hasil atas dasar prinsip mudharabah,

yaitu akad kerja sama antara pemilik dana dengan pengusaha untuk

melakukan suatu usaha bersama, dan pemilik dana tidak boleh

mencampuri pengelolaan bisnis sehari-hari. Berdasarkan prinsip

ini, dalam kedudukannya sebagai mudharib, bank menyediakan

jasa bagi para investor berupa:

a. Rekening Investasi Umum

Dimana bank menerima simpanan dari nasabah yang mencari

kesempatan investasi atas dana mereka dalam bentuk investasi

berdasarkan prinsip mudarabah muthlaqah.

b. Rekening Investasi Khusus

Dimana bank bertindak sebagai manajer investasi bagi nasabah

institusi (pemerintah atau lembaga keuangan lain) atau nasabah

korporasi untuk menginvestasikan dana mereka pada unit-unit

usaha atau proyek-proyek tertentu yang mereka setujui dan

kehendaki.

c. Rekening Tabungan Mudharabah

Prinsip mudharabah juga digunakan untuk jasa pengelolaan

rekening tabungan. Salah satu syarat mudharabah adalah

dananya harus dalam bentuk uang, dalam jumlah tertentu dan

diserahkan kepada mudharib.

3. Dana Titipan (Wadi’ah/Non Remunerated Deposit)

Dana titipan adalah dana pihak ketiga yang dititipkan pada bank,

yang umumnya berupa giro atau tabungan.

Rekening Giro Wadi’ah

Dengan prinsip wadi’ah yad dimana bank sebagai

kustodian harus menjamin pembayaran kembali nominal

simpanan wadi’ah.

Rekening Tabungan Wadi’ah

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.2 Manajemen Keuangan 2.2.1 ...

Berupa simpanan dari nasabah yang memerlukan jasa

penitipan dana dengan tingkat keleluasaan tertentu untuk

menariknya kembali.

2.6.2 Fungsi Modal Bank

Menurut Johnson and Johnson, modal bank mempunyai tiga fungsi

(Kasmir, 2011:159), yaitu:

a. Sebagai penyangga untuk menyerap kerugian operasional dan kerugian

lainnya.

b. Sebagai dasar penetapan batas maksimum pemberian kredit.

c. Sebagai dasar perhitungan bagi para partisipan pasar untuk

mengevaluasi tingkat kemampuan bank secara relatif dalam

menghasilkan keuntungan

2.6.3 Kewajiban Penyediaan Modal Minimum

Ketentuan tentang modal minimum bank umum yang berlaku di Indonesia

mengikuti Standar Bank for International Settlements (BIS). Sejalan dengan

standar tersebut, dalam kerangka paket deregulasi tanggal 29 Februari 1991, Bank

Indonesia mewajibkan setiap bank umum menyediakan modal minimum sebesar

8% dari total Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR).

Persentase kebutuhan modal minimum yang diwajibkan menurut BIS ini

disebut Capital Adequacy Ratio (CAR). Dengan demikian, CAR minimum bagi

bank-bank umum di Indonesia adalah 8%.

2.6.4 CAR (Capital Adecuancy Ratio)

Menurut Dendawijaya (2005:121) pengertian Capital Adequacy Ratio

(CAR) adalah:

“Capital Adecuacy Ratio merupakan rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko”.

Rasio ini dirumuskan sebagai berikut.

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.2 Manajemen Keuangan 2.2.1 ...

� ����� ���� �� ���� ���� ������ � � � � 100%

CAR merupakan indikator terhadap kemampuan bank untuk menutupi

penurunan aktivanya sebagai akibat dari kerugian-kerugian bank yang disebabkan

oleh aktiva yang berisiko.

2.7 Likuiditas Bank

2.7.1 Pengertian Likuiditas Bank

Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan dalam memenuhi

kewajibannya yang harus segera dibayar. Sedangkan definisi likuiditas bank

menurut Taswan (2006:96) adalah:

“Kemampuan bank untuk memenuhi kemungkinan ditariknya deposito atau simpanan oleh deposan atau penitip dana ataupun memenuhi kebutuhan masyarakat berupa kredit”

Pada sisi pasiva, bank harus mampu memenuhi kewajiban kepada nasabah

setiap simpanan mereka yang ada di bank ditarik, pada sisi aktiva bank harus

menyanggupi pencairan kredit yang telah diperjanjikan.

2.7.2 FDR (Financing Deposit Ratio)

Menurut Dendawijaya (2005:116) pengertian FDR (Financing Deposit

Ratio) adalah:

“Rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank”.

Rasio ini dirumuskan sebagai berikut.

� ������ ��� � ��� � ��� ������ ��� � ���� �� � ���� � ����� � � 100%

FDR menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar

kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit

yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya.

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.2 Manajemen Keuangan 2.2.1 ...

Semakin tinggi rasio tersebut memberikan indikasi semakin rendahnya

kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan. Hal ini disebabkan karena jumlah

dana yang diperlukan untuk membiayai kredit menjadi semakin besar.

2.8 Kredit

2.8.1 Pengertian Kredit

Peranan bank sebagai lembaga keuangan tidak pernah lepas dari masalah

kredit. Bahkan, kegiatan bank sebagai lembaga keuangan, pemberian kredit

merupakan kegiatan utamanya.

Dalam bukunya Kasmir (2011:73) menguraikan pengertian kredit

menurut Undang-undang Perbankan No. 10 tahun 1998 adalah:

“Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga”.

2.8.2 NPL (Non Performing Loan)

Pengertian Non Performing Loan menurut Mahmoedin (2004:2) adalah:

“Non Performing Loan adalah kredit yang tidak menepati jadwal angsuran sehingga terjadi tunggakan”

NPL digunakan untuk menunjukan kemampuan manajemen bank dalam

mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank. Semakin tinggi rasio ini

maka akan semakin buruk kualitas kredit bank yang menyebabkan jumlah kredit

bermasalah semakin besar. Kredit dalam hal ini adalah kredit yang diberikan

kepada pihak ketiga tidak termasuk kredit kepada bank lain. Besarnya rasio ini

dapat dirumuskan dengan:

� ���� � ��������������� ���� � � 100%

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.2 Manajemen Keuangan 2.2.1 ...

2.9 Profitabilitas Bank

2.9.1 Pengertian Profitabilitas

Menurut Dendawijaya (2005:118) bahwa pengertian profitabilitas

merupakan:

“Kemampuan bank dalam menghasilkan laba selama periode waktu tertentu dan mengukur efektifitas suatu perusahaan dalam menjalankan operasional perusahaannya”.

2.9.2 ROA (Return On Assets)

ROA digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam

memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu

bank, semakin besar tingkat keuntungan yang akan dicapai bank tersebut dan

semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan asset (Dendawijaya,

2005:119).

Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut.

� ���� ���� ������ �� �� �100%

2.9.3 BOPO (Rasio Beban Operasional dan Pendapatan Operasional)

BOPO adalah perbandingan antara biaya operasional dan pendapatan

operasional. Rasio ini dapat digambarkan sebagai berikut:

� � ��� ������ ����������� ������ ��� �100%

Rasio baiaya operasional digunakan untuk mengukur tingkat efesiensi dan

kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Mengingat kegiatan

utama bank pada prinsipnya adalah sebagai perantara, yaitu menghimpun dan

menyalurkan dana, maka biaya dan pendapatan operasional bank didominasi oleh

biaya bunga dan hasil bunga.

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.2 Manajemen Keuangan 2.2.1 ...

2.10 Pengaruh CAR, LDR, NPL, BOPO Terhadap Profitabilitas di Sektor

Perbankan

Suatu bank dapat dinilai sehat salah satunya dilihat dari aspek permodalan

pada bank tersebut. Mengingat pentingnya fungsi modal bagi setiap bank, maka

manajemen harus memperhatikan dengan baik penyediaan dan pengelolaan modal

minimum pada bank tersebut. Apabila suatu bank dapat menjaga kestabilan nilai

CAR, maka kemampuan bank tersebut untuk menghasilkan laba/profit yang

optimum akan meningkat. Maka dapat disimpulkan bahwa kecukupan modal

merupakan faktor yang penting bagi bank dalam rangka pengembangan usaha dan

menampung risiko yang dihadapi.

Oleh karena itu, adanya risiko-risiko yang dihadapi oleh bank inilah yang

menyebabkan bank juga harus dapat menjaga tingkat likuiditas pada bank

tersebut, agar suatu bank selalu mampu untuk memenuhi semua kewajibannya

dalam jangka pendek. Sehingga tidak terjadi kondisi kredit bermasalah yang

menyebabkan perusahaan tidak efisien dalam mengelola dana karena menurunnya

pendapatan operasional yang diperoleh dari pemberian kredit pada masyarakat,

sedangkan perusahaan harus tetap membayar biaya bunga kepada nasabah.

Sehingga dengan menurunnya tingkat CAR pada suatu bank dan meningkatnya

biaya operasional, maka penyaluran kredit pada masyarakat pun semakin turun

dan akhirnya laba yang akan diperoleh perusahaan pun akan menurun.

2.10.1 Pengaruh CAR Terhadap Tingkat Profitabilitas Bank

Capital Adequacy Ratio adalah rasio kinerja bank untuk mengukur

kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung

atau menghasilkan risiko, misalnya kredit yang diberikan (Dendawijaya, 2005:

121). Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia, bank yang dinyatakan termasuk

bank yang sehat harus memiliki CAR paling sedikit 8% dari ATMR. Hal ini

didasarkan pada ketentuan yang ditetapkan oleh BIS (Bank for International

Settlements). Semakin besar Capital Adequacy Ratio (CAR) maka keuntungan

bank juga semakin besar. Dengan kata lain semakin kecil risiko suatu bank maka

semakin besar keuntungan yang diperoleh bank.

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.2 Manajemen Keuangan 2.2.1 ...

2.10.2 Pengaruh LDR Terhadap Tingkat Profitabilitas Bank

Loan Deposit Ratio memiliki pengaruh terhadap tingkat profitabilitas

bank. Menurut Dendawijaya (2005:116), LDR tersebut menyatakan, seberapa

jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan

deposan dengan mengadalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya.

Dimana semakin tinggi rasio ini, menunjukan semakin rendahnya kemampuan

likuiditas bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu bank dalam

kondisi bermasalah semakn besar.

Simorangkir (2004:147) mengungkapkan bahwa bank yang dapat

menjaga likuiditasnya membuat perusahaan terhindar dari kondisi bermasalah

sehingga memungkinkan suatu perusahaan untuk memperoleh profitabilitas yang

optimal.

2.10.3 Pengaruh NPL Terhadap Tingkat Profitabilitas Bank

Non Performing Loan menunjukkan bahwa kemampuan manajemen bank

dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank. Sehingga semakin

tinggi rasio ini maka akan semakin buruk kualitas kredit bank yang menyebabkan

jumlah kredit bermasalah semakin besar maka kemungkinan suatu bank dalam

kondisi bermasalah semakin besar (Almilia dan Herdanigtyas, 2005). Sehingga

jika semakin besar Non Puerforming Loan (NPL) akan mengakibatkan

menurunnya Return On Assets, yang juga berarti kinerja keuangan bank menurun.

Begitu pula sebaliknya jika Non Performing Loan (NPL) turun, maka Return on

Assets (ROA) akan semakin meningkat sehingga kinerja keuangan bank dapat

dikatakan semakin baik.

Menurut Mahmoedin (2004:114) menyatakan bahwa profitabilitas adalah

kemampuan bank untuk memperoleh keuntungan. Hal ini terlihat pada

perhitungan produktivitasnya yang dituangkan dalam rumus Return On Equity dan

Return On Assets. Jika kredit tidak lancar (NPL) maka rentabilitasnya menjadi

kecil.

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.2 Manajemen Keuangan 2.2.1 ...

2.10.4 Pengaruh BOPO Terhadap Tingkat Profitabilitas Bank

BOPO merupakan rasio biaya operasional digunakan untuk mengukur

tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya

(Dendawijaya, 2005:120). Rasio BOPO yang semakin meningkat mencerminkan

kurangnya kemampuan bank dalam menekan biaya operasionalnya yang dapat

menimbulkan kerugian karena bank kurang efisien dalam mengelola usahanya.

Rasio yang sering disebut rasio efisien ini digunakan untuk mengukur

kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap

pendapatan operasional. Semakin kecil BOPO berarti semakin efisien biaya

operasional yang dikeluarkan oleh bank yang bersangkutan. Begitu pula

sebaliknya semakin besar BOPO berarti semakin kurang efisien biaya operasional

yang dikeluarkan oleh bank yang bersangkutan.