BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Puskesmas...

25
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Puskesmas 2.1.1 Pengertian puskesmas Fase persiapan pembangunan dibidang kesehatan, yaitu akhir tahun 1960-an, di tandai dengan suatu inovasi yang fundamental dan monumental berupa dicetuskannya pembentukan Pusat Kesehatan Masyarakat di kecamatan-kecamatan (departemen kesehatan, 1995). Semula pelayanan kesehatan dasar kepada masyarakat diselenggarakan melalui berbagai bentuk sarana seperti Balai Pengobatan (BP), Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA), klinik KB, dan lain-lain. Hal ini dirasakan kurang efisien dan efektif, sehingga dalam Rapat Kerja Kesehatan Nasional (Rakerkesnas) tahun 1968 ditetapkan penyatuan dari semua pelayanan kesehatan dasar tersebut kedalam satu lembaga yang disebut Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas). Pada waktu yang lalu, terdapat 13 jenis pelayanan yang harus dilaksanakan puskesmas, di mana enam diantaranya disebut sebagai pelayanan pokok (dikenal dengan sebutan basic six). Keenam pelayanan pokok itu adalah pendidikan kesehatan masyarakat, kesehatan lingkungan, Kesehatan Ibu anak dan keluarga berencana (KIA & KB), perbaikan gizi masyarakat, pencegahan dan pemberantasan penyakit menular, serta pengobatan (Hartono, 2010). Fasilitas layanan kesehatan yang menghasilkan sampah medis di kota gorontalo yaitu puskesmas, diantaranya melalui :

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Puskesmas...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Puskesmas …eprints.ung.ac.id/7045/5/2013-2-2-13201-811409016-bab2... · 2.3 Limbah Imunisasi Menurut Parma (2007) limbah adalah semua buangan

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Puskesmas

2.1.1 Pengertian puskesmas

Fase persiapan pembangunan dibidang kesehatan, yaitu akhir tahun 1960-an,

di tandai dengan suatu inovasi yang fundamental dan monumental berupa

dicetuskannya pembentukan Pusat Kesehatan Masyarakat di kecamatan-kecamatan

(departemen kesehatan, 1995). Semula pelayanan kesehatan dasar kepada

masyarakat diselenggarakan melalui berbagai bentuk sarana seperti Balai Pengobatan

(BP), Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA), klinik KB, dan lain-lain. Hal ini

dirasakan kurang efisien dan efektif, sehingga dalam Rapat Kerja Kesehatan

Nasional (Rakerkesnas) tahun 1968 ditetapkan penyatuan dari semua pelayanan

kesehatan dasar tersebut kedalam satu lembaga yang disebut Pusat Kesehatan

Masyarakat (Puskesmas).

Pada waktu yang lalu, terdapat 13 jenis pelayanan yang harus dilaksanakan

puskesmas, di mana enam diantaranya disebut sebagai pelayanan pokok (dikenal

dengan sebutan basic six). Keenam pelayanan pokok itu adalah pendidikan kesehatan

masyarakat, kesehatan lingkungan, Kesehatan Ibu anak dan keluarga berencana (KIA

& KB), perbaikan gizi masyarakat, pencegahan dan pemberantasan penyakit

menular, serta pengobatan (Hartono, 2010).

Fasilitas layanan kesehatan yang menghasilkan sampah medis di kota

gorontalo yaitu puskesmas, diantaranya melalui :

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Puskesmas …eprints.ung.ac.id/7045/5/2013-2-2-13201-811409016-bab2... · 2.3 Limbah Imunisasi Menurut Parma (2007) limbah adalah semua buangan

11

1. Posyandu (Imunisasi) Dan Tim Medis Keliling

2. Pelayanan Puskesmas : KIA dan KB, Poli Gigi

3. Pelayanan pustu

2.2 Tinjauan Umum Imunisasi

2.2.1 Pengertian imunisasi

Menurut Ranuh (dalam Hidayah, 2011) imunisasi adalah suatu cara untuk

meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila

kelak ia terkena antigen yang serupa, tidak terjadi penyakit. Dalam upaya

pencegahan dan pemberantasan penyakit menular di indonesia baru ada 7 macam

penyakit menular yang diupayakan pencegahannya melalui program imunisasi yang

disebut Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I).

Jenis penyakit yang dapat di cegah dengan imunisasi di Indonesia adalah :

1. Difteri

2. Pertusis

3. Tetanus

4. Tuberkulosis

5. Campak

6. Poliomyelitis

7. Hepatitis B

2.2.2 Jenis-Jenis Imunisasi

Imunisasi telah dipersiapkan sedemikian rupa agar tidak menimbulkan efek

efek yang merugikan. Imunisasi ada 2 macam, yaitu:

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Puskesmas …eprints.ung.ac.id/7045/5/2013-2-2-13201-811409016-bab2... · 2.3 Limbah Imunisasi Menurut Parma (2007) limbah adalah semua buangan

12

1. Imunisasi aktif

Merupakan suatu pemberian bibit penyakit yang telah dilemahkan (vaksin)

agar nantinya sistem imun tubuh berespon spesifik dan memberikan suatu

ingatan terhadap antigen ini, sehingga ketika terpapar lagi tubuh dapat

mengenali dan merespon.

2. Imunisasi pasif

Menurut Atikah (dalam Hidayah, 2011) merupakan suatu proses peningkatan

kekebalan tubuh dengan cara pemberian zat immunoglobulin, yaitu zat yang

dihasilkan melalui suatu proses infeksi yang dapat berasal dari plasma

manusia (kekebalan yang didapat bayi dari ibu melalui placenta) atau

binatang yang digunakan untuk mengatasi mikroba yang sudah masuk dalam

tubuh yang terinfeksi

2.2.3 Macam-Macam Imunisasi

1. Vaksin BCG (Bacillus Calmette Guerin)

Bacillus Calmette Guerin adalah vaksin hidup yang dibuat dari

Mycobacterium bovis yang dibiak berulang selama 1-3 tahun sehingga didapatkan

hasil yang tidak virulen tetapi masih mempunyai imunogenitas.

2. Vaksin DPT (Difteri Pertusis Tetanus)

Vaksin DPT (Difteri Pertusis Tetanus) adalah vaksin yang terdiri dari toxoid

difteri dan tetanus yang dimurnikan serta bakteri pertusis yang telah diinaktivasi

(Depkes RI, 2006).

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Puskesmas …eprints.ung.ac.id/7045/5/2013-2-2-13201-811409016-bab2... · 2.3 Limbah Imunisasi Menurut Parma (2007) limbah adalah semua buangan

13

3. Vaksin Hepatitis B

Vaksin hepatitis B adalah vaksin virus rekombinan yang telah diinaktivasikan

dan bersifat in infectious, berasal dari HBsAg yang dihasilkan dalam sel ragi

(Hansenula polymorph) menggunakan teknologi DNA rekombinan.

4. Vaksin Polio (Oral Polio Vaccine)

Vaksin Oral Polio adalah vaksin yang terdiri dari suspense virus poliomyelitis

tipe 1,2,3 (Strain Sabin) yang sudah dilemahkan, dibuat dibiakkan jaringan ginjal

kera dan distabilkan dengan sukrosa.

5. Vaksin Campak

Vaksin Campak merupakan vaksin virus hidup yang dilemahkan. Setiap dosis

(0,5 ml) mengandung tidak kurang dari 1000 inektive unit virus strain dan tidak lebih

dari 100 mcg residu kanamycin dan 30 mcg residu erithromycin.

2.2.4 Tujuan Imunisasi

Menurut Ranuh (dalam Hidayah, 2011) tujuan imunisasi untuk mencegah

terjadinya penyakit tertentu pada seseorang, dan menghilangkan penyakit tertentu

pada sekelompok masyarakat (populasi) atau bahkan menghilangkan penyakit

tertentu dari dunia seperti pada imunisasi cacar variola.

Program imunisasi bertujuan untuk memberikan kekebalan kepada bayi agar

dapat mencegah penyakit dan kematian bayi serta anak yang disebabkan oleh

penyakit yang sering berjangkit. Secara umum tujuan imunisasi, antara lain:

1. Melalui imunisasi, tubuh tidak mudah terserang penyakit menular.

2. Imunisasi sangat efektif mencegah penyakit menular.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Puskesmas …eprints.ung.ac.id/7045/5/2013-2-2-13201-811409016-bab2... · 2.3 Limbah Imunisasi Menurut Parma (2007) limbah adalah semua buangan

14

3. Imunisasi menurunkan angka morbiditas (angka kesakitan) dan mortalitas

(angka kematian) pada balita.

2.3 Limbah Imunisasi

Menurut Parma (2007) limbah adalah semua buangan yang dihasilkan oleh

aktifitas manusia dan hewan yang berbentuk padat, lumpur, cair, maupun gas yang

dibuangkerena tidak dibutuhkan atau diinginkan lagi. Sedangkan sampah yaitu suatu

bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktifitas manusia maupun alam

yang belum memiliki nilai ekonomis.

Limbah medis atau limbah klinis mencakup semua hasil buangan yang

berasal dari instalasi kesehatan, fasilitas penelitian, dan laboraturium (Direktoral

jendral PP & PL, 2012).

Limbah medis padat adalah limbah padat yang terdiri dari limbah infeksius,

limbah patologi, limbah benda tajam, limbah sitotoksis, limbah kimiawi, limbah

radioaktif, limbah kontainer bertekanan dan limbah dengan kandungan logam berat

yang tinggi (Kepmenkes RI No. 1204/Menkes/ SK/ X/2004, Depkes RI, 2004).

Limbah imunisasi dalam penelitian ini yakni limbah yang dihasilkan dari

kegiatan posyandu (imunisasi) berupa jarum, suntik, disposable, flakon, ampul,

kapas, dan handscoon.

Limbah imunisasi termasuk dalam klasifikasi :

1. Limbah infeksius adalah limbah yang di duga mengandung bahan patogen

(bakteri, virus, parasit, atau jamur) dalam konsentrasi atau jumlah yang cukup

untuk menyebabkan penyakit pada pejamu yang rentan. (Asmadi, 2013)

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Puskesmas …eprints.ung.ac.id/7045/5/2013-2-2-13201-811409016-bab2... · 2.3 Limbah Imunisasi Menurut Parma (2007) limbah adalah semua buangan

15

2. Limbah benda tajam adalah materi padat yang memiliki sudut kurang dari 90

derajat, dapat menyebabkan luka iris atau tusuk misalnya jarum suntik, kaca

sediaan, infuse set, ampul/vial obat, dan lain-lain.

3. Limbah farmasi adalah limbah yang mengandung bahan-bahan farmasi

misalnya :

a) Mencakup produk farmasi, obat, vaksin, serum yang sudah

kadaluarsa, tumpahan obat.

b) Termasuk sarung tangan, masker.

2.4 Pengelolaan Limbah Medis Padat

Sesuai dengan Permenkes RI 1204/MENKES/SK/X/2004 untuk pengelolaan

limbah medis padat yaitu :

2.4.1 Minimasi Limbah

1. Setiap rumah sakit/puskesmas melakukan reduksi limbah dimulai dari

sumbernya.

2. Setiap rumah sakit/puskesmas harus mengelola dan mengawasi penggunaan

bahan kimia yang berbahaya dan beracun.

3. Melakukan Kegiatan perawatan dan pembersihan, Menggunakan bahan

produksi lebih awal, mengecek tanggal kadaluarsa.

2.4.2 Pemilahan, Pewadahan, Pemanfaatan Kembali dan Daur Ulang

1) Pemilahan limbah harus selalu dilakukan dari sumber yang menghasilkan

limbah.

2) Limbah yang akan dimanfaatkan kembali harus dipisahkan dari limbah yang

tidak dimanfaatkan kembali.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Puskesmas …eprints.ung.ac.id/7045/5/2013-2-2-13201-811409016-bab2... · 2.3 Limbah Imunisasi Menurut Parma (2007) limbah adalah semua buangan

16

3) Limbah benda tajam harus dikumpulkan dalam satu wadah tanpa

memperhatikan terkontaminasi atau tidaknya. Wadah tersebut harus anti

bocor, anti tusuk dan tidak mudah untuk dibuka sehingga orang yang tidak

berkepentingan tidak dapat membukanya.

4) Limbah medis padat yang akan dimanfaatkan kembali harus melalui proses

sterilisasi.

5) Limbah jarum hipodermik tidak dianjurkan untuk dimanfaatkan kembali.

Apabila fasilitas layanan kesehatan tidak mempunyai jarum yang sekali pakai

(disposable), limbah jarum hipodermik dapat dimanfaatkan kembali setelah

melalui proses salah satu metode sterilisasi.

Tabel 2.1 Metode Sterilisasi Untuk Limbah Yang Dimanfaatkan Kembali Metode

Sterilisasi Suhu Waktu Kontak

Sumber : Depkes RI. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor:1204/Menkes/SK/X/2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan Rumah

Sakit. Direktorat Jenderal pemberantasan penyakit menular & penyehatan

lingkungan

6) Pewadahan limbah medis padat menurut Kepmenkes RI No.

1204/Menkes/SK/X/2004 harus memenuhi persyaratan dengan menggunakan

wadah dan label seperti tabel 2.2.

Metode sterilisasi Suhu Waktu kontak

Sterilisasi dengan panas

- Sterilisasi kering dalam oven

“ Poupinel”

- Sterilisasi basah dalam otoklaf

Sterilisasi dengan bahan kimia

- Ethylene oxide (gas)

- Glutaraldehyde (cair)

1600 C

1700 C

1210 C

500 C – 60

0 C

-

120 menit

60 menit

30 menit

3 – 8 jam

30 menit

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Puskesmas …eprints.ung.ac.id/7045/5/2013-2-2-13201-811409016-bab2... · 2.3 Limbah Imunisasi Menurut Parma (2007) limbah adalah semua buangan

17

Tabel 2.2 Rekomendasi kode warna untuk limbah layanan kesehatan

No Kategori

Warna

kontainer/kantong

plastik

Lambang Keterangan

1 Radioaktif Merah Kantong boks timbal

dengan simbol

radioaktif

2 Sangat

infeksius Kuning

Kantong plastik kuat,

anti bocor, atau

kontainer yang dapat

disterilisasi dengan

otoklaf

3

Limbah

infeksius,

patologi, dan

anatomi

Kuning Plastik kuat dan anti

bocor atau kontainer

4 Sitotoksis Ungu

Kontainer plastik kuat

dan anti bocor

5 Limbah kimia

dan farmasi Coklat -

Kantong plastik atau

kontainer

Sumber : Depkes RI. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor:1204/Menkes/SK/X/2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan Rumah

Sakit. Direktorat Jenderal pemberantasan penyakit menular & penyehatan

lingkungan

7) Proses daur ulang tidak bisa dilakukan oleh fasilitas layanan kesehatan

kecuali untuk pemulihan perak yang dihasilkan dari pengolahan foto rontgen.

8) Limbah sitotoksik dikumpulkan dalam wadah yang kuat, anti bocor, dan

diberi label bertuliskan “Limbah Sitotoksik”.

Kunci minimisasi dan pengelolaan limbah layanan kesehatan secara efektif

adalah pemilahan (segregasi) dan identifikasi limbah. Penanganan , pengolahan dan

pembuangan akhir limbah berdasarkan jenisnya akan menurunkan biaya yang

dikeluarkan serta memberikan manfaat yang lebih banyak dalam melindungi

kesehetan masyarakat. Pemilahan merupakan tanggungjawab yang di bebankan pada

produsen limbah dan harus dilakukan sedekat mungkin dengan tempat dihasilkannya

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Puskesmas …eprints.ung.ac.id/7045/5/2013-2-2-13201-811409016-bab2... · 2.3 Limbah Imunisasi Menurut Parma (2007) limbah adalah semua buangan

18

limbah, kondisi yang tetap terpilah itu harus tetap dipertahankan di area

penampungan dan selama pengangkutan.

Selain pengkodean berdasarkan warna pada kontainer limbah praktek berikut

juga direkomendasikan:

1. Limbah benda tajam harus dikumpulkan bersamaan, baik yang

terkontaminasi ataupun tidak. Kontainernya harus anti robek (biasanya

terbuat dari logam atau palstik berdensitas tinggi) dan pas dengan tutupnya.

Kontainer itu harus kokoh dan impermiabel agar dapat menahan benda tajam

dan cairan residu yang keluar dari spuit tetap dalam kontainer. Untuk

menurunkan resiko kerusakan, kontainer harus tahan banting (sulit dibuka

atau dipecahkan) dan jarum serta spuit harus di buat tidak berguna lagi. Jika

kontainer plastik atau logam tidak tersedia atau terlalu mahal sebaiknya

gunakan kontainer yang terbuat dari papan kardus padat (WHO,1997).

Kemasan tersebut untuk memudahkan pengangkutan dan harus dilapisi

dengan plastik seperti pada gambar berikut:

Gambar 2.1. Kotak Pengaman (Safety box) (Depkes RI, 2006)

2. Kantong dan kontainer untuk limbah infeksius harus ditandai dengan

simbol seperti pada gambar berikut :

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Puskesmas …eprints.ung.ac.id/7045/5/2013-2-2-13201-811409016-bab2... · 2.3 Limbah Imunisasi Menurut Parma (2007) limbah adalah semua buangan

19

Gambar 2.2 Simbol internasional bahan infeksius (pengelolaan limbah medis rumah

sakit, 2013)

3. Limbah infeksius dengan kadar radioaktif rendah (misalnya kapas spuit untuk

tujuan diagnostic atau terapeutik) dapat dikumpulkan dalam kantong atau

kontainer berwarna kuning untuk limbah infeksius jika nantinya limbah

tersebut akan dibakar.

Karena biaya pengolahan dan pembuangan akhir yang aman untuk limbah

layanan kesehatan biasanya 10 kali lebih tinggi dari biaya untuk pengolahan dan

pembuangan limbah umum, maka semua limbah umum yaitu limbah non infeksius

harus di kelola dengan cara yang sama dengan pengelolaan limbah domestik dan di

kumpulkan dalam kantong hitam. Limbah layanan kesehatan selain limbah benda

tajam tidak boleh di buang dalam kontainer benda tajam, karena harga kontainer ini

lebih mahal dibandingkan kantong yang digunakan untuk limbah infeksius lain.

Tindakan semacam ini membantu meminimalisasi biaya pengumpulan dan

pengolahan limbah layanan kesehatan. Jika yang di gunakan adalah spuit sekali pakai

misalnya kemasan harus dibuang dalam kontainer kuning untuk benda tajam. Dalam

kebanyakan kondisi, jarum tidak boleh dilepas dari spuit karena beresiko

menimbulkan cedera; jika jarum memang harus di lepas, lakukan dengan sangat hati-

hati. Kontainer atau bag holder yang tepat harus ditempatkan di semua lokasi yang

potensial menghasilkan limbah dari kategori tertentu. Instruksi mengenai pemilahan

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Puskesmas …eprints.ung.ac.id/7045/5/2013-2-2-13201-811409016-bab2... · 2.3 Limbah Imunisasi Menurut Parma (2007) limbah adalah semua buangan

20

dan identifikasi limbah juga harus dipasang disetiap titik pengumpulan untuk

mengingatkan staff akan prosedur pelaksanaannya. Kontainer harus diangkat jika

sudah tiga per empat penuh.

Staf jangan pernah mencoba memperbaiki kesalahan yang di lakukan saat

pemilahan dengan mengeluarkan item dari satu kantong atau kontainer setelah

pembuangan atau dengan memasukkan satu kantong kedalam kantong lain yang

warnanya berbeda. Jika limbah umum dan limbah berbahaya secara tak sengaja

tercampur, campuran limbah itu harus diperlakukan sebagai limbah layanan

kesehatan yang berbahaya.

Untuk kegiatan imunisasi petugas kesehatan jika tidak ada kotak pengaman

(safety box) bisa juga menggunakan kotak dari kertas karton untuk mengumpulkan

semprit dan jarum dan membawa peralatan ini ke suatu tempat dimana alat-alat ini

dapat ditimbun dan dibakar. Jangan menggunakan wadah yang sama setelah diisi

sekali, selain itu hancurkan wadah bila isinya sudah hampir penuh dan dapatkan

wadah baru untuk pelayanan berikutnya.

2.4.3 Tempat Penampungan Sementara

1. Bagi rumah sakit/puskesmas yang mempunyai insinerator di lingkungannya

harus membakar limbahnya selambat-lambatnya 24 jam.

2. Bagi rumah sakit/puskesmas yang tidak mempunyai insinerator, maka limbah

medis padatnya harus dimusnahkan melalui kerjasama dengan rumah sakit

lain atau pihak lain yang mempunyai insinerator untuk dilakukan

pemusnahan selambat-lambatnya 24 jam apabila disimpan pada suhu ruang.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Puskesmas …eprints.ung.ac.id/7045/5/2013-2-2-13201-811409016-bab2... · 2.3 Limbah Imunisasi Menurut Parma (2007) limbah adalah semua buangan

21

Berdasarkan kajian dari BTKL-PPM Manado untuk penanganan limbah

medis lebih efisien dan efektif bila setiap puskesmas mengatur jadwal pengiriman

limbah tidak lebih dari 72 jam (3 hari) waktu tampung atau penyimpanan sementara

limbah sebelum dimusnahkan di incinerator, cukup satu incinerator dapat

mengcover limbah yang berasal dari puskesmas-puskesmas yang berada di satu

wilayah.

Menurut Pruss. A (2005) lokasi penampungan untuk limbah layanan

kesehatan harus dirancang agar dapat berada di dalam wilayah instansi layanan

kesehatan. Limbah baik dalam kantong maupun kontainer, harus ditampung di area,

ruangan atau bangunan terpisah yang ukurannya sesuai dengan kuantitas limbah

yang dihasilkan dan frekuensi pengumpulannya. Beberapa rekomendasi pada sistem

penampungan yaitu :

a) Lantai yang kokoh , impermiebel, drainase baik, dan mudah dibersihkan /

desinfeksi.

b) Ruangan penampungan harus tetap di kunci untuk mencegah masuknya

mereka yang tidak berkepentingan.

c) Ruangan harus terlindungi dari sinar matahari.

d) Ruangannya harus terlindung dari serangga, burung dan binatang lainnya.

e) Pencahayaan ruangan baik fentilasinya pasif

Beberapa pengecualian bila di gunakan ruangan yang memiliki pendingin,

waktu tampung sementara untuk limbah layanan kesehatan (misalnya, waktu tunggu

antara produksi dan pengolahan ) jangan sampai melebihi :

Iklim sedang : 72 jam di musim dingin

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Puskesmas …eprints.ung.ac.id/7045/5/2013-2-2-13201-811409016-bab2... · 2.3 Limbah Imunisasi Menurut Parma (2007) limbah adalah semua buangan

22

48 jam di musim panas

Iklim hangat : 48 jam di musim hujan

24 jam di musim kemarau

2.4.4 Pengangkutan limbah

Persyaratan dalam pengangkutan (transportasi) limbah padat sesuai dengan

Permenkes RI 1204/MENKES/SK/X/2004 yaitu :

1. Kantong limbah medis padat sebelum dimasukkan ke kenderaan pengangkut

harus diletakkan dalam kontainer yang kuat dan tertutup.

2. Kantong limbah padat harus aman dari jangkauan manusia maupun binatang.

3. Petugas yang mengangani limbah, harus menggunakan alat pelindung diri

terdiri dari :

a) Topi/helm

b) Masker

c) Pelindung mata

d) Pakaian panjang

e) Apron untuk industry

f) Pelindung kaki/sepatu bot, dan

g) Sarung tangan khusus (disposable gloves atau heavy duty gloves)

2.4.5 Pengolahan, Pemusnahan, dan Pembuangan Akhir Limbah Padat

Dalam Permenkes RI 1204/MENKES/SK/X/2004 untuk pengolahan,

pemusnahan, dan pembuangan akhir limbah infeksius dan benda tajam yaitu :

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Puskesmas …eprints.ung.ac.id/7045/5/2013-2-2-13201-811409016-bab2... · 2.3 Limbah Imunisasi Menurut Parma (2007) limbah adalah semua buangan

23

a. Limbah yang sangat infeksius seperti biakan dan persediaan agen

infeksius dari laboratorium harus di sterilisasi dengan pengolahan panas

dan basah seperti dalam autoclave sedini mungkin. Untuk limbah

infeksius yang lain cukup dengan cara disinfeksi.

b. Benda tajam harus diolah dengan insinerator bila memungkinkan, dan

dapat diolah bersama dengan limbah infeksius lainnya. Kapsulisasi juga

cocok untuk benda tajam.

c. Setelah insinerasi atau disifeksi, residunya dapat dibuang ketempat

pembuangan B3 atau dibuang ke landfill jika residunya sudah aman.

Setiap cara pembuangan sampah yang dipilih untuk pusat kesehatan harus

memenuhi peraturan dampak lingkungan dan petunjuk khusus Departemen

Kesehatan dalam hal ini petugas imunisasi harus bekerja sama dengan petugas

puskesmas yang diberi tanggung jawab untuk itu, misalnya petugas kesehatan

lingkungan. Beberapa tehnik pengelolaan limbah medis tajam puskesmas yaitu :

a) Dengan safety box

Alternatif 1

1. Jarum dan syringe langsung dimasukkan ke dalam safety box pada

setiap selesai satu penyuntikan.

2. Setelah penuh, safety box dan isinya dikirim ke sarana kesehatan lain

yang memiliki incinerator dengan suhu pembakaran 10000 C atau

yang memiliki alat pemusnah carbonizer.

Alternatif 2

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Puskesmas …eprints.ung.ac.id/7045/5/2013-2-2-13201-811409016-bab2... · 2.3 Limbah Imunisasi Menurut Parma (2007) limbah adalah semua buangan

24

1. Jarum syringe langsung dimasukkan ke dalam safety box pada setiap

selesai satu penyuntikan.

2. Setelah penuh, safety box dan isinya ditanam di dalam sumur galian

yang kedap air atau needle pit yang lokasinya didalam puskesmas.

b) Dengan needle cutter

Alternatif 1

1. Jarum dipatahkan dengan needle cutter pada setiap selesai satu

penyuntikan.

2. Potongan jarum yang terkumpul didalam needle collection container

dimasukkan kedalam safety box, kemudian dilanjutkan dengan proses

penanganan seperti yang dijelaskan dalam penanganan menggunakan

safety box.

Alternatif 2

1. Jarum dipatahkan dengan needle cutter pada setiap selesai satu

penyuntikan.

2. Potongan jarum yang terkumpul didalam needle collection container

dimasukkan kedalam needle pit.

3. Syringe bekas pakai didisinfeksi dengan menggunakan larutan sodium

hipoklorit 5% dan direndam selama 30 menit, sehingga syringe telah

steril dan dapat didaur ulang.

c) Dengan needle burner

1. Jarum dimusnakan dengan needle burner langsung pada setiap selesai

satu penyuntikan .

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Puskesmas …eprints.ung.ac.id/7045/5/2013-2-2-13201-811409016-bab2... · 2.3 Limbah Imunisasi Menurut Parma (2007) limbah adalah semua buangan

25

2. Syringe selanjutnya diproses seperti dijelaskan dalam penanganan

dengan needle cutter.

3. Hasil proses pemusnahan dengan needle burner dimasukkan ke dalam

kantong plastik warna hitam, karena sudah tidak infeksius.

4. Sisa proses bersama kantong plastiknya langsung dibawa ke tempat

penampungan sementara limbah domestik.

2.5 Dampak Kesehatan Limbah Medis

2.5.1 Risiko akibat limbah medis

a) Jenis Risiko

Pajanan pada limbah layanan kesehatan yang berbahaya dapat mengakibatkan

penyakit atau cedera. Sifat bahaya dari limbah medis tersebut mungkin muncul

akibat satu atau beberapa karakteristik berikut :

1. Limbah mengandung agens infeksius

2. Limbah bersifat genetoksik

3. Limbah mengandung zat kimia atau obat-obatan berbahaya atau beracun

4. Limbah bersifat radioaktif

5. Limbah mengandung benda tajam

b) Mereka Yang Berisiko

Semua orang yang terpajan limbah berbahaya dari fasilitas kesehatan

kemungkinan besar menjadi orang yang beresiko termasuk yang berada dalam

fasilitas penghasil limbah dan mereka yang berada diluar fasilitas serta memiliki

pekerjaan mengelola limbah semacam itu atau beresiko akibat kecerobohan dalam

sistem manajemen limbahnya, antara lain ;

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Puskesmas …eprints.ung.ac.id/7045/5/2013-2-2-13201-811409016-bab2... · 2.3 Limbah Imunisasi Menurut Parma (2007) limbah adalah semua buangan

26

1. Dokter, perawat, pegawai layanan kesehatan dan tenaga pemeliharaan

rumah sakit

2. Pasien yang menjalani perawatan di instansi layanan kesehatan atau

dirumah

3. Penjenguk pasien rawat inap

4. Tenaga bagian layanan pendukung yang bekerja sama dengan instansi

layanan kesehatan masyarakat, misalnya, bagian binatu, pengelolaan

limbah dan bagian transportasi.

5. Pegawai pada fasilitas pembuangan limbah (misalnya, ditempat

penampungan sampah akhir atau incinerator, termasuk pemulung (Pruss.

A, 2005).

2.5.2 Bahaya Akibat Limbah Infeksius dan Benda Tajam

Limbah infeksius dapat mengandung berbagai macam mikroorganisme

pathogen. Patogen tersebut dapat memasuki tubuh manusia melalui beberapa jalur ;

1. Akibat tusukan, lecet atau luka di kulit

2. Melalui membrane mukosa

3. Melalui pernapasan

4. Melalui ingesti

Kekhawatiran muncul terutama terhadap penyakit HIV serta virus hepatitis B

dan C karena ada bukti kuat yang menunjukan bahwa virus tersebut ditularkan

melalui limbah layanan kesehatan. Penularan umumnya terjadi melalui cedera dan

jarum spuit yang terkontaminasi darah manusia.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Puskesmas …eprints.ung.ac.id/7045/5/2013-2-2-13201-811409016-bab2... · 2.3 Limbah Imunisasi Menurut Parma (2007) limbah adalah semua buangan

27

Di fasilitas kesehatan, keberadaan bakteri yang resisten terhadap antibiotik

dan desinfektan kimia juga dapat memperbesar bahaya yang muncul akibat limbah

layanan kesehatan yang buruk pengelolaannya. Contoh plasmid dari strain

laboratorium yang terkandung dalam limbah layanan kesehatan ternyata dapat

berpindah kedalam bakteri di alam melalui sistem pembuangan limbah yang tidak

saniter.

Kultur patogen yang pekat dan benda tajam yang terkontaminasi (terutama

jarum suntik) mungkin merupakan jenis limbah yang potensi bahayanya paling akut

bagi kesehatan. Benda tajam tidak hanya dapat menyebabkan luka gores maupun

luka tusuk tetapi juga dapat menginfeksi luka jika benda ini terkontaminasi patogen.

Karena resiko ganda inilah (cedera dan penularan penyakit), benda tajam termasuk

dalam kelompok limbah yang sangat berbahaya. Kekhawatiran pokok yang muncul

adalah bahwa infeksi yang ditularkan melalui subkutan dapat menyebabkan

masuknya agent penyebab penyakit, misalnya infeksius virus pada darah. Jarum

suntik merupakan bagian yang penting dalam limbah benda tajam, dan berbahaya

karena sering terkontaminasi darah pasien.

2.5.3 Dampak Limbah Terhadap Masyarakat

Limbah yang dihasilkan puskesmas terutama limbah tajam imunisasi dapat

membahayakan seperti misalnya sampah benda-benda tajam dapat menimbulkan

masalah kesehatan dan lingkungan yang serius, diantaranya bahaya kematian yaitu

dengan membiarkan semprit dan jarum bekas berada di tempat atau tanah terbuka

menimbulkan resiko bagi masyarakat. Paling sering, anak-anak menjadi korban

terkena luka tusukan jarum akibat pembuangan jarum yang di lakukan sembarangan.

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Puskesmas …eprints.ung.ac.id/7045/5/2013-2-2-13201-811409016-bab2... · 2.3 Limbah Imunisasi Menurut Parma (2007) limbah adalah semua buangan

28

Selain itu juga membuang semprit dan jarum bekas di sungai dapat mengotori air

yang digunakan untuk minum dan mencuci Begitu juga pemulung di lokasi

pembuangan akhir limbah (sekalipun resiko ini tidak terdokumentasi). Di kalangan

pasien dan masyarakat resiko terkena infeksi tersebut jauh lebih rendah. Namun

beberapa infeksi yang menyebar melalui media lain atau disebabkan oleh agent yang

lebih resisten dapat menimbulkan resiko yang bermakna pada masyarakat dan pasien.

2.6 Mikroorganisme Patogen di Lingkungan

Mikroorganisme patogen memiliki kemampuan yang terbatas untuk bertahan

hidup di alam bebas. Kemampuan ini bergantung pada jenis mikroorganisme dan

merupakan cara kerja dari pertahanan dirinya terhadap kondisi lingkungan seperti

suhu,kelembaban, radiasi ultraviolet, ketersediaan zat organik, keberadaan predator

dan sebagainya. Contoh mikrooganime tersebut sebagai berikut :

1. Virus Hepatitis B

a) Persisten di udara kering

b) Hidup beberapa minggu ditanah

c) Tahan terhadap pajanan antiseptic

d) Tahan sampai 10 jam pada suhu 600 C

e) Tahan 1 minggu pada tetesan darah dalam jarum suntik (termasuk virus

hepatitis C)

2. Virus HIV

a) Tahan 3-7 hari pada suhu ambien

b) Tahan 15 menit pada cairan etanol 70%

c) Inaktif pada suhu 560 C

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Puskesmas …eprints.ung.ac.id/7045/5/2013-2-2-13201-811409016-bab2... · 2.3 Limbah Imunisasi Menurut Parma (2007) limbah adalah semua buangan

29

Dalam mengevaluasi daya tahan atau penyebaran mikroorganisme patogen

dilingkungan, kita juga harus memperhitungkan peran vektor seperti hewan pengerat

dan serangga. Hal ini berlaku untuk pengelolaan limbah layanan kesehatan baik di

dalam maupun diluar fasilitas layanan kesehatan. Vektor seperti tikus, lalat, dan

kecoa yang makan maupun bertelur pada sampah organik, disebut sebagai carrier

pasif mikroba patogen, jumlahnya akan meningkat tajam jika terjadi kekeliruan

dalam pengelolaan limbah.

2.7 Teknologi Pengolahan dan Pembuangan Limbah Medis

Menurut Prüss (dalam Harahap, 2010) beberapa pilihan teknologi pengolahan

dan pembuangan limbah medis yang dapat digunakan sebagai berikut:

1. Insinerasi

Insinerasi merupakan proses oksidasi kering bersuhu tinggi yang dapat

mengurangi limbah organik dan limbah yang mudah terbakar menjadi bahan

anorganik yang tidak mudah terbakar dan mengakibatkan penurunan yang sangat

signifikan dari segi volume maupun berat limbah. Proses ini biasanya dipilih untuk

mengolah limbah yang tidak dapat didaur ulang, dimanfaatkan kembali, atau dibuang

di lokasi landfill. Alat untuk melakukan insinerasi disebut incinerator yang harus

dioperasikan pada suhu antara 1000 0C dan 1200

0C.

2. Rotary klin

Rotary klin (tungku berputar) yang terdiri dari sebuah open berputar dan

sebuah bilik pasca pembakaran. Suhu insinerasi 1200-16000C yang memungkinkan

terjadinya penguraian bahan kimia. Rotary klin sesuai untuk kategori limbah

infeksius, limbah benda tajam, limbah patologis, limbah bahan kimia dan sediaan

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Puskesmas …eprints.ung.ac.id/7045/5/2013-2-2-13201-811409016-bab2... · 2.3 Limbah Imunisasi Menurut Parma (2007) limbah adalah semua buangan

30

farmasi serta limbah sitotoksik. Limbah yang tidak boleh diinsinerasi dengan Rotary

klin adalah kontainer bertekanan dan limbah yang mengandung logam berat

berkonsentrasi tinggi.

Biaya peralatan dan biaya operasional cukup tinggi, demikian pula dengan

energi yang dibutuhkan. Limbah produk sampingan insinerasi sangat korosif

sehingga lapisan tahan panas tungku harus sering diperbaiki atau diganti. Dibutuhkan

tenaga yang terlatih dengan baik untuk menjalankannya.

3. Desinfeksi kimia

Desinfeksi kimia yang digunakan secara rutin dalam aktivitas layanan

kesehatan untuk membunuh mikroorganisme pada peralatan medis dan pada lantai

atau dinding, saat ini telah diperluas penggunaannya untuk pengolahan limbah

medis. Zat kimia ditambahkan ke dalam limbah untuk membunuh atau

menonaktifkan patogen yang ada di dalamnya, perlakuan tersebut biasanya

menyebabkan desinfeksi bukan sterilisasi. Desinfeksi kimia paling sesuai untuk

mengolah limbah seperti darah, urine dan feses. Limbah medis padat dan limbah

infeksius mencakup kultur mikrobiologis, serta limbah benda tajam juga dapat

didesinfeksi secara kimia dengan syarat desinfektan yang dipergunakan berasal dari

jenis yang kuat, yang juga termasuk bahan berbahaya dan hanya boleh digunakan

oleh petugas yang terlatih dan terlindung dengan baik. Jenis bahan kimia yang

digunakan untuk desinfeksi limbah medis seperti formaldehid, etilen oksida,

glutaraldehid, natium hipoklorit dan klor dioksida.

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Puskesmas …eprints.ung.ac.id/7045/5/2013-2-2-13201-811409016-bab2... · 2.3 Limbah Imunisasi Menurut Parma (2007) limbah adalah semua buangan

31

4. Autoclaving

Autoclaving merupakan proses desinfeksi termal basah yang efisien. Biasanya

otoklaf digunakan di rumah sakit untuk sterilisasi peralatan medis yang dapat

digunakan kembali. Peralatan tersebut hanya dapat mengolah sedikit limbah

sehingga umumnya hanya digunakan untuk limbah yang sangat infeksius misalnya

kultur mikroba atau benda tajam.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa inaktivasi yang efektif terhadap semua

mikroorganisme vegetatif dan kebanyakan spora bakteri dalam sedikit limbah

(sekitar 5-8 kg) memerlukan siklus 60 menit pada suhu dan tekanan minimum 1210C

sehingga kondisi tersebut memungkinkan uap untuk berpenetrasi secara maksimum

ke dalam materi limbah.

5. Sanitary landfill

Sanitary landfill adalah pembuangan limbah yang terkelola di sebuah lokasi

yang kecil, memungkinkan limbah untuk disebar merata, dipadatkan, dan ditimbun

(ditutup dengan tanah) setiap hari. Penutupan yang adekuat bagian dasar dan sisi

lubang di lokasi untuk meminimalkan pergerakan cairan dari sampah keluar dari

lokasi. Pembuangan limbah infeksius dan sedikit limbah sediaan farmasi dapat

dilakukan dengan sanitary landfill. Metode ini dapat mencegah kontaminasi tanah

dan air permukaan serta air tanah dan mengurangi pencemaran udara, bau, serta

kontak langsung dengan masyarakat umum.

6. Encapsulation (pembungkusan)

Encapsulation (pembungkusan) adalah pengolahan limbah dengan

memasukkan limbah ke dalam kontainer kemudian ditambahkan zat yang membuat

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Puskesmas …eprints.ung.ac.id/7045/5/2013-2-2-13201-811409016-bab2... · 2.3 Limbah Imunisasi Menurut Parma (2007) limbah adalah semua buangan

32

limbah tidak dapat bergerak kemudian kontainer ditutup. Proses ini dapat

menggunakan kotak yang terbuat dari drum logam yang tiga perempatnya diisi

dengan benda tajam atau residu bahan kimia atau sediaan farmasi. Kontainer atau

kotak tersebut kemudian ditutup dengan sejenis busa plastik, pasir bitumen, adukan

semen atau materi lempung. Setelah media tersebut kering, kontainer dapat ditutup

dan dibuang ke lokasi landfill.

7. Inertisasi

Proses inertisasi mencakup pencampuran limbah dengan semen dan substansi

lain sebelum dibuang guna meminimalkan resiko berpindahnya substansi yang

terkandung dalam limbah ke air permukaan atau air tanah. Proporsi campuran terdiri

dari 65% limbah farmasi, 15% batu kapur, 15% semen dan 5% air. Metode ini sangat

sesuai untuk limbah sediaan farmasi dan untuk abu insinerasi yang mengandung

logam berkadar tinggi. Proses ini tidak mahal dan dapat dilakukan dengan peralatan

yang sederhana. Tetapi inertisasi tidak bisa digunakan untuk limbah infeksius.

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Puskesmas …eprints.ung.ac.id/7045/5/2013-2-2-13201-811409016-bab2... · 2.3 Limbah Imunisasi Menurut Parma (2007) limbah adalah semua buangan

33

2.8 Kerangka Berpikir

2.8.1 Kerangka Teori

Gambar 2.3 Kerangka Teori

Puskesmas merupakan sarana pelayanan kesehatan masyarakat bagi kasus-

kasus ringan atau penyakit ringan. Salah satu upaya untuk mendukung pelayanan

peningkatan kesehatan (promotif) dan pencegahan penyakit (preventif) adalah

Kegiatan

Imunisasi

Puskesmas

Teknologi

Pengolahan dan

Pembuangan Limbah

Medis

Mikroorganisme

Patogen di

Lingkungan

Pengelolaan Limbah

Medis Padat

Risiko akibat

limbah medis

Bahaya akibat

limbah infeksius

dan benda tajam

Dampak terhadap

masyarakat

Dampak Kesehatan

Limbah Medis

Minimasi limbah

Pemilahan,

pewadahan,

pemanfaatan

kembali dan daur

ulang

Pengangkutan

(transportasi)

Tempat

penampungan

sementara

Pengolahan,

pemusnahan,dan

pembuangan akhir

limbah padat

Limbah medis

kegiatan imunisasi :

jarum suntik,

disposable, flakon,

ampul, kapas,

handscoon

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Puskesmas …eprints.ung.ac.id/7045/5/2013-2-2-13201-811409016-bab2... · 2.3 Limbah Imunisasi Menurut Parma (2007) limbah adalah semua buangan

34

dengan penyediaan program kegiatan pelayanan imunisasi di puskesmas. Kegiatan

ini tentunya menghasilkan limbah medis sisa kegiatan imunisasi diantaranya jarum,

suntik, disposable, flakon, ampul, kapas, handscoon. Limbah medis kegiatan

imunisasi ini ditinjau dari empat aspek yaitu :

1) Teknologi pengolahan dan pembuangan limbah

2) Mikroorganisme patogen di lingkungan

3) Dampak kesehatan limbah medis dilihat dari risiko akibat limbah medis,

bahaya akibat limbah infeksius dan benda tajam, dampak terhadap

masyarakat.

4) Pengelolaan limbah medis padat dilihat dari minimasi limbah, pemilahan

pewadahan, pemanfaatan kembali dan daur ulang, pengangkutan

(transportasi), tempat penampungan sementara, pengolahan pemusnahan dan

pembuangan akhir limbah padat.

2.8.2 Kerangka Konsep

Gambar 2.4 Kerangka Konsep

Pengelolaan Limbah

Medis Padat

Minimasi limbah

Pemilahan, pewadahan,

pemanfaatan kembali dan daur

ulang

Pengangkutan (transportasi)

Tempat penampungan sementara

Pengolahan, pemusnahan,dan

pembuangan akhir limbah padat