BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Sulaman...

22
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Sulaman Karawo Sulaman adalah salah satu teknik kreasi menghias pada kain polos atau kain tenunan polos dengan cara menggunakan tusuk hias dan variasinya, yang mempunyai bentuk dan ukuran yang teratur dengan menggunakan berbagai macam jenis benang berwarna dan sesuai motif selera si pemakai/pengrajin. Menyulam istilah menjahit yang berarti menjahitkan benang searah dekorasi (Elly Muliyanti dalam Ibrahim, 2013:7). Bagi masyarakat melayu, sulam sudah dikenal sejak berabad-abad yang lalu. Sulam menjadi lambang kebijakan kepribadian kaum perempuan. Kain sulam begitu melekat pada kehidupan dan sosial budaya masyarakat Nusantara, (Hasdiana, dkk, 2012:30) Karawo sebagai identitas masyarakat Gorontalo tak lekang dimakan zaman. Sejak awal abad ke-17 di daerah Ayula (salah satu Desa di Kabupaten Bone Bolango), karawo telah tumbuh menjadi sebuah kerajinan tangan (handycraft) yang memiliki nilai seni tinggi. Disamping tingkat kerumitannya yang tinggi, proses pembuatan kerajinan ini belum dapat digantikan perannya oleh mesin sehingga wajar apabila sulaman karawo dikatakan sebagai handmade masterpiece (Purnama, 2011).

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Sulaman...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Sulaman Karawoeprints.ung.ac.id/817/6/2013-2-88210-544409003-bab2... · 2014-01-25 · Contohnya pola hias batik, pola hias Majapahit, Jepara,

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Sulaman Karawo

Sulaman adalah salah satu teknik kreasi menghias pada kain polos atau kain

tenunan polos dengan cara menggunakan tusuk hias dan variasinya, yang

mempunyai bentuk dan ukuran yang teratur dengan menggunakan berbagai

macam jenis benang berwarna dan sesuai motif selera si pemakai/pengrajin.

Menyulam istilah menjahit yang berarti menjahitkan benang searah dekorasi (Elly

Muliyanti dalam Ibrahim, 2013:7).

Bagi masyarakat melayu, sulam sudah dikenal sejak berabad-abad yang lalu.

Sulam menjadi lambang kebijakan kepribadian kaum perempuan. Kain sulam

begitu melekat pada kehidupan dan sosial budaya masyarakat Nusantara,

(Hasdiana, dkk, 2012:30)

Karawo sebagai identitas masyarakat Gorontalo tak lekang dimakan zaman.

Sejak awal abad ke-17 di daerah Ayula (salah satu Desa di Kabupaten Bone

Bolango), karawo telah tumbuh menjadi sebuah kerajinan tangan (handycraft)

yang memiliki nilai seni tinggi. Disamping tingkat kerumitannya yang tinggi,

proses pembuatan kerajinan ini belum dapat digantikan perannya oleh mesin

sehingga wajar apabila sulaman karawo dikatakan sebagai handmade masterpiece

(Purnama, 2011).

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Sulaman Karawoeprints.ung.ac.id/817/6/2013-2-88210-544409003-bab2... · 2014-01-25 · Contohnya pola hias batik, pola hias Majapahit, Jepara,

7

2.1.1 Cara atau Teknik Mokarawo

Pentahapan proses pembuatan sulaman karawo pada dasarnya hanya terbagi

dalam tiga tahap yaitu iris dan cabut benang, menyulam dan finising. Dalam

proses iris dan cabut benang adalah bagaimana membentuk batas dan

merencanakan luas bidang yang akan diisi dengan karawo berdasarkan pola

gambar yang ada. Ketajaman dan kecermatan menghitung benang-benang yang

akan diiris dan dicabut, sangat menentukan hasil serta kehalusan dalam

pengerjaan sulaman karawo. Dengan bidang pencabutan dan pengirisan yang rapi

dan teratur akan memperoleh hasil sulaman karawo yang rapi dan halus.

Alat yang digunakan untuk mengiris dan mencabut serat benang ini

biasanya menggunakan jarum jahit nomor 6 dan silet sebagai alat pengiris. Jarum

disusupkan di bawah dan di atas benang konstruksi kain sepanjang yang

direncanakan. Benang yang akan diiris terletak di atas jarum dan sebaliknya

benang yang tertinggal berada di bawah jarum. Setelah batas-batas bidang yang

akan dibentuk selesai diiris, kemudian benang yang teriris segera dicabut sampai

habis dan berbentuk konstruksi kerawangan atau tembus pandang pada bidang

irisan yang akan disulam. Patokan di dalam proses pengirisan dan pencabutan

serat benang ditentukan oleh jenis kain yang akan disulam. Setelah selesai maka

selanjutnya mulai menerapkan desain motif pada kain yang sudah selesai dicabut,

(Departemen Perindustrian, 1977:13).

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Sulaman Karawoeprints.ung.ac.id/817/6/2013-2-88210-544409003-bab2... · 2014-01-25 · Contohnya pola hias batik, pola hias Majapahit, Jepara,

8

2.1.2 Peralatan dan Bahan yang Digunakan pada Sulaman Karawo

a. Alat

Alat yang digunakan pada sulaman karawo diantaranya :

1. Gunting

Gambar 1. Gunting Kecil dan Gunting Besar

(Foto : Dok. Penulis, 4 Oktober 2013)

Jika dilihat dari keterangan gambar di atas maka setiap alat tersebut

memiliki fungsi masing-masing diantaranya yaitu gunting kecil fungsinya untuk

memotong benang yang akan digunakan pada sulaman karawo sedangkan gunting

besar fungsinya untuk memotong kain untuk dibuat sulaman karawo dan

membersihkan sisa-sisa benang.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Sulaman Karawoeprints.ung.ac.id/817/6/2013-2-88210-544409003-bab2... · 2014-01-25 · Contohnya pola hias batik, pola hias Majapahit, Jepara,

9

2. Jarum

Gambar 2. Jarum Tangan

(Foto : Dok. Penulis, 4 Oktober 2013)

Jarum tangan fungsinya untuk mencabut serat benang dan juga sebagai alat

utama dalam proses pembuatan sulaman karawo, jika dilihat dari jarum tersebut

ada jarum besar dan juga jarum kecil, akan tetapi yang banyak digunakan yaitu

jarum dengan ukuran kecil.

3. Silet

Gambar 3. Silet

(Foto : Dok. Penulis, 4 Oktober 2013)

Silet ini digunakan oleh pengrajin, fungsinya untuk memotong serat benang

yang akan dicabut pada kain.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Sulaman Karawoeprints.ung.ac.id/817/6/2013-2-88210-544409003-bab2... · 2014-01-25 · Contohnya pola hias batik, pola hias Majapahit, Jepara,

10

4. Centimeter

Gambar 4. Centimeter

(Foto : Dok. Penulis, 4 Oktober 2013)

Centimeter fungsinya untuk mengukur kain yang akan di sulam dan

menentukan posisi motif pada kain.

5. Pamendangan

Gambar 5. Pamendangan

(Foto : Dok. Penulis, 21 Juni 2013)

Pamendangan fungsinya untuk menahan kain sehingga mudah pada proses

pencabutan serat benang dan pada proses pembuatan sulaman karawo.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Sulaman Karawoeprints.ung.ac.id/817/6/2013-2-88210-544409003-bab2... · 2014-01-25 · Contohnya pola hias batik, pola hias Majapahit, Jepara,

11

b. Bahan

Bahan yang digunakan pada sulaman karawo diantaranya :

1. Kain

Syarat kain yang akan dikarawo adalah anyaman polos atau anyaman

sederhana. Anyaman polos merupakan anyaman paling tua dan paling banyak

digunakan diantara anyaman lainnya dalam pembuatan kain. Diperkirakan 80%

dari semua anyaman kain tenun adalah anyaman polos dan turunannya.

Disamping itu kain dengan anyaman polos mudah diberi desain muka, misalnya

dicap, dibatik, disulam, dan lain-lain.

Anyaman polos merupakan anyaman paling sederhana. Pada anyaman ini

benang pakan menyilang bergantian yaitu di atas benang lusi dan berikutnya di

bawah benang lusi begitu berulang dan seterusnya. Anyaman ini dapat dinyatakan

dengan rumus 1:1, (IKATSI dalam Hasdiana, dkk, 2012:35).

Gambar 6. Skema dan Desain Tenunan Anyaman Polos

(Repro : Penulis, 1 November 2013)

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Sulaman Karawoeprints.ung.ac.id/817/6/2013-2-88210-544409003-bab2... · 2014-01-25 · Contohnya pola hias batik, pola hias Majapahit, Jepara,

12

2. Benang

Gambar 7. Benang Jahit, Benang Bordir, dan Benang Emas

(Foto : Dok. Penulis, 21 Juni 2013)

Jenis benang yang digunakan oleh pengrajin karawo pada proses

penyulaman kain karawo, ialah jenis benang jahit, benang bordir dan benang

emas. Jenis peralatan dan bahan di atas mudah didapat atau dibeli pada pasar

setempat, (Departemen perindustrian, 1997).

2.1.3 Desain Motif Karawo

Sebelum melakukan proses pembuatan sulaman karawo, terlebih dulu harus

dipersiapkan desain motif karawo. Desain motif adalah bentuk gambar yang akan

diterapkan dan disesuaikan dengan jenis kain yang akan disulam. Pada desain

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Sulaman Karawoeprints.ung.ac.id/817/6/2013-2-88210-544409003-bab2... · 2014-01-25 · Contohnya pola hias batik, pola hias Majapahit, Jepara,

13

motif ini diberi garis-garis vertikal dan horizontal dengan ukuran tertentu, pada

umumnya antara garis-garis vertikal dan garis-garis horisontal menggunakan jarak

2 mm agar memudahkan dalam penerapan desain motif pada kain .

Adapun contoh desain motif karawo adalah sebagai berikut :

Gambar 8. Gambar Desain Motif karawo

Sumber: Pengrajin Karawo

(Foto : Dok. Penulis, 21 Juni 2013)

Desain motif tersebut dimaksudkan sebagai pedoman pada saat melakukan

proses pengirisan, pencabutan serat benang dan juga sebagai pedoman dalam

proses pembuatan sulaman karawo sehingga bentuk dan ukuran desain motif pada

kertas pola bisa persis terbentuk pada kain yang dikarawo.

2.2 Tinjauan Motif dan Pola Pada Ornamen

2.2.1 Motif

Suhersono (2004:13) mengatakan bahwa motif adalah desain yang dibuat

dari bagian-bagian bentuk, berbagai macam garis atau elemen-elemen, yang

terkadang begitu kuat dipengaruhi oleh bentuk-bentuk stilasi alam benda, dengan

gaya dan ciri khas tersendiri. Setiap motif dibuat dengan berbagai bentuk dasar

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Sulaman Karawoeprints.ung.ac.id/817/6/2013-2-88210-544409003-bab2... · 2014-01-25 · Contohnya pola hias batik, pola hias Majapahit, Jepara,

14

atau berbagai macam garis, misalnya garis berbagai segi (segi tiga, segi empat),

garis ikal atau spiral, melingkar, berkelok-kelok (horisontal dan vertikal).

Menciptakan gambar (motif) adalah pekerjaan menyusun, merangkai,

memadukan bentuk-bentuk dasar motif, bentuk berbagai garis, dan sebagainya

sehingga tercipta sebuah bentuk gambar (motif) baru yang indah, serasi, bernilai

seni, serta orisional.

Menurut Sudana (2010:4) motif dapat diartikan sebagai elemen pokok

dalam seni ornamen. Ia merupakan bentuk dasar dalam penciptaan/perwujudan

suatu karya ornamen. Dalam lingkup kesenirupaan yang umum, motif semakna

dengan “unsur” atau elemen dasar, yang di dalam termasuk garis, bidang, ruang,

tekstur, dan warna. Dalam konteks seni ornamen yang lazim disebut motif atau

unsur, misalnya, motif daun, bunga, batang, dan sebagainya yang sebenarnya

sudah merupakan perluasan dari unsur dasar seni rupa tersebut. Motif-motif itulah

yang disusun dengan pola tertentu sehingga menjadi karya ornamen. Namun

demikian, unsur yang berupa garis juga nampak terutama pada ornamen

geometris.

2.2.2 Pola Ornamen

Sudana (2010:5) mengatakan pola yang dimaksud adalah suatu hasil

susunan atau pengorganisasian dari motif tertentu dalam bentuk dan komposisi

tertentu pula. Contohnya pola hias batik, pola hias Majapahit, Jepara, Bali,

Mataram dan lain-lain. Singkatnya pola adalah penyebaran atau penyusunan dari

motif-motif.

Pola biasanya terdiri dari :

a. Motif pokok.

b. Motif pendukung/piguran.

c. Isian/pelengkap.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Sulaman Karawoeprints.ung.ac.id/817/6/2013-2-88210-544409003-bab2... · 2014-01-25 · Contohnya pola hias batik, pola hias Majapahit, Jepara,

15

Penyusunan pola dapat dilakukan dengan jalan menebarkan motif secara

berulang-ulang, jalin-menjalin, selang-seling, berderet, atau variasi satu motif

dengan motif lainnya. Hal-hal yang terkait dengan pembuatan pola adalah :

a. Simetris, yaitu, pola yang dibuat, antara bagian kanan dan kiri atau atas dan

bawah adalah sama.

b. Asimetris, yaitu, pola yang dibuat antara bagian-bagiannya (kanan-kiri, atas-

bawah) tidak sama.

c. Pengulangan, yaitu, pola yang dibuat dengan pengulangan motif-motif.

d. Bebas atau kreasi, yaitu, pola yang dibuat secara bebas dan bervariasi.

Pola memiliki fungsi sebagai arahan dalam membuat suatu perwujudan

bentuk, artinya sebagai pegangan dalam pembuatan agar tidak menyimpang dari

bentuk/motif yang dikehendaki, sehingga hasil karya sesuai dengan ide yang

diungkapkan (Sudana, 2010:5).

Motif dalam ornamen meliputi :

a. Motif geometris

Motif tertua dari ornamen adalah bentuk geometris, motif ini lebih banyak

memanfaatkan unsur-unsur dalam ilmu ukur seperti garis-garis lengkung dan

lurus, lingkaran, segitiga, segiempat, dan bentuk pilin, patra mesir “L/T” dan lain-

lain. Ragam hias ini pada mulanya dibuat dengan guratan-guratan mengikuti

bentuk benda yang dihias, dalam perkembangannya motif ini bisa diterapkan pada

berbagai tempat dan berbagai teknik, (digambar, dipahat, dicetak), (Sudana,

2010:8).

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Sulaman Karawoeprints.ung.ac.id/817/6/2013-2-88210-544409003-bab2... · 2014-01-25 · Contohnya pola hias batik, pola hias Majapahit, Jepara,

16

Adapun contoh dari motif geometris adalah sebagai berikut :

Gambar 9. Motif Geometris

Sumber: http://www.asergeev.com/pictures/archives/zb.htm (Download : 3 Oktober 2013, Pukul : 19.00)

b. Motif tumbuhan

Penggambaran motif tumbuh-tumbuhan dalam seni ornamen dilakukan

dengan cara natural maupun stilisasi sesuai dengan keinginan senimannya,

demikian juga dengan jenis tumbuhan yang dijadikan obyek/inspirasi juga

berbeda tergantung dari lingkungan (alam, sosial, dan kepercayaan pada waktu

tertentu) tempat motif tersebut diciptakan. Motif tumbuhan yang merupakan hasil

gubahan sedemikian rupa jarang dapat dikenali dari jenis dan bentuk tumbuhan

apa sebenarnnya yang digubah/stilisasi, karena telah diubah dan jauh dari bentuk

aslinya (Sudana, 2010:8-9).

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Sulaman Karawoeprints.ung.ac.id/817/6/2013-2-88210-544409003-bab2... · 2014-01-25 · Contohnya pola hias batik, pola hias Majapahit, Jepara,

17

Adapun contoh dari motif tumbuhan adalah sebagai berikut :

Gambar 10. Motif Tumbuhan

Sumber: http://bayart90.blogspot.com/2012/09/ragam-hias-ornamen-nusantara.html

(Download : 30 Desember 2013, Pukul : 12.30)

c. Motif binatang

Penggambaran binatang dalam ornamen sebagian besar merupakan hasil

gubahan/stilisasi, jarang berupa binatang secara natural, tapi hasil gubahan

tersebut masih mudah dikenali bentuk dan jenis binatang yang digubah, dalam

visualisasinya bentuk binatang terkadang hanya diambil pada bagian tertentu

(tidah sepenuhnya) dan dikombinasikan dengan motif lain. Jenis binatang yang

dijadikan obyek gubahan antara lain burung, singa, ular, kera, gajah, dan lain-lain,

(Sudana, 2010:9).

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Sulaman Karawoeprints.ung.ac.id/817/6/2013-2-88210-544409003-bab2... · 2014-01-25 · Contohnya pola hias batik, pola hias Majapahit, Jepara,

18

Adapun contoh dari motif binatang adalah sebagai berikut :

Gambar 11. Motif Binatang

Sumber: http://abdurrahmanakib.blogspot.com/2013/09/7-hewan-yang-dipercayai-membawa.html

(Download : 30 Desember 2013, Pukul : 12.30)

d. Motif bentuk manusia

Manusia sebagai salah satu obyek dalam penciptaan motif ornamen

mempunyai beberapa unsur, baik secara terpisah seperti kedok atau topeng, dan

secara utuh seperti bentuk-bentuk dalam pewayangan, (Sudana, 2010:9).

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Sulaman Karawoeprints.ung.ac.id/817/6/2013-2-88210-544409003-bab2... · 2014-01-25 · Contohnya pola hias batik, pola hias Majapahit, Jepara,

19

Adapun contoh dari motif bentuk manusia adalah sebagai berikut :

Gambar 12. Motif Bentuk Manusia

Sumber: http://marhendkv.blogspot.com/2010/11/ornamen-manusia-kalimantan-ornamen.html

(Download : 30 Desember 2013, Pukul : 12.30)

e. Motif alam

Motif benda-benda alami seperti batu, air, awan dan lain-lain, dalam

penciptaannya biasanya digubah sedemikian rupa sehingga menjadi suatu motif

dengan karakter tertentu sesuai dengan sifat benda yang diekspresikan dengan

pertimbangan unsur dan asas estetika. Misalnya motif batuan ditempatkan pada

bagian bawah suatu benda atau bidang yang akan dihias dengan motif tersebut,

(Sudana, 2010:9-10).

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Sulaman Karawoeprints.ung.ac.id/817/6/2013-2-88210-544409003-bab2... · 2014-01-25 · Contohnya pola hias batik, pola hias Majapahit, Jepara,

20

Adapun contoh dari motif alam adalah sebagai berikut :

Gambar 13. Motif Alam

Sumber: http://anakciremai.biz/ornamen-relief-batu-alam-motif-pohon-pisang

(Download : 3 Oktober 2013, Pukul : 19.00)

f. Motif Kreasi/Khayalan

Ornamen yang bentuk-bentuk ciptaannya yang tidak terdapat pada alam

nyata seperti motif makhluk ajaib, raksasa, dewa dan lain-lain. Bentuk ragam hias

khayali adalah merupakan hasil daya dan imajinasi manusia atau persepsinya,

motif mengambil sumber ide di luar dunia nyata. Contoh motif ini adalah motif

kala, motif ikan duyung, raksasa, dan motif makhluk-makhluk gaib lainnya,

(Sudana, 2010:10).

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Sulaman Karawoeprints.ung.ac.id/817/6/2013-2-88210-544409003-bab2... · 2014-01-25 · Contohnya pola hias batik, pola hias Majapahit, Jepara,

21

Adapun contoh dari motif khayalan adalah sebagai berikut :

Gambar 14. Motif Kreasi/Khayalan

Sumber : http://eduofculture.blogspot.com/2011_11_01_archive.html

(Download : 3 Oktober 2013, Pukul : 19.00)

Jenis–jenis motif yang diuraikan di atas dijadikan dasar dalam melihat jenis

motif yang diterapkan pada sulaman karawo.

2.3 Tinjauan Desain

Menurut Sachari dan Sunarya (2000:18) bahwa kata designo sebagai kata

design (Inggris) yang bermakna sebagai gambar, di Indonesia pada waktu itu

dikenal istilah tekenen (Belanda) yang artinya menggambar, dalam pengertian

luas, meliputi gambar bangunan, iklan, ilustrasi, dan kegiatan mengambar lainnya.

Bila seorang arsitek memperhitungkan besaran-besaran ruang, kondisi atmosferik

seperti kelembaban, ventilasi dan penerangan untuk kebutuhan ruang tersebut dan

memilih bahan yang cocok kemudian merumuskan gagasannya. Seorang seniman

yang bekerja langsung dengan medianya menyebabkan idea dan hasil akhirnya

terjadi melalui bekerja itu sendiri, ia disebut mendesain, sedangkan orang yang

membuat alat atau produk dengan hanya meniru, merangkaikan atau merakit tidak

dengan sendirinya ia disebut pendesain.

Kegiatan mendesain menuntun langkah kreatif mencari alternatif baru yang

lebih baik untuk dapat menanggulangi solusi yang ada sebelumnya, sesuai dengan

tuntunan kebutuhan yang selalu berubah. Dalam pengertian ini maka seseorang

yang secara kebetulan menemukan sesuatu alat atau sistem yang baru, apapun

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Sulaman Karawoeprints.ung.ac.id/817/6/2013-2-88210-544409003-bab2... · 2014-01-25 · Contohnya pola hias batik, pola hias Majapahit, Jepara,

22

cerdas dan kreatifnya penemu tersebut, ia tidak melakukan kegiatan mendesain

(Zainuddin, 2010:1).

Desain merupakan suatu proses yang dapat dikatakan telah seumur dengan

keberadaan manusia di bumi. Dalam bahasa sehari-hari diartikan sebagai sebuah

rancangan, rencana atau gagasan. Desain sepandan dengan kata perancangan.

Namun demikian, kata merancang/rancangan bangun yang sering disepadankan

dengan kata desain. Nampaknya belum dapat mengartikan desain secara lebih luas

(Hariana, 2008:13).

Pengertian desain dapat dilihat dari berbagai sudut pandang dan konteksnya.

Desain dapat juga diartikan sebagai suatu kreasi seniman untuk memenuhi

kebutuhan tertentu. Istilah „desain‟ maknanya adalah „rencana‟, yaitu (benda yang

dihasilkan dalam proses perencanaan). Kegiatannya disebut „merencana‟ atau

„merencanakan‟ pelaksanaannya disebut „perencana‟ sedangkan segala sesuatu

yang berkaitan erat dengan proses pelaksanaan pembuatan suatu rencana disebut

„perencanaan‟. Jadi kata „mendesain‟ mempunyai pengertian yang secara umum

setara dengan „merencana, merancang, rancang bangun, atau merekayasa, yang

artinya setara dengan istilah „to design’ atau „designing‟, (Hariana, 2008:14).

Desain produk kerajinan merupakan salah satu lingkup desain produk yang

mengkhususkan diri dalam pembuatan desain produk kerajinan. Kata „kerajinan‟

dalam istilah bahasa Inggris disebut ‘craft’, sedangkan dalam istilah bahasa

Indonesia disebut „Kria‟, atau „kriya’ dalam bahasa Jawa, yang berarti : pekerjaan,

hasil pekerjaan, hasil pekerjaan tangan, keahlian, suatu benda (bisa juga berarti

produk) yang dihasilkan dari keterampilan pekerjaan tangan dan dilandasi oleh

kehalusan rasa, (Ambarwati, 2011).

Dari sejumlah definisi yang dipaparkan di atas, maka desain pada

hakekatnya merupakan upaya manusia memberdayakan diri melalui benda

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Sulaman Karawoeprints.ung.ac.id/817/6/2013-2-88210-544409003-bab2... · 2014-01-25 · Contohnya pola hias batik, pola hias Majapahit, Jepara,

23

ciptaannya untuk menjalani kehidupan yang lebih aman dan sejahtera. Kemudian

dapat menciptakan suatu gambar sesuai dengan kebutuhan tersendiri.

2.3.1 Prinsip-Prinsip Desain

Sintia dan Muharnanto (2004: 28) mengatakan bahwa sebuah desain yang

baik akan tercipta dari kesesuaian komposisi dan penyusunan berbagai elemen

penyusunannya. Adapun beberapa prinsip-prinsip desain dapat diuraikan sebagai

berikut :

a. Susunan (Order)

Salah satu dasar prinsip desain adalah susunan atau order. Susunan ini

merupakan kerangka dari keseluruhan desain. Untuk dapat membuat susunan

ini diperlukan sebuah tema keseluruhan yang ingin dibuat.

b. Kesatuan (Unity)

Kesatuan (unity) diartikan sebagai hubungan yang harmonis antara berbagai

elemen yang digunakan dan karakteristiknya. Kesatuan dapat dilihat dari

bentuk, material yang digunakan, warna, tekstur, dan karakternya.

c. Dominasi (Dominance)

Dominansi adalah kekuatan pengaruh satu elemen motif yang menonjol

terhadap elemen motif lainnya. Bentuk dominan tersebut bisa berupa ukuran,

bentuk, tekstur, warna, atau lokasi elemen dalam kesatuan elemen-elemen

motif lainnya.

d. Kontras Utama (Major Contrast)

Kontras utama hampir sama dengan prinsip dominasi. Kontras utama

memberikan keharmonisan komposisi elemen motif. Keadaan ini terlihat pada

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Sulaman Karawoeprints.ung.ac.id/817/6/2013-2-88210-544409003-bab2... · 2014-01-25 · Contohnya pola hias batik, pola hias Majapahit, Jepara,

24

kekuatan visual suatu elemen motif dari pada elemen motif lainnya. Satu

elemen motif akan terlihat sangat kontras jika mempunyai ciri yang sangat

beberbeda dengan elemen motif lainnya.

e. Pengulangan (Repetition)

Prinsip pengulangan adalah suatu teknik yang menggunakan pengulangan pada

elemen motif dibeberapa bahan kain yang berbeda tetapi mempunyai kesan

bersambung antar motif tersebut.

f. Irama (Rhythm)

Prinsip ini sangat berhubungan dengan prinsip pengulangan sebelumnya

sehingga tercipta keharmonisan kesatuan antara elemen motif lainnya.

Pengulangan tersebut akan menciptakan irama dalam sebuah desain motif.

g. Penghubung (Interconnection)

Pengulangan adalah cara sebuah elemen motif menjadi penghubung dari

sebuah susunan yang terdiri dari dari berbagai elemen yang digunakan.

h. Keseimbangan (Balance)

Prinsip terakhir yang perlu diperhatikan adalah keseimbangan dari susunan

elemen motif secara keseluruhan. Ada dua tipe keseimbangan, yaitu

keseimbangan simetris dan asimetris (tidak simetris). Keseimbangan simetris

terlihat pada kesamaan susunan motif di dua sisi, sisi sebelah kanan akan sama

dengan sisi sebelah kiri, jika tidak sama, akan tercipta sebuah keseimbangan

asimetris dengan cara membedakan ukuran, tekstur, atau bentuk dari satu

elemen motif yang lebih dominan.

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Sulaman Karawoeprints.ung.ac.id/817/6/2013-2-88210-544409003-bab2... · 2014-01-25 · Contohnya pola hias batik, pola hias Majapahit, Jepara,

25

Di dalam merencanakan desain motif yang akan diterapkan pada sulaman

karawo ini tentu memperhatikan beberapa prinsip-prinsip desain sebagai penuntun

dalam proses pembuatan sulaman karawo agar motif sulaman karawo tersebut

kelihatan teratur.

2.3.2 Unsur-Unsur Desain

Menurut Sintia dan Murhananto (2004: 29) bahwa unsur-unsur desain visual

adalah medianya, bahan-bahannya atau sumber dari mana desain itu dibuat.

Unsur-unsur itu berupa garis, tekstur, bentuk, ukuran, ruang, warna, dan nilai.

a. Garis

Garis merupakan elemen dasar yang akan selalu ada dalam sebuah karya

desain.

Adapun contoh dari garis adalah sebagai berikut :

Gambar 15. Garis

Sumber: http://subhandepok.files.wordpress.com/2011/10/eka-sunarsih-vii-1.jpg

(Download : 3 Oktober 2013, Pukul : 19.00)

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Sulaman Karawoeprints.ung.ac.id/817/6/2013-2-88210-544409003-bab2... · 2014-01-25 · Contohnya pola hias batik, pola hias Majapahit, Jepara,

26

b. Tekstur

Dalam desain, tekstur yang digunakan adalah tekstur visual. Penerapan dan

penggunaan tekstur dalam desain akan memberikan kesan nyata pada objek desain

yang dibuat sehingga akan mampu menarik minat. Pada dasarnya, penggunaan

tekstur dalam sebuah desain dimaksudkan untuk menarik perhatian dan

menghidupkan objek.

c. Bentuk

Dalam desain, bentuk tidak hanya mendefinisikan sebuah objek tetapi juga

bisa mengomunikasikan sebuah gagasan. Bentuk terdiri atas tiga macam, yakni

bentuk geometris, bentuk natural, dan bentuk abstraksi.

d. Ukuran

Dalam desain dekoratif, ukuran diterapkan untuk menampilkan objek-objek

dekorasi tertentu sehingga lebih menonjol dari pada objek lainnya. Objek yang

ditonjolkan dengan ukuran yang lebih besar biasanya merupakan motif atau tema

utama dari desain yang dibuat.

e. Ruang

Dalam desain, ruang mengacu pada dua hal. Pertama bidang desain secara

keseluruhan di mana desain ditempatkan, dan kedua adalah ruang kosong yang

berada di antara objek desain.

f. Warna

Warna memiliki efek psikologis tertentu terhadap jiwa dan kehidupan

manusia. Oleh karena itu, terdapat beberapa perlakuan manusia terhadap warna.

Tiga diantaranya adalah memperlakukan warna secara heraldik, yakni

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Sulaman Karawoeprints.ung.ac.id/817/6/2013-2-88210-544409003-bab2... · 2014-01-25 · Contohnya pola hias batik, pola hias Majapahit, Jepara,

27

penggunaan warna putih untuk melambangkan kesucian, merah melambangkan

keberanian, panas, bergelora, kemudian warna hijau melambangkan kesejukan

dan pertumbuhan dan sebagainya.

g. Nilai (value)

Nilai adalah kualitas sesuatu dalam desain. Pada umumnya, value

diterapkan pada warna. Warna memiliki value, misalnya: merah muda dan merah

tua, tetapi dalam hal visualisasi, value lebih muda dipahami dengan visualisasi

hitam dan putih. Setiap elemen desain memiliki value, yang bersifat relatif. Value

sebuah elemen dapat dipengaruhi oleh bacgraound dan elemen-elemen lain di

sekitarnya.

Dalam membuat suatu karya kerajinan tangan yaitu pengrajin harus

memperhatikan prinsip-prinsip desain dan juga unsur-unsur desain karena ini

dapat membantu pengrajin dalam proses pembuatan desain motif yang akan

diterapkan pada suatu karya atau produk yang akan dibuat. Sama halnya pada

kelompok pengrajin karawo di Desa Tabongo Barat Kecamatan Tabongo

Kabupaten Gorontalo bahwa dalam proses pembuatan sulaman karawo ini tentu

mereka memperhatikan unsur-unsur desain dan prinsip-prinsip desain, sehingga

pada penerapan desain motif karawo pada kain nampak dengan posisi yang bagus.