BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Sulaman...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Sulaman...
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Sulaman Karawo
Sulaman adalah salah satu teknik kreasi menghias pada kain polos atau kain
tenunan polos dengan cara menggunakan tusuk hias dan variasinya, yang
mempunyai bentuk dan ukuran yang teratur dengan menggunakan berbagai
macam jenis benang berwarna dan sesuai motif selera si pemakai/pengrajin.
Menyulam istilah menjahit yang berarti menjahitkan benang searah dekorasi (Elly
Muliyanti dalam Ibrahim, 2013:7).
Bagi masyarakat melayu, sulam sudah dikenal sejak berabad-abad yang lalu.
Sulam menjadi lambang kebijakan kepribadian kaum perempuan. Kain sulam
begitu melekat pada kehidupan dan sosial budaya masyarakat Nusantara,
(Hasdiana, dkk, 2012:30)
Karawo sebagai identitas masyarakat Gorontalo tak lekang dimakan zaman.
Sejak awal abad ke-17 di daerah Ayula (salah satu Desa di Kabupaten Bone
Bolango), karawo telah tumbuh menjadi sebuah kerajinan tangan (handycraft)
yang memiliki nilai seni tinggi. Disamping tingkat kerumitannya yang tinggi,
proses pembuatan kerajinan ini belum dapat digantikan perannya oleh mesin
sehingga wajar apabila sulaman karawo dikatakan sebagai handmade masterpiece
(Purnama, 2011).
7
2.1.1 Cara atau Teknik Mokarawo
Pentahapan proses pembuatan sulaman karawo pada dasarnya hanya terbagi
dalam tiga tahap yaitu iris dan cabut benang, menyulam dan finising. Dalam
proses iris dan cabut benang adalah bagaimana membentuk batas dan
merencanakan luas bidang yang akan diisi dengan karawo berdasarkan pola
gambar yang ada. Ketajaman dan kecermatan menghitung benang-benang yang
akan diiris dan dicabut, sangat menentukan hasil serta kehalusan dalam
pengerjaan sulaman karawo. Dengan bidang pencabutan dan pengirisan yang rapi
dan teratur akan memperoleh hasil sulaman karawo yang rapi dan halus.
Alat yang digunakan untuk mengiris dan mencabut serat benang ini
biasanya menggunakan jarum jahit nomor 6 dan silet sebagai alat pengiris. Jarum
disusupkan di bawah dan di atas benang konstruksi kain sepanjang yang
direncanakan. Benang yang akan diiris terletak di atas jarum dan sebaliknya
benang yang tertinggal berada di bawah jarum. Setelah batas-batas bidang yang
akan dibentuk selesai diiris, kemudian benang yang teriris segera dicabut sampai
habis dan berbentuk konstruksi kerawangan atau tembus pandang pada bidang
irisan yang akan disulam. Patokan di dalam proses pengirisan dan pencabutan
serat benang ditentukan oleh jenis kain yang akan disulam. Setelah selesai maka
selanjutnya mulai menerapkan desain motif pada kain yang sudah selesai dicabut,
(Departemen Perindustrian, 1977:13).
8
2.1.2 Peralatan dan Bahan yang Digunakan pada Sulaman Karawo
a. Alat
Alat yang digunakan pada sulaman karawo diantaranya :
1. Gunting
Gambar 1. Gunting Kecil dan Gunting Besar
(Foto : Dok. Penulis, 4 Oktober 2013)
Jika dilihat dari keterangan gambar di atas maka setiap alat tersebut
memiliki fungsi masing-masing diantaranya yaitu gunting kecil fungsinya untuk
memotong benang yang akan digunakan pada sulaman karawo sedangkan gunting
besar fungsinya untuk memotong kain untuk dibuat sulaman karawo dan
membersihkan sisa-sisa benang.
9
2. Jarum
Gambar 2. Jarum Tangan
(Foto : Dok. Penulis, 4 Oktober 2013)
Jarum tangan fungsinya untuk mencabut serat benang dan juga sebagai alat
utama dalam proses pembuatan sulaman karawo, jika dilihat dari jarum tersebut
ada jarum besar dan juga jarum kecil, akan tetapi yang banyak digunakan yaitu
jarum dengan ukuran kecil.
3. Silet
Gambar 3. Silet
(Foto : Dok. Penulis, 4 Oktober 2013)
Silet ini digunakan oleh pengrajin, fungsinya untuk memotong serat benang
yang akan dicabut pada kain.
10
4. Centimeter
Gambar 4. Centimeter
(Foto : Dok. Penulis, 4 Oktober 2013)
Centimeter fungsinya untuk mengukur kain yang akan di sulam dan
menentukan posisi motif pada kain.
5. Pamendangan
Gambar 5. Pamendangan
(Foto : Dok. Penulis, 21 Juni 2013)
Pamendangan fungsinya untuk menahan kain sehingga mudah pada proses
pencabutan serat benang dan pada proses pembuatan sulaman karawo.
11
b. Bahan
Bahan yang digunakan pada sulaman karawo diantaranya :
1. Kain
Syarat kain yang akan dikarawo adalah anyaman polos atau anyaman
sederhana. Anyaman polos merupakan anyaman paling tua dan paling banyak
digunakan diantara anyaman lainnya dalam pembuatan kain. Diperkirakan 80%
dari semua anyaman kain tenun adalah anyaman polos dan turunannya.
Disamping itu kain dengan anyaman polos mudah diberi desain muka, misalnya
dicap, dibatik, disulam, dan lain-lain.
Anyaman polos merupakan anyaman paling sederhana. Pada anyaman ini
benang pakan menyilang bergantian yaitu di atas benang lusi dan berikutnya di
bawah benang lusi begitu berulang dan seterusnya. Anyaman ini dapat dinyatakan
dengan rumus 1:1, (IKATSI dalam Hasdiana, dkk, 2012:35).
Gambar 6. Skema dan Desain Tenunan Anyaman Polos
(Repro : Penulis, 1 November 2013)
12
2. Benang
Gambar 7. Benang Jahit, Benang Bordir, dan Benang Emas
(Foto : Dok. Penulis, 21 Juni 2013)
Jenis benang yang digunakan oleh pengrajin karawo pada proses
penyulaman kain karawo, ialah jenis benang jahit, benang bordir dan benang
emas. Jenis peralatan dan bahan di atas mudah didapat atau dibeli pada pasar
setempat, (Departemen perindustrian, 1997).
2.1.3 Desain Motif Karawo
Sebelum melakukan proses pembuatan sulaman karawo, terlebih dulu harus
dipersiapkan desain motif karawo. Desain motif adalah bentuk gambar yang akan
diterapkan dan disesuaikan dengan jenis kain yang akan disulam. Pada desain
13
motif ini diberi garis-garis vertikal dan horizontal dengan ukuran tertentu, pada
umumnya antara garis-garis vertikal dan garis-garis horisontal menggunakan jarak
2 mm agar memudahkan dalam penerapan desain motif pada kain .
Adapun contoh desain motif karawo adalah sebagai berikut :
Gambar 8. Gambar Desain Motif karawo
Sumber: Pengrajin Karawo
(Foto : Dok. Penulis, 21 Juni 2013)
Desain motif tersebut dimaksudkan sebagai pedoman pada saat melakukan
proses pengirisan, pencabutan serat benang dan juga sebagai pedoman dalam
proses pembuatan sulaman karawo sehingga bentuk dan ukuran desain motif pada
kertas pola bisa persis terbentuk pada kain yang dikarawo.
2.2 Tinjauan Motif dan Pola Pada Ornamen
2.2.1 Motif
Suhersono (2004:13) mengatakan bahwa motif adalah desain yang dibuat
dari bagian-bagian bentuk, berbagai macam garis atau elemen-elemen, yang
terkadang begitu kuat dipengaruhi oleh bentuk-bentuk stilasi alam benda, dengan
gaya dan ciri khas tersendiri. Setiap motif dibuat dengan berbagai bentuk dasar
14
atau berbagai macam garis, misalnya garis berbagai segi (segi tiga, segi empat),
garis ikal atau spiral, melingkar, berkelok-kelok (horisontal dan vertikal).
Menciptakan gambar (motif) adalah pekerjaan menyusun, merangkai,
memadukan bentuk-bentuk dasar motif, bentuk berbagai garis, dan sebagainya
sehingga tercipta sebuah bentuk gambar (motif) baru yang indah, serasi, bernilai
seni, serta orisional.
Menurut Sudana (2010:4) motif dapat diartikan sebagai elemen pokok
dalam seni ornamen. Ia merupakan bentuk dasar dalam penciptaan/perwujudan
suatu karya ornamen. Dalam lingkup kesenirupaan yang umum, motif semakna
dengan “unsur” atau elemen dasar, yang di dalam termasuk garis, bidang, ruang,
tekstur, dan warna. Dalam konteks seni ornamen yang lazim disebut motif atau
unsur, misalnya, motif daun, bunga, batang, dan sebagainya yang sebenarnya
sudah merupakan perluasan dari unsur dasar seni rupa tersebut. Motif-motif itulah
yang disusun dengan pola tertentu sehingga menjadi karya ornamen. Namun
demikian, unsur yang berupa garis juga nampak terutama pada ornamen
geometris.
2.2.2 Pola Ornamen
Sudana (2010:5) mengatakan pola yang dimaksud adalah suatu hasil
susunan atau pengorganisasian dari motif tertentu dalam bentuk dan komposisi
tertentu pula. Contohnya pola hias batik, pola hias Majapahit, Jepara, Bali,
Mataram dan lain-lain. Singkatnya pola adalah penyebaran atau penyusunan dari
motif-motif.
Pola biasanya terdiri dari :
a. Motif pokok.
b. Motif pendukung/piguran.
c. Isian/pelengkap.
15
Penyusunan pola dapat dilakukan dengan jalan menebarkan motif secara
berulang-ulang, jalin-menjalin, selang-seling, berderet, atau variasi satu motif
dengan motif lainnya. Hal-hal yang terkait dengan pembuatan pola adalah :
a. Simetris, yaitu, pola yang dibuat, antara bagian kanan dan kiri atau atas dan
bawah adalah sama.
b. Asimetris, yaitu, pola yang dibuat antara bagian-bagiannya (kanan-kiri, atas-
bawah) tidak sama.
c. Pengulangan, yaitu, pola yang dibuat dengan pengulangan motif-motif.
d. Bebas atau kreasi, yaitu, pola yang dibuat secara bebas dan bervariasi.
Pola memiliki fungsi sebagai arahan dalam membuat suatu perwujudan
bentuk, artinya sebagai pegangan dalam pembuatan agar tidak menyimpang dari
bentuk/motif yang dikehendaki, sehingga hasil karya sesuai dengan ide yang
diungkapkan (Sudana, 2010:5).
Motif dalam ornamen meliputi :
a. Motif geometris
Motif tertua dari ornamen adalah bentuk geometris, motif ini lebih banyak
memanfaatkan unsur-unsur dalam ilmu ukur seperti garis-garis lengkung dan
lurus, lingkaran, segitiga, segiempat, dan bentuk pilin, patra mesir “L/T” dan lain-
lain. Ragam hias ini pada mulanya dibuat dengan guratan-guratan mengikuti
bentuk benda yang dihias, dalam perkembangannya motif ini bisa diterapkan pada
berbagai tempat dan berbagai teknik, (digambar, dipahat, dicetak), (Sudana,
2010:8).
16
Adapun contoh dari motif geometris adalah sebagai berikut :
Gambar 9. Motif Geometris
Sumber: http://www.asergeev.com/pictures/archives/zb.htm (Download : 3 Oktober 2013, Pukul : 19.00)
b. Motif tumbuhan
Penggambaran motif tumbuh-tumbuhan dalam seni ornamen dilakukan
dengan cara natural maupun stilisasi sesuai dengan keinginan senimannya,
demikian juga dengan jenis tumbuhan yang dijadikan obyek/inspirasi juga
berbeda tergantung dari lingkungan (alam, sosial, dan kepercayaan pada waktu
tertentu) tempat motif tersebut diciptakan. Motif tumbuhan yang merupakan hasil
gubahan sedemikian rupa jarang dapat dikenali dari jenis dan bentuk tumbuhan
apa sebenarnnya yang digubah/stilisasi, karena telah diubah dan jauh dari bentuk
aslinya (Sudana, 2010:8-9).
17
Adapun contoh dari motif tumbuhan adalah sebagai berikut :
Gambar 10. Motif Tumbuhan
Sumber: http://bayart90.blogspot.com/2012/09/ragam-hias-ornamen-nusantara.html
(Download : 30 Desember 2013, Pukul : 12.30)
c. Motif binatang
Penggambaran binatang dalam ornamen sebagian besar merupakan hasil
gubahan/stilisasi, jarang berupa binatang secara natural, tapi hasil gubahan
tersebut masih mudah dikenali bentuk dan jenis binatang yang digubah, dalam
visualisasinya bentuk binatang terkadang hanya diambil pada bagian tertentu
(tidah sepenuhnya) dan dikombinasikan dengan motif lain. Jenis binatang yang
dijadikan obyek gubahan antara lain burung, singa, ular, kera, gajah, dan lain-lain,
(Sudana, 2010:9).
18
Adapun contoh dari motif binatang adalah sebagai berikut :
Gambar 11. Motif Binatang
Sumber: http://abdurrahmanakib.blogspot.com/2013/09/7-hewan-yang-dipercayai-membawa.html
(Download : 30 Desember 2013, Pukul : 12.30)
d. Motif bentuk manusia
Manusia sebagai salah satu obyek dalam penciptaan motif ornamen
mempunyai beberapa unsur, baik secara terpisah seperti kedok atau topeng, dan
secara utuh seperti bentuk-bentuk dalam pewayangan, (Sudana, 2010:9).
19
Adapun contoh dari motif bentuk manusia adalah sebagai berikut :
Gambar 12. Motif Bentuk Manusia
Sumber: http://marhendkv.blogspot.com/2010/11/ornamen-manusia-kalimantan-ornamen.html
(Download : 30 Desember 2013, Pukul : 12.30)
e. Motif alam
Motif benda-benda alami seperti batu, air, awan dan lain-lain, dalam
penciptaannya biasanya digubah sedemikian rupa sehingga menjadi suatu motif
dengan karakter tertentu sesuai dengan sifat benda yang diekspresikan dengan
pertimbangan unsur dan asas estetika. Misalnya motif batuan ditempatkan pada
bagian bawah suatu benda atau bidang yang akan dihias dengan motif tersebut,
(Sudana, 2010:9-10).
20
Adapun contoh dari motif alam adalah sebagai berikut :
Gambar 13. Motif Alam
Sumber: http://anakciremai.biz/ornamen-relief-batu-alam-motif-pohon-pisang
(Download : 3 Oktober 2013, Pukul : 19.00)
f. Motif Kreasi/Khayalan
Ornamen yang bentuk-bentuk ciptaannya yang tidak terdapat pada alam
nyata seperti motif makhluk ajaib, raksasa, dewa dan lain-lain. Bentuk ragam hias
khayali adalah merupakan hasil daya dan imajinasi manusia atau persepsinya,
motif mengambil sumber ide di luar dunia nyata. Contoh motif ini adalah motif
kala, motif ikan duyung, raksasa, dan motif makhluk-makhluk gaib lainnya,
(Sudana, 2010:10).
21
Adapun contoh dari motif khayalan adalah sebagai berikut :
Gambar 14. Motif Kreasi/Khayalan
Sumber : http://eduofculture.blogspot.com/2011_11_01_archive.html
(Download : 3 Oktober 2013, Pukul : 19.00)
Jenis–jenis motif yang diuraikan di atas dijadikan dasar dalam melihat jenis
motif yang diterapkan pada sulaman karawo.
2.3 Tinjauan Desain
Menurut Sachari dan Sunarya (2000:18) bahwa kata designo sebagai kata
design (Inggris) yang bermakna sebagai gambar, di Indonesia pada waktu itu
dikenal istilah tekenen (Belanda) yang artinya menggambar, dalam pengertian
luas, meliputi gambar bangunan, iklan, ilustrasi, dan kegiatan mengambar lainnya.
Bila seorang arsitek memperhitungkan besaran-besaran ruang, kondisi atmosferik
seperti kelembaban, ventilasi dan penerangan untuk kebutuhan ruang tersebut dan
memilih bahan yang cocok kemudian merumuskan gagasannya. Seorang seniman
yang bekerja langsung dengan medianya menyebabkan idea dan hasil akhirnya
terjadi melalui bekerja itu sendiri, ia disebut mendesain, sedangkan orang yang
membuat alat atau produk dengan hanya meniru, merangkaikan atau merakit tidak
dengan sendirinya ia disebut pendesain.
Kegiatan mendesain menuntun langkah kreatif mencari alternatif baru yang
lebih baik untuk dapat menanggulangi solusi yang ada sebelumnya, sesuai dengan
tuntunan kebutuhan yang selalu berubah. Dalam pengertian ini maka seseorang
yang secara kebetulan menemukan sesuatu alat atau sistem yang baru, apapun
22
cerdas dan kreatifnya penemu tersebut, ia tidak melakukan kegiatan mendesain
(Zainuddin, 2010:1).
Desain merupakan suatu proses yang dapat dikatakan telah seumur dengan
keberadaan manusia di bumi. Dalam bahasa sehari-hari diartikan sebagai sebuah
rancangan, rencana atau gagasan. Desain sepandan dengan kata perancangan.
Namun demikian, kata merancang/rancangan bangun yang sering disepadankan
dengan kata desain. Nampaknya belum dapat mengartikan desain secara lebih luas
(Hariana, 2008:13).
Pengertian desain dapat dilihat dari berbagai sudut pandang dan konteksnya.
Desain dapat juga diartikan sebagai suatu kreasi seniman untuk memenuhi
kebutuhan tertentu. Istilah „desain‟ maknanya adalah „rencana‟, yaitu (benda yang
dihasilkan dalam proses perencanaan). Kegiatannya disebut „merencana‟ atau
„merencanakan‟ pelaksanaannya disebut „perencana‟ sedangkan segala sesuatu
yang berkaitan erat dengan proses pelaksanaan pembuatan suatu rencana disebut
„perencanaan‟. Jadi kata „mendesain‟ mempunyai pengertian yang secara umum
setara dengan „merencana, merancang, rancang bangun, atau merekayasa, yang
artinya setara dengan istilah „to design’ atau „designing‟, (Hariana, 2008:14).
Desain produk kerajinan merupakan salah satu lingkup desain produk yang
mengkhususkan diri dalam pembuatan desain produk kerajinan. Kata „kerajinan‟
dalam istilah bahasa Inggris disebut ‘craft’, sedangkan dalam istilah bahasa
Indonesia disebut „Kria‟, atau „kriya’ dalam bahasa Jawa, yang berarti : pekerjaan,
hasil pekerjaan, hasil pekerjaan tangan, keahlian, suatu benda (bisa juga berarti
produk) yang dihasilkan dari keterampilan pekerjaan tangan dan dilandasi oleh
kehalusan rasa, (Ambarwati, 2011).
Dari sejumlah definisi yang dipaparkan di atas, maka desain pada
hakekatnya merupakan upaya manusia memberdayakan diri melalui benda
23
ciptaannya untuk menjalani kehidupan yang lebih aman dan sejahtera. Kemudian
dapat menciptakan suatu gambar sesuai dengan kebutuhan tersendiri.
2.3.1 Prinsip-Prinsip Desain
Sintia dan Muharnanto (2004: 28) mengatakan bahwa sebuah desain yang
baik akan tercipta dari kesesuaian komposisi dan penyusunan berbagai elemen
penyusunannya. Adapun beberapa prinsip-prinsip desain dapat diuraikan sebagai
berikut :
a. Susunan (Order)
Salah satu dasar prinsip desain adalah susunan atau order. Susunan ini
merupakan kerangka dari keseluruhan desain. Untuk dapat membuat susunan
ini diperlukan sebuah tema keseluruhan yang ingin dibuat.
b. Kesatuan (Unity)
Kesatuan (unity) diartikan sebagai hubungan yang harmonis antara berbagai
elemen yang digunakan dan karakteristiknya. Kesatuan dapat dilihat dari
bentuk, material yang digunakan, warna, tekstur, dan karakternya.
c. Dominasi (Dominance)
Dominansi adalah kekuatan pengaruh satu elemen motif yang menonjol
terhadap elemen motif lainnya. Bentuk dominan tersebut bisa berupa ukuran,
bentuk, tekstur, warna, atau lokasi elemen dalam kesatuan elemen-elemen
motif lainnya.
d. Kontras Utama (Major Contrast)
Kontras utama hampir sama dengan prinsip dominasi. Kontras utama
memberikan keharmonisan komposisi elemen motif. Keadaan ini terlihat pada
24
kekuatan visual suatu elemen motif dari pada elemen motif lainnya. Satu
elemen motif akan terlihat sangat kontras jika mempunyai ciri yang sangat
beberbeda dengan elemen motif lainnya.
e. Pengulangan (Repetition)
Prinsip pengulangan adalah suatu teknik yang menggunakan pengulangan pada
elemen motif dibeberapa bahan kain yang berbeda tetapi mempunyai kesan
bersambung antar motif tersebut.
f. Irama (Rhythm)
Prinsip ini sangat berhubungan dengan prinsip pengulangan sebelumnya
sehingga tercipta keharmonisan kesatuan antara elemen motif lainnya.
Pengulangan tersebut akan menciptakan irama dalam sebuah desain motif.
g. Penghubung (Interconnection)
Pengulangan adalah cara sebuah elemen motif menjadi penghubung dari
sebuah susunan yang terdiri dari dari berbagai elemen yang digunakan.
h. Keseimbangan (Balance)
Prinsip terakhir yang perlu diperhatikan adalah keseimbangan dari susunan
elemen motif secara keseluruhan. Ada dua tipe keseimbangan, yaitu
keseimbangan simetris dan asimetris (tidak simetris). Keseimbangan simetris
terlihat pada kesamaan susunan motif di dua sisi, sisi sebelah kanan akan sama
dengan sisi sebelah kiri, jika tidak sama, akan tercipta sebuah keseimbangan
asimetris dengan cara membedakan ukuran, tekstur, atau bentuk dari satu
elemen motif yang lebih dominan.
25
Di dalam merencanakan desain motif yang akan diterapkan pada sulaman
karawo ini tentu memperhatikan beberapa prinsip-prinsip desain sebagai penuntun
dalam proses pembuatan sulaman karawo agar motif sulaman karawo tersebut
kelihatan teratur.
2.3.2 Unsur-Unsur Desain
Menurut Sintia dan Murhananto (2004: 29) bahwa unsur-unsur desain visual
adalah medianya, bahan-bahannya atau sumber dari mana desain itu dibuat.
Unsur-unsur itu berupa garis, tekstur, bentuk, ukuran, ruang, warna, dan nilai.
a. Garis
Garis merupakan elemen dasar yang akan selalu ada dalam sebuah karya
desain.
Adapun contoh dari garis adalah sebagai berikut :
Gambar 15. Garis
Sumber: http://subhandepok.files.wordpress.com/2011/10/eka-sunarsih-vii-1.jpg
(Download : 3 Oktober 2013, Pukul : 19.00)
26
b. Tekstur
Dalam desain, tekstur yang digunakan adalah tekstur visual. Penerapan dan
penggunaan tekstur dalam desain akan memberikan kesan nyata pada objek desain
yang dibuat sehingga akan mampu menarik minat. Pada dasarnya, penggunaan
tekstur dalam sebuah desain dimaksudkan untuk menarik perhatian dan
menghidupkan objek.
c. Bentuk
Dalam desain, bentuk tidak hanya mendefinisikan sebuah objek tetapi juga
bisa mengomunikasikan sebuah gagasan. Bentuk terdiri atas tiga macam, yakni
bentuk geometris, bentuk natural, dan bentuk abstraksi.
d. Ukuran
Dalam desain dekoratif, ukuran diterapkan untuk menampilkan objek-objek
dekorasi tertentu sehingga lebih menonjol dari pada objek lainnya. Objek yang
ditonjolkan dengan ukuran yang lebih besar biasanya merupakan motif atau tema
utama dari desain yang dibuat.
e. Ruang
Dalam desain, ruang mengacu pada dua hal. Pertama bidang desain secara
keseluruhan di mana desain ditempatkan, dan kedua adalah ruang kosong yang
berada di antara objek desain.
f. Warna
Warna memiliki efek psikologis tertentu terhadap jiwa dan kehidupan
manusia. Oleh karena itu, terdapat beberapa perlakuan manusia terhadap warna.
Tiga diantaranya adalah memperlakukan warna secara heraldik, yakni
27
penggunaan warna putih untuk melambangkan kesucian, merah melambangkan
keberanian, panas, bergelora, kemudian warna hijau melambangkan kesejukan
dan pertumbuhan dan sebagainya.
g. Nilai (value)
Nilai adalah kualitas sesuatu dalam desain. Pada umumnya, value
diterapkan pada warna. Warna memiliki value, misalnya: merah muda dan merah
tua, tetapi dalam hal visualisasi, value lebih muda dipahami dengan visualisasi
hitam dan putih. Setiap elemen desain memiliki value, yang bersifat relatif. Value
sebuah elemen dapat dipengaruhi oleh bacgraound dan elemen-elemen lain di
sekitarnya.
Dalam membuat suatu karya kerajinan tangan yaitu pengrajin harus
memperhatikan prinsip-prinsip desain dan juga unsur-unsur desain karena ini
dapat membantu pengrajin dalam proses pembuatan desain motif yang akan
diterapkan pada suatu karya atau produk yang akan dibuat. Sama halnya pada
kelompok pengrajin karawo di Desa Tabongo Barat Kecamatan Tabongo
Kabupaten Gorontalo bahwa dalam proses pembuatan sulaman karawo ini tentu
mereka memperhatikan unsur-unsur desain dan prinsip-prinsip desain, sehingga
pada penerapan desain motif karawo pada kain nampak dengan posisi yang bagus.