BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Konstruksi Media Massa …eprints.umm.ac.id/58766/3/BAB II...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Konstruksi Media Massa …eprints.umm.ac.id/58766/3/BAB II...
-
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Konstruksi Media Massa
2.1.1 Pengertian Konstruksi Media Massa
Gagasan utama akan adanya teori konstruksi sosial media massa merupakan
salah satu alat untuk merevisi akan teori konstruksi sosial dengan realita yang
diciptakan Berger dan Luckmann. Bungin (2007: 288) menggambarkan tentang
konstruksi social media media dalam bukunya yang berjudul Sosiologi
Komunikasi, sebuah substansi teori konstruksi sosial media massa adalah terletak
di putaran sebuah informasi yang hadir dengan langsung atau cepat dan dengan
jangkauan yang luas hingga konstruksi social terjadi dengan sangat cepat dan
dapat merata secara luas. Realitas yang tersusun itu juga dapat membuat dan
membentuksebuah opini massa yang baru, massa lebih condong kearah apriori dan
opini massa condong kearah sinis.
Pengkonstruksian realita socialpada mulanya dikenalkan Peter L. Berger dan
Thomas Luckmann lewat karyanya dan diberi namaThe Sosial construction Of
Reality: A Treatise In The Sosiologycal Of Know (1996). Bungin didalam buku
Konstruksi Social Media Massa (2008: 13) memaparkan bagaimana sebuah metode
sosial diilustrasikan lewat langkah dan korelasinya, yang mana seseorang membuat
hal dengan alaberkelanjutan pada sebuah realita yang di punyai dan dialami seiring
berjalan secara subjektif.Terlebih intens lagi Bungin menjelaskan, awal muasal
konstruksi social adalahhasil dari filosofi konstruktivisme, yang dimulai dengan
ide-ide konstruktif kognitif. Sejauh ini, Suparno menyatakan bahwa, adanya tiga
jenis konstruktivisme: pertama, konstruksi visa yang radikal; kedua, realisme
hipotetis; ketiga, konstruktivisme biasa.
-
9
Maksudnya, Bungin mendefinisikan perkataan dari Burger dan Luckmann,
terjalin komunikasi dua arah diantara perorangan yang membentuk masyarakat dan
masyarakat melahirkan individu. Metode komunikasi dua arah ini berlangsung
melewati pencurahan atau ekspresi individu ke dalam realita, hasil pencapaian baik
dari segi kegiatan mental ataupun fisik dan internalisasi atau penyerapan ulang
sebuah dunia objektif dalam keadaan yang sadar agar subjektif seseorang bisa
dipengaruhi oleh struktur dalam dunia sosial . Proses ini tidak semata bekerja
dengan begitunya, akan tetapi tercipta melewati sejumlah fase terpenting dari
konten struktur social media massa dan system cikal bakal konstruksi sosial media
massa. Bungin (2008:109) memaparkan langkah demi langkah pada struktur sosial
media massa ini antara lain : (a) lankah mempersiapkan materi konstruksi, (b)
langkah penyebaran konstruksi; (c) langkah pembangunan konstruksi realitas; dan
(d) langkah verifikasi.
Bungin (2008: 195-197) mengartikan banyak lagi tentang langkah kosntruksi
social media massa. Di langkah awalan objek konstruksi social, terdapa beberapa
perkara terpenting dan wajib diingat.Pertama, berat sebelah pada media massa
terhadap pemilik modal. Keduapro semuaterhadap masyrakat. Ketiga, pro terhadap
kepentingan publik. Berdasarkan Bungin, tidak sedikit didalam merancang sebuah
objek publikasi berita, terjadi tukar menukar pengaruh antara kubu yang memiliki
kepentinganterkait suatu berita. Tidak hanya dikarenakan dana dan barang yang
terjadi pada penukaran seperti ini, Bungin memaparkan dapat menjadikan
suatublowup pada citra seseorang yang memberi mahar atas pemberitaan itu.
Hal itu kemudian senada dengan pendapat Sobur (2009: 88), pada dasarnya,
pekerjaan dalam suatu media ialah mengkonstruksikan realita-realita yang terjadi di
lapangan. Bahasa digunakan sebagai alat untuk membangun realitas dalam sebuah
-
10
media. Bahasa sendiritidakhanya menjadi alatuntuk representasi realita, tapi
hendakjuga dapat memilih kontur layaknya apa yang akan dikreasikan dalam
bahasa akan sebuah realitaseperti yang sudah dikatakan diatas.Sehingga, media
massa berpeluang besar dalam memberikan pengaruh terhadap arti dan sebuah
gambar yang diciptakan dari realita yang telah dikonstruksi.
Terkait hal tersebut, Eriyanto (2001: 76-77) menjelaskan sebagai metode
menciptakan dan membangun realita ini, hasil akhirnya adalah menangkap bagian-
bagian tertentu dari realitas yang lebih menonjol dan lebih dapat dikenali sehingga
masyarakat dapat lebih mudah mengingat aspek-aspek tertentu yang disoroti oleh
media. Bagian-bagian yang kurang menonjol dilupakan oleh masyarakat dan tidak
menjadi percakapan yang serius.
Dalam bagian proses penyampaian atas sebuah konstruksi, menurut Bungin
(2008) prinsip utamanya ialah seluruh infomasi haruslah sampai kepada target
pembacadalam waktu yang cepat dan tepat, sesuai dari media yang sudah
diagendakan. Menurut Bungin, hal-hal yang dianggap paling bermakna oleh media,
dapat dirasa penting jugauntuk penonton maupun yang membaca.Kemudian, dalam
pembangunan realitas proses konstruksi yang telah sampai pada pembaca dan
setelah konstruksi teIah disampaikan dan dilaporkan, proses pembangunan
konstruksi di depan publik melewati beberapa fase yang berjalan secara umum.
Kesatu, konstruksi realitas adalah pembenaran; kedua, kesediaan untuk dibangun
oleh media massa; ketiga, dipilih konsumen sebagai konsumtif.
Di fase penyusunan konstruksi, Bungin juga menerangkan proses dibentuknya
konstruksi yang dibentuk kedalam dua jenis berita baik dan berita buruk. Terlepas
dari apakah kita menyadarinya atau tidak, media massa selalu mempunyai maksud
khusus untuk mencitrakan sesuatu, apakah mereka membayangkan hal-hal positif
-
11
ataupun sebaliknnya yakni hal-hal yang negative.
Fase konfirmasi, adalah bagian pada proses fase berikutnya, ialah fase di mana
media massa dan pembaca mengekspresikan pendapat dan akuntabilitas mereka
kepada keputusan untuk berpartisipasi dalam fase proses pendirian konstruksi.
Dalih yang biasa digunakan pada fase konfirmasi Bungin, seperti:
a. Kehidupan modern dikehendaki personal yang selalu berubah ubah dan menjadi
bagian dari produksi media massa.
b. Kedekatan dengan media massa adalah gaya style individual yang modern,
dimanaseorang yang modern sangat menggemari akan kepopuleran utamanya ialah
dapat dan jadi subyek media massa itu sendiri.
c. Media massa meskipun mempunyai kahlian membangun sebuah realita media
berdasar sebuah subjektivitas media, akan tetapi kehadiran media massa pada
kehidupan individual adalah sebuah sumber pengetahuan tanpa batas yang kapan saja
dapat mengaakses.
Didalam suatu realita media, suatu realita terdiskonstruksi yang dilakukan media
didalam lebih dari satu jenis yaitu jenis peta analog dan jenis refleksi realita
merupakan realita media menurut Bungin.Secara sederhananya, peta analog
merupakan sebuah konstruktifitas realita yang dikonstruksi dengan dasar mass social
media layaknya bagaikan analogi peristiwa yang harus terjadi yang memiliki sifat
yang dapat diterima akal sehat dan dramatis. Sementara itu, jenis cerminan dari realita
yakni jenis yang mencerminkan sebuah hal yang berkaitan dengan kehidupan yang
terjadi dengan mencerminkan sebuah kehidupan yang telah dialami oleh khalayak
(Bungin, 2008 : 201-202).
Hal yang serupa juga disampaikan oleh Sobur (2009:87-88) yang menyatakan
bahwa konten media merupakan produk yang dihasilkan oleh para pekerja media yang
-
12
membangun suatu teks dari bermacam realita sesuai keinginan media tersebut.
Tahapan produksi berita pada media massa, jurnalis mempunyai peranan paling
utama. Positif dan negative nya suatu publikasi media bergantung kepada model
penulisan sang jurnalis. Lebih jauh lagi, Sobur mengungkapkan hal terkait
profesionalitas seorang jurnalis dalam melakukan pekerjaan utamanya ialah
menceritakan hasil liputannya terhadap masyarakat umum. Sehingga jurnalis
senantiasa ikut serta dalam membangun sebuah realita yaitu merangkai fakta yang
telah dikumpulkan menjadi sebuah publikasi media yang berbentuk berita, berita
straight maupun features, ataupun penggabungan dari dua jenis berita tersebut.
2.2 Konsep Berita
2.2.1 Pengertian Berita
Kata “berita” berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu “Vrit” yang kemudian diserap
ke bahasa Inggris menjadi “Write”, yang artinya “ada” atau “terjadi”. Beberapa
pendapat menyebut berita berasal dari kata ”Vritta” yang artinya “kejadian” atau
“yang telah terjadi”. “Vritta” diserap ke bahasa Indonesia menjadi “berita” atau
“warta” (Djuroto, 2000: 46).
Beberapa pendapat memaknai atau banyak disebut sebagai beritaman bites dog
(seseorang yang gigit anjing) (Muhtadi, 1999: 108). Dalam artian lainnya, jika dog
bites man itu ialah bukan suatu hal yang ada pada berita. Hal ini dikarenakan anjing
gigit seseorang tersebutadalah hal yangumum terjadi, namunbilaseorang yang gigit
anjing tersebutadalah menjadi sebuah keanehan hinggadapat dikategorikan menjadi
berita.
Konsep dasar dari news atau berita adalah “apa-apa yang diberitakan oleh
wartawan dan termuat dalam media”. Maksudnya, berita merupakan informasi yang
telah melewati proses pengolahanoleh wartawan dan dianggap memiliki keunggulan
-
13
relatif, terkadang bersifat obyektif dan terkadang bersifat subyektif (Wibowo, 2006:
39).Sebuah unggulan akan suatu berita banyak ditentukan oleh apakah berita tersebut
memiliki nilai,meskipunkadang-kadang bersifat subyektif, tergantung siapa yang
melihat dan memanfaatkannya.
Romli (2005: 3) menyatakan bahwa berita (news) adalah hidangan utama suatu
media massa bersebelahan dengan views (opini). Mengumpulkan materi berita
kemudian merangkainya adalah tugas utama seorangjurnalis dan bagian redaksi
sebuah industry media penerbitan pers. Sementara Suhandang (2004: 103)
berpendapat bahwa berita dalam bahasa Indonesia berasal dari kata “bericht (en)”
dalam bahasa Belanda, hal ini merujuk pada sebab Indonesia pernah mengalami
penjajahan ole Belanda. Istilah“briecht (en)” sendiri dimaknai sebagai “mededeling”
atau pengumuman.
Beberapa definisi lainnya diungkapkan banyak tokoh yang dikutip dari Mondry
(2008: 132-133), di antaranya:
M. Lyle Spencer menyebutkan didalam buku penulisan berita bahwa berita adalah
realita atau gagasan nyata dan harus bisa menarik pusat perhatian sebagian besar
pembaca.
Dalam Penulisan dan Penyuntingan Surat Kabar, Willard C. Bleyer mengatakan
bahwa berita adalah suatu yang sebagian besar wartawan terbitkan padasurat kabar
karena dapat menarik atau berarti bagi pembaca surat kabar, atau karena dapat
menarik pembaca media cetak.
William S. Maulsby, didalam buku Getting in News menulis, berita dapat
diartikan sebagai sebuahdeskripsi secara benar dan tidak memihak dari sebuah fakta
yang memiliki artian penting dan baru terjadi, yang menarik perhatian para pembaca
surat kabar yang memuat berita tersebut.
-
14
Eric C. Hepwood menulis, berita adalah laporan pertama dari kejadian yang
penting dan dapat menarik perhatian umum.
Walaupun definisi yang diungkapkan dari beberapa tokoh diatas berbeda antara
satu sama lainnya,namun makna yang hendak disampaikan mengarah pada makna
yang sama yaitu menarik perhatian, peristiwa terbaru, dan peristiwa yang luar biasa.
2.2.2 Nilai Berita
Zaenuddin (2011: 155-156) menyatakan, suatu haldapat dikatakan sebagai sebuah
berita jikalau didalamnya terkandung nilai-nilai berita atau jurnalistik, yaitu: aktual,
penting, memiliki dampak, proximity atau kedekatan, luarbiasa, konflik, ketegangan
atau drama, tragis, ketokohan, seks, dan humor.
1. Aktual. jurnslis melaporkan sebuah peristiwa yang baru saja terjadi.
2. Penting. jurnalis melaporkan sebuah peristiwa karena dianggap penting bagi khalayak
untuk mengetahuinya.
3. Memiliki dampak. jurnalis melaporkan sebuah peristiwa karena memiliki dampak atau
menimbulkan suatu akibat tertentu kepada khalayak umum, baik dampak positif
maupun negatif.
4. Proximity atau kedekatan. jurnalis melaporkan melaporkan sebuah peristiwa karena
alasan geografis yang dekat dengan pembacanya.
5. Luar Biasa. jurnalis melaporkan suatu peristiwa karena terjadi hal yang tidak lazim
dan dianggap luar biasa.
6. Konflik. jurnalis melaporkan suatu peristiwa karena sebuah konflik baik secara fisik
maupun emosional.
7. Ketegangan atau Drama. Pewarta melaporkan suatu peristiwa yang di dalamnya
terkandung unsur ketegangan.
-
15
8. Tragis. Tragisme dalam suatu pemberitaan memiliki nilai jurnalistik yang tinggi
karena berkaitan dengan emosional pembaca atau khalayak.
9. Ketokohan. Pemberitaan yang menampilkan seorang tokoh akan menambah nilai
berita karena tokoh merupakan panutan bagi masyarakat banyak.
10. Seks. jurnalis melaporkan sebuah berita yang mengandung unsur seks karena
menggugah rasa penasaran pembaca.
11. Humor. Hal-hal yang bersifat humor juga memiliki nilai berita.
Menurut Iswara (2007: 53), pada suatu berita terdapat beberapa karkteristik
instrinsik yang disebut sebagai nilai berita (news value). Nilai berita tersebut
menjadikan sebuah tolak ukur yang berguna, atau biasanyapenerapannyadijadikan
sebagai poin dalam menentukan khalayak pembaca (news worthy).
“Newsworthiness” digunakandalam menentukan hal atau peristiwa yang
dianggap menarik dan penting bagi pembaca, dan dalam praktiknya membantu
gatekeepers (penjaga gawang) untuk memilih laporan berita secara konsisten
(Wibowo, 2006: 41).
Sebuahkejadian dapat dikatakan mempunyai nilai berita bila mempunyai
beberapa hal yakni konflik, bencana dan kemajuan, dampak, kemashuran, segar dan
kedekatan, keganjilan, human interest, seks, dan aneka nilai lainnya (Wibowo, 2006:
53).
Sementara, Suhaimi dan Ruli Nasrullah (2009: 31) dalam bukunya yang berjudul
Bahasa Jurnalistik mengatakan bahwa tidak semua fakta, peristiwa, kejadian, atau
fenomena dapat disusun menjadi sebuah berita. Peliputan dan penulisan berita
hendaknya memperhatikan elemen-elemen berita yang menjadikan suatu peristiwa
atau kejadian itu memiliki daya tarik.
-
16
2.2.3 Komposisi Berita
Sebuah sajian head news dalam suatu saluran media massa cetak layaknya surat
kabar terdiri dari beberapa susunan yakni judul berita, lead, tubuh berita (isi berita),
dan penutup berita. Biasanya, beberapa unsur tersebut terdapat dalam berita yang
bersifat langsung atau straight. Contohnya berita tragedy sebuah kecelakaan,peristiwa
olahraga, kriminal, dan lain-lain sebagainya. Sederhananya, judul berita merupakan
kepala berita. Dalam bahasa Inggris judul berita disebut headline. Sementara dalam
bahasa Belanda disebut kop (Soehoet, 2003: 77).
Pada sebuah berita, sebuah judul bermaksud digunakan sebagai alat untuk
advertensi berita yang dibuat. Ia dirangkai dengan begitu menarik mungkin hingga
bisa menarik minat dan meningkatkan hasrat khalayak untuk membacanya. Selain itu,
judul berita memiliki fungsi untuk menampilkan apa yang ada pada tubuhisi berita
kepada para pembaca.
Soeheot (2003: 78) menambahkan, terdapat beberapa syarat yang diharuskan
dalam penulisan judul berita, yakni:
a. Judul berisi point sangat penting dari keseluruhan isi berita. Yang berarti, judul
haruslah sama seperti isi berita. Judul berita terdiri atas point sangat penting sebagai
hal keberada adanya. Sebaiknya, jika hal tersebut pada berita ditulis setelah inti lead
dan hal ini bertujuansupaya judul berita dapat disesuaikan dengan inti berita, atau
mungkin dapat sesuai dengan seluruh isi berita. Selain itu, supaya penulis tidak
terfokushanya pada judul ketika menulis berita tersebut, namun patokannya pada lead.
b. Judul disusun dan dirangkai dengan menggunakansusunan bahasa yang mudah
dicerna atau bermakna ringan sehingga tidak asing bagi pemula atau awam, padat dan
menarik. Judul yang panjang tidak dapat memperkenalkan isi berita dalam waktu
sekilas. Untuk membuat judul berita yang mudah dipahami pembaca, padat dan
-
17
menarik, wartawan harus menguasai Bahasa Indonesia Jurnalistik yang baik dan
benar. Selain itu, perbendaharaan kata-katanya harus kaya (Soehoet, 2003:78).
Unsur selanjutnya adalah teras berita atau lead.
Menurut Sumandiria (2011: 126) teras berita ialah paragraph ke satudengan
berisikan fakta atau informasi paling penting dari seluruh susunan berita. Lead berita
straight biasanya berisi 5W+1H (who, what, when, where, why, dan how). Sehingga
memudahkan pembaca untuk mengetahui bagian-bagian penting dari berita yang
ditampilkan.
Kemudian, elemen berikutnya didalam sebuah berita ialah body atau badan berita
dan diikuti oleh kaki berita (penutup berita). Tubuh berita berisikanhal yang cukup
terpenting yang meberikan dukunganisi padalead berita. Unsur paling akhirialah kaki
berita (penutup berita), yaituhal-haldianggap tidak terlalu penting untuk diketahui
pembaca.
Skema penulisan sebuah berita biasanya menggunakan komposisi “piramida
terbalik”, yakni dibagian atas pada berita adalah bagian paling penting, semakin ke
bawah semakin tidak begitu tidak terlalu diperlukan atau hanya sebatas pengertian
umum saja.
2.2.4 Kategori Berita
Kurnia (2005:21-22) menyebutkan,terdapatdelapan golongan berita, yakni:
1. Hard News. Hard news merupakan berita yang isinya berkaitan langsung dengan
kehidupan khalayak pembaca. Kisahnya pada umumnya menceritakan hal-hal yang
dinilai penting untuk segera diketahui pembaca.
2. Feature News. Berita features adalah kisah yang diberitakan untuk menampilkan
sebuah citra. Peristiwanya mungkin belum bisa dikategorikan ke dalam peristiwa yang
-
18
penting dan untuk diketahui masyarakat, bahkan peristiwanya pun bisa saja
merupakan peristiwa yang telah terjadi di masa lampau.
3. Berita olahraga. Sport newsdapatdimasukankedalamgolonganberita berat atau berita
ringan. Berita olahraga berisikan tentang berbagai hal seperti hasil akhir dari sebuah
pertandingan. Selain itu, pemberitaannya juga meliputi hal lain terkait keolahragaan
mengisahkan ketokohan dari olahragawan itu sendiri dan berbagai hal lainnya.
4. Berita sosial. Kisah-kisah kehidupan sosial, termasukolahraga, dapat dimasukkan ke
dalam kategori berita hard atau feature news. Isinya menceritakan hal-hal yang
bersifat social seperti keluarga, pernikahan, kerukukunan dalam suatu wilayah dan
lainnya.
5. Interpretatif. Dalam berita interpretatif, wartawan berusaha untuk memberikan analisis
mendalam dengan melakukan survey terkait peristiwa-peristiwa yang akan
diberitakan.
6. Ilmu pengetahuan. Dalam berita ini, wartawan berusaha menceritakan kepada
pembaca mengenai hal-hal yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan seperti teknologi
dan lain-lain.
7. Consumer. Wartawanyang menulis “aconsumer story”merupakan penulis yang
membantu pembaca dalam menentukan pilihan terhadap barang-barang yang hendak
dibeli, baik barang merupakan kebutuhan pokok atau primer maupun sekunder.
8. Keuangan. Wartawan keuangan memusatkan perhatian pada bidang-bidang bisnis,
investasi dan komersial.Penulis berita keuangan biasanya memiliki refernsi akademik
mengenai subjek-subjek yang ditulisnya.
9. Pada penelitian ini, peneliti menjadikan berita social sebagai data yang nantinya akan
dianalisis berdasarkan teori Teun A. Van Dijk dalam segi teks.
-
19
2.3 Konsep Wacana
2.3.1 Pengertian Wacana
Selain kata demokrasi, pada hak asasi manusia masyarakat sipil dan lingkungan
hidup, kata wacana merupakan salah satu kata yang banyak disebut saat ini.Namun
seperti kata lainnya semakin sering digunakan terkadang bukan semakin jelas
maknanya namun semakin membingungkan dan rancu.Beberapa pendapat
mengartikan wacana sebagai unit bahsa yang lebih besar dari kalimat.Beberapa
pendapat lainnya memaknai wacana sebagai pembicara atau diskursus.Penggunaan
istilah wacana sering kali diikuti dengan beragamnya istilah definisi bukan hanya
pada setiap disiplin ilmu mempunyai istilah sendiri, banyak yang berpendapat
mengenai definisi dan batasan yang berbeda mengenai tentang wacana tersebut
(Eriyanto, 2001: 1).
Istilah analisis wacana merupakan istilah umum yang digunakan dalam berbagai
disiplin ilmu dengan bermacam definisi pula.Walaupun terdapat gradasi yang besar
dari bermacam definisi sehingga dapat ditarik benang merahnya yaitu, analisis wacana
berkaitan dengan studi tentang bahasa atau pemakaian bahasa (Eriyanto, 2001: 4).
Terdapat beberapa definisi wacana yang disebutkan oleh beberapa ahli kebahasaan
yang dikutip dari buku Eriyanto (2001: 2), sebagai berikut:
“Wacana adalah komunikasi verbal, ucapan, percakapan, sebuah perlakuan
formal dari subjek dalam ucapan atau tulisan, sebuah unit teks yang digunakan
oleh linguis untuk menganalisis satuan lebih dari kalimat”.(Collins Concise
English Dictionary, 1998).
-
20
Konteks
“Wacana adalah komunikasi kebahasaan yang terlihat sebagai sebuah
pertukaran dai antara pembicara dan pendengar, sebagai sebuah aktivitas
personal di mana bentuknya ditentukan oleh tujuan sosialnya”.(Hawthorn 1992).
“Wacana adalah komunikasi lisan atau tulisan yang dilihat dari titik pandang
kepercayaan, nilai, dan kategori yang masuk didalamnya; kepercayaan di sini
mewakili pandangan dunia; sebuah organisasi atau representasi dari
pengalaman”.(Roger Fowler 1997).
2.3.2 Analisis Wacana Menurut Teun A. Van Dijk
Analisis wacana model Teun A. Van Dijk merupakan analisis wacana yang umum
dipergunakan kedalam penelitian analisis tekstual. Konsep analisis wacana Van Dijk
terdiri dari tiga unsur utama yang digunakan sebagai dasar untuk melihat bagaimana
suatu teks diwacanakan oleh seseoran maupun suatu kelompok.Ketiga konsep tersebut
dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 1. Model Analisis Wacana Van Dijk
Pada level segi teks, yang dikaji ialah bagaimana struktur teks dan strategi
wacana yang digunakan untuk menegaskan suatu tema tertentu. Pada level kognisi
social hal yang dikaji adalah bagaimana media memproduksi suatu teks berita dengan
melibatkan kognisi social dari masing-masing wartawan yang menulis berita tersebut.
Smentara pada level konteks social hal yang dikaji adalah bagaimana wacana yang
Kognisi Sosial
Teks
-
21
berkembang dalam suatu lapisan masyarakat terhadap sebuah masalah yang kemudian
disusun dalam teks berita.
Analisis Van Dijk disini menghubungkan analisis tekstual yang memusatkan
perhatian pada teks kearah analisis yang kompeherensif bagaimana teks tersebut
diproduksi, baik hubungannya dengan individu wartawan maupun masyarakat.
Dengan sesederhana, bisamelihat konsep analisis wacana dari sudut teks yang
dipaparkan Teun A. Van Dijk pada tabel berikut:
Struktur
Wacana
Hal yang Diamati Elemen
Struktur
Makro
Tematik (Apa
yang
dikatakan)
Topik
Superstruktu
r
Skematik
(Bagaimana
pendapat disusun
dan dirangkai)
Skema
Struktur
Mikro
Semantik (Makna
yang ingin
ditekankan dalam
teks berita)
Latar,detail,
maksud,
praanggapan,
nominalisasi
Struktur
Mikro
Sintaksis
(Bagaimana
pendapat
disampaikan)
Bentuk kalimat,
koherensi, kata
ganti
Struktur
Mikro
Stilistik (Pilihan
kata apayang
dipakai)
Leksikon
Struktur
Mikro
Retoris
(Bagaimana dan
dengan cara apa
penekanan
dilakukan)
Grafis,
Metafora,
Ekspresi
Table 2.3 Model Analisis Wacana Van Dijk Segi Teks