BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Konstruksi Media Massa …eprints.umm.ac.id/58766/3/BAB II...

14
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Konstruksi Media Massa 2.1.1 Pengertian Konstruksi Media Massa Gagasan utama akan adanya teori konstruksi sosial media massa merupakan salah satu alat untuk merevisi akan teori konstruksi sosial dengan realita yang diciptakan Berger dan Luckmann. Bungin (2007: 288) menggambarkan tentang konstruksi social media media dalam bukunya yang berjudul Sosiologi Komunikasi, sebuah substansi teori konstruksi sosial media massa adalah terletak di putaran sebuah informasi yang hadir dengan langsung atau cepat dan dengan jangkauan yang luas hingga konstruksi social terjadi dengan sangat cepat dan dapat merata secara luas. Realitas yang tersusun itu juga dapat membuat dan membentuksebuah opini massa yang baru, massa lebih condong kearah apriori dan opini massa condong kearah sinis. Pengkonstruksian realita socialpada mulanya dikenalkan Peter L. Berger dan Thomas Luckmann lewat karyanya dan diberi namaThe Sosial construction Of Reality: A Treatise In The Sosiologycal Of Know (1996). Bungin didalam buku Konstruksi Social Media Massa (2008: 13) memaparkan bagaimana sebuah metode sosial diilustrasikan lewat langkah dan korelasinya, yang mana seseorang membuat hal dengan alaberkelanjutan pada sebuah realita yang di punyai dan dialami seiring berjalan secara subjektif.Terlebih intens lagi Bungin menjelaskan, awal muasal konstruksi social adalahhasil dari filosofi konstruktivisme, yang dimulai dengan ide-ide konstruktif kognitif. Sejauh ini, Suparno menyatakan bahwa, adanya tiga jenis konstruktivisme: pertama, konstruksi visa yang radikal; kedua, realisme hipotetis; ketiga, konstruktivisme biasa.

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Konstruksi Media Massa …eprints.umm.ac.id/58766/3/BAB II...

  • 8

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Teori Konstruksi Media Massa

    2.1.1 Pengertian Konstruksi Media Massa

    Gagasan utama akan adanya teori konstruksi sosial media massa merupakan

    salah satu alat untuk merevisi akan teori konstruksi sosial dengan realita yang

    diciptakan Berger dan Luckmann. Bungin (2007: 288) menggambarkan tentang

    konstruksi social media media dalam bukunya yang berjudul Sosiologi

    Komunikasi, sebuah substansi teori konstruksi sosial media massa adalah terletak

    di putaran sebuah informasi yang hadir dengan langsung atau cepat dan dengan

    jangkauan yang luas hingga konstruksi social terjadi dengan sangat cepat dan

    dapat merata secara luas. Realitas yang tersusun itu juga dapat membuat dan

    membentuksebuah opini massa yang baru, massa lebih condong kearah apriori dan

    opini massa condong kearah sinis.

    Pengkonstruksian realita socialpada mulanya dikenalkan Peter L. Berger dan

    Thomas Luckmann lewat karyanya dan diberi namaThe Sosial construction Of

    Reality: A Treatise In The Sosiologycal Of Know (1996). Bungin didalam buku

    Konstruksi Social Media Massa (2008: 13) memaparkan bagaimana sebuah metode

    sosial diilustrasikan lewat langkah dan korelasinya, yang mana seseorang membuat

    hal dengan alaberkelanjutan pada sebuah realita yang di punyai dan dialami seiring

    berjalan secara subjektif.Terlebih intens lagi Bungin menjelaskan, awal muasal

    konstruksi social adalahhasil dari filosofi konstruktivisme, yang dimulai dengan

    ide-ide konstruktif kognitif. Sejauh ini, Suparno menyatakan bahwa, adanya tiga

    jenis konstruktivisme: pertama, konstruksi visa yang radikal; kedua, realisme

    hipotetis; ketiga, konstruktivisme biasa.

  • 9

    Maksudnya, Bungin mendefinisikan perkataan dari Burger dan Luckmann,

    terjalin komunikasi dua arah diantara perorangan yang membentuk masyarakat dan

    masyarakat melahirkan individu. Metode komunikasi dua arah ini berlangsung

    melewati pencurahan atau ekspresi individu ke dalam realita, hasil pencapaian baik

    dari segi kegiatan mental ataupun fisik dan internalisasi atau penyerapan ulang

    sebuah dunia objektif dalam keadaan yang sadar agar subjektif seseorang bisa

    dipengaruhi oleh struktur dalam dunia sosial . Proses ini tidak semata bekerja

    dengan begitunya, akan tetapi tercipta melewati sejumlah fase terpenting dari

    konten struktur social media massa dan system cikal bakal konstruksi sosial media

    massa. Bungin (2008:109) memaparkan langkah demi langkah pada struktur sosial

    media massa ini antara lain : (a) lankah mempersiapkan materi konstruksi, (b)

    langkah penyebaran konstruksi; (c) langkah pembangunan konstruksi realitas; dan

    (d) langkah verifikasi.

    Bungin (2008: 195-197) mengartikan banyak lagi tentang langkah kosntruksi

    social media massa. Di langkah awalan objek konstruksi social, terdapa beberapa

    perkara terpenting dan wajib diingat.Pertama, berat sebelah pada media massa

    terhadap pemilik modal. Keduapro semuaterhadap masyrakat. Ketiga, pro terhadap

    kepentingan publik. Berdasarkan Bungin, tidak sedikit didalam merancang sebuah

    objek publikasi berita, terjadi tukar menukar pengaruh antara kubu yang memiliki

    kepentinganterkait suatu berita. Tidak hanya dikarenakan dana dan barang yang

    terjadi pada penukaran seperti ini, Bungin memaparkan dapat menjadikan

    suatublowup pada citra seseorang yang memberi mahar atas pemberitaan itu.

    Hal itu kemudian senada dengan pendapat Sobur (2009: 88), pada dasarnya,

    pekerjaan dalam suatu media ialah mengkonstruksikan realita-realita yang terjadi di

    lapangan. Bahasa digunakan sebagai alat untuk membangun realitas dalam sebuah

  • 10

    media. Bahasa sendiritidakhanya menjadi alatuntuk representasi realita, tapi

    hendakjuga dapat memilih kontur layaknya apa yang akan dikreasikan dalam

    bahasa akan sebuah realitaseperti yang sudah dikatakan diatas.Sehingga, media

    massa berpeluang besar dalam memberikan pengaruh terhadap arti dan sebuah

    gambar yang diciptakan dari realita yang telah dikonstruksi.

    Terkait hal tersebut, Eriyanto (2001: 76-77) menjelaskan sebagai metode

    menciptakan dan membangun realita ini, hasil akhirnya adalah menangkap bagian-

    bagian tertentu dari realitas yang lebih menonjol dan lebih dapat dikenali sehingga

    masyarakat dapat lebih mudah mengingat aspek-aspek tertentu yang disoroti oleh

    media. Bagian-bagian yang kurang menonjol dilupakan oleh masyarakat dan tidak

    menjadi percakapan yang serius.

    Dalam bagian proses penyampaian atas sebuah konstruksi, menurut Bungin

    (2008) prinsip utamanya ialah seluruh infomasi haruslah sampai kepada target

    pembacadalam waktu yang cepat dan tepat, sesuai dari media yang sudah

    diagendakan. Menurut Bungin, hal-hal yang dianggap paling bermakna oleh media,

    dapat dirasa penting jugauntuk penonton maupun yang membaca.Kemudian, dalam

    pembangunan realitas proses konstruksi yang telah sampai pada pembaca dan

    setelah konstruksi teIah disampaikan dan dilaporkan, proses pembangunan

    konstruksi di depan publik melewati beberapa fase yang berjalan secara umum.

    Kesatu, konstruksi realitas adalah pembenaran; kedua, kesediaan untuk dibangun

    oleh media massa; ketiga, dipilih konsumen sebagai konsumtif.

    Di fase penyusunan konstruksi, Bungin juga menerangkan proses dibentuknya

    konstruksi yang dibentuk kedalam dua jenis berita baik dan berita buruk. Terlepas

    dari apakah kita menyadarinya atau tidak, media massa selalu mempunyai maksud

    khusus untuk mencitrakan sesuatu, apakah mereka membayangkan hal-hal positif

  • 11

    ataupun sebaliknnya yakni hal-hal yang negative.

    Fase konfirmasi, adalah bagian pada proses fase berikutnya, ialah fase di mana

    media massa dan pembaca mengekspresikan pendapat dan akuntabilitas mereka

    kepada keputusan untuk berpartisipasi dalam fase proses pendirian konstruksi.

    Dalih yang biasa digunakan pada fase konfirmasi Bungin, seperti:

    a. Kehidupan modern dikehendaki personal yang selalu berubah ubah dan menjadi

    bagian dari produksi media massa.

    b. Kedekatan dengan media massa adalah gaya style individual yang modern,

    dimanaseorang yang modern sangat menggemari akan kepopuleran utamanya ialah

    dapat dan jadi subyek media massa itu sendiri.

    c. Media massa meskipun mempunyai kahlian membangun sebuah realita media

    berdasar sebuah subjektivitas media, akan tetapi kehadiran media massa pada

    kehidupan individual adalah sebuah sumber pengetahuan tanpa batas yang kapan saja

    dapat mengaakses.

    Didalam suatu realita media, suatu realita terdiskonstruksi yang dilakukan media

    didalam lebih dari satu jenis yaitu jenis peta analog dan jenis refleksi realita

    merupakan realita media menurut Bungin.Secara sederhananya, peta analog

    merupakan sebuah konstruktifitas realita yang dikonstruksi dengan dasar mass social

    media layaknya bagaikan analogi peristiwa yang harus terjadi yang memiliki sifat

    yang dapat diterima akal sehat dan dramatis. Sementara itu, jenis cerminan dari realita

    yakni jenis yang mencerminkan sebuah hal yang berkaitan dengan kehidupan yang

    terjadi dengan mencerminkan sebuah kehidupan yang telah dialami oleh khalayak

    (Bungin, 2008 : 201-202).

    Hal yang serupa juga disampaikan oleh Sobur (2009:87-88) yang menyatakan

    bahwa konten media merupakan produk yang dihasilkan oleh para pekerja media yang

  • 12

    membangun suatu teks dari bermacam realita sesuai keinginan media tersebut.

    Tahapan produksi berita pada media massa, jurnalis mempunyai peranan paling

    utama. Positif dan negative nya suatu publikasi media bergantung kepada model

    penulisan sang jurnalis. Lebih jauh lagi, Sobur mengungkapkan hal terkait

    profesionalitas seorang jurnalis dalam melakukan pekerjaan utamanya ialah

    menceritakan hasil liputannya terhadap masyarakat umum. Sehingga jurnalis

    senantiasa ikut serta dalam membangun sebuah realita yaitu merangkai fakta yang

    telah dikumpulkan menjadi sebuah publikasi media yang berbentuk berita, berita

    straight maupun features, ataupun penggabungan dari dua jenis berita tersebut.

    2.2 Konsep Berita

    2.2.1 Pengertian Berita

    Kata “berita” berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu “Vrit” yang kemudian diserap

    ke bahasa Inggris menjadi “Write”, yang artinya “ada” atau “terjadi”. Beberapa

    pendapat menyebut berita berasal dari kata ”Vritta” yang artinya “kejadian” atau

    “yang telah terjadi”. “Vritta” diserap ke bahasa Indonesia menjadi “berita” atau

    “warta” (Djuroto, 2000: 46).

    Beberapa pendapat memaknai atau banyak disebut sebagai beritaman bites dog

    (seseorang yang gigit anjing) (Muhtadi, 1999: 108). Dalam artian lainnya, jika dog

    bites man itu ialah bukan suatu hal yang ada pada berita. Hal ini dikarenakan anjing

    gigit seseorang tersebutadalah hal yangumum terjadi, namunbilaseorang yang gigit

    anjing tersebutadalah menjadi sebuah keanehan hinggadapat dikategorikan menjadi

    berita.

    Konsep dasar dari news atau berita adalah “apa-apa yang diberitakan oleh

    wartawan dan termuat dalam media”. Maksudnya, berita merupakan informasi yang

    telah melewati proses pengolahanoleh wartawan dan dianggap memiliki keunggulan

  • 13

    relatif, terkadang bersifat obyektif dan terkadang bersifat subyektif (Wibowo, 2006:

    39).Sebuah unggulan akan suatu berita banyak ditentukan oleh apakah berita tersebut

    memiliki nilai,meskipunkadang-kadang bersifat subyektif, tergantung siapa yang

    melihat dan memanfaatkannya.

    Romli (2005: 3) menyatakan bahwa berita (news) adalah hidangan utama suatu

    media massa bersebelahan dengan views (opini). Mengumpulkan materi berita

    kemudian merangkainya adalah tugas utama seorangjurnalis dan bagian redaksi

    sebuah industry media penerbitan pers. Sementara Suhandang (2004: 103)

    berpendapat bahwa berita dalam bahasa Indonesia berasal dari kata “bericht (en)”

    dalam bahasa Belanda, hal ini merujuk pada sebab Indonesia pernah mengalami

    penjajahan ole Belanda. Istilah“briecht (en)” sendiri dimaknai sebagai “mededeling”

    atau pengumuman.

    Beberapa definisi lainnya diungkapkan banyak tokoh yang dikutip dari Mondry

    (2008: 132-133), di antaranya:

    M. Lyle Spencer menyebutkan didalam buku penulisan berita bahwa berita adalah

    realita atau gagasan nyata dan harus bisa menarik pusat perhatian sebagian besar

    pembaca.

    Dalam Penulisan dan Penyuntingan Surat Kabar, Willard C. Bleyer mengatakan

    bahwa berita adalah suatu yang sebagian besar wartawan terbitkan padasurat kabar

    karena dapat menarik atau berarti bagi pembaca surat kabar, atau karena dapat

    menarik pembaca media cetak.

    William S. Maulsby, didalam buku Getting in News menulis, berita dapat

    diartikan sebagai sebuahdeskripsi secara benar dan tidak memihak dari sebuah fakta

    yang memiliki artian penting dan baru terjadi, yang menarik perhatian para pembaca

    surat kabar yang memuat berita tersebut.

  • 14

    Eric C. Hepwood menulis, berita adalah laporan pertama dari kejadian yang

    penting dan dapat menarik perhatian umum.

    Walaupun definisi yang diungkapkan dari beberapa tokoh diatas berbeda antara

    satu sama lainnya,namun makna yang hendak disampaikan mengarah pada makna

    yang sama yaitu menarik perhatian, peristiwa terbaru, dan peristiwa yang luar biasa.

    2.2.2 Nilai Berita

    Zaenuddin (2011: 155-156) menyatakan, suatu haldapat dikatakan sebagai sebuah

    berita jikalau didalamnya terkandung nilai-nilai berita atau jurnalistik, yaitu: aktual,

    penting, memiliki dampak, proximity atau kedekatan, luarbiasa, konflik, ketegangan

    atau drama, tragis, ketokohan, seks, dan humor.

    1. Aktual. jurnslis melaporkan sebuah peristiwa yang baru saja terjadi.

    2. Penting. jurnalis melaporkan sebuah peristiwa karena dianggap penting bagi khalayak

    untuk mengetahuinya.

    3. Memiliki dampak. jurnalis melaporkan sebuah peristiwa karena memiliki dampak atau

    menimbulkan suatu akibat tertentu kepada khalayak umum, baik dampak positif

    maupun negatif.

    4. Proximity atau kedekatan. jurnalis melaporkan melaporkan sebuah peristiwa karena

    alasan geografis yang dekat dengan pembacanya.

    5. Luar Biasa. jurnalis melaporkan suatu peristiwa karena terjadi hal yang tidak lazim

    dan dianggap luar biasa.

    6. Konflik. jurnalis melaporkan suatu peristiwa karena sebuah konflik baik secara fisik

    maupun emosional.

    7. Ketegangan atau Drama. Pewarta melaporkan suatu peristiwa yang di dalamnya

    terkandung unsur ketegangan.

  • 15

    8. Tragis. Tragisme dalam suatu pemberitaan memiliki nilai jurnalistik yang tinggi

    karena berkaitan dengan emosional pembaca atau khalayak.

    9. Ketokohan. Pemberitaan yang menampilkan seorang tokoh akan menambah nilai

    berita karena tokoh merupakan panutan bagi masyarakat banyak.

    10. Seks. jurnalis melaporkan sebuah berita yang mengandung unsur seks karena

    menggugah rasa penasaran pembaca.

    11. Humor. Hal-hal yang bersifat humor juga memiliki nilai berita.

    Menurut Iswara (2007: 53), pada suatu berita terdapat beberapa karkteristik

    instrinsik yang disebut sebagai nilai berita (news value). Nilai berita tersebut

    menjadikan sebuah tolak ukur yang berguna, atau biasanyapenerapannyadijadikan

    sebagai poin dalam menentukan khalayak pembaca (news worthy).

    “Newsworthiness” digunakandalam menentukan hal atau peristiwa yang

    dianggap menarik dan penting bagi pembaca, dan dalam praktiknya membantu

    gatekeepers (penjaga gawang) untuk memilih laporan berita secara konsisten

    (Wibowo, 2006: 41).

    Sebuahkejadian dapat dikatakan mempunyai nilai berita bila mempunyai

    beberapa hal yakni konflik, bencana dan kemajuan, dampak, kemashuran, segar dan

    kedekatan, keganjilan, human interest, seks, dan aneka nilai lainnya (Wibowo, 2006:

    53).

    Sementara, Suhaimi dan Ruli Nasrullah (2009: 31) dalam bukunya yang berjudul

    Bahasa Jurnalistik mengatakan bahwa tidak semua fakta, peristiwa, kejadian, atau

    fenomena dapat disusun menjadi sebuah berita. Peliputan dan penulisan berita

    hendaknya memperhatikan elemen-elemen berita yang menjadikan suatu peristiwa

    atau kejadian itu memiliki daya tarik.

  • 16

    2.2.3 Komposisi Berita

    Sebuah sajian head news dalam suatu saluran media massa cetak layaknya surat

    kabar terdiri dari beberapa susunan yakni judul berita, lead, tubuh berita (isi berita),

    dan penutup berita. Biasanya, beberapa unsur tersebut terdapat dalam berita yang

    bersifat langsung atau straight. Contohnya berita tragedy sebuah kecelakaan,peristiwa

    olahraga, kriminal, dan lain-lain sebagainya. Sederhananya, judul berita merupakan

    kepala berita. Dalam bahasa Inggris judul berita disebut headline. Sementara dalam

    bahasa Belanda disebut kop (Soehoet, 2003: 77).

    Pada sebuah berita, sebuah judul bermaksud digunakan sebagai alat untuk

    advertensi berita yang dibuat. Ia dirangkai dengan begitu menarik mungkin hingga

    bisa menarik minat dan meningkatkan hasrat khalayak untuk membacanya. Selain itu,

    judul berita memiliki fungsi untuk menampilkan apa yang ada pada tubuhisi berita

    kepada para pembaca.

    Soeheot (2003: 78) menambahkan, terdapat beberapa syarat yang diharuskan

    dalam penulisan judul berita, yakni:

    a. Judul berisi point sangat penting dari keseluruhan isi berita. Yang berarti, judul

    haruslah sama seperti isi berita. Judul berita terdiri atas point sangat penting sebagai

    hal keberada adanya. Sebaiknya, jika hal tersebut pada berita ditulis setelah inti lead

    dan hal ini bertujuansupaya judul berita dapat disesuaikan dengan inti berita, atau

    mungkin dapat sesuai dengan seluruh isi berita. Selain itu, supaya penulis tidak

    terfokushanya pada judul ketika menulis berita tersebut, namun patokannya pada lead.

    b. Judul disusun dan dirangkai dengan menggunakansusunan bahasa yang mudah

    dicerna atau bermakna ringan sehingga tidak asing bagi pemula atau awam, padat dan

    menarik. Judul yang panjang tidak dapat memperkenalkan isi berita dalam waktu

    sekilas. Untuk membuat judul berita yang mudah dipahami pembaca, padat dan

  • 17

    menarik, wartawan harus menguasai Bahasa Indonesia Jurnalistik yang baik dan

    benar. Selain itu, perbendaharaan kata-katanya harus kaya (Soehoet, 2003:78).

    Unsur selanjutnya adalah teras berita atau lead.

    Menurut Sumandiria (2011: 126) teras berita ialah paragraph ke satudengan

    berisikan fakta atau informasi paling penting dari seluruh susunan berita. Lead berita

    straight biasanya berisi 5W+1H (who, what, when, where, why, dan how). Sehingga

    memudahkan pembaca untuk mengetahui bagian-bagian penting dari berita yang

    ditampilkan.

    Kemudian, elemen berikutnya didalam sebuah berita ialah body atau badan berita

    dan diikuti oleh kaki berita (penutup berita). Tubuh berita berisikanhal yang cukup

    terpenting yang meberikan dukunganisi padalead berita. Unsur paling akhirialah kaki

    berita (penutup berita), yaituhal-haldianggap tidak terlalu penting untuk diketahui

    pembaca.

    Skema penulisan sebuah berita biasanya menggunakan komposisi “piramida

    terbalik”, yakni dibagian atas pada berita adalah bagian paling penting, semakin ke

    bawah semakin tidak begitu tidak terlalu diperlukan atau hanya sebatas pengertian

    umum saja.

    2.2.4 Kategori Berita

    Kurnia (2005:21-22) menyebutkan,terdapatdelapan golongan berita, yakni:

    1. Hard News. Hard news merupakan berita yang isinya berkaitan langsung dengan

    kehidupan khalayak pembaca. Kisahnya pada umumnya menceritakan hal-hal yang

    dinilai penting untuk segera diketahui pembaca.

    2. Feature News. Berita features adalah kisah yang diberitakan untuk menampilkan

    sebuah citra. Peristiwanya mungkin belum bisa dikategorikan ke dalam peristiwa yang

  • 18

    penting dan untuk diketahui masyarakat, bahkan peristiwanya pun bisa saja

    merupakan peristiwa yang telah terjadi di masa lampau.

    3. Berita olahraga. Sport newsdapatdimasukankedalamgolonganberita berat atau berita

    ringan. Berita olahraga berisikan tentang berbagai hal seperti hasil akhir dari sebuah

    pertandingan. Selain itu, pemberitaannya juga meliputi hal lain terkait keolahragaan

    mengisahkan ketokohan dari olahragawan itu sendiri dan berbagai hal lainnya.

    4. Berita sosial. Kisah-kisah kehidupan sosial, termasukolahraga, dapat dimasukkan ke

    dalam kategori berita hard atau feature news. Isinya menceritakan hal-hal yang

    bersifat social seperti keluarga, pernikahan, kerukukunan dalam suatu wilayah dan

    lainnya.

    5. Interpretatif. Dalam berita interpretatif, wartawan berusaha untuk memberikan analisis

    mendalam dengan melakukan survey terkait peristiwa-peristiwa yang akan

    diberitakan.

    6. Ilmu pengetahuan. Dalam berita ini, wartawan berusaha menceritakan kepada

    pembaca mengenai hal-hal yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan seperti teknologi

    dan lain-lain.

    7. Consumer. Wartawanyang menulis “aconsumer story”merupakan penulis yang

    membantu pembaca dalam menentukan pilihan terhadap barang-barang yang hendak

    dibeli, baik barang merupakan kebutuhan pokok atau primer maupun sekunder.

    8. Keuangan. Wartawan keuangan memusatkan perhatian pada bidang-bidang bisnis,

    investasi dan komersial.Penulis berita keuangan biasanya memiliki refernsi akademik

    mengenai subjek-subjek yang ditulisnya.

    9. Pada penelitian ini, peneliti menjadikan berita social sebagai data yang nantinya akan

    dianalisis berdasarkan teori Teun A. Van Dijk dalam segi teks.

  • 19

    2.3 Konsep Wacana

    2.3.1 Pengertian Wacana

    Selain kata demokrasi, pada hak asasi manusia masyarakat sipil dan lingkungan

    hidup, kata wacana merupakan salah satu kata yang banyak disebut saat ini.Namun

    seperti kata lainnya semakin sering digunakan terkadang bukan semakin jelas

    maknanya namun semakin membingungkan dan rancu.Beberapa pendapat

    mengartikan wacana sebagai unit bahsa yang lebih besar dari kalimat.Beberapa

    pendapat lainnya memaknai wacana sebagai pembicara atau diskursus.Penggunaan

    istilah wacana sering kali diikuti dengan beragamnya istilah definisi bukan hanya

    pada setiap disiplin ilmu mempunyai istilah sendiri, banyak yang berpendapat

    mengenai definisi dan batasan yang berbeda mengenai tentang wacana tersebut

    (Eriyanto, 2001: 1).

    Istilah analisis wacana merupakan istilah umum yang digunakan dalam berbagai

    disiplin ilmu dengan bermacam definisi pula.Walaupun terdapat gradasi yang besar

    dari bermacam definisi sehingga dapat ditarik benang merahnya yaitu, analisis wacana

    berkaitan dengan studi tentang bahasa atau pemakaian bahasa (Eriyanto, 2001: 4).

    Terdapat beberapa definisi wacana yang disebutkan oleh beberapa ahli kebahasaan

    yang dikutip dari buku Eriyanto (2001: 2), sebagai berikut:

    “Wacana adalah komunikasi verbal, ucapan, percakapan, sebuah perlakuan

    formal dari subjek dalam ucapan atau tulisan, sebuah unit teks yang digunakan

    oleh linguis untuk menganalisis satuan lebih dari kalimat”.(Collins Concise

    English Dictionary, 1998).

  • 20

    Konteks

    “Wacana adalah komunikasi kebahasaan yang terlihat sebagai sebuah

    pertukaran dai antara pembicara dan pendengar, sebagai sebuah aktivitas

    personal di mana bentuknya ditentukan oleh tujuan sosialnya”.(Hawthorn 1992).

    “Wacana adalah komunikasi lisan atau tulisan yang dilihat dari titik pandang

    kepercayaan, nilai, dan kategori yang masuk didalamnya; kepercayaan di sini

    mewakili pandangan dunia; sebuah organisasi atau representasi dari

    pengalaman”.(Roger Fowler 1997).

    2.3.2 Analisis Wacana Menurut Teun A. Van Dijk

    Analisis wacana model Teun A. Van Dijk merupakan analisis wacana yang umum

    dipergunakan kedalam penelitian analisis tekstual. Konsep analisis wacana Van Dijk

    terdiri dari tiga unsur utama yang digunakan sebagai dasar untuk melihat bagaimana

    suatu teks diwacanakan oleh seseoran maupun suatu kelompok.Ketiga konsep tersebut

    dapat dilihat pada gambar berikut:

    Gambar 1. Model Analisis Wacana Van Dijk

    Pada level segi teks, yang dikaji ialah bagaimana struktur teks dan strategi

    wacana yang digunakan untuk menegaskan suatu tema tertentu. Pada level kognisi

    social hal yang dikaji adalah bagaimana media memproduksi suatu teks berita dengan

    melibatkan kognisi social dari masing-masing wartawan yang menulis berita tersebut.

    Smentara pada level konteks social hal yang dikaji adalah bagaimana wacana yang

    Kognisi Sosial

    Teks

  • 21

    berkembang dalam suatu lapisan masyarakat terhadap sebuah masalah yang kemudian

    disusun dalam teks berita.

    Analisis Van Dijk disini menghubungkan analisis tekstual yang memusatkan

    perhatian pada teks kearah analisis yang kompeherensif bagaimana teks tersebut

    diproduksi, baik hubungannya dengan individu wartawan maupun masyarakat.

    Dengan sesederhana, bisamelihat konsep analisis wacana dari sudut teks yang

    dipaparkan Teun A. Van Dijk pada tabel berikut:

    Struktur

    Wacana

    Hal yang Diamati Elemen

    Struktur

    Makro

    Tematik (Apa

    yang

    dikatakan)

    Topik

    Superstruktu

    r

    Skematik

    (Bagaimana

    pendapat disusun

    dan dirangkai)

    Skema

    Struktur

    Mikro

    Semantik (Makna

    yang ingin

    ditekankan dalam

    teks berita)

    Latar,detail,

    maksud,

    praanggapan,

    nominalisasi

    Struktur

    Mikro

    Sintaksis

    (Bagaimana

    pendapat

    disampaikan)

    Bentuk kalimat,

    koherensi, kata

    ganti

    Struktur

    Mikro

    Stilistik (Pilihan

    kata apayang

    dipakai)

    Leksikon

    Struktur

    Mikro

    Retoris

    (Bagaimana dan

    dengan cara apa

    penekanan

    dilakukan)

    Grafis,

    Metafora,

    Ekspresi

    Table 2.3 Model Analisis Wacana Van Dijk Segi Teks