BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Kontruksi 2.1.1 ... 2.pdf · dilaksanakan dengan menggunakan...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Kontruksi 2.1.1 ... 2.pdf · dilaksanakan dengan menggunakan...
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Proyek Kontruksi
2.1.1 Pengertian Proyek Kontruksi
Proyek kontruksi adalah suatu upaya untuk mencapai suatu hasil dalam
bentuk bangunan infrastruktur yang umumnya mencakup pekerjaan pokok yang
termasuk didalamnya bidang teknik sipil dan arsitektur, dan juga tidak jarang
melibatkan disiplin lain seperti; teknik industri, teknik mesin, teknik elektro dan
sebagainya. Adapun bentuk bangunan tersebut dapa berupa perumahan, gedung
bertingkat, bangunan berat (misalnya : bendungan, terowongan, bandara,
pelabuhan dan sebagainya), bangun industri, dan bangunan pendukung yang
banyak digunakan untuk kepentingan masyarakat banyak.
Pekerjaan kontruksi memberikan tantangan yang bersifat khusus karena
hampir setiap kontruksi bangunan, apapun macamnya, selalu direncanakan atau
dilaksanakan dengan menggunakan sistem rekayasa tertentu khusus
diperuntukkan bagi bangunan tersebut. Dalam struktur suatu bangunan yang sama
atau ,merupakan duplikasi dari bangunan lainnya hampir tidak pernah ditemui
strukturnya yang sama. Walaupun struktur bangunan kelihatan cenderung sama
bahkan letaknya bedampingan, tuntutan persyaratan dilapangan dan faktor-faktor
teknis lainnya akan mengharuskan untuk dilakukan perubahan serta
penyesuaiannya.
Proyek kontruksi memiliki ciri-ciri pokok proyek yaitu :
1. Memiliki tujuan yang khusus, produk akhir atau hasil kerja akhir.
2. Jumlah biaya, kriteria mutu dalam proses mencapai tujuan telah ditentukan
3. Mempunyai awal kegiatan dan mempunyai akhir kegiatan yang telah
ditentukan atau mempunyai jangka waktu tertentu.
4. Rangkaian kegiatan hanya sekali, tidak berulang-ulang, sehingga
menghasilkan produk yang bersifat unik (tidak identik tapi sejenis).
Yang termasuk proyek kontruksi bangunan gedung adalah rumah, kantor,
pabrik dan lain-lain. Adapun cirri-ciri bangunan ini adalah :
6
1. Proyek kontruksi menghasilkan tempat orang bekerja atau tinggal
2. Pekerjaan dilaksanakan pada lokasi yang relatif sempit dan kondisi
pondasi pada umumnya sudah diketahui.
3. Dibutuhkan manajemen terutama untuk progessing pekerjaan
2.2 Tim Proyek
Tim proyek adalah semua pihak atau peserta yang berkepentingan dan
terlibat dalam penyelenggaraan dan hasil proyek. Pihak-pihak ini mempunyai
peranan dan kepentingan tertentu atas kinerja proyek dan dapat dikelompokkan
menjadi :
1. Pihak I : Pemilik proyek, penyandang dana dan pemakai produk
2. Pihak II : Organisasi atau perusahaan yang membangun proyek
3. Pihak III : Subkontraktor, supplier, konsultan, dan lain-lain
Masing-masing organisasi dan pihak diatas mempunyai tim tersendiri yang sesuai
dengan peranan dan kepentingan dalam proyek yang bersangkutan seperti biaya,
mutu, dan waktu. (Soeharto, 1995)
2.3 Biaya
Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang,
yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu,
sehingga biaya dalam arti luas diartikan sebagai pengorbanan sumber ekonomi
untuk memperoleh aktiva.
Terdapat lima cara penggolongan biaya, menurut Mulyadi (1990) yaitu
penggolongan biaya menurut:
a. Obyek Pengeluaran
Dalam penggolongan ini, nama obyek pengeluaran merupakan dasar
penggolongan biaya. Misalnya nama obyek pengeluaran adalah bahan
bakar, maka semua pengeluaran yang berhubungan dengan bahan bakar
disebut "biaya bahan bakar".
b. Fungsi pokok dalam perusahan
7
Oleh karena itu dalam perusahaan manufaktur, biaya dapat
dikelompokkan menjadi tiga kelompok: biaya produksi, biaya
pemasaran, dan biaya adaministrasi dan umum
c. Hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai
Dalam hubungannya dengan sesuatu yang dibiayai, biaya dapat
dikelompokkan menjadi dua golongan:
1. Biaya langsung adalah biaya yang terjadi, yang penyebab satu-
satunya adalah karena adanya sesuatu yang dibiayai. Biaya produksi
langsung terdiri dari biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja
langsung.
2. Biaya tak langsung adalah biaya yang terjadi tidak hanya disebabkan
oleh sesuatu yang dibiayai. Biaya tak langsung dalam hubungannya
dengan produk disebut dengan istilah biaya produksi tak langsung
atau biaya overhead pabrik (factory overhead cost). Contohnya biaya
yang terjadi di Pembangkit Tenaga Listrik (biaya ini dinikmati oleh
departemen-departemen lain dalam perusahaan, baik untuk
penerangan maupun untuk menggerakkan mesin dan equipment
yang pemakai listrik).
d. Perilaku biaya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan.
Dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan, biaya dapat
digolongkan menjadi :
1. Biaya variabel. Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya
berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Contohnya
adalah biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung.
2. Biaya semivariabel adalah biaya yang berubah tidak sebanding dengan
perubahan volume kegiatan. Biaya ini mengandung unsur biaya tetap
dan unsur biaya variabel.
3. Biaya semitetap adalah biaya yang tetap untuk tingkat volume
kegiatan tertentu dan berubah dengan jumlah yang kostan pada
volume produksi tertentu.
4. Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisaran
volume kegiatan tertentu. Contohnya adalah gaji direktur produksi.
8
e. Jangka waktu manfaatnya
Dapat dibagi menjadi 2 yaitu pengeluaran modal dan pengeluaran
pendapatan.
1. Pengeluaran modal (capital expenditures) adalah biaya yang
mempunyai manfaat lebih dari satu periode akuntansi (biasanya satu
tahun). Pengeluaran modal ini pada saat terjadi dibebankan sebagai
harga pokok aktiva, dan dibebankan dalam tahun-tahun yang
menikmati manfaatnya dengan cara didepresiasi. diamortisasi atau
dideplesi.
2. Pengeluaran pendapatan (revenue expenditures) adalah biaya yang
hanya mempunyai manfaat dalam periode akuntansi terjadinya
pengeluaran tersebut.
2.4 Mutu
Setiap proses pelaksanaan kontruksi memerlukan pengendalian mutu dan
pekerjaan secara menyeluruh. Penerapannya melalui kegiatan-kegiatan
pengawasan, pengukuran pengujian laboratorium dan pemeriksaan. Pelaksanaan
kegiatan pengendalian mutu pada hakekatnya penentuan langkah demi langkah
terhadap proses pelaksaan suatu pekerjaan yang mencakup penilaian terhadap
metode kerja, keterampilan kerja, pengadaan material, peralatan, tenaga kerja,
keselamatan dan kesehatan kerja demi tercapainya hasil pekerjaan yang sesuai
dengan kriteria mutu yang diisyaratkan. Ada beberapa hal yang ditinjau sesuai
dengan kriteria mutu yang diisyaratkan seperti :
1. Kinerja dan kehandalan mengenai ketepatan dalam prediksi analisis
telah sesuai dengan rencana.
2. Tenaga kerja yang terampil dan mempunyai komitmen yang taat dan
bertanggung jawab akan memberikan kualitas yang lebih baik
3. Pelaksanaan kontruksi yang dilaksanakan sesuai dengan spesifikasi
teknis dan dokumen kontrak
4. Penetapan jenis material dan metode kontruksi yang dipakai telah
memenuhi syarat peraturan bangunan.
9
5. Pengajian kualitas dan kwantitas personil serta peralatan akan
memberikan hasil yang lebih baik.
2.5 Waktu dan Penjadwalan Proyek
Jadwal dan waktu merupakan jadwal yang mencakup seluruh item
pekerjaan atau paket pekerjaan yang ada dalam proyek tersebut sehingga dapat
memberikan gambaran rencana kegiatan pada tahap persiapan sampai tahap
penyelesaian. Dengan menggunakan jadwal rencana kerja yang tepat, sumber
daya yang memadai dapat tersedia pada saat yang tepat, setiap tahap proses
mendapatkan alokasi yang cukup dengan berbagai kegiatan dapat dimulai pada
saat yang tepat pula. Dalam menyusun jadwal rencana kerja harus sudah
mempertimbangkan dan mencakup estimasi kebutuhan sumber daya dan dana
yang disertai dengan analisa penggunaannya yang tepat dan menentukan rambu-
rambu jalan pengukuran target kemajuan proyek.
Masalah-masalah yang berpengaruh terhadap waktu pelaksanaan proyek
lebih banyak disebabkan oleh mekanis penyelenggaraan, seperti keterlambatan
jadwal perencanaan, keterlambatan pengadaan material, peralatan, kelayakan
jadwal kontruksi, perubahan-perubahan pekerjaan selama berlangsungnya
kontruksi, dampak lingkungan, ketenagakerjaan dan sebagainya.Untuk
menganalisis terjadinya penyimpangan dilakukan dengan membandingkan kurun
waktu yang dipakai dengan waktu yang direncanakan.
2.6 Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan faktor yang paling
penting dalam pencapaian sasaran tujuan proyek.Hasil yang maksimal dalam
kinerja biaya, mutu, dan waktu tiada artinya bila tingkat keselamatan kerja
terabaikan.Indikatornya dapat berupa tingkat kecelakaan yang tinggi seperti,
banyak tenaga kerja yang meninggal, cacat permanen instalasi yang rusak, selain
kerugian materi yang besar. (Husen, 2009)
2.6.1 Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Keselamatan dan Kesehatan Kerja ( K3) dapat ditinjau dari dua aspek yakni
aspek filosofi dan teknis. Secara filosofi K3 adalah konsep berfikir dan upaya
10
nyata untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun
rohaniah tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya, beserta hasil-
hasil karya dan budayanya menuju masyarakat adil, makmur dan sejahtera. Secara
teknis K3 adalah perlindungan yang ditujukan agar tenaga kerja dan orang lain di
tempat kerja/perusahaan selalu dalam keadaan selamat dan sehat, sehingga setiap
sumber produksi dapat digunakan secara aman dan efisien. (Utama, 2001)
Dalam hal ini Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) amat berkaitan
dengan upaya pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja dan memiliki
jangkuan berupa terciptanya masyarakat dan lingkungan kerja yang aman, sehat,
dan sejahtera, serta efisien dan produktif.
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) bertujuan :
1. Memberikan jaminan rasa aman dan nyaman bagi karyawan dalam
berkarya pada semua jenis dan tingkat pekerjaan
2. Menciptakan masyarakat dan lingkungan kerja yang aman sehat dan
sejahtera, bebas dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
3. Ikut berpartisipasi dalam pelaksanaan pembangunan nasional dengan
prinsip pembangunan berwawasan lingkungan.
2.6.2 Peralatan Standar Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Proyek
Kontruksi
Dalam bidang kontruksi, ada beberapa peralatan yang digunakan untuk
melindungi seseorang dari kecelakaan ataupun bahaya yang kemungkinan bisa
terjadi dalam proses kontruksi. Peralatan ini wajib digunakan seseorang yang
bekerja dalam suatu lingkungan kontruksi.Namun, tidak banyak yang menyadari
betapa pentingnya peralatan-peralatan ini untuk digunakan.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah dua hal yang sangat penting. Oleh
karenanya, semua pelaksana proyek berkewajiban menyediakan semua keperluan
peralatan/perlengkapan perlindungan diri untuk semua karyawan yang bekerja
yaitu (Ervianto, 2005)
1. Pakaian Kerja
Tujuan pemakaian kerja adalah melindungi badan manusi terhadap
pengaruh-pengaruh yang kurang sehat atau yang bisa melukai badan. Mengingat
11
karakter lokasi proyek kontruksi yang pada umumnya mencerminkan kondisi
yang keras maka selayaknya pakian kerja yang digunakan juga tidak sama dengan
pakian yang digunakan oleh karyawan yang bekerja dikantor.
2. Kacamata Kerja
Kacamata pengaman digunakan untuk melindungi diri dari debu kayu, batu
atau serpihan besi berterbangan, di tiup angin.Mengingat partikel-partikel debu
berukuran sangat kecil yang terkadang tidak terlihat oleh kasat mata.Oleh
karenanya, mata perlu diberikan perlindungan.Tidak semua jenis pekerjaan
membutuhkan kaca mata kerja.Namun, pekerjaan yang mutlak membutuhkan
perlindungan mata adalah mengelas.
3. Penutup Telinga
Alat ini digunakan untuk melindungi telinga dari bunyi-bunyi yang
dikeluarkan oleh mesin yang memiliki volume suara yang cukup keras dan
bising.Namun demikian, bukan berarti seseorang pekerja tidak dapat bekerja bila
tidak menggunakan alat ini. Kemungkinan akan terjadi gangguan pada telinga
tidak dirasakan saat itu, namun melainkan pada waktu yang akan datang.
4. Sarung Tangan
Sarung tangan sangat diperlukan untuk beberapa jenis kegiatan tujuan utama
penggunaan sarung tangan adalah melindungi tangan dari benda-benda keras dan
tajam selama menjalankan kegiatannya.Namun, tidak semua jenis pekerjaan
memerlukan sarung tangan.Salah satu kegiatan yang memerlukan sarung tangan
adalah mengangkat tulangan besi dan tukang kayu.
5. Sepatu Kerja
Sepatu kerja merukapan perlindungan terhadap kaki.Setiap pekerja
kontruksi perlu memakai dengan sol yang tebal supaya bisa bebas berjalan
dimana-mana tanpa terluka oleh benda-benda tajam atau kemasukan oleh kotoran
dari bagian bawah. Bagian muka sepatu harus cukup keras ( dilapisi dengan pelat
besi ) supaya kaki tidak terluka kalau tertimpa benda dari atas. Umumnya sepatu
kerja disediakan dua pasang dalam satu tahun.
6. Helm
12
Helm ( helmet) sangat penting digunakan sebagai pelindung kepala, dan
sudah merupakan keharusan setiap pekerja kontruksi untuk menggunakannya
dengan benar sesuai peraturan pemakai yang dikeluarkan dari pabrik pembuatnya.
Keharusan menggunakan helm lebih dipentingkan bagi keselamatan si pekerja
sendiri mengingat kita semua tidak pernah tahu kapan dan dimana bahaya yang
akan terjadi. Helm ini digunakan untuk melindungi kepala dari bahaya yang
berasal dari atas, misalnya saja ada barang, baik peralatan maupun material
kontruksi yang jatuh dari ataskemudian kotoran ( debu ) yang berterbangan di
udara dan panas matahari. Kecelakaan saat bekerja dapat merugikan perkerja itu
sendiri maupun kontraktor yang lebih disebabkan kemungkinan terhambat dan
terlambatnya pekerjaan.
7. Masker
Perlindungan bagi pernapasan sangat diperlukan untuk pekerja kontruksi
mengingat kondisi lokasi proyek itu sendiri.Berbagai material kontruksi
berukuran besar sampai kecil yang merupakan sisa dari suatu kegiatan, misalnya
serbuk kayu sisa dari memotong, mengamplas, menyerut kayu.Tentu saja seorang
pekerja yang secara terus-menerus menghirupnya dapat mengalami gangguan
pada pernafasan, yang akibatnya tidak langsung dirasakan saat itu.Berbagai jenis
masker tersedia dipasaran, pemilihannya disesuaikan dengan kebutuhan.
8. Jas Hujan
Perlindungan terhadap cuaca terutama hujan bagi pekerja pada saat bekerja
adalah dengan menggunakan jas hujan.Pada tahap kontruksi, terutama di awal
pekerjaan umumnya masih berupa lahan terbuka dan tidak terlindungi dari
pengaruh cuaca, misalnya pada saat pelaksanaan pekerjaan pondasi.Pelaksanaan
kegiatan di proyek selalu bersinggungan langsung dengan panas matahari ataupun
hujan karena dilaksanakan pada ruang terbuka. Tujuan utama pemakaian jas hujan
tidak lain untuk kesehatan para pekerja.
9. P3K
Apabila terjadi kecelakaan kerja baik yang bersifat ringan ataupun berat
pada saat pekerjaan kontrusksi, sudah seharusnya dilakukan pertolongan pertama
di proyek.Untuk itu, pelaksanaan kontruksi wajib menyediakan obat-obatan yang
13
digunakan untuk pertolongan pertama.Adapun jenis dan jumlah obat-obatan
disesuaikan dengan aturan yang berlaku.
2.7 Lingkungan Kerja
2.7.1 Pengertian Lingkungan Kerja Proyek Kontruksi
Lingkungan kerja dalam setiap proyek mempunyai pengaruh sangat tidak
kecil terhadap kelancaran operasi proyek juga termasuk didalamnya proyek
kontruksi, lingkungan kerja tentunya sedikit banyak akan mempengaruhi lamanya
waktu pengerjaan dan kaulitas produk yang akan dihasilkan. Lingkungan kerja
akan mempengaruhi karyawan/pekerja didalam melaksanakan pekerjaannya,
sehingga dengan adanya lingkungan kerja yang baik dan memuaskan para
karyawan tentunya akan dapat meningkatkan produktivitas kerja dari karyawan
tersebut. (Simanjuntak,1983). Berikut ini akan dijelaskan mengenai pendapat
beberapa ahli tentang pengertian/definisi lingkungan kerja.
1. Menurut Nitisemito menyatakan bahwa lingkungan kerja adalah segala
sesuatu yang ada disekitar para pekerja dan yang dapat mempengaruhi
dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan.
2. Menurut Sagir menjelaskan bahwa yang dimaksud lingkungan kerja
dapat diartikan dengan suasana kerja yang langsung berhubungan dengan
hubungan antar manusia, namun dapat juga diartikan suasana dalam arti
fisik ; tempat kerja luas, bersih, sehat dan membuat karyawan merasa
betah bekerja, yang akan mempengaruhi disiplin dan produktivitas kerja.
3. Menurut komarrudin mengatakan bahwa lingkungan kerja sebagai
kehidupan sosial, psiklogi dan fisik dalam organisasi yang berpengaruh
terhadap pekerjaan dalam melaksanakan tugas-tugasnya.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa lingkungan kerja adalah
segenap keadaan fisik dan non fisik yang berhubungan dengan keadaan disekitar
karyawan dan pekerja pada saat melakukan tugas yang dibebankan.
2.7.2 Arti Penting Lingkungan Kerja
14
Memperhatikan lingkungan kerja ditempat kerja merupakan salah satu
cara yang dapat ditempuh agar pekerja dapat melakukan tugas yang dibebankan
kepadanya dengan baik.
Dengan menciptakan lingkungan kerja yang ideal sesuai dengan keinginan
dan kebutuhan pekerjaan akan dapat mempengaruhi kegairahan dan motivasi
kerja karyawan. Perhatian terhadap lingkungan kerja dapat berupa perbaikan,
penambahan, atau perubahan terhadap salahsatu elemen lingkungan kerja yang
kurang memuaskan seperti penambahan alat yang lebih modern menggantikan
peralatan manual contohnya penggunaan molen dalam membuat campuran beton
akan lebih mudah, cepat, dan lebih baik hasilnya karena campuran beton teraduk
lebih merata demikian juga penggunaan concrete pump dalam melakukan
pengecoran di tempat tinggi penggunaan alat ini dapat membuat pekerjaan selesai
dengan lebih cepat dan efektif dibandingkan dengan menggunakan cara manual
yang mengakibatkan banyak waktu yang terbuang, maka dengan itu menggunakan
peralatan yang lebih modern produktivitas perusahan secara otomatis akan ikut
meningkat.
2.7.3 Faktor-Faktor Lingkungan Kerja Pada Proyek Kontruksi
a. Fasilitas
Dalam suatu proyek kontrusksi fasilitas dan peralatan yang digunakan
didalam pelaksanaan proyek adalah faktor yang sangat penting didalam
pengaruhnya terhadap produktivitas kerja.
Fasilitas-fasilitas yang diperlukan unutk mendukung jalannya suatu proyek
kontruksi antara lain :
Kantor yang diperuntukkan untuk kontraktor maupun konsultan
proyek.
Pada dasarnya gedung ini dibangun dengan memperhatikan
fungsi utamanya yaitu mengelola dan mengadministrasikan kegiatan
dilokasi proyek.Ciri-ciri dari bangunan ini biasanya berupa semi
permanent dengan peredam suara dan air condition, perlengkapan
lainnya adalah sistem telekomunikasi dan reproduksi, kamar atau
ruang untuk para pimpinan, ruang luas terpisah masing-masing untuk
15
personil kepegawaian, keuangan, pengadaan dan lain-lain juga
tersedia ruang rapat dan ruang tamu.
Fasilitas fabrikasi
Fasilitas fabrikasi dilapangan akan mendukung pelaksanaan
pekerjaan dan jadwal secara lebih luwes. Dalam arti kapan
dipersiapkan menjadi barang jadi/ siap pakai sesuai dengan jadwal
pemakaian, sehingga penggunaan tenaga kerja dapat direncanakan
dengan teratur.Contoh umum untuk ini adalah pabrikasi dan merakit
bagian-bagian pipa dan struktur penyangga dari besi atau baja,
pembuatan bekesting, pembuatan tulangan kolom atau sloop dan lain-
lain. Manfaat lain dari adanya fasilitas fabrikasi dilapangan adalah
pekerjaan perbaikan yang tidak terlalu terlalu ekstensif dapat
dilakukan dengan segera.
Gudang penyimpanan alat dan material
Alokasi biaya membangunan gudang untuk menyimpan material
curah dan melindunginya dari keganasan iklim hendaknya
dipertimbangkan, lebih-lebih lagi bagi material yng pemakiannya
regular dan harus didatangkan dari tempat jauh (import) seperti spare
parts, valve, packing dan lain-lain. Untuk peralatan utama umumnya
tidak diperlukan gudang karena diusahakan langsung akan dipasang
pada pondasi dan perumahan yang telah disiapkan. Disamping itu,
perlu direncanakan daerah penampungan terbuka untuk material
seperti pipa, tiang pancang, tiang baja ( steel structure), pasir, batu
pecah untuk membuat beton dan lain-lain.
Kamar mandi/wc umum
Sarana tempat ibadah
Dapur umum
Ruang kesehatan
b. Peralatan
Peralatan proyek merupakan sarana penunjang pelaksana pekerjaan namun
penggunaannya harus disesuaikan dengan jenis/macam pekerjaan dan volume
16
pekerjaan yang dilaksanakan sehingga efektivitas dari penggunaan tersebut dapat
tercapai. Alat-alat yang dipergunakan dalam pekerjaan proyek kontruksi antara
lain :
Traktor
Adalah alat yang digunakan sebagai penarik atau pendorong beban
yang memerlukan tenaga yang agak besar.
Power shovel
Alat yang dipergunakan untuk penggalian tebing yang letaknya lebih
tinggi dari tempat kedudukan alat.
Loader
Alat yang dipergunakan untuk pemuatan material kepada dump truck
dan sebagainya, sebagai penggerak utamanya loader menggunakan
traktor.
Tower crane
Alat ini berfungsi untuk menaikkan dan menurunkan benda dari lantai
dasar ke lantai atas.
Concrete vibrator
Alat ini berfungsi untuk menggetarkan pencampuran beton yang telah
dituangkan kedalam bekesting pada saat pengecoran dengan maksud
untuk menghilangkan rongga-rongga udara pada beton yang dapat
menyebabkan beton kropos.
Compressor
Berfungsi untuk membersihkan lantai kerja yang akan dicor dari
sampah sisa pekerjaan sebelumnya sehingga lantai yang akan di cor
menjadi bersih.
Bundoser
Alat ini berfungsi untuk mengeruk tanah sekaligus untuk meratakan
tanah disekitar lokasi proyek.
Alat pengukur seperti : theodolite, waterpass, dan meteran.
c. Hubungan antara sesama pekerja
17
Hubungan ini sedikit banyak juga berpengaruh terhadap produktifitas, baik
hungan ini akan benar-benar dirasakan pengaruhnya oleh pekerja setiap saat
pekerja melakukan pekerjaan karena hubungan ini merupakan masalah psikologis
apabila ia merasa tidak senang atau kurang cocok dengan rekan sekerjanya maka
akan sulit bagi dirinya untuk benar-benar focus pada pekerjaannya apabila
pekerjan diproyek kontruksi merupakan pekerjaan lapangan yang membutuhkan
kekompakan dan konsentrasi tinggi karena banyak pekerjaan yang dilakukan
dengan resiko tinggi maka rasa kepercayaan akan rekan sekerja merupakan hal
pokok yang seharusnya dipenuhi.Untuk memelihara hubungan ini hendaknya
mandor atau surveyor harus sering berdialog dengan pekerjanya sehingga apabila
terjadi sesuatu diantara mereka seperti kesalahpahaman dan hal-hal lain yang
dapat menimbulkan keretakan diantara pekerjanya, ia dapat segera mengetahui
dan berusaha menyelesaikan/mendamaikan permasalahan yang terjadi sehingga
tidak sampai berdampal pada hasil pekerjaan dilapangan.
Tabel2.1Faktor/Variabel Kinerja Pelaksanaan Proyek Kontruksi
No Faktor / Variabel Refrensi
1 Faktor Biaya, Mutu, Waktu
Setyowati (2003), Mulyadi (1990)
- Budgeting and Cost Skill
- Schedulling and Time Management
- Pengadaan tenaga kerja
- Pengadaan Peralatan
- Pengadaan material
2
Faktor Keselamatan Kesehatan Kerja (
K3 ) Refrensi
- Peralatan Standar K3
Ervianto (2005),
- Pengawasan
- Petugas K3
- Peraturan K3
- Alat Pelindung Diri ( APD )
3 Faktor Lingkungan Refrensi
- Fasilitas Kerja Simanjuntak (1983)
18
- Peralatan Kerja
- Penanggulangan sisa proyek
- Hubungan sesama pekerja
2.8 Manajer Proyek Kontruksi
2.8.1Pengertian Manajer
Manajer adalah seseorang yang diberi wewenang dan tanggung jawab
seluruh bagian perusahaan atau organisasi untuk mencapai tujuan-tujuan yang
telah ditetapkan organisasi dengan usaha-usaha dilakukan oleh orang lain untuk
mencapai tujuan tersebut. Seorang pemilik perusahan bisa juga merangkap
sebagai manajer di perusahaannya sendiri.
Menurut Ruky,2002 (dalam Listiawati 2004) manajer dalam suatu
perusahan dapat dikategorikan menurut tingkatannya, antara lain :
1. Manajer Lini Pertama (First Line Manager)
Dikenal pula dengan manajemen operasinal, merupakan manajemen tingkatan
paling rendah yang bertugas memimpin dan mengawasi karyawan.Dalam
praktek manajer lini pertama ini sering disebut supervisor.
2. Manajer Tingkat Menengah (Middle Manager)
Manajer tingkat menengah mencakup semua manajemen yang berada diantara
manajer lini pertama dan manajer puncak dan bertugas sebagai penghubung
antara keduanya. Tanggung jawab utama manajer tingkat menengah adalah
memimpin dan mengarahkan kegiatan-kegiatan penerapan kebijakan-kebijakan
organisasi dan menyeimbangkan tuntutan dari atasannya dengan kemampuan
bawahannya. Jabatan yang termasuk manajer tingkat menengah adalah kepala
bagian, pimpinan proyek dan pelaksana.
3. Manajer Puncak (Top Manager)
Istilah manajer puncak dikenal juga dengan executive officer.Manajer puncak
bertugas merencakan kegiatan dan strategi secara menyeluruh, dan menetapkan
kebijakan oprasional dan mengarahkan interaksi organisasi atau perusahaan
dengan lingkungan.Nama-nama jabatan dari manajer puncak biasanya Direktur
Utama atau President Director, CEO (Chief Executive Officer).
2.8.2 Pengertian Manajer Proyek
19
Menurut Dipohusodo (1996) manajer Proyek adalah orang yang ditunjuk
untuk menggerakkan organisasi proyek dan diberi wewenang tanggung jawab
oleh kontraktor untuk memimpin, mengatur, dan mengawasi serta membuat
keputusan yang terbaik dalam pelaksanaan proyek secara keseluruhan.Manajer
proyek adalah posisi puncak yang luar biasa dalam proyek.
2.8.3 Peran dan Tugas Manajer
Dalam manajemen proyek seorang manajer proyek berperan memimpin,
mengarahkan, dan mengoganisir seluruh kegiatan perencanaan, pelaksanaan
sampai dengan serah terima proyek yang ada dibawahnya dengan menetapkan
sumber daya yang dipakai agar mencapai sasaran produksi dan laba yang
diharapkan, sesuai dengan sistem manajemen dan sasaran mutu yang ditetapkan.
Adapun peran dan tugas dari manajer proyek adalah sebagai berikut :
1. Seorang manajer bekerja dengan dan melalui orang lain
Istilah orang yang digunakan mencakup bukan hanya bawahan tetapi juga
para manajer lain dalam perusahaan tersebut. Seorang manajer harus bekerja
dengan siapa saja dan pada tingkat apa saja di dalam dan di luar perusahaan
untuk mencapai tujuan unit yang dipimpinnya dan tujuan perusahaan secara
keseluruhan. Manajer juga berperan sebagai sarana komunikasi di dalam
perusahaan.
2. Bertanggung jawab dan mempertanggung jawabkan
Seorang manajer mengelola pekerjaan dengan baik dan bertanggung jawab
menjamin bahwa tugas khususnya akan dilaksanakan dengan sukses. Manajer
juga bertanggung jawab atas tindak-tindakan yang diambil oelh bawahannya.
3. Berfikir secara analitis dan konseptual
Sebagai seorang yang analitis, manajer harus mampu merinci dan
memisahkan masalah yang lebih penting, menjadi beberapa komponen,
penyebab-penyebabnya, dampaknya, dan lainnya, dengan suatu cara
pemecahan yang baik. Seorang manajer menjadi pemikir yang konseptual,
mampu memandang keseluruhan tugas dan mengaitkan suatu tugas dengan
tugas yang lain.
4. Mengambil keputusan-keputusan yang sulit
20
Manajer adalah orang yang dibuat sebagai pemecah bagi masalah-masalah
yang sulit dan dapat mengambil keputusan yang akurat.
2.9 Kompetensi Manajer Proyek
2.9.1 Pengertian Kompetensi
Menurut Setyowati (2003) bahwa yang dimaksud dengan kompetensi adalah
penguasaan terhadap suatu tugas, ketrampilan, sikap, dan apresiasi yang
diperlukan untuk menunjang keberhasilan.Hal itu menunjukkan bahwa
kompetensi mencakup tugas, ketrampilan sikap dan apresiasi yang harus dimiliki
peserta didik untuk dapat melaksanakan tugas - tugas pembelajaran sesuai dengan
jenis pekerjaan tertentu. .
Kompetensi pemimpin dapat dikelompokkan menjadi beberapa kategori
yaitu :
1. Leadership yaitu Kepemimpinan menjadi salah satu peranan penting yang
dimiliki oleh seorang manajer proyek. Apa yang dilakukan oleh manajer
proyek menandakan bagaimana seharusnya orang lain atau timnya bekerja.
Dengan ini manajer proyek dapat mempengaruhi bagaimana orang lain dapat
bertindak dan bereaksi terhadap isu-isu proyek.
2. Communication yaituperencanaan sebuah proyek akan menjadi tidak berguna
ketika tidak ada komunikasi yang efektif antara manajer proyek dengan
timnya. Setiap anggota tim harus mengetahui tanggung jawab mereka.
3. Technical Skills.Kemampuan teknis melingkupi pengetahuan dan pengalaman
dalam hal proyek itu sendiri, dengan mengetahui prosedur-prosedur dan
mekanisme proyek. Kemampuan teknis biasanya di dapat dari penimbaan ilmu
khusus di bangku formal, misalnya Institut Manajemen Proyek, dan
sebagainya.
4. Budgeting and Cost Skills. Manajer proyek dituntut untuk memiliki
pengetahuan dalam hal analisis biaya proyek, analisis kelayakan investasi agar
keuangan proyek dapat berjalan optimal sesuai dengan keinginan penyedia
dana.
5. Schedulling and Time Management. Manajer proyek dituntut untuk dapat
mengelola waktu secara baik agar proyek dapat selesai tepat waktu seperti
21
yang diharapkan. Untuk mengelola waktu ini manajer proyek harus
mendefinisikan aktivitas-aktivitas yang diperlukan, misalnya dengan teknik
WBS atau Work Breakdown Structure. Selain itu manajer proyek harus mampu
memperkirakan waktu bagi setiap aktivitas secara realistis. Hal ini memerlukan
kordinasi dengan tim proyek untuk menentukan estimasi berapa dalam
aktivitas tersebut dilakukan. Kemudian, manajer proyek harus mengatur waktu
peringatan untuk mengindikasikan tanggal-tanggal kritis selama proyek
berlangsung.
6. Managerial, yakni kompetensi yang secara khusus berhubungan dengan
pengaturan, pengawasan, dan pengembangan pegawai.
2.9.2 Kualifikasi Manajer Proyek
Menurut Soeharto (1997) karena tanggung jawab yang harus diemban oleh
manajer proyek cukup berat dalam melakukan keberhasilan proyek, maka seorang
manajer proyek harus mempunyai kualifikasi tertentu yaitu :
1. Mempunyai jiwa kepemimpinan yang berorientasi kuat pada pencapaian
sasaran.
2. Seorang yang generalis yang berpandangan luas dan spesialis.
3. Memiliki kredibilitas secara teknis, latar belakang pengalaman yang
cukup dan pendidikan yang memadai.
4. Menguasai aspek sumber daya manusia.
Menurut Suprapto (2007), seorang manajer proyek harus mempunyai
kompetensi manajamen proyek yang meliputi pengontrolan simber daya dan
waktu pelaksanaan, manajemen sumber daya manusia dan manajemen strategik.
Manajer proyek harus terus mengetahui informasi dalam pelaksanaan pekerjaan
dan mempunyai inisiatif untuk menyelesaikan masalah yang terjadi.Manajer
proyek harus dapat belajar dari pengalaman yang sudah didapatnya dalam
pelaksanaan proyek sebelumya untuk dapat diterapkan dalam metode kerja proyek
yang sedang dipimpinnya.
Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan kriteria-kriteria yang
menunjukkan kompetensi seorang manajer proyek, yaitu :
1. Tingkat pendidikan formal dan informal
22
2. Pengalaman dalam melaksanakan proyek
3. Mempunyai jiwa kepemimpinan
4. Kemampuan dalam memanajemen karyawan
5. Kemampuan dalam pelaksanaan penjadwal, cost control dan metode
pelaksanaan
6. Kemampuan dalam pengadaan tenaga kerja
7. Kemampuan pengadaan material
8. Mampu memecahkan masalah
9. Kemampuana memotivasi
10. Kemampuan dalam penguasaan dan pemeliharaan peralatan kerja
Dalam rangka melaksanakan prosedur penelitian, maka didiskusikan aspek-
asepek penelitian sebagai berikut :responden, data (koleksi data dan analisis data).
Tabel 2.2Faktor Kompetensi Manager Proyek Kontruksi
No Faktor / Variabel Refrensi
1 Faktor Pendidikan
Dipohusodo (1996), Setyowati
(2003), Suprato (2007)
- Leadership
- Technical Skill
- High learn
- Kedisiplinan
- Tingkat Pendidikan Formanl dan
Informal
2 Faktor Kerampilan
Suprapto (2007), Soeharto (1997)
- Mampu Memecahkan Masalah
- Pengalaman
- Memanage karyawan
- Penguasaan alat kerja
- Bekerja Sama
3 Faktor Prilaku/Sikap
Setyowati (2003), Suprapto (2007)
- Tanggung Jawab
- Communication
- Motivasi
- Sence of Honest / Kejujuran
23
- Suka bergaul/ramah
2.10 Jumlah Responden
Dalam penelitian ini jumlah responden ditentukan secara khusus
berdasarkan tujuan penelitian ini. Untuk meneliti pengaruh manejer proyek
terhadap keberhasilan manajer proyek dari segi biaya,mutu,waktu, maka yang
dijadikan responden adalah tim manager proyek pelaksanaan suatu proyek
kontruksi di lapangan. Karena terbatasan waktu dan biaya maka responden
ditentukan dengan teknik penentuan sampel untuk tujuan tertentu (metode
pourposive sampling)yaitu :
1. Pengawas Konsultan
2. Pemilik Proyek
3. Site Engeneer/Pelaksana
4. Pengawas Kontraktor
2.11 Jenis data
Jenis data dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu data ordinal, data interval ,
data rasio,
1. Data Ordinal
Data ini, selain memiliki nama (atribut), juga memiliki peringkat atau urutan.
Angka yang diberikan mengandung tingkatan.Digunakan untuk mengurutkan
objek dari yang paling rendah sampai yang paling tinggi, atau
sebaliknya.Ukuran ini tidak memberikan nilai absolut terhadap objek, tetapi
hanya memberikan peringkat saja. Jika kita memiliki sebuah set objek yang
dinomori, dari 1 sampai n, misalnya peringkat 1, 2, 3, 4, 5 dan seterusnya, bila
dinyatakan dalam skala, maka jarak antara data yang satu dengan lainnya tidak
sama. Ia akan memiliki urutan mulai dari yang paling tinggi sampai paling
rendah. Atau paling baik sampai ke yang paling buruk.Misalnya dalam skala
Likert, mulai dari sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju sampai sangat
tidak setuju. Atau jawaban pertanyaan tentang kecenderungan masyarakat
untuk menghadiri rapat umum pemilihan kepala daerah, mulai dari tidak
pernah absen menghadiri, dengan kode 5, kadang-kadang saja menghadiri,
dengan kode 4, kurang menghadiri, dengan kode 3, tidak pernah menghadiri,
24
dengan kode 2 sampai tidak ingin menghadiri sama sekali, dengan kode 1. Dari
hasil pengukuran dengan menggunakan skala ordinal ini akan diperoleh data
ordinal.
2. Data Interval
Data interval memiliki sifat-sifat nominal dari data ordinal. Disamping itu ada
sifat tambahan lainnya pada data interval yaitu mempunyai mutlak nol.
Akibatnya ia mempunyai skala interval yang sama jaraknya. Pengukuran data
interval tidak memberikan jumblah absolute dari objek yang diukur.
3. Data Rasio
Data rasio mengandung sifat interval, dan selain itu ia sudah mempunyai nilai
nol mutlak. Data rasio ini sering di pakai dala penelitian keilmuan atau
enginnering.Karena data rasio, ordinbal dan interval merupakan hasil
pengukuran, maka ketiga data tersebut ditemui adanya bilangan pecahan.Data
rasio bersifat ekskuitif, mempunyai urutan, mempunyai ukuran baru,
mempunyai nilai nol mutlak.
2.12 Tabulasi dan Pengolahan Data
Untuk menjawab tujuan penulisan yang ingin dicapai dilakukan dengan
pengisian kuesiner tentang kompetensi mana proyek dan keberhasilan proyek
(dari segi waktu dan mutu). Dari pencarian data primer dengan cara kuesioner
terhadap pelaksanaan proyek-proyek yang ada di wilayah Kota Denpasar dan
Kabupaten Badung.
Tabulasi data dilakukan untuk mendapatkan hasil berupa data yang siap
dipergunakan pada tahap analisis.Dalam tahap ini terjadi pengkategorikan data
kedalam parameter-parameter dalam tahap analisis. Data awal yang akan diolah
masih berupa sekumpulan kuesioner hasil pengisian di lapangan (data mentah).
Tabulasi data dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu kompetensi manajer
proyek dan keberhasilan proyek (segi waktu dan mutu)
Untuk kauntifikasi penelitian terhadap kualitas variabel-variabel tersebut
dilakukan dengan skala linkert 1 sampai 5. Nilai 1 menunjukkan bahwa kualitas
dari variabel tersebut sangat rendah, nilai 2 rendah, nilai 3 sedang, nilai 4 tinggi,
dan niali 5 sangat tinggi.
25
Klasifikasi penilaian rata-rata skor kuesioner dapat dihitung dengan :
1. Jumlah klasifikasi 5 kelas,
2 Range : a. Nilai tertinggi = 5
b. Nilai terendah = 1
c. Range = 5-1 = 4
3. Panjang kelas ( interval kelas ) dapat dihitung dengan :
C = nilai range / nilai tertinggi
= 4 / 5 = 0.8
Diperoleh batas-batas klasifikasi penilaian kuesioner seperti di bawah ini
pada tabel 2.3 berikut :
Tabel 2.3Batas-batas klasifikasi kuesioner
4.21-5.00
Kurang SekaliKurang
BaikBaik Sekali
Cukup
Range Kreteria
1.00-1.801.81-2.602.61-3.403.41-4.20
2.13 Teknik Analisa Data
Pada penulisan penelitian ini menggunakan teknik analisa data sebagai
berikut :
1. Data Korelasi
Analisa ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua
varabel. Korelasi rank spearman dipakai apabila : kedua variabel yang akan
dikorelasi mempunyai tingkatan data ordinal, data tersebut memang diubah
dari data interval ke data ordinal dan data interval tersebut ternyata tidak
terdistribusi normal. Menurut Husman el at, menyatakan debgan rumus
sebagai berikut :
………………………………..(1)
26
Dimana :
r = koefisien korelasi
n = jumlah sampel
Di = selisih setiap pasang rank X dan rank Y
Nilai r selalu terletak diantara -1 dan +1 (-1< r < +1)
r = +1, berarti adanya korelasi positif sempurna
r = -1, berarti adanya korelasi negative sempurna
r = 0, berarti tidak ada korelasi antara variabel X dan variabel Y
Kriteria yang digunakan untuk menentukan derajat pengaruh antara dua
variabel adalah sebagai berikut :
0 .0 tidak berkorelasi
0.01-0.20 korelasi yang sangat rendah
0.21-0.40 korelasi yang rendah
0.42-0.60 korelasi yang agak rendah
0.61-0.80 korelasi yang cukup
0.81-0.99 korelasi yang tinggi
1 korelasi yang sangat tinggi
2. Analisa Determinasi
Analisa ini digunakan untuk mengetahui variasi hubungan antara dua variabel
berdasarkan persentase. Adapun rumusnya adalah
D = r².100% …………………………………………….
……………..(2)
3. Analisa t-Test
Analisa ini bertujuan untuk membuktikan dari uji statistik yang digunakan
untuk menguji kebenaran atau kepalsuan hipotesis nol. Untuk sampel kecil (n
< 30) dapat diuji menggunakan distribusi nilai t ( t-test) sedangkan sampel
besar (n > 30 ) digunakan distribusi nilai Z.
Dalam analisa t-test ini dipakai rumus sebagai berikut :
………………..…………………………....(3)
27
Keterangan :
t = test
r = korelasi
n = jumlah sampel
Langkah-langkah pengujian adalah sebagai berikut :
1. Perumusan hipotesis
Ho : r = ), artinya tidak ada pengaruh antara variabel X dan variabel Y
Ha : r > 0, artinya adanya pengaruh antara variabel X dan variabel Y
2. Menentukan tingkat kepercayaan atau level of significant : 5%
3. Kriteria pengujian
Daerah
Tolak Ho Penerimaan H0 Tolak Ho
-t tabel +t tabel
Gambar 2.1 Penentuan daerah penolakan dan daerah penerimaan dengan
ujitsumber Wirawan (2010)
Ho diterima apabila – tabael ≤ t hitung ≤ t tabel
Ho ditolak apabila – t hitung ≥ -t tabel atau +t tabel ≥ + t tabel
4. Kesimpulan
Nilai t yang kita peroleh dari sampel kemudan kita bandingkan dengan t
hitung untuk mengambil apkah Ho diterima atau ditolak.