BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi 2.pdf · (owner’s representative) yang fungsi dan...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi 2.pdf · (owner’s representative) yang fungsi dan...
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Proyek Konstruksi
Proyek adalah rangkaian kegiatan yang mengolah sumber daya proyek
meliputi suatu hasil tertentu melibatkan beberapa pihak terkait yang
dibedakan atas hubungan fungsional dan hubungan kerja, hanya satu kali
dilaksanakan (unik) dan umumnya berjangka waktu pendek (Ervianto, 2002).
Proyek konstruksi adalah proyek yang berkaitan dengan upaya
pembangunan suatu bangunan infrastruktur yang umumnya mencakup
pekerjaan utama, termasuk didalamnya adalah bidang teknik sipil dan
arsitektur. Proyek konstruksi melibatkan juga displin ilmu lainnya, seperti
teknik industri, teknik mesin, teknik elektro, geoteknik, dan lain-lain. Upaya
pembangunan yang dimaksud bukanlah ditekankan hanya pada pelaksanaan
pembangunan fisiknya saja tetapi mencakup arti sistem pembangunan secara
utuh dan lengkap. Proyek konstruksi dapat juga diartikan sebagai suatu
bangunan dengan jangka waktu yang terbatas, alokasi dana tertentu, dan
dimaksudkan untuk melaksanakan tugas yang sasarannya telah digaris
dengan tegas (Dipohusodo, 1996).
Perencanaan suatu proyek terdiri dari tiga tahap (Prasetya dkk. 2009),
yaitu:
1. Perencanaan
Membuat uraian kegiatan-kegiatan, menyusun logika urutan kejadian-
kejadian, menentukan syarat-syarat pendahuluan, menguraikan interaksi
dan interdependensi antara kegiatan-kegiatan.
2. Penjadwalan
Penaksiran waktu yang diperlukan untuk melaksanakan tiap kegiatan,
menegaskan kapan suatu kegiatan berlangsung dan kapan berakhir.
3. Pengendalian.
Menetapkan alokasi biaya dan peralatan guna pelaksanaan tiap kegiatan.
5
2.2 Metode Pembangunan Infrastruktur
Metode pembangunan infrastruktur yang sering digunakan pada proyek
di Indonesia adalah sebagai berikut :
2.2.1. Tradisional (Konvensional)
Metode ini merupakan metode paling tua yang dikenal di Indonesia.
Dalam metode ini, Pengguna Jasa atau owner menugaskan Penyedia Jasa
(kontraktor) untuk melaksanakan suatu pekerjaan, dimana pekerjaan
tersebut sudah dibuat rencananya oleh Perencana atau Konsultan
Perencana. Sebagai Pengawas biasanya Owner atau Konsultan Pengawas
atau Arsitek. Jadi, Konsultan Pengawas atau Arsitek yang mengawasi
pekerjaan dari Penyedia Jasa (kontraktor). Hubungan kerja antara
Penyedia Jasa dan Pengguna Jasa biasanya melalui Konsultan Pengawas
atau Arsitek. Dalam beberapa kasus sering tugas perencanaan dan
pengawasan diberikan kepada Konsultan yang sama.
Owner/Pemilik
Konsultan
Perencana
Arsitek yang bertindak
sebagai design leader &
project manager
Quantity
Surveyor
Main Kontraktor
Sub Kontraktor Dikerjakan
Sendiri
Sub Kontraktor
Lokal
Gambar 2.1 Struktur Organisasi Metode Konvensional Sumber : Masterman (1992)
6
Keterangan : Hubungan Kontraktual
Hubungan Fungsional
Hubungan Alternatif
Love (1998) menyatakan bahwa dalam metode konvensional terjadi
procurement gap, maksudnya adalah bahwa dalam metode konvensional
ini tanggung jawab dari organisasi yang berbeda, yaitu desain menjadi
tanggung jawab konsultan perencana dan konstruksi menjadi tanggung
jawab kontraktor. Jadi antara designer (konsultan perencana) dan
kontraktor belum ada komunikasi, koordinasi dan integrasi.
Keuntungan :
a. Desain dapat dikembangkan dengan maksimal dan ketidakpastian dapat
dikurangi atau dihilangkan sebelum tender dilaksanakan,
b. Kompetisi harga secara layak dapat terwujud dengan baik karena
adanya dasar perencanaan yang telah lengkap, biaya proyek
keseluruhan akan lebih rendah dari pada menggunakan metode
pembangunan yang lainnya, pemilihan atau penentuan pemenang
pelelangan yang menguntungkan pemilik/client dapat dicapai dengan
tidak begitu sulit,
c. Biaya proyek, lingkup pekerjaan dan jadwal kerja dapat dihitung dan
ditetapkan karena desain lengkap (gambar-gambar) dan spesifikasi
sudah dibuat oleh konsultan perencana,
d. Adanya tingkat kepastian (certainty) yang lebih tinggi dalam hal
kualitas (quality) dan standar fungsional dibandingkan dengan bila
menggunakan metode pembangunan yang lainnya.
Kekurangan :
a. Ketika tender dilaksanakan pemenang tender atau kontraktor yang akan
melaksanakan pembangunan dengan kondisi perencanaan desain yang
belum lengkap, maka pihak pemilik/client akan menjadi lemah
posisinya apabila dituntut oleh kontraktor karena terjadinya tambahan
pekerjaan dan tambahan biaya,
7
b. Komunikasi, koordinasi dan integrasi antara konsultan perencana
(designer) dan kontraktor tidak ada, sehingga hal ini dapat berpengaruh
pada performance yang kurang baik dari proyek, yaitu membutuhkan
waktu yang panjang atau lama,
c. Kadangkala akan timbul masalah dalam buildability, akibat tidak
adanya koordinasi dan komunikasi antara perencana dan kontraktor,
d. Kelemahan dalam lamanya menerima dan merespon perubahan-
perubahan yang dapat mengakibatkan ketidakpuasan dari pemilik/client
karena terjadi keterlambatan dan pembengkakan biaya proyek.
2.2.2. Manajemen Konstruksi (MK)
Fuady (1998) menyatakan bahwa dalam metode Manajemen
Konstruksi (MK) ini, pihak owner berhubungan kontraktual langsung
dengan semua specialist dan trade contractor. Dan untuk koordinasi
kontrak, maka ditunjuk seorang manajer konstruksi yang akan bertindak
dan berperan sebagai Konsultan.
Proyek yang menggunakan metode Manajemen Konstruksi
(Construction Management) adalah proyek yang mempunyai ciri-ciri :
a. Pihak owner paham dan berpengalaman mengenai konstruksi, tidak
hanya hasil dari konstruksi tetapi juga terhadap proses pembangunan itu
sendiri. Disamping itu owner juga mengenal beberapa atau seluruh tim
professional,
b. Adanya keinginan dari pihak owner untuk menyelesaikan proyeknya
dalam waktu yang cepat (fast track) dan adanya efisiensi biaya,
c. Proyek merupakan proyek yang terbilang complicated (rumit) dan
melibatkan teknologi yang beragam dengan subsistemnya,
d. Adanya keinginan dari pihak owner untuk memulai di lapangan lebih
awal,
e. Adanya keinginan untuk memisahkan tanggung jawab professional
antara faktor desain dengan faktor manajemen.
8
Keterangan : Hubungan Kontraktual
Hubungan Fungsional
Keuntungan :
a. Adanya keterlibatan yang intens dari pemilik dalam manajemen proyek
sehingga meningkatkan hubungan kerja yang semakin baik diantara
project team,
b. Memberi kesempatan kepada pemilik lebih luwes dalam menentukan
pilihan kontraktor atau subkontraktor dan supplier, karena adanya
kontrak secara langsung,
c. Adanya peningkatan penggunaan value engineering oleh manajer
konstruksi karena faktor pertimbangan biaya menempati kedudukan
yang penting bagi pihak owner,
d. Sangat cocok untuk proyek-proyek yang besar, complicated dan
melibatkan teknologi yang beragam.
Kekurangan :
a. Apabila pihak owner bukan orang yang paham atau kurang pengalaman
dalam konstruksi, maka keterlibatannya dalam proyek akan kurang
Owner/Pemilik
Konsultan
Perencana
Manajer Konstruksi Quantity
Surveyor
Kontraktor konstruksi yang
melaksanakan paket
pekerjaan
Gambar 2.2 Struktur Organisasi Metode Manajemen Konstruksi (MK) Sumber : Masterman (1992)
9
maksimal dan kurang tepat menggunakan metode Manajemen
Konstruksi (MK) ini,
b. Tidak adanya kontraktor utama, sehingga tidak ada satu organisasi yang
menjadi penanggung jawab tunggal mengenai integritas implementasi
fisik proyek serta hasil-hasilnya secara keseluruhan. Karena titik berat
dari metode ini adalah koordinasi kegiatan multikontraktor dan
multisupplier.
2.2.3. Design/Build
Dalam metode Design/Build ini, Penyedia Jasa mempunyai tugas
membuat suatu perencanaan yang lengkap dan sekaligus melaksanakannya
dalam suatu kontrak konstruksi. Pengguna Jasa/Owner biasanya tidak lagi
menempatkan Pengawas di lapangan tetapi cukup menunjuk wakil
(owner’s representative) yang fungsi dan tugasnya mengamati jalannya
pekerjaan apakah sesuai spesifikasi teknis dan jadwal.
Keterangan : Hubungan Kontraktual
Hubungan Fungsional
Hubungan Alternatif
Owner/Pemilik Konsultan Pengawas dan atau
cost consultant
Kontraktor : memanager, mendesain dan membangun
sesuai keinginan client/pemilik
SubKontraktor Dikerjakan sendiri oleh
Kontraktor
Gambar 2.3 Struktur Organisasi Metode Design/Build Sumber : Masterman (1992)
10
Keuntungan :
a. Owner hanya membutuhkan satu kontrak kerja saja dengan satu
organisasi biasanya kontraktor, dimana organisasi tersebut akan
bertanggung jawab pada semua aspek dalam proyek,
b. Adanya komunikasi yang baik dan bersifat langsung antara owner
dengan kontraktor, sehingga dapat menghemat biaya dan waktu yang
cukup signifikan,
c. Adanya kepastian dan keakuratan dalam biaya proyek dan biasanya
biaya proyek lebih rendah bila dibandingkan dengan menggunakan
metode pembangunan yang lainnya,
d. Waktu yang dibutuhkan untuk pembangunan lebih pendek,
e. Bagi owner, sistem pembangunan ini dapat mengalihkan resiko dalam
proyek kepada pihak kontraktor secara single liability, misalnya resiko
kenaikan harga/biaya.
Kekurangan :
a. Kebebasan yang sangat terbatas dari owner untuk melakukan perubahan
dalam desain setelah terjadinya penandatanganan kontrak,
b. Tingkat kemampuan teknik dan kemampuan manajerial dari organisasi
atau kontraktor design/build yang mungkin lebih rendah dari organisasi
yang mengkhususkan diri dalam perencanaan (konsultan perencana)
atau kontruksi (kontraktor),
c. Ada kemungkinan pelaksanaan pekerjaan dengan metode design/build
ini akan menghasilkan produk pekerjaan yang kualitasnya kurang. Hal
ini terjadi karena semua tanggung jawab terletak pada kontraktor, dan
kecenderungannya sebagian besar pekerjaan dikerjakan sendiri oleh
kontraktor meskipun sebenarnya kontraktor tersebut belum mempunyai
pengalaman atau belum mempunyai kemampuan yang memadai dalam
pekerjaan tersebut.
2.2.4. Turnkey
Metode Turnkey ini merupakan pengembangan dari metode
Design/Build, dimana Penyedia Jasa mempunyai tugas membuat suatu
11
perencanaan yang lengkap dan sekaligus melaksanakannya serta
menyediakan pembiayaan untuk pembangunannya atau pembayaran dari
Pengguna Jasa / owner dilakukan sekaligus setelah seluruh pekerjaan
selesai. Jadi Pengguna Jasa hanya tinggal menerima dan memutar kunci
(turnkey) serta mengoperasikannya.
Sistem kontrak FIDIC membedakan pengertian antara metode
Design/Build dan Turnkey dari aspek pembayaran. Jika metode
Design/Build melakukan pembayaran per termin sesuai kemajuan
pekerjaan (seperti kontrak biasa), sedangkan pembayaran metode Turnkey
dilakukan sekaligus setelah seluruh pekerjaan selesai.
Keterangan : Hubungan Kontraktual
Hubungan Fungsional
Tunjukan tergantung owner/klien
Keuntungan :
a. Owner dapat langsung mengoperasikan dan memulai produksinya
ketika proyek diserahkan dari kontraktor kepada owner tinggal
memutar kunci,
Owner/Pemilik Konsultan Pengawas dan atau
cost consultant
Kontraktor :
Bertanggung jawab untuk mendapatkan pembiayaan
desain, konstruksi, semua perlengkapan, pemasangan
peralatan dan perlengkapan, merekrut dan melatih
staf sampai tahap dimana client/pemilik dapat
menggunakan dan memulai aktivitasnya secara
langsung
Gambar 2.4 Struktur Organisasi Metode Turnkey Sumber : Masterman (1992)
12
b. Owner hanya membutuhkan satu kontrak kerja saja dengan satu
organisasi biasanya kontraktor, dimana organisasi tersebut akan
bertanggung jawab pada semua aspek dalam proyek,
c. Bagi owner, sistem pembangunan ini dapat mengalihkan resiko dalam
proyek kepada pihak kontraktor secara single liability, misalnya
resiko kenaikan harga/biaya.
Kekurangan :
a. Keterbatasan dari pihak owner untuk ikut terlibat dalam mengawasi
efisiensi penggunaan dana, waktu, kualitas dan estetika,
b. Kebebasan yang sangat terbatas dari owner untuk melakukan
perubahan dalam desain setelah terjadinya penandatanganan kontrak,
c. Ada kemungkinan pelaksanaan pekerjaan dengan metode Turnkey ini
akan menghasilkan produk pekerjaan yang kualitasnya kurang. Hal ini
terjadi karena semua tanggung jawab terletak pada kontraktor dan
kecenderungannya sebagian besar pekerjaan dikerjakan sendiri oleh
kontraktor meskipun sebenarnya kontraktor tersebut belum
mempunyai pengalaman atau belum mempunyai kemampuan yang
memadai dalam pekerjaan tersebut.
2.2.5. Build Operate Transfer (BOT)
Metode Build Operate Transfer (BOT) ini merupakan pengembangan
dari metode Turnkey. Dimana pihak owner/pemilik proyek biasanya
adalah pemerintah.
Pemikiran dasar digunakannya konsep Build Operate Transfer (BOT)
pada industri jasa konstruksi terutama dalam pengadaan proyek,
kemungkinan besar lahir karena adanya kebutuhan negara berkembang
yang sangat membutuhkan pembangunan infrastruktur tetapi tidak
mempunyai dana.
Menurut Fuady (1998), konsep BOT ini adalah bahwa pihak
kontraktor menyerahkan bangunan yang sudah dibangunnya setelah masa
transfer, sementara sebelum proyek tersebut diserahkan, ada masa
tenggang waktu bagi pihak kontraktor, misal 20 tahun yang disebut masa
13
konsesi untuk mengoperasikan proyek dan memungut hasil atau revenue
sebagai imbalan dari jasa membangun proyek yang bersangkutan.
Konsep BOT ini, menurut Tiong (1990) merupakan pemberian masa
konsesi oleh pemerintah kepada perusahaan swasta untuk melakukan
pembangunan, mengoperasikan dan merawat proyek infrastruktur selama
masa konsesi. Selama masa konsesi tersebut, perusahaan tersebut berhak
mendapatkan keuntungan dari pengelolaan proyek tersebut.
Proyek dengan konsep BOT ini merupakan proyek yang sangat rumit
baik ditinjau dari matriks organisasinya, sistem finansial dan negosiasi
serta proses tender, karena proyek dengan konsep BOT ini memerlukan
biaya yang sangat besar, waktu yang relatif lama, perhitungan yang sangat
cermat mengenai segala aspek baik segi politis, hukum dan peraturan serta
finansial.
Keuntungan :
a. Owner, biasanya pemerintah dapat langsung mengoperasikan ketika
proyek diserahkan dari kontraktor, setelah masa konsesinya habis,
b. Owner, biasanya pemerintah hanya membutuhkan satu kontrak kerja
saja dengan satu organisasi, biasanya kontraktor, dimana organisasi
tersebut akan bertanggung jawab pada semua aspek dalam proyek,
c. Kebutuhan akan pembangunan infrastruktur, misal : terminal, jalan tol,
pelabuhan dan lain-lain dapat terpenuhi dengan biaya dan pelaksanaan
yang ditanggung oleh kontraktor atau investor.
Kekurangan :
a. Membutuhkan waktu pembangunan yang cukup lama dan biaya yang
sangat besar,
b. Keterbatasan dari pihak owner untuk terlibat dalam mengawasi efisiensi
penggunaan dana, waktu, kualitas dan estetika,
c. Apabila kontrak BOT tersebut melibatkan antar Negara, yaitu Negara
berkembang yang tidak ada dana dan Negara maju yang punya dana
dan teknologi, maka akibat paling serius yang harus diterima oleh
Negara berkembang, sebagai pihak owner/pemilik proyek dalam jangka
panjang adalah terjadinya ketergantungan terhadap Negara lain, yaitu
14
Negara kaya dan maju teknologinya yang mampu memberikan dana
untuk pelaksanaan pembangunan proyek tersebut.
2.3 Penyusunan Time Schedule
Time Schedule adalah rencana alokasi waktu untuk menyelesaikan
masing-masing item pekerjaan proyek secara keseluruhan dan rentang waktu
yang ditetapkan untuk melaksanakan sebuah proyek. Dalam pembuatan time
schedule memerlukan tahapan sebagai berikut :
2.3.1 Perencanaan
Dalam tahap perencanaan diperlukan data yang lengkap untuk
mendukung proses pembuatannya. Untuk dapat menyusun time schedule
yang baik dibutuhkan :
a. Gambar kerja proyek,
b. Rencana anggaran biaya pelaksanaan proyek (RAB),
c. Bill of quantity (BQ) atau daftar volume pekerjaan,
d. Data lokasi proyek,
e. Data sumber daya meliputi material, peralatan, sub kontraktor yang
tersedia disekitar lokasi proyek berlangsung,
f. Data sumber material, peralatan, sub kontraktor yang harus didatangkan
ke lokasi proyek,
g. Ketersediaan tenaga kerja untuk menyelesaikan pekerjaan,
h. Data cuaca atau musim di lokasi pekerjaan proyek,
i. Data jenis transportasi yang dapat digunakan disekitar lokasi proyek,
j. Metode kerja yang digunakan untuk menyelesaikan proyek,
k. Data kapasitas produksi meliputi peralatan, tenaga kerja, sub kontraktor
dan material,
l. Data keuangan proyek meliputi arus kas, cara pembayaran pekerjaan,
tenggang waktu pembayaran progress dan lain sebagainya.
Setelah mendapatkan data tersebut maka dapat menghitung volume
dan durasi tiap item pekerjaan sehingga dapat dilanjutkan pada tahap
penjadwalan.
15
2.3.2 Penjadwalan
Penjadwalan merupakan kumpulan kebijaksanaan dan mekanisme di
sistem operasi yang berkaitan dengan urutan kerja yang dilakukan sistem
komputer (Heizer dkk. 2006). Penjadwalan proyek meliputi pengurutan
dan pembagian waktu untuk seluruh kegiatan proyek. Pada tahap ini akan
dibuat urutan pekerjaan sesuai dengan waktu mulai dan selesai suatu
pekerjaan agar tidak terjadi benturan waktu pada proyek. Time schedule
pada proyek konstruksi dapat dibuat dalam bentuk sebagai berikut :
a. Kurva S,
b. Bar Chart,
c. Schedule harian, schedule mingguan, bulanan, tahunan atau waktu
tertentu,
d. Pembuatan time schedule berupa bar chart bisa dibuat menggunakan
software seperti Microsoft project agar lebih mudah dan cepat.
Tujuan atau manfaat pembuatan time schedule pada proyek konstruksi
adalah:
a. Pedoman waktu untuk mendatangkan material yang sesuai dengan item
pekerjaan yang akan dilaksanakan,
b. Pedoman waktu untuk pengadaan alat-alat berat,
c. Alat untuk mengendalikan waktu pelaksanaan proyek,
d. Sebagai tolak ukur pencapaian target waktu pelaksanaan pekerjaan,
e. Acuan untuk memulai dan mengakhiri sebuah kontrak proyek
konstruksi,
f. Pedoman pencapaian program pekerjaan setiap waktu tertentu,
g. Pedoman untuk penentuan batas waktu denda atas keterlambatan
proyek atau bonus atas percepatan proyek,
h. Pedoman untuk mengukur nilai suatu investasi.
2.4 Teknik Penjadwalan
Penjadwalan merupakan penggambaran dari suatu diagram waktu untuk
tiap item pekerjaan yang menentukan kapan suatu aktivitas dimulai, ditunda,
16
dan diakhiri sehingga pemakaian sumber daya dapat disesuaikan dengan
waktunya dan menurut kebutuhan yang telah ditentukan (Soeharto,1999).
Teknik penjadwalan untuk proyek konstruksi dapat dilakukan dalam
bentuk :
a. Diagram Balok (Bar Chart)
b. Diagram Jaringan (Network)
Dari segi penyusunan jadwal, jaringan kerja dipandang sebagai suatu
langkah penyempurnaan metode bagan balok, karena dapat memberi jawaban
atas pertanyaan-pertanyaan yang belum terpecahkan oleh metode tersebut,
seperti :
a. Kegiatan-kegiatan mana yang bersifat kritis dalam hubungannya dengan
penyelesaian proyek,
b. Bila terjadi keterlambatan dalam pelaksanaan kegiatan tertentu, bagaimana
pengaruhnya terhadap sasaran jadwal penyelesaian proyek secara
menyeluruh.
Keuntungan dan kerugian diagram balok terhadap diagram jaringan,
antara lain :
a. Diagram balok mudah dibuat,
b. Diagram balok mudah dipahami oleh semua level manajemen,
c. Tidak menunjukkan secara nyata hubungan ketergantungan antara satu
kegiatan dengan kegiatan yang lain sehingga sulit untuk mengetahui
dampak keterlambatan dari satu kegiatan terhadap kegiatan yang lain dan
terhadap jadwal pekerjaan secara menyeluruh,
d. Untuk proyek dengan skala besar dan bersifat komplek penggunaan
diagram balok akan menghadapi kesulitan karena butir ketiga di atas.
Jaringan kerja merupakan metode yang berguna untuk menyusun urutan
dan waktu kegiatan unsur proyek, dan selanjutnya dapat dipakai
memperkirakan waktu penyelesaian proyek secara keseluruhan.
Terdapat dua macam jaringan kerja sebagai berikut :
a. Kegiatan pada anak panah atau activity on arrow (AOA),
b. Kegiatan ditulis dalam kotak yang disebut activity on node (AON).
17
Jaringan kerja yang amat luas pemakaiannya adalah Metode Jalur Kritis
(CPM) yang meliputi Metode Diagram Panah (ADM), Teknik Evaluasi dan
Review Proyek (PERT), dan Metode Diagram Preseden (PDM). Metode
ADM dan PERT termasuk dalam klasifikasi AOA sedangkan PDM adalah
AON.
2.4.1 Metode Diagram Balok (Bar Chart)
Bargraph schedule atau di Indonesia disebut Diagram Balok (Bar
Chart) ditemukan oleh H.L. Gantt pada tahun 1917. Oleh karena itu sering
disebut Gantt Chart. Bar Chart dimaksudkan untuk mengidentifikasi
unsur waktu dari tiap-tiap kegiatan secara berurutan dari awal sampai
akhir kegiatan dari suatu proyek. Hingga saat ini diagram balok masih
dipakai karena mudah dibuat serta mudah dipahami oleh setiap level
manajemen. Masing-masing garis menunjukkan awal sampai akhir waktu
penyelesaian suatu pekerjaan dan serangkaian pekerjaan yang ada di suatu
proyek.
Karena pembuatan dan penampilan informasinya sederhana dan
hanya menyampaikan dimensi waktu dari masing-masing kegiatan, maka
bar chart lebih tepat menjadi alat komunikasi untuk melukiskan kemajuan
pelaksanaan proyek. Bar chart tidak menginformasikan ketergantungan
antar kegiatan dan tidak mengindikasi kegiatan mana saja yang berada
dalam lintasan kritisnya.
Pada umumnya, bar chart digambarkan sekaligus dengan kurva “S”.
Kurva “S” dibuat untuk mengetahui rencana prestasi pekerjaan per satuan
waktu dan saat dimulainya pekerjaan sampai selesai, yang digambarkan
dengan persen (%) kumulatif biaya terhadap satuan waktu pekerjaan.
Penyajian informasi bagan balok agak terbatas, misalnya hubungan antar
kegiatan tidak jelas dan lintasan kritis kegiatan proyek tidak dapat
diketahui. Karena urutan kegiatan kurang terperinci, maka bila terjadi
keterlambatan proyek, prioritas kegiatan yang akan dikoreksi menjadi sulit
untuk dilakukan.
18
2.4.2 Metode Diagram Anak Panah / Arrow Diagram Method (ADM)
Diagram anak panah (arrow diagram) terdiri dari anak panah dan
lingkaran. Kegiatan digambarkan sebagai anak panah yang
menghubungkan dua lingkaran yang menggambarkan kejadian/peristiwa
(event). Untuk lebih jelasnya, penggambaran hubungan peristiwa dari
kegiatan ini dapat dilihat pada gambar 2.5 dibawah ini. Ekor anak panah
merupakan awal kegiatan dan ujungnya merupakan akhir kegiatan. Nama
dan kurun waktu kegiatan berturut-turut ditulis di atas dan di bawah anak
panah. Kejadian di awal dari anak panah disebut node “i”, sedangkan
kejadian di akhir anak panah disebut “j”.
Peristiwa (node/event) Peristiwa (node/event)
Terdahulu berikutnya
Kegiatan
Kurun waktu (D)
Total waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu proyek akan
tergantung pada waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan komponen
pekerjaan dari proyek tersebut. Oleh karena itu, akurasi perkiraan kurun
waktu penyelesaian masing-masing komponen mempunyai pengaruh
langsung terhadap perkiraan penyelesaian proyek secara keseluruhan.
Dalam memperkirakan atau menentukan kurun waktu suatu kegiatan atau
pekerjaan dapat menggunakan ADM.
Dalam pembuatan teknik penjadwalan menggunakan ADM tersebut
perlu diperhatikan :
a. Inventarisasi semua kegiatan pekerjaan yang akan dilakukan untuk
suatu proyek,
b. Menentukan logika ketergantungan antara satu kegiatan dengan
kegiatan lainnya serta urutan pelaksanaan kegiatan,
c. Berdasarkan kedua hal tersebut di atas (kegiatan dan hubungan
ketergantungan) dapat dibuat diagram jaringannya,
i j
Gambar 2.5 Hubungan peristiwa dan kegiatan pada ADM Sumber : Soeharto (1999)
19
d. Memasukkan unsur waktu untuk tiap-tiap kegiatan pekerjaan pada
jaringan diagram tersebut sehingga dapat diketahui jangka waktu
proyek,
e. Tentukan lintasan kritis berdasarkan syarat-syarat yang ada.
Sebagai contoh dapat dilihat pada diagram berikut :
Gambar 2.6 menjelaskan contoh Diagram Anak Panah dengan metode
CPM, dimana kegiatannya ada pada anak panah disertai dengan jumlah
durasi masing-masing kegiatan. Hasil perhitungan arah maju (forward
pass) untuk mendapatkan nilai ES dan EF serta arah mundur (backward
pass) untuk mendapatkan nilai LF dan LS.
2.4.3 Metode Diagram Preseden/Precedence Diagram Method (PDM)
Disamping bentuk AOA (activity on arrow) juga dikenal bentuk AON
(activity on node) atau kegiatan berada di node. Metode Diagram Preseden
(PDM) adalah jaringan kerja yang termasuk klasifikasi AON. Disini
kegiatan dituliskan di dalam node yang berbentuk segi empat, sedangkan
anak panah hanya sebagai petunjuk hubungan ketergantungan antara
kegiatan-kegiatan yang bersangkutan. Denah pada node PDM dapat dilihat
pada gambar 2.7.
1
0
0
7
6
5
8
8
4
4
3
8
8
2
2
5
8
13
20
20
15
11
16
10
A
B
C
D
D1
E F
G H
I
J
2
3
12
8 2 4
3
4
2
5
Gambar 2.6 Diagram Anak Panah Sumber : Fairuz (2009)
20
Kelebihan Presedence Diagram Method dibandingkan dengan Arrow
Diagram adalah :
a. Tidak diperlukan kegiatan fiktif/dummy sehingga pembuatan jaringan
menjadi lebih sederhana,
b. Hubungan overlapping yang berbeda dapat dibuat tanpa menambah
jumlah kegiatan.
Dalam ADM dummy diperlukan untuk menunjukkan hubungan
ketergantungan, sedangkan di dalam PDM tidak diperlukan. Untuk proyek
dalam rangkaian kegiatan yang tumpang tindih dan berulang-ulang
memerlukan garis dummy yang banyak, sehingga tidak praktis dan
kompleks. Sedangkan pada metode PDM akan menghasilkan diagram
yang relatif sederhana, karena PDM mengenal adanya konstrain antara
kegiatan yaitu SS (start to start), SF (start to finish), FS (finish to start)
dan FF (finish to finish), yang memungkinkan menggambarkan kegiatan
tumpang tindih lebih sederhana.
Nomor Urut
ID Durasi
Tanggal Mulai Tanggal Selesai
Gambar 2.7 Denah pada Node PDM Sumber : Soeharto (1999)
Ket :
ES : Waktu mulai paling awal suatu kegiatan (Earliest Start Time). Bila
waktu kegiatan dinyatakan atau berlangsung dalam hari, maka
waktu ini adalah hari paling awal kegiatan dimulai.
ID dan nama kegiatan
Tgl Mulai : ES/LS Durasi
Tgl Selesai : EF/LF Total Float
Progress Penyelesaian %
21
EF : Waktu selesai paling awal suatu kegiatan (Earliest Finish Time).
Bila hanya ada satu kegiatan terdahulu, maka EF suatu kegiatan
terdahulu merupakan ES kegiatan berikutnya.
LS : Waktu paling akhir kegiatan boleh dimulai (Latest Allowable Start
Time), yaitu waktu paling akhir kegiatan boleh dimulai tanpa
memperlambat proyek secara keseluruhan.
LF : Waktu paling akhir kegiatan boleh selesai (Latest Allowable Finish
Time) tanpa memperlambat penyelesaian proyek
ID : Nomor identitas kegiatan pada jaringan kerja
Durasi : Kurun waktu penyelesaian kegiatan. Dinyatakan dalam
satuan waktu seperti jam, hari, atau minggu.
Total Float : Tenggang waktu total.
Progress Penyelesaian : Presentase kemajuan proyek
Telah disinggung di atas bahwa pada PDM tidak terbatas pada aturan
dasar jaringan kerja ADM (kegiatan boleh dimulai setelah kegiatan yang
mendahului selesai), maka hubungan antar kegiatan berkembang menjadi
beberapa kemungkinan berupa konstrain. Konstrain menunjukkan
hubungan antar kegiatan dengan satu garis dari node terdahulu ke node
berikutnya. Satu konstrain hanya dapat menghubungkan dua node. Karena
setiap node memiliki dua ujung yaitu ujung awal atau mulai (start) = (S)
dan ujung akhir atau selesai (finish) = (F), maka ada 4 macam konstrain
yaitu awal ke awal (SS = start to start), awal ke akhir (SF = start to
finish), akhir ke akhir (FF = finish to finish) dan akhir k awal (FS = finish
to start).
2.4.3.1 Konstrain Selesai ke Mulai – FS
Jenis konstrain ini identik dengan kaidah utama jaringan kerja ADM,
yaitu suatu kegiatan dapat mulai bila kegiatan yang mendahuluinya selesai
(predecessor) telah selesai. Dirumuskan sebagai FS (i-j) = α yang berarti
kegiatan (j) mulai α satuan waktu setelah kegiatan yang mendahuluinya (i)
selesai. Notasi waktu α disebut lag time. Contohnya kegiatan pondasi baru
dapat dimulai setelah kegiatan galian selesai. Penggambaran konstrain
Finish to Start ini dapat dilihat pada gambar 2.8 berikut ini.
22
FS(i-j) = α
2.4.3.2 Konstrain Mulai ke Mulai – SS
Konstrain ini memberikan penjelasan hubungan antara mulainya suatu
kegiatan dengan mulainya kegiatan terdahulu. Dirumuskan sebagai SS (i-j)
= b yang berarti kegiatan (j) mulai setelah b satuan waktu setelah kegiatan
terdahulu (i) mulai. Notasi waktu b disebut lead time. Contohnya kegiatan
pembersihan lapangan dilakukan bersamaan dengan kegiatan pembuatan
Direksi Kit. Penggambaran konstrain Start to Start ini dapat dilihat pada
gambar 2.9 berikut ini.
SS(i-j) = b
Gambar 2.9
2.4.3.3 Konstrain Selesai ke Selesai - FF
Konstrain ini memberikan penjelasan hubungan antara selesainya
suatu kegiatan dengan selesainya kegiatan terdahulu. Dengan rumus FF (i-
j) = c yang berarti kegiatan (j) selesai setelah c satuan waktu setelah
kegiatan terdahulu (i) selesai. Notasi waktu c disebut lag time. Contohnya
kegiatan pembuatan taman selesai bersamaan dengan kegiatan pembuatan
pagar. Penggambaran konstrain Finish to Finish ini dapat dilihat pada
gambar 2.10 berikut ini.
FF(i-j) = c
Kegiatan (i) Kegiatan (j)
Kegiatan (i)
Kegiatan (j)
Kegiatan (i)
Kegiatan (j)
Gambar 2.8 Konstrain Finish to Start Sumber : Soeharto (1999)
Gambar 2.9 Konstrain Start to Start Sumber : Soeharto (1999)
Gambar 2.10 Konstrain Finish to Finish Sumber : Soeharto (1999)
23
2.4.3.4 Konstrain Mulai ke Selesai – SF
Konstrain ini memberi penjelasan hubungan antara selesainya suatu
kegiatan dengan mulainya kegiatan terdahulu. Dengan rumus SF (i-j) = d
yang berarti kegiatan (j) selesai setelah d satuan waktu setelah kegiatan
terdahulu (i) mulai. Notasi waktu d disebut lead time. Contohnya kegiatan
pembuangan sampah ke dalam lubang diakhiri bila kegiatan penimbunan
lubang akan dimulai. Penggambaran konstrain Start to Finish ini dapat
dilihat pada gambar 2.11 berikut ini.
SF(i-j) = d
2.5 Biaya Proyek
Perkiraan biaya memegang peranan yang penting dalam
penyelenggaraan suatu proyek. Segala sesuatu mengenai penyelenggaraan
kegiatan proyek mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, dan
pengendalian akan dihitung dalam nilai uang. Maka pengalaman dan
ketelitian akan sangat penting dalam perhitungan penyusunan perkiraan biaya
proyek (Soeharto,1999).
Ada beberapa jenis biaya yang berhubungan dengan pembiayaan suatu
proyek konstruksi dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu biaya langsung
(Direct Cost) dan biaya tidak langsung (Indirect Cost).
2.5.1 Biaya Langsung (Direct Cost)
Biaya langsung adalah semua biaya yang berlangsung berhubungan
dengan pelaksanaan pekerjaan konstruksi di lapangan. Biaya langsung
dapat diperoleh dengan mengalikan volume / kuantitas suatu pekerjaan
dengan harga satuan (unit cost) pekerjaan tersebut. Harga satuan pekerjaan
terdiri atas harga upah, upah buruh dan biaya peralatan.
Kegiatan (i)
Kegiatan (j)
Gambar 2.11 Konstrain Start to Finish Sumber : Soeharto (1999)
24
Biaya-biaya yang dikelompokkan dalam biaya langsung adalah
sebagai berikut :
a. Biaya bahan / material
Biaya bahan atau material terdiri dari biaya pembelian material, biaya
transportasi, biaya penyimpanan material dan kerugian akibat
kehilangan atau kerusakan material.
b. Biaya pekerja atau upah (labor / man power)
Biaya pekerja atau upah adalah biaya yang dikeluarkan untuk menggaji
para pekerja yang melaksanakan proyek. Biaya pekerja ini dibedakan
atas :
1. Upah Harian
Upah yang dibayar per satuan waktu. Sementara untuk menentukan
besarnya upah dipengaruhi oleh jenis keahlian pekerja, lokasi
pekerjaan, jenis pekerjaan dan lain-lain.
2. Upah borongan
Upah ini dibayar tergantung pada hasil negosiasi atau kesepakatan
bersama antara kontraktor dengan pekerja atau kelompok kerja atas
satu atau lebih item pekerjaan. Besarnya upah ini tergantung dari
besarnya volume pekerjaan yang dikerjakan.
3. Upah berdasarkan produktivitas
Besarnya upah ini tergantung banyaknya pekerjaan yang dapat
diselesaikan oleh pekerja dalam satuan waktu tertentu. Upaya
mengejar banyaknya pekerjaan ini tentunya harus tetap memenuhi
kualitas pekerjaan yang disyaratkan.
c. Biaya peralatan
Biaya peralatan terdiri dari biaya pembelian peralatan, biaya sewa (bila
menyewa), biaya operasi, biaya pemeliharaan, biaya operator, biaya
mobilisasi, dan lain-lain yang terkait dengan peralatan.
2.5.2 Biaya Tidak Langsung (Indirect Cost)
Biaya tidak langsung adalah semua biaya proyek yang tidak secara
langsung berhubungan dengan konstruksi di lapangan tetapi biaya ini
25
harus ada dan tidak dapat dilepaskan dari proyek tersebut. Biaya- biaya
yang termasuk dalam biaya tidak langsung adalah :
a. Biaya Overhead
Biaya yang termasuk overhead adalah komponen biaya yang meliputi
pengeluaran operasi perusahaan yang dibebankan pada proyek
(menyewa kantor, rekening listrik, air, telepon, biaya pemasaran, gaji
karyawan) dan pengeluaran untuk pajak, asuransi, jaminan dan ijin-ijin
usaha serta biaya rapat lapangan (site meeting).
b. Biaya tak terduga (contingence)
Kontingensi adalah cadangan biaya dari suatu perkiraan biaya atau
anggaran untuk dialokasikan pada butir-butir yang belum ditentukan,
yang menurut pengalaman dan statistik menunjukkan selalu
diperlukan. Makin jauh proyek berjalan, makin banyak masukan data
dan informasi, sehingga masalah yang belum menentu pun akan
banyak, demikian halnya dengan kontingensi. Pada umumnya biaya ini
diperlukan antara 0,5% - 5% dari total proyek. Yang termasuk biaya
tak terduga ini adalah :
1. Kesalahan
a. Kealpaan pemborong dalam memasukkan pos pekerjaan
b. Gambar yang kurang lengkap
2. Ketidakpastian yang subjektif
a. Ketidakpastian yang subjektif timbul karena interpretasi yang
subjektif terhadap bestek.
b. Ketidakpastian yang subjektif lainnya adalah fluktuasi harga
material dan upah buruh yang tidak tepat diperkirakan.
3. Ketidakpastian yang objektif
Ketidakpastian yang objektif adalah ketidakpastian tentang perlu
tidaknya suatu pekerjaan dilakukan atau tidak, dimana
ketidakpastian itu ditentukan objek di luar kemampuan manusia.
4. Variasi efisiensi
Variasi efisiensi adalah variasi efisiensi dari sumber-sumber daya
yaitu efisiensi dari buruh, peralatan dan material.
26
1 2 5 4 3
1
2
3
4
5
0
0%
100%
40%
60%
80%
20%
c. Keuntungan / Profit
Keuntungan disini adalah keuntungan yang diterima kontraktor yang
telah dimasukkan dalam biaya proyek keseluruhan.
Penjumlahan dari biaya langsung dan biaya tidak langsung ini
merupakan biaya total yang digunakan selama pelaksanaan proyek.
Besarnya biaya ini sangat tergantung oleh lamanya waktu penyelesaian
proyek. Keduanya berubah sesuai dengan kemajuan proyek. Meskipun
tidak ada rumus tertentu, umumnya makin lama proyek berjalan makin
tinggi kumulatif tidak langsung yang diperlukan (Soeharto,1999).
Seperti yang terlihat dalam grafik yang menunjukkan hubungan antara
biaya langsung, biaya tidak langsung dan total biaya dalam suatu
grafik dan terlihat bahwa biaya optimal di dapat dengan mencari biaya
proyek terkecil.
Gambar 2.12 Hubungan biaya total, biaya tidak langsung dan biaya langsung Sumber : Soeharto (1999)
Biaya (Rp)
Titik Terendah Total biaya proyek
Biaya tidak langsung
Biaya langsung
Kurun Waktu
(Bulan)
27
2.6 Metode Pelaksanaan Konstruksi
Metode adalah suatu hal yang penting untuk diperhatikan dalam proses
konstruksi bangunan. Dengan penentuan metode yang tepat, suatu proyek
konstruksi dapat mengejar target keuntungan dari sisi biaya dan waktu dengan
tanpa meninggalkan kualitas. Bila dikaitkan dengan cost and time reduction,
metode pun bisa menjadi suatu stimulus atau bahkan dapat diibaratkan seperti
katalisator dari beberapa komponen di dalam suatu proyek.
Terdapat beberapa metode efektif untuk melakukan time reduction dengan
biaya yang optimal serta kualitas yang tidak dikurangi pada kegiatan proyek
tertentu apabila diasumsikan sumber daya yang dimiliki tidak terbatas. Metode-
metode tersebut antara lain : (Nurhayati, 2010)
a. Penambahan sumber daya
Merupakan metode yang paling umum untuk memperpendek waktu
proyek, yaitu dengan melakukan penambahan staf dan peralatan untuk
kegiatan. Tetapi perlu diperhatikan bahwa hubungan antara ukuran staf dan
perkembangan proyek bukanlah hal yang bersifat linear. Oleh karena itu
alternatif ini juga harus dipertimbangkan dengan baik sebelum menjadi
keputusan yang akan diambil.
b. Melakukan outsourcing pekerjaan
Metode umum lainnya dalam memperpendek waktu proyek adalah
dengan subkontrak sebuah kegiatan. Subkontraktor yang memiliki akses
terhadap teknologi yang lebih baik atau keahlian yang lebih baik akan dapat
mempercepat penyelesaian kegiatan.
c. Melakukan lembur
Cara yang paling mudah untuk menambah tenaga kerja untuk sebuah
proyek bukanlah hanya dengan menambah personil, tetapi dapat juga dengan
menjadwalkan kegiatan lembur. Dalam melakukan lembur juga perlu
dilakukan pertimbangan terhadap batasan kemampuan yang dapat dilakukan
manusia, karena ketika tingkat kelelahan yang dirasakan karyawan sudah
cukup tinggi, maka akan dapat mengurangi produktivitasnya.
d. Membangun tim proyek inti
Para profesional diizinkan untuk memusatkan perhatian mereka hanya
pada suatu proyek tertentu, sehingga diharapkan dengan fokus yang tunggal
28
ini akan dapat meningkatkan kekompakan timnya dan yang paling penting
adalah mempercepat penyelesaian proyek.
e. Lakukan 2 kali, kerjakan dengan cepat, dan perbaiki
Ketika dihadapkan pada pekerjaan yang mendesak, mencoba
mengerjakan pekerjaan dengan cepat walaupun kurang sempurna dapat
menjadi solusi untuk jangka pendek, kemudian dilakukan peninjauan kembali
dan pengerjaan kembali dengan lebih baik. Biaya tambahan yang dikeluarkan
akibat pengerjaan dua kali ini biasanya akan digantikan dengan manfaat yang
diperoleh akibat memenuhi deadline penyelesaian proyek.
f. Fast tracking
Terkadang dimungkinkan untuk melakukan penyusunan ulang logika
jaringan kerja sehingga kegiatan-kegiatan kritis dilakukan secara paralel
menggantikan cara pengerjaan yang seri. Salah satu metode yang paling
umum dalam melakukan penyusunan ulang hubungan kegiatan-kegiatan ini
adalah dengan mengganti hubungan finish-to-start menjadi hubungan start-to-
start (Nurhayati, 2010).
Metode fast track adalah suatu metode penjadwalan yang waktu
penyelesaian proyek lebih cepat dari waktu normalnya (Gerry Easthan,
2002). Mora dan Li, 2001, menyatakan bahwa metode fast track
merupakan metode percepatan dalam pembangunan dengan melakukan
pelaksanaan aktivitas-aktivitas secara parallel / tumpang tindih dengan
waktu pelaksanaan lebih cepat dan biaya lebih efisien. Percepatan
dilakukan dengan menerapkan strategi yang berbeda, inovatif, dan waktu
pelaksanaan yang efektif dari semua kegiatan proyek normal
(Easthan,2002).
Langkah-langkah atau ketentuan yang harus dilakukan dalam
penerapan metode fast track terhadap aktivitas-aktivitas pada lintasan
kritis (Tjaturono,2004) adalah sebagai berikut :
1. Penjadwalan harus logis antara aktivitas yang satu dengan aktivitas
lainnya sehingga cukup realistis untuk dilaksanakan (meliputi: tenaga
kerja, produktivitas bahan, alat, teknis dan dana).
2. Melakukan fast track hanya pada aktivitas di lintasan kritis saja,
terutama pada aktivitas-aktivitas yang memiliki durasi yang panjang.
29
3. Waktu terpendek yang dapat dilakukan fast track ≥ 2 hari.
4. Hubungan antara aktivitas kritis yang akan di fast-track:
- Apabila durasi i < durasi j, maka aktivitas kritis j dapat dilakukan
percepatan setelah aktivitas i telah ≥ 1 hari dan aktivitas i harus
selesai lebih dulu atau bersama-sama.
- Apabila durasi i > durasi j, maka aktivitas j dapat dimulai bila sisa
durasi aktivitas i < 1 hari dari aktivitas j. Kedua aktivitas tersebut
selayaknya dapat selesai bersama-sama.
5. Periksa float yang ada pada aktivitas yang tidak kritis, apakah masih
memenuhi syarat dan tidak kritis setelah fast track dilakukan.
6. Apabila setelah dilakukan fast-track tahap awal, lintasan kritis bergeser,
lakukan langkah-langkah yang sama pada aktivitas-aktivitas di lintasan
kritis yang baru.
7. Percepatan selayaknya dilakukan tidak lebih dari 50% dari waktu
normal.
Perlu diperhatikan bahwa pada pembiayaan proyek dengan penerapan
metode fast track, yang dihitung adalah pembiayaan pelaksanaan aktivitas-
aktivitas pada lintasan kritis maupun aktivitas pada lintasan yang tidak
kritis seperti halnya pada pembiayaan normal. Tidak ada penambahan
jumlah tenaga kerja dan biaya pada masing-masing aktivitas baik pada
aktivitas pada lintasan kritis maupun pada aktivitas tidak kritis (Tjaturono,
2008).
g. Rantai kritis (critical chain)
Critical chain membutuhkan adanya pelatihan dan adanya perubahan
kebiasaan dan sudut pandang sehingga membutuhkan waktu untuk diadopsi.
h. Melakukan brainstorming
Manajer proyek harus menggali pengetahuan dan pengalaman dari para
karyawannya dengan mengadakan sesi brainstorming yakni saat semua
anggota tim proyek akan memberikan usul yang akan dapat menghemat
waktu penyelesaian.
30
i. Fase delivery proyek
Dalam situasi dimana keseluruhan proyek tidak dapat diselesaikan pada
saat deadline, akan masih mungkin untuk melakukan pengiriman beberapa
bagian yang bermanfaat dari proyek tersebut.
2.7 Penggunaan Microsoft Project
Microsoft Project merupakan program yang sangat baik untuk
menyusun sebuah perencanaan proyek konstruksi, selain itu didalamnya juga
terdapat berbagai aplikasi yang dapat digunakan untuk proses pengendalian
maupun menyusun sebuah proyek (Andi,2008). Dalam menyusun rencana
sebuah proyek konstruksi, terlebih dahulu masukkan data-data kegiatan.
Data-data tersebut meliputi: jenis kegiatan (Task Name), durasi kegiatan
(Duration), awal kegiatan (Start), serta hubungan masing-masing kegiatan
dimasukkan dalam lembaran kerja (Spread Sheet). Dan secara otomatis,
Microsoft Project akan membuat Gantt Chart (Diagram Balok) dari kegiatan-
kegiatan tersebut.
Selain itu, Microsoft Project memberi kemudahan dalam membuat
suatu laporan, karena di dalam program ini tersedia beberapa format dasar
sebuah laporan yang terdapat dalam beberapa kelompok besar, diantaranya :
1. Over View, memuat beberapa bentuk laporan umum proyek secara
keseluruhan, berupa kegiatan-kegiatan utama, kegiatan-kegiatan kritis dan
sebagainya.
2. Current activity, memuat laporan mengenai kegiatan proyek baik yang
akan dikerjakan maupun yang sudah dikerjakan.
3. Cost, memuat beberapa laporan mengenai biaya proyek.
4. Assignment, memuat beberapa jenis laporan mengenai pemakaian sumber
daya.
5. Work Load, memuat laporan mengenai beban yang ditanggung oleh
sumber daya dan proyek yang bersangkutan.
6. Custom, memuat laporan-laporan yang ingin ditambahkan serta ditentukan
oleh pembuat laporan.
Setelah menyusun pekerjaan dengan microsoft project dapat ditemukan
pekerjaan apa saja yang termasuk dalam kegiatan kritis. Yang dimaksud
31
dengan pekerjaan dalam kegiatan kritis adalah pekerjaan yang tidak
mempunyai waktu tenggang (float). Pekerjaan yang termasuk dalam kegiatan
kritis inilah yang selanjutnya akan dilakukan percepatan, karena dengan
melakukan percepatan pada kegiatan kritis dapat mempengaruhi item
pekerjaan yang mengikutinya sehingga berpengaruh juga pada durasi proyek
secara keseluruhan.