BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kemiskinan dan...

15
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kemiskinan dan Penyebab Kemiskinan Dalam arti proper, kemiskinan dipahami sebagai keadaan kekurangan uang dan barang untuk menjamin kelangsungan hidup. Prastyo (2010) menyatakan bahwa kemiskinan adalah suatu intergrated concept yang memiliki lima dimensi, yaitu: 1) kemiskinan (proper), 2) ketidakberdayaan (powerless), 3) kerentanan menghadapi situasi darurat (state of emergency), 4) ketergantungan (dependence), dan 5) keterasingan (isolation) baik secara geografis maupun sosiologis. Yulianto (2005) menyatakan kemiskinan adalah kekurangan barang-barang dan pelayanan-pelayanan yang dibutuhkan untuk mencapai suatu standar hidup yang layak. Berdasarkan Perpres Nomor 7 Tahun 2005 tentang RPJMN, kemiskinan terjadi ketika seseorang atau sekelompok orang, baik laki-laki dan perempuan, tidak terpenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Menurut Ridlo (2001) definisi ini beranjak dari pendekatan berbasis hak yang mengakui bahwa masyarakat miskin mempunyai hak-hak dasar yang sama dengan anggota masyarakat lainnya. Ketidaksamaan kesempatan untuk mengakumulasi basis kekuatan sosial yang meliputi: aset, sumber-sumber keuangan, organisasi dan jaringan sosial, pengetahuan dan informasi untuk memperoleh pekerjaan menjadikan seseorang menjadi miskin. Universitas Sumatera Utara

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kemiskinan dan...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kemiskinan dan ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/35024/4/Chapter II.pdf · Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang Propenas menyebutkan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Kemiskinan dan Penyebab Kemiskinan

Dalam arti proper, kemiskinan dipahami sebagai keadaan kekurangan uang dan

barang untuk menjamin kelangsungan hidup. Prastyo (2010) menyatakan bahwa

kemiskinan adalah suatu intergrated concept yang memiliki lima dimensi, yaitu:

1) kemiskinan (proper), 2) ketidakberdayaan (powerless), 3) kerentanan menghadapi

situasi darurat (state of emergency), 4) ketergantungan (dependence), dan

5) keterasingan (isolation) baik secara geografis maupun sosiologis. Yulianto (2005)

menyatakan kemiskinan adalah kekurangan barang-barang dan pelayanan-pelayanan

yang dibutuhkan untuk mencapai suatu standar hidup yang layak.

Berdasarkan Perpres Nomor 7 Tahun 2005 tentang RPJMN, kemiskinan terjadi

ketika seseorang atau sekelompok orang, baik laki-laki dan perempuan, tidak terpenuhi

hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang

bermartabat. Menurut Ridlo (2001) definisi ini beranjak dari pendekatan berbasis hak

yang mengakui bahwa masyarakat miskin mempunyai hak-hak dasar yang sama

dengan anggota masyarakat lainnya. Ketidaksamaan kesempatan untuk mengakumulasi

basis kekuatan sosial yang meliputi: aset, sumber-sumber keuangan, organisasi dan

jaringan sosial, pengetahuan dan informasi untuk memperoleh pekerjaan menjadikan

seseorang menjadi miskin.

Universitas Sumatera Utara

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kemiskinan dan ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/35024/4/Chapter II.pdf · Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang Propenas menyebutkan

Menurut Effendi (1993) kemiskinan dapat ditinjau dari tinjauan ekonomi, sosial

dan politik. Secara ekonomi kemiskinan adalah kekurangan sumber daya yang dapat

digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan. Secara sosial kemiskinan diartikan

kekurangan jaringan sosial dan struktur untuk mendapatkan kesempatan-kesempatan

meningkatkan produktivitas. Sedangkan secara politik kemiskinan diartikan

kekurangan akses terhadap kekuasaan

Sedangkan Nugroho dan Dahuri (2004) menyatakan bahwa dari aspek ekonomi,

kemiskinan merupakan kesenjangan antara lemahnya daya pembelian (positif) dan

keinginan untuk memenuhi kebutuhan dasar (normatif). Dari aspek sosial, kemiskinan

mengindikasikan potensi perkembangan masyarakat yang rendah. Sedangkan dari

aspek politik, kemiskinan berhubungan dengan rendahnya kemandirian masyarakat.

Kemiskinan didefinisikan sebagai standar hidup yang rendah, yaitu adanya

suatu tingkat kekurangan materi dibandingkan dengan standar kehidupan yang umum

berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan. Secara ekonomis, kemiskinan juga dapat

diartikan sebagai kekurangan sumberdaya yang dapat digunakan untuk meningkatkan

kesejehtaraan sekelompok orang. Kemiskinan memberi gambaran situasi serba

kekurangan seperti terbatasnya modal yang dimiliki, rendahnya pengetahuan dan

keterampilan, rendahnya produktivitas, rendahnya pendapatan, lemahnya nilai tukar

hasil produksi orang miskin dan terbatasnya kesempatan berperan serta dalam

pembangunan.

Penyebab kemiskinan dapat terjadi karena kondisi alamiah dan ekonomi,

kondisi struktural dan sosial, serta kondisi kultural (budaya). Kemiskinan alamiah dan

Universitas Sumatera Utara

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kemiskinan dan ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/35024/4/Chapter II.pdf · Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang Propenas menyebutkan

ekonomi timbul akibat keterbatasan sumber daya alam, manusia, dan sumberdaya lain

sehingga peluang produksi relatif kecil dan tidak dapat berperan dalam pembangunan.

Kemiskinan struktural dan sosial disebabkan hasil pembangunan yang belum merata,

tatanan kelembagaan dan kebijakan dalam pembangunan. Sedangkan kemiskinan

kultural (budaya) disebabkan sikap atau kebiasaan hidup yang merasa kecukupan

sehingga menjebak seseorang dalam kemiskinan (Nugroho dan Dahuri, 2004).

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang Propenas menyebutkan

berdasarkan penyebabnya kemiskinan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu kemiskinan

kronis (chronic poverty) yang disebabkan: (1) sikap dan kebiasaan hidup masyarakat

yang tidak produktif; (2) keterbatasan sumber daya dan keterisolasian; dan (3)

rendahnya taraf pendidikan dan derajat kesehatan, terbatasnya lapangan kerja, dan

ketidakberdayaan masyarakat, dan kemiskinan sementara (transient poverty) yang

disebabkan (1) perubahan siklus ekonomi dari kondisi normal menjadi krisis ekonomi;

(2) perubahan yang bersifat musiman seperti kasus kemiskinan nelayan dan pertanian

tanaman pangan; dan (3) bencana alam atau dampak dari suatu kebijakan.

Penyebab kemiskinan yang lain menurut Cox (2004) berupa: (1) Kemiskinan

yang diakibatkan globalisasi berupa dominasi negara-negara maju terhadap negara-

negara berkembang; (2) Kemiskinan yang berkaitan dengan pembangunan berupa

rendahnya partisipasi dalam pembangunan dan peminggiran proses pembangunan;

(3) Kemiskinan sosial yang yang dialami oleh perempuan, anak-anak dan kelompok

minoritas karena ketidakberdayaan mereka; dan (4) Kemiskinan karena faktor-faktor

Universitas Sumatera Utara

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kemiskinan dan ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/35024/4/Chapter II.pdf · Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang Propenas menyebutkan

eksternal seperti konflik, bencana alam, kerusakan lingkungan dan tingginya jumlah

penduduk.

Menurut Prastyo (2010) beberapa sumber dan proses penyebab terjadinya

kemiskinan, yaitu:

a. Policy induces processes, yaitu proses pemiskinan yang dilestarikan, direproduksi

melalui pelaksanaan suatu kebijakan, diantaranya adalah kebijakan anti kemiskinan,

tetapi relitanya justru melestarikan.

b. Socio-economic dualism, negara bekas koloni mengalami kemiskinan karena poal

produksi kolonial, yaitu petani menjadi marjinal karena tanah yang paling subur

dikuasai petani sekala besar dan berorientasi ekspor.

c. Population growth, prespektif yang didasari oleh teori Malthus, bahwa

pertambahan penduduk seperti deret ukur sedangkan pertambahan pangan seperti

deraet hitung.

d. Resaurces management and the environment, adalah unsur mismanagement sumber

daya alam dan lingkungan, seperti manajemen pertanian yang asal tebang akan

menurunkan produktivitas.

e. Natural cycle and processes, kemiskinan terjadi karena siklus alam. Misalnya

tinggal dilahan kritis, dimana lahan itu jika turun hujan akan terjadi banjir, akan

tetapi jika musim kemarau kekurangan air, sehingga tidak memungkinkan

produktivitas yang maksimal dan terus-menerus.

Universitas Sumatera Utara

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kemiskinan dan ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/35024/4/Chapter II.pdf · Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang Propenas menyebutkan

f. The marginalization of woman, peminggiran kaum perempuan karena masih

dianggap sebagai golongan kelas kedua, sehingga akses dan penghargaan hasil

kerja yang lebih rendah dari laki-laki.

g. Cultural and ethnic factors, bekerjanya faktor budaya dan etnik yang memelihara

kemiskinan. Misalnya pada pola konsumtif pda petani dan nelayan ketika panenj

raya, serta adat istiadat yang konsumtif saat upacara adat atau keagamaan.

h. Exploatif inetrmediation, keberadaan penolong yang menjadi penodong, seperti

rentenir.

i. Inetrnal political fragmentation and civil stratfe, suatu kebijakan yang diterapkan

pada suatu daerah yang fragmentasi politiknya kuat, dapat menjadi penyebab

kemiskinan.

j. Interbational processe, bekerjanya sistem internasional (kolonialisme dan

kapitalisme) membuat banyak negara menjadi miskin.

Penyebab kemiskinan menurut masyarakat miskin sendiri adalah kurangnya

modal, pendidikan, keterampilan, dan kesempatan kerja; dan rendahnya pendapatan

(Tim Studi KKP, 2004). Kuncoro (2004) mencoba mengidentifikasi penyebab

kemiskinan dipandang dari sisi ekonomi. Pertama, ketidaksamaan pola kepemilikan

sumber daya yang menimbulkan distribusi pendapatan yang timpang. Kedua,

perbedaan dalam kualitas sumber daya manusia yang berkaitan dengan produktivitas

dan upah yang rendah. Ketiga, kemiskinan muncul akibat perbedaan akses dalam

modal.

Universitas Sumatera Utara

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kemiskinan dan ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/35024/4/Chapter II.pdf · Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang Propenas menyebutkan

2.2. Jenis Kemiskinan

Menurut Suryawati (2005) kemiskinan dibagi dalam empat bentuk, yaitu:

a. Kemiskinan absolut, kondisi dimana seseorang memiliki pendapatan di bawah garis

kemiskinan atau tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan pangan, sandang, papan,

kesehatan, perumahan, dan pendidikan yang dibutuhkan untuk bisa hidup dan

bekerja.

b. Kemiskinan relatif, kondisi miskin karena pengaruh kebijakan pembangunan yang

belum menjangkau seluruh masyarakat, sehingga menyebabkan ketimpangan pada

pendapatan.

c. Kemiskinan kultural, mengacu pada persoalan sikap seseorang atau masyarakat

yang disebabkan oleh faktor budaya, seperti tidak mau berusaha memperbaiki

tingkat kehidupan, malas, pemboros, tidak kreatif meskipun ada bantuan dari pihak

luar.

d. Kemiskinan struktural, situasi miskin yang disebabkan oleh rendahnya akses

terhadap sumber daya yang terjadi dalam suatu sistem sosial budaya dan sosial

politik yang tidak mendukung pembebasan kemiskinan, tetapi seringkali

menyebabkan suburnya kemiskinan.

Kemiskinan juga dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu:

a. Kemiskinan alamiah, berkaitan dengan kelangkaan sumber daya alam dan

prasarana umum, serta keadaan tanah yang tandus.

Universitas Sumatera Utara

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kemiskinan dan ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/35024/4/Chapter II.pdf · Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang Propenas menyebutkan

b. Kemiskinan buatan, lebih banyak diakibatkan oleh sistem modernisasi atau

pembangunan yang membuat masyarakat tidak mendapat menguasai sumber daya,

sarana, dan fasilitas ekonomi yang ada secara merata.

Soegijoko (1997) kemiskinan absolut keberadaannya masih dapat dihilangkan

(poverty alleviation), sedangkan kemiskinan relatif keberadaannya tidak dapat

dihilangkan, tetapi hanya dapat dikurangi intensitasnya (poverty reduction).

2.3. Efektivitas Berbagai Program Penanggulangan Kemiskinan

Persoalan kemiskinan merupakan persoalan yang sangat kompleks. Banyak

faktor yang berperan menjadi penyebab kemiskinan. Ketidakberuntungan

(disadvantages) yang melekat pada keluarga miskin, keterbatasan kepemilikan aset

(poor), kelemahan kondisi fisik (physically weak), keterisolasian (isolation), kerentaan

(vulnerable),dan ketidakberdayaan (powerless) adalah berbagai penyebab mengapa

keluarga miskin selalu kekurangan dalammemenuhi dasar hidup, seperti pangan,

sandang, papan, kesehatan, dan pendidikan layak untuk anak-anaknya. Kondisi serba

kekurangan dari masyarakat miskin tersebut menyebabkan mereka tidak dapat

menjalankan fungsi sosialnya. Selain itu, kultur kemiskinan yang masih kental dalam

masyarakat dengan budaya tolong-menolong, pada satu sisi dapat bersifat positif,

namun di sisi yang lain juga dapat mengaburkan arti kemiskinan yang sebenarnya.

Orang yang sebenarnya sangat miskin, merasa tidak terlalu miskin karena

bantuan sosial di sekelilingnya. Kondisi kemiskinan juga menjadi diperparah karena

kewajiban sosial yang ditanggung keluarga miskin, seperti kewajiban menyumbang.

Situasi yang seperti ini menyebabkan berbagai program penanggulangan kemiskinan

Universitas Sumatera Utara

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kemiskinan dan ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/35024/4/Chapter II.pdf · Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang Propenas menyebutkan

dan pembangunan pedesaan menghadapi hambatan dalam pelaksanaannya

(Listyaningsih, 2004).

Berbagai program penanggulangan kemiskinan yang dilakukan selama ini

menunjukkan keseriusan dalam penanggulangan kemiskinan. Mulai dari program yang

ditujukan untuk petani, memalui berbagai skim kredit dan subsidi, sampai pada

berbagai program pemberdayaan untuk keluarga miskin, seperti pemberian dana

bergulir, program ekonomi produktif, pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir.

Namun berbagai program tersebut belum secara signifikan mampu menurunkan jumlah

penduduk miskin, sehingga memunculkan pertanyaan mengapa banyak

programpenanggulangan kemiskinan tidak efektif atau bagaimana bentuk program

penangulangan kemiskinan yang efektif.

Kelemahan berbagai program penanggulangan kemiskinan, diawali dari

beberapa persoalan berikut.

a. Program yang dilaksanakan berpedoman pada perguliran dana bantuan. Karena

konsepnya adalah bergulir, logikanya yang mampu mengikuti program tersebut

adalah mereka yang memiliki usaha produktif, dan kecil kemungkinan masyarakat

yang benar-benar miskin dapat mengikuti program dana bergulir.

b. Kecilnya peluang rumah tangga miskin ikut dalam pola pergliran disebabkan

karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan, sehingga sangat beresiko

terhadap keberhasilan program.

Universitas Sumatera Utara

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kemiskinan dan ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/35024/4/Chapter II.pdf · Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang Propenas menyebutkan

c. Adanya gejala ketidaktepatan pendataan penduduk miskin, yang terutama

dilakukan petugas desa (banjar) yang cenderung pilih kasih, sehingga data

pendudukmiskin untuk penanggulangan kemiskinan menjadi tidak tepat sasaran.

d. Kecenderungan adanya pemilihan daerah sasaran program dengan harapan tingkat

keberhasilannya dapat lebih diukur. Hal ini berakibat pula pada salah sasaran.

e. Sikap mental penduduk miskin yang cenderung pasrah, menerima apa adanya,

merasa miskin adalah nasib, takdir dan lainnya adalah sikap mental yang

menghambat program kemiskinan.

f. Program-program yang cenderung member ‘ikan’, bukan kail dan atau cara

memancing dapat menggeser perilaku masyarakat yang justru ingin menjadi miskin

agar mendapat bantuan kemiskinan, bukan justru berupaya bagaimana mereka

dapat ke luar dari kemiskinan.

2.4. Kesejahteraan Masyarakat

Ada tiga komponen yang dapat diukur dari hakekat pembangunan. Ketiga

komponen itu adalah kecukupan (sustenance), jati diri (self-esteem) serta kebebasan

(freedom). Ketiga hal inilah yang merupakan tujuan pokok yang harus dicapai oleh

setiap orang dan masyarakat dalam proses pembangunan. Ketiganya berkaitan secara

langsung dengan kebutuhan-kebutuhan manusia yang mendasar, yang terwujud dalam

berbagai macam manifestasi (bentuk) di hampir semua masyarakat dan budaya

sepanjang zaman Todaro (1998).

Selain bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pembangunan

juga berupaya menumbuhkan aspirasi dan tuntutan masyarakat untuk mewujudkan

Universitas Sumatera Utara

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kemiskinan dan ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/35024/4/Chapter II.pdf · Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang Propenas menyebutkan

kehidupan yang lebih baik. Salah satu akibat dari pembangunan yang hanya

menerapkan paradigma pertumbuhan semata, adalah munculnya kesenjangan antara

kaya dan miskin, serta pengangguran yang merajalela.

Badan Pusat Statistik (2000) menyatakan bahwa komponen kesejahteraan yang

dapat dipakai sebagai indikator kesejahteraan masyarakat adalah kependudukan,

tingkat kesehatan dan gizi masyarakat, pendapatan masyarakat, tingkat pendidikan,

ketenagakerjaan, taraf dan pola konsumsi masyarakat, keadaan perumahan dan

lingkungan, dan keadaan sosial budaya.

Komponen lain yang mempengaruhi tingkat kesejahteraan masyarakat misalnya

luas kepemilikan lahan (Djohar, 1999). Hal ini dimungkinkan karena dilihat dari segi

ekonomi, lahan/tanah merupakan earning asset yang dapat digunakan untuk

menghasilkan pendapatan, sedangkan dilihat dari segi sosial, lahan/tanah dapat

menentukan status sosial seseorang terutama di daerah pedesaan.

Menyadari bahwa pembangunan selalu membawa dampak, baik positif maupun

negatif, maka diperlukan indikator-indikator untuk mengukur kinerja pembangunan.

Selama ini tingkat pendapatan perkapita banyak digunakan untuk mengukur kinerja

pembangunan, terutama pembangunan perekonomian suatu negara, namun hal itu tidak

cukup memberikan gambaran yang nyata tentang tingkat kesejahteraan masyarakat.

2.5. Pengembangan Wilayah

Di dalam sebuah wilayah terdapat berbagai unsur pembangunan yang dapat

digerakkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Unsur dimaksud seperti

sumber daya alam (natural resources), sumber daya manusia (human resources),

Universitas Sumatera Utara

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kemiskinan dan ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/35024/4/Chapter II.pdf · Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang Propenas menyebutkan

infrastruktur (infrastructure), teknologi (technology) dan budaya (culture) (Miraza,

2005).

Menurut Sirojuzilam dan Mahalli (2010) pengembangan dapat diartikan sebagai

suatu kegiatan menambah, meningkatkan, memperbaiki atau memperluas. Konsep

pengembangan wilayah di Indonesia lahir dari suatu proses iteratif yang

menggabungkan dasar-dasar pemahaman teoritis dengan pengalaman-pengalaman

praktis sebagai bentuk penerapannya yang bersifat dinamis

Sedangkan Sirojuzilam (2005) pengembangan wilayah pada dasarnya

mempunyai arti peningkatan nilai manfaat wilayah bagi masyarakat suatu wilayah

tertentu mampu menampung lebih banyak penghuni, dengan tingkat kesejahteraan

masyarakat yang rata-rata banyak sarana/prasarana, barang atau jasa yang tersedia dan

kegiatan usaha-usaha masyarakat yang meningkat, baik dalam arti jenis, intensitas,

pelayanan maupun kualitasnya.

Pada hakekatnya pembangunan wilayah bertujuan untuk menciptakan berbagai

alternatif yang lebih baik bagi setiap anggota masyarakatnya guna mencapai cita-

citanya. Penciptaan berbagai alternatif tersebut dicirikan oleh adanya proses

transformasi ekonomi dan struktural melalui peningkatan kapasitas produksi dan

produkstivitas rata-rata tenaga kerja, peningkatan pendapatan, penurunan disparitas

pendapatan, perubahan struktur distribusi kekuasaan antar golongan masyarakat kearah

yang lebih adil, serta transformasi kultural dan tata nilai. Perubahan yang terjadi

diharapkan lebih mengarah kepada perbaikan mutu hidup dan kehidupan masyarakat.

Universitas Sumatera Utara

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kemiskinan dan ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/35024/4/Chapter II.pdf · Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang Propenas menyebutkan

Todaro (2000) pembangunan wilayah bertujuan untuk mencapai pertumbuhan

pendapatan perkapita yang cepat, menyediakan dan memperluas kesempatan kerja,

memeratakan pendapatan, memperkecil disparitas kemakmuran antar daerah/regional

serta mendorong transformasi perekonomian yang seimbang antara sektor pertanian

dan industri melalui pemanfaatan sumberdaya alam yang tersedia tapi dengan tetap

memperhatikan aspek kelestariannya (sustainable).

Tingkat hidup/kesejahteraan dicerminkan oleh semakin banyak tersedianya

kebutuhan fisik dibarengi dengan perbaikan mutu kehidupan yang meliputi mutu

lingkungan fisik, pola konsumsi, rasa aman, tersedianya alternatif jenis pekerjaan yang

dapat dimasuki. Dengan demikian upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat akan

dapat tercapai dan semakin terbukanya kesempatan bagi masyarakat untuk melakukan

pengembangan diri.

Tujuan pengembangan wilayah yang bersifat universal ialah peningkatan taraf

hidup atau mewujudkan kesejahteraan masyarakat yang semakin lama semakin baik.

Orang dikatakan sejahtera kalau dia dengan kekuatan sendiri dapat memenuhi

kebutuhan hidup, baik yang bersifat fisiologis atau biologis maupun kebutuhan sosial

psikologis, dengan kualitas, kuantitas dan intensitas yang memadai.

Suatu wilayah dapat dikembangkan apabila memiliki sumberdaya alam yang

dilengkapi dengan sumber daya manusia dengan tingkat pendidikan, tingkat

kebudayaan, teknologi dan modal yang cukup memadai untuk dapat mengolah dan

memanfaatkan sumberdaya alam yang tersedia guna kemakmuran dan kesejahteraan

rakyatnya.

Universitas Sumatera Utara

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kemiskinan dan ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/35024/4/Chapter II.pdf · Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang Propenas menyebutkan

2.6. Penelitian Terdahulu

Dewi, Suhendra dan Susanti (2010) dalam penelitian yang berjudul “Pengaruh

Pinjaman Dana Bergulir Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan Terhadap

Peningkatan Pendapatan Usaha Kelompok Swadaya Masyarakat di Kota Depok (Studi

Kasus: Proyek Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP) Kelurahan

Pancoranmas, Kecamatan Pancoranmas, Kota Depok)”. Metode analisis yang

dipergunakan yaitu Uji Wilcoxon dan Korelasi Rank Spearman. Hasil penelitian

dengan menggunakan Uji Wilcoxon menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara

modal dan pendapatan usaha KSM sebelum mendapatkan pinjaman dana bergulir

P2KP dengan modal dan pendapatan usaha KSM setelah mendapatkan pinjaman dana

bergulir P2KP di BKM Bina Budi Mulya, Kelurahan Pancoranamas, Kecamatan

Pancoranmas, Kota Depok. Hasil penelitian dengan Korelasi Rank Spearman

menyatakan bahwa terdapat hubungan antara pinjaman dana bergulir P2KP dengan

peningkatan pendapatan usaha kelompok swadaya masyarakat di BKM Bina Budi

Mulya, Kelurahan Pancoranmas, Kecamatan Pancoranmas, Kota Depok.

Sri Rezeki (2006) dalam penelitiannya Analisis Penanggulangan Kemiskinan

Melalui Implementasi Program P2KP di Kota ( Studi Kasus Di Kelurahan Purwoyoso

Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang Tahun 2000 - 2003). Analisis data dalam

penelitian ini dengan menggunakan analisis korelasi dan uji beda. Dari hasil

perhitungan koefisien korelasi (r) antara pendampingan dengan pendapatan usaha, ada

korelasi positif sebesar 0,9932 yang berarti bahwa pendapatan usaha mempunyai

hubungan yang sangat kuat dengan pendampingan. Sedang koefisien determinasinya

Universitas Sumatera Utara

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kemiskinan dan ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/35024/4/Chapter II.pdf · Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang Propenas menyebutkan

(r2) = 0,9864, yang artinya bahwa pendapatan usaha sebesar 98,64% ditentukan oleh

pendampingan, sisanya 1,36% ditentukan oleh faktor lain. Perhitungan koefisien

korelasi (r) antara pinjaman modal dengan pendapatan usaha, ada korelasi positif

sebesar 0,9883 yang berarti bahwa pendapatan usaha mempunyai hubungan yang

sangat kuat dengan pinjaman modal. Perhitungan koefisien korelasi (r) antara

pendapatan usaha dengan simpanan usaha sebesar 0,9927 dan koefisien determinasinya

(r2) =0,9855 , yang artinya bahwa simpanan usaha sebesar 98,55% ditentukan oleh

pendapatan usaha, sisanya sebesar 1,45% ditentukan oleh faktor lain. Perhitungan

koefisien korelasi antara pendampingan dengan simpanan usaha nilai koefisien

korelasinya sebesar 0,9997 sedang perhitungan koefisien korelasi antara pinjaman

modal dengan simpanan usaha nilai koefisien korelasinya sebesar 0,9989. Sedang

koefisien determinasinya (r2) = 0,9534, yang artinya bahwa simpanan usaha sebesar

95,34% ditentukan oleh pinjaman modal dan sisanya 4,66% ditentukan oleh faktor lain.

Dari hasil analisis uji beda memperlihatkan bahwa pendapatan usaha peserta program

rata – rata per bulan sesudah program mengalami perubahan yang meningkat sampai

76,53%, sedang simpanan usaha peserta program rata – rata per bulan sesudah program

mengalami perubahan yang meningkat sampai 95,23%, hal ini menunjukkan adanya

kemauan dari peserta program berusaha untuk mandiri dalam permodalannya guna

mengelola kegiatan usahanya secara mandiri di masa mendatang.

Cahyaningtyas (2008) dalam penelitiannya Pengaruh Pinjaman Modal Kerja

Bergulir Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) Terhadap

Pengembangan Usaha Masyarakat (Studi Kasus Badan Keswadayaan Mejasem (BKM)

Universitas Sumatera Utara

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kemiskinan dan ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/35024/4/Chapter II.pdf · Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang Propenas menyebutkan

Desa Mejasem Barat Kecamatan Kramat Kabupaten Tegal). Metode penelitian

menggunakan analisis regresi sederhana. Hasil penelitian menunjukkan terdapat

pengaruh yang signifikan antara P2KP terhadap pengembangan usaha masyarakat Desa

Mejasem Barat Kabupaten Tegal.

2.6. Kerangka Pemikiran

Gambar 2.1. Kerangka Konseptual Penelitian

2.7. Hipotesis

Program Dana Bergulir PNPM Mandiri Perkotaan di Kecamatan Medan Kota

memberikan dampak yang positif terhadap kesejahteraan masyarakat (pendapatan

masyarakat).

Pendapatan

Program Dana Bergulir PNPM Mandiri Perkotaan

Kesejahteraan Masyarakat Pelaksanaan

Pengembangan Wilayah Kecamatan Medan Kota

Universitas Sumatera Utara