KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG DALAM...
Transcript of KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG DALAM...
KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG DALAM
PERENCANAAN PEMBANGUNAN DI KOTA TANJUNGPINANG
(Studi Perencanaan Pembangunan Infrastruktur Gedung Kantor
Pemerintahan)
NASKAH PUBLIKASI
Oleh
MITA PARAWANI PRATIWI
NIM. 110565201083
JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
TANJUNGPINANG
2016
1
KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG DALAM
PERENCANAAN PEMBANGUNAN DI KOTA TANJUNGPINANG
(Studi Perencanaan Pembangunan Infrastruktur Gedung Kantor
Pemerintahan)
Mita Parawani Pratiwi
Mahasiswa Ilmu Pemerintahan, FISIP UMRAH
ABSTRAK
Perencanaan pembangunan infrastruktur merupakan salah satu aspek
penting dan vital untuk mempercepat proses pembangunan nasional. Infrastruktur
juga memegang peranan penting sebagai salah satu roda penggerak pertumbuhan
ekonomi. Secara keseluruhan di Kota Tanjungpinang, infrastruktur meruapakan
prioritas utama yang harus dikerjakan pemerintah. Lantaran, permasalahan
infrastruktur ini menjadi permasalahan bagi daerah untuk meningkatkan investasi
dan ekonomi di daerah.
Dengan dilakukannya penelitian mengenai kebijakan Pemerintah Kota
Tanjungpinang dalam perencanaan pembangunan infrastruktur ini diharapkan
dapat memberikan gambaran bagaimana pelaksanaan perencanaan pembangunan
daerah terkait infrastruktur gedung pemerintahan.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat digambarkan
bahwasanya Pemerintah Kota Tanjungpinang telah melaksanakan perencanaan
pembangunan Gedung Lima Lantai yang di tujukan untuk beberapa dinas atau
instansi yang masih menyewa di ruko. Pembangunan Gedung Lima Lantai
tersebut merupakan perencanaan pembangunan jangka menengah yang saat ini
dilanjutkan dengan nama proyek Pembangunan Lanjutan Gedung Lima Lantai
(Gedung B).
Pembangunan infrastruktur memang tengah digencarkan oleh Pemerintah
Kota Tanjungpinang, demi pelayanan yang maksimal yang dapat diberikan
kepada masyarakat. Dan terkait pembangunan Gedung Lima Lantai yang sudah
lama terbengkalai, penulis berharap dapat disegerakan sehingga beberapa dinas
dan instansi dapat menempati gedung tersebut dan tidak lagi menyewa di ruko.
Kata kunci: perencanaan pembangunan, kebijakan
2
ABSTRACT
Planning of infrastructure development is one of the important and vital
aspect to accelerated the process of national development. Infrastructure also
plays an important role as one of the cogs of economic growth. Overall, in
Tanjungpinang, infrastructure is a main priority that must be done by the
government. Meanwhile, the development of this infrastructure becoming an issue
to increase investment and regional economic.
By doing research on Tanjungpinang City Government Policies, in the
planning of infrastructure development expected to provide an overview of how
the implementation of regional development plans related to infrastructure
government buildings.
Based on the research that has been done, can be describes that
Tanjungpinang City Government has been implementing the planning of five-
floors building in addressed to several departments or agencies that are still
renting the vacant building. The development of five-floors building is a medium-
term development plan that is continued as Development of Five-Floors Building
(Building B).
The infrastructure development is indeed intensified by the Tanjungpinang
City, for maximum service that can be provided to the public. Including the
development of five-floors building that has been long abandoned, the writer
hoping the development to be expedite so that several departments and agencies
can occupy the building and no longer renting the vacant building.
Keywords: Planning of development, Policy
3
A. LATAR BELAKANG
Pemerintah merupakan pihak yang paling penting dan berperan sebagai
penggerak dalam pembangunan, yaitu melalui perencanaan pembangunan.
Perencanaan pembangunan adalah suatu usaha pemerintah untuk
mengkoordinasikan semua keputusan ekonomi dalam jangka panjang untuk
mempengaruhi secara langsung serta mengendalikan pertumbuhan variabel-
variabel ekonomi yang penting. Perencanaan pembangunan yang ditujukan untuk
mencapai setiap sasaran dan tujuan pembangunan pada dasarnya disusun oleh
pemerintah melalui badan perencanaan.
Sejak digulirkannya Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 Tentang
Pemerintahan Daerah, yang menyatakan Pemerintahan Daerah adalah
penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan dewan
perwakilan rakyat daerah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan
prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan
Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945. Sistem perencanaan pembangunan di Indonesia
adalah bersifat Bottom-Up, yaitu sistem perencanaan yang berasal dari bawah
(masyarakat, daerah) ke atas (pemerintah) sehingga perencanaan diserahkan
kepada pemerintah daerah bersama-sama dengan masyarakat daerah. Akan tetapi
perencanaan tersebut harus tetap selaras dengan program dan tujuan pembangunan
nasional. Dalam rangka penyelenggaraan pembangunan daerah ini disusun
perencanaan pembangunan daerah sebagai suatu bentuk kesatuan sistem
4
perencanaan nasional yang disusun oleh Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah (Bappeda).
Perencanaan Pembangunan Daerah mestilah di sokong dengan
implementasi pemerintahan daerah yang merata dan berkesinambungan dengan
arah pembangunan yang terencana dengan baik dan dinamis, tentunya juga tugas
pokok dan fungsi lembaga Bappeda mestilah konsisten dengan komitmen
terhadap apa yang diamanatkan oleh peraturan perundang–undangan yang
berlaku, serta sangat dipengaruhi adanya peran serta masyarakat maupun
unsurunsur dalam masyarakat yang secara langsung maupun tidak langsung
terlibat dalam penyelenggaraan pemerintahan.
Hal ini jelas di atur dalam Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional yang menjelaskan bahwa tata cara
perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana pembangunan dalam
jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur
penyelenggara pemerintah di pusat dan daerah dengan melibatkan masyarakat.
Dalam implementasi perencanaan daerah, ternyata banyak masalah muncul.
Permasalahan lain yang seringkali muncul di lapangan adalah Program
Pembangunan Nasional (Propenas) dan Program Pembangunan Daerah (Propeda)
bukanlah rencana yang kontinu sebab hanya dipersiapkan lima tahun sekali.
Seperti halnya dengan Pola Dasar Pembangunan Daerah (Poldas), perencanaan
tersebut tidak menjelaskan output dan hasil serta tidak berhubungan dengan
anggaran, kendati definisinya secara umum sebagai program pembangunan.
Masih belum terdapat kejelasan mengenai bagaimana dan kapan perencanaan
5
topdown dan bottom-up terintegrasi. Begitu juga siapa yang bertanggung jawab
untuk memastikan integrasi atau apa yang terjadi jika daerah otonom memutuskan
untuk mengabaikan propenas. Perencanaan di lapangan menunjukan kesenjangan
yang besar dalam memperhitungkan kemampuan finansial. Hanya perencanaan
daerah tahunan yang memasukkan kemampuan fiskal tersebut. Perencanaan
tersebut terlalu memfokuskan diri pada anggaran dan proyek pembangunan
daripada memandang anggaran secara keseluruhan.
Berbicara mengenia pembangunan, pembangunan infrastruktur merupakan
salah satu aspek penting dan vital untuk mempercepat proses pembangunan
nasional. Infrastruktur juga memegang peranan penting sebagai salah satu roda
penggerak pertumbuhan ekonomi. Ini mengingat gerak laju dan pertumbuhan
ekonomi suatu negara tidak dapat pisahkan dari ketersediaan infrastruktur seperti
transportasi, telekomunikasi, sanitasi, dan energi. Oleh karena itu, pembangunan
sektor ini menjadi fondasi dari pembangunan ekonomi selanjutnya.
Belanja infrastruktur di daerah juga dapat dikatakan sangat kecil,
walaupun sejak dilakukannya desentralisasi/otonomi daerah, pengeluaran
pemerintah daerah untuk infrastruktur meningkat, sementara pengeluaran
pemerintah pusat untuk infrastruktur mengalami penurunan yang drastis. Ini
merupakan suatu persoalan serius, karena walaupun pemerintah pusat
meningkatkan porsi pengeluarannya untuk pembangunan infrastruktur, sementara
pemerintah daerah tidak menambah pengeluaran mereka untuk pembangunan
infrastruktur di daerah masing-masing, maka akan terjadi kepincangan
pembangunan infrastruktur antara tingkat nasional dan daerah, yang akhirnya
6
akan menghambat kelancaran investasi dan pembangunan ekonomi antar wilayah
di dalam negeri.
Pembangunan infrastruktur merupakan pembangunan yang penting, karena
ketersediaan infrastruktur merupakan penopang ekonomi daerah maupun nasional.
Secara keseluruhan di Kota Tanjungpinang, infrastruktur meruapakan prioritas
utama yang harus dikerjakan pemerintah. Lantaran, permasalahan infrastruktur ini
menjadi permasalahan bagi daerah untuk meningkatkan investasi dan ekonomi di
daerah.
Otonomi daerah yang bertujuan kepada kemandirian dan pembanguan
daerah berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
telah diselenggarakan di Kota Tanjungpinang. Berkaitan dengan hal tersebut,
maka Pemerintahan Kota Tanjungpinang membentuk Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah (selanjutnya disebut Bappeda) agar dapat membantu
Pemerintah Daerah dalam merencanakan pembangunan di Kota Tanjungpinang.
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, Bappeda Kota Tanjungpinang
memiliki peran yang strategis dalam perencanaan pembangunan. Dimana
perencanaan pembangunan tersebut, Kota Tanjungpinang harus berbenah lebih
baik sebagai Ibu Kota Provinsi Kepulauan Riau.
Khususnya dalam perencanaan pembangunan infrastuktur pemerintahan,
Pemerintah Kota harus mempersiapkan perencanaan yang baik sebagai pusat
pemerintahan. Senggarang yang dipusatkan menjadi pusat pemerintahan Kota
Tanjungpinang hingga saat ini masih belum tampak hasilnya. Perencanaan yang
7
sudah direncanakan sudah seharusnya memiliki target kapan akan selesai. Bukan
hanya sekedar berencana tetapi tidak ada pembangunannya.
Dari fenomena diatas dapat kita lihat beberapa gejala-gejala yang terjadi
seperti:
1. Kurangnya infrastruktur gedung pemerintahan, sehingga masih banyak
dinas dan badan yang menyewa ruko sebagai kantornya. Hal ini
diperkuat lagi dengan adanya satu gedung di isi oleh dua instansi
pemerintah, sehingga membuat pelayanan kepada masyarakat menjadi
kurang maksimal.
2. Belum selesainya pembangunan infrastruktur pemerintahan di pusat
pemerintahan Kota Tanjungpinang, Senggarang. Pembangunan
Gedung 5 Lantai yang di rencanakan dari tahun 2010, ternyata hingga
sekarang masih belum selesai. Hal ini membuat peneliti ingin
menggali lebih dalam lagi dimana letak permasalahannya.
Berkaitan dengan hal tersebut maka, penulis tertarik untuk menulis skripsi
dengan judul ”Kebijakan Pemerintah Kota Tanjungpinang Dalam Perencanaan
Pembangunan Di Kota Tanjungpinang (Studi Perencanaan Pembangunan
Infrastruktur Gedung Kantor Pemerintahan).”
B. KERANGKA TEORI
1. Pengertian Kebijakan
Carl J Federick sebagaimana dikutip Leo Agustino (2008: 7)
mendefinisikan kebijakan sebagai serangkaian tindakan/kegiatan yang diusulkan
8
seseorang, kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu dimana
terdapat hambatan-hambatan (kesulitan-kesulitan) dan kesempatan-kesempatan
terhadap pelaksanaan usulan kebijaksanaan tersebut dalam rangka mencapai
tujuan tertentu. Pendapat ini juga menunjukan bahwa ide kebijakan melibatkan
perilaku yang memiliki maksud dan tujuan merupakan bagian yang penting dari
definisi kebijakan, karena bagaimanapun kebijakan harus menunjukan apa yang
sesungguhnya dikerjakan daripada apa yang diusulkan dalam beberapa kegiatan
pada suatu masalah.
James E Anderson sebagaimana dikutip Islamy (2009: 17)
mengungkapkan bahwa kebijakan adalah “a purposive course of action followed
by an actor or set of actors in dealing with a problem or matter of concern”
(Serangkaian tindakan yang mempunyai tujuan tertentu yang diikuti dan
dilaksanakan oleh seorang pelaku atau sekelompok pelaku guna memecahkan
suatu masalah tertentu). Konsep kebijakan yang ditawarkan oleh Anderson ini
menurut Budi Winarno (2007: 18) dianggap lebih tepat karena memusatkan
perhatian pada apa yang sebenarnya dilakukan dan bukan pada apa yang
diusulkan atau dimaksudkan. Selain itu konsep ini juga membedakan secara tegas
antara kebijakan (policy) dengan keputusan (decision) yang mengandung arti
pemilihan diantara berbagai alternatif yang ada.
Menurut Suharno (2010: 31) kerangka kebijakan publik akan ditentukan
oleh beberapa variabel dibawah ini, yaitu:
a) Tujuan yang akan dicapai, hal ini mencakup kompleksitas tujuan yang
akan dicapai. Apabila tujuan kebijakan semakin kompleks, maka semakin
9
sulit mencapai kinerja kebijakan. Sebaliknya, apabila tujuan kebijakan
semakin sederhana, maka untuk mencapainya juga semakin mudah.
b) Prefensi nilai seperti apa yang perlu dipertimbangkan. Suatu kabijakan
yang mengandung berbagai variasi nilai akan jauh lebih sulit untuk dicapai
dibanding dengan suatu kebijakan yang hanya mengejar satu nilai.
c) Sumber daya yang mendukung kebijakan. Kinerja suatu kebijakan akan
ditentukan oleh sumber daya finansial, material, dan infrastruktur lainnya.
d) Kemampuan aktor yang terlibat dalam pembuatan kebijakan. Kualitas dari
suatu kebijakan akan dipengaruhi oleh kualitas aktor kebijakan yang
terlibat dalam proses penetapan kebijakan. Kualitas tersebut ditentukan
oleh tingkat pendidikan, kompetensi dalam bidangnya, pengalaman kerja
dan integritas moralnya.
e) Lingkungan yang mencakup lingkungan sosial, ekonomi, politik, dan
sebagainya. Kinerja dari suatu kebijakan akan dipengaruhi oleh konteks
sosial, ekonomi, maupun politik tempat kebijakan tersebut
diimplementasikan.
f) Strategi yang digunakan untuk mencapai tujuan. Strategi yang digunakan
untuk mengimplementasikan suatu kebijakan akan mempengaruhi kinerja
suatu kebijakan. Stretegi yang digunakan dapat bersifat top/down approach
atau bottom approach, otoriter atau demokratis (Suharno: 2010: 31)
Berdasarkan pendapat berbagai ahli tersebut di atas maka dapat
disimpulkan bahwa kebijakan adalah tindakan-tindakan atau kegiatan yang
sengaja dilakukan atau tidak dilakukan oleh seseorang, suatu kelompok atau
10
pemerintah yang di dalamnya terdapat unsur keputusan berupa upaya pemilihan
diantara berbagai alternatif yang ada guna mencapai maksud dan tujuan tertentu.
2. Pengertian Pembangunan
Menurut Sondang P. Siagian dikutip (Adam Ibrahim dan H. Juni Pranoto,
2011:35-36) menjelaskan, bahwa pembangunan adalah: seluruh usaha yang
dilakukan oleh suatu masyarakat untuk memperbaiki tata kehidupannya sebagai
suatu bangsa, dalam berbagai aspek kehidupan bangsa tersebut dalam rangka
usaha pencapaian tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya; suatu usaha atau
rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang terencana yang dilakukan
secara sadar oleh suatu bangsa, Negara dan pemerintah menuju modernisasi dalam
rangka pembinaan bangsa.dari uraian tersebut terlihat.
Sedangkan pembangunan menurut paradigma kemandirian lokal adalah
berorienntasi pada pemenuhan kebutuhan tatanan masa kini tanpa mengorbankan
kebutuhan masa depan; berbasis pada ketersedian sumber daya yang dimiliki;
dikelola atas dasar peran serta (partisipatif) masyarakat. (Gany 2001:107)
Todaro (2000:18), menyatakan bahwa pembangunan bukan hanya
fenomena semata, namun pada akhirnya pembangunan tersebut harus melampaui
sisi materi dan keuangan dari kehidupan manusia. Todaro (2000:20),
mendefinisikan pembangunan merupakan suatu proses multidimensial yang
meliputi perubahan-perubahan struktur sosial, sikap masyarakat, lembaga-
lembaga nasional, sekaligus peningkatan pertumbuhan ekonomi, pengurangan
kesenjangan dan pemberantasan kemiskinan.
11
Konsep dasar di atas telah melahirkan beberapa arti pembangunan yang
sekarang ini menjadi popular (Todaro, 2000:24), yaitu:
a) Capacity, hal ini menyangkut aspek kemampuan meningkatkan income
atau produktifitas.
b) Equity, hal ini menyangkut pengurangan kesenjangan antara berbagai
lapisan masyarakat dan daerah.
c) Empowerment, hal ini menyangkut pemberdayaan masyarakat agar dapat
menjadi aktif dalam memperjuangkan nasibnya dan sesamanya.
d) Suistanable, hal ini menyangkut usaha untuk menjaga kelestarian
pembangunan.
Berdasarkan pendapat tersebut, maka dalam konsep pembangunan terdapat
dua syarat yang harus dipenuhi yakni: harus ada usaha yang dilakukan oleh
masyarakat dan pemerintahnya, dilaksanakan secara sadar, terarah dan
berkesinambungan agar tujuan dari pembangunan itu dapat tercapai.
3. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Pembangunan Daerah yang merupakan bagian integral dari pembangunan
regional dan nasional pada hakekatnya merupakan proses yang bersifat integratif
baik dalam tataran perencanaan, pelaksanaan maupun pengendalian yang
dilakukan secara berkesinambungan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Untuk membangun komitmen dan keinginan bersama tentunya harus
dirumuskan kebijakan yang berkaitan dengan kepentingan publik dalam kerangka
otonomi daerah dengan mempertimbangkan berbagai isu-isu yang berkembang.
12
Mengingat ruang lingkupnya yang sangat luas, maka kegiatan
pembangunan daerah tidak semata-mata menjadi tanggung jawab pemerintah
daerah, melainkan harus dilakukan bersama-sama dan didukung oleh seluruh
komponen masyarakat. Friedrich dalam Winarno (2012:20) mengemukakan
bahwa kebijakan merupakan suatu arah tindakan yang diusulkan oleh seseorang,
kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu yang memberikan
hambatan-hambatan dan peluang terhadap kebijakan yang diusulkan untuk
menggunakan dan mengatasi dalam rangka mencapai suatu tujuan atau
merealisasikan suatu sasaran atau maksud tertentu.
Uraian di atas menjelaskan bahwa hubungan kemitraan pemerintah daerah
dengan masyarakat melalui komitmen sungguh-sungguh, merupakan kata kunci
yang sangat strategis dan harus menjadi fokus perhatian untuk memecahkan
berbagai permasalahan dalam pembangunan yang dikembangkan berdasar pada
aspek dan posisi kesejajaran yang besifat demokratis dan proposional.
Sebagai implikasi dari lahirnya UU Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional maka perencanaan pembangunan tidak lagi
berjalan satu arah tetapi harus memiliki muatan yang dapat memantulkan arus dua
arah yang menjadi kekuatan besar untuk mengelola daerah, khususnya dalam
mengantispasi dan mengatasi isu-isu startegis yang berkaitan dengan
perkembangan kota, baik yang bersifat internal maupun ekternal. UU Nomor 25
Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional telah
mengukuhkan legitimasi formal bagi institusi perencanaan di daerah (Bappeda)
yang merupakan salah satu sarana penting untuk mewujudkan sistem perencanaan
13
yang efektif dan bertanggungjawab. Hal tersebut membuat salah satu konsekuensi
logis dari dikeluarkannya Uu Nomor 25 Tahun 2004 adalah Bappeda Kota
Tanjungpinang sebagai Lembaga Teknis Daerah yang mempunyai tugas pokok
dan fungsi mengembangkan perencanaan Kota Tanjungpinang harus mampu
meningkatkan kualitas perencanaan dan memberikan warna perkembangan dan
pertumbuhan kota.
Bappeda merupakan singkatan dari Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah, dan menurut PP RI Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat
Daerah pasal 6, dijelaskan bahwa Bappeda merupakan suatu unsur perencana
dalam proses penyelenggaraan pemerintahan daerah, dan bertanggung jawab
terhadap kepala daerah melalui sekretaris daerah.
C. HASIL PENELITIAN
Untuk menjawab analisis kebijakan pemerintah dalam hal pembangunan
infratruktur, penulis menggunakan teori sesuai konsep operasional yang di
kemukakan oleh Suharno (2010: 31) kerangka kebijakan publik akan ditentukan
oleh beberapa variabel dibawah ini, yaitu:
1. Tujuan yang akan dicapai
Dari perencanaan kebijakan pembangunan di Kota Tanjungpinang,
Pemerintah membuat sebuah perencanaan yang pastinya memiliki tujuan yang
akan dicapai. Dari sektor pembangunan infrastruktur, pemerintah ingin lebih
memperhatikan kondisi perkantoran yang ada di Tanjungpinang. Bapak Walikota
Tanjungpinang menjelaskan hal ini:
14
“Perencanaan yang Pemerintah buat tentunya memiliki tujuan. Tujuan
pembangunan infrastruktur perkantoran, seperti Gedung Lima Lantai itu
tujuannya agar perkantoran di Tanjungpinang dapat tertata rapi, selain itu
mengurangi dinas-dinas untuk menyewa di ruko, dan dapat menghemat
anggaran pastinya.” (Wawancara tanggal 15 Mei 2016)
Berdasarkan penjelasan Bapak Walikota Tanjungpinang diatas, maka
penulis melihat bahwasanya tujuan yang akan di capai dari pembangunan
infrastruktur perkantoran adalah agar perkantoran di Tanjungpinang dapat tertata.
Dan pembangunan itu diutamakan untuk dinas-dinas yang saat ini menyewa di
ruko dan belum memiiliki kantor. Hal ini juga di tegaskan oleh Kasubid
Infrastruktur Perkotaan Sarana dan Prasarana Pemukiman Bappeda Kota
Tanjungpinang:
“Tujuan pembangunan Gedung Lima Lantai, dan gedung-gedung
perkantoran lainnya adalah untuk memenuhi kebutuhan perkantoran yang
masih kurang di Kota Tanjungpinang.” (Wawancara tanggal 3 Mei 2016)
Berdasarkan penjelasan dari kedua narasumber diatas, maka jelas dapat
penulis simpulkan bahwasanya pembangunan infrastruktur perkantoran yang di
lakukan oleh Pemerintah Kota Tanjungpinang tidak lain dan tidak bukan untuk
memenuhi kebutuhan perkantoran yang masih kurang di Kota Tanjungpinang.
Selain itu, hal itu juga untuk merevitalisasi kembali kantor-kantor yang telah tidak
layak pakai. Sehingga diharapkan dengan perkantoran yang baru pelayanan yang
diberikan oleh Pemerintah Kota Tanjungpinang juga semakin baik.
2. Prefensi nilai seperti apa yang perlu dipertimbangkan
Suatu perencanaan kota bagaimanapun kompleksnya tanpa arti sosial tak
akan bisa dilaksanakan apalagi ditingkatkan mutunya. Karena itu diperlukan
15
kajian sosial yang sangat mendalam sebelum ada keputusan bersama masyarakat.
Perencanaan kota harus mampu memerankan diri sebagai suatu alat yang dapat
menyelesaikan berbagai permasalahan perkotaan secara komprehensif.
Perencanaan pembangunan infrastuktur kota secara menyeluruh tak langsung
diterapkan melalui perangkat hukum yang hanya dipakai sebagai penunjang. Dari
perencanaan pembangunan yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Tanjungpinang,
pastinya telah melewati pertimbangan-pertimbangan khusus terkait perencanaan
tersebut. Dijelaskan oleh Kasubid Infrastruktur Perkotaan Sarana dan Prasarana
Pemukiman Bappeda Kota Tanjungpinang:
“Dari perencanaan pembangunan yang Pemerintah buat, pastinya telah
melewati beberapa pertimbangan dan analisis tim terlebih dahulu.”
(Wawancara tanggal 3 Mei 2016)
Ditambahkan oleh Kasubid Infrastruktur Perkotaan Sarana dan Prasarana
Pemukiman Bappeda Kota Tanjungpinang bahwasanya:
“Nilai-nilai yang dipertimbangkan dalam sebuah perencanaan itu pastinya
banyak, seperti nilai sosial budaya, nilai lokasi yang strategis, dan masih
banyak lagi pertimbangan yang lainnya.” (Wawancara tanggal 3 Mei
2016)
Berdasarkan hasil wawancara tersebut, penulis dapat mengambil sebuah
kesimpulan bahwasanya dalam sebuah perencanaan di Kota Tanjungpinang,
khususnya perencanaan gedung perkantoran banyak mempertimbangkan nilai-
nilai yang menjadi dasar dalam proses sebuah perencanaan pembangunan.
3. Sumber daya yang mendukung kebijakan
Salah satu indikator keberhasilan dari kebijakan pembangunan adalah
melihat sumber daya yang tersedia. Baik itu sumber daya manusia nya maupun
16
sumber daya finansialnya. Dari sumber daya tersebut, kita dapat melihat
dukungan-dukungan untuk kebijakan tersebut dapat berjalan baik atau tidak. Dan
hal ini dijelaskan oleh Walikota Tanjungpinang:
“Sumber daya itu pasti untuk mendukung sebuah kebijakan pembangunan.
Termasuk sumber daya finansial yang sempat menunda pembangunan
Gedung Lima Lantai tersebut. Dan untuk tahun ini kita lanjutkan dan akan
diselesaikan.” (Wawancara tanggal 15 Mei 2016)
Berdasarkan keterangan bapak Walikota Tanjungpinang tersebut, penulis
melihat bahwa memang kebutuhan sumber daya memang sangat diperlukan dalam
mendukung sebuah kebijakan. Baik itu sumber daya manusia nya maupun sumber
daya finansial keduanya sangat diperlukan dalam proses menunjang pembangunan
Gedung Lima Lantai tersebut.
4. Kemampuan aktor yang terlibat dalam pembuatan kebijakan
Dalam proses kebijakan perencanaan pembangunan gedung perkantoran di
Kota Tanjungpinang, pastinya ada aktor-aktor yang terlibat, baik itu dari proses
perencanaan hingga proses pelaksanaan dan evaluasi kebijakannya. Walikota
Tanjungpinang mengatakan:
“Iya benar. Pastinya untuk mensukseskan sebuah program atau kebijakan
seperti pembangunan Gedung Lima Lantai tersebut, kita harus bekerja
sama antara setiap Dinas dan pihak swasta. Dari proses perencanaan
hingga selesai pembangunan semua harus di koordinasikan.” (Wawancara
tanggal 15 Mei 2016)
Berdasarkan penjelasan dari Walikota Tanjungpinang tersebut, penulis
melihat memang harus dilakukan kerjasama antara semua aktor yang terkait
dalam proses perencanaan pembangunan infrastruktur perkantoran. Hal yang
17
senada juga disampaikan oleh Kasubid Infrastruktur Perkotaan Sarana dan
Prasarana Pemukiman Bappeda Kota Tanjungpinang :
“Semua pihak yang terkait perencanaan pembangunan infrastruktur
pastinya harus saling berkoordinasi agar pembangunan infrastruktur
perkantoran tersebut dapat diselesaikan sesuai target.” (Wawancara
tanggal 3 Mei 2016)
Dari kedua informasi tersebut, penulis melihat bahwasanya memang benar
adanya koordinasi antara setiap aktor yang terkait dalam pembangunan gedung
lima lantai. Mulai dari perencanaan hingga pembangunan semua harus saling
berkoordinasi termasuk pihak swasta sebagai pelaksana pembangunan juga harus
ikut berkoordinasi.
5. Lingkungan yang mencakup lingkungan sosial, ekonomi, politik, dan
sebagainya
Kawasan pemerintahan dan pelayanan umum yang dikembangkan di Kota
Tanjungpinang merupakan pusat kegiatan administratif pemerintahan skala
Kecamatan Tanjungpinang dan perwakilan/cabang dinas dari pemerintahan Kota
Tanjungpinang yang bertanggung jawab untuk menjalankan fungsi-fungsi
pemerintahan sebagai ibukota Provinsi dan Kota. Fungsi utamanya adalah
melayani masyarakat kota, kecamatan dan wilayah-wilayah kecamatan lain dalam
hal-hal yang bersifat administrasi pemerintahan. Hal ini juga dijelaskan oleh
Kasubid Infrastruktur Perkotaan Sarana dan Prasarana Pemukiman Bappeda Kota
Tanjungpinang:
“Sama seperti nilai yang menjadi pertimbangan, lingkungan sekitar pun
menjadi fokus kita dalam melaksanakan proses perencanaan
pembangunan.” (Wawancara tanggal 3 Mei 2016)
18
Berdasarkan wawancara diatas, menurut penulis adapun orientasi lokasi
dan lingkungan dari kegiatan pembangunan perkantoran ini adalah sebagai
berikut:
- Tata lansekap lokasi yang dipadukan dengan tata bangunan dan arsitektur
bangunannya harus mampu memberikan kesan wibawa.
- Memiliki aksesibilitas tinggi ke seluruh penjuru kota dan ke jalur jalan
regional mengingat kawasan ini memiliki skala pelayanan regional.
- Bebas dari polusi/pencemaran terutama pencemaran udara, air dan suara
- Bebas dari resiko bencana (banjir, genangan, longsor, dan lain-lain)
6. Strategi yang digunakan untuk mencapai tujuan
Pola tata ruang kota sangat ditentukan oleh pola penyebaran dan pola
perilaku (behaviour) penduduk kota, baik secara ekonomi, sosial dan budaya.
Sebaliknya pengaturan dan pengendalian terhadap beberapa aspek kependudukan
dapat menunjang usaha penataan ruang kota ke arah yang diinginkan. Oleh karena
itu, strategi pengembangan dan pengendalian penduduk kota perlu dirumuskan
untuk menunjang usaha pencapaian tujuan penataan ruang Kota Tanjungpinang di
masa yang akan datang.
Perencanaan pembangunan yang baik sudah seharusnya memiliki strategi
khusus untuk dapat mencapai tujuan yang diinginkan dalam pembangunan
tersebut. Termasuk pembangunan gedung perkantoran di Kota Tanjungpinang,
Pemerintah Daerah sudah seharusnya memiliki langkah strategis agar perencanaan
pembangunan tersebut dapat berjalan sesuai rencana dan dapat tercapai tujuan
19
yang diinginkan. Kasubid Infrastruktur Perkotaan Sarana dan Prasarana
Pemukiman Bappeda Kota Tanjungpinang menjelaskan:
“Perencanaan pembangunan yang disusun mempertimbangkan dan
mengakumulasi prinsip-prinsip perencanaan di setiap pentahapan
kegiatannya, sejak dari tahap awal hingga tahapan akhir. Strategi
penyusunan perencanaan pembangunan pun juga di pertimbangkan
semua.” (Wawancara tanggal 3 Mei 2016)
Berdasarkan penjelasan tersebut, Pemerintah Kota Tanjungpinang
berupaya membuat perencanaan pembangunan gedung perkantoran telah
melakukan pertimbangan-pertimbangan khusus, selain itu strategi dalam
pelaksanaan kebijakan pembangunan tersebut juga telah di pertimbangkan dengan
matang. Berangkat dari hal tersebut, penulis menyimpulkan bahwa kebijakan
perencanaan pembangunan yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Tanjungpinang
telah di pertimbangkan sedemikian rupa. Mulai dari perencanaan, pertimbangan
nilai yang dilakukan, sumber daya yang dimiliki, tujuan yang ingin dicapai dan
strategi pelaksanaan pembangunan pun semua sudah di atur oleh pemerintah Kota
Tanjungpinang.
D. PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian diatas, maka dapat ditarik beberapa
kesimpulan mengenai kebijakan Pemerintah Kota Tanjungpinang dalam
perancanaan pembangunan infrastruktur perkantoran di Kota Tanjungpinang.
1. Kebijakan Pemerintah Kota Tanjungpinang dalam melakukan perencanaan
pembangunan infrastruktur gedung perkantoran sudah berjalan baik. Setiap
20
instansi yang terkait, seperti Bappeda dan Dinas PU dalam hal
perencanaan saling berkoordinasi untuk memaksimalkan pembangunan
gedung perkantoran.
2. Bappeda Kota Tanjungpinang telah melaksanakan fungsi perencanaan
dalam hal pembangunan daerah dengan baik, wujud peranan Bappeda
dalam melaksanakan pembangunan dalam hal perencanaan tentu saja dapat
di lihat dari berbagai aspek. Oleh karena itu, untuk memaksimalkan
peranannya, Bappeda melaksanakannya sesuai dengan tugas dan fungsi
yang telah ditetapkan.
3. Pemerintah Kota Tanjungpinang membuat perencanaan pembangunan
pusat pemerintahan Kota Tanjungpinang dipusatkan di daerah senggarang.
Hanya pusat pemerintahan saja yang dipusatkan di sana, untuk pusat
perkantoran pemerintah tersebar di setiap wilayah di Kota Tanjungpinang
yang terdiri dari 4 kecamatan.
4. Pembangunan gedung perkantoran Gedung Lima Lantai yang dilakukan
Pemerintah Kota Tanjungpinang bertujuan untuk menampung beberapa
dinas atau instansi yang masih menyewa di ruko. Gedung itu akan
diutamakan bagi beberapa dinas non pelayanan. Pembangunan Gedung
Lima Lantai tersebut ditargetkan selesai pada tahun 2016 ini, sehingga
pada tahun 2017 diharapkan sudah dapat dimanfaatkan untuk beberapa
dinas. Jika Gedung Lima Lantai ini selesai pembangunannya dan dapat
segera dimanfaatkan maka biaya operasional untuk menyewa ruko
setidaknya akan berkurang.
21
Pembangunan infrastruktur memang tengah digencarkan oleh Pemerintah
Kota Tanjungpinang, demi pelayanan yang maksimal yang dapat diberikan
kepada masyarakat.
2. Saran
Dari kesimpulan penelitan diatas, maka ada beberapa saran yang penulis
dapat berikan kepada pihak-pihak terkait terhadap perencanaan pembangunan
infrastruktur gedung perkantoran Pemerintahan Kota Tanjungpinang, diantaranya:
1. Untuk Walikota Tanjungpinang, saran yang penulis dapat berikan agar
dapat menjalankan tugas dan peranannya sebagai Kepala Daerah untuk
memaksimalkan pelayanan kepada masyarakat. Dan terkait pembangunan
Gedung Lima Lantai yang sudah lama terbengkalai, penulis berharap dapat
disegerakan sehingga beberapa dinas dan instansi dapat menempati
gedung tersebut dan tidak lagi menyewa di ruko.
2. Kepada Bappeda Kota Tanjungpinang, penulis menyarankan untuk dapat
membuat perencanaan yang benar-benar strategis. Sehingga Kota
Tanjungpinang mampu menyesuaikan dirinya sebagai kota yang
berkembang. Perencanaan pembangunan yang sudah ada, penulis berharap
agar dapat disegerakan pelaksanaannya.
3. Dan yang terakhir kepada Dinas Pekerjaan Umum Kota Tanjungpinang,
penulis menyarankan agar dapat melaksanakan perencanaan yang telah
direncanakan baik itu dari Bappeda maupun Dinas Pekerjaan Umum
dengan sebaik-baiknya. Pembangunan gedung lima lantai yang telah di
anggarkan penulis berharap agar dapat diselesaikan tahun ini juga, demi
22
kebutuhan perkantoran yang masih kurang bagi Pemerintah Kota
Tanjungpinang.
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Abdul Wahab, Solichin. 2008. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Malang:
Universitas Muhammadiyah Malang Press.
Adam Ibrahim dan Juni Pranoto, 2011. Revitalisasi Administrasi Pembangunan
(berbasis jati diri dan karakter bangsa dalam pembangunan Nasional).
Bandung: Alfabeta.
Agustino, Leo. 2008. Dasar-dasar Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta.
Bagir Manan. 2002. Menyongsong Fajar Otonomi Daerah. PT Gramedia Pustaka
Utama.
Gany, R.A. 2001. Menyonsong Abad Baru dengan Pendekatan Pembangunan
Berbasis Kemandirian Lokal, Makassar, Hasanuddin University Press.
Islamy, Irfan. 2009. Prinsip- prinsip Perumusan Kebijaksanaan Negara. Bumi
Aksara: Jakarta.
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remanaja
Rosdakarya. 2010.
Siagian, Prof. Dr. Sondang P.,M.P.A.. Administrasi Pembangunan: Konsep,
Dimensi, Dan Strateginya. Jakarta : PT. Bumi Aksara. 2008
Sugiyono.Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : CV. Alfa Beta. 2005.
Suharno. 2010. Dasar-Dasar Kebijakan Publik. UNY Press.
Todaro, Michael P. 2000. Pembangunan Ekonomi Dunia Ketiga. Jakarta:
Erlangga.
Winarno, B. 2012. Kebijakan Publik (Teori, Proses, dan Studi Kasus).
Yogyakarta: CAPS.
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah
SKRIPSI, JURNAL DAN DOKUMEN
Hendra, Riki. 2012. Skripsi. Tugas Dan Wewenang Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah Dalam Perencanaan Pembangunan Daerah Di Kota
Padang. Universitas Andalas: Padang.