BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian...

download BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulurepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25782/4/Chapter II.pdf · tentang prestasi kerjanya, departemen sumber daya manusia mengembangkan

If you can't read please download the document

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian...

  • 24

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Penelitian Terdahulu

    Penelitian mengenai kinerja petugas telah ada dilakukan oleh peneliti

    terdahulu, diantaranya adalah Burlian (2005) yang meneliti tentang Pengaruh

    pengembangan karir terhadapa kinerja pegawai Balai Karantina Ikan Polonia di

    Medan. Jumlah sampel sebagai responden adalah seluruh jumlah pegawai Balai

    Karantina Ikan Polonia Medan berjumlah 26 orang, sehingga penelitian ini

    merupakan penelitian populasi atau disebut juga sebagai sampling jenuh atau istilah

    lainnya adalah sensus. Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh

    pengembangan karir terhadap kinerja pegawai pada Badan Karantina Ikan Polonia

    Medan, yang menunjukkan bahwa kebijakan pengembangan karir yang diterapkan

    oleh pimpinan Balai Karantina Ikan Polonia Medan sangat mempengaruhi tingkat

    kinerja pegawai yang terlihat melalui dedikasi, loyalitas dan prestasi pegawai.

    Perbedaan antara penelitian tersebut diatas dengan penelitian yang dilakukan

    peneliti adalah bahwa penelitian tersebut meneliti tentang pengaruh pengembangan

    karir terhadap kinerja karyawan. Sedangkan penulis sendiri meneliti mengenai

    pengaruh perencanaan dan pengembangan karir terhadap kinerja petugas, sehingga

    perbedaannya terletak pada variabel independennya yaitu antara pengembangan karir

    (X1) dan perencanaan dan pengembangan karir (X1 dan X2).

    Universitas Sumatera Utara

  • 29

    Kesamaan penelitian yang penulis lakukan dengan penelitian tersebut diatas

    adalah bahwa penelitian tersebut sama sama menggunakan variabel

    dependennya, yaitu kinerja pegawai. Kesamaan dalam variabel independen yaitu

    terdapat variabel pengembangan karir pada penelitian Burlian (2005) ada

    keterkaitannya dengan salah satu faktor faktor perencanaan dan pengembangan

    karir yaitu sama- sama menggunakan variabel pengembangan karir yang dapat

    mempengaruhi kinerja petugas.

    2.2. Pengertian Perencanaan Karir

    Rivai (2004) menyatakan bahwa perencanaan karir merupakan proses

    dimana karyawan menyeleksi tujuan karir dan jenjang karir menuju tujuan tujuan

    tersebut.

    Pernyataan diatas menjelaskan apa tujuan dan mamfaat dari perencanaan karir

    tersebut. Jika dilihat dari keinginan karyawan sendiri maka diharapkan :

    a. Persamaan karir (kesamaan didalam sistim promosi dan kesempatan

    memajukan karir)

    b. Masalah pengawasan (ada umpan balik bagi prestasi kerjanya)

    c. Kesadaran akan adanya kesempatan (ada kesempatan untuk berkarir)

    d. Minat karyawan (karyawan punya keinginan tingkat minat yang berbeda

    dalam memajukan karir)

    e. Kepuasan karir (tiap karyawan berbeda tergantung pada usia dan

    kedudukannya)

    Universitas Sumatera Utara

  • 30

    2.3. Pengertian Karir

    Menurut Hall (1986), bahwa karir adalah urutan pengalaman dan kegiatan

    yang berkaitan dengan pekerjaan dan yang menciptakan sikap dan perilaku tertentu

    pada diri seseorang.

    Menurut Mathis (2002), karir adalah posisi yang terkait dengan pekerjaan

    yang diduduki seseorang sepanjang hidupnya. Orang orang mengejar karir untuk

    memenuhi kebutuhan kebutuhan individual secara mendalam.

    Pernyataan diatas menekankan bahwa sebuah karir terdiri dari sikap dan

    perilaku dan bahwa karir merupakan urutan berkelanjutan dari aktifitas yang

    berkaitan dengan pekerjaan. Arti dari istilah karir tercermin dalam gagasan

    bergerak ke atas pada lini kerja pilihan seseorang.

    Karir dapat dinilai dari posisi yang dipegang oleh individu dalam suatu

    jabatan di suatu perusahaan dalam jangka waktu tertentu ataupun tingkat kemapanan

    di kehidupan seseorang pada tingkat umur tertentu yang ditandai dengan penampilan

    dan gaya hidup orang tersebut.

    2.4. Pengembangan Karir

    Menurut Nawawi (2001) pengembangan karir diartikan sebagai kegiatan

    manajemen sumber daya manusia pada dasarnya bertujuan untuk memperbaiki

    dan meningkatkan efektifitas pelaksanaan pekerjaan oleh para pekerja agar semakin

    mampu memberikan kontribusi terbaik dalam mewujudkan tujuan organisasi /

    perusahaan. Pelaksanaan pekerjaan yang semakin baik dan meningkat

    Universitas Sumatera Utara

  • 31

    berpengaruh langsung pada peluang bagi seorang pekerja untuk memperoleh posisi /

    jabatan yang diharapkan.

    Menurut Rivai (2004) mengatakan pengembangan karir adalah merupakan

    proses peningkatan kemampuan kerja individu yang dicapai dalam rangka mencapai

    karir yang diinginkan. Upaya karyawan untuk menyesuaikan

    antara kebutuhan dan tujuan karyawan dengan kesempatan karir yang tersedia di

    perusahaan saat ini dan dimasa mendatang.

    Indikator yang meliputi pengembangan karir diantaranya antara lain :

    1. Peningkatan Kemampuan

    Kemampuan menurut Soeprihanto (2001) menyatakan segala sesuatu yang

    menunjukkan kapasitas fisik maupun mental dari seorang karyawan.

    Kemampuan seseorang karyawan sangat menentukan prestasi kerja . Menurut

    Mathis (2002) pengembangan merupakan usaha usaha untuk meningkatkan

    kemampuan karyawan dalam menangani berbagai jenis penugasan. Hal ini

    menguntungkan bagi para karyawan dan para manajer bahwa dengan

    pengalaman dan kemampuan yang layak akan meningkatkan kemampuan

    organisasi untuk berkompetisi dan beradaptasi dengan perubahan lingkungan yang

    kompetitif yang berkaitan dengan pengembangan karir individual juga

    untuk mendapatkan focus dan peningkatan.

    Universitas Sumatera Utara

  • 32

    Menurut Alwi (2001), ada empat pendekatan yang digunakan dalam

    peningkatan kemampuan , yaitu :

    a. Pendidikan Formal

    Pendidikan formal adalah salah satu cara meningkatkan pengetahuan dan

    keahlian seseorang yang merupakan bagian dari proses pembelajaran. Pelatihan

    berkaitan erat dengan cara membantu seseoang dalam meningkatkan

    pengetahuan, keahlian dan sikap sikap yang diperlukan untuk menjalankan

    tugas tugas dalam jabatannya. Sedangkan pendidikan menyangkut konsep

    yang lebih luas terutama dilihat dari segi materi, waktu, metode dan sasaran.

    b. Penilaian Pekerjaan (Assessment)

    Merupakan sistim pengembangan karyawan melalui pusat penilaian pekerjaan

    yang melibatkan sejumlah penilai pekerjaan yang mengidentifikasikan

    kepribadian, keahlian administrative atau interpersonal skill yang diperlukan

    suatu jabatan manajerial. Penilaian pekerjaan ini melibatkan sejumlah informasi

    dan memberikan umpan balik kepada karyawan tentang perilaku, gaya

    komunikasi dan keahliannya. Hal ini dapat dilakukan berdasarkan tes psikologi

    untuk mengukur keahlian karyawan dan kepribadiannya atau berdasarkan

    performance appraisal juga digunakan sebagai dasar pengembangan.

    Universitas Sumatera Utara

  • 33

    c. Pengalaman Jabatan

    Pengalaman jabatan merupakan nilai yang sangat berharga yang dimiliki

    seorang karyawan untuk kepentingan karirnya dimasa yang akan

    datang,umumnya digunakan jika terjadi ketidakcocokan antara keahlian

    dan pengalaman lalu yang dimiliki dengan keahlian yang diperlukan saat ini untuk

    Memangku jabatan tertentu. Ada beberapa metode dalam mengembangkan

    karyawan berdasarkan pengalaman jabatan yaitu job enlargement, rotation,

    transfer dan kadang kadang melakukan assignment dengan perusahaan lain.

    d. Hubungan interpersonal

    Peningkatan keahlian dari pengetahuan karyawan dapat juga dilakukan

    Melalui interaksi dengan anggota organisasi yang lebih berpengalaman misalnya

    melalui proses mentoring sistim secara informal atau formal. Informal

    mentoring sistim melibatkan karyawan senior yang berpengalaman. Untuk

    mengembangkan karyawan yang belum berpengalaman. Sedangkan pendekatan

    formal yaitu mentor dapat mengakses kesemua karyawan tanpa memandang ras

    atau gender.

    Menurut Cane (1996) dalam Alwi (2001), pada sistim mentoring karyawan

    yang junior meminta nasihat kepada karyawan yang lebih senior dan lebih

    berpengalaman baik secara formal (dalam jam kerja) maupun informal

    (diluar jam kerja). Sikap organisasi terhadap karyawan yang belum

    berpengalaman dalam tradis kaizen adalah :

    Universitas Sumatera Utara

  • 34

    1 Menghargai individu

    2 Mendorong peningkatan kemampuan terus menerus

    Proses yang ditempuh karyawan untuk mendapatkan berbagai kemajuan

    melalui berbagai tahapan. Tahapan ini ditandai oleh seperangkat tugas tugas yang

    berbeda , minat dan hubungan antar karyawan. Setiap tahapan mempunyai

    karakteristik dalam bidang tugas pengembangan dan minat serta setiap tahapan karir

    akan mempengaruhi kebutuhan karyawan, sikap dan perilaku kerja.

    2. Kepuasan kerja, sikap dan perilaku karyawan

    Menurut Gibson (1994) kepuasan kerja tergantung pada tingkat hasil intrinsik dan

    hasil ekstrinsik serta bagaimana persepsi pemegang pekerjaan

    terhadapnya. Semua hasil ini mempunyai nilai yang berlainan bagi orang yang

    berbeda. Untuk sebagian orang, tanggung jawab dan pekerjaan yang penuh tantangan

    mempunyai nilai netral atau bahkan negative. Untuk orang lain menganggap hasil

    kerja semacam itu mempunyai nilai positif yang tinggi.

    Manusia berbeda dalam hal kepentingan yang mereka lekatkan pada hasil kerja.

    Perbedaan itu sendiri akan menjelaskan tingkat kepuasan kerja yang berbeda untuk

    tugas kerja yang pada dasarnya sama.

    Perbedaan individu yang penting adalah keterlibatan kerja, antara lain :

    a. Pekerjaan merupakan pusat perhatian hidup

    b. Mereka secara aktif turut serta dalam pekerjaan

    a. Mereka memandang pekerjaan sebagai pusat harga diri

    d. Mereka memandang pekerjaan sesuai dengan konsep pribadi

    Universitas Sumatera Utara

  • 35

    Perbedaan individu lainnya ialah ekuitas hasil yang sesuai dengan apa yang

    dianggap penghargaan sepantasnya bagi sipemegang pekerjaan. Jika penghargaan

    dianggap kurang adil dibandingkan dengan mereka yang melakukan tugas yang sama

    dengan persyaratan yang sama, maka sipemegang pekerjaan aakan merasa tidak puas

    dan berupaya memulihkan rasa keadilannya, yaitu dengan berusaha memperoleh

    penghargaan yang lebih besar (secara primer ekstrinsik) atau dengan memperkecil

    usaha kerja. Dengan demikian, terlihat bahwa dalam prestasi kerja juga terdapat

    banyak hasil yang potensial. Beberapa diantaranya mempunyai nilai primer bagi

    organisasi, contohnya hasil obyektif dan perluasan kerja.

    Seorang pekerja mengalami kemajuan dalam bekerja, berupa perasaan puas dalam

    suatu atau setiap jabatan / posisi yang dipercayakan oleh organisasi / perusahaan

    karena dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien. Kepuasan itu terlihat dari

    terhindarnya pekerja dari stress, penasaran / keluhan dan berbagai gejala

    psikologis lainnya yang dapat merugikan dirinya dan atau organisasi / perusahaan.

    Kepuasan itu akan semakin besar apabila sukses karir sejalan dengan tugas

    perkembangan berdasarkan usianya (Nawawi, 2001).

    Menurut Nawawi (2001), pentingnya para pekerja (manajer), staf dan petugas

    operasional memiliki kemampuan kerja yang prima agar dapat melaksanakan tugas

    tugasnya secara efekti dan efisien. Dengan kemampuan kerja yang prima akan

    semakin besar kemungkinan organisasi / perusahaan mencapai tujuan secara

    maksimal. Tingkat efisiensi dan efektifitas pelaksanaan kerja sangat ditentukan oleh

    peningkatan kemampuan para pekerja yang mencakup aspek pengetahuan,

    Universitas Sumatera Utara

  • 36

    keterampilan , sikap, kerja sama, pemecahan masalah dan berbagai kemampuan

    manajerial lainnya. Dengan peningkatan tersebut hasil yang diharapkan adalah

    terwujudnya produktivitas yang tinggi.

    Untuk itu setiap pekerja perlu mempelajari dan memiliki nilai nilai kompetitif yang

    relative kuat untuk mendukung pencapaian suksesnya karir. Nilai nilai itu

    diantaranya ada yang bersifat teoritis, ekonomis, estetis, social, politis, dan relegius,

    yang perlu dijadikan pedoman bagi sikap karyawan terhadap pekerjaan sehari hari.

    Realisasi hubungan sikap karyawan terhadap organisasi/ perusahaan dalam

    manajemen sumber daya manusia diperlukan kondisi sebagai berikut :

    a. Kesadaran dan pemahaman para pekerja bahwa setiap pekerjaan/ jabatan

    selalu memberikan kesempatan untuk maju dan berkembang.

    b. Setiap pekerja harus memahami bahwa tanggung jawab pengembangan

    karirnya berada pada individu masing masing.

    c. Setiap pekerja perlu menyadari dan memahami bahwa tidak mudah bagi

    organisasi/ perusahaan untuk memadankan dirinya dengan karir berupa

    jabatan/ posisi yang tersedia karena biasanya lebih dari seorang pekerja yang

    memiliki peluang untuk mendapatkannya.

    Universitas Sumatera Utara

  • 37

    2.5. Prestasi Kerja

    Menurut teori Mc Clelland dalam Thoha (2002) manusia itu pada

    hakekatnya mempunyai kemampuan untuk berprestasi diatas kemampuan orang lain.

    Kebutuhan untuk berprestasi ini adalah suatu motif yang berbeda dan dapat

    dibedakan dari kebutuhan kebutuhan lainnya.

    Nawawi (2001) mengatakan prestasi kerja adalah inisiatif, kreatifitas dan

    prakarsa sendiri sebagai eksekutif. Untuk memberikan umpan balik kepada karyawan

    tentang prestasi kerjanya, departemen sumber daya manusia mengembangkan

    prosedur penilaian pekerjaan secara formal. Hal ini memungkinkan karyawan

    tersebut untuk menyesuaikan prestasi kerjanya dengan perencanaan karirnya.

    Menurut Gibson (1994) gaji dan posisi merupakan indikator yang lebih

    popular tentang prestasi karir. Khususnya, semakin cepat kenaikan gaji seseorang

    menepak jenjang hirarki, semakin tinggi pula tingkat prestasi karirnya. Semakin maju

    seseorang dalam organisasi, semakin besar pula tanggung jawabnya. Tentu saja

    organisasi sangat menaruh perhatian pada prestasi karir karena hal ini berkaitan

    langsung dengan keefektifan organisasi artinya, tingkat gaji dan kenaikan posisi

    dalam segala hal mencerminkan sampai sejauh mana andil seseorang dalam upaya

    pencapaian prestasi organisasi.

    Universitas Sumatera Utara

  • 38

    2.6. Pengertian Kinerja

    Kata kinerja adalah terjemahan dari kata performance, yang menurut The

    Scribner Batam English Dictionary, terbitan Amerika Serikat dan Canada (1979),

    berasal dari akar kata to perform dengan beberapa entries yaitu : (1) melakukan,

    menjalankan, melaksanakan (to do or carry out, execute); (2) memenuhi atau

    melaksanakan kewajiban suatu niat atau nazar (to discharge of fulfill; as vow); (3)

    melaksanakan atau menyempurnakan tanggung jawab (to execute or complete and

    understaking); dan (4) melakukan sesuatu yang diharapkan oleh seseorang (to do

    what is expected of person).

    Untuk memperjelas pengertian dari kinerja berikut ini dikemukakan

    beberapa pengertian kinerja dari beberapa pendapat dibawah ini :

    1 Kinerja merupakan seperangkat hasil yang dicapai dan merujuk pada

    tindakan pencapaian serta pelaksanaan sesuatu pekerjaan yang diminta

    (Stolovitch dan Keep : 1992)

    2. Kinerja merujuk kepada tingkat keberhasilan dalam melaksanakan tugas serta

    kemampuan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kinerja dinyatakan

    baik dan sukses jika tujuan yang diinginkan dapat tercapai dengan baik

    (Donnely, Gibson and Ivancevich : 1994)

    3. Kinerja mngacu pada suatu sistim formal dan terstruktur yang digunakan untuk

    mengukur, menilai dan mempengaruhi sifat sifat yang berkaitan dengan

    pekerjaan, perilaku dan hasil, termasuk tingkat ketidakhadiran (Rivai : 2004).

    Universitas Sumatera Utara

  • 39

    Dengan demikian, kinerja adalah kesediaan seseorang atau kelompok

    orang untuk melakukan sesuatu kegiatan dan menyempurnakannya sesuai dengan

    tanggung jawabnya dengan hasil seperti yang diharapkan. Jika dikaitkan dengan

    performance sebagai kata benda (noun) dimana salah satu entrinya adalah hasil dari

    sesuatu pekerjaan (thing done), pengertian performance atau kinerja adalah hasil kerja

    yang dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam suatu perusahaan

    sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing masing dalam upaya

    pencapaian tujuan perusahaan secara legal, tidak melanggar hukum dan tidak

    bertentangan dengan moral atau etika.

    2.7. Faktor- faktor Yang Menghambat Penilaian Kinerja

    Menurut Rivai et al (2005), faktor- faktor yang menghambat penilaian

    kinerja adalah sebagai berikut :

    a. Kendala hukum/ legal

    b. Bias oleh penilai (penyelia) dibagi pula dalam beberapa hal, antara lain :

    1 Hallo effect

    2 Kesalahan kecenderungan terpusat

    3 Terlalu lunak atau terlalu keras

    4 Penyimpangan lintas budaya

    5 Prasangka pribadi

    6 Pengaruh kesan terakhir

    Universitas Sumatera Utara

  • 40

    c. Mengurangi bias penilaian (gunakan standar yang dinyatakan secara jelas,

    pelatihan, umpan balik dan pilih jenis penilaian yang tepat), perlu libatkan

    beberapa hal :

    1 Penyimpangan dan penyebab mereka harus dijelaskan

    2 Perlu netral dan obyektif peran penilai

    3 Gunakan pola penilaian yang ditujukan untuk kepentingan masa

    depan dengan keterlibatan departemen Sumber Daya Manusia.

    2.8. Penilaian Kinerja Petugas

    Menurut Rivai et al (2005), penilaian kinerja (performance evaluation),

    pada dasarnya merupakan proses yang digunakan perusahaan untuk mengevaluasi

    job performance. Jika dikerjakan dengan benar, hal ini akan memberikan manfaat

    yang penting bagi karyawan, supervisor, departemen SDM, maupun perusahaan.

    Supervisor dan manajer harus mengevaluasi kinerja untuk mengetahui tindakan apa

    yang akan diambil. Umpan balik yang spesifik memungkinkan mereka untuk

    membuat perencanaan karir, pelatihan dan pengembangan, peningkatan gaji, promosi,

    dan keputusan keputusan penempatan lainnya.

    Mathis (2002) menyatakan penilaian kinerja adalah keputusan untuk promosi,

    pemecatan, pengurangan dan penugasan pindah tugas yang sangat penting

    untuk para karyawan.

    Universitas Sumatera Utara

  • 41

    Ada 3 (tiga) kriteria dalam melakukan penilaian kinerja karyawan (Rivai dan

    Basri : 2005), yaitu :

    1. Tugas karyawan

    2. Perilaku karyawan

    3. Ciri ciri karyawan.

    Di dalamnya meliputi bagaimana melihat efektivitas karyawan, menelusuri

    faktor faktor yang membentuk kinerja, menyesuaikan standar kinerja dengan kondisi

    yang ada, dan memberikan tambahan kemampuan kepada karyawan. Dengan

    demikian, suatu perusahaan tidak bisa hanya sekedar mempunyai sistim penilaian

    saja; sistim harus efektif, diterima dan pantas digunakan. Dengan terpenuhinya

    kondisikondisi itu, sistim performance evaluation dapat mengidentifikasi

    peningkatan yang diperlukan SDM yang berhubungan dengan analisis dan

    penempatan, pelatihan dan pengembangan, perencanaan karir, dan lain lain.

    Disamping itu, performance evaluation sangat penting untuk memfokuskan karyawan

    terhadap tujuan strategis dan untuk penempatan, untuk penggantian perencanaan dan

    tujuan untuk pelatihan dan pengembangan. Akhirnya dapat disimpulkan bahwa

    evaluasi kinerja (performance evaluation) merupakan :

    1. Alat yang paling baik untuk menentukan apakah petugas telah memberikan

    hasil kerja yang memadai dan melaksanakan aktivitas kinerja sesuai dengan

    standar kerja

    2. Satu cara untuk penilaian kinerja dengan melakukan penilaian mengenai

    kekuatan dan kelemahan petugas

    Universitas Sumatera Utara

  • 42

    3. Alat yang baik untuk menganalisis kinerja petugas dan membuat

    rekomendasi perbaikan.

    2.9. Potensi Keterkaitan Hubungan Antara Perencanaan dan Pengembangan Karir, Prestasi Kerja dengan Kinerja Petugas

    Pada era kompetisi global saat ini, perencanaan dan pengembangan karir

    jauh jauh hari seorang petugas telah mempersiapkan dan merancangnya. Untuk hal

    tersebut agar perencanaan dan pengembangan karir tersebut dapat terwujud maka

    seorang petugas haruslah mempersiapkan faktor- faktor pendukung seperti

    dibawah ini :

    1. Informasi tentang perencanaan karir

    2. Pendidikan karir

    3. Konseling karir

    4. Bimbingan karir

    Jadi sering juga diartikan perencanaan dan pengembangan karir lebih bersifat

    protean career (PC) yaitu karir yang sering berubah ubah didasarkan pada minat

    petugas, nilai nilai yang dianut, kemampuan dan perubahan perubahan didalam

    lingkungan kerja.

    Menurut Alwi (2001) Protean career (PC) terhadap pola pengembangan

    karyawan memiliki implikasi karena karir bukan lagi diarahkan untuk mengisi

    jabatan yang tersedia secara struktural, tetapi terarah pada keberhasilan petugas

    secara psikologis dimana tanggung jawab seorang petugas terhadap karirnya menjadi

    lebih besar. Karakteristik karir yang berlandaskan pada jenjang yang bersifat linier

    Universitas Sumatera Utara

  • 43

    menjadi bersifat protean career (PC) tidak bisa dihindarkan karena tujuan petugas

    bekerja bukan lagi semata mata karena ingin sukses karir dalam perusahaan karena

    ada peluang jabatan yang tersedia,melainkan mencapai prestasi dalam karir

    berdasarkan kemampuan nyata yang dimiliki.

    Menurut Nawawi (2001), bahwa pengembangan karir tidak sekedar promosi

    jabatan/ posisi yang lebih tinggi, tetapi juga merupakan dorongan untuk maju dalam

    bekerja yakni meningkatnya pengetahuan dan keterampilan/

    keahlian sehingga menjadi lebih berprestasi/ produktif sebagai pekerja yang

    kompetitif .

    Sedang menurut Rivai (2004), prestasi kerja karyawan dipengaruhi oleh

    bermacam macam ciri pribadi dan masing masing individu. Perusahaan

    membutuhkan karyawan yang berprestasi tinggi sedangkan pekerja memerlukan

    umpan balik atas kinerja mereka sebagai pedoman bagi tindakan tindakan mereka

    pada masa yang akan datang. Oleh karena itu, penilaian prestasi kerja

    menggambarkan kinerja petugas.

    Sementara menurut Rivai dan Basri (2005) menyebutkan kinerja adalah hasil

    atau tingkat keberhasilan seseorang secara keseluruhan selama periode tertentu

    didalam melaksanakan tugas dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, seperti

    standar hasil kerja, target atau sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih

    dahulu dan telah disepakati bersama. Maka berdasarkan teori teori tersebut diatas,

    antara perencanaan dan pengembangan karir terdapat hubungan atau mempunyai

    hubungan dengan kinerja yang dihasilkan oleh petugas.

    Universitas Sumatera Utara