BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian...
-
Upload
vuongtuong -
Category
Documents
-
view
228 -
download
2
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian...
-
24
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai kinerja petugas telah ada dilakukan oleh peneliti
terdahulu, diantaranya adalah Burlian (2005) yang meneliti tentang Pengaruh
pengembangan karir terhadapa kinerja pegawai Balai Karantina Ikan Polonia di
Medan. Jumlah sampel sebagai responden adalah seluruh jumlah pegawai Balai
Karantina Ikan Polonia Medan berjumlah 26 orang, sehingga penelitian ini
merupakan penelitian populasi atau disebut juga sebagai sampling jenuh atau istilah
lainnya adalah sensus. Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh
pengembangan karir terhadap kinerja pegawai pada Badan Karantina Ikan Polonia
Medan, yang menunjukkan bahwa kebijakan pengembangan karir yang diterapkan
oleh pimpinan Balai Karantina Ikan Polonia Medan sangat mempengaruhi tingkat
kinerja pegawai yang terlihat melalui dedikasi, loyalitas dan prestasi pegawai.
Perbedaan antara penelitian tersebut diatas dengan penelitian yang dilakukan
peneliti adalah bahwa penelitian tersebut meneliti tentang pengaruh pengembangan
karir terhadap kinerja karyawan. Sedangkan penulis sendiri meneliti mengenai
pengaruh perencanaan dan pengembangan karir terhadap kinerja petugas, sehingga
perbedaannya terletak pada variabel independennya yaitu antara pengembangan karir
(X1) dan perencanaan dan pengembangan karir (X1 dan X2).
Universitas Sumatera Utara
-
29
Kesamaan penelitian yang penulis lakukan dengan penelitian tersebut diatas
adalah bahwa penelitian tersebut sama sama menggunakan variabel
dependennya, yaitu kinerja pegawai. Kesamaan dalam variabel independen yaitu
terdapat variabel pengembangan karir pada penelitian Burlian (2005) ada
keterkaitannya dengan salah satu faktor faktor perencanaan dan pengembangan
karir yaitu sama- sama menggunakan variabel pengembangan karir yang dapat
mempengaruhi kinerja petugas.
2.2. Pengertian Perencanaan Karir
Rivai (2004) menyatakan bahwa perencanaan karir merupakan proses
dimana karyawan menyeleksi tujuan karir dan jenjang karir menuju tujuan tujuan
tersebut.
Pernyataan diatas menjelaskan apa tujuan dan mamfaat dari perencanaan karir
tersebut. Jika dilihat dari keinginan karyawan sendiri maka diharapkan :
a. Persamaan karir (kesamaan didalam sistim promosi dan kesempatan
memajukan karir)
b. Masalah pengawasan (ada umpan balik bagi prestasi kerjanya)
c. Kesadaran akan adanya kesempatan (ada kesempatan untuk berkarir)
d. Minat karyawan (karyawan punya keinginan tingkat minat yang berbeda
dalam memajukan karir)
e. Kepuasan karir (tiap karyawan berbeda tergantung pada usia dan
kedudukannya)
Universitas Sumatera Utara
-
30
2.3. Pengertian Karir
Menurut Hall (1986), bahwa karir adalah urutan pengalaman dan kegiatan
yang berkaitan dengan pekerjaan dan yang menciptakan sikap dan perilaku tertentu
pada diri seseorang.
Menurut Mathis (2002), karir adalah posisi yang terkait dengan pekerjaan
yang diduduki seseorang sepanjang hidupnya. Orang orang mengejar karir untuk
memenuhi kebutuhan kebutuhan individual secara mendalam.
Pernyataan diatas menekankan bahwa sebuah karir terdiri dari sikap dan
perilaku dan bahwa karir merupakan urutan berkelanjutan dari aktifitas yang
berkaitan dengan pekerjaan. Arti dari istilah karir tercermin dalam gagasan
bergerak ke atas pada lini kerja pilihan seseorang.
Karir dapat dinilai dari posisi yang dipegang oleh individu dalam suatu
jabatan di suatu perusahaan dalam jangka waktu tertentu ataupun tingkat kemapanan
di kehidupan seseorang pada tingkat umur tertentu yang ditandai dengan penampilan
dan gaya hidup orang tersebut.
2.4. Pengembangan Karir
Menurut Nawawi (2001) pengembangan karir diartikan sebagai kegiatan
manajemen sumber daya manusia pada dasarnya bertujuan untuk memperbaiki
dan meningkatkan efektifitas pelaksanaan pekerjaan oleh para pekerja agar semakin
mampu memberikan kontribusi terbaik dalam mewujudkan tujuan organisasi /
perusahaan. Pelaksanaan pekerjaan yang semakin baik dan meningkat
Universitas Sumatera Utara
-
31
berpengaruh langsung pada peluang bagi seorang pekerja untuk memperoleh posisi /
jabatan yang diharapkan.
Menurut Rivai (2004) mengatakan pengembangan karir adalah merupakan
proses peningkatan kemampuan kerja individu yang dicapai dalam rangka mencapai
karir yang diinginkan. Upaya karyawan untuk menyesuaikan
antara kebutuhan dan tujuan karyawan dengan kesempatan karir yang tersedia di
perusahaan saat ini dan dimasa mendatang.
Indikator yang meliputi pengembangan karir diantaranya antara lain :
1. Peningkatan Kemampuan
Kemampuan menurut Soeprihanto (2001) menyatakan segala sesuatu yang
menunjukkan kapasitas fisik maupun mental dari seorang karyawan.
Kemampuan seseorang karyawan sangat menentukan prestasi kerja . Menurut
Mathis (2002) pengembangan merupakan usaha usaha untuk meningkatkan
kemampuan karyawan dalam menangani berbagai jenis penugasan. Hal ini
menguntungkan bagi para karyawan dan para manajer bahwa dengan
pengalaman dan kemampuan yang layak akan meningkatkan kemampuan
organisasi untuk berkompetisi dan beradaptasi dengan perubahan lingkungan yang
kompetitif yang berkaitan dengan pengembangan karir individual juga
untuk mendapatkan focus dan peningkatan.
Universitas Sumatera Utara
-
32
Menurut Alwi (2001), ada empat pendekatan yang digunakan dalam
peningkatan kemampuan , yaitu :
a. Pendidikan Formal
Pendidikan formal adalah salah satu cara meningkatkan pengetahuan dan
keahlian seseorang yang merupakan bagian dari proses pembelajaran. Pelatihan
berkaitan erat dengan cara membantu seseoang dalam meningkatkan
pengetahuan, keahlian dan sikap sikap yang diperlukan untuk menjalankan
tugas tugas dalam jabatannya. Sedangkan pendidikan menyangkut konsep
yang lebih luas terutama dilihat dari segi materi, waktu, metode dan sasaran.
b. Penilaian Pekerjaan (Assessment)
Merupakan sistim pengembangan karyawan melalui pusat penilaian pekerjaan
yang melibatkan sejumlah penilai pekerjaan yang mengidentifikasikan
kepribadian, keahlian administrative atau interpersonal skill yang diperlukan
suatu jabatan manajerial. Penilaian pekerjaan ini melibatkan sejumlah informasi
dan memberikan umpan balik kepada karyawan tentang perilaku, gaya
komunikasi dan keahliannya. Hal ini dapat dilakukan berdasarkan tes psikologi
untuk mengukur keahlian karyawan dan kepribadiannya atau berdasarkan
performance appraisal juga digunakan sebagai dasar pengembangan.
Universitas Sumatera Utara
-
33
c. Pengalaman Jabatan
Pengalaman jabatan merupakan nilai yang sangat berharga yang dimiliki
seorang karyawan untuk kepentingan karirnya dimasa yang akan
datang,umumnya digunakan jika terjadi ketidakcocokan antara keahlian
dan pengalaman lalu yang dimiliki dengan keahlian yang diperlukan saat ini untuk
Memangku jabatan tertentu. Ada beberapa metode dalam mengembangkan
karyawan berdasarkan pengalaman jabatan yaitu job enlargement, rotation,
transfer dan kadang kadang melakukan assignment dengan perusahaan lain.
d. Hubungan interpersonal
Peningkatan keahlian dari pengetahuan karyawan dapat juga dilakukan
Melalui interaksi dengan anggota organisasi yang lebih berpengalaman misalnya
melalui proses mentoring sistim secara informal atau formal. Informal
mentoring sistim melibatkan karyawan senior yang berpengalaman. Untuk
mengembangkan karyawan yang belum berpengalaman. Sedangkan pendekatan
formal yaitu mentor dapat mengakses kesemua karyawan tanpa memandang ras
atau gender.
Menurut Cane (1996) dalam Alwi (2001), pada sistim mentoring karyawan
yang junior meminta nasihat kepada karyawan yang lebih senior dan lebih
berpengalaman baik secara formal (dalam jam kerja) maupun informal
(diluar jam kerja). Sikap organisasi terhadap karyawan yang belum
berpengalaman dalam tradis kaizen adalah :
Universitas Sumatera Utara
-
34
1 Menghargai individu
2 Mendorong peningkatan kemampuan terus menerus
Proses yang ditempuh karyawan untuk mendapatkan berbagai kemajuan
melalui berbagai tahapan. Tahapan ini ditandai oleh seperangkat tugas tugas yang
berbeda , minat dan hubungan antar karyawan. Setiap tahapan mempunyai
karakteristik dalam bidang tugas pengembangan dan minat serta setiap tahapan karir
akan mempengaruhi kebutuhan karyawan, sikap dan perilaku kerja.
2. Kepuasan kerja, sikap dan perilaku karyawan
Menurut Gibson (1994) kepuasan kerja tergantung pada tingkat hasil intrinsik dan
hasil ekstrinsik serta bagaimana persepsi pemegang pekerjaan
terhadapnya. Semua hasil ini mempunyai nilai yang berlainan bagi orang yang
berbeda. Untuk sebagian orang, tanggung jawab dan pekerjaan yang penuh tantangan
mempunyai nilai netral atau bahkan negative. Untuk orang lain menganggap hasil
kerja semacam itu mempunyai nilai positif yang tinggi.
Manusia berbeda dalam hal kepentingan yang mereka lekatkan pada hasil kerja.
Perbedaan itu sendiri akan menjelaskan tingkat kepuasan kerja yang berbeda untuk
tugas kerja yang pada dasarnya sama.
Perbedaan individu yang penting adalah keterlibatan kerja, antara lain :
a. Pekerjaan merupakan pusat perhatian hidup
b. Mereka secara aktif turut serta dalam pekerjaan
a. Mereka memandang pekerjaan sebagai pusat harga diri
d. Mereka memandang pekerjaan sesuai dengan konsep pribadi
Universitas Sumatera Utara
-
35
Perbedaan individu lainnya ialah ekuitas hasil yang sesuai dengan apa yang
dianggap penghargaan sepantasnya bagi sipemegang pekerjaan. Jika penghargaan
dianggap kurang adil dibandingkan dengan mereka yang melakukan tugas yang sama
dengan persyaratan yang sama, maka sipemegang pekerjaan aakan merasa tidak puas
dan berupaya memulihkan rasa keadilannya, yaitu dengan berusaha memperoleh
penghargaan yang lebih besar (secara primer ekstrinsik) atau dengan memperkecil
usaha kerja. Dengan demikian, terlihat bahwa dalam prestasi kerja juga terdapat
banyak hasil yang potensial. Beberapa diantaranya mempunyai nilai primer bagi
organisasi, contohnya hasil obyektif dan perluasan kerja.
Seorang pekerja mengalami kemajuan dalam bekerja, berupa perasaan puas dalam
suatu atau setiap jabatan / posisi yang dipercayakan oleh organisasi / perusahaan
karena dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien. Kepuasan itu terlihat dari
terhindarnya pekerja dari stress, penasaran / keluhan dan berbagai gejala
psikologis lainnya yang dapat merugikan dirinya dan atau organisasi / perusahaan.
Kepuasan itu akan semakin besar apabila sukses karir sejalan dengan tugas
perkembangan berdasarkan usianya (Nawawi, 2001).
Menurut Nawawi (2001), pentingnya para pekerja (manajer), staf dan petugas
operasional memiliki kemampuan kerja yang prima agar dapat melaksanakan tugas
tugasnya secara efekti dan efisien. Dengan kemampuan kerja yang prima akan
semakin besar kemungkinan organisasi / perusahaan mencapai tujuan secara
maksimal. Tingkat efisiensi dan efektifitas pelaksanaan kerja sangat ditentukan oleh
peningkatan kemampuan para pekerja yang mencakup aspek pengetahuan,
Universitas Sumatera Utara
-
36
keterampilan , sikap, kerja sama, pemecahan masalah dan berbagai kemampuan
manajerial lainnya. Dengan peningkatan tersebut hasil yang diharapkan adalah
terwujudnya produktivitas yang tinggi.
Untuk itu setiap pekerja perlu mempelajari dan memiliki nilai nilai kompetitif yang
relative kuat untuk mendukung pencapaian suksesnya karir. Nilai nilai itu
diantaranya ada yang bersifat teoritis, ekonomis, estetis, social, politis, dan relegius,
yang perlu dijadikan pedoman bagi sikap karyawan terhadap pekerjaan sehari hari.
Realisasi hubungan sikap karyawan terhadap organisasi/ perusahaan dalam
manajemen sumber daya manusia diperlukan kondisi sebagai berikut :
a. Kesadaran dan pemahaman para pekerja bahwa setiap pekerjaan/ jabatan
selalu memberikan kesempatan untuk maju dan berkembang.
b. Setiap pekerja harus memahami bahwa tanggung jawab pengembangan
karirnya berada pada individu masing masing.
c. Setiap pekerja perlu menyadari dan memahami bahwa tidak mudah bagi
organisasi/ perusahaan untuk memadankan dirinya dengan karir berupa
jabatan/ posisi yang tersedia karena biasanya lebih dari seorang pekerja yang
memiliki peluang untuk mendapatkannya.
Universitas Sumatera Utara
-
37
2.5. Prestasi Kerja
Menurut teori Mc Clelland dalam Thoha (2002) manusia itu pada
hakekatnya mempunyai kemampuan untuk berprestasi diatas kemampuan orang lain.
Kebutuhan untuk berprestasi ini adalah suatu motif yang berbeda dan dapat
dibedakan dari kebutuhan kebutuhan lainnya.
Nawawi (2001) mengatakan prestasi kerja adalah inisiatif, kreatifitas dan
prakarsa sendiri sebagai eksekutif. Untuk memberikan umpan balik kepada karyawan
tentang prestasi kerjanya, departemen sumber daya manusia mengembangkan
prosedur penilaian pekerjaan secara formal. Hal ini memungkinkan karyawan
tersebut untuk menyesuaikan prestasi kerjanya dengan perencanaan karirnya.
Menurut Gibson (1994) gaji dan posisi merupakan indikator yang lebih
popular tentang prestasi karir. Khususnya, semakin cepat kenaikan gaji seseorang
menepak jenjang hirarki, semakin tinggi pula tingkat prestasi karirnya. Semakin maju
seseorang dalam organisasi, semakin besar pula tanggung jawabnya. Tentu saja
organisasi sangat menaruh perhatian pada prestasi karir karena hal ini berkaitan
langsung dengan keefektifan organisasi artinya, tingkat gaji dan kenaikan posisi
dalam segala hal mencerminkan sampai sejauh mana andil seseorang dalam upaya
pencapaian prestasi organisasi.
Universitas Sumatera Utara
-
38
2.6. Pengertian Kinerja
Kata kinerja adalah terjemahan dari kata performance, yang menurut The
Scribner Batam English Dictionary, terbitan Amerika Serikat dan Canada (1979),
berasal dari akar kata to perform dengan beberapa entries yaitu : (1) melakukan,
menjalankan, melaksanakan (to do or carry out, execute); (2) memenuhi atau
melaksanakan kewajiban suatu niat atau nazar (to discharge of fulfill; as vow); (3)
melaksanakan atau menyempurnakan tanggung jawab (to execute or complete and
understaking); dan (4) melakukan sesuatu yang diharapkan oleh seseorang (to do
what is expected of person).
Untuk memperjelas pengertian dari kinerja berikut ini dikemukakan
beberapa pengertian kinerja dari beberapa pendapat dibawah ini :
1 Kinerja merupakan seperangkat hasil yang dicapai dan merujuk pada
tindakan pencapaian serta pelaksanaan sesuatu pekerjaan yang diminta
(Stolovitch dan Keep : 1992)
2. Kinerja merujuk kepada tingkat keberhasilan dalam melaksanakan tugas serta
kemampuan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kinerja dinyatakan
baik dan sukses jika tujuan yang diinginkan dapat tercapai dengan baik
(Donnely, Gibson and Ivancevich : 1994)
3. Kinerja mngacu pada suatu sistim formal dan terstruktur yang digunakan untuk
mengukur, menilai dan mempengaruhi sifat sifat yang berkaitan dengan
pekerjaan, perilaku dan hasil, termasuk tingkat ketidakhadiran (Rivai : 2004).
Universitas Sumatera Utara
-
39
Dengan demikian, kinerja adalah kesediaan seseorang atau kelompok
orang untuk melakukan sesuatu kegiatan dan menyempurnakannya sesuai dengan
tanggung jawabnya dengan hasil seperti yang diharapkan. Jika dikaitkan dengan
performance sebagai kata benda (noun) dimana salah satu entrinya adalah hasil dari
sesuatu pekerjaan (thing done), pengertian performance atau kinerja adalah hasil kerja
yang dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam suatu perusahaan
sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing masing dalam upaya
pencapaian tujuan perusahaan secara legal, tidak melanggar hukum dan tidak
bertentangan dengan moral atau etika.
2.7. Faktor- faktor Yang Menghambat Penilaian Kinerja
Menurut Rivai et al (2005), faktor- faktor yang menghambat penilaian
kinerja adalah sebagai berikut :
a. Kendala hukum/ legal
b. Bias oleh penilai (penyelia) dibagi pula dalam beberapa hal, antara lain :
1 Hallo effect
2 Kesalahan kecenderungan terpusat
3 Terlalu lunak atau terlalu keras
4 Penyimpangan lintas budaya
5 Prasangka pribadi
6 Pengaruh kesan terakhir
Universitas Sumatera Utara
-
40
c. Mengurangi bias penilaian (gunakan standar yang dinyatakan secara jelas,
pelatihan, umpan balik dan pilih jenis penilaian yang tepat), perlu libatkan
beberapa hal :
1 Penyimpangan dan penyebab mereka harus dijelaskan
2 Perlu netral dan obyektif peran penilai
3 Gunakan pola penilaian yang ditujukan untuk kepentingan masa
depan dengan keterlibatan departemen Sumber Daya Manusia.
2.8. Penilaian Kinerja Petugas
Menurut Rivai et al (2005), penilaian kinerja (performance evaluation),
pada dasarnya merupakan proses yang digunakan perusahaan untuk mengevaluasi
job performance. Jika dikerjakan dengan benar, hal ini akan memberikan manfaat
yang penting bagi karyawan, supervisor, departemen SDM, maupun perusahaan.
Supervisor dan manajer harus mengevaluasi kinerja untuk mengetahui tindakan apa
yang akan diambil. Umpan balik yang spesifik memungkinkan mereka untuk
membuat perencanaan karir, pelatihan dan pengembangan, peningkatan gaji, promosi,
dan keputusan keputusan penempatan lainnya.
Mathis (2002) menyatakan penilaian kinerja adalah keputusan untuk promosi,
pemecatan, pengurangan dan penugasan pindah tugas yang sangat penting
untuk para karyawan.
Universitas Sumatera Utara
-
41
Ada 3 (tiga) kriteria dalam melakukan penilaian kinerja karyawan (Rivai dan
Basri : 2005), yaitu :
1. Tugas karyawan
2. Perilaku karyawan
3. Ciri ciri karyawan.
Di dalamnya meliputi bagaimana melihat efektivitas karyawan, menelusuri
faktor faktor yang membentuk kinerja, menyesuaikan standar kinerja dengan kondisi
yang ada, dan memberikan tambahan kemampuan kepada karyawan. Dengan
demikian, suatu perusahaan tidak bisa hanya sekedar mempunyai sistim penilaian
saja; sistim harus efektif, diterima dan pantas digunakan. Dengan terpenuhinya
kondisikondisi itu, sistim performance evaluation dapat mengidentifikasi
peningkatan yang diperlukan SDM yang berhubungan dengan analisis dan
penempatan, pelatihan dan pengembangan, perencanaan karir, dan lain lain.
Disamping itu, performance evaluation sangat penting untuk memfokuskan karyawan
terhadap tujuan strategis dan untuk penempatan, untuk penggantian perencanaan dan
tujuan untuk pelatihan dan pengembangan. Akhirnya dapat disimpulkan bahwa
evaluasi kinerja (performance evaluation) merupakan :
1. Alat yang paling baik untuk menentukan apakah petugas telah memberikan
hasil kerja yang memadai dan melaksanakan aktivitas kinerja sesuai dengan
standar kerja
2. Satu cara untuk penilaian kinerja dengan melakukan penilaian mengenai
kekuatan dan kelemahan petugas
Universitas Sumatera Utara
-
42
3. Alat yang baik untuk menganalisis kinerja petugas dan membuat
rekomendasi perbaikan.
2.9. Potensi Keterkaitan Hubungan Antara Perencanaan dan Pengembangan Karir, Prestasi Kerja dengan Kinerja Petugas
Pada era kompetisi global saat ini, perencanaan dan pengembangan karir
jauh jauh hari seorang petugas telah mempersiapkan dan merancangnya. Untuk hal
tersebut agar perencanaan dan pengembangan karir tersebut dapat terwujud maka
seorang petugas haruslah mempersiapkan faktor- faktor pendukung seperti
dibawah ini :
1. Informasi tentang perencanaan karir
2. Pendidikan karir
3. Konseling karir
4. Bimbingan karir
Jadi sering juga diartikan perencanaan dan pengembangan karir lebih bersifat
protean career (PC) yaitu karir yang sering berubah ubah didasarkan pada minat
petugas, nilai nilai yang dianut, kemampuan dan perubahan perubahan didalam
lingkungan kerja.
Menurut Alwi (2001) Protean career (PC) terhadap pola pengembangan
karyawan memiliki implikasi karena karir bukan lagi diarahkan untuk mengisi
jabatan yang tersedia secara struktural, tetapi terarah pada keberhasilan petugas
secara psikologis dimana tanggung jawab seorang petugas terhadap karirnya menjadi
lebih besar. Karakteristik karir yang berlandaskan pada jenjang yang bersifat linier
Universitas Sumatera Utara
-
43
menjadi bersifat protean career (PC) tidak bisa dihindarkan karena tujuan petugas
bekerja bukan lagi semata mata karena ingin sukses karir dalam perusahaan karena
ada peluang jabatan yang tersedia,melainkan mencapai prestasi dalam karir
berdasarkan kemampuan nyata yang dimiliki.
Menurut Nawawi (2001), bahwa pengembangan karir tidak sekedar promosi
jabatan/ posisi yang lebih tinggi, tetapi juga merupakan dorongan untuk maju dalam
bekerja yakni meningkatnya pengetahuan dan keterampilan/
keahlian sehingga menjadi lebih berprestasi/ produktif sebagai pekerja yang
kompetitif .
Sedang menurut Rivai (2004), prestasi kerja karyawan dipengaruhi oleh
bermacam macam ciri pribadi dan masing masing individu. Perusahaan
membutuhkan karyawan yang berprestasi tinggi sedangkan pekerja memerlukan
umpan balik atas kinerja mereka sebagai pedoman bagi tindakan tindakan mereka
pada masa yang akan datang. Oleh karena itu, penilaian prestasi kerja
menggambarkan kinerja petugas.
Sementara menurut Rivai dan Basri (2005) menyebutkan kinerja adalah hasil
atau tingkat keberhasilan seseorang secara keseluruhan selama periode tertentu
didalam melaksanakan tugas dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, seperti
standar hasil kerja, target atau sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih
dahulu dan telah disepakati bersama. Maka berdasarkan teori teori tersebut diatas,
antara perencanaan dan pengembangan karir terdapat hubungan atau mempunyai
hubungan dengan kinerja yang dihasilkan oleh petugas.
Universitas Sumatera Utara