BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/54367/3/BAB II.pdfyang memusat b.)...

27
23 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Indonesia merupakan Negara termasuk didalam Ring of Fire yang sering mengalami gempa bumi. Pengelolaan Anggaran penanggulangan bencana merupakan hal yang harus diketahui penyebab tidak mampunya anggaran di APBD Kabupaten Sumbawa dalam mempercepat perbaikan rumah masyarakat. Padahal anggaran setiap tahunnya telah dianggarkan di APBN ataupun APBD untuk penanggulangan bencana. Untuk menemukan referensi tekait Responsibilitas Pengelolaan Anggaran Penanggulangan Bencana pasca Gempa Bumi di Kabupaten Sumbawa, maka peneliti telah menemukan beberapa penelitian terdahulu yang mampu menjadi acuan dalam penelitian saat ini. Penelitian mengenai Responsibilitas memiliki sudut pandang yang berbeda- beda pada setiap disiplin ilmu. Dalam penelitian ini mengambil sudut pandang tentang Responsibiltas Pengelolaan Anggaran. Responsibilitas Pengelolaan Anggaran diukur dengan melihat perencanaan yang dibuat oleh Pemerintah ataupun pihak-pihak yang berperan dalam kegiatan tersebut. Selain perencanaan, untuk mengukur mengenai Responsibilitas Pengelolaan Anggaran, diperlukan mekanisme pegelolaan yang sesuai dengan aturan yang berlaku. Adanya perencanaan dan mekanisme pengelolaan yang tepat, harus didukung dengan pertanggungjawaban yang akuntabel dimana Pemerintah atau Pihak-pihak yang terlibat mampu mempertanggungjawabkan kegiatan atau kebijakan yang telah dibuat.

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/54367/3/BAB II.pdfyang memusat b.)...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/54367/3/BAB II.pdfyang memusat b.) Sistem Administrasi yang telah ketinggalan zaman c.) Pembengkakan Birokrasi d.)Kompleksitas

23

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Indonesia merupakan Negara termasuk didalam Ring of Fire yang sering

mengalami gempa bumi. Pengelolaan Anggaran penanggulangan bencana

merupakan hal yang harus diketahui penyebab tidak mampunya anggaran di APBD

Kabupaten Sumbawa dalam mempercepat perbaikan rumah masyarakat. Padahal

anggaran setiap tahunnya telah dianggarkan di APBN ataupun APBD untuk

penanggulangan bencana. Untuk menemukan referensi tekait Responsibilitas

Pengelolaan Anggaran Penanggulangan Bencana pasca Gempa Bumi di Kabupaten

Sumbawa, maka peneliti telah menemukan beberapa penelitian terdahulu yang

mampu menjadi acuan dalam penelitian saat ini.

Penelitian mengenai Responsibilitas memiliki sudut pandang yang berbeda-

beda pada setiap disiplin ilmu. Dalam penelitian ini mengambil sudut pandang

tentang Responsibiltas Pengelolaan Anggaran.

Responsibilitas Pengelolaan Anggaran diukur dengan melihat perencanaan

yang dibuat oleh Pemerintah ataupun pihak-pihak yang berperan dalam kegiatan

tersebut. Selain perencanaan, untuk mengukur mengenai Responsibilitas

Pengelolaan Anggaran, diperlukan mekanisme pegelolaan yang sesuai dengan

aturan yang berlaku. Adanya perencanaan dan mekanisme pengelolaan yang tepat,

harus didukung dengan pertanggungjawaban yang akuntabel dimana Pemerintah

atau Pihak-pihak yang terlibat mampu mempertanggungjawabkan kegiatan atau

kebijakan yang telah dibuat.

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/54367/3/BAB II.pdfyang memusat b.) Sistem Administrasi yang telah ketinggalan zaman c.) Pembengkakan Birokrasi d.)Kompleksitas

24

Tabel 2.1

Penelitian Terdahulu

No Judul/Penulis Masalah Metode

Penelitian

Teori Isi/Hasil Temuan

1. Responsibilitas

Pengelolaan Anggaran

Pendapatan dan Belanja

Daerah (APBD) Kota

Bengkulu. Rindawati

Septi, Marjoyo.

Sosiohumaniora, Volume

19 No 2 Juli 201732

1. Pemerintah

Daerah legislatif

dan eksekutif

Tidak mampu

mempertanggungj

awabkan

anggaran

2. Anggaran yang

dikelola oleh

lembaga eksetuif

dan legislatif tidak

sesuai kebutuhan

masyarakat

Kualitatif Herbet J. Spiro

menjelaskan

bahwa

Responsibilitas

dapat diukur

dengan tiga hal,

yaitu : 1.)

Responcibility as

accountability,

dimana Pihak

yang terlibat

mampu

bertanggungjawa

b terhadap tugas

yang didapatkan

2.) Responcibility

as obligation

dimana

Pemerintah atau

Dalam penelitian ini, pengelolaan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) di Kota

Bengkulu tidak responsibilitas dikarenakan adanya

beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya

responsibilitas, antara lain :

Faktor yang menjadi redahnya Responsibilitas

Pemerintah Kota Bengkulu dalam mengelola

anggaran ialah : a.) Adanya struktur organisasi

yang memusat b.) Sistem Administrasi yang telah

ketinggalan zaman c.) Pembengkakan Birokrasi

d.)Kompleksitas dan kekauan peraturan e.)

Struktur gaji dan adanya perpindahan pegawai f.)

Kurangnya pelatihan untuk pegawa serta SDM

yang kurang.

32Rindawati Septi, Marjoyo.2017”.Responsibilitas Pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Bengkulu”.Sosiohumaniora, Volume 19 No 2

Juli 2017

24

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/54367/3/BAB II.pdfyang memusat b.) Sistem Administrasi yang telah ketinggalan zaman c.) Pembengkakan Birokrasi d.)Kompleksitas

25

No Judul/Penulis Masalah Metode

Penelitian

Teori Isi/Hasil Temuan

pihak yang

terlibat siap

didalam tugas

yang didapatkan

3.) Responcibility

as cause dimana

Pemerintah atau

pihak yang

terlibat peduli

terhadap

organisasi dan

rekan kerjanya.

2. Responsibilitas

Penyelenggaraan Pemilu

Dalam Penanganan

Penyelenggaraan Pemilu.

Rahmawati Restu.

Vol 03. No 02.

(September-Februari

2018)33

Adanya Gerakan

Sejuta Relawan

Pengawas Pemilu

(GSRPP) dalam

membantu Badan

Pengawas Pemilu

(BAWASLU)

dalam

menemukan

Kualitatif Partisipasi Politik

menurut Prof.

Ramlan Subakti

bahwa

pelaksanaan

pemilu

merupakan sarana

dalam mobilisasi

suara masyarakat.

Untuk mengetahui Responsibilitas Bawaslu dalam

mengkoordinir Gerakan Sejuta Relawan Pemilu

(GSRP) maka terdapat 13 catatan penting bagi

GSRP untuk mempertahankan responsibilitas

dalam penyelenggaraan pemilu. GSRP menjadi

gerakan partisipatif yang mengajak masyarakat

untuk aktif dalam kegiatan pemilu. Bawaslu harus

mampu mengkoordinir dan mengoprimalkan

fungsi GSRP, karena lahirnya GSRP sebagai

33Rahmawati Restu.2018.”Responsibilitas Penyelenggaraan Pemilu Dalam Penanganan Penyelenggaraan Pemilu”.Vol 03. No 02. (September-Februari 2018)

25

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/54367/3/BAB II.pdfyang memusat b.) Sistem Administrasi yang telah ketinggalan zaman c.) Pembengkakan Birokrasi d.)Kompleksitas

26

No Judul/Penulis Masalah Metode

Penelitian

Teori Isi/Hasil Temuan

kecurangan yang

dilakukan

menjelang

Pemilihan Umum

bentuk perhatian atas banyaknya kasus yang tidak

diketahui oleh Bawaslu.

3. Kinerja Pemerintah

dalam Rehabilitasi dan

Rekonstruksi Kawasan

Rawan Bencana di

Kabupaten Magelang.

Khoirunnisa dkk.

Jurusan Administrasi

Publik, Universitas

Diponegoro34

Indonesia

merupakan negara

yang termasuk

didalam Ring Of

Fire. Gunung Api

yang meletus pada

Tahun 2010 silam

menyiskan luka

bagi korban

letusan gunung.

Badan

Penanggulangan

Bencana Daerah

Kualitatif Teori kinerja dari

Komorotomo

bahwa kinerja

dapat dikur

dengan

Efektivitas,

Efisiensi, Daya

Tanggap dan Juga

rasa Keadilan.

Berdasarkan Teori kinerja dari Komorotomo

bahwa BPBD telah gagal dalam pelaksanaan

rehabilitasi dan rekonstruksi pasca letusan gunung

berapi. Untuk mengetahui kinerja BPBD maka

dapat dilihat dari Efektif, Efisien, Daya Tanggap

dan Keadilan. Berdasarkan keempat kriteria

tersebut, BPBD dinilai belum maksimal dalam

upaya rehabilitasi dan rekonstruksi pasca gunung

merapi di Kabupaten Magelang

34 Khoirunnisa dkk.”Kinerja Pemerintah dalam Rehabilitasi dan Rekonstruksi Kawasan Rawan Bencana di Kabupaten Magelang”.Jurusan Administrasi Publik,

Universitas Diponegoro

26

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/54367/3/BAB II.pdfyang memusat b.) Sistem Administrasi yang telah ketinggalan zaman c.) Pembengkakan Birokrasi d.)Kompleksitas

27

No Judul/Penulis Masalah Metode

Penelitian

Teori Isi/Hasil Temuan

(BPBD)

Kabupaten

Magelang sebagai

lembaga yang

mengatur upaya

rehabilitasi dan

rekonstruksi pasca

bencana gunung

merapi dirasa

belum efektif dan

efisien dalam

percepatan

rehabilitasi dan

rekonstruksi di

Kabupaten

Magelang. Oleh

karena itu perlu

diketahui kinerja

BPBD dalam

upaya rehabilitasi

dan rekonstruksi

pasca bencana

gunung merapi

tahun 2010 di

27

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/54367/3/BAB II.pdfyang memusat b.) Sistem Administrasi yang telah ketinggalan zaman c.) Pembengkakan Birokrasi d.)Kompleksitas

28

No Judul/Penulis Masalah Metode

Penelitian

Teori Isi/Hasil Temuan

Kabupaten

Magelang.

4. Responsibilitas

Pelayanan Publik Pada

RSUD Salewangan

Kabupaten Maros.

Syarifah, Muslimah.2016

Universitas Hasanuddin.

Skripsi35

Salah satu

tanggungjawab

pemerintah ialah

pelayanan terbaik

terhadap

kesehatan.

Pelayanan yang

diberikan Rumah

Sakit ternyata

tidak sistematis,

lamban, pegawai

kurang disiplin

dan kurangnya

saranan dan

prasarana. Akibat

permasalahan itu,

maka diperlukan

Responsibilitas

Kualitatif Mosher dan

Winter

menjelaskan 2

jenis

Responsibilitas,

yaitu : 1.)

Objective

Responcibilty

dimana terdapat 2

indikator yaitu

akuntabilitas dan

juga kewajiban

melaksanakan

tugas. 2.)

Subjective

Responcibility

dimana tindakan

yang dilakukan

Responsibilitas Pelayanan Kesehatan pada Rumah

Sakit Daerah Salewangan Kabupaten Maros diukur

dari Objektif Responsibilitas dan Subjektif

Responsibilitas. Berdasarkan Penelitian yang

dilakukan, Pelayanan di Rumah Sakit Salewangan

masih belum optimal dikarenakan pegawai belum

mampu menjalankan tugas sesuai dengan aturan

yang ditetapkan. Selain itu, petugas rumah sakit

belum mampu bersinergi untuk memberikan

pelayanan terbaik kepada pasien dan juga

masyarakat.

35Syarifah, Muslimah.2016.”Responsibilitas Pelayanan Publik Pada RSUD Salewangan Kabupaten Maros”.Universitas Hasanuddin. Skripsi

28

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/54367/3/BAB II.pdfyang memusat b.) Sistem Administrasi yang telah ketinggalan zaman c.) Pembengkakan Birokrasi d.)Kompleksitas

29

No Judul/Penulis Masalah Metode

Penelitian

Teori Isi/Hasil Temuan

Petugas pelayanan

kesehatan rumah

sakit untuk

memberikan

pelayanan

maksimal kepada

masyarakat

sesuai dengan

aturan dan juga

nilai-nilai yang

berlaku

5. Analisi Metode

Penghitungan dan

Alokasi Anggaran

Bencana Alam.Nor

Cholis Madjid. SNKN

2018. Simposium

Nasional Keuangan

Negara. Jakarta 11

November 201836

Peranan

Pemerintah dalam

menanggulangi

bencana, serta

bagaimana alokasi

anggaran yang

selama ini telah

dianggarakan di

APBN.

Kajian

Literatur

dan

Kerangka

Konseptua

l secara

logis.

UU No 17 Tahun

2003 Tentang

Keuangan Negara

dan UU No 1

Tahun 2004

Tentang

Perbendaharaan

Negara dibentuk

agar pengelolaan

anggaran

dilakukan secara

efektif dan efisien

dengan berdasar

Perhitungan dalam kerugian bencana yang belum

akurat. Pemerintah belum mampu menghitung

jumlah kerugian akibat bencana secara akurat. 2.

Adanya kesulitan dalam perhitungan kerugian

akibat bencana alam sehingga membuat kerugian

tidak dapat dipertanggungjawabkan 3. Perbaikan

setelah bencana harus mampu meningkatkan

perekonomian masyarakat. Selain itu dijelaskan

bahwa Alokasi anggaran bencana alam di

Indonesia belum mampu digunkan secara efektif

dan efisien.

36 Nor Cholis Madjid, “ Analisis Metode Penghitungan dan Alokasi Anggaran Bencana Alam”. SNKN 2018. Simposium Nasional Keuangan Negara. Jakarta 11

November 2018

29

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/54367/3/BAB II.pdfyang memusat b.) Sistem Administrasi yang telah ketinggalan zaman c.) Pembengkakan Birokrasi d.)Kompleksitas

30

No Judul/Penulis Masalah Metode

Penelitian

Teori Isi/Hasil Temuan

kepada tiga

pendekatan, yaitu

: 1.) Anggaran

Terpadu 2.)

Anggaran

Berbasis Kinerja

3.) Kerangka

Pengeluaran

Jangka Menengah

6. Responsibilitas

Pemerintah Kabupaten

Siak Terhadap

Pencemaran Udara di

Kecamatan Tualang

Tahun 2014-2015 (Desa

Pinang Sebatang

Timur”.Amnur

Alrohma.Jurusan Ilmu

Pemerintahan Fisip

Universitas Riau. JOM

Banyaknya

perusahaan

membuat

pencemaran udara

yang

mengakibatkan

masyarakat

mengalami

gangguan

pernafasan.

Pemerintah harus

mampu mengatasi

hal tersebut

dikarenakan adanya

Kulaitatif Manajement

Strategis Sektor

Publik menurut

Poister dan Streib

menyatakan

bahwa

Manajement

meliputi

Perencanaan,

Implementasi dan

Evaluasi.

Pelaksanaan kegiatan pengendalian oleh Badan

Lingkungan Hidup sudah dilakukan dengan baik,

namun belum dirasakan secara optimal oleh

masyarakat. Badan lingkungan hidup dalam

setahun hanya melakukan 2 kali pengawasan

sehingga dirasakan belum maksimal. Masyarakat

belum mampu untuk menjaga kelestarian

lingkungan sehingga pencemaran masih terus

terjadi.

30

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/54367/3/BAB II.pdfyang memusat b.) Sistem Administrasi yang telah ketinggalan zaman c.) Pembengkakan Birokrasi d.)Kompleksitas

31

No Judul/Penulis Masalah Metode

Penelitian

Teori Isi/Hasil Temuan

FISIP Vol. 4 No. 1 –

Februari 201737

izin perusahaan

untuk beraktivitas

7. Pengaruh Responsibilitas

dan Sikap Kerja

Terhadap Kualitas

Pelayanan di Kelurahan

Tengah Kecamatan

Cibinong Kabupaten

Bogor.Rahadian,Bamban

g.Jurnal Ilmiah Ilmu

Administrasi ISSN 2085-

1662.Volume VII, Nomor

02,September 201538

Kulaitas

Pelayanan di

Kelurahan Tengah

Kecamatan

Cibinong

Kabupaten Bogor

belum optimal.

Peneliti ingin

mengetahui

sebesar mana

responsibilitas

Pemerintah

Kelurahan dalam

melayani

masyarakat.

Explanato

ry

kuantitatif

Responsibilitas

menurut Ndraha

bahwa

responsibilitas

merupakan

tanggungjawab

untuk dapat

menjalankan

tugas sebagai

penghubung

dalam suatu kerja

Pemerintah.

Terdapat pengaruh positif Responsibilitas dengan

kualitas pelayanan oleh Pemerintah Kelurahan

sebesar 67,9%. Pengaruh sikap kerja sebesar 67,5%

dan pengaruh responsibilitas dan sikap kerja

sebesar 76,6% Meskipun Pegawai kelurahan perlu

untuk bersifat dan beretika lebih baik lagi, selain itu

kejujuran dalam melaksanakan tugas sangat

penting dalam memberikan pelayanan terbaik

kepada masyarakat.

37Amnur Alharoma.2017.”Responsibilitas Pemerintah Kabupaten Siak Terhadap Pencemaran Udara di Kecamatan Tualang Tahun 2014-2015 (Desa Pinang Sebatang

Timur”.Jurusan Ilmu Pemerintahan Fisip Universitas Riau. JOM FISIP Vol. 4 No. 1 – Februari 2017 38 Rahadian,Bambang.2015.”Pengarug Responsibilitas dan Sikap Kerja Terhadap Pelayanan di Kelurahan Tengah Kecamatan Cibinong Kabupaten Bogor”. Jurnal

Ilmiah Ilmu Administrasi ISSN 2085-1662.Volume VII, Nomor 02,September 2015

31

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/54367/3/BAB II.pdfyang memusat b.) Sistem Administrasi yang telah ketinggalan zaman c.) Pembengkakan Birokrasi d.)Kompleksitas

32

No Judul/Penulis Masalah Metode

Penelitian

Teori Isi/Hasil Temuan

8. The Enhancement Of

Regional Disaster

Management Agencies

(BPBD) Of Sumbawa

Regency’s Capability In

Flash Flood Management

Through Aid Assistance

Of Japan International

Cooperation Agency

(JICA).

Nudia Vebina

Ayumahani1

Dina Ruslanjari39

Masalah banjir

bandang yang setiap

tahunnya melanda

Kabupaten

Sumbawa membuat

BPBD Kabupaten

Sumbawa bekerja

sama dengan Japan

International

Cooperation

Agency (JICA)

dalam upaya

meningkatka

manajement dalam

menatasi banjir

bandang.

Kualitatif Institutinalism

theory menurut

Douglas bahwa

sebuah institusi

memerlukan

institusi lainnya

dalam menangani

hidup atau mati.

Setelah adanya kerjasama antara JICA dan BPBD

Kabupaten Sumbawa, membuat BPBD lebih

mudah dalam mengatasi masalah banjir bandang.

Terbukti dengan dibuatnya petunjuk teknis dan

juga rencana penanggulangan bencana banjir

bandang.

39 Nudia Vebina Ayumahani1,Dina.”The Enhancement Of Regional Disaster Management Agencies (BPBD) Of Sumbawa Regency’s Capability In Flash Flood

Management Through Aid Assistance Of Japan International Cooperation Agency (JICA)”.2018

32

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/54367/3/BAB II.pdfyang memusat b.) Sistem Administrasi yang telah ketinggalan zaman c.) Pembengkakan Birokrasi d.)Kompleksitas

33

Berdasarkan penelitian terdahulu yang telah dibuat dalam bentul tabel, maka

peneliti telah menemukan adanya penelitian yang saling terkait dan mendukung

adanya penelitian yang saat ini dilakukan.

Penelitian yang dilakukan oleh Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu

Administrasi Negara (STIA) Bengkulu ini mencoba untuk mengetahui faktor

rendahnya Responsibilitas Pemerintah Kota Bengkulu dalam mengelola anggaran

daerah. Responsibilitas diukur dari ketidaksesuaian dan tidak adanya

pertanggungjawaban Pemerintah Kota Bengkulu terhadap anggaran yang dikelola.

Masyarakat tidak merasakan manfaat dari adanya Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah (APBD) yang seharusnya untuk pembangunan dan kesejahteraan

masyarakat. Oleh karena itu, Pemerintah Kota Bengkulu termasuk tidak

responsibilitas dalam pengelolaan Anggaran di Kota Bengkulu.

Sedangkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati Restu,

gerakan GSRP hadir sebagai bentuk perhatian masyarakat atas banyaknya

pelanggaran pemilu yang tidak diketahui oleh Bawaslu. Bawaslu tidak mampu

menyelesaikan kasus-kasus ataupun persoalan yang ada dimasyarakat. Sehingga

lahirnya gerakan ini sebagai bentuk perhatian masyarakat kepada Bawaslu. Seperti

yang kita ketahui bahwa Lembaga atau badan yang ada di Pemerintah terkadang

tidak mampu bekerja secara optimal diakibatkan sumber tenaga yang kurang.

Penelitian yang dilakukan oleh Khourinnisa ingin mengetahui upaya

Rehabilitasi dan Rekonstruksi oleh BPBD Kabupaten Magelang dinilai gagal

karena tidak sesuai dengan prinsip kinerja yang baik menurut Komorotomo. Dalam

hal Efisinsi, Efektivitas, Daya Tanggap dan Keadilan BPBD Kabupaten Magelang

tidak mampu bekerja secara optimal. Hal ini dikarenakan beberapa faktor seperti

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/54367/3/BAB II.pdfyang memusat b.) Sistem Administrasi yang telah ketinggalan zaman c.) Pembengkakan Birokrasi d.)Kompleksitas

34

kekurangan Sumber Daya Manusia, Kekurangan Dana dan daerah yang sulit

dijangkau.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Syarifah yaitu untuk megetahui

Responsibilitas Pelayanan Publik, Pegawai rumah sakit belum mampu memberi

pelayanan maksimal dikarena sarana dan prasarana yang terbatas. Akibat saranan

dan prasaranan yang terbatas, pegawai menjadi lambat dalam memberikan

pelayanan kepada masyarakat.

Sarana dan prasarana merupakan faktor yang penting dalam sebuah

pelayanan. Bukan hanya pada pelayanan di rumah sakit, melainkan pada pasca

bencana diperlukan sarana dan prasarana yang tepat. Seharusnya pemerintah

mampu menyiapkan dan mengoptimalkan anggaran untuk keperluan sarana dan

prasarana. Selama ini, pemerintah akan kesusahan mencari bahan-bahan ataupun

alat ketika pasca bencana. Pemerintah daerah bahkan menunggu didatangkan alat-

alat dari luar daerah untuk keperluan rehabilitasi dan rekonstrusi pasca bencana.

Penelitian yang dilakukan oleh Nur Cholis Majis menemukan adanya data

yang menunjukkan bahwa di Pemerintah Pusat telah menganggarakan dana untuk

bencana alam. Tetapi dana tersebut tidak mampu dioptimalkan dalam kegiatan

pennagulangan bencana. Anggaran yang tidak terpusat menjadikan proses

penanggulangan bencana tidak berjalan dengan baik. Dana dalam proses

penanggulangan bencana lebih banyak digunakan untuk kegiatan yang tidak

bermanfaat bagi masyarakat.

Sedangkan yang dilakukan oleh Amnur Alharoma meneliti mengenai

Responsibilitas Pemerintah Kabupaten Siak Terhadap Pencemaran Udara di

Kecamatan Tualang Tahun 2014-2015 (Desa Pinang Sebatang Timur”.Jurusan

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/54367/3/BAB II.pdfyang memusat b.) Sistem Administrasi yang telah ketinggalan zaman c.) Pembengkakan Birokrasi d.)Kompleksitas

35

Ilmu Pemerintahan Fisip Universitas Riau penelitian ini berupaya agar pemerintah

mampu untuk mengatasi permasalahan pencemaran lingkungan yang diakibatkan

oleh perusahaan. Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan peneliti yaitu

bagaimana peran Pemerintah Daerah dalam upaya percepatan rehabilitasi dan

relonstruksi, dimana dalam hal ini pemerintah daerah harus mampu terlibat aktif

dalam kegiatan ini.

Penelitian mengenai responsibilitas lebih diarahkan kepada Pemerintah

sebagai peranan utama dalam melayani masyarakat. Pemerintah Daerah memiliki

tugas dalam menjamin kebutuhan masyarakat sesuai dengan aturan dan hukum

yang berlaku.

Responsibilitas Pengelolaan anggaran penanggulangan bencana diarahkan

untuk mengetahui bagaimana pemerintah daerah mampu melayani masyarakat

dengan maksimal dalam memberikan bantuan dana stimulan perbaikan rumah.

Anggaran Penaggulangan Bencana pada tahap rehabilitasi dan rekonsruksi pasca

bencana di sektor permukiman mendapat bantuan dana dari Kementerian Sosial dan

juga Dana Siap Pakai BNPB. Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan membahas

bagaimana peran Pemerintah Daerah termasuk BPBD dalam pengelolaan anggaran

bencana yang diberikan oleh BNPB dan juga Kemeterian dalam perbaikan rumah

korban bencana gempa bumi di Kabupaten Sumbawa.

Adapun dalam rencana rehabilitasi dan rekonstruksi pascagempa bumi di

Kabupaten Sumbawa dilaksanakan berdasarkan hukum dan aturan yang telah

ditetapkan antara lain :

1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.

2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/54367/3/BAB II.pdfyang memusat b.) Sistem Administrasi yang telah ketinggalan zaman c.) Pembengkakan Birokrasi d.)Kompleksitas

36

3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional.

4. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan

Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 66

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4732).

5. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.

6. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan

Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2008 Nomor 32 Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4828).

7. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2008 tentang Pendanaan dan

Pengelolaan Bantuan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2008 Nomor 43 Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4829).

8. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah.

9. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara

Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan.

10. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian

Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah

Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota.

11. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan

Penanggulangan Bencana.

12. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2008 tentang Pendanaan dan

Pengelolaan Bantuan Bencana.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/54367/3/BAB II.pdfyang memusat b.) Sistem Administrasi yang telah ketinggalan zaman c.) Pembengkakan Birokrasi d.)Kompleksitas

37

13. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2008 tentang Peran Serta

Lembaga Internasional dan Lembaga Asing Nonpemerintah dalam

Penanggulangan Bencana.

14. Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2008 tentang Badan Nasional

Penanggulangan Bencana.

15. Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2108 tentang Percepatan Rehabilitasi

dan Rekonstruksi Pascabencana Gempabumi di Kabupaten Lombok

Barat, Kabupaten Lombok Utara, Kabupaten Lombok Tengah,

Kabupaten Lombok Timur, Kota Mataram, dan Wilayah Terdampak di

Provinsi Nusa Tenggara Barat.

16. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 224/PMK.07/2017 tentang

Pengeloaan Hibah dari Pemerintah Pusat Kepada Pemerintah Daerah

17. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 15

Tahun 2011 tentang Pedoman Pengkajian Kebutuhan Pascabencana

18. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 3

Tahun 2013 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Anggaran Kegiatan

Rehabilitasi dan Rekonstruksi pascabencana.

19. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 05

Tahun 2017 tentang Penyusunan Rencana Rehabilitasi dan

Rekonstruksi Pascabencana

20. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 06 Tahun

2017 tentang Penyelenggaraan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pascabencana.

21. Surat Keputusan Kepala Daerah terdampak tekait penetapan penerima

bantuan stimulan

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/54367/3/BAB II.pdfyang memusat b.) Sistem Administrasi yang telah ketinggalan zaman c.) Pembengkakan Birokrasi d.)Kompleksitas

38

Sebagai tindak lanjut operasional pelaksanaan kegiatan rehabilitasi dan

rekonstruksi pascabencana di Kabupaten Sumbawa, maka perlu ditetapkan:

1. Surat Keputusan Bupati Sumbawa tentang Penetapan Jumlah Korban Akibat

Gempabumi di Kabupaten Sumbawa Tahun 2018

2. Surat Keputusan Bupati Sumbawa tentang Penunjukan Tim Verifikasi Data

Kerusakan dan Kerugian Akibat Bencana Gempabumi di Kabupaten

Sumbawa Tahun 2018

3. Surat Keputusan Bupati Sumbawa tentang Penetapan Hasil Pendataan

Kerusakan Bangunan Rumah Penduduk Akibat Bencana Gempabumi di

Kabupaten Sumbawa Tahun 2018.

4. Surat Keputusan dan pedoman lainnya yang diperlukan untuk mendukung

pelaksanaan rencana aksi rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana

gempabumi di Kabupaten Sumbawa.

2.2 Kerangka Teori

2.2.1 Responsibilitas

Konsep Pemerintahan yang dikemukan oleh Herbet. J. Spiro menyatakan

bahwa untuk mengetahui pemerintahan yang baik harus mengandung tiga konotasi

yaitu:

a.) Responcibility as accountability dimana Pemerintah atau pemegang jabatan

mampu bertanggungjawab terhadap tugas yang didapatkan.

b.) Responsibility as obligation dimana Pemerintah telah siap dengan resiko dan

segala tanggungjawab dalam menjalankan tugas, dalam hal ini pemerintah

harus mampu mempertanggungjawabkan kepada dirinya, masyarakat dan

juga kepada Tuhan.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/54367/3/BAB II.pdfyang memusat b.) Sistem Administrasi yang telah ketinggalan zaman c.) Pembengkakan Birokrasi d.)Kompleksitas

39

c.) Responsibility as cause yaitu bagaimana seorang pemerintah atau pemegang

jabatan peduli terhadap rekan kerja dan juga terhadap masyarakat.

Friedrick mendefinisikan bahwa Responsibilitasi menjadi standar dalam

operasional atau kemampuan yang dimiliki aktor publik dalam menjalankan

tugasnya.

Untuk mengetahui lebih jelas mengenai Responsibilitas, Gibson Winter

menyatakan bahwa responcibility merupakan istilah baru dalam sebuah etika,

sedangkan Lenvine menyatakan bahwa Responcibility ialah berdasarkan

pelaksanaan kegiatan oleh organisasi publik sesuai standar yang telah ditetapkan

baik itu secara eksplisit atau empisit48. Levine menyatakan bahwa didalam negara

Demokrasi terdapat tiga indikator dalam pelayanan publik, yaitu: a.) responsiveness

ialah bagaimana seorang aktor publik dalam memberikan pelayanan dan tuntutan

dari masyarakat b.) Responsibilitas dimana aktor pelayanan publik memberikan

pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan dan c.)

Akuntabilitas ialah ukuran yang menunjukkan seberapa besar pelayanan yang

diberikan sesuai dengan kondisi masyarakat49.

Ismlay menyatakan bahwa Responsibilitas subyektif mengedepankan

nilai-nilai kemanusian yang terangkum dalam equity atau kedalian/kewajaran,

equality atau persamaan hak dan fairnes atau kejujuran50.

Sebuah hasil kajian pada tahun 2006 menghasilkan 6 indikator

responsibilitas, yaitu : a.) Kejelasan tanggung jawab dan wewenang b.) Memiliki

48 Muslimah Syarifah.2016.Responsibilitas Pelayanan Public Pada RSUD Selawangan Kabupaten

Maros.Universitas Hasanuddin Makassar.Skripsi. hlm11 49 Ibid hlm 12 50 Ibid . hlm 11

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/54367/3/BAB II.pdfyang memusat b.) Sistem Administrasi yang telah ketinggalan zaman c.) Pembengkakan Birokrasi d.)Kompleksitas

40

komitmen dalam melaksanakan tanggung jawab dan wewenang c.) Memilki

kebijkan dalam pengelolaan Sumber Daya Manusia d.) Kebijakan dalam

pengelolaan sarana dan prasarana dan e.) Kemampuan dalam metode kerja51.

Coper didalam bukunya menerangkan bahwa dalam sebuah administrasi,

responsibilitas merupakan kunci dalam pengembangan etika52. Sedangkan

Friedrich Mosher menyatakan bahwa responsibilitas merupakan hal penting dalam

penyelenggaraan administrasi publik maupun privat53. Mosher juga membagi

responsibilitas menjadi 2 yaitu responsibilitas subyektif dan objektif.

Responsibilitas objektif menururt Mosher dapat diukur melalui 3 indikator yaitu 1.)

Bertanggungjawab kepada pemimpin dan aturan yang berlaku 2.)

Bertanggungjawab kepada atasan ataupun bawahan 3.) Bertanggungjawab kepada

masyarakat. Sedangkan Responsibilitas Subyektif dapat diukur dalam 3 indikator,

yaitu : a. Loyalitas b. Nilai dan c. Karakter54.

Sedangkan Agus Dwiyanto menyatakan bahwa Responsibilitas

merupakan standar untuk mengukur kualitas dari pelayanan yang diberikan publik

kepada masyarakat55.

Responsibilitas Anggaran dapat diukur berdasarkan beberpa indikator,

antara lain :

51 Muslimah Syarifah.2016.Responsibilitas Pelayanan Public Pada RSUD Selawangan Kabupaten

Maros.Universitas Hasanuddin Makassar.Skripsi. hlm11 52ibid hlm 12 53 Ibid hlm 12 54 Ibid hlm 12 55 Dwinyanto,Agus.2014.Mewujudkan Good Governance melalui Pelayanan Publik.Gajah Mada

University Press.Yogyakarta. hal 143-144

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/54367/3/BAB II.pdfyang memusat b.) Sistem Administrasi yang telah ketinggalan zaman c.) Pembengkakan Birokrasi d.)Kompleksitas

41

1.) Perencanaan, dimana Pemerintah ataupun pihak yang terlibat mampu

merencanakan kegiatan dengan baik. Perencanaan yang dibuat harus

disesuaikan dengan aturan yang berlaku.

2.) Identifikasi Pendanaan, Pemerintah ataupun Pihak yang terlibat mampu

mengukur dan mengidentifikasi sumber pendanaan dalam kegiatan yang

dilakukan.

3.) Mekanisme Pengelolaan, Pemerintah ataupun pihak yang terlibat mampu

mengelola anggaran sesuai dengan anggaran yang telah ditetapkan.

4.) Pertanggungjawaban, Pemerintah ataupun pihak yang terlibat mampu

mempertanggungjawabkan anggaran yang ditetapkan dengan memegang

teguh prinsip akuntabilitas dan sikap kerja yang baik.

Berdasarkan indikator diatas, maka responsibilitas pengelolaan anggaran

dapat diukur jika Pemerintah ataupun pihak-pihak yang terlibat sadar akan

pentingnya responsibilitas dalam pengelolaan anggaran sesuai dengan kebutuhan

masyarakat. Dalam kegiatan penanggulangan becana termasuk kegiatan rehabilitasi

dan rekontruksi pasca bencana terutama di sektor permukiman. Pemerintah harus

mampu merencanakan anggaran yang dibutuhkan dan juga pengelolaan yang sesuai

untuk masyarakat korban bencana. Responsibilitas diukur melaui kemampuan

BPBD dalam memberi pelayanan kepada masyarakat korban bencana untuk

pencairan dana bantuan perbaikan rumah dengan melihat kesesuaian antara

pelaksanaan tugas dan aturan yang telah ditetapkan.

2.2.2 Pengelolaan Anggaran Penanggulangan Bencana

Berdasarkan Undang-Undang Nomor Nomor 17 Tahun 2003 tentang

Keuangan Negara, Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) merupakan

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/54367/3/BAB II.pdfyang memusat b.) Sistem Administrasi yang telah ketinggalan zaman c.) Pembengkakan Birokrasi d.)Kompleksitas

42

perencanaan anggaran yang telah disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat

Republik Indonesia (DPR RI). Sedangkan Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah (APBD) merupakan perencanaan anggaran yang telah disetujui oleh Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)56.

Anggaran atau perencanaan Anggaran disusun setiap tahunnya oleh

Pemerintah Dearah untuk kebutuhan pelaksanaan kegiatan di tingkat daerah.

Anggaran dapat berbentuk tunai dan non tunai sesuai dengan pengalokasian

anggaran yang diberikan oleh Pemerintah Pusat.

a.) Anggaran Non Tunai

Berdasarkan Surat Edaran (SE) Menteri Dalam Negeri Nomor 910/

1866/SJ tentang Implementasi Transaksi Non Tunai pada 17 April 2017, yang

sesuai dengan Ketentuan pasal 283 ayat 2 Undang-Undang Nomor 23 Tahun

2014 Tentang Pemerintah Daerah bahwa dalam pengelolaan keuangan daerah

harus sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang ekeftif, efisien,

transparan dan bermanfaat kepada masyrakat sesuai dengan Instruksi Presiden

Nomor 10 Tahun 2016 tentang pencegahan dan pemberantasan korupsi.

Transaksi non tunai sendiri, dilakukan melalui debit kereking pemerintah57.

b.) Anggaran Tunai

Anggaran yang diberikan secara tunai dilakukan dengan memberikan

angaran secara langsung melalui prosedur yang telah ditetapkan.

Mardiasmo membagi aggaran menjadi 2, yaitu : 1.) Angaran Operasional

untuk membantu kegiatan sehari-hari 2.) Anggaran Modal sebagai perencanaan

56 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. Pasal 1 57 Pelealu, dkk.2018.”Analisis Penerapan Transaksi Non Tunai dalam Pengelolaan Keuangan

Daerah Pada Dinas Lingkungan Hidup Kota Bitung”.Jurusan Akutansi, Fakultas Ekonomi Bisnis,

Universitas Sam Ratulangi. Jurnal Riset Akuntasi Going Concern 13 (4).2018,220-229

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/54367/3/BAB II.pdfyang memusat b.) Sistem Administrasi yang telah ketinggalan zaman c.) Pembengkakan Birokrasi d.)Kompleksitas

43

anggaran jangka panjang58. Anggaran atau budget merupakan peralatan

pengawasan yang digunakan baik dalam bisnis ataupun pemerintahan. Anggaran

sendiri merupakan hasil akhir dari sebuah perencanaan yang telah dibuat59.

Sasongko dan Parulian menyatakan bahwa anggaran bertujuan untuk

perencanaan, koordinasi, motivasi dan juga pengendalian60.

Anggaran dalam pelaksanaan penanggulangan bencana bersumber dari

beberapa suber pendanaan, yaitu : a.) Dana Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran

DIPA (APBN/APBD) b.) Dana Kontijensi c.) Dana On-Call d.) Dana Bantuan

Sosial berpola Hibah e.) Dana yang bersumber dari masyarakat f.) Dana dukungan

komunitas Internasional.

Anggaran Bantuan Bencana ialah anggaran yang digunakan saat kondisi pra

bencana, kondisi darurat dan pasca bencana. Bantuan Bencana dibagi menjadi tiga,

yaitu Kontijensi yaitu dana yang digunakan untuk pra bencana. Dana yang kedua

ialah dana siap pakai yang digunakan saat kondisi darurat. Dalam hal ini dana siap pakai

akan disimpan di rekening BNPB. Dana yang ketiga ialah dana bantuan berpola hibah

yang diberikan oleh pemerintah kepada korban bencana pasca bencana dan dugunakan

untuk keperluan rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana61.

Anggaran Bantuan Bencana termasuk didalam anggaran penanggulangan

bencana yang dijelaskan didalam UU Nomor 24 Tahun 2007 Tentang

Penanggulangan Bencana dan dijelaskan lebih detail mengenai pendanaan dan

pengelolaan bantuan di Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2008 pasal 2 bahwa

58 Mardiasmo.2009.Akuntansi Sektor Publik.Yogyakarta: ANDI. Hlm 66 59 Handoko, T. Hani.2012.Manajemen.Yogyakarta: BPFE. Hlm 377 60Sasongko,Parulian.2013.Anggaran.Jakarta:Salemba Empat. Hlm 3 61 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2008 Tentang Pendanaan dan

Pengelolaan Dana Bantuan Bencana Pasal 1

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/54367/3/BAB II.pdfyang memusat b.) Sistem Administrasi yang telah ketinggalan zaman c.) Pembengkakan Birokrasi d.)Kompleksitas

44

pendanaan dan pengelolaan bantuan bencana didukung untuk penanggulangan

bencana yang berdayaguna, berhasil dan mampu untuk dipertanggungjawabkan.

Dalam kegiatan pengelolaan anggaran penanggulangan bencana, anggaran

berpedoman kepada Undang-Undang No 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan

Negara dan juga Undang-Undang No 24 Tahun 2007 Tentang Penangulangan

Bencana. Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana berdasarkan Undang-Undang

No 24 Tahun 2007 dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah daerah serta

parstisipasi aktif masyarakat dalam upaya penanggulangan bencana.

Peraturan Pemerintah No 22 Tahun 2008 Tentang Pendanaan dan

Pengelolaan Bantuan Bencana mengatur tentang Sumber pendanaan dalam

Penanggulangan Bencana, Penggunaan dan Penanggulangan Bencana, Pengelolaan

Bantuan Bencana, Pengawasan, Pelaporan dan pertanggungjawaban pengelolaan

anggaran dan bantuan bencana62.

Adapun anggaran dalam penanggulangan bencana diatur didalam berbagai

Undang-Undang dan peraturan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah sebagai berikut :

Tabel 2.2

Peraturan Anggaran Bantuan Bencana

No Peratuan Hal

1 Undang-Undang No 17 Tahun 2003 Keuangan Negara

2. Undang-Undang No 1 Tahun 2004 Perbendaharaan Negara

3. Undang-Undang No 24 Tahun 2007 Penannggulangan Bencana

4. Peraturan Pemerintah No 22 Tahun

2008

Pendanaan dan Pengelolaan

Bantuan Bencana

5. Peraturan Presiden No 8 Tahun

2008

Badan Nasional Penanggulangan

Bencana (BPBN)

62 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2008 Tentang Pendanaan dan

Pengelolaan Dana Bantuan Bencana Pasal 3

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/54367/3/BAB II.pdfyang memusat b.) Sistem Administrasi yang telah ketinggalan zaman c.) Pembengkakan Birokrasi d.)Kompleksitas

45

Anggaran Bencana yang telah ditetapkan di APBN ataupun APBD

memerlukan alokasi yang efektif dan efisien. Untuk mengelola anggaran sehingga

mampu digunakan secara efektif dan efisien, maka pemerintah harus megetahui

besar kerugian dari bencana tersebut. Jika pemerintah telah mengetahui besar

keruhiam, maka akan lebih mudah dalam penyusunan Anggaran Bencana.

Responsibilitas Pengelolaan anggaran dapat terjadi jika Anggaran tersebut

digunakan sesuai dengan anggaran yang ditetapkan. Pemerintah Daerah atau pihak

yang terlibat mampu mempertanggungjawabkan anggaran yang dikelola.

Dikarenakan saat ini anggaran telah diberikan secara non tunai atau secara debit

melalui rekening. Sehingga pertanggungjawaban dapat lebih mudah karena data

anggaran dapat disusun dengan rapi.

2.2.3 Rehabilitasi dan Rekostruksi Pasca Bencana

2.2.3.1 Rehabilitasi Pasca Bencana

Upaya rehabilitsi paca bencana ialah perbaikan dan pemulihan semua aspek

pelayanan publik atau masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah

pasca bencana dengan sasaran utama untuk normlisasi atau atau berjalannya secara

wajar semua aspek pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada wilayah pasca

bencana63. Upaya rehabilitasi menjadi faktor penting dalam pemulihan pasca

bencana, karena adanya perbedaan kondisi masyarakat pra bencana dan pasca

bencana.

Tahap rehabilitasi, dilakukan dengan perbaikan kembali keadaan sosial dan

ekonomi masyarakat. Pasca Bencana masyarakat yang merasa trauma akan diobati

63 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana Pasal 1

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/54367/3/BAB II.pdfyang memusat b.) Sistem Administrasi yang telah ketinggalan zaman c.) Pembengkakan Birokrasi d.)Kompleksitas

46

melalui kegiatan trauma healing. Dalam kegiatan Trauma Healing ini, bukan hanya

untuk anak-anak, melainkan untuk orang dewasa juga ikut dalam kegiatan trauma

helaing ini.

Kegiatan rehabilitasi berdasarkan Undang-Undang No 24 Tahun 2007

mencakup perbaikan lingkungan daerah bencana, perbaikan saranan dan prasarana

umum, pemulihan psikologi masyarakat, pelayanan kesehatan dan lainnya.

Penelitian ini memfokuskan pada sektor permukiman dimana pada tahap

Rehabilitasi pasca gempa bumi di Kabupaten Sumbawa termasuk perbaikan rumah

rusak ringan dan rumah rusak sedang dikarenakan rumah rusak sedang dan ringan

dapat diperbaiki dan ditempati kembali.

2.2.3.2 Rekonstruksi Pasca Bencana

Rekonstruksi ialah pembangunan kembali sarana dan prasarana,

kelembagaan pada wilayah pasca bencana, baik pada tingkat pemerintahan juga

pada tingkat masyarakat dengan sasaran utama tumbuh berkembangnya kegiatan

eknomi, sosial dan budaya, dan bangkitnya peran serta masyarakat dalam segala

aspek kehidupan masyarakat di wilayah pasca bencana64

Proses rekonstruksi akan mempercepat kembalinya aktivitas masyarakat

pasca bencana. Dengan adanya pembangunan dan perbaikan sarana dan prasarana

dalam setiap aspek kehidupan. Seperti kembalinya pelayanan publik yang

maksimal, kegiatan belajar mengajar dan aktivitas sosial lainnya.

Pada tahap rekonstruksi pasca bencana gempa bumi di Kabupaten Sumbawa,

termasuk didalam perbaikan rumah rusak berat. Rumah rusak berat tidak dapat ditinggali

64 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana Pasal 1

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/54367/3/BAB II.pdfyang memusat b.) Sistem Administrasi yang telah ketinggalan zaman c.) Pembengkakan Birokrasi d.)Kompleksitas

47

dan memerlukan waktu didalam perbaikan. Perbaikan rumah rusak berat akan dimulai

dari awal dikarenakan konstruksi bangunan yang telah hancur.

Tahap rehabilitasi dan rekonstruksi, menjadi tugas dan tanggung jawab

Pemerintah Daerah berserta BPBD sebagai badan yang mengatur penyelenggaraan

penanggulangan bencana. Adapun model perbaikan pasca bencana menurut Nor

Cholis Majid dibagi menjadi 3 Periode, yaitu :

Tabel 2.3

Periode Perbaikan Pasca Bencana65

No Periode Jenis Kerugian Kegiatan

1. Pertama Langsung Adapun perbaikan yang diakibatkan

kerugian secara lansung seperti perbaikan

rumah yang hancur ataupun rusak,

perbaikan sarana dan prasarana untuk

kegiatan pelayanan publik dan perbaikan

akses jalan seperti jalan raya dan

insfastruktur lainnya

2. Kedua Tidak Langsung Adanya akibat dari kerusakan langsung

seperti rumah rusak dan sarana prasaranan

yang rusak mengakibatkan lumpuhnya

aktivitas sosial ataupun perekonomian

masyarakat.

3. Ketiga Pembersihan dan

Perbaikan

Sarana dan Prsarana yang rusak perlu

untuk diperbaiki segera. Dalam periode

ini diperlukan peningkatan barang-barang

dalam pemulihan kembali seperti

makanan siap saji, kebutuhan pokok dan

bahan material dalam proses

pembangunan

Pada tahap Rehabilitasi dan Rekonstruksi pasca gempa bumi di Provinsi Nusa

Tenggara Barat, maka dikeluarkan Instruksi Presiden No 5 Tahun 2018 Tentang

Percepatan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca Gempa Bumi di Provinsi Nusa

65Madjid, Nor Cholis.”Analisis Metode Penghitungan dan Alokasi Anggaran Bencana

Alam”.SNKN 2018. Simposium Nasional Keuangan Negara 11 November di Jakarta. Hal 1054

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/54367/3/BAB II.pdfyang memusat b.) Sistem Administrasi yang telah ketinggalan zaman c.) Pembengkakan Birokrasi d.)Kompleksitas

48

Tenggara Barat. Inpres yang dikeluarkan agar tahap rehabilitasi dan rekonstruksi

dilaksanakan dengan secepat mungkin demi kesejahteraan masyarakat.

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/54367/3/BAB II.pdfyang memusat b.) Sistem Administrasi yang telah ketinggalan zaman c.) Pembengkakan Birokrasi d.)Kompleksitas

49

2.3 Kerangka Teori

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Responsibilitas Pengelolaan

Anggaran Penanggulangan

Bencana

1. Anggaran di APBD yang

tidak memadai

Badan Penangulangan

Bencana Daerah (BPBD)

Kabupaten Sumbawa

2. Pengelolaan Dana dari

BNPB

Responsibility as

accountability

Responsibility as

accountability

1. Perencanaan

2. Pendanaan

3. Pengelolaan

Responsibility

as obligation Responcibility

as cause