BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Olahraga Sepak Bola II.pdfsebelas orang pemain inti dan sebagian pemain...

33
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Olahraga Sepak Bola Sepak bola adalah cabang olahraga yang menggunakan bola terbuat dari bahan kulit dan dimainkan oleh dua tim yang masing-masing beranggotakan sebelas orang pemain inti dan sebagian pemain cadangan. Sepak bola adalah olahraga yang paling populer di dunia karena memasuki abad ke-21 olahraga ini dimainkan lebih dari 240 juta orang di 200 negara. Permainan sepak bola bertujuan mencetak gol sebanyak-banyaknya dengan memasukkan bola ke gawang lawan. Dimainkan dalam lapangan yang berbentuk persegi panjang, diatas rumput atau rumput sintetis (Nonalisa, 2013). Tim yang mencetak gol paling banyak pada akhir pertandingan adalah pemenangnya. Jika waktu pertandingan telah berakhir tetapi skor masih imbang maka dapat dilakukan undian, perpanjangan waktu maupun adu pinalti, tergantung dari format penyelenggaraan kejuaraan (Nonalisa, 2013). Peraturan pertandingan secara umum diperbaharui setiap tahunnya oleh FIFA, yang juga menyelenggarakan kejuaraan piala dunia setiap 4 tahun sekali (Nonalisa, 2013). 2.1.1 Otot yang Berperan dalam Olahraga Sepak Bola Dalam olahraga sepak bola tidak hanya melibatkan satu kelompok otot saja. Adapun otot yang terlibat adalah otot-otot tungkai bawah untuk menendang,

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Olahraga Sepak Bola II.pdfsebelas orang pemain inti dan sebagian pemain...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Olahraga Sepak Bola II.pdfsebelas orang pemain inti dan sebagian pemain cadangan. Sepak bola adalah olahraga yang paling populer di dunia karena memasuki

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Olahraga Sepak Bola

Sepak bola adalah cabang olahraga yang menggunakan bola terbuat dari

bahan kulit dan dimainkan oleh dua tim yang masing-masing beranggotakan

sebelas orang pemain inti dan sebagian pemain cadangan. Sepak bola adalah

olahraga yang paling populer di dunia karena memasuki abad ke-21 olahraga ini

dimainkan lebih dari 240 juta orang di 200 negara. Permainan sepak bola

bertujuan mencetak gol sebanyak-banyaknya dengan memasukkan bola ke

gawang lawan. Dimainkan dalam lapangan yang berbentuk persegi panjang,

diatas rumput atau rumput sintetis (Nonalisa, 2013).

Tim yang mencetak gol paling banyak pada akhir pertandingan adalah

pemenangnya. Jika waktu pertandingan telah berakhir tetapi skor masih imbang

maka dapat dilakukan undian, perpanjangan waktu maupun adu pinalti,

tergantung dari format penyelenggaraan kejuaraan (Nonalisa, 2013).

Peraturan pertandingan secara umum diperbaharui setiap tahunnya oleh

FIFA, yang juga menyelenggarakan kejuaraan piala dunia setiap 4 tahun sekali

(Nonalisa, 2013).

2.1.1 Otot yang Berperan dalam Olahraga Sepak Bola

Dalam olahraga sepak bola tidak hanya melibatkan satu kelompok otot

saja. Adapun otot yang terlibat adalah otot-otot tungkai bawah untuk menendang,

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Olahraga Sepak Bola II.pdfsebelas orang pemain inti dan sebagian pemain cadangan. Sepak bola adalah olahraga yang paling populer di dunia karena memasuki

8

berlari, bergerak dari sisi ke sisi, dan juga menggunakan otot-otot pada lengan dan

otot-otot core atau inti (Danielle, 2009). Peran otot tungkai bawah sangatlah

dominan disetiap gerakan dalam olahraga sepak bola diantaranya dalam

pergerakan utama otot yang berperan adalah musculus quadriceps femoris dan

musculus tibialis anterior, tibialis posterior dipakai dalam gerakan menendang.

Musculus bicep femoris dan musculus quadriceps femoris dipakai pada gerakan

menendang, berlari dan bertahan. musculus bicep femoris dipakai saat melakukan

shooting, lari dan bertahan. Dalam pergerakan antagonis musculus bicep femoris

terjadi pemendekan otot dan musculus quadriceps femoris terjadi pemanjangan

otot. Dalam pergerakan sinergis pada gerakan menendang, menahan dan

menggiring bola otot yang berperan yaitu musculus gluteus maximus, musculus

quadriceps femoris, musculus bicep femoris, semitendinosus dan

semimembranosus, musculus tibialis anterior dan tibialis posterior. Pergerakan

stabilitas otot yang berperan adalah musculus testor fascia latae, musculus

gastrocnemius, musculus tibiatis anterior dan tibialis posterior (Irpan, 2011).

2.1.2 Kajian Anatomi Otot Tungkai Bawah

Daerah tungkai memiliki beberapa grup otot besar yang dapat memberikan

kontribusi terhadap kekuatan otot tungkai khususnya saat menendang, berlari dan

bergerak dari sisi ke sisi dalam permainan sepak bola. Pada saat melakukan

gerakan tersebut dibutuhkan gerakan fleksi kearah ekstensi knee, gerakan

dorsofleksi kearah plantarfleksi ankle dan gerakan fleksi hip kearah ekstensi hip.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Olahraga Sepak Bola II.pdfsebelas orang pemain inti dan sebagian pemain cadangan. Sepak bola adalah olahraga yang paling populer di dunia karena memasuki

9

Gerakan-gerakan tersebut membutuhkan aksi otot ekstensor hip, ekstensor knee

dan plantarfleksor ankle. Beberapa grup otot besar yang terlibat adalah:

1. Group Otot Ekstensor Knee dan Fleksor Hip (Quadriceps Femoris)

Otot quadriceps femoris adalah salah satu otot rangka yang terdapat

pada bagian depan paha manusia. Otot ini mempunyai fungsi dominan

ekstensi pada knee (Watson, 2002). Otot quadriceps terdiri atas empat otot,

yaitu:

Gambar 2.1 Group otot quadriceps femoris (Watson, 2002).

a. Otot Rectus Femoris

Terletak paling superfisial pada facies ventalis berada diantara

otot quadriceps yang lain yaitu otot vastus lateralis dan medialis.

Berorigo pada Spina Illiaca Anterior Inferior (caput rectum) dan

pada os ilium di cranialis acetabulum (caput obliquum) dan

mengadakan insersio pada tuberositas tibia dengan perantaran

ligamentum patellae. Otot ini digolongkan ke dalam otot tipe 1

(Watson, 2002).

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Olahraga Sepak Bola II.pdfsebelas orang pemain inti dan sebagian pemain cadangan. Sepak bola adalah olahraga yang paling populer di dunia karena memasuki

10

b. Otot Vastus Lateralis

Tipe otot ini adalah otot tipe II yang berada pada sisi lateral

yang mengadakan perlekatan pada facies ventro lateral trochanter

major dan labium lateral linea aspera femoris (Watson, 2002).

c. Otot Vastus Medial

Melekat pada labium medial linea aspera (dua pertiga bagian

bawah) dan termasuk otot tipe II (Watson, 2002).

d. Otot Vastus Intermedius

Mengadakan perlekatan pada facies ventro-lateral corpus

femoris juga merupakan otot tipe II (Watson, 2002).

2. Grup Otot Fleksor knee dan Ekstensor Hip (Hamstring)

Hamstring merupakan otot paha bagian belakang yang berfungsi

sebagai fleksorknee dan ekstensor hip. Secara umum hamstring bertipe otot

serabut otot tipe II (Watson, 2002). Hamstring terbagi atas tiga otot yaitu:

Gambar 2.2 Group otot hamstring (Watson, 2002).

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Olahraga Sepak Bola II.pdfsebelas orang pemain inti dan sebagian pemain cadangan. Sepak bola adalah olahraga yang paling populer di dunia karena memasuki

11

a. Otot Biceps Femoris

Mempunyai dua buah caput. Caput longum dan breve, caput

longum berorigo pada pars medialis tuber Ichiadicum dan M.

semitendinosus sedangkan caput breve berorigo pada labium

lateral linea aspera femoris, insersio otot ini pada capitulum fibula

(Watson, 2002).

b. Otot Semitendinosus

Otot ini berorigo pada pars medialis tuber ichiadicum dan

berinsersio pada facies medialis ujung proximaltibia (Watson,

2002).

c. Otot Semimembranosus

Melekat di sebelah pars lateralis tuber ichiadicum turun ke

arah sisi medial regio posterior femoris dan berinsersio pada facies

posterior condylus medialis tibia (Watson, 2002).

3. Grup Otot Plantarfleksor Ankle

Gambar 2.3 Group otot plantarfleksor ankle (Watson, 2002).

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Olahraga Sepak Bola II.pdfsebelas orang pemain inti dan sebagian pemain cadangan. Sepak bola adalah olahraga yang paling populer di dunia karena memasuki

12

a. Otot Gastrocnemius

Otot ini merupakan serabut otot fast-twitch yang sangat kuat

untuk plantarfleksi kaki pada ankle joint. Otot gastrocnemius

merupakan otot yang paling superfisial pada dorsal tungkai dan

terdiri dari dua caput pada bagian atas calf. Dua caput tersebut

bersamaan dengan soleus membentuk triceps surae. Bagian lateral

dan medial otot masih terpisah satu sama lain sejauh memanjang

kebawah pada middle dorsal tungkai. Kemudian menyatu dibawah

membentuk tendon yang besar yaitu tendon Achilles (Hamilton,

2002).

b. Otot Soleus

Seperti otot gastrocnemius, otot soleus berfungsi pada gerakan

plantarfleksi kaki pada ankle joint. Otot ini terletak di dalam

gastrocnemius, kecuali di sepanjang aspek lateral dari ½ bawah

calf, di mana bagian lateral soleus terletak pada bagian atas dari

tendon calcaneus. Serabut otot soleus masuk kedalam tendon

calcaneal dalam pola bipenniform. Otot ini dominan memiliki

serabut slow-twitch (Hamilton, 2002).

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Olahraga Sepak Bola II.pdfsebelas orang pemain inti dan sebagian pemain cadangan. Sepak bola adalah olahraga yang paling populer di dunia karena memasuki

13

4. Group Otot Dorsifleksor Ankle

Gambar 2.4 Group otot dorsifleksor ankle (Watson, 2002).

a. Tibialis Anterior

Otot ini terletak di sepanjang permukaan anterior tibia dari

condylus lateral kebawah pada aspek medial regio tarsometatarsal.

Sekitar ½ sampai 2/3 kebawah tungkai otot ini menjadi tendinous.

Tendon berjalan didepan malleolus medial sampai pada cuneiform

pertama. Otot ini berperan dalam gerakan dorsifleksi ankle dan

kaki, serta supinasi (inversi dan adduksi) tarsal joint ketika kaki

dorsifleksi. Dalam penelitian EMG, otot ini ditemukan aktif pada ½

orang yang berdiri bebas dan ketika dalam posisi forward lean

(Hamilton, 2002).

b. Extensor Digitorum Longus

Otot ini memanjang pada empat jari-jari kaki. Otot ini juga

berperan pada gerakan dorsifleksi ankle joint dan tarsal joint serta

membantu eversi dan abduksi kaki. Otot ini berbentuk penniform,

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Olahraga Sepak Bola II.pdfsebelas orang pemain inti dan sebagian pemain cadangan. Sepak bola adalah olahraga yang paling populer di dunia karena memasuki

14

terletak di lateral dari tibialis anterior pada bagian atas tungkai dan

lateral dari extensor hallucis longus pada bagian bawahnya. Tepat

didepan ankle joint tendon ini membagi empat tendon pada

masing-masing jari-jari kaki (Hamilton, 2002).

c. Extensor Hallucis Longus

Otot ini berperan dalam gerakan ekstensi dan hiperekstensi ibu

jari kaki. Otot extensor hallucis longus juga berperan pada gerakan

dorsifleksi ankle dan tarsal joint. Seperti otot diatas, otot ini juga

berbentuk penniform. Pada bagian atas otot ini terletak di dalam

tibialis anterior dan extensor digitorum longus, tetapi sekitar ½

bawah tungkai tendon ini menyebar diantara dua otot tersebut di

atas sehingga otot ini menjadi superfisial. Setelah mencapai ankle

tendonnya ke arah medial melewati permukaan dorsal kaki sampai

pada ujung ibu jari kaki (Hamilton, 2002).

2.1.3 Fisiologi Otot Rangka

Karakteristik otot rangka secara fisiologis ada 4 aspek yaitu: contractility

yaitu kemampuan otot untuk mengadakan respon (memendek) bila dirangsang

(otot polos 1/6 kali; otot rangka 1/10 kali). Exstensibility (distensibility) yaitu

kemampuan otot untuk memanjang bila otot ditarik atau ada gaya yang bekerja

pada otot tersebut bila otot rangka diberi beban. Elasticity yaitu kemampuan otot

untuk kembali ke bentuk dan ukuran semula setelah mengalami exstensibility atau

distensibility (memanjang) atau contractility (memendek). Exsitability

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Olahraga Sepak Bola II.pdfsebelas orang pemain inti dan sebagian pemain cadangan. Sepak bola adalah olahraga yang paling populer di dunia karena memasuki

15

electricyaitu kemampuan untuk merespon terhadap rangsangan tertentu dengan

memproduksi sinyal-sinyal listrik disebut tindakan potensi (Tortora dan

Derrickson, 2009).

Otot rangka memperlihatkan kemampuan berubah yang besar dalam

memberi respon terhadap berbagai bentuk latihan (Sudarsono, 2009). Beberapa

unit organ tubuh akan mengalami perubahan akibat dilakukan pelatihan. Latihan

pliometrik akan meningkatkan diameter myofibrialir otot. (Nala, 2011). Dengan

latihan yang teratur, akan memberikan beberapa efek positif terhadap otot, bahkan

perubahan adaptif jangka panjang dapat terjadi pada serat otot, yang

memungkinkan untuk respon lebih efisien terhadap berbagai jenis kebutuhan pada

otot (Wiarto, 2013).

2.1.4 Sistem Energi Otot

Dalam melakukan aktivitas, otot berkontraksi dan untuk mempertahankan

hidup perlu energi. Energi yang diperoleh dari makanan ini tidak dapat langsung

digunakan, tetapi energi pada bahan makanan tersebut diubah menjadi energi

kimia yang berbentuk ATP. Adapun rumus bangun ATP itu terdiri dari satu

komponen yang komplek, adenosine dan tiga bagian susunan Phophate. Seperti

terlihat pada gambar :

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Olahraga Sepak Bola II.pdfsebelas orang pemain inti dan sebagian pemain cadangan. Sepak bola adalah olahraga yang paling populer di dunia karena memasuki

16

Gambar 2.5 Rumus bangun ATP (Fox, et al.,1988)

Hubungan antara kedua fosfat yang terakhir merupakan hubungan yang

berenergi tinggi. Yang dimaksud disini adalah apabila hubungan tersebut dilepas

maka akan mengeluarkan energi yang tinggi. ATP dan Pi, maka sejumlah energi

akan keluar. Seperti pada gambar :

Gambar 2.6 Rumus bangun ATP (Fox, et al.,1988)

Satu senyawa dari phosphate terurai dari molekul induknya, maka akan

keluar energi sebesar 7-12 kcal (Fox et al., 1988). Pecahnya molekul ATP hanya

dapat dibantu oleh enzim yang disebut ATPase. Energi yang digunakan oleh otot

pada saat istirahat seluruh tubuh hanya sebanyak 1,3 kcal setiap menitnya dan

digunakan oleh otot adalah 0,26 kcal/menit. Sedangkan dalam 1 sampai 2 menit

kebutuhan energi meningkat sehingga 35 kcal/menit. Kira-kira meningkatkan 120

kali dari saat istirahat (3,68). Maka kebutuhan ATP juga akan besar. Pada hal

ATP yang tersedia dalam otot hanya 4 sampai 6 milimol/kg otot (Fox, et

al.,1988).

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Olahraga Sepak Bola II.pdfsebelas orang pemain inti dan sebagian pemain cadangan. Sepak bola adalah olahraga yang paling populer di dunia karena memasuki

17

Kalau aktivitas itu berlangsung terus menerus maka ATP yang tersedia

hanya dapat digunakan selama 3 detik. Sehingga harus ada mekanisme untuk

memenuhi kebutuhan energi, mekanisme ini dikenal sebagai resistesa ATP dari

ADP dan Pi. Menurut Fox et al., (1988), ada 3 proses untuk memproduksi ATP

yaitu :

1. Sistem ATP-PC (Phosphagen). Dalam sistem ini resintesa ATP hanya

berasal dari suatu persenyawaan phosphocreatine (PC)

2. Sistem Glkolisis Anaerobic atau Asam Laktat. Sistem ini menyediakan

ATP dari sebagian pemecahan glukosa atau glikogen

Sistem oksigen (Aerobic System). Sistem ini terdiri dari dua bagian.

Bagian A merupakan penyelesaian dari oksidasi karbohidrat. Bagian B merupakan

penyelesaian dari oksidasi lemak. Kedua sistem ini perjalanannya terakhir

oksidasinya melalui siklus kreb’s.

2.2 Pelatihan Fisik

Kondisi fisik merupakan suatu proses sistematis dari suatu pengulangan,

suatu kinerja progresif yang juga menyangkut proses belajar serta memiliki tujuan

untuk memperbaiki sistem dan fungsi dari organ tubuh agar penampilan atlet

mencapai optimal (Bompa, 1993). Pelatihan fisik harus diprogramkan sedemikian

rupa secara kontinyu dan meningkat sehingga kondisi tubuh atlet meningkat

ketahanan dan kesegarannya dalam mempersiapkan diri dalam suatu pertandingan

(Jerver, 2005).

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Olahraga Sepak Bola II.pdfsebelas orang pemain inti dan sebagian pemain cadangan. Sepak bola adalah olahraga yang paling populer di dunia karena memasuki

18

Dengan demikian, pelatihan merupakan gerakan fisik dan aktivitas mental

yang dilakukan secara sistematis dan berulang-ulang (repetitif) dalam jangka

waktu (durasi) lama, dengan pembebanan yang meningkat secara progresif dan

individual, yang bertujuan untuk memperbaiki sistem serta fungsi fisiologis dan

psikologis tubuh agar pada waktu melakukan aktivitas olahraga dapat mencapai

penampilan yang optimal (Nala, 2011).

2.2.1 Prinsip-Prinsip Pelatihan

Prinsip-prinsip latihan merupakan bagian dari seluruh konsep dan tidak

dapat dilihat secara sempit saja, namun demikian prinsip latihan sering juga

dilihat secara terpisah untuk memahami konsep-konsep dasarnya dan pemakaian

secara tepat prinsip-prinsip pelatihan akan menghasilkan program latihan yang

superior dan proses latihan yang bagus bagi atlet (Bompa, 1999).

Prinsip-prinsip dasar pelatihan diuraikan oleh Nala (2011), terdiri dari

tujuh prinsip yaitu:

1. Prinsip Aktif dan Bersungguh-Sungguh

Prinsip ini bertujuan untuk mencapai hasil yang maksimal dalam suatu

penelitian sehingga atlet dituntut untuk selalu bertindak aktif dan

mengikuti pelatihan dengan bersungguh-sungguh tanpa ada paksaan.

2. Prinsip Pengembangan Multilateral

Sebelum pelatihan mengarah kepada spesifikasi hendaknya dibekali

terlebih dahulu pelatihan dasar-dasar kebugaran badan dan komponen

biomotorik. Selain itu dikembangkan pula seluruh organ dan sistem yang

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Olahraga Sepak Bola II.pdfsebelas orang pemain inti dan sebagian pemain cadangan. Sepak bola adalah olahraga yang paling populer di dunia karena memasuki

19

ada dalam tubuh, baik yang menyangkut proses fisiologis maupun

psikologisnya.

3. Prinsip Spesialisasi dalam Pelatihan

Setelah pelatihan pengembangan multilateral dilatih, dilanjutkan

dengan pengembangan khusus atau spesialisasi sesuai dengan cabang

olahraga yang dilatih. Pelatihan spesialisasi baru dimulai setelah

disesuaikan dengan umur yang cocok untuk cabang olahraga yang dipilih

oleh anak atau atlet bersangkutan.

4. Prinsip Pelatihan Individualisasi atau perorangan

Setiap orang mempunyai kemampuan, potensi, karakter belajar dan

spesifikasi dalam olahraga, yang berbeda satu sama lainnya, sehingga cara

pelatihannya pun berbeda.

5. Prinsip Variasi dalam Pelatihan

Pelatihan yang bersifat monoton dan dilakukan secara terus-menerus

akan membosankan. Untuk menghindari hal tersebut maka dalam

pelaksanaan pelatihan perlu dibuatkan variasi pelatihan, tentunya

mempunyai tujuan yang sama yaitu tetap mengacu pada tujuan pelatihan

dan tidak keluar dari program pelatihan yang ditetapkan, sehingga atlet

tetap bergairah dan semangat dalam berlatih.

6. Prinsip Menggunakan Model Pelatihan

Model yang dimaksud dalam pelatihan ini adalah suatu simulasi dari

kenyataan yang dibuat dari elemen atau unsur spesifik dari fenomena yang

diamati mendekati keadaan sebenarnya.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Olahraga Sepak Bola II.pdfsebelas orang pemain inti dan sebagian pemain cadangan. Sepak bola adalah olahraga yang paling populer di dunia karena memasuki

20

7. Prinsip Peningkatan Beban Progresif

Beban pelatihan dimulai dengan beban awal yang ringan, kemudian

ditingkatkan secara bertahap disesuaikan dengan kemampuan atlet

bersangkutan, makin lama semakin berat atau dapat diawali dengan

gerakan sederhana kemudian ditingkatkan menjadi gerakan yang semakin

rumit.

2.2.2 Pengaruh Pelatihan Fisik

Apabila pelatihan dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip pelatihan,

tentunya akan menyebabkan perubahan- perubahan, baik fisik maupun mental.

Perubahan-perubahan pada tubuh meliputi perubahan sentral dan perubahan

perifer yaitu :

a) terjadi hipertropi otot;

b) perubahan biokimia dalam otot skelet;

c) perubahan sistem pernafasan;

d) terjadi perubahan ratio otot putih atau otot cepat (fast-switch) dan otot

merah atau otot lambat (slow-switch); dan

e) terjadi perubahan pada sistem kardiorespirasi (Fox et al., 1993).

2.3 Pliometrik

2.3.1 Pengertian dan Tujuan Pelatihan Pliometrik

Plyometric berasal dari bahasa Yunani yang akar katanya adalah plyo dan

metric. Plyo bermakna tambah atau lagi dan metric berarti ukuran. Dengan

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Olahraga Sepak Bola II.pdfsebelas orang pemain inti dan sebagian pemain cadangan. Sepak bola adalah olahraga yang paling populer di dunia karena memasuki

21

demikian plyometric diartikan sebagai measurable increases atau peningkatan

yang dapat diukur (Chu, 1992). Beberapa definisi pliometrik dapat dikemukakan

sebagai berikut :

a) Arga (2008), Plyometric adalah latihan-latihan atau ulangan yang

bertujuan menghubungkan gerakan kecepatan dan kekuatan untuk

menghasilkan gerakan-gerakan eksplosif.

b) Radcliffe dan Ferentinos (1985), membedakan tiga kelompok latihan

pliometrik, yakni: 1) latihan untuk anggota gerak bawah; 2) latihan untuk

batang tubuh; 3) latihan untuk anggota gerak atas. Latihan untuk anggota

gerak bawah terdiri dari latihan-latihan: bounds hops, jump, leaps, skips,

ricichets. Jadi pada prinsipnya plyometric adalah suatu latihan yang

memiliki ciri khusus, yaitu kontraksi otot yang sangat kuat merupakan

respon dan pembebanan dinamik atau regangan yang cepat dari otot-otot

yang terlibat. Dengan nama lain: reflek regangan atau reflek miotatik atau

reflek pilihan otot.

c) Menurut Chu (1992), pliometrik terdiri dari: jumping – in – place,

bounding, box drills dan deep jumps. Sehingga tujuan latihan pliometrik

adalah latihan yang memungkinkan otot untuk mencapai kekuatan

maksimal dalam waktu yang sesingkat mungkin.

Definisi yang dikemukakan tersebut pada prinsipnya adalah sama. Pliometrik

merupakan salah satu metode latihan yang diperlukan untuk meningkatkan muscle

explosive power.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Olahraga Sepak Bola II.pdfsebelas orang pemain inti dan sebagian pemain cadangan. Sepak bola adalah olahraga yang paling populer di dunia karena memasuki

22

2.3.2 Mekanisme dan Fisiologi Latihan Pliometrik

Latihan pliometrik membantu meningkatkan kekuatan eksplosif dan

kecepatan pada jaringan otot fast twitch. Latihan ini memanfaatkan sifat stretch-

recoil yang melekat pada otot (misalnya, kontraksi eksentrik terjadi saat otot

memanjang) (Whyte dan Godfrey, 2006). Gerakan pliometrik dapat dibagi

menjadi tiga fase, (Whyte dan Godfrey, 2006) yaitu:

1. Fase pemanjangan (kontraksi eksentrik)

2. Fase amortization

3. Fase take off (kontraksi konsentrik)

Selama fase pemanjangan, otot menghasilkan tegangan seperti per yang

diregangkan. Tipe kontraksi ini disebut kontraksi eksentrik. Selama kontraksi

eksentrik, tegangan terbangun di dalam otot. Fase amorrtization adalah fase saat

dimulainya fase pemanjangan hingga awal dari fase take-off. Ini adalah fase

terpenting saat melakukan latihan pliometrik. Selama fase ini berlangsung, otot

harus merubah tegangan muskular yang dihasilkan selama fase pemanjangan

menjadi percepatan selama fase take-off berlangsung. Sifat elastis yang melekat di

dalam otot dan reflek neuromuskular (stretch reflex) bertanggung jawab untuk

perubahan tersebut. Take-off terjadi melalui kontraksi konsentrik dari otot. Selama

fase ini, otot mengalami pemendekan saat berkontraksi.

Terdapat tiga teori yang menjelaskan tentang peningkatan kekuatan otot

melalui latihan pliometrik. Yang pertama, peregangan yang cepat dari otot agonis

mengaktivasi muscle spindle yang menyebabkan peningkatan laju neuron sensoris

yang berhubungan dengan rantai nuclear intrafusal dan kantung serat otot (Kolt

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Olahraga Sepak Bola II.pdfsebelas orang pemain inti dan sebagian pemain cadangan. Sepak bola adalah olahraga yang paling populer di dunia karena memasuki

23

dan Mackler, 2007). Peningkatan laju saraf sensoris menyebabkan peningkatan

kontraksi otot agonis dan sinergis dengan alpha motor neuron melalui

monosynaptic spinal reflex yang memicu peningkatan kontraksi otot secara

menyeluruh (Kolt dan Mackler, 2007).

Teori yang ke dua mengemukakan penurunan sensitivitas Golgi Tendon

Organ (GTO) untuk meregang. GTO berada di dalam tendon otot, diaktivasi oleh

tegangan di dalam otot. GTO memberikan mekanisme protektif dengan

menghambat produksi kekuatan agonis ketika tegangan mencapai level yang

dapat merusak otot. Latihan pliometrik diketahui dapat mengurangi sensasi dari

GTO, yang pada akhirnya mampu memproduksi kekuatan dengan meminimalisir

penghambatan kekuatan agonis (Bosco dan Komi dalam Kolt dan Mackler, 2007).

Teori yang ketiga berdasarkan pada adaptasi neuromuskular. Antara

kontraksi eksentrik dan konsentrik biasanya memilki rentang waktu tertentu.

Melalui latihan pliometrik maka transisi antara kontraksi eksentrik menuju

konsentrik dapat diminimalisir, waktu reaksi antara impuls saraf dan kontraksi

otot dapat dikurangi dan dapat memperkuat lebih banyak motor unit (Chu dalam

Kolt dan Mackler, 2007).

Berdasarkan teori tersebut dapat disimpulkan bahwa secara fisiologis

latihan pliometrik meningkatkan kekuatan otot melalui proses adaptasi yang

berkesinambungan pada sistem neuromuskuloskeletal.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Olahraga Sepak Bola II.pdfsebelas orang pemain inti dan sebagian pemain cadangan. Sepak bola adalah olahraga yang paling populer di dunia karena memasuki

24

2.3.3 Pedoman Latihan

Sebuah hasil latihan yang maksimal harus memiliki prinsip latihan. Tanpa

adanya prinsip atau patokan yang harus diikuti oleh semua pihak yang terkait,

mulai dari perencanaan, pelaksanaan, sampai pada evaluasi pelatihan akan sulit

mencapai hasil yang maksimal (Nala, 2011).

Latihan pliometrik harus disesuaikan dengan karakteristik individu dan

menyesuaikan dengan aktivitas yang akan dilatih. Tekanan yang lebih besar akan

dialami oleh otot, sendi dan jaringan penghubung pada individu yang lebih

gemuk. Individu yang memiliki berat berlebih (lebih berat dari 90 Kg),

seharusnya tidak melakukan latihan pliometrik intensitas tinggi. Individu dengan

riwayat cedera juga sebaiknya mendapat persetujuan dokter untuk melakukan

latihan ini (Deuster et al., 2007).

Dalam latihan pliometrik, pedoman latihan yang harus diperhatikan antara

lain:

a) Frekuensi dan Lamanya Latihan

Frekuensi adalah jumlah latihan yang dilakukan per minggu atau

kekerapan latihan per minggu (Nala, 2011). Frekuensi latihan untuk

mengembangkan komponen kekuatan otot, jika dilakukan tujuh kali

seminggu dianggap densitasnya terlalu tinggi. Menurut Deuster et al.

(2007), untuk latihan pliometrik, rentangnya biasanya dilakukan satu

hingga tiga kali per minggu. Menurut Kolt dan Mackler (2007), latihan

pliometrik sering dilakukan dua kali per minggu, dengan waktu 48 jam

sebagai periode istirahat dan recovery.

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Olahraga Sepak Bola II.pdfsebelas orang pemain inti dan sebagian pemain cadangan. Sepak bola adalah olahraga yang paling populer di dunia karena memasuki

25

Lamanya latihan adalah berapa minggu atau berapa bulan program

tersebut dijalankan sehingga memperoleh kondisi yang diharapkan

(Widhiyanti, 2013). Peningkatan otot rangka sudah Nampak apabila

dilakukan pelatihan minimal 4–6 minggu (Kanca dalam Widhiyanti,

2013). Latihan pliometrik dapat menunjukkan adaptasi yang signifikan

dengan latihan selama empat minggu (Rezaimanesh et al., 2011).

Dengan berbagai pertimbangan teoritis, maka dalam penelitian ini

latihan dilakukan tiga kali sesi pertemuan dalam satu minggu, dengan

diberi jeda waktu tidak lebih dari 48 jam. Latihan dilaksanakan selama

empat minggu.

b) Intensitas

Intensitas pada latihan pliometrik adalah level tekanan yang

diterima oleh sistem neuromuskular, jaringan penghubung dan sendi. Hal

tersebut tergantung pada tipe latihan yang dilakukan. Intensitas selalu

diukur dengan tingkat kesulitan gerakan. Semakin sulit gerakan,

intensitasnya semakin tinggi. Beberapa guideline dalam latihan

pliometrik dapat disajikan sebagai berikut (Deuster et al., 2007):

Lompatan vertikal lebih stressfull daripada lompatan horisontal

Mendarat dengan satu kaki lebih stressfull daripada mendarat

dengan dua kaki.

Semakin tinggi permukaan tanah dari tubuh maka semakin

bertenaga dan semakin stressfull latihan yang dilakukan

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Olahraga Sepak Bola II.pdfsebelas orang pemain inti dan sebagian pemain cadangan. Sepak bola adalah olahraga yang paling populer di dunia karena memasuki

26

Menambahkan beban eksternal akan meningkatkan stress pada

tubuh

c) Waktu

Waktu latihan sebaiknya pendek, tetapi berisi dan padat dengan

kegiatan–kegiatan yang bermanfaat. Waktu latihan berlangsung terlalu

lama dan terlalu melelahkan akan berbahaya karena setiap latihan akan

dipandang suatu siksaan. Hari–hari latihan berikutnya dilihat dengan

perasaan enggan dan jenuh.

d) Repetisi

Dalam prinsip latihan pliometrik, repetisi adalah jumlah ulangan

suatu latihan, sedangkan set adalah suatu rangkaian kegiatan dari satu

repetisi. Tidak ada riset yang menunjukan secara rinci aturan berkaitan

dengan set dan repetisi. Literatur lebih menganjurkan agar pelatih

menyesuaikan dengan kondisi dan tingkat keberhasilan latihan. Banyaknya

ulangan atau repetisi berkisar antara 6 sampai 10 kali dengan semakin

sedikit ulangan untuk rangkaian yang lebih berat dan lebih banyak ulangan

untuk latihan-latihan yang lebih ringan (Arga, 2008).

Peningkatan latihan dilakukan secara bertahap, yakni dengan cara

meningkatkan jumlah set dan mengurangi jeda waktu antar set setiap sesi

latihan. Dalam hal ini, penulis menentukan jumlah set dan repetisi

berdasarkan tabel berikut:

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Olahraga Sepak Bola II.pdfsebelas orang pemain inti dan sebagian pemain cadangan. Sepak bola adalah olahraga yang paling populer di dunia karena memasuki

27

Tabel 2.1. Repetisi Latihan Pliometrik (Arga, 2008)

No Tipe of Exercise Intensity No. of Rep and Set

1 Shock tension/High

reactive Jump Maximal 8-5 x 10-20

2 Drop Jump Very High 3-15 x 3-15

3 Hopping exercise High 3-15 x 5-15

4 Low Reactive Jump Moderate 10-25 x 10-25

5 Low impact jump Low 10-30 x 5-15

Berdasarkan tabel tersebut, dapat dilihat bahwa untuk high

intensity, jumlah repetisinya berkisar antara 3-15, dengan peningkatan

secara bertahap.

e) Tipe

Adapun tipe latihan pliometrik untuk tungkai adalah sebagai

berikut (Furqon dan Dowes, 2002):

1) Bounding

Gerakan bounding menekankan pada loncatan untuk

mencapai ketinggian maksimum dan juga jarak horisontal.

Bounding dilakukan dengan dua kaki atau dengan cara

bergantian.

2) Hopping

Gerakan hopping adalah gerakan yang menekankan pada

loncatan ke arah vertikal, kombinasi ke arah horisontal dan

kecepatan maksimum gerakan kaki. Hopping dilakukan dengan

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Olahraga Sepak Bola II.pdfsebelas orang pemain inti dan sebagian pemain cadangan. Sepak bola adalah olahraga yang paling populer di dunia karena memasuki

28

satu atau dua kaki. Model pelatihan hopping sesuai untuk

olahraga seperti sepak bola, karena sepak bola menuntut daya

ledak vertikal, horisontal serta kecepatan yang dipadukan

menjadi satu dalam permainannya.

3) Jumping

Dalam gerakan jumping menekankan pada ketinggian

maksimum, sedangkan komponen horisontal dan kecepatan

adalah faktor kedua. Jumping dapat dilakukan dengan satu atau

dua kaki.

4) Leaping

Gerakan leaping menekankan pada jarak horisontal dan

ketinggian maksimum. Leaping dapat dilakukan dengan satu atau

dua kaki.

5) Skipping

Skipping menekankan pada komponen ketinggian maksimal

dan memperhatikan pula jarak horisontal. Gerakan ini dilakukan

dengan melangkah-meloncat secara bergantian.

6) Ricochet

Gerakan Richocet menekankan pada kecepatan tungkai dan

gerakan kaki dengan meminimalkan jarak vertikal dan horisontal.

Latihan pliometrik lower body yang akan diteliti dalam upaya

peningkatan kecepatan lari pemain sepak bola lebih ditekankan pada gerakan

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Olahraga Sepak Bola II.pdfsebelas orang pemain inti dan sebagian pemain cadangan. Sepak bola adalah olahraga yang paling populer di dunia karena memasuki

29

hopping. Adapaun pelaksanaan depth jump dan jump to box adalah sebagai

berikut:

a) Depth Jump

Depth jump adalah metode yang paling populer dan paling efektif untuk

pengembangan power dan juga merupakan metode yang paling efektif untuk

mengembangkan kemampuan reaktif dari sistem neuromuskuler. Ketika otot

ditarik, itu mengembangkan kekuatan elastis. Ini bukan proses metabolisme, itu

adalah murni fisik. Depth jump merupakan salah satu bentuk latihan yang sangat

baik untuk membantu meningkatkan kekuatan reaktif atau eksentrik. Bahkan bisa

menjadi latihan yang bermanfaat untuk meningkatkan kecepatan lari. Tujuan dari

latihan depth jump adalah untuk meningkatkan kekuatan reaktif seorang atlet,

semakin sedikit lentur dari lutut dan semakin sedikit waktu kaki berada dalam

kontak dengan tanah akan lebih efektif. (Chu, 1992).

Depth jump membutuhkan berat tubuh atlet dan gravitasi untuk

menggunakan kekuatan yang berlawanan dengan tanah. Depth jump dilakukan

dengan melangkah keluar dari kotak dan menjatuhkan ke tanah, kemudian

berusaha untuk melompat keatas semaksimal mungkin. Depth jump memerlukan

intensitas yang ditentukan, maka seharusnya gerakan depth jump dilakukan

dengan melompat bukan melangkah diatas kotak, sebagai tambahan tinggi dan

peningkatan tekanan saat mendarat. Pengendalian ketinggian untuk mengukur

intensitas juga diperlukan asalkan tidak mengurangi manfaatnya dan gerakan ini

dilakukan secepat mungkin. Kuncinya membentuk latihan ini dan menurunkan

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Olahraga Sepak Bola II.pdfsebelas orang pemain inti dan sebagian pemain cadangan. Sepak bola adalah olahraga yang paling populer di dunia karena memasuki

30

fase amortisasi adalah untuk menekan aksi “sentuhan dan pergi” mendarat ke

tanah (Chu, 1992).

Uraian geraka depth jump adalah sebagai berikut :

Awalan : Berdiri di atas kotak atau platform, dengan kaki membuka

selebar bahu.

Pelaksanaan :

1. Lompat perlahan dari kotak ke tanah dengan mendaratkan kedua kaki

secara bersama.

2. Punggung dalam keadaan netral tidak melengkung.

3. Pandangan lurus kedepan.

4. Gunakan tangan untuk menarik dan mengayun yang berfungsi untuk

menambah kecepatan pada saat melompat.

5. Bereaksi secepat mungkin dari tanah lompat ke atas semaksimal mungkin.

Perlengkapan : Kotak atau platform setinggi 12 inci / 30 cm (Chu, 1992).

Gambar 2.7 Latihan Pliometrik Depth Jump (Natalia, 2013)

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Olahraga Sepak Bola II.pdfsebelas orang pemain inti dan sebagian pemain cadangan. Sepak bola adalah olahraga yang paling populer di dunia karena memasuki

31

Anatomi gerakan latihan pliometrik depth jump menurut Radcliffe dan Farentinos

(Tombak, 2010) yaitu:

- Fleksi paha dan ekstensi panggul melibatkan grup otot hamstring

- Ekstensi lutut dan fleksi panggul melibatkan grup otot quadriceps

- Plantarfleksi ankle, melibatkan otot gastrocnemius dan soleus

- Dorsofleksi ankle, melibatkan otot tibialis anterior, extensor digitorum

longus, extensor hallucis longus

b) Jump to box

Latihan jump to box adalah latihan meloncat ke atas kotak balok kemudian

meloncat turun kembali ke belakang seperti sikap awal dengan menggunakan

kedua tungkai bersama-sama (Chu, 1992).

Uraian geraka jump to box adalah sebagai berikut :

Awalan : Berdiri dengan posisi kaki membuka selebar pinggul.

Pelaksanaan :

1. Posisi badan menghadap ke kotak.

2. Jongkok sedikit dan langsung melompat dari tanah ke kotak.

3. Gunakan lengan ayun ganda.

4. Kaki mendarat ke kotak dengan mendaratkan kedua kaki secara bersama.

Perlengkapan : Kotak dengan tinggi 6 – 12 inci / 15 – 30 cm (Chu, 1992)

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Olahraga Sepak Bola II.pdfsebelas orang pemain inti dan sebagian pemain cadangan. Sepak bola adalah olahraga yang paling populer di dunia karena memasuki

32

Gambar 2.8 Latihan Pliometrik Jump to box (Vera, 2011)

Berdasarkan analisis anatomi, antara gerakan depth jump dan jump to box,

otot yang berperan adalah sama, namun perbedaannya, pada posisi awal saat

latihan, serta akhiran tempat mendarat kedua kaki yang memiliki ketinggian yang

berbeda.

2.4 Kecepatan

Kecepatan (gerakan) adalah kemampuan untuk mengerjakan suatu

aktivitas berulang yang sama serta berkesinambungan dalam waktu yang

sesingkat-singkatnya (Nala, 2011). Kecepatan secara fisiologis dapat diartikan

sebagai kemampuan untuk melakukan gerakan-gerakan dalam satu satuan waktu

tertentu yang ditentukan oleh fleksibilitas tubuh, proses sistem persarafan dan

kemampuan otot (Satiadarma, 2000). Kecepatan merupakan kemampuan untuk

berpindah atau bergerak dari tubuh atau anggota tubuh dari satu titik ke titik

lainnya atau mengerjakan suatu aktivitas berulang yang sama serta

berkesinambungan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya (Aip dan Muhadi,

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Olahraga Sepak Bola II.pdfsebelas orang pemain inti dan sebagian pemain cadangan. Sepak bola adalah olahraga yang paling populer di dunia karena memasuki

33

1993). Kecepatan merupakan kemampuan menempuh suatu jarak dalam waktu

yang cepat (Harsono, 1997). Lari cepat merupakan perpindahan tubuh dari satu

titik ke titik lainnya yang dilakukan dengan gerakan berulang dan

berkesinambungan oleh anggota gerak bawah. Sedangkan secara fisikalis

kecepatan dapat diartikan jarak dibagi waktu. Kecepatan sangat bergantung dari

kekuatan karena tanpa kekuatan kecepatan tidak dapat dikembangkan dan bila

seorang atlet ingin mengembangkan kecepatan maksimalnya maka ia juga harus

mengembangkan kekuatannya (Yunus, 2000). Persurnay dan Sidik (2006),

menyebutkan didalam olahraga ada dua batas tentang kecepatan :

1. Kecepatan reaksi merupakan kemampuan untuk bereaksi secepat mungkin

terhadap rangsangan.

2. Kecepatan maksimal merupakan gerakan melawan tahanan gerak yang

berbeda-beda dengan kecepatan yang setinggi-tingginya.

2.4.1 Klasifikasi Kecepatan

Kecepatan dibagi menjadi dua macam yaitu kecepatan umum (general

speed) dan kecepatan khusus (special speed)(Bompa 1999). Kecepatan umum

adalah kapasitas untuk melakukan beberapa macam gerakan (reaksi motorik)

dengan cara cepat. Kecepatan khusus adalah kapasitas untuk melakukan

keterampilan pada kecepatan tertentu, biasanya sangat tinggi. Kecepatan khusus

digunakan khusus tiap cabang olahraga dan sebagian besar tidak dapat dicapai

secara umum. Kecepatan khusus hanya mungkin dikembangkan melalui metode

khusus pula, namun perlu diberi bentuk latihan alternatif. Selain itu pula bentuk

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Olahraga Sepak Bola II.pdfsebelas orang pemain inti dan sebagian pemain cadangan. Sepak bola adalah olahraga yang paling populer di dunia karena memasuki

34

kecepatan meliputi: kecepatan reaksi (reaction speed); kecepatan bergerak (speed

of movement); dan kecepatan berlari (sprinting speed) (Nossek, 1982). Kecepatan

reaksi ditentukan oleh susunan saraf daya orientasi situasi. Kecepatan bergerak

ditentukan oleh kekuatan otot daya ledak otot, daya koordinasi, kelincahan dan

keseimbangan. Kecepatan lari banyak ditentukan oleh kekuatan otot dan

persendian (Suharno, 1993). Kecepatan lari tersusun dalam tiga bagian waktu

reaksi, frekuensi gerak per-satuan waktu dan kecepatan melintasi suatu jarak

tertentu (meter per-detik) (Nala 2011).

Waktu reaksi tidak sama dengan kecepatan reaksi. Waktu reaksi adalah

waktu antara saat individu diberi stimulus dan reaksi otot atau gerakan pertama

yang dilakukan individu tersebut. Sedangkan kecepatan reaksi adalah waktu

tersingkat yang dibutuhkan untuk memberi jawaban kinetis setelah menerima

rangsang (Nossek, 1982).

2.4.2 Pengaruh Kecepatan Lari dalam Sepak Bola

Kecepatan lari sangat berpengaruh dalam semua posisi pemain sepak bola.

Seperti penjaga gawang yang harus sigap dan berlari cepat menangkap bola saat

penyerang lawan mendekati gawang. Pemain wing back bertugas menjaga area

pertahanan disisi sayap baik kanan maupun kiri. Wing back juga sering kali

bertugas membangun serangan dari sisi sayap dengan mengandalkan kecepatan

saat menyerang dan kembali ke belakang saat bertahan. Penyerang sayap

merupakan pemain digaris depan yang bertugas untuk membobol gawang lawan

dan memberi umpan kepada penyerang tengah. Pemain diposisi ini harus

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Olahraga Sepak Bola II.pdfsebelas orang pemain inti dan sebagian pemain cadangan. Sepak bola adalah olahraga yang paling populer di dunia karena memasuki

35

memiliki kecepatan diatas rata-rata dan kemampuan meyerang dari sektor sayap

(Zebua, 2014).

2.4.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecepatan

Menurut Berger (2002), ada dua faktor yang mempengaruhi kecepatan,

faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari

dalam tubuh manusia dan cenderung menetap, contohnya: genetik, umur, indeks

massa tubuh, jenis kelamin dan motivasi. Sedangkan faktor eksternalnya meliputi:

suhu dan kelembaban relatif udara. Berikut uraian dari faktor-faktor tersebut di

atas.

1. Genetik

Genetik manusia, unit yang kecil yang tersusun atas rentetan

Deoxyribonucleic Acid (DNA) adalah bahan paling mendasar dalam

menentukan hereditas. Keunggulan genetik yang bersifat pembawaan atau

genetik tertentu diperlukan untuk berhasil dalam cabang olahraga tertentu.

Beberapa komponen dasar seperti proporsi tubuh, karakter, psikologis, otot

merah, otot putih dan suku, sering menjadi pertimbangan untuk pemilihan

atlet (Widhiyanti 2013). Tubuh seseorang secara genetis rata-rata tersusun

oleh 50% serabut otot tipe lambat dan 50% serabut otot tipe cepat pada otot

yang digunakan untuk bergerak (Quinn, 2013).

2. Umur

Makin meningkat umur, massa otot akan semakin membesar.

Pembesaran otot ini erat sekali kaitannya dengan kekuatan otot, di mana

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Olahraga Sepak Bola II.pdfsebelas orang pemain inti dan sebagian pemain cadangan. Sepak bola adalah olahraga yang paling populer di dunia karena memasuki

36

kekuatan otot merupakan komponen penting dalam peningkatan kecepatan

berlari. Kekuatan otot akan meningkat sesuai dengan pertambahan umur

(Kamendan Roy, 2000). Selain ditentukan oleh pertumbuhan fisik, kekuatan

otot ini ditentukan oleh aktivitas ototnya. Laki-laki dan perempuan akan

mencapai puncak kekuatan otot pada usia 15-24 tahun. Kemudian di atas

umur tersebut mengalami penurunan, kecuali diberikan pelatihan. Namun

umur di atas 65 tahun kekuatan ototnya sudah mulai berkurang sebanyak 20%

dibandingkan sewaktu muda (Nala, 2011).

3. Indeks Massa Tubuh

Indeks massa tubuh adalah nilai yang diambil dari perhitungan antara

berat badan dan tinggi badan seseorang. Rumus menghitung IMT adalah,

IMT = Berat Badan (kg) / [Tinggi Badan (m)]2 (Arga, 2008).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa derajat kegemukan memiliki

pengaruh yang besar terhadap performa empat komponen fitness dan tes-tes

kemampuan atletik. Kegemukan tubuh berhubungan dengan keburukan

performa atlet pada tes-tes speed (kecepatan), endurance (daya tahan),

balance (kesimbangan) agility (kelincahan) serta explosive strength (daya

ledak) (Arga, 2008).

4. Jenis Kelamin

Kekuatan otot laki-laki sedikit lebih kuat daripada kekuatan otot

perempuan pada usia 10-12 tahun. Perbedaan kekuatan yang signifikan terjadi

seiring pertambahan umur, di mana kekuatan otot laki-laki jauh lebih kuat

daripada wanita (Bompa, 2005). Pengaruh hormon testosteron memacu

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Olahraga Sepak Bola II.pdfsebelas orang pemain inti dan sebagian pemain cadangan. Sepak bola adalah olahraga yang paling populer di dunia karena memasuki

37

pertumbuhan tulang dan otot pada laki-laki, ditambah perbedaan

pertumbuhan fisik dan aktivitas fisik wanita yang kurang juga menyebabkan

kekuatan otot wanita tidak sebaik laki-laki. Bahkan pada umur 18 tahun ke

atas, kekuatan otot bagian atas tubuh pada laki-laki dua kali lipat daripada

perempuan, sedangkan kekuatan otot tubuh bagian bawah berbeda

sepertiganya (Nala, 2011).

5. Motivasi

Motivasi Olahraga adalah keseluruhan daya penggerak (motif–motif)

didalam diri individu yang menimbulkan kegiatan berolahraga, menjamin

kelangsungan latihan dan memberi arah pada kegiatan latihan untuk mencapai

tujuan yang dikehendaki (Gunarsa, 2004). Dengan motivasi yang baik akan

dicapai hasil latihan maksimal.

6. Suhu dan Kelembaban Relatif

Suhu sangat berpengaruh terhadap performa otot. Suhu yang terlalu

panas menyebabkan seseorang akan mengalami dehidrasi saat latihan. Dan

suhu yang terlalu dingin menyebabkan seorang atlet susah mempertahankan

suhu tubuhnya, bahkan menyebabkan kram otot (Widhiyanti, 2013). Pada

umumnya upaya penyesuaian fisiologis atau adaptasi orang Indonesia

terhadap suhu tropis sekitar 290-30

0C dan kelembaban relatif antara 85%-95%.

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Olahraga Sepak Bola II.pdfsebelas orang pemain inti dan sebagian pemain cadangan. Sepak bola adalah olahraga yang paling populer di dunia karena memasuki

38

2.4.4 Faktor Fisik yang Mempengaruhi Kecepatan

1. Kekuatan

Kekuatan adalah kemampuan untuk melakukan kontraksi atau tegangan

maksimal dalam menerima beban sewaktu melakukan aktivitas (Nala, 2011).

Kekuatan otot pada pelari cepat berperan dalam sistem pengungkit, sehingga

gerakan dapat melaju dengan cepat dan kuat(Jerver, 1991).

2. Kelincahan

Kelincahan adalah kemampuan tubuh atau bagian tubuh untuk mengubah

arah gerakan secara mendadak dalam kecepatan yang tinggi (Nala, 2011).

3. Keseimbangan

Keseimbangan adalah kemampuan tubuh untuk melakukan reaksi atas

setiap perubahan posisi tubuh, sehingga tubuh tetap stabil dan terkendali (Nala,

2011).

4. Koordinasi

Koordinasi adalah kemampuan tubuh untuk mengintegrasikan gerakan

yang berbeda menjadi gerakan tunggal yang harmonis dan efektif. Kemampuan

koordinasi ini dibutuhkan oleh setiap atlet pada cabang olahraga apapun yang

digeluti (Nala, 2011). Koordinasi neuromuscular menentukan frekuensi gerakan

pada suatu aplikasi kekuatan maksimal berdasarkan respon kerja otot terhadap

signal – signal saraf. Hal tersebut menjadi lebih efektif jika ditunjang oleh adanya

elastisitas otot, mobilitas, dan teknik lari yang benar, relaksasi otot – otot

antagonis untuk mencapai titik ruang gerak yang luas (Jerver, 1991).

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Olahraga Sepak Bola II.pdfsebelas orang pemain inti dan sebagian pemain cadangan. Sepak bola adalah olahraga yang paling populer di dunia karena memasuki

39

5. Daya tahan

Daya tahan adalah kemampuan dalam melakukan aktivitas terus menerus

yang berlangsung cukup lama (Nala, 2011). Daya tahan yang dimaksud pada

pelari cepat adalah daya tahan kecepatan yang berfungsi untuk memelihara

kecepatan maksimal sehingga mampu melewati jarak dengan kecepatan penuh

(Jerver, 1991).

2.4.5 Pengukuran Kecepatan

Kecepatan gerak diukur dengan cara mengukur jarak yang ditempuh dan

waktu yang dibutuhkan untuk menempuh jarak tersebut (meter per detik) (Nala,

2011). Pada penelitian ini pengukuran kecepatan dilakukan dengan mengukur

waktu tempuh lari 100 meter (Nurhasan, 1992). Alat yang dipergunkan untuk

mengukur kecepatan berlari adalah stop watch. Pengukuran dimulai (stop wacth

hidup) saat aba-aba “ya” atau saat bendera diangkat ke atas dan pengukuran

berakhir (stop wacth mati) saat pelari memasuki garis finish. Pengukur waktu

harus berada lurus dengan garis finish agar pengukuran bisa mengamati dengan

tepat bagian tubuh atlet saat memasuki garis finish (Anonim, 2011).