BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mesin Pengangkateprints.umm.ac.id/41915/3/BAB II.pdf · operator untuk...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mesin Pengangkateprints.umm.ac.id/41915/3/BAB II.pdf · operator untuk...
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Mesin Pengangkat
Mesin Pengangkat atau mesin pemindah bahan digunakan untuk
memindahkan muatan dilokasi atau area, departemen, pabrik, lokasi
konstruksi, tempat penyimpanan dan pembongkaran muatan dan sebagainya.
Berbeda dengan transport jarak jauh (kereta api, mobil, melalui air dan udara)
yang memindahkan muatan pada jarak yang cukup jauh, perlengkapan
penanganan bahan memindahkan muatan pada jarak yang jauh lebih pendek.
Pada prakteknya jarak yang ditempuh hanya terbatas pada puluhan sampai
ratusan meter. Jarak ribuan meter hanya kadang-kadang dilakukan ntuk
memastikan perpindahan muatan yang konstan antara lokasi atau lebih yang
dihubungkan oleh kegiatan produksi yang sama. (Rudenko, N. 1996)
Fasilitas transport didalam pabrik kemudian dibagi lagi menjadi
fasilitas pemindah muatan antar departemen dan fasilitas pemindah muatan
dalam departemen. Pada lokasi konstruksi fasilitas transport dapat dibagi
menjadi fasilitas luar, dalam area, dan dalam bagian. (Rudenko, N. 1996)
2.2 Crane
Crane adalah peralatan yang digunakan untuk memindahkan
muatan dengan cara mengangkat muatan secara vertical, menahannya apabila
perlu, dan kemiduan menurunkan muatan ke tempat yang telah ditentukan
dengan mekanisme angkat (lifting), pendongak (luffing), pemutar (slewing),
6
dan penjalan (travelling). Crane digunakan untuk memindahkan material atau
hasil produksi dalam ukuran berat yang besar dari satu tempat ke tempat lain
dalam jarak yang tidak jauh. Crane memiliki kapasitas angkat (lifting
capacity), kecepatan dari beberapa gerakan (moving velocity), dan tinggi
pengangkatan (lifting height) yang bermacam-macam tergantung jenis
aplikasi yang diinginkan. (Zainuri, Ach. Muhib. 2008).
2.3 Jenis-jenis Crane
Pesawat pengangkat atau Crane dapat ditemukan dalam berbagai
jenis, antara lain berdasarkan jenis gerakan (kinematic characteristic),
rancangan, dan kegunaan di suatu industry. Berdasarkan konstruksinya, crane
dikelompokkan menjadi crane mobil (mobile crane), crane menara (tower
crane), dan crane lintasan (travelling type crane). Mobile crane adalah jenis
pesawat pengangkat yang dapat bekerja pada areal yang luas (tetapi dalam
satu areal pabrik atau lokasi konstruksi). Tower crane adalah crane berbentuk
menara, sementara crane lintasan hanya menjangkau area yang ada dalam
lintasannya. (Zainuri, Ach. Muhib. 2008).
2.4 Dasar Pemilihan Crane
Mesin pemindah bahan harus dapat memindahkan muatan ke
tujuan yang ditentukan dalam waktu yang dijadwalkan, dan harus diantarkan
departemen atau unit produksi dalam jumlah yang ditentukan. Mesin harus
dapat dimekaniskan sedemikian rup, sehingga memerlukan sesedikit mungkin
operator untuk pengendalian, pemeliharaan, perbaikan dan tugas-tugas
tambahan lainnya. Alat ini tidak boleh merusak muatan yang dipindahkan
7
ataupun menghalangi dan menghambat proses produksi. Alat ini harus aman
dalam operasinya dan ekonomis baik dalam biaya operasi maupun modal
awalnya.
Faktor-faktor teknis yang harus diperhatikan dalam pemilihan jenis mesin
pemindah bahan antara lain:
1. Jenis dan sifat bahan yang akan ditangani
2. Kapasitas per jam yang dibutuhkan
3. Arah dan jarak perpindahan
4. Cara menyusun muatan pada tempat asal, akhir dan antara
5. Karakteristik proses produksi yang terlibat dalam pemindah muatan
6. Kondisi local yang spesifik
7. Jangka waktu penggunaan alat
Pemilihan peralatan juga didasarkan atas factor-faktor ekonomis, antara lain:
1. Biaya pengeluaran modal (capital outlay), meliputi biaya peralatan (cost
of equipment), biaya pengangkutan, pemasangan (erection), biaya
konstruksi yang diperlukan dalam operasinya.
2. Biaya operasional (operation cost), mencakup upah pekerja, biaya bahan
bakar (energy), biaya perawatan dan perbaikan, biaya pelumasan,
pembersihan, dan perbaikan menyeluruh (overhaul).
Perlu dipertimbangkan parameter teknis dalam pengoprasian crane, antara
lain:
1. Kapasitas pemindahan dan kecepatan (ton/jam)
2. Berat mati peralatan (dead weight of equipment)
8
3. Kecepatan berbagai gerakan peralatan
4. Tinggi angkat (lifting height)
5. Ukuran geometris peralatan, antara lain bentangan, panjang, dan lebar.
(Zainuri, Ach. Muhib. 2008).
2.5 Gantry Crane
Gantry Crane adalah jenis crane yang palang atau girdernya
ditumpangkan pada baja pro dan kosong oleh pilar-pilar tegak yang
mengangkat benda dengan hoist yang dipasang disebuah troli hoist dan dapat
bergerak secara horizontal pada rel atau lantai kerja. Crane ini biasa di
aplikasikan pada pabrik atau industri yang membutuhkan transportasi
material dan hanya di area dalam pabrik. (Muin, Syamsir A. 1990).
Gambar 2.1: Gantry Crane
9
2.6 Komponen Utama Crane
2.6.1 Tali Baja (Steel wire rope)
Tali baja digunakan secara luas pada mesin mesin pengangkut
sebagai alat pengangkat. Dibanding dengan rantai, tali baja mempunyai
keunggulan sebagai berikut:
Lebih ringan
Lebih tahan terhadap gesekan
Operasi yang tenang walaupun pada kecepatan tinggi
Keandalan operasi yang lebih tinggi
(Rudenko, N. 1996)
Gambar 2.2: Tali Baja
2.6.1.1 Pemilihan Tali Baja
Pemilihan tali baja sangat penting karena fenomena yang sangat
rumit terjadi pada pengoprasian tali, karena banyak parameter yang tidak
10
dapat ditemukan dengan tepat. Setiap kawat didalam tali yang ditekuk
mengalami tegangan yang rumit, yang merupakan gabungan tegangan
tarik, lentur dan punter serta ditambah saling menekan dan bergesekan
diantara kawar dan untaian. Akibatnya tegangan total yang terjadi dapat
ditentukan secara analitis hanya pada tingkat pendekatan tertentu, yaitu:
a). Beban statis yang ditahan oleh kawat
Q∑ = (Q + G) (Kg) ……………..………...Rudenko, N. 1996
dimana:
Q = berat muatan
G = berat ember atau penahan (Kg)
b). Gaya terbesar pada bagian tali
Sw =
𝑞
𝑛.𝜂.𝜂1 (Kg) ……………………………………... Rudenko, N. 1996
dimana:
n = jumlah puli yang menyangga muatan
𝜂 = efisiensi puli
𝜂1 = efisiensi akibat kekuatan tali baja pada saat menggulung
drum = 0,98
c). Diameter Tali
d = 1,5 d1 √𝑖 (mm) ………………….….. Rudenko, N. 1996
11
dimana:
d1 = diameter 1 kawat
i = jumlah kawat dalam tali
d). Tegangan Maksimum yang diijinkan
σ∑ = σb / K (Kg/cm2)
dimana :
σb = kekuatan putus tarikan kawat tali (kg/mm2)
K = faktor keamanan tali
Tabel 2-1
Tali Untuk Crane dan Pengangkat
12
Tabel 2-2
Daftar Jumlah Kawat Rusak untuk Pengganti Tali Crane
Tabel 2-3
Harga Tegangan Maksimum untuk Kawat Baja Tarik Keras JIS
13
2.6.2 Puli dan Sistem Puli
2.6.2.1 Puli (Tackle)
Puli disebut juga katrol yaitu cakra yang dilengkapi dengan tali
atau rantai. Puli terbagi menjadi dua macam yaitu:
a. Puli tetap
Puli ini terdiri dari dua cakra dengan seutas tali yang dilingkarkan
pada alur (groove) dibagian atasnya yang pada ujungnya
digantungi oleh beban, sedangkan ujung yang lain ditahan atau
ditarik, sehingga beban terangkat keatas.
b. Puli bebas
Puli bebas adalah puli yang mempunyai cakra yang bebas dan
poros yang bebas juga. Talia tau rantai yang dilingkarkan pada alur
(groove) pada bagian bawah ujung tali diikatkan tetap dan ujung
launnya ditahan atau ditarik pada waktu pengangkatan. Persamaan
puli tersebut adalah:
diameter puli
D ≥𝐷𝑚𝑖𝑛
𝑑 . d (mm) ……………………Rudenko, N. 1996
dimana:
14
𝐷𝑚𝑖𝑛
𝑑 = perbandingan diameter drum atau puli dengan
diameter tali untuk NB = …. 𝐷𝑚𝑖𝑛
𝑑 = 23
d = diameter tali
2.6.2.2 Sistem Puli
Sistem puli adalah gabungan dari beberapa puli tetap dan puli
bebas atau puli rantai. Ada system puli untuk bati gaya dan ada untuk bati
kecepatan alat pengangkat ini kelebihan kecepatan. Alat pengangkat yang
menggunakan puli untuk bati kecepatan, misalnya pada lift hidrolik dan
pneumatic. SIstem puli yang berfungsi sebagai perabot pengangkat bebas
tidak begitu penting; penggunaan system puli yang terutama untuk
mentransmisikan daya terdapat pada Derek dan crane
Sistem puli yang menguntungkan pada gaya ada tiga, yaitu:
a. Sistem puli dengan tali penarik dari arah puli tetap
b. Sistem puli dengan tali penarik dari arah puli bebas
c. Sistem puli berganda
(Rudenko, N. 1996)
2.6.3 Tromol (Drum)
15
Pada pesawat angkat, Tromol atau drum berfungsi untuk
menggulung tali. Drum dengan satu tali tergulung hanya mempunyai satu
arah heliks ke kanan. Drum yang didesaim untuk dua tali diberi dua arah
heliks, ke kanan dank e kiri. (Zainuri, Ach. Muhib. 2008).
Sedangkan untuk persamaan dari drum tersebut adalah sebagai berikut:
a). Diameter minimum puli
D ≥ e1.e2.d (mm)……………………………….. Rudenko, N. 1996
dimana:
e1 = factor yang tergantung pada alat pengangkat dan kondisi
kerja
e2 = factor yang tergantung pada konstruksi tali
b). Jumlah lilitan tali pada tiap sisi drum
z = 𝐻𝑖
𝜋𝐷 + 2 (lilitan) …………………………… Rudenko, N. 1996
dimana :
D = diameter drum (m)
Hi = tinggi pengangkatan muatan (m)
c). Tebal dinding drum (𝜔)
16
𝜔 = 0,02.D + (0,6 s/d 1,0) (cm) ……….… Rudenko, N. 1996
dimana:
D = diameter drum (cm)
d). Panjang total drum
L = |2.𝐻𝑖
𝜋.𝐷+ 12| s1+ l1 (mm) …………. Rudenko, N. 1996
dimana:
s1 = jarak antara alur kanan dan alur kiri (mm)
l1 = jarak antara dua titik pusat tali (mm)
e). Tegangan maksimum pada permukaan drum
σcomp = 𝑆
𝜔.𝑆1 (kg / mm2) …………………… Rudenko, N. 1996
dimana :
ω = tebal dinding drum (mm)
f). Tenaga penggerak
Nm = 𝑊.𝑣
75.𝜂 (hp) ………………………. Rudenko, N. 1996
dimana :
Z = gaya yang bekerja pada akhir system (kg)
17
𝜂m = rendemen motor (0,6) ……………... Rudenko, N. 1996
Sedangkan untuk perhitungan poros drum, persamaannya adalah sebagai
berikut :
a). Tegangan geser yang diijinkan
𝜏ɑ = 𝜎𝑏
𝑠𝑓1.𝑠𝑓2 (kg / mm2) ……………………... Rudenko, N. 1996
dimana:
σ = kekuatan tarik (kg/mm2)
Sf1 = factor keamanan satu (baja=6)
Sf2 = factor yang tergantung pada kekerasan permukaan 1,3 – 3
b). Diameter poros
ds = [5,1
𝜎𝑎 √(𝐾𝑚. 𝑀)2 + (𝐾𝑡. 𝑇)2]1/3 (mm)
dimana:
σ𝑎 = Tegangan geser yang diijinkan (kg/mm2)
T = Torsi yang terjadi atau momen punter (kg.mm)
M = momen yang terjadi (kg.mm)
Km = factor lentur
Untuk pembebanan tetap Km = 1,5
18
Dengan tumbukan ringan Km = 1,5~2,0
Dengan tumbukan besar Km = 2,0~3,0
Kt = factor punter
Untuk pembebanan secara halus Kt =1,0
Dengan sedikit kejutan dan tumbukan Kt = 1,0~1,5
Dengan kejutan dan tumbukan besar Kt = 1,5~3,0
Gambar 2.3: Tromol Tunggal
Tabel 2-4
Daftar Ukuran Alur Standar untuk Tromol
19
Sumber : Rudenko, N. 1996
2.6.4 Kait (Hook)
Pada crane serbaguna yang mengangkat berbagai bentuk muatan
ditangani dengan memakai tali atau rantai yang diikatkan pada kait. Jenis
kait yang sering digunakan adalah kait tunggal (standar) dan kait tanduk.
Semua kait tersebut dari baja 20 dan persamaan perhitungan dari kait
tersebut adalah sebagai berikut :
a). Beban rencana kait
Q = G.fc (kg)
dimana:
fc = factor frekuensi untuk beban rata-rata
G = Kapasitas angkat (Kg)
b). Tegangan tarik ijin
[σ𝑎] = σ𝑏
𝑠𝑓 (kg/mm2)
dimana:
σ𝑏 = Kekuatan tarik beban (kg/mm2)
20
Sf = factor keamanan (baja = 6)
c). Titik berat e1 dan e2
e1 = 𝑟1
3.
𝑝+2.0
𝑝+0 (mm)
e2 = r1 – e2 (mm)
dimana:
P = lebar mulut kecil (mm)
O = lebar mulut besar (mm)
d). Luas penampang P-O
Ap-o = 𝑟1
2 .(p + o) (mm2)
e). Jarak titik berat penampang terhadap beban (w)
C = 0,5 (a + e1) (mm)
dimana:
a = ukuran jenis kait N 661 (mm)
e1 = titik berat terhadap titik O (mm)
f). Momen Inersia penampang P – O (lp-o)
lp-o = 𝑟1
3.
(𝑝+𝑜)2+2.𝑝.𝑜
𝑝+𝑜 (mm)
g). Momen akibat berat beban
21
M = Q . C (kg.mm)
dimana:
Q = beban rencana yang ditanggung oleh kait (kg)
C = jarak titik berat penampang terhadap beban (kg)
h). Dudukan kait (crosspiece)
Momen lengkung maksimum
Mlmaks = 1/4. Q (L – 0,5.d1) (kg.cm)
dimana:
Q = beban maksimum yang ditanggung oleh dudukan kait (kg)
L = panjang dudukan kait (cm)
d1 = diameter luar dari gelang dudukan kait (cm)
22
Gambar 2.4: kait
2.6.5 Rem (Brake)
Brake yang akan digunakan memakai tipe elektro magnetic.
Dimana rem ini berfungsi untuk menahan beban atau mengerem dengan
cara otomatis meskipun motor berhenti secara mendadak. Rem jenis ini
digerakkan oleh pemberat dan dilepaskan secara otomatis apabila elektro
magnetic dinyalakan. Untuk persamaan dari rem adalah:
a). Gaya total brake
T = 2.𝑀𝑏𝑟
𝐷 (kg)
dimana :
23
Mbr = Momen pengereman (kg.cm)
D = Diameter roda rem (cm)
b). Gaya diperlukan untuk pengereman
P1 = 𝑀𝑏𝑟.(𝐿1.2𝜇2.𝑏2)
𝜇.𝐷.𝜂𝑟.𝑙.𝐿1 (kg)
dimana :
𝜂r = Efisiensi system tues rem (0,95)
μ = Koefisien gesek (0,45)
c). Tekanan normal sepatu pada tuas kiri dengan roda yang berputar
N1 = 𝑃1.𝐿
𝐿1− 𝜇.𝑏 (kg)
dimana :
P1 = Gaya yang diperlukan untuk pengereman (kg)
d). Luas permukaan antara sepatu dan roda rem
F = 𝜇.𝐷
360 . 𝐵. 𝛽 (cm2)…………………... Rudenko, N. 1996
dimana:
B = lebar sepatu (cm)
β = sudut kontak antara roda dan sepatu rem (°)
24
e). Tekanan satuan rata-rata antara sepatu dan roda
P = 𝑁
𝐹 ≤ 𝑃 aman (kg)……………………….. Rudenko, N. 1996
dimana :
N = Tekanan normal total antara antara sepatu dan roda
(kg/cm2)
F = Luas permukaan antara sepatu dan roda rem (cm2)
Paman = Satuan aman untuk rem (1,25 kg/cm2)
Tabel 2-5
Daftar Koefisien Gesek dan Tekanan yang diijinkan
Sumber : Josep E. Sigley. 1996
25
2.6.6 Rangka (Girder)
Girder yang akan direncanakan dipilih gelagar jenis profil I dengan
ukuran yang ditunjukan dibawah ini
Gambar 2.5: Girder Profil I
Untuk persamaan pada gelagar atau girder itu adalah:
Perhitungan defleksi pada gelagar
a). Defleksi Maksimum karena bebannya sendiri
δ’ = ( 𝐺
𝐸.I ) 𝑥 (
5𝐿3
384 ) (cm) ……………… Rudenko, N. 1996
dimana :
G = bobot girder (kg)
E = modulus elastisitas = 2.200.200 kg/cm2
I = momen inersia
26
b). Defleksi karena beban yang bekerja
δ’ = 𝑃
48.𝐸.𝐼 (𝐿 − 𝑏)[𝐿2 + (𝐿 + 𝑏)2] (cm) ...Rudenko, N. 1996
dimana :
P = beban yang bekerja pada girder (kg)
L = panjang girder (cm)
b = lebar profil (cm)
c). Defleksi total
δt = δ’ + δ” ……………….………………… Rudenko, N. 1996
dimana :
δ’ = defleksi maksimum karena beban sendiri (cm)
δ” = defleksi karena beban bekerja (cm)
2.7 Teori Pengelasan
Pengertian pengelasan menurut Widharto (1996) adalah salah satu cara
menyambung benda padat dengan jalan mencairkannya melalui
pemanasan.
Berdasarkan definisi dari Deutche Industrie Normen (DIN) las adalah
ikatan metalurgi pada sambungan logam paduan yang dilaksanakan dalam
keadaan lumer atau cair. Penyambungan dua buah logam menjadi satu
dilakukan dengan jalan pemanasan atau pelumeran. Kedua ujung logam
yang akan disambung dibuat lumer atau dilelehkan dengan busur nyala
atau dengan logam itu sendiri sehingga kedua ujung atau bidang logam
merupakan bidang masa yang kuat tidak mudah dipisahkan. Jenis
pengelasan dibedakan menjadi dua kelompok yaitu pengelasan lebur dan
27
padat. Adapun macamnya yaitu Pengelasan busur (Arc Welding, AW),
Pengelasan Resistansi Listrik (Resistance Welding, RW), Pengelasan Gas
(Oxyfuel Gas Welding, OFW), dan macam pengelasan padat yaitu
Pengelasan Difusi (Diffusion Welding, DFW), Pengelasan Gesek (Friction
Welding, FW), Pengelasan Ultrasonik (Ultrasonic Welding, UW).
Adapun berbagai jenis cara pengelasan sebagai berikut:
a. Pemanasan tanpa tekanan
b. Pemanasan dengan tekanan
c. Tekanan tanpa memberikan panas dari luar (panas diperoleh dari
dalam material itu sendiri).
d. Tanpa logam pengisi dan dengan logam pengisi
Pengelasan pada umumnya dilakukan dalam penyambungan logam,tetapi
juga sering digunakan untuk menyambung plastik tetapi pembahasan
iniakan difokuskan pada penyambungan logam. Pengelasan merupakan
prosesyangpenting baik ditinjau secara komersial maupun teknologi,
karena :
a. Pengelasan merupakan penyambungan yang permanen.
b. Sambungan las dapat lebih kuat dari pada logam induknya, bila
digunakanlogam pengisi yang memiliki kekuatan lebih besar
dari pada logaminduknya.
c. Pengelasan merupakan cara yang paling ekonomis dilihat dari
segipenggunaan material dan biaya fabrikasi.