BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Media Komunikasieprints.umm.ac.id/55226/3/BAB II.pdf · 2019. 11....

21
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Media Komunikasi 2.1.1 Pengertian Media Komunikasi Media komunikasi bersifat terbuka, yakni setiap orang dapat melihat, membaca dan mendengarkan oleh karena itu, jarang sekali komunikasi berlangsung hanya satu saluran, kebanyakan dari kita menggunakan dua, tiga atau empat saluran yang berbeda. Menurut (Effendy, 2004) proses komunikasi terbagi menjadi dua bagian: (1) Proses komunikasi primer, yaitu proses penyampaian individu dengan individu menggunakan bahasa sebagai lambang dalam penyampaian pesan (2) Proses komunikasi sekunder, yaitu proses penyampaian pesan dengan orang lain dengan menggunakan media atau alat sebagai penyampaian pesan setelah bahasa sebagai lambang pertama. Kegiatan komunikasi menrupakan sebuah aktivitas rutin yang dilakukan oleh setiap orang maupun organisasi dan tidak luput dari aktivitas sebuah media. Menurut Cangara (dalam Pieter, 2017: 33) media terdiri: 1. Media antarpribadi, berupa media yang terdiri dari dua orang pelaku komunikasi yang menggunakan utusan, kurir atau telephone.

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Media Komunikasieprints.umm.ac.id/55226/3/BAB II.pdf · 2019. 11....

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Media Komunikasieprints.umm.ac.id/55226/3/BAB II.pdf · 2019. 11. 13. · orang pelaku komunikasi dan dilakukan dengan cara seminar, konfrensi, rapat dan

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Media Komunikasi

2.1.1 Pengertian Media Komunikasi

Media komunikasi bersifat terbuka, yakni setiap orang

dapat melihat, membaca dan mendengarkan oleh karena itu, jarang

sekali komunikasi berlangsung hanya satu saluran, kebanyakan

dari kita menggunakan dua, tiga atau empat saluran yang berbeda.

Menurut (Effendy, 2004) proses komunikasi terbagi menjadi dua

bagian: (1) Proses komunikasi primer, yaitu proses penyampaian

individu dengan individu menggunakan bahasa sebagai lambang

dalam penyampaian pesan (2) Proses komunikasi sekunder, yaitu

proses penyampaian pesan dengan orang lain dengan

menggunakan media atau alat sebagai penyampaian pesan setelah

bahasa sebagai lambang pertama.

Kegiatan komunikasi menrupakan sebuah aktivitas rutin

yang dilakukan oleh setiap orang maupun organisasi dan tidak

luput dari aktivitas sebuah media. Menurut Cangara (dalam

Pieter, 2017: 33) media terdiri:

1. Media antarpribadi, berupa media yang terdiri dari dua

orang pelaku komunikasi yang menggunakan utusan, kurir

atau telephone.

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Media Komunikasieprints.umm.ac.id/55226/3/BAB II.pdf · 2019. 11. 13. · orang pelaku komunikasi dan dilakukan dengan cara seminar, konfrensi, rapat dan

10

2. Media kelompok, yakni media yang terdiri dari sekelompok

orang pelaku komunikasi dan dilakukan dengan cara

seminar, konfrensi, rapat dan sebagainya.

3. Media publik, melibatkan 200 orang atau lebih dari pelaku

komunikasi dan dilakukan dalam bentuk rapat, konfrensi

luar biasa dan sebagainya.

2.1.2 Fungsi Media Komunikasi

Berdasarkan fungsi media komunikasi, menurut Barata

(2003:109):

1. Efektifitas, media komunikasi dapat mempermudah

kelancaran dalam penyampaian informasi.

2. Efisiensi, dengan penggunaan media dapat mempercepat

proses penyampaian informasi.

3. Konkrit, media komunikasi mampu membantu memperoleh

isi pesan dengan cepat dan bersifat abstrak.

4. Motivasi, dengan menggunakan media komunikasi

menjadikan seseorang lebih mudah dalam melakukan

komunikasi.

2.1.3 Jenis-jenis Media Komunikasi

Berdasarkan jenis-jenis media komunikasi, menurut Barata

(2003:110-111):

A. Pengelempokan jenis media komunikasi berdasarkan alat yang

digunakannya, media komunikasi dibedakan menjadi tiga jenis:

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Media Komunikasieprints.umm.ac.id/55226/3/BAB II.pdf · 2019. 11. 13. · orang pelaku komunikasi dan dilakukan dengan cara seminar, konfrensi, rapat dan

11

1. Media komunikasi Audio (Pendengaran)

Media komunikasi audio adalah suatu alat bantu

komunikasi yang memancarkan suara, sehingga

memudahkan dalam mendapatkan informasi melalui

saluran pendengaran. Contohnya: radio dan telepon.

2. Media komuikasi visual (Penglihatan)

Media komunikasi visual merupakan alat bantu

komunikasi yang memancarkan tulisan dan gambar,

sehingga komunikasi dapat ditangkap melalui saluran

penglihatan. Contohnya: televisi dan video.

3. Media komunikasi audio-visual (Pendengaran dan

Penglihatan)

Media komunikasi audio-visual menjadi bagian alat

bantu komunikasi yang memancarkan suara disertai tulisan

dan gambar, yang memungkikan mendapatkan saluran yang

ditangkap melalui pendengaran dan penglihatan.

B. Jenis media berdasarkan sasarannya terbagi atas dua bagian:

1. Media komunikasi umum

Media komunikasi umum ialah alat komunikasi yang

ditunjukan oleh sasaran tunggal, kelompok atau massa.

Contoh: untuk sasaran tunggal, telepon dan telegram,

sedangkan untuk sasaran kelompok berupa brosur, plakat,

spanduk dan internet yang kegunaanya sama-sama dalam

menyampaikan informasi.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Media Komunikasieprints.umm.ac.id/55226/3/BAB II.pdf · 2019. 11. 13. · orang pelaku komunikasi dan dilakukan dengan cara seminar, konfrensi, rapat dan

12

2. Media komunikasi Massa

Media komunikasi Massa digunakan khusus untuk

komunikasi massa seperti kelompok, sifat dari komunikasi

massa adalah komunikasi satu arah berupa penyampaian

pesan dari komunikator ke khalayak. Contoh: media cetak

(surat kabar, majalah, tabloid) media audio (radio) media

audio-visual (televise, film dan video).

Berdasarkan pemahaman diatas, maka media komunikasi

merupakan alat atau sarana penyampaian informasi berupa pesan yang

didalam menyimpan makna kepada seseorang maupun kelompok, baik

digunakan secara komunikasi verbal maupun komunikasi nonverbal,

sesuai dengan fungsi dan jenis-jenis pengelompokan dari sasaran media

komunikasi, tujuannya sama-sama mempermudah proses penyampaian

pesan, baik secara face to face dan tidak langsung.

2.2 Komunikasi Tradisional

Komunikasi tradisional merupakan ruang lingkup kajian

komunikasi secara umum yang juga dimaksudkan sebagai bentuk

komunkasi yang menekankan pada proses penyampaian pesan melalui

berbagai media komunikasi yang bersifat sederhana dan digunakan oleh

sekelompok masyarakat.

Definisi komunikasi tradisional yang dikemukan Bukhory Ismali

dalam skripsi Caksono, Agus (2012) menyatakan komunikasi tradisional

merupakan gaya dan cara berkomunikasi secara langsung dan turun-

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Media Komunikasieprints.umm.ac.id/55226/3/BAB II.pdf · 2019. 11. 13. · orang pelaku komunikasi dan dilakukan dengan cara seminar, konfrensi, rapat dan

13

temurun pada suatu masyarakat yang membedakan dari masyarakat

lainnya, disebabkan oleh ciri-ciri khas dari system masyarakat dan tata

nilai kebudayaanya.

Berdasarkan pemahaman diatas, komunikasi tradisional adalah

proses penyampaian pesan dari sekelompok orang dengan menggunakan

media tradisional yang berlangsung secara turun-temurun sehingga

memiliki perbedaan budaya dari daerahnya. Kelebihan komunikasi

tradisional yang dijadikan sebagai media tradisional, memiliki nilai

kesenian yang menarik perhatian dan memiliki kesederhanaan dalam

menggunakannya. Sedangkan kekurangannya, adanya media modern yang

menjadikan berkomunikasi menjadi lebih mudah tanpa memikirkan ruang

dan perbedaan waktu dalam penggunaanya.

2.3 Media Tradisional

2.3.1 Pengertian Media Tradisional

Media tradisional menjadikan identitas perekat social antar

masyarakat yang berkembang sampai saat ini sesuai fungsinya dan

dijadikan sebagai media masyarakat, ciri dari media masyarakat

berupa komunikasi dengan menggunakan/melibatkan pertemuan

fisik saat menggunakannya. Hal ini, disebabkan karena masyarakat

belum sepenuhnya percaya tentang penggunaan media digital dan

media massa. Menurut Berrigan (dalam Nurudin, 2007: 102-103)

sebagai berikut:

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Media Komunikasieprints.umm.ac.id/55226/3/BAB II.pdf · 2019. 11. 13. · orang pelaku komunikasi dan dilakukan dengan cara seminar, konfrensi, rapat dan

14

1. Media masyarakat berupa media yang bertumpu pada

landasan yang lebih luas dari kebutuhan semua

khalayaknya.

2. Media masyarakat, ber-adaptasi untuk digunakan oleh

masyarakat yang bersangkutan, apapun tujuan yang

ditetapkan masyarakat.

3. Media masyarakat memberi kesempatan kepada warga

masyarakat untuk memperoleh/mendapatkan informasi,

pendidikan, bila mereka menginginkan kesempatan itu.

Media ini adalah media yang menampung partisipasi

masyarakat sebagai perencanaan, produksi, dan

pelaksanaan.

4. Media masyarakat adalah sasaran bagi masyarakat untuk

mengemukakan sesuatu pendapat, bukan untuk menyatakan

sesuatu kepada masyarakat.

Dari pemaparan diatas, maka media rakyat menjelaskan fungsi dan

kegunaanya sebagai media yang memberikan alternatif bagi sarana untuk

rakyat dalam mengemukan pendapatnya. Pembahasan mengenai media

tradisional dan kearifan lokal bangsa serta sistem komunikasi yang

kolektif tidak bisa dilepaskan dari seni tradisional, sebab lewat seni

tradisional, bentuk komunikasi kolektif berawal. Sehingga menurut

Nurudin (2004:114) media tradisional tidak dapat dipisahkan dari seni

tradisional, yakni suatu bentuk kesenian yang digali dari cerita-cerita

rakyat dengan memakai media tradisional.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Media Komunikasieprints.umm.ac.id/55226/3/BAB II.pdf · 2019. 11. 13. · orang pelaku komunikasi dan dilakukan dengan cara seminar, konfrensi, rapat dan

15

Media tradisional atau foklore menyerupai sebagian kebudayaan

kolektif dan memiliki suatu tradisi yang diwariskan secara turun-temurun,

dalam versi yang berbeda-beda baik dalam bentuk lisan maupun gerak-

gerik dengan menggunakan media komunikasi. Adapun fungsi pokok

folkore sebagai media tradisional, antara lain:

1. Folkore sebagai sistem proyeksi

2. Sebagai pengesahan/penguat adat

3. Sebagai alat pendidikan

4. Sebagai alat paksaan dan pengendalian sosial agar norma-norma

masyarakat dipatuhi oleh anggota kolektif.

Menurut Danandjaja (1982:2-6) folkore di Indonesia dibagi

menjadi tiga kelompok, yaitu:

1. Folkore lisan (Verbal folkore)

a. Bahasa rakyat (folk speech) seperti logat, julukan, sindiran, title-

title, dan sebagainya.

b. Ungkapan tradisional seperti pribahasa, pepatah, dan sebagainya

c. Pertanyaan tradisional yaitu teka-teki

d. Puisi rakyat seperti pantun, syair, bidal pemao, dan sebagainya

e. Cerita proposal rakyat (prose narrative) seperti dongeng suci

(myth), legenda (legend), dan dongeng (folktales), cerita pendek

(anecdote), baik yang bersifat sopan, maupun cabul (obscene

jokes), yang dapat melukai hati seseorang maupun yang tidak

f. Nyanyian rakyat (folksong)

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Media Komunikasieprints.umm.ac.id/55226/3/BAB II.pdf · 2019. 11. 13. · orang pelaku komunikasi dan dilakukan dengan cara seminar, konfrensi, rapat dan

16

2. Folkore setengah lisan (Party verbal folkore)

a. Kepercayaan dan takhayul (superstitio)

b. Permain rakyat dan hiburan rakyat (gemes and amusement)

c. Drama rakyat seperti wayang orang, wayang kulit, wayang golek,

ludruk, ketoprak, lenong, topeng, dan sebagainya.

d. Tari-tarian

e. Adat-adat kebiasaan (custom) seperti kebiasan tolong-menolong

dalam keadaan senang atau susah

f. Upacara-upacara yang dilakukan dalam lingkaran hidup seseorang

misalnya selapan khitanan, hari ulang tahun dan lain-lain

g. Pesta-pesta rakyat (feast and festivals) seperti selamatan-selamatan

yang dilakukan upacara-upacara yang berhubungan dengan

lingkaran hidup seseorang, perayaan massempe di Bone-Makassar,

suling tambur di Papua Barat

3. Folkore bukan lisan (Nonverbal folkore), folkore nonverbal dibagi

menjadi dua sub golongan, yaitu:

i. Material

a. Arsitektur rakyat

b. Seni kerajinan tangan

c. Pakaian serta perhiaasan

d. Obat-obatan rakyat

e. Makanan dan minuman

f. Alat-alat musik

g. Perlatan rumah tangga, pertanian, senjata untuk berperang dan berburu.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Media Komunikasieprints.umm.ac.id/55226/3/BAB II.pdf · 2019. 11. 13. · orang pelaku komunikasi dan dilakukan dengan cara seminar, konfrensi, rapat dan

17

ii. Bukan material

a. Bahasa isyarat (gesture) seperti menggeleng-gelangkan kepala

berarti tidak, mengangguk-nganggukan kepala berarti iya

b. Musik seperti gamelang Jawa; Sunda dan Bali, musik kulintang

dari minahasa.

Wayang Suket termasuk folkore setangah lisan, dikarenakan :

1. Permain rakyat dan hiburan rakyat (gemes and amusement)

2. Suatu kesenian rakyat yang di pertunjukan oleh sebuah kelompok atau

grup kesenian dengan mengambil cerita tertentu misalnya cerita

kehidupan rakyat, cerita perjuangan dan sebagainya, selain itu

pertunjukan juga diselingi dengan kidungan, gamelang dan sumber

sinar.

3. Drama rakyat seperti wayang Orang, wayang Kulit, wayang Golek,

Ludruk, Ketprorak, Lenong, Topengan dan sebagainya.

2.3.2 Peran Media Tradisional

Peran media tradisional menjadikan system komunikasi yang

mempunyai nilai tinggi karena didalamnya terdapat nilai-nilai dari suatu

budaya, dimana informasi yang diberikan memiliki konteks kejadian yang

menyebabkan orang-orang menyadari, memahami dan menghayati

kejadian sekitar melalui ekspresi bersifat verbal dan nonverbal.

Pengelompokan media tradisional sangat penting bagi masyarakat sebab

dapat mempermudahkan dalam memahami bentuk dan jenis dari media itu

sendiri.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Media Komunikasieprints.umm.ac.id/55226/3/BAB II.pdf · 2019. 11. 13. · orang pelaku komunikasi dan dilakukan dengan cara seminar, konfrensi, rapat dan

18

Pertunjukan media tradisional memadukan berbagai unsur kesenian

yang bernilai tinggi dalam menyampaikan pesan-pesan membangun.

Pesan-pesan membangun ini disisipkan pada pertunjukan yang

mengandung percakapan bersifat dialog dan monolog sehingga tidak

terikat pada alur cerita. Dalam suatu pertunjukan, salah satu

pertunjukannya ialah wayang, dimana pemanfaatan sebagai media yang

tidak bisa dipisahkan dari masyarakat, adapun hubungan antar wayang dan

manusia yang bersifat mutualistic yaitu saling berkaitan antar sesama.

Dengan pemahaman diatas maka, media tradisional atau folkore

menyerupakan media penyampaian rakyat yang penggunaanya

berkembang secara turun-temurun sebagai alat komunikasi bersifat

informative dan menghibur, sehingga terdapat kelebihan dan kekurangan

dari media tradisional. Kelebihan media tradisional dalam masyarakat

akan selalu di ingat dan menjadikannya sebagai salah satu warisan budaya

yang memiliki nilai budaya tinggi dan kekurangan dari media tradisional,

pergeseran media-media modern dalam perkembanganya yang kian hari

makin mempermudah dalam mendapakan dan menyampaikan informasi

yang informative.

2.4 Wayang

Menurut Dr. G.A.J Hazeu (Mertosedono, 1986:28) Hyang ber-arti

Roh, Sukma atau Dewa. Dalam kata wod, menurut kamus kawi Bali,

kamus karangan Dr. Van Der Tuuk Hyang merupakan leluhur, sehingga

dalam bahasa Jawa, Eyang atau Perkataan Hyang, wod dikatakan apabila

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Media Komunikasieprints.umm.ac.id/55226/3/BAB II.pdf · 2019. 11. 13. · orang pelaku komunikasi dan dilakukan dengan cara seminar, konfrensi, rapat dan

19

wongsal, wangsul, wira wiri, ngelayang (tidak tetep), maka roh atau sukma

merupakan badan halus yang melayang (ngelambrang) atau disebut dengan

arwah, leluhur yang sudah meninggal. Bila wod dihubungkan dengan

wayang, maka ada persamaan wayang, layangan, sukma leluhur. Menurut

Kresena (2012:21) wayang adalah bayang-bayang atau samar-samar yang

bergerak sesuai dengan arahan dari dalang yang membawakan lakon.

Dalam pertunjukan, lakon berupa cerita wayang yang mengisahkan

tentang nilai-nilai berkaitan dengan kehidupan manusia yang

mencerminkan dari sifat dan karakter manusia secara nyata. Selanjutnya

pemahaman wayang mengarah kepada martabat seseorang dalam

mendukung dan memperhatikan. Wayang sebagai benda tiruan yang

dibuat dari segi bermacam-macam dan bentuk, menjadikan ciri khas antar

wayang. Adapun jenis-jenis wayang menurut Boesastra (Mertosedono,

1986:42) antara lain : Wayang Beber, Wayang Gedhog, Wayang Golek,

Wayang Klithik, Wayang Kulit, Wayang Madya, Wayang Purwa, Wayang

Potehi dan Wayang Wong.

Pada umum nya, semua wayang digunakan untuk bercerita

mengenai padangan hidup, tema yang disampaikan dalam bercerita juga

bermacam-macam, salah satunya Mahabrata. Salah satu wayang yang

digunakan untuk bercerita, mendongeng dan bermain yaitu wayang Suket,

bahan utama dari wayang ini terdapat dari “Suket” atau rumput dalam

membuat, jenis rumput yang digunakan rumput Mendong, dalam membuat

dibutuhkan ketekunan dan kesabaran dalam menganyam rumput tersebut

serta mudah dan gampang untuk memainkan,

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Media Komunikasieprints.umm.ac.id/55226/3/BAB II.pdf · 2019. 11. 13. · orang pelaku komunikasi dan dilakukan dengan cara seminar, konfrensi, rapat dan

20

2.4.1 Wayang Sebagai Media Tradisional

Wayang sebagai media tradisional memiliki peran yang

berkembang ditengah masyarakat sehingga mempunyai sentuhan

dimensi dalam suatu budaya tertentu dengan tujuan sebagai proses

komunikasi yang efektif dan efeksien. Sehingga memunculkan

unsur-unsur yang terdapat dalam media tradisional berupa nilai-

nilai yang berakar pada budaya dan ritual disuatu masyarakat,

adapun pengembangan dan pelestarian nilai-nilai budaya khusus-

nya budi pekerti yang tumbuh dan berkembang ditengah

masyarakat.

Penggunaan media tradisional saat ini bersifat monolog dan

dialog artinya setiap pesan yang tersampaikan mengandung nilai-

nilai kehidupan didalamnya yang juga pemanfaatan sebagai media

hiburan. Dalam pertunjukan wayang, terdapat pesan-pesan moral,

sikap dan nilai-nilai kehidupan yang menekankan kepada

lakon/cerita dalam kehidupan sehari-hari dengan menggunakan

bahasa daerah yang diring dengan ruwetan¸ kidungan dan

gamelang sebagai musik dasar, sedangkan untuk pertunjukan

wayang sendiri, memakai sinar dan penghalang sinar.

2.4.2 Wayang sebagai Media Transformasi

Pada dasarnya, masyarakat mengenal wayang hanya dalam

cerita atau legenda tanah Jawa, sebagai pengembangan sebuah

karya seni dan sastra yang dijadikan sebagai pandangan hidup.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Media Komunikasieprints.umm.ac.id/55226/3/BAB II.pdf · 2019. 11. 13. · orang pelaku komunikasi dan dilakukan dengan cara seminar, konfrensi, rapat dan

21

Seiring perkembangan zaman, cerita atau lakon yang dibawakan

mengalami perubahan fungsi cerita yang digunakan sebagai media

transformasi yang edukatif dan efektif dalam pembelajaran.

Penyajian cerita disampaikan dengan semenarik mungkin,

sehingga dapat menambah minat belajar siswa dalam memenuhi

kebutuhan siswa memperoleh materi pembelajaran. Wayang dibuat

menyerupai tokoh manusia dari Mendong, setelah ittu dimainkan

dengan bantuan sinar dan penghalang sinar dan cerita yang

menyesuaikan dengan sasaran/tempat pertunjukan tersebut.

Dalam pertunjukan wayang, menyimpan nilai-nilai moral

yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, diantaranya

menghormati orang tua, menjaga kebersihan, patuh kepada

perintah Tuhan, menolong sesama, kejujuran, dan sebagainya.

Pudentia (1992) dalam skripsi Pana Pramulia, menyatakan

transformasi berkaitan dengan perubahan karya sastra yang

menyangkut struktur cerita, tokoh, latar, tema, dan lain-lain

(Hutomo, 1999:176). Sehingga menurut (Hutomo, 1999:174-175)

Transformasi merupakan proses bukan hanya mengubah struktur

gramatikal tetapi menambah, mengurangi, dan mengatur kembali

konstituesinya. Maka dalam menyampaikan cerita, harus

memerhatikan permasalahan kehidupan nyata yang dialami anak-

anak, cerita realistik bukan hanya perlu tetapi juga diminati anak-

anak karena penggambaran didalamnya dapat mendekatkan mereka

pada kehidupan nyata.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Media Komunikasieprints.umm.ac.id/55226/3/BAB II.pdf · 2019. 11. 13. · orang pelaku komunikasi dan dilakukan dengan cara seminar, konfrensi, rapat dan

22

Dengan pemahaman diatas, wayang menyerupai benda tiruan yang

dibuat dari berbagai macam bentuk dan bahan yang digunakan sehingga

memiliki ciri khas. Penggunaan wayang, dimanfaatkan sebagai media

tradisional dan media transformasi yang menjalankan fungsi dengan

efektif dan efeksien. Seperti, wayang sebagai media tradisional yang

berkembang dalam masyarakat sebagai media informasi dan hiburan

sehingga wayang dipercayai oleh masyarakat mengandung nilai-nilai

berakar pada budaya. Sebagai contoh, cerita para kerajaan Jawa yang

memiliki nilai-nilai budi pekerti yang dijadikan sebagai pandangan sumber

hidup, dengan menjadikan sebagai media transformasi, wayang dapat

menjalankan fungsi sebagai alat bantu proses belajar-mengajar bagi siswa

dengan membuat pelajaran menjadi menarik perhatian dan memudahkan

dalam menyerap/mengingat pelajaran yang disampaikan.

2.5 Etika komunikasi Dalam Budaya Jawa

2.5.1 Etika Komunikasi

Etika sering kali disebut sebagai falsafah Moral, secara

etimologi kata “etika” berasal dari yunani ethos dan etikhos.

“Ethos” berarti sifat dan watak sedangkan etikhos berarti susila

atau keadaaban, kelakuan dan perbuatan baik seseorang. Etika

membahas baik dan buruknya seseorang dari tingkah laku dan

kewajiban-kewajiban manusia. Menurut Englehardt (dalam West-

Turner, 2014:17-18) etika adalah suatu tipe pembuatan keputusan

yang bersifat moral dan menentukan apa yang benar dan salah

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Media Komunikasieprints.umm.ac.id/55226/3/BAB II.pdf · 2019. 11. 13. · orang pelaku komunikasi dan dilakukan dengan cara seminar, konfrensi, rapat dan

23

yang dipengaruhi oleh peraturan dan hukum yang ada dalam

masyarakat. Sedangkan etika menurut Bertens (2007:6): (1) etika

adalah nilai-nilai dan norma-norma moral bagi seseorang atau

suatu kelompok dalam mengatur tingkah laku, (2) etika adalah asas

atau nilai moral seseorang, (3) etika adalah ilmu yang mempelajari

baik buruknya suatu perilaku seseorang.

Pemahaman etika yaitu membahas mengenai moralitas, moral

serta kesusilaan. Dengan kata lain, moral adalah kesempurnaaan

manusia, sedangkan kesusilaan meruupakan tuntutan kodrat manusia

(Drijarkara, 1978:25). Pembahasan kesusilaan terbentuk dari kayta

“sila” yang asal mula adalah bahasa sangsekerta dan memiliki arti

berbagai macam ragam, moral merupakan kata mores yang berarti

adat-istiadat ataupun sesuatu yang ada diluar nalar manusia sehingga

memberi perintah maupu pengaruh ke dalam perilaku manusia. F.M

Suseno membedakan antara pengertian ajaran moral dengan etika.

Ajaran moral adalah ajaran-ajaran, wejengan-wejengan, khotobah-

khotobah, pathokan-pathokan, kumpulan peraturan dan ketetepan,

entah lisan atau tertulis tentang bagaimana manusia seharusnya hidup

dan bertindak sesuai dengan ketetapannya.

2.5.2 Etika Jawa

Setelah diuraikan diatas tentang gambaran etika secara

umum, maka disini akan diulas pengertian etika lebih spesifik yaitu

etika Jawa. “etika” membahas ilmu tentang keseluruhan norma dan

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Media Komunikasieprints.umm.ac.id/55226/3/BAB II.pdf · 2019. 11. 13. · orang pelaku komunikasi dan dilakukan dengan cara seminar, konfrensi, rapat dan

24

penilaian yang dipergunakan oleh masyarakat bersangkutan dalam

mengetahui bagaimana manusia menjalankan kehidupan, yang

dimaksud “Jawa” disini memiliki pengertian “orang Jawa”,

“masyarakat Jawa”, dan “bahasa Jawa” karena berkaitan dengan

etika dimana obyek dan sasarannya adalah manusia. Maka

pembahasan ini difokuskan pada pengertian “orang Jawa”, yang

dikatakan orang Jawa adalah penduduk asli bagian Jawa Tengah

dan Jawa Timur.

Menurut F.M Suseno (1984:11) orang Jawa menyerupai

orang yang bahasa ibunya adalah bahasa Jawa dengan cara

berbicara dan berperilaku sesama orang Jawa. Adapun dibedakan

berdasarkan dari stratifikasi social dari suatu masyarakat,

stratifikasi social Jawa muncul disebabkan peninggalan-peningalan

kerajaan-kerajaan pada waktu itu masih mempercayai sampai saat

ini. Stratifikasi menurut Endaswara (2003:8-9) berupa:

1. Priyayi dan wong lumrah, golongan priyayi adalah

kelompok masyarakat ningrat, yang memiliki trah atau

darah tertentu. Trah (gelar kebangsaan). Kaum priyayi

memiliki adat tertentu yang berbeda dengan wong lumrah.

Namun seiring perkembangan jaman kaum priyayi tidak

hanya orang-orang yang berasal dari ningrat, melainkan

juga pegawai atau pejabat. Jadi, Priyayi memiliki jenis

pekerjaan yang halus sedangkan wong lumrah adalah

mereka yang sama sekali tidak mempunyai kedudukan apa-

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Media Komunikasieprints.umm.ac.id/55226/3/BAB II.pdf · 2019. 11. 13. · orang pelaku komunikasi dan dilakukan dengan cara seminar, konfrensi, rapat dan

25

apa dalam masyarakat. Oleh karena itu, priyayi dan wong

lumrah memiliki jarak dan memiliki hubungan yang

didasari oleh system hormat.

2. Wong gedhe dan wong cilik. Wong gede suatu kelompok

termuka dalam masyarakat dan dipandang karena memiliki

kelebihan tertentu berupa jabatan, kekayaan, keahlian khusus

yang tidak dimiliki oleh wong cilik, akibatnya kedua kelompok

ini bepegang teguh pada nilai-nilai dalam kehidupan sehari-hari.

3. Pinisepuh dan kawula mudha. Pinisepuh menjadikan suatu

posisi dimana orang Jawa dianggap tua atau ditua-kan oleh

masyarakat dan golongan kawula mudha yang selalu

terbelakang atau dibawah. Posisi ini semacam menerima apa-

adanya, tanpa protes karena masyarakat memahami Rasa.

4. Santri dan abangan. Santri menyerupai golongan

masyarakat Jawa yang tekun menjalankan agamanya

sedangkan abangan justru sebaliknya, karena selalu

memposisikan kaum santri akibatnya hubungan keduanya

memperhatikan budi pekerti.

5. Sedulur dan wong liya. Sedeluru berupa suatu kelompok

yang masih ada hubungannya dengan kekerabatan dekat,

hubungan ini biasanya tidak banyak dipersoalkan dalam

saling menghormati. Bedanya jika dengan orang-orang di

luar trah (kekerabat) system hormat amat penting dilakukan

agar menerapkan saling menghargai antar sesama.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Media Komunikasieprints.umm.ac.id/55226/3/BAB II.pdf · 2019. 11. 13. · orang pelaku komunikasi dan dilakukan dengan cara seminar, konfrensi, rapat dan

26

Dalam melakukan aktivitas komunikasi, orang Jawa tidak pernah

melupakan unsur etika. Penggunaan bahasa Jawa sehari-hari biasa disebut

bahasa ibu, bahasa ibu memiliki tiga bentuk tingkatan variasi bahasa Jawa,

yaitu Ngoko (kasar), Madya (biasa) dan Krama (halus). Namun pada

tingkatan yang lebih, terdapat tujuh tingkatan dalam bahasa Jawa

diantaranya: Ngoko, Ngoko Andhap, Madya, Madhyantara, Kromo, Kromo

Inggil, Bagongan, Kedhaton pemakaian ragam bahasa inilah yang sering

dijadikan pandangan bahasa Jawa dalam berkomunikasi.

Menurut Digdaya (1953:2) seseorang yang menggunakan bahasa

Jawa dengan orang lain dan tidak tepat dengan tatanan dengan siapa ia

berbicara akan menyebabkan komunikasi dengan orang tersebut

terganggu. Dengan demikian penggunaan, kalimat dengan “siapa kita

berbicara” sangat penting diperhatikan pengunaan bahasa Jawa, karena

harus sesuai dengan tatanan kedudukan seseorang dalam berbicara seperti

stratifikasi diatas.

Orang Jawa merasa terhormat apabila mereka dipandang lebih dan

dihargai oleh orang lain. Hubungan tua-muda, atas-bawah, senior-junior

dalam budaya Jawa masih dipegang teguh dalam menyelarasakan

pergaulan atau strata, misalnya ketika berbicara kepada orang lebih tua,

tidak boleh menatap wajah orang yang diajak berbicara, pandangan mata

harus sedikit menunduk, nada berbicara lebih lembut dari cara berbicara

dengan teman, dan penuh rasa hormat. Sehingga penggunaan kalimat

unggah-ungguh, seperti ragam krama-ngoko, sangat menentukan etika

seseorang dalam berbicara. Maka dari itu, penggunaan kalimat dalam

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Media Komunikasieprints.umm.ac.id/55226/3/BAB II.pdf · 2019. 11. 13. · orang pelaku komunikasi dan dilakukan dengan cara seminar, konfrensi, rapat dan

27

pemilihan kata-kata dan makna akan menambah kewibawaan dan

keutamaan seseorang dalam berkomunikasi.

Unggah-ungguh atau sopan santun menyebabkan suatu kesatuan

dalam menempatkan diri sesuai dengan tuntutan tatakrama social dalam

budaya Jawa. Penggunaan bahasa yang digunakan kita saat berbicara

dengan orang tua, memiliki perbedaan bahasa dua tingkatan dalam

berbicara, yaitu kromo sebagai bentuk sikap hormat dan ngoko sebagai

bentuk keakraban sedangkan kromo inggil sebagai pengungkapan sikap

hormat yang lebih tinggi. Penempataan dalam tingkatan bahasa kromo

inilah merupakan suatu sarana ampuh dalam mencegah timbul konflik

antar orang Jawa. Tatanan kromo ini menyangkut gerak badan, urutan

duduk, isi dan bentuk komunikasi, sehingga dalam penempatan ngoko-

krama memiliki fungsi sebagai mengatur semua bentuk interaksi yang

terjadi antar keluarga, lingkungan dalam bertetangga, teman-teman akrab

maupun orang yang tidak dikenal sekalipun.

Dengan pemahaman diatas, maka Etika Komunikasi dalam Budaya

Jawa menyangkut proses komunikasi didalam budaya Jawa, etika

berbicara, perilaku sikap baik dan buruk seseorang sesuai moral yang

sudah ada. Etika secara khusus yaitu “etika Jawa” berbicara tentang

unggah-ungguh yang tidak bisa dipisahkan dalam budaya Jawa kemudian

pembahasan tentang sisilah atau stratifikasi dari orang Jawa, dimana

semakin tinggi derajat seseorang maka cara bertutur kata akan berubah

sesuai tingkatan. Unggah-ungguh adalah sikap yang ditunjukan oleh orang

Jawa dalam membawa diri kepada masyarakat, yang selalu

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Media Komunikasieprints.umm.ac.id/55226/3/BAB II.pdf · 2019. 11. 13. · orang pelaku komunikasi dan dilakukan dengan cara seminar, konfrensi, rapat dan

28

memperhatikan ucapan atau tutur bahasa dan cara berperilaku dalam

menghargai dan menghormati orang lain dengan memperhatikan

stratifikasi atau silsilah dalam keluarga.

2.6 Teori Kesantunan (Politeness Theory)

Menurut Penelope Brown dan Stephen Levinson (1980) teori

kesantunan (politeness theory) adalah salah satu teori komunikasi

intrapersonal yang menyatakan bahwa orang-orang akan menggunakan pesan

yang berbeda, tergantung pada persepsi mereka terhadap situasi dan siapa

yang menjadi pendengar. Teori ini, menekankan pada bagaimana orang-orang

membentuk pesan komunikasi dan berbagai faktor yang mempengaruhi

produksi pesan. Produksi pesan sangat penting dalam proses komunikasi,

termasuk dimensi-dimensi abstraksi pesan, kesesuaian pendengar, jenis-jenis

perancangan strategi pesan untuk mencapai tujuan tertentu atau untuk

mengkoordinasikan berbagai macam tujuan, jenis-jenis tema isi pesan,

pemilihan kata-kata yang khusus, dan lain-lain (Wilson, 2013:15).

Menurut Zamzani (2010: 2) dalam skripsi (Kurniawati Oktofia, 2012)

kesantunan (politeness) merupakan perilaku yang diekspresikan dengan cara

yang baik atau beretika. Kesantunan merupakan fenomena kultural, sehingga

apa yang dianggap santun oleh suatu kultur mungkin tidak demikian halnya

dengan kultur yang lain. Tujuan kesantunan, termasuk kesantunan berbahasa,

adalah membuat suasana berinteraksi menyenangkan, tidak mengancam muka

dan efektif. Menurut Rahardi (2005: 35) penelitian kesantunan mengkaji

penggunaan bahasa (language use) dalam suatu masyarakat bahasa tertentu.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Media Komunikasieprints.umm.ac.id/55226/3/BAB II.pdf · 2019. 11. 13. · orang pelaku komunikasi dan dilakukan dengan cara seminar, konfrensi, rapat dan

29

Masyarakat tutur yang dimaksud adalah masyarakat dengan aneka latar

belakang situasi sosial dan budaya yang mewadahinya. Adapun yang dikaji di

dalam penelitian kesantunan adalah segi maksud dan fungsi tuturan.

Dalam penyampaian cerita, dalang harus memikirkan tatacara

berbahasa dalam menyampaikan pesan pertunjukan wayang Suket.

Penyampain cerita ini harus sesuai dengan norma-norma budaya sehingga

dalam penyampaiannya, dalang tidak asal menyampaikan ide cerita saja

melainkan sesuai dengan unsur-unsur budaya yang ada dalam masyarakat

budaya Jawa. Cerita yang dibawakan dalang biasanya tergantung dari target

penonton, usia dan tempat pertunjukan. Kesantunan berbahasa dalam

menyampaikan cerita dapat dilakukan dengan cara mematuhi prinsip sopan

santun berbahasa yang sesuai dengan bahasa sehari-hari agar penonton dapat

memahami isi cerita yang disampaikan oleh dalang.

2.7 Focus Penelitian

Focus dalam penelitian ini terkait bagaimana proses wayang suket

sebagai media transformasi pada kegiatan Pramuka kelas IV dan V SDN

Rampal Celaket 02 Malang mengenai etika komunikasi dalam budaya Jawa.

Adapun yang dimaksud adalah transparasi nilai-nilai tentang etika komunikasi

dalam pengaruh penyampaian pesan pada pertunjukan wayang Suket meliputi:

1. Unggah-ungguh terkait etika dalam berbicara kepada orang yang lebih tua

2. Unggah-ungguh terkait etika komunikasi verbal dan nonverbal dalam

budaya Jawa

3. Makna yang terkait dalam wayang Suket.