BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Limbah dan...

23
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Limbah dan pencemarannya Kegiatan manusia hampir semuanya menghasilkan barang sisa. Barang sisa itu pun bisa berupa zat padat, cair ataupun gas. Jika tidak terjadi pengolahan yang bersih dan sehat serta sesuai cara yang tepat maka zat sisa tersebut dapat berdampak buruk bagi semua aspek, misalnya kesehatan tubuh, kesehatan lingkungan dan juga kelestarian alam. Dalam pengendalian zat sisa yang kemudian disebut sampah dan limbah maka pemerintah mengaturnya dalam undang – undang dan peraturan Limbah dapat mencemari lingkungan dalam kondisi tertentu. Untuk mencegah terjadinya pencemaran maka dibutuhkan tindakan khusus dalam mengatur dan mengolah limbah yang dihasilkan baik berupa zat padat, cair ataupun gas. 2.1.1 Limbah Limbah adalah bahan sisa pada suatu kegiatan dan/atau proses produksi, termasuk di sini limbah B3 (bahan berbahaya dan beracun). Menurut Peraturan Pemerintah no 18 tahun 1999 tentang pengolahan limbah berbahaya dalam pasal 1 menyebutkan “Limbah bahan berbahaya dan beracun, disingkat limbah B3, adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan/atau beracun yang karena sifat dan/atau konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusakkan lingkungan hidup, dan/atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain”. (PP no 18 tahun 1999)

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Limbah dan...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Limbah dan pencemarannyaeprints.ung.ac.id/5039/5/2012-1-13201-811408001-bab2... · mereduksi kandungan limbah cair yang ada melakukan pembuangan langsung

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Limbah dan pencemarannya

Kegiatan manusia hampir semuanya menghasilkan barang sisa. Barang sisa

itu pun bisa berupa zat padat, cair ataupun gas. Jika tidak terjadi pengolahan yang

bersih dan sehat serta sesuai cara yang tepat maka zat sisa tersebut dapat berdampak

buruk bagi semua aspek, misalnya kesehatan tubuh, kesehatan lingkungan dan juga

kelestarian alam. Dalam pengendalian zat sisa yang kemudian disebut sampah dan

limbah maka pemerintah mengaturnya dalam undang – undang dan peraturan

Limbah dapat mencemari lingkungan dalam kondisi tertentu. Untuk mencegah

terjadinya pencemaran maka dibutuhkan tindakan khusus dalam mengatur dan

mengolah limbah yang dihasilkan baik berupa zat padat, cair ataupun gas.

2.1.1 Limbah

Limbah adalah bahan sisa pada suatu kegiatan dan/atau proses produksi,

termasuk di sini limbah B3 (bahan berbahaya dan beracun). Menurut Peraturan

Pemerintah no 18 tahun 1999 tentang pengolahan limbah berbahaya dalam pasal 1

menyebutkan “Limbah bahan berbahaya dan beracun, disingkat limbah B3, adalah

sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan/atau

beracun yang karena sifat dan/atau konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik secara

langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusakkan

lingkungan hidup, dan/atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan,

kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain”. (PP no 18 tahun 1999)

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Limbah dan pencemarannyaeprints.ung.ac.id/5039/5/2012-1-13201-811408001-bab2... · mereduksi kandungan limbah cair yang ada melakukan pembuangan langsung

10

Limbah dapat dibedakan berdasarkan nilai ekonomisnya dapat digolongkan

dalam 2 golongan yaitu :

1. Limbah yang memiliki nilai ekonomis limbah yang dengan proses lebih

lanjut/diolah dapat memberikan nilai tambah. Contohnya : limbah dari pabrik gula

yaitu tetes, dapat dipakai sebagai bahan baku pabrik alkohol, ampas tebunya dapat

dijadikan bubur pulp dan dipakai untuk pabrik kertas. Limbah pabrik tahu masih

banyak mengandung protein dapat dimanfaatkan sebagai media untuk

pertumbuhan mikroba misalnya untuk produksi Protein Sel Tunggal/PST atau

untuk alga, misalnya Chlorella sp.

2. Limbah non ekonomis limbah yang tidak akan memberikan nilai tambah

walaupun sudah diolah, pengolahan limbah ini sifatnya untuk mempermudah

sistem pembuangan. Contohnya: limbah pabrik tekstil yang biasanya terutama

berupa zat-zat pewarna

Berdasarkan sifatnya limbah dapat dibedakan menjadi :

1. Limbah padat adalah hasil buangan industri yang berupa padatan, lumpur, bubur

yang berasal dari sisa kegiatan dan atau proses pengolahan. Contohnya : limbah

dari pabrik tapioka yang berupa onggok, limbah dari pabrik gula berupa bagase,

limbah dari pabrik pengalengan jamur, limbah dari industri pengolahan unggas,

dan lain-lain.

Limbah padat dapat di bagi 2 yaitu:

a. Dapat didegradasi, contohnya sampah bahan organik, onggok

b. Tidak dapat didegradasi contoh plastik, kaca, tekstil, potongan logam.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Limbah dan pencemarannyaeprints.ung.ac.id/5039/5/2012-1-13201-811408001-bab2... · mereduksi kandungan limbah cair yang ada melakukan pembuangan langsung

11

2. Limbah Cair adalah sisa dari proses usaha dan/atau kegiatan yang berwujud cair.

Contohnya antara lain : Limbah dari pabrik tahu dan tempe yang banyak

mengandung protein, limbah dari industri pengolahan susu, dan limbah deterjen

pencucian.

3. Limbah gas/asap adalah sisa dari proses usaha dan/atau kegiatan yang berwujud

gas/asap. Contohnya : limbah dari pabrik semen

Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah no 18 tahun 1999 tentang pengolahan

limbah berbahaya dalam pasal 7 menyebutkan jenis limbah B3 menurut sumbernya

meliputi :

a. Limbah B3 dari sumber tidak spesifik;

b. Limbah B3 dari sumber spesifik;

c. Limbah B3 dari bahan kimia kadaluarsa, tumpahan, bekas kemasan, dan

buangan produk yang tidak memenuhi spesifikasi.

Dalam peraturan pemerintah yang sama pun menyebutkan setiap badan usaha

yang menghasilkan limbah cair, padat dan gas pun wajib pengolahan untuk

mereduksi kandungan limbah cair yang ada melakukan pembuangan langsung ke

lingkungan alam bebas . Banyak hal yang perlu dipertimbangkan untuk melakukan

pengolahan, terutama dapat menimbulkan ketidakstabilan lingkungan ekosistem dan

bisa memperngaruhi kesehatan lingkungan.

Di dalam PP no 20 tahun 1990 menjelaskan bahwa pengendalian lingkungan

akan diatur oleh pemerintah setempat dalam hal ini kekuasaan tertinggi yaitu

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Limbah dan pencemarannyaeprints.ung.ac.id/5039/5/2012-1-13201-811408001-bab2... · mereduksi kandungan limbah cair yang ada melakukan pembuangan langsung

12

Gubernur, pemerintah setempat harus tegas bagi mereka pelaku usaha yang

menghasilkan limbah untuk melakukan proses pengolahan terlebih dahulu.

2.1.2 Proses Pengolahan limbah

Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengolah limbah agar tidak

berbahaya :

1. Proses Pengolahan Secara Aerobik :

Prinsip pengolahan secara aerobik adalah menguraikan secara sempurna

senyawa organik yang berasal dari buangan di dalam periode waktu yang relatif

singkat. Penguraian dilakukan terutama dilakukan oleh bakteri dan hal ini

dipengaruhi oleh:

a. Jumlah nutrient

b. Oksigen

Contoh dari proses pengolahan limbah secara aerobik antara lain :

a. Lumpur aktif (Activated Sludge)

Lumpur adalah materi yang tidak larut yang selalu nampak kehadirannya di

dalam setiap tahap pengolahan, tersusun oleh serat-serat organik yang kaya

akan selulosa dan di dalamnya terhimpun kehidupan mikroorganisme

b. Saringan trickling (Trickling Filter)

Merupakan suatu bejana yang tersusun oleh lapisan materi kasar, keras dan

kedap air. Kegunaannya untuk mengolah air buangan dengan mekanisme

aliran air yang jatuh dan mengalir perlahan-lahan melalui lapisan batu untuk

kemudian disaring.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Limbah dan pencemarannyaeprints.ung.ac.id/5039/5/2012-1-13201-811408001-bab2... · mereduksi kandungan limbah cair yang ada melakukan pembuangan langsung

13

Saringan trickling memiliki 3 sistem utama yaitu:

1. Distributor

2. Pengolahan

3. Pengumpul

c. Kolam oksidasi/stabilisasi (Oxidation Ponds)

Kolam ini tidak memerlukan biaya yang mahal. Terdapat beberapa kolam

yang utama digunakan yaitu kolam fakultatif, kolam maturasi, dan kolam

anaerob. kelebihan kolam ini yaitu:

1) Beban BOD pada kadar rendah dapat menghasilkan kualitas efluen

sehingga 97 %.

2) Alga yang hidup dalam kolam mempunyai potensi sebagai sumber protein

yang tinggi dan dapat digunakan untuk perikanan. Ikan dapat dibiakkan

dalam kolam maturasi.

3).Pengoperasiannya mudah. Kebutuhan pengoperasiannya minimum.

Kekurangan kolam pengoksidaan seperti berikut:

1) Kolam pengoksidaan ini untuk mengalirkan efluen dengan kepekatan

suspended solis (SS) dan BOD yang tinggi

2) Pengeluaran bau yang busuk mengganggu penduduk yang tinggal di sekitar

kolam ini. Hal ini terjadi jika tidak ada cahaya matahari (ketika hujan dan

waktu malam).

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Limbah dan pencemarannyaeprints.ung.ac.id/5039/5/2012-1-13201-811408001-bab2... · mereduksi kandungan limbah cair yang ada melakukan pembuangan langsung

14

3).Untuk membuat kolam pengoksidaan diperlukan kawasan yang luas jika

dibandingkan dengan sistem konvensional yang lain. Sehingga tidak sesuai

jika dibuat di kawasan yang tanahnya mahal. (Hamdiyanti, Yanti)

e. Parit oksidasi (Oxidation Ditch)

Dibandingkan dengan proses lumpur aktif konvensional, axidation ditch

mempunyai beberapa kelebihan, yaitu efisiensi penurunan BOD dapat mencapai

85%-90% (dibandingkan 80%-85%) dan lumpur yang dihasilkan lebih sedikit.

Selain efisiensi yang lebih tinggi (90%-95%).

f. Perabukan Cairan

Merupakan suatu proses penanganan limbah organik yang pekat secara

aerobik dimana energi yang berasal dari oksidasi limbah dilakukan oleh

mikroorganisme dihasilkan pada suhu operasi yang dinaikkan. Naiknya suhu akan

menyebabkan : kekentalan padatan total tertinggi menurun (di bawah kondisi

aerob), meningkatkan laju reaksi oleh mikroorganisme dan membantu

menghasilkan stabilitas bahan organik yang cepat dan detuksi patogen.

Keberhasilan proses perabukan cairan ditentukan oleh aerob yang dapat

memindahkan oksigen yang cukup untuk memenuhi kebutuhan oksigen dari

campuran cairan yang pekat. Proses ini digunakan pada rabuk sapi, babi dan susu.

h. Kontraktor biologik berputar (Rotating biological contractor)

Analog dengan rotating trickling filter/penyaring menetes berputar. Digunakan

antara lain untuk menangani limbah kota, air limbah yang berasal dari industri

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Limbah dan pencemarannyaeprints.ung.ac.id/5039/5/2012-1-13201-811408001-bab2... · mereduksi kandungan limbah cair yang ada melakukan pembuangan langsung

15

pengemasan daging, susu dan keju, minuman keras dan anggur, produksi babi dan

unggas, pengolahan sayuran dan indutri perekat dan kertas

2. Proses Pengolahan Secara Anaerobik

Proses anaerobik adalah :

a. fermentasi dalam stadia asam

b. regresi dalam stadia asam

c. fermentasi dalam stadia basa

Prinsip proses pengolahan secara anaerobik adalah menghilangkan atau

mendegradasi bahan karbon organik dalam limbah cair atau sludge. Keuntungan

proses secara anaerobik adalah tidak membutuhkan energi untuk aerasi, lumpur atau

sludge yang dihasilkan sedikit, polutan yang berupa bahan organik (misalnya :

polisakarida, protein dan lemak) hampir semuanya dikonversi ke bentuk gas metan

(biogas) yang memiliki nilai kalor cukup tinggi. Sedangkan kelemahan proses

pengolahan cara anaerobik adalah pada kemampuan pertumbuhan bakteri metan yang

sangat rendah, sehingga membutuhkan waktu yang lebih panjang antara dua sampai

lima hari untuk penggandaannya, sehingga diperlukan reaktor yang bervolume cukup

besar.

Proses degradasi dalam pengolahan secara anaerobik tersebut dibagi dalam

beberapa tahap, yaitu:

a. Hidrolisi molekul organik polimer .

b. Fermentasi gula dan asam amino.

c. B – oksidasi anaerobik asam lemak rantai panjang dan alkohol.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Limbah dan pencemarannyaeprints.ung.ac.id/5039/5/2012-1-13201-811408001-bab2... · mereduksi kandungan limbah cair yang ada melakukan pembuangan langsung

16

d. Oksidasi anaerobik produk antara seperti asam lemak (kecuali asam asetat).

e. Dekarboksilasi asam asetat menjadi metan.

f. Oksidasi hidrogen menjadi metan.

Kecepatan degradasi biopolimer tergantung pada jumlah jenis bakteri yang

ada dalam reaktor, efisiensi dalam mengubah substrat dengan kondisi-kondisi waktu

tinggal substrat di dalam reaktor, kecepatan alir efluen, temperatur dan pH di dalam

bioreaktor. Jika substrat yang mudah larut dominan, reaksi substrat dengan kondisi

seperti waktu tinggal substrat di dalam reaktor, kecepatan alir efluen, temperatur dan

pH yang terjadi di dalam bioreaktor maka reaksi kecepatan terbatas, akan cenderung

membentuk metan dari asam asetat dan dari asam lemak dengan kondisi stabil atau

steady state. Faktor lain yang mempengaruhi proses antara lain waktu tinggal atau

lamanya substrat berada dalam suatu reaktor sebelum dikeluarkan sebagai sebagai

supernatan atau digested sludge (efluen). Minimum waktu tinggal harus lebih besar

dari waktu generasi metan sendiri, supaya mikroorganisme didalam reaktor tidak

keluar dari reaktor atau wash out.

Penanganan limbah secara anaerobik ada 4 jenis proses, yaitu :

1). Cara Konvensional

2.) Proses Dua Tahap

3). Proses Dua Tahap dengan Daur Ulang Padatan

4). Proses Menggunakan Saringan Anaerobik (Loehr, 1977)

Contoh pengolahan secara aerobik antara lain : lagun anaerobik, digester dan filter

anaerobik.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Limbah dan pencemarannyaeprints.ung.ac.id/5039/5/2012-1-13201-811408001-bab2... · mereduksi kandungan limbah cair yang ada melakukan pembuangan langsung

17

3. Bioremediasi

Bioremediasi merupakan suatu teknologi inovatif pengolahan limbah, yang dapat

menjadi teknologi alternatif dalam menangani pencemaran yang diakibatkan oleh

kegiatan pertambangan di Indonesia. Bioremediasi ini teknik penanganan limbah atau

pemulihan lingkungan, dengan biaya operasi yang relatif murah, serta ramah dan

aman bagi lingkungan. Bioremediasi adalah proses pembersihan pencemaran tanah

dengan menggunakan mikroorganisme (jamur, bakteri). Bioremediasi bertujuan untuk

memecah atau mendegradasi zat pencemar menjadi bahan yang kurang beracun atau

tidak beracun (karbon dioksida dan air).

Ada dua jenis bioremediasi, yaitu in-situ (atau on-site) dan ex-situ (atau off-site).

Pembersihan on-site adalah pembersihan di lokasi. Pembersihan ini lebih murah dan

lebih mudah, terdiri dari pembersihan, venting (injeksi), dan bioremediasi. Sementara

bioremediasi ex-situ atau pembersihan off-side dilakukan dengan cara tanah yang

tercemar digali dan dipindahkan ke dalam penampungan yang lebih terkontrol,

kemudian diberi perlakuan khusus dengan menggunakan mikroba. Bioremediasi ex-

situ dapat berlangsung lebih cepat, mampu me-remediasi jenis kontaminan dan jenis

tanah yang lebih beragam, dan lebih mudah dikontrol dibanding dengan bioremediasi

in-situ.

Ada 4 teknik dasar yang biasa digunakan dalam bioremediasi:

a. Stimulasi aktivitas mikroorganisme asli (di lokasi tercemar) dengan

penambahan nutrien, pengaturan kondisi redoks, optimasi pH, dsb

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Limbah dan pencemarannyaeprints.ung.ac.id/5039/5/2012-1-13201-811408001-bab2... · mereduksi kandungan limbah cair yang ada melakukan pembuangan langsung

18

b. Inokulasi (penanaman) mikroorganisme di lokasi tercemar, yaitu

mikroorganisme yang memiliki kemampuan biotransformasi khusus

c. Penerapan immobilized enzymes

d. Penggunaan tanaman (phytoremediation) untuk menghilangkan atau

mengubah pencemar.

2.1.3 Standar baku Mutu Limbah dan Perundang – undangannya

Peraturan pemerintah RI No. 85 tahun 1999 tentang perubahan atas Peraturan

Pemerintah No. 18 tahun 1999 tentang pengolahan limbah berbahaya dan beracun

menetapkan bahwa lingkungan hidup perlu dijaga kelestariannya sehingga tetap

mampu menunjang pelaksanaan pembangunan yang berkelanjutan, bahwa dengan

meningkatnya pembangunan di segala bidang, khususnya pembangunan di bidang

industri, semakin meningkat pula jumlah limbah yang dihasilkan termasuk yang

berbahaya dan beracun yang dapat membahayakan lingkungan hidup dan kesehatan

manusia.

Mengubah ketentuan Pasal 6, Pasal 7, dan Pasal 8 Peraturan Pemerintah

Nomor 18 Tahun 1999 tentang Pengelolan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun,

sebagai berikut: a) Pasal 6 (limbah B3 dapat diidentifikasikan menurut sumber dan

atau uji karakteristik dan atau uji toksikologi); b) Pasal 7 (Jenis limbah B3 menurut

sumbernya meliputi: Limbah B3 dari sumber tidak spesifik; Limbah B3 dari sumber

spesifik; serta Limbah B3 dari bahan kimia kadaluarsa, tumpahan, bekas kemasan,

dan buangan produk yang tidak memenuhi spesifikasi. Perincian dari masing-masing

jenis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) seperti tercantum dalam lampiran

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Limbah dan pencemarannyaeprints.ung.ac.id/5039/5/2012-1-13201-811408001-bab2... · mereduksi kandungan limbah cair yang ada melakukan pembuangan langsung

19

Peraturan Pemerintah ini. Hal ini pun tercantum dalan Undang – Undang No 32

Tahun 2009.

Uji karakteristik limbah B3 meliputi: mudah meledak; mudah terbakar; dan

bersifat reaktif; beracun; menyebabkan infeksi; dan bersifat korosif. Pengujian

toksikologi untuk menentukan sifat akut dan atau kronik. Daftar limbah dengan kode

limbah D220, D221, D222, dan D223 dapat dinyatakan limbah B3 setelah dilakukan

uji karakteristik dan atau uji toksikologi, serta c) Pasal 8 (Limbah yang dihasilkan

dari kegiatan yang tidak termasuk dalam Lampiran , Tabel 2 Peraturan Pemerintah

ini, apabila terbukti memenuhi pasal 7 ayat (3) dan atau (4) maka limbah tersebut

merupakan limbah B3 serta Limbah B3 dari kegiatan yang tercantum dalam

Lampiran , Tabel 2 Peraturan Pemerintah ini dapat dikeluarkan dari daftar tersebut

oleh instansi yang bertanggung jawab, apabila dapat dibuktikan secara ilmiah bahwa

limbah tersebut bukan limbah B3 berdasarkan prosedur yang ditetapkan oleh instansi

yang bertanggung jawab setelah berkoordinasi dengan instansi teknis, lembaga

penelitian terkait dan penghasil limbah. Pembuktian secara ilmiah sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) dilakukan berdasarkan: uji karakteristik limbah B3; uji

toksikologi; dan atau hasil studi yang menyimpulkan bahwa limbah yang dihasilkan

tidak menimbulkan pencemaran dan gangguan kesehatan terhadap manusia dan

makhluk hidup lainnya. Ketentuan lebih lanjut sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dan ayat (3) akan ditetapkan oleh instansi yang bertanggung jawab setelah

berkoordinasi dengan instansi teknis dan lembaga penelitian terkait (Alamsyah ;

2008).

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Limbah dan pencemarannyaeprints.ung.ac.id/5039/5/2012-1-13201-811408001-bab2... · mereduksi kandungan limbah cair yang ada melakukan pembuangan langsung

20

a. Suhu

Suhu adalah temperatur air limbah yang dihasilkan oleh kegiatan industri ,

suhu menjadi parameter yang penting. Peningkatan suhu mengakibatkan peningkatan

viskositas, reaksi kimia, evaporasi, dan volatilisasi selain itu juga menyebabkan

penurunan kelarutan gas dalam air, misal O2, CO2, N2, CH4, dan sebagainya

(Haslam, 1995 dalam Alamsyah ; 2008).

Peningkatan suhu disertai dengan penurunan kadar oksigen terlarut sehingga

keberadaan oksigen sering kali tidak mampu memenuhi kebutuhan oksigen bagi

organisme akuatik untuk melakukan proses metabolisme dan respirasi (Effendi, 2003

dalam alamsyah ; 2008). Baku mutu limbah cair industri atau usaha untuk parameter

suhu adalah maksimum 30oc.

b. BOD (Biochemical Oxygen Demand)

BOD (Biochemical Oxygen Demand) adalah jumlah oksigen terlarut yang

dibutuhkan organisme hidup untuk memecah atau mengoksidasi bahan buangan

dalam air (Fardiaz, 1992 dalam alamsyah ; 2008) atau merupakan suatu nilai empiris

yang mendekati secara global terjadinya proses penguraian bahan-bahan yang

terdapat dalam air dan sebagai hasil dari proses oksidasi tersebut akan terbentuk CO2,

air, dan NH3 (Alaert, 1987 dalam Alamsyah ; 2008). BOD merupakan parameter

utama dalam menentukan tingkat pencemaran perairan, dan tingkat pencemaran

berdasarkan nilai BOD disajikan pada Tabel 1 berikut ini:

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Limbah dan pencemarannyaeprints.ung.ac.id/5039/5/2012-1-13201-811408001-bab2... · mereduksi kandungan limbah cair yang ada melakukan pembuangan langsung

21

Tabel 1. Tingkat Pencemaran Berdasarkan Nilai BOD

Sumber : Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 3/MENLH/1/1998 Tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kawasan Industri

Baku mutu limbah cair industri atau usaha untuk parameter BOD adalah

maksimum 50 mg/l.

c. COD (Chemical Oxygen Demand)

COD (Chemical Oxygen Demand) adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan

oleh bahan oksidan (misal: Kalium Dikromat) untuk menguraikan bahan organic

(Fardiaz, 1992). Uji COD sebagai alternatif uji penguraian beberapa komponen yang

stabil terhadap reaksi biologi atau tidak dapat diurai/dioksidasi oleh mikroorganisme.

Nilai BOD (mg/l) Tingkat pencemaran

< 200 200-350 350-750 >750

Ringan Sedang Berat Sangat Berat

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Limbah dan pencemarannyaeprints.ung.ac.id/5039/5/2012-1-13201-811408001-bab2... · mereduksi kandungan limbah cair yang ada melakukan pembuangan langsung

22

Tabel 2. Tingkat Pencemaran Berdasarkan Nilai COD

Sumber : Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 3/MENLH/1/1998 Tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kawasan Industri

Baku mutu limbah cair industri atau usaha untuk parameter COD adalah

maksimum 100 mg/l.

d. TSS (Total Suspended Solid)

TSS (Total Suspended Solid) adalah besaran total dari seluruh padatan dalam

cairan atau banyaknya partikel yang berukuran lebih besar dari 1 μm yang tersuspensi

dalam suatu kolom air (Anderson, 1961), menurut Effendi (2003) TSS adalah bahan-

bahan tersuspensi dengan diameter > 1 μm yang tertahan pada saringan millipore

dengan diameter pori 0,45 μm. Baku mutu limbah cair industri atau usaha untuk

parameter TSS adalah maksimum 100 mg/l.

e. Derajat Keasaman (pH)

Derajat keasaman merupakan suatu ukuran konsentrasi ion Hidrogen dan

menuju suasana air tersebut bereaksi asam/basa (Pescod, 1973 dalam alamsyah ;

2008). Baku mutu limbah cair industri atau usaha untuk parameter pH adalah berkisar

antara 6,0–9,0.

Nilai COD (mg/l) Tingkat pencemaran

< 400 400-700 700-1500 >1500

Ringan Sedang Berat Sangat Berat

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Limbah dan pencemarannyaeprints.ung.ac.id/5039/5/2012-1-13201-811408001-bab2... · mereduksi kandungan limbah cair yang ada melakukan pembuangan langsung

23

f. NH3N (Ammonia bebas)

Ammonia di perairan berasal dari hasil dekomposisi nitrogen organic (protein

dan urea) dan nitrogen anorganik yang terdapat di dalam tanah dan air, yang berasal

dari dekomposisi bahan organik (tumbuhan dan biota akuatik yang telah mati) oleh

mikroba dan jamur (Effendi, 2003).

Ammonia bebas dan klorin bebas akan saling bereaksi dan membentuk

hubungan yang antagonis (Warren, 1971). Baku mutu limbah cair industri atau usaha

untuk parameter NH3N (ammonia bebas) adalah maksimum 0,5 mg/l.

g. Fosfat

Di perairan, unsur fosfor tidak ditemukan dalam bentuk bebas sebagai elemen,

melainkan dalam bentuk senyawa anorganik yang terlarut (ortofosfat dan polifosfat)

dan senyawa organik yang berupa partikulat (Effendi, 2003). Fosfat adalah bentuk

fosfor yang dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan merupakan salah satu unsur penting

yang dibutuhkan oleh makhluk hidup, manusia, binatang maupun tumbuhan

walaupun dalam kadar yang berbeda satu sama lainnya, kegunaannya antara lain

adalah untuk mengaktifkan bekerjanya beberapa enzim penting untuk tubuh mahluk

hidup ATP (Adenosin Triphosphate) dan ADP (Adenosin Diphophate). Secara alami

fosfat juga diproduksi dan dikeluarkan oleh manusia/binatang dalam bentuk air seni

dan tinja, sehingga fosfat juga akan terdeteksi pada air limbah yang dikeluarkan

industri atau usaha (Suriawiria, 2003).

Fosfor banyak digunakan sebagai pupuk, sabun atau detergen, bahan industri

keramik, minyak pelumas, produk minuman dan makanan, katalis, dan sebagainya.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Limbah dan pencemarannyaeprints.ung.ac.id/5039/5/2012-1-13201-811408001-bab2... · mereduksi kandungan limbah cair yang ada melakukan pembuangan langsung

24

Fosfor tidak bersifat toksik bagi manusia, hewan, dan ikan (Effendi, 2003). Baku

mutu limbah cair industri atau usaha untuk parameter Fosfat Total adalah maksimum

2 mg/l.

h. Total Bakteri

Kelompok bakteri ecoliform merupakan kelompok bakteri yang dapat

digunakan sebagai bakteri indikator untuk mengukur kadar pencemaran perairan

karena memenuhi sebagian besar kriteria bakteri indikator yang ditetapkan oleh

National Academy of Sciences USA (Timotius dan Prasetyo, 1984 dalam Ruyitno,

1997). Bakteri coliform total merupakan perhitungan dari banyaknya koloni bakteri

Escherichia, Citobacter, Klebsiella, dan Enterobacter yang terdapat pada membran

filter setelah dibiakkan selama 18–24 jam di inkubator. Beberapa satuan jumlah yang

digunakan untuk menentukan kuantitas bakteri adalah jumlah sel, MPN (Most

Probable Number), dan PFU (Plaque-Forming Unit) (Yates, 1992 dalam Alamsyah :

2007).

Baku mutu limbah cair industri atau usaha untuk parameter Kuman Golongan

Koli adalah maksimum 10.000 koloni/ 100 ml air limbah.

i. Logam Berat

Industri atau usaha pada umumnya menggunakan beberapa bahan yang

mengandung logam berat pada beberapa unit kerja di industri atau usaha sebagai

bahan pemeriksaan atau bahan penunjang lainnya seperti adanya kandungan bahan

Perak dan Bromium pada proses pencucian film X Ray/Röentgent, beberapa reagent

pada pemeriksaan laboratorium klinik dan sebagai bahan tambalan gigi. Adanya

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Limbah dan pencemarannyaeprints.ung.ac.id/5039/5/2012-1-13201-811408001-bab2... · mereduksi kandungan limbah cair yang ada melakukan pembuangan langsung

25

kandungan logam berat pada badan air atau makanan yang dikonsumsi anusia/hewan,

tidak secara langsung menyebabkan kerugian bagi manusia/hewan tersebut, karena

beberapa unsur logam berat memang dibutuhkan oleh manusia/hewan untuk

kesempurnaan hidupnya seperti unsur tembaga, besi, kobalt, magnesium, mangan,

dan seng . Pada tumbuhan, termasuk algae, tembaga (Cu) berperan sebagai penyusun

plastocyanin yang berfungsi dalam transpor elektron dalam proses fotosintesis.

Seng (Zn) termasuk unsur yang esensial bagi mahluk hidup, yakni berfungsi

untuk membantu kerja enzim, selain itu seng juga diperlukan dalam proses

fotosintesis sebagai agen bagi transfer hidrogen dan berperan dalam pembentukan

protein.

Beberapa unsur logam berat memang harus diwaspadai keberadaannya karena

memang sangat berbahaya terutama bagi manusia walaupun logam berat tidak

dimasukkan sebagai parameter uji kualitas air limbah industri atau usaha. (Anonim)

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Limbah dan pencemarannyaeprints.ung.ac.id/5039/5/2012-1-13201-811408001-bab2... · mereduksi kandungan limbah cair yang ada melakukan pembuangan langsung

26

Tabel 3. BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KAWASAN INDUSTRI

No. Parameter Satuan Kadar Maksimum 1 pH - 6 – 9 2 TSS mg/L 150 3 BOD mg/L 50 4 COD mg/L 100 5 Sulfida mg/L 1 6 Amonia (NH3-N) mg/L 20 7 Fenol mg/L 1 8 Minyak & Lemak mg/L 15 9 MBAS mg/L 10 10 Kadmium mg/L 0,1 11 Krom Heksavalen (Cr6+) mg/L 0,5 12 Krom total (Cr) mg/L 1 13 Tembaga (Cu) mg/L 2 14 Timbal (Pb) mg/L 1 15 Nikel (Ni) mg/L 0,5 16 Seng (Zn) mg/L 0,5 17 Kekeruhan NTU 25 Sumber : Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 3/MENLH/1/1998 Tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kawasan Industri 2.1.4 Pengaruh Limbah cair

Pada umumnya zat sisa yang tidak bisa diolah dengan baik dan dilepas

kelingkungan begitu saja akan memberikan dampak negatif bagi lingkungan itu

sendiri. Oleh karenanya manusia sebagai penentu kebijakan harus menjaga

kelestarian alam dengan langkah – langkah yang bijak. Banyak orang yang hanya

dapt memanfaatkan alam dengan sebesar – besarnya tanpa memlindungi alam itu

sendiri. Pemgbuangan limbah yang tanpa pengolahan terlebih dahulu dapat

menimbulkan gangguan bagi lingkungan dan juga manusia itu sendiri. Gangguan

yang dapat ditimbulkan misalnya rusak lingkungan, kestabilan ekosistem terganggu,

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Limbah dan pencemarannyaeprints.ung.ac.id/5039/5/2012-1-13201-811408001-bab2... · mereduksi kandungan limbah cair yang ada melakukan pembuangan langsung

27

kondisi lingkungan yang buruk dari nilai estetika hingga menimbulkan gangguan

kesehatan pada manusia. Begitu pentingnya pengolahan limbah cair agar tidak

berdampak buruk bagi lingkungan dan manusia.

Usaha pencucian motor yang kian menjamur karena prospek yang dapat

menguntungkan pun harus memiliki SPAL untuk dapat mempertahankan kelestarian

lingkungan. Usaha pencucian motor menghasilkan zat – zat kimia yang tidak bisa

diuraikan oleh tanah bahkan merusak kesuburan tanah. Limbah cair yang dihasilkan

oleh usah pencucian motor ini dari bilasan air pencucian motor dalam beberapa tahap

dengan sifat – sifat yang dihasilakan berupa kekeruahan , pH, padatan organik dan

bahan kimia. Oleh karenanya diharuskan untk menggunakan SPAL dengan sistem

pemisahan endapan zat (Sugiharto : 1987)

2.1.5 Dampak limbah cair terhadap kesehatan

Limbah cair yang dilepaskan begitu saja akan sangat berbahaya bagi

kesehatan karena dapat membawa penyakit yang ditularkan. Pada umumnya limbah

cair bersifat pembawa penyakit dan menimbulkan penyakit jika terjadi kontaminasi.

Banyak pula bakteri dan virus yang dibawa oleh limbah cair ini diantaranya :

1. Virus ; menyebabkan penyakit polio hepatitis dan myelitis. (Sugiharto ; 1987)

2. Vibrio kolera ; menyebabkan penyakit kolera. (Sugiharto ; 1987)

3. Salmonella typosa ; merupakan penyebab tifus abdonimalis (Sugiharto ; 1987)

4. Shigellar Spp ; penyebab disentri bacsillar dan banyak terdapat dalam air yang

tercemar. (Sugiharto ; 1987)

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Limbah dan pencemarannyaeprints.ung.ac.id/5039/5/2012-1-13201-811408001-bab2... · mereduksi kandungan limbah cair yang ada melakukan pembuangan langsung

28

5. Basillus anthraksis ; penyebab penyakit antraks dan terdapat pada air limbah

dan spora tahan pada pengolahannya. (Sugiharto ; 1987)

6. Skistosoma Spp ; penyebab penyakit skistosomiasis, akan tetapi daoat

dimatikan pada saat melewati pengolahan limbah cair. (Sugiharto ; 1987)

2.1.6 Dampak limbah cair terhadap kehidupan biotik

Banyaknya zat kimia yang berada di limbah cair akan dapat menurunkan

kadar oksigen yang terlarut dalam limbah tersebut. Dengan demikian akan dapat

mempengaruhi kehiduapan biotik di alam.

Apabila limbah cair mencemari lingkungan yang banyak dengan kehidupan

biotik misalnya sungai dan juga tanah makan akan menyebabkan kematian bagi

kehidupan biotik, misalnya akan mematikan bakteri dan juga ikan – ikan yang ada di

sungai.

Banyak bakteri yang bermanfaat bagi lingkungan yaitu untuk membantu

proses penguraian dalam tanah sehingga tanah menjadi subur. Jika kehidupan mereka

terganggu maka akan dapat mempengaruhi populasi mereka. Jika mereka semua

musnah maka proses penguraian tidak akan berjalan lancar dan tidak akan terjadi

proses penyuburan tanah secara alami. Oleh karenanya limbah cair sangat berbahaya

apabila dilepas begitu saja ke alam tanpa proses pengolahan terlebih dahulu.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Limbah dan pencemarannyaeprints.ung.ac.id/5039/5/2012-1-13201-811408001-bab2... · mereduksi kandungan limbah cair yang ada melakukan pembuangan langsung

29

2.1.7 Dampak limbah cair terhadap keindahan

Beberapa sifat yang ditimbulakan oleh limbah cair adalah pH, kekeruhan,

suhu , bau busuk dan juga kotor (Sugiharto :1987). Dari sifat fisik tersebut dapat

mengganggu nilai estetika lingkungan. Bau busuk yang ditimbulkan oleh limbah cair

dapt mengganggu indera penciuman kita dan membuat kita tidak menyukai

lingkungan lagi.

Selain itu kandungan zat kimia yang ada dapat menghambat pertumbuhan

tanaman misalnya pepohonan dan juga bunga sehingga dapat mengganggu nilai

keindahan tumbuhan yang ktia tanam. Selain itu limbah yang dibiarkan begitu saja

akan menyebabkan lingkungan terlihat kotor dan jorok sehingga membuat kita tidak

nyaman memandang lingkungan dan kotor dan seperti biasa hal ini mengurangi nilai

estetika dan keindahan lingkungan sekitar.

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Limbah dan pencemarannyaeprints.ung.ac.id/5039/5/2012-1-13201-811408001-bab2... · mereduksi kandungan limbah cair yang ada melakukan pembuangan langsung

30

2.2 Kerangka berpikir

2.2.1 Kerangka teori

Keterangan :

= Variabel yang diteliti

= Variabel yang tidak diteliti

Pencemaran Lingkungan

Melebihi NAB Tidak Melebihi NAB

Parameter Fisik : kekeruhan dan Suhu

Parameter Kimia : BOD dan pH

Parameter Biologi : Bakteri

Kualitas Limbah Cair

Limbah Padat Limbah cair Limbah Gas

Pencucian Motor

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Limbah dan pencemarannyaeprints.ung.ac.id/5039/5/2012-1-13201-811408001-bab2... · mereduksi kandungan limbah cair yang ada melakukan pembuangan langsung

31

2.2.2 Kerangka Konsep

Keterangan :

= indikator penelitian atau variabel – variabel yang diteliti

= tujuan penelitian

BOD

Kekeruhan

Suhu

pH

KUALITAS LIMBAH CAIR PENCUCIAN

MOTOR