BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Relaksasi …eprints.umm.ac.id/45721/3/BAB II.pdfrelaksasi otot...

21
11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Relaksasi 2.1.1 Definisi Relaksasi Relaksasi dapat di artikan sebagai teknik yang dilakukan untuk mengatasi stres dimana akan terjadi peningkatan aliran darah sehingga perasaan cemas dan khawatir akan berkurang (Abbasi et al,. 2018). Relaksasi merupakan proses merilekskan otot- otot yang mengalami ketegangan atau mengendorkan otot-otot tubuh dan pikiran agar tercapai kondisi yang nyaman atau berada pada gelombang otak alfa-teta (Yunus, 2014). 2.1.2 Manfaat Relaksasi Relaksasi memiliki beberapa manfaat diantaranya adalah mengurangi tingkat stres pada seseorang yang memiliki masalah kesehatan (Tsitsi et al., 2017). Manfaat yang sama juga dijelaskan oleh peneliti lain bahwasannya relaksasi dapat mengurangi tingkat stres, dimana teknik relaksasi berguna untuk meregulasi emosi dan fisik individu dari kecemasan, ketegangan, stres dan lainnya, serta secara fisiologis, pelatihan relaksasi memberikan respons relaks, dimana dapat diidentifikasikan dengan menurunnya tekanan darah, detak jantung dan meningkatkan resisten kulit (Sari & Subandi, 2015) Manfaat relaksasi secara umum menurut (Utami, 2001) meliputi : 1. Relaksasi dapat membuat seseorang lebih mampu menghindari reaksi berlebih akibat stres. 2. Masalah – masalah yang timbul akibat stres seperti, sakit kepala, tekanan darah tinggi, insomnia, dan perilaku – perilaku buruk dapat berkurang.

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Relaksasi …eprints.umm.ac.id/45721/3/BAB II.pdfrelaksasi otot...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Relaksasi …eprints.umm.ac.id/45721/3/BAB II.pdfrelaksasi otot (progressive muscle relaxation), relaksasi pernafasan (diaphragmatic breathing),

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Relaksasi

2.1.1 Definisi Relaksasi

Relaksasi dapat di artikan sebagai teknik yang dilakukan untuk mengatasi stres

dimana akan terjadi peningkatan aliran darah sehingga perasaan cemas dan khawatir

akan berkurang (Abbasi et al,. 2018). Relaksasi merupakan proses merilekskan otot-

otot yang mengalami ketegangan atau mengendorkan otot-otot tubuh dan pikiran agar

tercapai kondisi yang nyaman atau berada pada gelombang otak alfa-teta (Yunus, 2014).

2.1.2 Manfaat Relaksasi

Relaksasi memiliki beberapa manfaat diantaranya adalah mengurangi tingkat

stres pada seseorang yang memiliki masalah kesehatan (Tsitsi et al., 2017). Manfaat yang

sama juga dijelaskan oleh peneliti lain bahwasannya relaksasi dapat mengurangi tingkat

stres, dimana teknik relaksasi berguna untuk meregulasi emosi dan fisik individu dari

kecemasan, ketegangan, stres dan lainnya, serta secara fisiologis, pelatihan relaksasi

memberikan respons relaks, dimana dapat diidentifikasikan dengan menurunnya

tekanan darah, detak jantung dan meningkatkan resisten kulit (Sari & Subandi, 2015)

Manfaat relaksasi secara umum menurut (Utami, 2001) meliputi :

1. Relaksasi dapat membuat seseorang lebih mampu menghindari reaksi berlebih

akibat stres.

2. Masalah – masalah yang timbul akibat stres seperti, sakit kepala, tekanan darah

tinggi, insomnia, dan perilaku – perilaku buruk dapat berkurang.

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Relaksasi …eprints.umm.ac.id/45721/3/BAB II.pdfrelaksasi otot (progressive muscle relaxation), relaksasi pernafasan (diaphragmatic breathing),

12

3. Mengurangi tingkat kecemasan pada seseorang dan menunjukkan efek fisiologis

yang positif.

4. Meningkatkan semangat pada seseorang dalam melakukan aktifitas.

5. Meningkatkan hubungan interpersonal dan harga diri pada seseorang.

Jika kita simpulkan dari beberapa penjelasan diatas manfaat relaksasi sendiri

meliputi mengurangi perasaan cemas, meningkatkan perasaan tenang dan damai,

mengurangi ketegangan otot, serta meningkatkan energi dan memperbaiki fisiologis

tubuh.

2.1.3 Jenis-Jenis Relaksasi

Menurut Miltenberger (2004) relakasasi dibedakan menjadi empat macam yaitu

relaksasi otot (progressive muscle relaxation), relaksasi pernafasan (diaphragmatic breathing),

relaksasi dengan cara meditasi (attention focussing exercises), dan relaksasi perilaku

(behavioural relaxation training) dan lain sebagainya.

2.2 Konsep Terapi Relaksasi Pernafasan Warna

2.2.1 Definisi Terapi Relaksasi Pernafasan Warna

Terapi merupakan salah satu bentuk cara yang di gunakan pada perawatan untuk

penyakit atau gangguan (O'Brien et al., 2014). Warna dapat didefinisikan secara

psikologis yang merupakan suatu pemahaman yang diterima langsung oleh indera

penglihatan secara objektif atau fisik sebagai sifat cahaya yang dipancarkan. Cahaya

yang dapat dilihat oleh mata merupakan bentuk pancaran energi dari gelombang

elektromagnetik (Meilani, 2013).

Menurut Kusuma (Sawitri, 2013), terapi warna merupakan terapi yang bisa

menimbulkan efek relaksasi dan mampu mengurangi stres namun belum banyak di

terapkan di Indonesia. Dilanjutkan oleh pendapat Harini (2013), Terapi warna adalah

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Relaksasi …eprints.umm.ac.id/45721/3/BAB II.pdfrelaksasi otot (progressive muscle relaxation), relaksasi pernafasan (diaphragmatic breathing),

13

salah satu teknik mengobati penyakit melalui penerapan warna, agar tubuh tetap sehat

dan memperbaiki ketidakseimbangan di dalam tubuh sebelum hal itu menimbulkan

masalah fisik maupun mental. Pendapat yang serupa yang dikemukakan Rochmawati

(2012), Terapi warna adalah terapi yang dapat memberikan unsur relaksasi, dimana efek

yang didapat dari berbagai penelitian relaksasi mampu mengurangi ketegangan atau

kecemasan pada suatu individu. Menurut Harini (2013), Beberapa metode terapi warna

yang sering digunakan adalah sebagai berikut:

1) Pernapasan warna; yaitu teknik bernafas dengan membayangkan sewaktu menghirup

dan menghembuskan nafas dengan warna-warna tertentu.

2) Meditasi; membayangkan atau berimajinasi untuk memusatkan perhatian pada objek

tertentu yang bersifat citraan/visual, yang mengandung warna-warna, sehingga dapat

memberikan efek relaksasi pada tubuh.

3) Air solarisasi; yaitu dengan menggunakan botol maupun gelas atau air dengan warna-

warna tertentu, kemudian air tersebut diminum.

4) Aurasoma; teknik ini menggunakan botol-botol kecil yang berisi lapisan warna dari

minyak esensial dan ekstrak tumbuhan.

5) Warna kain sutra; yaitu teknik terapi warna yang menggunakan kain sutra yang

dipakaikan ke tubuh pasien untuk digunakan dalam waktu tertentu.

Menurut Goldfried dan Davidson tehnik dalam terapi yang dapat mengurangi

ketegangan dan kecemasan adalah terapi relaksasi, tehnik ini kembangkan oleh

Jacobson dan Wolpe. Ditambahkan menurut Walker teknik ini dapat digunakan oleh

sesorang tanpa bantuan terapis dan mereka dapat menggunakannya untuk mengurangi

ketegangan dan kecemasan yang dialami sehari-hari (Harini, 2013).

Teknik relaksasi nafas dalam merupakan bentuk terapi yang dilakukan dengan

cara mengatur secara pelan pernafasan, tehnik ini mengfokuskan diri pada saat

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Relaksasi …eprints.umm.ac.id/45721/3/BAB II.pdfrelaksasi otot (progressive muscle relaxation), relaksasi pernafasan (diaphragmatic breathing),

14

melakukan pernafasan dalam, napas lambat (menahan inspirasi secara maksimal) dan

menghembuskan napas secara perlahan (Cahyanti, 2017). Ditambahkan menurut

(Koban et al., 2014) Relaksasi pernafasan merupakan pernafasan yang diatur secara

pelan, dalam keadaan sadar, dan melibatkan kerja dari oto – otot perut atau diafragma

dengan lama waktu tertentu.

Tujuan teknik relaksasi napas dalam adalah melatih sistem pernafasan,

meningkatkan pertukaran udara di alveoli, mencegah atelektasi paru, meningkatkan

efesiensi batuk, mengurangi stress baik stress fisik maupun emosional (Nasuha, 2016).

Salah satu tehnik relaksasi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah relaksasi

pernafasan yaitu terapi pernafasan relaksasi warna.

Metode terapi warna yang digunakan adalah terapi relaksasi pernapasan warna

adalah terapi warna yang menggunakan metode relaksasi pernapasan dalam dengan

memfokuskan diri untuk membayangkan udara disekitar diwaktu pada saat menghirup

dan menghembuskan nafas dengan warna tertentu (Harini, 2013).

2.2.2 Tinjauan Singkat Tentang Warna

Warna dapat didefinisikan sebagai pengalaman indera penglihatan secara

obyektif atau fisik yang memiliki sifat cahaya yang dipancarkan sehingga dapat di

pahami secara subjektif atau psikologis (Gaurav et al., 2010). Cahaya adalah energi

elektromagnetik yang dihasilkan oleh matahari dalam panjang gelombang yang berbeda

sebagai cahaya yang diserap dan dipantulkan dan segala sesuatu di alam ini penuh

dengan warna, secara objektif atau fisik warna dapat dilihat dari panjang gelombang

(wave length) dan panjang gelombang warna yang masih bisa ditangkap mata manusia

berkisar 380-780 nanometer (Meilani, 2013). Getaran membentuk segala sesuatu dalam

hidup. Alam semesta ini hanya energi dalam getaran. Tubuh kita memiliki medan energi

(disebut chakras). Semua organ tubuh kita terdiri dari atom bergetar. Semua dari kita

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Relaksasi …eprints.umm.ac.id/45721/3/BAB II.pdfrelaksasi otot (progressive muscle relaxation), relaksasi pernafasan (diaphragmatic breathing),

15

memiliki sistem energi yang unik kita sendiri dan organ tubuh kita memiliki pola

getaran yang berbeda. Kita semua memancarkan warna (Gaurav et al, 2010).

Cahaya memiliki partikel yang berbeda yang disebut foton dan oven microwave.

Cahaya menembus segala sesuatu, bahkan tubuh kita. Cahaya juga memancarkan

panjang gelombang yang kita tidak bisa melihat (ultraviolet). Panjang gelombang ini

mengandung radiasi, yang merupakan energi. Energi Qi dan kehidupan. Sehingga bisa

dikatakan bahwa panjang gelombang didefinisikan sebagai warna. Di lingkungan kita

ada kuantitas besar gelombang dengan karakteristik frekuensi yang berbeda (Gaurav et

al., 2010).

Terapi warna atau sering disebut sebagai Chromatherapy adalah terapi relaksasi

yang menjadi salah satu alternatif untuk menangani masalah yang berhubungan dengan

kesehatan mental seperti stres (Unal, 2015). Menurut Jane (Atma, 2011) terapi warna

merupakan salah satu terapi untuk gangguan atau penyakit melalui penggunaan terapi

diharapkan agar warna bisa membuat tubuh tetap sehat dan memperbaiki

ketidakseimbangan yang ada dalam tubuh sebelum dapat menyebabkan masalah fisik

maupun mental. Terapi warna, juga dikenal sebagai chromatherapy, adalah (CAM)

teknik Complementary and Alternative Medicine. Seorang terapis warna yang terlatih mampu

menggunakan warna dan cahaya untuk menyeimbangkan energi di mana pun tubuh

kita kurang - baik fisik, emosional, mental atau spiritual (Gaurav et al., 2010).

Teknik ini merupakan perpaduan antara teknik pernapasan dalam dengan

membayangkan warna yang dapat dibantu menggunakan alat bantu seperti, kain,

pakaian, dll (Sembian & Aathi, 2015). Teknik ini dipercaya mampu untuk menangani

respon stres yang diakibatkan oleh stressor baik fisiologis, psikologis dan lain

sebagainya. Salah satu warna yang dapat digunakan dan mempunyai efek positif yaitu

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Relaksasi …eprints.umm.ac.id/45721/3/BAB II.pdfrelaksasi otot (progressive muscle relaxation), relaksasi pernafasan (diaphragmatic breathing),

16

warna biru dikarenakan warna biru dapat memberikan efeky yaitu rasa nyaman, rileks,

mengurangi stres, menyeimbangkan, dan menenangkan emosi (Gaurav et al., 2010).

Penggunaan terapi warna ini menjadi salah satu terapi yang sangat menarik untuk

menurunkan tingkat stres karena sifatnya yang praktis dan mudah, berbeda dengan

terapi lain yang membutuhkan banyak peralatan serta mengeluarkan biaya yang lebih

untuk tujuan yang sama. Salah satu metode dari terapi warna ini adalah Blue Color

Breathing Therapy (Gul et al., 2015). Metode ini hanya menggunakan teknik bernafas

dalam diikuti dengan membayangkan warna diwaktu menghirup dan menghembuskan

nafas dengan warna biru. Terapi warna tidak menggunakan alat dan biaya yang lebih

untuk melakukan serta menerapkanya hanya saja dalam penelitian ini, peneliti

memberikan alat bantu berupa kain dengan modifikasi agar pasien lebih mudah

membayangkannya (Gaurav et al, 2010).

2.2.3 Manfaat Warna Biru Terhadap Penurunan Tingkat Stres

Biru adalah warna yang berpikir untuk mendorong stabilitas emosional,

kemurnian dan ketenangan, hal ini berhubungan dengan cakra jantung, sehingga

diyakini dapat membantu masalah emosional, seperti cinta, pengampunan,

kepercayaan dan kasih sayang. Ketidakseimbangan cakra dalam jantung dapat dikaitkan

dengan rasa takut berhubungan, ketidakpercayaan, kecemburuan, isolasi dan

ketidakamanan (Gaurav et al., 2010). Warna biru membuat efek fisik yang mana seperti

memperkuat kondisi tubuh dan pikiran, menstabilkan kondisi jiwa yang sedang galau

saat menjalani perawatan. Sedangkan efek psikologisnya dapat memulihkan stress dan

menciptakan kondisi yang tenang selain warna biru merupakan warna keseimbangan,

sangat bermanfaat untuk kondisi-kondisi emosional pada saat stress, emosi, dan

mengalami rasa takut (Harini, 2013).

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Relaksasi …eprints.umm.ac.id/45721/3/BAB II.pdfrelaksasi otot (progressive muscle relaxation), relaksasi pernafasan (diaphragmatic breathing),

17

Tabel 2.1 : Manfaat Warna

No Warna Warna Yang Keterkaitan

Dengan

Manfaat Warna Yang Terlalu Banyak Menyebabkan

1 Hijau Hijau adalah warna yang menyegarkan dan sejuk. Ini menghubungkan kita dengan cinta tanpa syarat

Kedamaian Pembaharuan Cinta Harapan Keseimbangan harmoni Control pertumbuhan diri

Pengurangan stres Ketenangan Keseimbangan, dan normal Relaksasi

Kemalasan

2 Biru Biru merupakan warna yang dingin dan asam. Ini menghubungkan kita dengan pikiran holistic

Komunikasi Kreativitas Ekspresi pribadi Vitalitas Ketegasan Pengetahuan Kesehatan Ansietas

Relaksasi mental Pengurangan stres Ketenangan Perdamaian Bantuan dengan insomnia percaya diri dalam berbicara Komunikasi yang jelas Bantuan dengan hiperaktif pada anak-anak

Perasaan ketidakamanan, merasa pesimis, muncul perasaan depresi.

3 Orange Orange adalah hangat dan menyenangkan. Menghubungkan e emosional diri kita

Sosialisasi Kepercayaan social Keberhasilan Kebahagiaan Akal

Optimisme Bersorak Anti-depresan Inspiratif Minat dan kegiatan diperluas Hubungan menyenangkan Hambatan bantuan hapus

Lekas marah Ledikit frustrasi Nafsu makan meningkat

(Sumber : Gaurav et al., 2010).

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Relaksasi …eprints.umm.ac.id/45721/3/BAB II.pdfrelaksasi otot (progressive muscle relaxation), relaksasi pernafasan (diaphragmatic breathing),

18

2.2.4 Metode Pengobatan Dengan Menggunakan Warna

Berikut metode penerapan terapi warna menurut Gaurav et al. (2010),

2.2.4.1 Menurut Harini (2013), metode terapi warna yang sering digunakan adalah

sebagai berikut: 1) Pernapasan warna; yaitu teknik bernafas dengan

membayangkan sewaktu menghirup dan menghembuskan nafas dengan

warna-warna tertentu. 2) Meditasi; membayangkan atau berimajinasi untuk

memusatkan perhatian pada objek tertentu yang bersifat citraan/visual, yang

mengandung warna-warna, sehingga dapat memberikan efek relaksasi pada

tubuh. 3) Air solarisasi; yaitu dengan menggunakan botol maupun gelas atau

air dengan warna-warna tertentu, kemudian air tersebut diminum. 4)

Aurasoma; teknik ini menggunakan botol-botol kecil yang berisi lapisan warna

dari minyak esensial dan ekstrak tumbuhan. 5) Warna kain sutra; yaitu teknik

terapi warna yang menggunakan kain sutra yang dipakaikan ke tubuh pasien

untuk digunakan dalam waktu tertentu.

2.2.4.2 Metode menggunakan pernafasan warna dapat dilakukan dengan mengambil

kain warna biru. Tempatkan kain didepan tubuh. Bersantai, dan bernapas

dalam-dalam selama 5 menit. Tubuh akan menyerap warna-warna ini dan

menjenuhkan chakras, dengan cara itu getaran dalam tubuh akan seimbang.

2.2.4.3 Dengan bernapas dalam membayangkan bahwa menghirup udara ke dalam

setiap bagian, setiap organ tubuh.

2.2.4.4 Udara ini diubah kemudian ke frekuensi energi yang berbeda. Tarik napas

perlahan-lahan melalui lubang hidung dan menghembuskan napas melalui

mulut. Menghirup dan menghembuskan napas sampai hitungan 5. Latihan ini

dapat dilakukan selama 10 menit.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Relaksasi …eprints.umm.ac.id/45721/3/BAB II.pdfrelaksasi otot (progressive muscle relaxation), relaksasi pernafasan (diaphragmatic breathing),

19

2.3 Definisi Stres

Menurut McPheat (2010) stres adalah reaksi atau respon tubuh terhadap stresor

psikososial (tekanan mental atau beban kehidupan). Nasir & Muhith (2011)

mendefinisikan stres merupakan hubungan interaksi individu dengan lingkungan

sekitar yang dapat menimbulkan suatu kondisi persepsi tuntutan yang berasal dari

sistem biologis, psikologis dan sosial dari seseorang. Stres bisa dapat juga diartikan

sebagai tekanan, ketegangan atau gangguan yang tidak menyenangkan yang berasal dari

luar diri seseorang dan karena itu stres dapat membuat sebuah ancaman baru yang

dapat menyebabkan kecemasan, depresi, disfungsi sosial bahkan bisa untuk mengakhiri

hidup.

Pendapat yang serupa yang dikemukakan oleh Legiran et al. (2015) stres

merupakan suatu kondisi yang disebabkan adanya interaksi antara sebuah individu

dengan lingkungan, sehingga membuat suatu jarak antara sesuatu yang ingin dicapai

yang berasal dari situasi yang bersumber pada sistem biologis, psikologis dan sosial dari

seseorang. Stres biasa dapat diartikan sebagai tekanan, ketegangan atau gangguan yang

tidak menyenangkan yang berasal dari luar diri seseorang.

2.4 Stres Mahasiswa

Stres mahasiswa dapat di artikan sebagai stres yang terjadi pada saat seseorang

mahasiswa mengalami suatu tekanan dan ketidaknyamanan ketika melakukan belajar

bisa disebut dengan stres dalam belajar. Stres dalam belajar merupkan suatu perasaan

yang dihadapi oleh seseorang mahasiswa ketika ada tekanan-tekanan terhadapnya.

Tekanan-tekanan yang dimaksud disini adalah berhubungan dengan belajar dan

kegiatan sekolah, misalnya saja tenggang waktu tugas, saat menjelang ujian, dan hal-hal

yang lain (Sudarya et al., 2014).

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Relaksasi …eprints.umm.ac.id/45721/3/BAB II.pdfrelaksasi otot (progressive muscle relaxation), relaksasi pernafasan (diaphragmatic breathing),

20

2.5 Faktor Penyebab Stres

Faktor penyebab stres secara umum menurut Sudarya (2014) mengatakan faktor-

faktor penyebab stres (stressor) secara umum dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu :

1). stressor internal dan 2). stressor eksternal. Stresor internal timbul dari dalam diri

individu tersebut misalnya, kondisi fisik, perilaku, kognitif, standar yang terlalu tinggi,

konflik pribadi, atau suatu keadaan emosi. Stressor eksternal timbul dari luar diri

individu misalnya perubahan lingkungan sekitar, keluarga yang kurang harmonis,

masalah ekonomi dan sosial budaya ( Musradinur, 2016).

Menurut Gaol (2016). sumber stres bisa dikategorikan menjadi tiga jenis, yaitu :

2.5.1 Life events (Peristiwa kehidupan)

Life events berfokus pada peranan perubahan perubahan kehidupan yang

begitu banyak terjadi dalam waktu yang singkat sehingga meningkatkan

kerentanan pada stres. ada sepuluh peristiwa kehidupan yang paling penting dan

biasanya memicu terjadinya stres, yaitu 1). kematian pasangan 2). perceraian 3).

kehilangan anggota keluarga 4). terpenjara 5). masalah keuangan 6). pertengkaran

dalam keluarga 7). tunawisma 8). pengangguran 9). anggota keluarga yang tiba-

taba mencoba bunuh diri 10). anggota keluaga yang menderita sakit serius.

2.5.2 Chronic strain (Ketegangan kronis)

Chronic strains adalah kesulitan-kesulitan yang konsisten atau berulang-

ulang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. ada empat faktor yang menjadi pemicu

terjadinya ketegangan kronis, yaitu : 1). Tuntutan tuntutan pekerjaan 2).

kurangnya pengendalian atas pekerjaan 3). tuntutan-tuntutan dari rumah 4).

kurangnya pengendalian dari rumah.

2.5.3 Daily hassles (Permasalahan sehari-hari).

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Relaksasi …eprints.umm.ac.id/45721/3/BAB II.pdfrelaksasi otot (progressive muscle relaxation), relaksasi pernafasan (diaphragmatic breathing),

21

Daily hassles (permasalah sehari-hari) adalah peristiwa-peristiwa kecil yang

terjadi dalam kehidupan sehari-hari yang memerlukan tindakan penyesuaian

dalam sehari saja. Ada beberapa contoh dari permasalah sehari-hari, misalnya :

1). pendatang yang tidak diharapkan 2). kemacatan berlalu lintas 3).

berkomunikasi dengan orang lain 4). tugastugas keseharian yang penting 5).

tenggat waktu yang tiba-tiba 6). dan berargumentasi kepada orang lain.

2.6 Jenis-jenis Stres

Menurut Nasir & Muhith, (2011). Ada empat jenis stress yang biasanya

kita dapat saat kehidupan sehari-hari antara lain sebagai berikut:

2.6.1 Frustasi

Frustasai adalah suatu kondisi yang di rasakan ketika pekerjaan atau kegiatan

yang ingin di tempuh terhampat karena adanya suatu masalah.

2.6.2 Konflik

Konflik merupakan suatu kondisi dimana ketika dua atau lebih perilaku saling

menyalahkan dan berbenturan tanpa adanya rasa untuk berdamai dan biasanya

malah saling memberatkan satu dengan yang lainnya.

2.6.3 Perubahan

Perubahan dapat diartikan sebagai salah satu kondisi baru dan membutuhkan

penyesuaian ketika hal itu tidak dilakukan akan menimbulkan kondisi yang

tidak semestinya.

2.6.4 Tekanan

Tekanan merupakan suatu kondisi yang berasal dari seseorang dengan

harapan atau tuntutan yang sangat besar untuk melakakukan sesuatu.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Relaksasi …eprints.umm.ac.id/45721/3/BAB II.pdfrelaksasi otot (progressive muscle relaxation), relaksasi pernafasan (diaphragmatic breathing),

22

2.7 Dampak Stres

Stress akan berdampak pada suasana hati (mood), otot kerangka (musculo skeletal),

dan organ dalam tubuh (visceral). Tanda tanda pada suasana hati (mood) adalah cemas,

merasa tidak pasti, sulit tidur pada malam hari, suka lupa, dan gugup. Tanda-tanda

muskuloskeletal adalah jari-jari dan tangan gemetar, kepala mulai sakit, leher kaku atau

berdiri di tempat. Tanda-tanda visceral adalah tangan berkeringat, banyak berkeringat,

jantung berdebar, perut terganggu, mulut kering, suara berdering dalam telinga

(Larasati, 2016).

2.8 Respon Stres

Konsep stres yang ada pada masa modern dipengaruhi oleh penelitian Hans

Selye dan publikasi teorinya sindrom adaptasi umum (General Adaption Syndrome, GAS)

pada tahun 1930-an. Selye mengidentifikasi tiga tahap respons manusia terhadap

stresor. Pertama, tahap alarm, seorang individu menyadari stress atau stressor tersebut

dan sistem saraf simpatis menghasilkan reaksi ”melawan atau menghindar”. Pada tahap

kedua, resistensi, tubuh berupaya beradaptasi terhadap respons stres dan pada banyak

kasus terjadi adaptasi. Jika homeostasis tidak pulih maka tahap ketiga adalah kelelahan,

yakni tubuh tidak dapat merespons stres dan setelah beberapa lama dapat menderita

penyakit atau meninggal. Selye menyebutnya sebagai respons nonspesifik dengan kata

lain, respons yang sama tanpa melihat tipe stressor atau individu. (O'Brien et al., 2014).

Stres merupakan bagian dari reaksi dari tubuh (respon) terhadap lingkungan yang

dapat membuat perlindungan pada diri pada tubuh yang juga termasuk dalam bagian

dari sistem pertahanan yang membuat kita tetap hidup. Stres ketika dialami seseorang

akan menghasilkan reaksi fisiologis, psikologis, dan perubahan perilaku (Nasir &

Muhith, 2011). Respon stres tersebut dilihat dari berbagai aspek sebagai berikut.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Relaksasi …eprints.umm.ac.id/45721/3/BAB II.pdfrelaksasi otot (progressive muscle relaxation), relaksasi pernafasan (diaphragmatic breathing),

23

1. Respon fisiologis

Respon fisiologis dapat ditandai dengan naiknya tekanan darah, frekuensi

jantung, nadi, dan sistem pernapasan.

2. Respon kognitif

Respon kognitif dapat juga terlihat pada saat terganggunya proses kognitif

individu, seperti pikiran menjadi kacau, turunnya daya konsentrasi, pikiran

berulang, dan pikiran tidak wajar.

3. Respon emosi

Respon emosi dapat muncul sangat luas, menyangkut emosi yang mungkin

dialami individu, seperti takut, cemas, malu, marah, dan sebagainya.

4. Respon tingkah laku

Respon tingkah laku dapat dibedakan menjadi fight, yaitu melawan situasi yang

menekan dan flight yaitu menghindari situasi yang menekan.

2.9 Psikopatologi Stres

Patologi (pathology) adalah pengetahuan tentang penyakit atau gangguan. Sedang

psikopatologi (psychopathology) adalah cabang psikologi yang berkepentingan untuk

menyelidiki penyakit atau gangguan mental dan gejala-gejala abnormal lainnya (Chaplin,

1999). Psikopatologi atau sakit mental adalah sakit yang tampak dalam bentuk perilaku

dan fungsi kejiwaan yang tidak stabil. Istilah psikopatologi mengacu pada sebuah

sindroma yang luas, yang meliputi ketidaknormalan kondisi indra, kognisi, dan emosi

(Astutik, 2012). Stres yang terjadi merupakan respon umum atau general adaptation

syndrome yang dikendalikan oleh hipotalamus, pada system ini hipotalamus menerima

masukan dahulu mengenai stresor fisik dan psikologis dari semua daerah di otak dan

dari banyak reseptor di seluruh tubuh. Stres oleh tubuh direspon dengan mengaktifkan

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Relaksasi …eprints.umm.ac.id/45721/3/BAB II.pdfrelaksasi otot (progressive muscle relaxation), relaksasi pernafasan (diaphragmatic breathing),

24

sistem kardiorespirasi, sistem locus ceruleus LC atau norepinephrin (NE), sistem

metabolisme dan HPA axis (Sugihato, 2012). Aktifnya hipotalamus–puitutary–adrenal

axis (HPA), menimbulkan conditioning stimuli pada alur limbic–hipotalamus–

puitutary-adrenal Axis (LHPA axis), kemudian merangsang hipotalamus dan

menyebabkan disekresinya hormon corticotrophin relesing hormone (CRH),

merangsang hipotalamus untuk sekresi ACTH. Peningkatan sekresi ACTH,

menyebabkan meningkatnya sekresi, kortisol (Usui et al., 2012).

2.10 Mengelola Stres

Kemampuan untuk mengatur atau mengelola diri sendiri merupakan suatu

proses berkesinambungan yang memerlukan adanya kemauan dan awareness untuk

mengubah, baik perilaku ataupun kebiasaan sehingga pada akhirnya kita mampu

menjadi orang yang efektif. Kemampuan mengelola waktu dan stres biasa disebut

dengan self management. Mengelola stres juga dapat diartikan sebagai kemampuan untuk

mengelola atau mengatur hal yang telah menjadi tanggung jawab kita dengan

menyesuaikan pada situasi yang terjadi pada kehidupan sehari-hari (Nasir & Muhith,

2011). Ada beberapa strategi dalam mengatasi stres. Kita tidak dapat menghapus stres

namun kita dapat menangani dan mengelola stres. Berikut beberapa cara diantaranya:

1. Pola makan yang sehat dan bergisi.

Pada umumnya pola makan yang sehat adalah minimal makan 3 kali dalam sehari,

dan menunya 4 sehat 5 sempurna. Untuk itu, yang perlu diperhatikan adalah jenis

asupan makanan komposisinya harus seimbang antara karbohidrat, lemak, dan

protein. Oleh karena asupan makanan juga dapat menyebabkan timbulnya stress

pada individu, terutama jenis makanan yang mengandung lemak. Sebagai contoh

kaum wanita yang banyak mengkonsumsi lemak cenderung akan mengalami

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Relaksasi …eprints.umm.ac.id/45721/3/BAB II.pdfrelaksasi otot (progressive muscle relaxation), relaksasi pernafasan (diaphragmatic breathing),

25

kegemukan, dan kegemukan adalah momok bagi kaum wantia. Selain itu, orang

yang mengalami stress akan terjadi pemecahan lemak tubuh sehingga menambah

kandungan lemak dalam darah. Kondisi seperti itu akan mengganggu sistem

peredaran darah dan mengakibatkan penyumbatan dalam pembuluh darah.

Untuk itu, pola makan 4 sehat 5 sempurna perlu terus dilakukan, agar individu

dapat terhindar dari stress. Budaya makan makanan yang bersifat instant harus

segera dikikis guna menjamin asupan gisi yang sehat bagi jiwa dan raga

(Sukadiyanto, 2010).

2. Berlibur atau rekreasi

Perubahan suasana pada saat berlibur agar mengurangi beban pikiran yang terlalu

berat dapat digunakan sebaigai aktivitas bertujuan untuk melepaskan segala

kelelahan (kepenatan) baik fisik maupun psikis dengan cara rekreasi yang

menjadi rutinitas. Hubungan keluarga sangat diperlukan guna agar menjalin

hubungan yang harmonis antar anggota keluarga agar terjadi komunikasi yang

harmonis pula. Selain itu berlibur juga mampu menggairahkan kinerja individu

yang mengalami kepenatan karena rutinitas pekerjaan atau beban pikiran yang

terlalu berat (Sukadiyanto, 2010).

3. Relaksasi

Dalam kehidupan sehari-hari tuntutan suatu pekerjaan atau kegiatan dapat

membuat pikiran seseorang berat sehingga dapat menyebabakan stress beberapa

penelitian menemukan bakwa teknik relaksasi dapat berpengaruh pada terhadap

tingkat stres, seperti dengan cara menghirup napas sekali atau lebih secara

perlahan. Dengan menyediakan sedikit waktu dan mengambil napas dalam,

secara otomatis menenangkan tubuh dan pikiran sehingga dapat berkonsentrasi

(Nasir & Muhith, 2011).

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Relaksasi …eprints.umm.ac.id/45721/3/BAB II.pdfrelaksasi otot (progressive muscle relaxation), relaksasi pernafasan (diaphragmatic breathing),

26

4. Distraksi

Distraksi merupakan suatu metode atau teknik yang dapat digunakan untuk

mengurangi kecemasan, nyeri, stres dengan cara mengalihkan perhatian

seseorang seperti mendengarkan musik klasik, menonton video animasi dll

(Sarfika et al., 2015).

2.11 Cara Mengukur Stres

Alat ukur untuk menentukan tingkat stres yaitu dengan menggunakan Depression

Anxiety Stress Scale (DASS) yang telah teruji reliabilitas dan validitasnya dengan nilai

validitas koefisien alfa depresi 0,947, ansietas 0,897, dan stress 0,933 sementara nilai

reabilitas ditemukan memiliki nilai alfa 0,93 (Crawford & Henry, 2005). DASS

merupakan 3 skala yang dirancang untuk mengukur keadaan emosional negatif yaitu

depresi, cemas, dan stres (Damanik, 2011).

Menurut Psychology Foundation of Australia (2014) Menghilangkan salah satu skla

data tidak akan memiliki efek yang nyata pada skor untuk timbangan yang tersisa, jadi

jika Anda yakin anda tidak perlu data Anda dapat menghilangkan satu atau dua dari

skala data. Alat ukur ini berisi 42 pertanyaan dengan 4 pilihan jawaban pada setiap

pertanyaan dengan menggunakan skala likert yaitu 0 (tidak sesuai dengan saya sama

sekali, atau tidak pernah), 1 (sesuai dengan saya sampai tingkat tertentu, atau kadang-

kadang), 2 (sesuai dengan saya sampai batas yang dapat dipertimbangkan, atau lumayan

sering), 3 (sangat sesuai dengan saya, atau sering sekali) (Nursalam, 2008).

Ditambahkan menurut Damanik (2011) Setelah mengambil skala stres dan

menghilangkan skala kecemasan dan depresi dari kuesioner DASS-42 didapatkan 14

item atau pertanyaan tanpa adanya perubahan skor setiap sub-skala. Skala stres tersebut

terletak pada soal nomor 1, 6, 8, 11, 12, 14, 18, 22, 27, 29, 32, 33, 35, 39 sedangkan

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Relaksasi …eprints.umm.ac.id/45721/3/BAB II.pdfrelaksasi otot (progressive muscle relaxation), relaksasi pernafasan (diaphragmatic breathing),

27

pada soal nomor yang lain terdapat pertanyaan depresi dari nomer 3, 5, 10, 13, 16, 17,

21, 24, 26, 31, 34, 37, 38,42 dan pertanyaan anxiety pada nomor 2, 4, 7, 9, 15, 19, 20,

23, 25, 28, 30, 36, 40, 41 skala ini telah diuji reliabilitas menggunakan Cronbach’s Alpha

Formula. Skor setiap sub-skala (normal, ringan, sedang, berat, sangat berat),

dijumlahkan dan dibandingkan untuk mengetahui tingkat stres responden tersebut

(Psychology Foundation of Australia, 2014). Adapun penjelasan selanjutnya di jelaskan pada

tabel berikut :

Tabel 2.2 : Skala Stres DASS 42

Tingkat Depresi Kecemasan Stress

Normal 0 – 9 0 – 7 0 – 14

Ringan 10 – 13 8 – 9 15 – 18

Sedang 14 – 20 10 – 14 19 – 25

Berat 21 – 27 15 – 19 26 – 33

Sangat Berat > 28 > 20 > 34

(Sumber : Crawford & Henry, 2003)

Tabel 2.3 : DASS 45 (Depression Anxiety Stress Scale)

Faktor Indikator Item Jumlah Total

Stres a. Sulit untuk santai 8, 22, 29 3 14

(Difficulty relaxing)

b. Memunculkan 12, 33 2

kegugupan (Nervous

arousal)

c. Mudah 1, 11, 39 3

marah/gelisah

(Easily

upset/agigated)

d. Mengganggu/lebih 6, 18, 27 3

reaktif

(Irritable/over-

reactive)

e. Tidak sabar 14, 32, 35 3

(Impatient)

Kecemasan a. Autonomic arousal 2, 4, 19, 23, 5 14

25

b. Efek-efek otot 7, 41 2

(Skeletal

musculature effects)

c. Situasional 40, 9, 30 3

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Relaksasi …eprints.umm.ac.id/45721/3/BAB II.pdfrelaksasi otot (progressive muscle relaxation), relaksasi pernafasan (diaphragmatic breathing),

28

kecemasan

(Situational anxiety)

d. Pengalaman subjektif 28, 36, 20, 15 4

mempengaruhi

kecemasan

(Subjective

experience of

anxious affect)

Depresi a. Disporia 13, 26 2 14

b. Putus asa 10, 37 2

(Hopelessness)

c. Devaluasi kehidupan 21, 38 2

(Devaluation of life)

d. Mencela diri (Self- 17, 34 2

deprecation)

e. Kurang 16, 31 2

ketertarikan/keterliba

tan (Lack of

interest/involvement)

f. Anhedonia 3, 24 2

g. Inersia 5, 42 2 (Sumber : Daminik, 2011) Berikut pilihan jawaban untuk setiap pernyataan dalam skala DASS, yaitu:

(Sumber : Daminik, 2011) 2.12 Konsep Hubungan Blue Color Breathing Therapy Terhadap

Penurunan Tingkat Stres

Respon umum atau general adaptation syndrome yang atur oleh hipotalamus,

hipotalamus mendapat rangsangan mengenai stresor fisik dan psikologis dari di dapat

hampir dari semua daerah di bagian otak dan dari banyak reseptor di seluruh tubuh.

Tabel 2.4 DASS 45 (Depression, Anxiety and Stress Scale)

Pilihan Keterangan Skor jawaban

TP Tidak sesuai dengan saya sama sekali, atau 0 tidak pernah.

JR Sesuai dengan saya sampai tingkat tertentu, atau 1

kadang kadang.

SR Sesuai dengan saya sampai batas yang dapat 2

dipertimbangkan, atau sering.

SL Sangat sesuai dengan saya, atau sering sekali. 3

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Relaksasi …eprints.umm.ac.id/45721/3/BAB II.pdfrelaksasi otot (progressive muscle relaxation), relaksasi pernafasan (diaphragmatic breathing),

29

Stres oleh tubuh direspon dengan mengaktifkan sistem kardiorespirasi, sistem locus

ceruleus (LC atau norepinephrin (NE), sistem metabolisme dan HPA axis (Mastorakas

& Pavlatou, 2005, dalam Sugihato, 2012). Aktifnya hipotalamus–puitutary–adrenal axis

(HPA), menimbulkan conditioning stimuli pada alur limbic–hipotalamus–puitutary-

adrenal Axis (LHPA axis), kemudian merangsang hipotalamus dan menyebabkan

disekresinya hormon corticotrophin relesing hormone (CRH), merangsang

hipotalamus untuk sekresi ACTH. Peningkatan sekresi ACTH, menyebabkan

meningkatnya sekresi, kortisol (Usui et al., 2012). Hormon tersebut dikeluarkan untuk

menjaga homeostatis dalam menghadapi stres, baik fisik maupun psikologis (Kasrin et

al., 2015). Menurut Sugihato, (2012) baik stresor fisik maupun psikologis menyebabkan

peningkatkan sistem kardiorespirasi dan neurohormonal, sebagai refleksi dari respon

system syaraf otonomi (autonomic nervous system atau ANS) salah satunya sistem

syaraf simpatik (sympathetic nervous system atau SNS).

Retinohypothalamic tract adalah salah satu jalur yang dimana hipotalamus dapat

menghubungkan sistem saraf dengan Autonomic Nervous System (ANS) dan sistem

endokrin dimana merupakan jalur utama yang digunakan pada mekanisme transmisi

warna menuju sistem limbik dan sistem endokrin (Holzberg dan Albrecht, 2003 dalam

Shinta et al., 2013). Warna dapat memberikan efek pada sistem saraf secara keseluruhan,

terutama berguna bagi sistem saraf pusat adalah warna biru. Warna ini memiliki efek

penenang, mengurangi iritasi dan kelelahan, serta dapat menenangkan gangguan emosi

dan sakit kepala serta warna ini menimbulkan rasa nyaman, rileks, mengurangi stres,

menyeimbangkan, dan menenangkan emosi (Usui et al., 2012)..

Berdasarkan pengukuran yang dilakukan oleh Shinta et al., (2013) terhadap

perubahan dalam berbagai zat kimia saraf dan neurohormonnya sebagai respon

terhadap cahaya berwarna, ditemukan bahwa warna biru menyebabkan terjadinya

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Relaksasi …eprints.umm.ac.id/45721/3/BAB II.pdfrelaksasi otot (progressive muscle relaxation), relaksasi pernafasan (diaphragmatic breathing),

30

peningkatan rata-rata kadar serotonin hingga 104%, oksitosin hingga 45,5%, beta

endorfin hingga 33%, dan growth hormone hingga 150%. Warna biru juga

menyebabkan terjadinya penurunan kadar norepinefrin hingga 29%. Perubahan kadar

zat kimia saraf dan neurohormon tersebut memiliki pengaruh dalam menurunkan stres.

Serotonin dikeluarkan oleh nukleus yang berada pada medial batang otak dan

berproyeksi di sebagian besar daerah otak, khususnya yang menuju radiks dorsalis

medula spinalis dan hipotalamus (Radeljak, et al., 2008). Setelah dilepaskan, serotonin

dapat serta mampu mengaktifkan reseptor serotonin pre-sinaps maupun post-sinaps.

Serotonin adalah neurotransmitter, yang dikeluarkan selama siang hari di otak manusia.

Serotonin dikenal sebagai salah satu regulator yang paling penting dari berbagai jalur

saraf di otak yang diperlukan untuk fungsi otak normal.

Sintesis dan tingkat serotonin dalam otak tertinggi selama siang hari. Setiap

gangguan dalam produksi serotonin dapat mengakibatkan berbagai gangguan kejiwaan.

Serotonin pada kondisi normal mempunyai kegunaan penting yaitu untuk mengontrol

bangun-tidur, perilaku makan, pengendalian transmisi sensoris, mood, dan sejumlah

perilaku. Rendahnya tingkat serotonin dalam hasil otak pada gangguan mood seperti

episode depresi mayor, gangguan bipolar, cyclothimic dan gangguan dysthimic dan

PTSD. Tingginya kadar serotonin bertanggung jawab untuk negara halusinogen

dinyatakan khas untuk skizofrenia dan disorders psikotik lainnya (Radeljak, et al., 2008).

Pemberian terapi warna biru akan mempersepsikan pelepasan serotonin, sehingga

dampak dari naik kadar serotonin dapat meningkatkan mood seseorang serta dapat

menciptakan rasa bahagia dan menurunkan stres (Usui et al., 2012).

Hipotalamus dapat menurunakan tekanan darah dan kadar kortisol hal ini terjadi

karena oksitoksin yang dapat menginduksi anti stres. Oksitoksin dibuat di

magnocellular neurosecretory cell di supraoptic dan nucleus paraventricular (McPheat,

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Relaksasi …eprints.umm.ac.id/45721/3/BAB II.pdfrelaksasi otot (progressive muscle relaxation), relaksasi pernafasan (diaphragmatic breathing),

31

2010). Tingkat oksitosin endogen dapat dikaitkan dengan tingkat kecemasan dan stres

secara dua arah, yaitu oksitosin dapat menimbulkan efek ansiolitik dan oksitosin juga

dapat memberikan respon terhadap stres. Pemberian terapi warna biru dapat

meningkatan kadar oksitosin dalam darah sehingga efek ansiolitik yang dikeluarkan

dapat menurunkan stres. Terapi warna biru juga meningkatkan beta endorfin yang

merupakan hormon antistres yang tentunya juga dapat menurunkan stres (Radeljak, et

al., 2008).

Norepinefrin dapat memberikan respon fight-or-fight yang mana dapat

meningkatkan aliran darah ke otot rangka, menyimpan energi, dapat memicu pelepasan

glukosa dan meningkatkan frekuensi jantung hal ini bisa dilakukan oleh norepinefrin

karena sifatnya yang dapat mempengaruhi hipotalmus sama dengan epinefrin (Shinta

et al., 2013). Pemberian terapi warna biru dapat mengurangi kadar norepinefrin dalam

darah, sehingga menurunkan tingkat stres.

Terapi warna ini juga diteliti oleh Minguillon et al., (2017) menurut hasil yang

dilaporkan dalam penelitian Blue lighting accelerates post-stress relaxation: Results of a

preliminary study menunjukkan bahwa dengan pencahayaan biru dapat mempercepat

pengurangan tingkat stres dibandingkan dengan pencahayaan putih. Hasil penelitian

menunjukkan ketika diberikan pencahayaan biru selama tiga menit tingkat stres

berkurang atau menurun. Selain itu, tingkat minimum stres tetap stabil dengan

pencahayaan biru dibandingkan dengan pencahayaan putih.