BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Pola Tidur 2.1.1 ...

17
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Pola Tidur 2.1.1 Pengertian dan Fungsi Tidur Tidur adalah proses yang berfungsi untuk memulihkan energi dan kesejahteraan (Potter & Perry, 2005). Tidur adalah proses yang diperlukan manusia untuk pembentukan sel-sel tubuh yang baru, perbaikan sel-sel tubuh yang rusak (natural healing mechanism), memberi waktu organ tubuh untuk istirahat maupun untuk menjaga keseimbangan metabolisme dan biokimia tubuh. Tidur adalah status perubahan kesadaran ketika persepsi dan reaksi individu terhadap lingkungan menurun (Mubarak & Chayatin, 2008). Tidur bisa diartikan sebagai bagian dari periode alamiah kesadaran yang terjadi ketika tubuh direstorasi (diperbaiki) yang dicirikan oleh rendahnya kesadaran dan keadaan metabolisme tubuh yang minimal. Secara otomatis, otak kita memprogram untuk tidur begitu gelap datang dan terbangun ketika terang tiba. Pun kita bisa tidur kapan saja, baik karena mengantuk ataupun dipengaruhi obat-obatan. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tidur adalah proses fisiologis yang terjadi dalam keadaan bawah sadar dimana persepsi dan reaksi individu terhadap lingkungan menurun, bersiklus bergantian dengan periode yang lebih lama dari keterjagaan. Universitas Sumatera Utara

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Pola Tidur 2.1.1 ...

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Pola Tidur

2.1.1 Pengertian dan Fungsi Tidur

Tidur adalah proses yang berfungsi untuk memulihkan energi dan

kesejahteraan (Potter & Perry, 2005). Tidur adalah proses yang diperlukan manusia

untuk pembentukan sel-sel tubuh yang baru, perbaikan sel-sel tubuh yang rusak

(natural healing mechanism), memberi waktu organ tubuh untuk istirahat maupun

untuk menjaga keseimbangan metabolisme dan biokimia tubuh. Tidur adalah status

perubahan kesadaran ketika persepsi dan reaksi individu terhadap lingkungan

menurun (Mubarak & Chayatin, 2008).

Tidur bisa diartikan sebagai bagian dari periode alamiah kesadaran yang

terjadi ketika tubuh direstorasi (diperbaiki) yang dicirikan oleh rendahnya kesadaran

dan keadaan metabolisme tubuh yang minimal. Secara otomatis, otak kita

memprogram untuk tidur begitu gelap datang dan terbangun ketika terang tiba. Pun

kita bisa tidur kapan saja, baik karena mengantuk ataupun dipengaruhi obat-obatan.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tidur adalah proses fisiologis

yang terjadi dalam keadaan bawah sadar dimana persepsi dan reaksi individu

terhadap lingkungan menurun, bersiklus bergantian dengan periode yang lebih lama

dari keterjagaan.

Universitas Sumatera Utara

Fungsi tidur antara lain untuk melindungi tubuh, konservasi energi, restorasi

otak, homeostasis, meningkatkan fungsi immunitas, dan regulasi suhu tubuh

(Lumbantobing, 2004). Tidur menggunakan kedua efek psikologis pada jaringan otak

dan organ-organ tubuh manusia. Tidur dalam beberapa cara dapat menyegarkan

kembali aktifitas normal pada bagian jaringan otak (Kozier, 2004).

Potter (2005) berpendapat bahwa, selama tidur NREM bermanfaat dalam

memelihara fungsi jantung dan selama tidur gelombang rendah yang dalam NREM

tahap IV tubuh melepaskan hormon pertumbuhan manusia untuk memperbaiki dan

memperbaharui sel epitel dan khusus seperti sel otak. Selain itu, tubuh menyimpan

energi selama tidur dan penurunan laju metaboli kbasal menyimpan persediaan energi

tubuh.

2.1.2 Fisiologi Tidur

Setiap makhluk memiliki irama kehidupan yang sesuai dengan masa rotasi

bola dunia yang dikenal dengan nama irama sirkadian. Irama sirkadian bersiklus 24

jam antara lain diperlihatkan oleh menyingsing dan terbenamnya matahari, layu dan

segarnya tanam-tanaman pada malam dan siang hari, awas waspadanya manusia dan

binatang pada siang hari dan tidurnya mereka pada malam hari (Harsono, 1996).

Sistem yang mengatur siklus atau perubahan dalam tidur adalah reticular

activating system(RAS) dan bulbar synchronizing regional(BSR) yang terletak pada

batang otak (Potter & Perry, 2005).

Universitas Sumatera Utara

RAS merupakan sistem yang mengatur seluruh tingkatan kegiatan susunan

saraf pusat termasuk kewaspadaan dan tidur. RAS ini terletak dalam mesenfalon dan

bagian atas pons. Selain itu RAS dapat memberi rangsangan visual, pendengaran,

nyeri dan perabaan juga dapat menerima stimulasi dari korteks serebri termasuk

rangsangan emosi dan proses pikir. Dalam keadaan sadar, neuron dalam RAS akan

melepaskan katekolamin seperti norepineprin. Demikian juga pada saat tidur,

disebabkan adanya pelepasan serum serotonin dari sel khusus yang berada di pons

dan batang otak tengah, yaitu BSR (Potter & Perry, 2005)

2.1.3 Tahapan Tidur

Tidur dibagi menjadi dua fase yaitu pergerakan mata yang cepat atau Rapid

Eye Movement (REM) dan pergerakan mata yang tidak cepat atau Non Rapid Eye

Movement (NREM). Tidur diawali dengan fase NREM yang terdiri dari empat

stadium, yaitu tidur stadium satu, tidur stadium dua, tidur stadium tiga dan tidur

stadium empat, lalu diikuti oleh fase REM (Patlak, 2005). Fase NREM dan REM

terjadi secara bergantian sekitar 4-6 siklus dalam semalam (Potter & Perry, 2005)

a. Tidur stadium satu

Sesuai dengan keadaan seorang yang baru saja terlena. Seluruh otot skeletal

menjadi lemas, kelopak mata menutupi mata dan kedua bola mata bergerak bolak-

balik ke kedua sisi. EEG yang direkam selama tahap tidur pertama itu

memperlihatkan penurunan voltase dengan gelombang-gelombang alfa yang makin

menurun frekuensinya (Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia, 1996).Pada

Universitas Sumatera Utara

tahap ini seseorang akan mengalami tidur yang dangkal dan dapat terbangun dengan

mudah oleh karena suara atau gangguan lain. Selama tahap pertama tidur, mata akan

bergerak peralahan-lahan, dan aktivitasotot melambat (Patlak, 2005).

b.Tidur stadium dua

Keadaan tidur masuk tahap tidur kedua apabila timbul sekelompok

gelombang yang berfrekuensi 14-18 siklus per detik pada aktivitas dasar yang

berfrekuensi 3-6 per detik. Gelombang-gelombang 14-18 siklus per detik itu

dinamakan gelombang tidur atau sleep spindles. Dalam tahap tidur kedua itu kedua

bola mata berhenti bergerak dan tonus otot masih terpelihara (Perhimpunan Dokter

Spesialis Saraf Indonesia, 1996). Biasanya berlangsung selama 10 hingga 25 menit.

Denyut jantung melambat dan suhu tubuh menurun (Smith & Segal, 2010). Pada

tahap ini didapatkan gerakan bola mata berhenti (Patlak, 2005).

c.Tidur Stadium Tiga

Pada tahap tidur yang ketiga EEG memperlihatkanperubahan gelombang

dasar berfrekuensi 3-6 siklus per detik menjadi 1-2 siklus per detik, yang sekali-sekali

diselingi oleh timbulnya gelombang tidur. Keadaan fisik pada tahap tidur ketiga

dicirikan oleh lemahlunglai karena tonus muscular lenyap sama sekali (Perhimpunan

Dokter Spesialis Saraf Indonesia, 1996).Tahap ini lebih dalam dari tahap sebelumnya

(Ganong, 1998). Pada tahap ini individu sulit untuk dibangunkan, dan jika terbangun,

individu tersebut tidak dapat segera menyesuaikan diri dan sering merasa bingung

selama beberapa menit (Smith & Segal, 2010).

Universitas Sumatera Utara

d. Tidur stadium empat

Pada tahap tidur keempat ini, EEG memperlihatkan hanya irama gelombang

yang berfrekuensi 1-2 per detik tanpa penyelingan dengan gelombang tidur. Dalam

tahap tidur keempat badan lemahseperti pada tahap tidur ketiga (Perhimpunan

DokterSpesialis Saraf Indonesia, 1996). Tahap ini merupakan tahap tidur yang paling

dalam. Gelombang otak sangat lambat. Aliran darah diarahkan jauh dari otak dan

menuju otot, untuk memulihkan energi fisik (Smith & Segal, 2010). Kecepatan

jantung dan pernafasan turun, rileks, jarang bergerak dan sulit dibangunkan dan

mengalami 4 sampai 6 kali siklus tidur dalam waktu 7 –8 jam (Kozier,2004).

Tahap tiga dan empat dianggap sebagai tidur dalam atau deep sleep, dan

sangat restorative karena merupakan bagian dari tidur yang diperlukan untuk merasa

cukup istirahat dan energik di siang hari (Patlak, 2005). Fase tidur NREM ini

biasanya berlangsung antara 70 menit sampai 100 menit, setelah itu akan masuk ke

fase REM. Tahap tidur REM terjadi setelah 90–110 menit tertidur ditandai dengan

peningkatan denyut nadi, pernafasan dan tekanan darah, otot –otot

relaksasi (Maas, 2002) serta peningkatan sekresi gaster (Hidayat, 2006). Selama tidur

baik NREM maupun REM, dapat terjadi mimpi tetapi mimpi dari tidur REM lebih

nyata dan diyakini penting secara fungsional untuk konsolidasi memori jangka

panjang (Potter & Perry, 2005). Karakteristik tidur REM adalah pernafasan ireguler,

mata cepat tertutup dan terbuka, sulit dibangunkan, sekresi gaster meningkat,

metabolisme meningkat dan biasanya disertai mimpi aktif (Hidayat, 2006).

Universitas Sumatera Utara

2.1.4 Pola Tidur

Pola tidur adalah model, bentuk atau corak tidur dalam jangka waktu yang

relatif menetap dan meliputi jadwal jatuh (masuk) tidur dan bangun, irama tidur,

frekuensi tidur dalam sehari, mempertahankan kondisi tidur dan kepuasan tidur

(Depkes dalam Siallagan,2010). Pola tidur normal dipengaruhi oleh gaya hidup

termasuk stress pekerjaan, hubungan keluarga dan aktivitas sosial yang mengarah

pada insomnia dan penggunaan medikasi untuk tidur. Penggunaan jangka panjang

medikasi tersebut dapat mengganggu pola tidur dan selama tidur malam yang

berlangsung rata-rata tujuh jam, REM dan NREM terjadi berselingan sebanyak 4-6

kali. Apabila seseorang kurang cukup mengalami REM, maka esok harinya ia akan

menunjukkan kecenderungan untuk menjadi hiperaktif, kurang dapat mengendalikan

emosinya dan nafsu makan bertambah. Sedangkan jika NREM kurang cukup,

keadaan fisik menjadi kurang gesit (Mardjono, 2008).

Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.1.4 Tahap-tahap Pola tidur (Potter & Perry, 2005)

Siklus ini merupakan salah satu dari irama sirkadian yang merupakan siklus

dari 24 jam kehidupan manusia. Keteraturan irama sirkadian ini juga merupakan

keteraturan tidur seseorang. Jika terganggu, maka fungsi fisiologis dan psikologis

dapat terganggu (Potter & Perry, 2005). Pada tahap REM aktivitas korteks cukup

intensif, sedangkan non-REM adalah dengan hilangnya aktifitas korteksyang

digambarkan dengan amplitudo yang besar berfrekuensi rendah pada osilasi

elektroensefalografi (EEG). Satu siklus tidur yang lengkap pada orang dewasa

Non REM tahap I

Non REM tahap II

Non REM

tahap II

Tidur

REM

Non REM

tahap III

Non REM

tahap III

Non REM

tahp IV

Universitas Sumatera Utara

berlangsung sekitar 90 menit, tetapi pada anak, terlebih bayi berlangsung lebih

singkat lagi(Tanjung & Sekartini, 2004).

2.1.5. Jenis- Jenis atau Pola Tidur

Tidur dibagi ke dalam dua jenis, yaitu:

1. NREM (non rapid eye movement) atau Pola Tidur Biasa

Tidur NREM merupakan jenis tidur yang disebabkan oleh menurunnya

kegiatan dalam sistem pengaktivasi retikularis, disebut dengan tidur gelombang

lambat (slow wape sleep) karena gelombang otak bergerak sangat lambat (Hidayat,

2004). Tidur NREM juga diartikan sebagai periode tidur dimana tidak ada gerakan

mata yang dapat diamati.

2. REM ( rapid eye movement) atau Pola Tidur Paradoksikal

Tidur REM merupakan jenis tidur yang disebabkan oleh penyaluran abnormal

dari isyarat-isyarat dalam otak meskipun otak mungkin tidak tertekan secara berarti

(Hidayat, 2006).Tidur NREM mempunyai 4 tahapan yang maasing- masing tahap

ditandai dengan pola gelombang otak.

2.1.6 Kebutuhan tidur dan pola tidur normal sesuai umur

Durasi dan kualitas tidur beragam diantara orang-orang dari semua kelompok

usia. Seseorang mungkin merasa cukup beristirahat tidur dengan 4 jam tidur,

sementara yang lain membutuhkan 10 jam.

Universitas Sumatera Utara

1. Neonatus

Neonatus sampai usia 3 bulan,rata rata tidur sekitar 16 jam sehari. Bayi yang

lahir tanpa medikasi lahir keadaan terjaga mata terbuka lebar dan mengisap

kencang. Setelah sekitar 1 jam bayi baru lahir menjadi diam dan kuarng responsif

terhadap stimulus internal dan eksternal. Periode tidur berakhir beberapa menit

sampai 2 sampai 4 jam setelah kemudian bayi terbagun lagi dan seringkali

menyebabkan tangisan karena terlalu responsif terhadap stimulus. Stimulus

lapar,nyeri,dan dingin. Pada minggu pertama bayi baru lahir tidur degan konstan.

Kira-kira 50% dari tidur ini adalah tidur REM, yang menstimulasi pusat otak

tertinggi, hal ini di anggap esensia l bagi perkembagan karena neonatus tidak tejaga

cukup lama untuk menstimulasi eksternal yang yang bermakna.

2. Bayi

Beberapa bayi tidur 22 jam perhari, bayi lain lahir 12 jam sampai 14 jam

perhari. Sekitar 20%-30% tidur adalah tidur REM. Pertama- pertama bayi terbangun

setiap 3 sampai 4 jam,makan dan kemudian kembali tidur. Periode terjaga penuh

mengalami peningkatan secara betaha-,tahap selama beberapa bulan pertama. Pada

bulan keempat, sebagian bayi tidur sepanjang malam dan menetap -kan pola tidur

siang yang bervariasi pada setiap individu. Namun mereka umum nya terbagun lebih

awal di pagi hari. Diakhir tahun pertama, seorang bayi biasanya tidur siang sebanyak

1 atau 2 kali sehari dan tidur 14 jam tiap 24 jam.

Sekitar setengah dari waktu tidur bayi di habiskan pada tahap tidur ringan.

Selama tidur ringan,bayi melakukan sebagian besar aktivitas seperti bergerak,

Universitas Sumatera Utara

berdeguk dan batuk. Orang orang tua perlu memastikan bahwa bayi benar-benar

terbangun sebelum mengangkat mereka untuk di beri makan dan di ganti pakaian.

Banyak bayi mulai terbangun kembali di tengah malam pada usia antara 5 sampai 9

bulan.

3. Todler

Pada usia 2 tahun, anak-anak biasa nya tidur sepanjang malam dan tidur siang

setiap hari. Total tidur rata-rata 12 jam perhari. Tidur siang dapat hilang pada usia 3

tahun. Hal yang umum bagi todler terbagun pada malam hari. Persentasi tidur REM

berlanjut menurun selama periode ini todler tidak ingin tidur pada malam hari

ketidakinginan ini dapat berhubungan dengan kebutuhan untuk otonomi, atau takut

perpisahaan. Todler mempunyai kebutuhan untuk mengeksplorasi dan memuaskan

keingin tahuannya, yang dapat menjelaskan mengapa beberapa dari mereka mencoba

untuk menunda waktu tidur.

4. Prasekolah

Rata-rata tidur anak usia persekolah sekitar 12 jam semalam (sekitar 20%

adalah REM). Pada usia 5 tahun, anak persekolah jarang tidur siang. Kecuali pada

kebudayaan yaitu siesta adalah kebiasaan. Anak usia persekolah biasa nya mengalami

kesulitan untuk rileks atau diam setelah hari-hari yang aktif. Anak usia prsekolah juga

mempunyai masalah dengan ketakutan waktu tidur, terjaga pada malam hari,atau

mimpi buruk,orang tua paling berhasil untuk membawa anak prasekolah untuk tidur

dengan membina ritual yang konsisten yang mencakup aktivitas waktu tenang

sebelum waktu tidur.

Universitas Sumatera Utara

5. Anak usia sekolah

Jumlah tidur yang di perlukan pada usia sekolah bersifat individual di

karenakan status aktifitas dan tingkat kesehatan berpariasi. Anak usia sekolah biasa

nya tidak membutuhkan tidur siang. Pada usia 6 tahun akan tidur malm rata-rata 11

sampai 12 jam,sementara anak usia 11 tahun tidur sekitar 9 sampai 10 jam. Anak

usia 6 atau 7 tahun biasanya dapat di bujuk untuk tidur dengan mendorong

melakukan aktifitas yang tenang . Anak yang lebih tua sering kali menolak tidur

karena ketidak- sadaran terhadap kelelahan atau kebutuhan mandiri. Anak usia

sekolah akan menjadi lelah pada hari berikut nya jika diizin kan untuk tinggal lebih

lama dari biasa nya.Anak yang lebih tua meminta waktu tidur yang lebih larut sebagai

suatu simbol dominan dari anak yang lebih muda.

6. Remaja

Remaja memperoleh sekitar 7 ½ jam untuk tidur setiap malam pada saat

kebutuhan tidur yang aktual meningkat, remaja umumnya mengalami sejumlah

perubahan yang sering kali mengurangi waktu tidur. Biasa nya orang tua tidak lagi

terlibat pada penataan waktu tidur yang spesipik. Tuntutan sekolah, kegiatan sosial

setelah sekolah,dan perkerjaan penuh waktu menekan waktu yang tersedia waktu

tidur. Remaja tidur lebih larut dan bangun lebih cepat pada waktu sekolah menengah

atas. Harapan sosial yang umum adalah remaja membutuhkan tidur. Yang sedikit dari

pada para remaja.

Universitas Sumatera Utara

7. Dewasa muda

Kebanyakan dewasa muda tidur malam hari rata-rata 6 samapai 8 ½

jam,tetapi hal ini berpariasi. Dewasa muda jarang sekali tidur siang. Kurang dari

20% waktu tidur yang di habiskan yaitu tidur REM,yang tetap konsiten sepanjang

hidup. Dewasa muda muda yang sehat membutukan cukup tidur untuk berpastisipasi

dalam kesibukan aktivitas yang mngisi hari-hari mereka. Akan tetapi,adalah hal yang

umum untuk tuntutan gaya hidup yang mengganggu pola tidur yang umum. Stres

perkejaan, hubungan keluarga,dan aktivitas sosial dapat mngarah pada insomnia .

8. Dewasa tengah

Selama masa dewasa tengah total waktu yang di gunakan untuk tidur malam

hari mulai menurun. Jumlah tidur tahap 4 mulai menurun, suatu penurunan yang

berlanjut dengan bertambah nya usia. Gangguan tidur sering kali mulai di diagnosa

diantara orang-orang pada rentang usia ini bahkan ketika gejola dari ganguan yang

telah ada untuk di sebabkan oleh penuaan oleh perubahan stress usia menengah.

Gangguan tidur dapat di sebabkan oleh kecemasan,depresi,atau penyakit pisik ringan

tertentu. Wanita yang mngalami gejala menopause dapat mngalamai

insomnia.anggota kelompok usia ini dapat terggantung pada obat tidur.

9. Lansia

Jumlah tidur total tidak berubah sesuai pertambahan usia.Akan tetapi,kualitas

tidur kelihatan menjadi berubah pada kebanyakan lansia. Episode tidur REM

cenderung memendek. Terdapat penurunan yang progresif pada tahap tidur REM 3

dan 4,berapa lansia hampir tidak memiliki tahap 4 atau tidur yang dalam. Seorang

Universitas Sumatera Utara

lasia yang terbangun lebih sering di malam hari,dan membutuhkan banyak waktu

untuk jatuh tertidur. Akan tetapi pada lansia yang berhasil beradaptasi terhadap

perubahan pisiologis dan fisikologis dalam penuaan lebih mudah memelihara tidur

REM dan keberlangsungan dalam siklus tidur mirip dengan dewasa muda.

Keragaman dalam prilaku tidur lansia adalah umum. Keluhan tentang kesulitan

tidur waktu malam sering kali terjadi diantara lansia,sering kali akibat keberadaan

penyakit kronik yang lain.Sebagai contoh,seorang lansia yang mngalami akritis

mempunyai kesulitan tidur akibat nyeri sendi. Kecenderungan untuk tidur siang

kelihatan nya meningkat secara progresif dengan bertambah nya usia. Peningkatan

waktu siang hari yang di pakai untuk tidur dapat terjadi karena seringnya terbangun

pada malam hari.

2.1.7 Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Tidur

a. Penyakit

Sakit dapat mempengaruhi kebutuhan tidur seseorang. Banyak penyakit yang

memperbesar kebutuhan tidur. Keadaan sakit menjadikan kurang tidur dan bahkan

tidak bisa tidur.

b. Latihan dan Kelelahan

Keletihan akibat aktivitas yang tinggi dapat memerlukan lebih banyak tidur

untuk menjaga keseimbangan energi yang telah dikeluarkan. Hal tersebut terlihat

pada seseorang yang telah melakukan aktivitas dan mencapai kelelahan. Maka, orang

Universitas Sumatera Utara

tersebut akan lebih cepat untuk dapat tidur karena tahap tidur gelombang lambatnya

diperpendek.

c. Stres Psikologis

Kondisi psikologis dapat terjadi pada seseorang akibat ketegangan jiwa. Hal

tersebut terlihat ketika seseorang yang memiliki masalah psikologis mengalami

kegelisahan sehingga sulit untuk tidur. Karena stress emosional, klien menunjukkan

penundaan untuk tidur, sedikitnya tidur REM, frekuensi terbangun meningkat,

peningkatan total untuk tidur, merasa kekurangan tidur dan cepat bangun.

d. Obat

Obat dapat juga mempengaruhi proses tidur. Beberapa jenis obat yang dapat

mempengaruhi proses tidur adalah menyebabkan seseorang insomnia, antidepresan

dapat menekan REM, kafein dapat meningkatkan saraf simpatis yang menyebabkan

kesulitan untuk tidur, dan lain-lain.

f. Nutrisi

Terpenuhinya kebutuhan nutrisi yang cukup dapat mempercepat proses tidur.

Protein yang tinggi dapat mempercepat terjadinya proses tidur, karena adanya

tryptophan yang merupakan asam amino dari protein yang dicerna. Demikian

sebaliknya, kebutuhan gizi yang kurang dapat juga mempengaruhi proses tidur,

bahkan terkadang sulit untuk tidur.

g. Lingkungan

Keadaan lingkungan yang aman dan nyaman bagi seseorang dapat

mempercepat terjadinya proses tidur.Lingkungan menjadi penyebab yang signifikan

Universitas Sumatera Utara

untuk mampu memulai dan mempertahankan tidur. Tempat tidur di rumah sakit

sangat berbeda dengan di rumah. Di rumah sakit, keributan menjadi masalah terhadap

pasien dan menjadikan pasien rawan untuk terbangun. Keributandi rumah sakit

biasanya baru dan asing. Masalah tersebut sangat tampak pada malam pertama rawat

inap.

h. Motivasi

Penundaan fase tidur tersebut dikarenakan adanya keterlambatan untuk tidur

akibat irama sirkardian yang tidak teratur ( Behrman & Kliegman, 2002).

2.2 Terapi Cairan Intravena (Pemasangan Infus)

2.2.1 Pengertian dan Tujuan Terapi Intravena

Pemberian cairan intravena merupakan pemberian cairan melalui alat

intravena untuk memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit, obat-obatan, pemantauan

hemodinamik, serta mempertahankan fungsi jantung dan ginjal.

Menurut Perry & Potter (2006), pemberian cairan intravena adalah pemberian

sejumlah cairan ke dalam tubuh ke dalam pembuluh vena untuk memperbaiki atau

mencegah gangguan cairan dan elektrolit,darah, maupun nutrisi. Terapi intravena

adalah salah satu cara atau bagian dari pengobatan untuk memasukkan obat atau

vitamin ke dalam tubuh pasien.

Terapi intravena adalah memasukkan jarum atau kanula ke dalam vena

(pembuluh balik) untuk dilewati cairan infus atau pengobatan, dengan tujuan agar

sejumlah cairan atau obat dapat masuk ke dalam tubuh melalui vena dalam jangka

Universitas Sumatera Utara

waktu tertentu.Tindakan ini sering merupakan tindakan life saving seperti pada

kehilangan cairan yang banyak, dehidrasi dan syok, karena itu keberhasilan terapi dan

cara pemberian yang aman diperlukan pengetahuan dasar tentang keseimbangan

cairan dan elektrolit serta asam basa.

Menurut Hidayat (2008), tujuan utama terapi intravena adalah

mempertahankan atau mengganti cairan tubuh yang mengandung air, elektrolit,

vitamin, protein, lemak dan kalori yang tidak dapat dipertahankan melalui oral,

mengoreksi dan mencegah gangguan cairandan elektrolit, memperbaiki

keseimbangan asam basa, memberikan tranfusi darah, menyediakan medium untuk

pemberian obat intravena, dan membantu pemberian nutrisi parenteral.

2.2.2 Keuntungan dan Kerugian

Menurut Perry dan Potter (2005), keuntungan dan kerugian terapi intravena

adalah :

a. Keuntungan

Keuntungan terapi intravena antara lain : Efek terapeutik segera dapat tercapai

karena penghantaran obat ke tempat target berlangsung cepat, absorbsi total

memungkinkan dosis obat lebih tepat dan terapi lebih dapat diandalkan, kecepatan

pemberian dapat dikontrol sehingga efek terapeutik dapat dipertahankan maupun

dimodifikasi, rasa sakit dan iritasi obat-obat tertentu jika diberikan intramuskular atau

subkutan dapat dihindari, sesuai untuk obat yang tidak dapat diabsorbsi dengan rute

Universitas Sumatera Utara

lain karena molekul yang besar, iritasi atau ketidakstabilan dalam traktus

gastrointestinalis.

b. Kerugian

Kerugian terapi intravena adalah : tidak bisa dilakukan “drug recall” dan

mengubah aksi obat tersebut sehingga resiko toksisitas dan sensitivitas tinggi, kontrol

pemberian yang tidak baik bisa menyebabkan “speed shock” dan komplikasi

tambahan dapat timbul, yaitu : kontaminasi mikroba melalui titik akses ke sirkulasi

dalam periode tertentu, iritasi vascular, misalnya flebitis kimia, dan inkompabilitas

obat dan interaksi dari berbagai obat tambahan.

Universitas Sumatera Utara