BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Dasar Perilaku 2.1.1 ...

37
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Dasar Perilaku 2.1.1 Perilaku Keluarga Berdasarkan (Ensiklopedi Amerika), perilaku diartikan sebagai suatu aksi dan reaksi organisme terhadap lingkungan. Hal ini berarti bahwa perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang di lakukan untuk menimbulkan reaksi yang di sebut rangsangan. Dengan demikian, maka suatu rangsangan tertentu akan menghasilkan reaksi atau perilaku tertentu (Notoatmodjo S., 2010). Perilaku dilihat dari sudut pandang biologis adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan. Jadi, perilaku manusia pada hakekatnya adalah suatu aktivitas dari pada manusia itu sendiri. Pandangan behavioritis mengatakan bahwa perilaku sebagai respon terhadap stimulus, akan sangat ditentukan oleh keadaan stimulusnya, dan atau organisme seakan-akan tidak mempunyai kemampuan untuk menentukan perilakunya. Hubungan stimulus dan respon seakan-akan bersifat mekanistis. Pandangan kognitif mengenai perilaku, yaitu bahwa perilaku individu merupakan respon dari stimulus, namun dalam diri individu itu ada kemampuan untuk menentukan perilaku yang diambilnya. (Suryani, E dan Widyasih, H, 2008). Menurut skinner (1938), dalam Notoatmodjo S., (2010), seorang ahli perilaku mengemukakakn bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena perilaku ini terjadi malalui proses adanya stimulus terhadap organisme, kemudian

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Dasar Perilaku 2.1.1 ...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Dasar Perilaku 2.1.1 ...

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Dasar Perilaku2.1.1 Perilaku Keluarga

Berdasarkan (Ensiklopedi Amerika), perilaku diartikan sebagai suatu

aksi dan reaksi organisme terhadap lingkungan. Hal ini berarti bahwa

perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang di lakukan untuk

menimbulkan reaksi yang di sebut rangsangan. Dengan demikian, maka

suatu rangsangan tertentu akan menghasilkan reaksi atau perilaku tertentu

(Notoatmodjo S., 2010).Perilaku dilihat dari sudut pandang biologis adalah suatu kegiatan atau

aktivitas organisme yang bersangkutan. Jadi, perilaku manusia pada

hakekatnya adalah suatu aktivitas dari pada manusia itu sendiri. Pandangan

behavioritis mengatakan bahwa perilaku sebagai respon terhadap stimulus,

akan sangat ditentukan oleh keadaan stimulusnya, dan atau organisme

seakan-akan tidak mempunyai kemampuan untuk menentukan perilakunya.

Hubungan stimulus dan respon seakan-akan bersifat mekanistis. Pandangan

kognitif mengenai perilaku, yaitu bahwa perilaku individu merupakan

respon dari stimulus, namun dalam diri individu itu ada kemampuan untuk

menentukan perilaku yang diambilnya. (Suryani, E dan Widyasih, H, 2008).Menurut skinner (1938), dalam Notoatmodjo S., (2010), seorang ahli

perilaku mengemukakakn bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi

seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena perilaku ini

terjadi malalui proses adanya stimulus terhadap organisme, kemudian

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Dasar Perilaku 2.1.1 ...

10

organism tersebut merespon, maka teori Skinner ini disebut teoti “S-O-R”

atau Stimulus -Organisme - Respons. Skinner membedakan adanya dua respons:

a. Respondent respons atau reflexife, yakni respons yang ditimbulkan

oleh rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini

disebut eliciting stimulation karena menimbulkan respons-respons

yang relatif tetap. Misalnya: makanan-makanan yang lezat

menimbulkan keinginan untuk makan., cahaya terang menyebabkan

mata tertutup, dan sebagainya. Respondent respons ini juga mencakup

perilaku emosional, misalnya mendengar berita musibah menjadi

sediah atau menangis, lulus ujian meluapkan kegembiraannya dengan

mengadakan pesta, dan sebagainya.

b. Operant respons atau instrumental respons, yakni respons yang timbul

dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang

tertentu. Perangsang ini disebut reinforcing stimulus atau reinforce,

karena memperkuat respons. Misalnya apabila seorang petugas

kesehatan melaksanakan tugasnya dengan baik (respons terhadap

uraian tugasnya) kemudian memperoleh penghargaan dari atasnnya

(stimulus baru), maka petugas kesehatan tersebut akan lebih baik lagi

dalam melaksanakan tugasnya (Notoatmodjo S., 2010)

2.1.2 Jenis perilaku Berdasarkan teori “S-O-P”tersebut, maka perilaku manusia dapat di

kelompokkan menjadi dua, yaitu:

a. Perilaku tertutup (convert behavior)

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Dasar Perilaku 2.1.1 ...

11

Perilaku tertutup terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut masih

belum dapat diamati orang lain (dari luar) secara jelas. Respons

seseorang masih terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi,

pengetahuan dan sikap terhadap stimulus yang bersangkutan. Disebut

covert behavior atau unobservable behavior,misalnya: seseorang ibu

hamil tahu pentingnya periksa kehamilan, seorang pemuda tahu

HIV/AIDS dapat menular melalui hubungan seks, dan sebagainya.

b. Perilaku terbuka (Overt behavior)

Perilaku tebuka ini terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut

sudah berupa tindakan, atau praktik ini dapat diamati orang lain

dari luar“observable behavior”.Misalnya, seorang ibu hamil

memeriksakan ke hamilan ke puskesmas seorang penderita TB paru

minum obat anti TB secara teratur, seorang anak menggosok gigi

setelah, makan dan sebagainya. Contoh yang tersebut adalah berbentuk

tindakan nyata, dalam bentuk kengiatan, atau dalam bentuk

praktik (practice) (Notoatmodjo S., 2010).

2.1.3 Pembentukan PerilakuPerilaku manusia sebagian besar berupa perilaku yang dibentuk

atau dipelajari. Berkaitan dengan hal tersebut maka salah satu

persoalan ialah begaimana cara membentukan perilaku itu sesuai dengan

yang diharapkan.

a. Cara pembentukan perilaku dengan kondisioning atau kebiasaan

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Dasar Perilaku 2.1.1 ...

12

Dengan cara membiasakan diri untuk berperilaku seperti yang

diharapkan, akhirnya akan terbentuklah perilaku tersebut. Missal

dibiasakan bagun pagi, atau mengosok gigi sebelum tidur,

mengucapkan terima kasih bila diberi sesuatu oleh orang lain,

membiasakan diri untuk datang tidak terlambat di kantor, dan

sebagainya. Cara ini di dasarkan atas teori belajar kondisioning

baik yang dikemukakan oleh paul maupun Tromdike dan Skinner.

b. Pembentukan perilaku dengan pengertian (insight)

Cara ini berdasarkan atas teori belajar kognitif, yaitu belajar

dengan disertai adanya pengertian. Misalnya, datang kuliah jangan

sampai terlambat karena hal tersebutdapat menggangu teman-

teman yang lain, saat naik motor harus pakai helm karena helm

tersebut untuk keamana diri. Eksperimen thomdike dalam balajar

yang dipentingkan adalah soal latihan, Eksperimen Kohler dalam

belajar yang penting adalah pengertian atau insigt. Kohler adalah

salah seorang tokoh dalam psikologi gestalt termasuk dalam

aliran kognitif.

c. Pembentukan perilaku dengan mengunakan model

Pembentukan perilaku dapat ditempuh dengan menggunakan

model atau contoh. Kalau orang mengatakan bahwa orang tua

sebagai panutan yang di pimpin nya, hal tersebut menunjukan

pembentukan perilaku dengan menggunakan model. Pemimpin

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Dasar Perilaku 2.1.1 ...

13

dijadikan model atau contoh oleh yang dipimpinnya (Yetty, Z dan

Suryani, E, 2005)

2.1.4 Teori PerilakuPerilaku manusia tidak dapat lepas dari keadaan individu itu

sendiri dan lingkungan dimana individu itu berada. Perilaku manusia

itu didorong oleh motif tertentu sehingga manusia itu berperilaku.

Ada beberapa teori yang dikemukakakan, antara lain :

a. Teori naluri (instinct theory)

b. Teori dorongan (drive theory)

c. Teori insentif (incentive theory)

d. Teori atribusi

Berdasarkan ke empat teori tersebut, salah satu teori yang relevan

yang mengarah pencegahan kejadian Demam Berdarah Dengue

(DBD) yaitu: teori dorongan (drive theory) teori dorongan (drive theory)

merupakan teori ini bertitik tolak pada pandangan bahwa organisme itu

mempunyai dorongan-dorongan atau drive tertentu. Dorongan-dorongan

ini berkaitan dengan kebutuhan-kebutuhan organisme yang mendorong

organisme berperilaku. Bila organisme berperilaku dan dapat memenuhi

kebutuhan, maka akan terjadi pengurangan atau reduksi dari dorongan-

dorongan tersebut. Karena itu teori ini menurut di sebut teori drive

reduction.

2.1.5 Teori Perubahan Perilaku1. Teori Stimulus Organisme Respon (SOR)

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Dasar Perilaku 2.1.1 ...

14

Teori ini mendasarkan asumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan

perilaku ternggatun kepada kualitas rangsangan (stulus) yang

berkomunikasi dengan organisme. Teori ini juga mengatakan bahwa

perilaku dapat berubah hanya apabila stimulus (rangsangan) yang

diberikan benar- benar melebihi dari stimulus semula.2. Teori Festiger (dissonance theory)Teori sebenarnya sama dengan konsep “imbalance” (tidak seimbang)

Hal ini berarti bahwa keadaan cognitiv dissonance merupakan

ketidak seimbangan psikologis yang diliputi oleh ketegangan diri

yang berusaha untuk mencapai keseimbangan kembali. Apabila

terjadi keseimbangan dalam diri individu maka bararti sudah

terjadi ketegangan diri lagi dan keadaan ini disebut consonance

(keseimbangan).3. Teori Fungsi Teori ini beranggapan bahwa perubahan perilaku individu tergantung

kepada kebutuhan. Teori ini berkeyakinan bahwa perilaku mempunyai

fungsi untuk menghadapi dunia luar dan menyesuaikan diri dengan

lingkungan menurut kebutuhannya.4. Teori Kurt LewinMenurut Kurt Lewin (1970), dalam Notoatmodjo S., (2011) perilaku

manusia adalah sesuatu keadaan yang seimbang antara kekuatan

pendorong (driving forces) dan kekuatan penahan (restining forces).

Perilaku dapat berubah apabila terjadi ketidak seimbangan, antara kedua

kekuatan tersebut di dalam diri seseorang (Notoatmodjo S., 2006).

2.1.6 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku

Menurut kesmas (2013) kesehatan individu dan masyarakat di

pengaruhi oleh dua faktor yaitu: faktor perilaku dan faktor faktor di

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Dasar Perilaku 2.1.1 ...

15

luar perilaku (nonperilaku). Selanjutnya faktor perilaku ini di tentukan

oleh tiga kelompok faktor seperti perilaku seseorang berhumbungan

faktor predisposisi, faktor pemungkiman dan faktor penguat. Oleh

sebab itu, akan di uraikan hal-hal yang berkaitan dengan perilaku

serta hal-hal yang berhumbungan dengan perilaku, yaitu:

a. Faktor predisposisi (predispoting factor), faktor predisposisi

mencakup pengetahuan, sikap, keyakinan, nilai dan persepsi,

berkenaan dengan motivasi seorang atau kelompok untuk

bertindak. Sedangkan secara umum faktor predisposisi ialah

sebagai preferensi pribadi yang di bahwa seorang atau kelompok

ke dalam suatu pengalaman belajar. Hal ini mungkin mendukung

atau menghambat perilaku sehat dalam setiap kasus, faktor ini

mempunyai pengaruh. Faktor demografis seperti status sosial,

ekonomi, umur, jenis kelamin dan ukuran keluarga saat ini juga

penting sebagai faktor predisposisi.

b. Faktor pemungkin (enabling faktor), mencakup berbagai keterampilan

dan sumber daya yang perlu untuk melakukan perilaku kesehatan.

Sumber daya itu meliputi fasilitas pelayanan kesehatan, personalia

klinik atau sumber daya yang serupa itu. Faktor pemungkin ini juga

menyakut keterjangkauan berbagai sumber daya, biaya, jarak

ketersediaan transportasi, waktu dan sebagai nya.

c. Faktor penguat (reinforcing factor), faktor penguat adalah faktor

yang menentukan tindakan kesehatan memperoleh dukungan atau

tidak. Sumber penguat tergantung pada tujuan dan jenis program.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Dasar Perilaku 2.1.1 ...

16

Di dalam pendidikan pasien, faktor penguat bisa berasal dari

perawat, bidan dan dokter, pasien dan keluarga.

2.1.7. Teori dan Bentuk Perubahan Perilaku

1. Teori Perubahan Perilaku

Dalam perilaku kesehatan terdapat beberapa hal penting yaitu

masalah pembentukan dan perubahan perilaku. Karena perubahan

perilaku merupakan tujuan dari sebuah pemberian informasi kesehatan,

maka ada banyak teori tentang perubahan perilaku ini

(Notoatmodjo,2007), antara lain:

a. Teori stimulus organisme (SOR)

Teori ini di dasarkan pada asumsi bahwa penyebab terjadinya

perubahan perilaku tergantung kepada kualitas rangsang (stimulus)

yang berkomunikasi dengan organisme. Artinya kualitas, dari sumber

komunikasi (sources), seperti kredibilitas kepemimpinan dan gaya

berbicara sangat menentukan keberhasilan perilaku perubahan seseorang,

kelompok, atau masyarakat. Hosland, et al (1953), dalam buku

(Notoatmodjo,2007), mengatakan bahwa perubahan perilaku pada

hakikatnya adalah sama dengan proses belajar. Proses perubahan

perilaku tersebut mengambarkan proses belajar pada individu.

Stimulus (rangsang), yang di berikan kepada organisme dapat di terima

atau di tolak apabilah stimulus telah mendapat perhatian dari

organisme (diterima) maka selanjutnya stimulus ini akan di lanjutkan

stimulus ini akan di lanjutkan kepada proses berikutnya. Setelah itu

organisme mengolah stimulus tersebut lalu timbul kesediaan untuk

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Dasar Perilaku 2.1.1 ...

17

bertindak (bersikap). Dukungan fasilitas serta dorongan telah di dapat

dari lingkungan maka stimulus tersebut mempunyai efek tindakan

(perubahan perilaku).

b. Teori Festinger (Dissonance Theory

Dalam teori ini menyebutkan bahwa di sonance (ketidak

sehimbangan) terjadi karena dalam diri individu terdapat dua

elemen kognisi yang saling bertengtangan. Elemen bertetangan

yaitu pengetahuan, pendapat atau keyakinan. Apabilah individu

menghadapi suatu stimulus atau obyek, dan stimulus tersebut

menimbulkan pendapat atau keyakinan yang berbeda di dalam individu

itu sendiri. Penyelesaian komflik ini adalah penyesuaian diri secara

kongitif. Dengan penyesuaian diri ini maka akan terjadi

kesehimbangan kembali dan keberhasilan yang di tunjukan itu

dengan tercapainya kesehimbangan kembali menunjukan adanya

perubahan sikap dan akhirnya akan terjadi perubahan perilaku

(Notoatmodjo.2007).

c. Teori Fungsi

Teori ini berdasarkan anggapan bahwa perubahan perilaku

individu tergantung kepada kebutuhan. Hal ini berarti stimulus yang di

butuhkan adalah stimulus yang dapat di mengerti dalam konteks

kebutuhan orang tersebut. Menurut Katz perilaku di latarbelakangi

oleh kebutuhan individu yang bersangkutan (Notoatmodjo, 2007).

Perilaku memilki fungsi instrumental yaitu seseorang dapat

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Dasar Perilaku 2.1.1 ...

18

berdindak (berperilaku) positif terhadap obyek demi kebutuhan nya.

Perilaku berfungsi sebagai defence macanism atau sebagai

pertahanan diri dalam menghadapi lingkungannya. Perilaku

berfungsi sebagai penerima obyek danpemberi arti. Dalam peranya

dengan tindakan itu seseorang senantiasa menyesuaikan diri

dengan lingkungannya. Perilaku berfungsi sebagai nilai ekspresif

dari diri seseorang dalam menjawab suatu situasi.

d. Teori Kurt Lewin

Kurt Lewin, berpendapat bahwa perilaku manusia adalah suatu

keadaan yang seimbang antara kekuata-kekuatan pendorong (driving

forces) dan kekuatan-kekuatan penahan (restining forces). Perilaku itu

dapat berubah apabila kekuatan-kekuatan dalam diri tersebut

memilki ketidakseimbangan di dalam diri seseorang maka ada tiga

terjadinya perubahan perilaku, (Notoatmodjo, 2007). Kekuatan –

kekuatan pendorong meningkat sehingga akan terjadinya pendorong

untuk perubahan perilaku. Stimulus ini berupaya penjuluhan atau

informasi yang di berikan. Kekuatan kekuatan penahan melemah

sehingga akan menurunkan kekuatan penahan menurun.

e. Bentuk Perubahan Perilaku

Bentuk perubahan perilaku sangat bervariasi, sesuai dengan konsep

yang digunakan para ahli dalam pemahaman nya terhadap

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Dasar Perilaku 2.1.1 ...

19

perilaku. Menurut WHO (World Health Organization) di kelompokan

menjadi tiga, (Notoatmodjo, 2007) yaitu :

a. Perubahan alamiah (Natural Change) perilaku manusia dari waktu ke

waktu pasti memiliki perubahan dan perubahan itu di sebab kan

karena kejadian alamiah

b. Perubahan terencana (planned Change) perubahan terencana ini

terjadi karena adanya perencanaan sendiri oleh subyek yang akan

merubah perilaku nya sendiri.

c. Kesedian untuk berubah (Readdness to Chonge)

Apabila terdapat inovasi atau program-program pembanguan di

dalam masyarakat, maka yang sering terjadi adalah subjek akan

menerima inovasi tersebut atau perubahan tersebut (perubahan

perilakunya), dan sebagian orang lagi sangat lambat untuk menerima

inovasi atau perubahan tersebut.

2.2. Konsep Perilaku Keluarga

Kelurga berasal dari bahasa sansekerta: kula dan warga ” keluarga

adalah lingkungan di mana beberapa orang yang masih memiliki hubungan

darah, bersatu. Keluarga ini (“nuclear family”) terdiri dari ayah ,ibu, dan

anak anak.

Ada beberapa pendapat tentang pengertian dari keluarga:

a. Menurut departeman kesehatan RI(1998) Keluarga adalah unit terkecil

dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang

yang terkumpul dan tinggal suatu tempat di bahwa suatu atap dalam

keadaan saling ketergantungan.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Dasar Perilaku 2.1.1 ...

20

b. Menurut Ki Hajar Dewantara. Keluarga adalah kumpulan beberapa orang

yang karena terikat oleh satu turunan lalu mengerti dan merasa berdiri

sebagai satu gabungan yang hakiki,esensial, enak dan berkehendak

bersama sama memperteguh gabungan itu untuk memuliakan masing

masing anggotanya.c. Menurut Salvicion dan Ara Celis. Keluarga adalah dua atau lebih dari

dua individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan

perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidupnya dalam suatu

rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan didalam perannya

masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu

kebudayaan Dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa

keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas 2 orang

atau lebih dengan adanya ikatan perkawinan atau pertalian yang

hidup dalam satu rumah tangga di bawah asuhan seorang kepala

rumah tangga dan berinteraksi diantara sesama anggota keluarga yang

setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing sehingga

diciptakan untuk mempertahankan suatu kebudayaan.

2.2.1. Bentuk Keluarga Keluarga di bagi menjadi beberapa bentuk berdasarkan garis

keturunan, jenis perkawinan, pemukiman, jenis anggota keluarga dan

kekuasaan.

a. Berdasarkan Garis Keturunan

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Dasar Perilaku 2.1.1 ...

21

1. Patrilinear adalah keturunan sedarah yang terdiri dari sanak

saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu

disusun melalui jalur garis ayah.

2. Matrilinear adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak

saudara sedarah dalam beberapa ganerasi dimana hubungan itu

disusun melalui jalur garis ibu.

b. Berdasarkan Jenis Keturunan.1. Monogami adalah keluarga di mana terdapat seorang suami

dengan seorang istri.2. Poligami adalah kelurga dimana terdapat seorang suami

dengan lebih dari satu istri.c. Berdasarkan Pemukiman

1. Patrilokal adalah pasangan suami istri, tinggal bersama atau

dekat dengan keluarga sedarah suami.

2. Matrilokal adalah pasangan suami istri, tinggal bersama atau

dekat dengan keluarga satu istri

3. Neolokal adalah pasangan suami istri, tinggal jauh dari

keluarga suami maupun istri.

d. Berdasarkan Jenis Anggota Keluarga

1. Keluarga Inti (Nuclear Family) adalah keluarga yang terdiri dari

ayah, ibu dan anak-anak.

2. Keluarga Besar (Extended Family) adalah keluarga inti

ditambahkan dengan sanak saudara. Misalnya : kakak, nenek,

keponakan, dan lain-lain.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Dasar Perilaku 2.1.1 ...

22

3. Keluarga Berantai (Serial Family) adalah keluarga yang terdiiri

dari wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan

merupakan satu keluarga inti.

4. Keluarga Duda/janda (Single Family) dalah keluarga yang terjadi

karena perceraian atau kematian.

5. Keluarga Berkomposisi (Composite) adalah keluarga yang

perkawinannya berpoligami dan hidup secara bersama.

6. Keluarga Kabitas (Cahabitation) adalah dua orang yang terjadi

tanpa pernikahan tetapi membentuk suatu keluarga.

e. Berdasarkan Kekuasaan

1. Patriakal

keluarga yang dominan dan memegang kekuasaan dalam keluarga

adalah dipihak ayah.

2. Matrikal

keluarga yang dominan dan memegang kekuasaan dalam keluarga

adalah pihak ibu.

3. Equalitarium

keluarga yang memegang kekuasaan adalah ayah dan ibu.

f. Fungsi Keluarga

1. Fungsi Pendidikan. Dalam hal ini tugas keluarga adalah mendidik

dan menyekolahkan anak untuk mempersiapkan kedewasaan dan

masa depan anak bila kelak dewasa.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Dasar Perilaku 2.1.1 ...

23

2. Fungsi Sosialisasi Anak. Tugas keluarga dalam menjalankan

fungsi ini adalah bagaimana keluarga mempersiapkan anak

menjadi anggota masyarakat yang baik.3. Fungsi Perlindungan. Tugas keluarga dalam hal ini adalah

melindungi anak dari tindakan-tindakan yang tidak baik sehingga

anggota keluarga merasa terlindung dan merasa aman.4. Fungsi Perasaan. Tugas keluarga dalam hal ini adalah menjaga

secara instuitif merasakan perasaan dan suasana anak dan anggota

yang lain dalam berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama

anggota keluarga. Sehingga saling pengertian satu sama lain

dalam menumbuhkan kehar mo nisan dalam keluarga.5. Fungsi Religius. Tugas keluarga dalam fungsi ini adalah

memperkenalkan dan mengajak anak dan anggota keluarga yang

lain dalam kehidupan beragama, dan tugas kepala keluarga untuk

menanamkan keyakinan bahwa ada keyakinan lain yang mengatur

kehidupan ini dan ada kehidupan lain setelah di dunia ini.6. Fungsi Ekonomis. Tugas kepala keluarga dalam hal ini adalah

mencari sumber-sumber kehidupan dalam memenuhi fungsi-

fungsi keluarga yang lain, kepala keluarga bekerja untuk mencari

penghasilan, mengatur penghasilan itu, sedemikian rupa sehingga

dapat memenuhi rkebutuhan-kebutuhan keluarga.7. Fungsi Rekreatif. Tugas keluarga dalam fungsi rekreasi ini tidak

harus selalu pergi ke tempat rekreasi, tetapi yang penting

bagaimana menciptakan suasana yang menyenangkan dalam

keluarga sehingga dapat dilakukan di rumah dengan cara nonton

TV bersama, bercerita tentang pengalaman masing-masing, dsb.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Dasar Perilaku 2.1.1 ...

24

8. Fungsi Biologis. Tugas keluarga yang utama dalam hal ini adalah

untuk meneruskan keturunan sebagai generasi penerus.9. Memberikan kasih sayang,perhatian,dan rasa aman diaantara

keluarga, serta membina pendewasaan kepribadian anggota

keluarga.g. Peranan Keluarga

Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interper

sonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam

posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga

didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok

dan masyarakat. Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga

adalah sebagai berikut :

1. Peranan Ayah : Ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak,

berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan

pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari

kelompok sosialnya serta sebagai anggota dari kelompok

sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya. 2. Peranan Ibu : Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu

mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai

pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai

salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota

masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat

berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya. 3. Peranan Anak : Anak-anak melaksanakan peranan psikosial sesuai

dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial, dan

spiritual.h. Tugas Pokok Keluarga

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Dasar Perilaku 2.1.1 ...

25

Pada dasarnya tugas keluarga ada delapan tugas pokok sebagai

berikut:

1. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya.

2. Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga.

3. Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan

kedudukannya masing-masing.

4. Sosialisasi antar anggota keluarga.

5. Pengaturan jumlah anggota keluarga.

6. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga.

7. Penempatan anggota- anggota keluarga dalam masyarakat yang

lebih luas.

8. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggotanya.

2.2.2 Hubungan Pengetahuan Dengan Perilaku

Perilaku merupakan aktivitas atau kegiatan individu yang bersangkutan.

Perilaku manusia adalah suatu aktifitas dari individu itu sendiri atau yang

bersangkutan. Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon

individu terhadap rangsangan yang terkait dengan sakit dan penyakit, sistem

pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Dasar Perilaku 2.1.1 ...

26

Belum mengatakan derajat kesehatan manusia dipengaruhi 4 faktor

yaitu genetik (hereditas), lingkungan, pelayanan kesehatan, perilaku.

Pengetahuan seseorang sangat berpengaruh dalam perilaku pencegahan

demam berdarah dengue karena pengetahuan merupakan hasil tahu dan

ini terjadi setelah seseorang melakukan pengindraan terhadap suatu

objek tertentu (Notoatmodjo, 2007).

2.3. Konsep Pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD)2.3.1 Pengertian Pencegahan DBD

Pemberantasan demam berdarah dengue (DBD) seperti juga

penyakit menular lain didasarkan pemutusan rantai penularan, terdiri

dari virus, aedes dan manusia. Karena sampai saat ini belum terdapat

vaksin yang efektif terdapat virus itu maka pemberantasan ditujukan pada

manusia terutama pada vektornya.

a. Prinsip tepat dalam pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD)

1) Manfaatkan perubahan keadaan nyamuk akibat pengaruh alamiah

dengan melaksanakan pemberantasan pada saat sedikit terdapat

DHF/DSS

2) Memutuskan lingkaran penularan dengan menahan kepadatan

vektor pada tingkat sangat rendah untuk memberikan kesempatan

penderita veremia.

3) Mengusahakan pemberantasan vektor di pusat daerah pengabarang

yaitu sekolah dan RS, termasuk pula daerah penyangga sekitarnya.

4) Mengusahakan pemberantasan vektor di semua daerah berpotensi

penularan tinggi.

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Dasar Perilaku 2.1.1 ...

27

b. Cara pencegahan demam berdarah dengue

Cara untuk menurunkan populasi nyamuk aedes aegypti dengan cara

yang dikenalkan oleh masyarakat yaitu melalui 3M menurut

(Handrawan Nadesul, 2007), dalam buku Triyani, 2010), sebagai

berkut:

1) Menguras tempat penampungan air (TPA) untuk keperluan sehari-

hari dilakukan seminggu sekali dan terus-menerus. Hal ini

dilakukan untuk memotong siklus perkembangan nyamuk yaitu

dengan membunuh jentik-jentik yang ada di tempat penampungan

air dengan cara menguras seminggu sekali, sehingga jentik-jentik

nyamuk tidak dapat berkembang.

2) Menutup rapat-rapat TPA, sehingga nyamuk tidak dapat masuk dan

berkembangbiak. Untuk ini dilakukan dengan menutup semua

tempat-tempat yang menampung air sebagai tempat perkembangan

vektor nyamuk.

3) Mengubur barang-barang bekas yang menjadi TPA.

Barang-barang bekas yang tidak terpakai dan dapat penampung air

sebaiknya di kubur saja, karena dapat menjadi tempat

perkembangbiak nyamuk.

Akhir-akhir ini pencegahan dan pemberantasan DBD tidak hanya

dapat ditempuh melalui 3M, namun cara yang paling efektif adalah

melalui Pemberantasan Sarang Jentik Nyamuk (PSJN) untuk menekan

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Dasar Perilaku 2.1.1 ...

28

angka kasus DBD. Selain karena tempat jentiknya yang jelas, yaitu di

tempat-tempat penampungan air (TPA), juga di karenakan jentik

merupakan awal fase hidup nyamuk.Menurut genis ginanjar (2008), modifikasi habitat larva yang

dibuat manusia dalam menerapkan pemberantasan sarang jentik nyamuk

(PSJN) dengan beberapa cara yaitu :

a. Larvasida biologis

Suatu organisme yang dapat digunakan sebagai pemangsa larva

(larvasida), di antaranya bakteri bacillus thuringiensis H-14 (BTI) dan

ikan-ikan pemangsa larva, seperti ikan kepala timah dan ikan cupan.

b. Abatisasi

Abatisasi adalah tindakan menabur bubuk abate atau altosid ke dalam

tempat penampungan air. Abate merupakan salah satu larvasida kimia

yang efektif, mudah dan aman serta praktis digunakan. Air yang telah

dibubuhi bubuk abate dengan takaran yang benar, tidak

membahayakan dan tetap aman jika air tersebut diminum.

c. Pengasapan (fogging)

Upaya untuk menekan laju penularan penyakit demam berdah dengue

(DBD), salah satunya ditujukan untuk mengurangi kepadatan vektor

DBD secara kimiawi yang dikenal dengan istilah pengasapan

(fogging).

2.3.2 Karakteristik Kepala Keluarga Dalam Perilaku Pencegahan (DBD)

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Dasar Perilaku 2.1.1 ...

29

Karakteristik kepala keluarga yaitu meliputi, umur, pendidikan,

pekerjaan, ekonomi/pendapatan. Faktor yang secara langsung atau internal

mempengaruhi keikut sertaan masyarakat dalam perilaku pencegahan DBD

antara lain sebagai berikut :

1. Umur

Umur dalah bilang tahun terhitung sejak lahir sampai dengan tahun

terahir seseorang melakukan aktifitas. Demikian besarnya umur

seseorang dalam mempengaruhi pengetahuan, sikap, dan perilaku

semakin lebih bertanggun jawab, lebih tertib, lebih bermoral dan lebih

berbakti daripada usia mudah dan menjadi indikator dalam

kedewasaan dalam setiap penambilan keputusan untuk melakukan

sesuatu yang mengacu pada setiap pengalaman, sehingga umur

seseorang memiliki pengaruh terhadap perilaku pencegahan demam

berdarah dengue dengan keberahasilan pencegahan Demam Berdarah

Dengue (DBD).

2. Pendidikan

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, serta keterampilan yang

diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Baik itu

pendidikan formal maupun non formal yang diinginkan adalah adanya

perubahan kemampuan, penampilan ataupun perilakunya. Selanjutnya

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Dasar Perilaku 2.1.1 ...

30

perubahan perilaku didasari adanya perubahan atau penembahan

pengetahuan, sikap atau ketrampilan (Notoatmodjo, S., 2011). Faktor

ekonomi juga sangat mempengaruhin tingkat pendidikan seseorang,

sedangkan faktor lingkungan juga memberikan andil berupa dukungan

seperti lingkungan keluarga mendukung atau tidak mendukung

seseorang untuk memperoleh pendidikan yang lebih tinngi.

3. Pekerjaan

Pekerjaan adalah sesuatu aktivitas yang dilakukan oleh seseorang

untuk tujuan tertentu. Pekerjaan merupakan sesuatu yang dilakukan

oleh seseorang sebagai profesi, sengaja dilakukan untuk mendapatkan

penghasilan (Dhimas, 2008).UUD 1945 pasal 27 ayat 2 yang menyatakan bahwa setiap

warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi

kemanusiaan. Dari sini pekerjaan merupakan hak dasar setiap orang,

karena adanya pekerjaan pada dasarnya bukan semata-mata untuk

mendapatkan penghasilan, tetapi lebih dari itu hargadiri dan martabat

manusia juga dari aktivitas bekerja yang bersangkutan.

4. Pendapatan /ekonomi

Pendapatan merupakan salah satu faktor yang paling menentukan

kuantitas maupun kualitas dalam memenuhi keburuhan hidup. Tingkat

seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup disesuaikan dengan

penghasilan yang ada, sehingga menuntut pengetahuan yang dimiliki

harus dipergunakan semaksimal mungkin. Begitu pula dalam mencari

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Dasar Perilaku 2.1.1 ...

31

bantuan ke sarana kesehatan yang ada, mereka seseaikan dengan

pendapatan keluarga.Kesadaran dan kepedulian masyarakat merupakan kunci awal

dari menurunnya angka DBD di suatu daerah atau wilayah. Sehingga

DBD dapat terjadi di wilaya manapun, termasuk di wilayah. Cara yang

paling efektif adaalah menghindari gigitan nyamuk dengan cara

menurunkan populasi. Melalui kesadaran akan pentingnya kebersihan

lingkungan, secara otomatis akan menghambat perkembangan jentik,

dengan adanya kepedulian maka aplikasi dari upaya-upaya memberan

tasan DBD akan terekualisasi, dengan begitu tidak akan memberikan

kesempatan bagi nyamuk untuk berkembang.

2.4. Konsep Dasar Demam Berdarah Dengue (DBD)2.4 .1. Pengertian (DBD)

Penyakit demam berdarah dengue adalah penyakit menular yang

disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti

dan Aedes albopictus yang ditandai dengan demam mendadak 2 sampai 7

hari tanpa penyebab yang jelas, lemah atau lesu, gelisa, nyeri ulu hati,

disertai tanda perdarahan di kulit berupa bintik perdarahan (petechie),

lebam (echymosis), atau ruam (purpura), kadang-kadang mimisan, berak

darah, muntah darah, kesadaran menurun atau renjatan (shock) ( indrawan,

2005)2.4.2 Penyebab

Penyebab Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah virus dengue yang

sampai sekarang dikenal 4 serotipe (dengue-1, dengue-2, dengue-3 dan

dengue-4), termasuk dalam grup B anthropod Borde Virus (Arbovirus).

Keempat serotipe virus ini telah ditemukan di berbagai daerah di

indonesia. Hasil penelitian di indonesia menunjukan bahwa dengue-3

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Dasar Perilaku 2.1.1 ...

32

sangat berkaitan dengan kasus DBD berat dan merupakan serotipe yang

paling luas distribusinya disusul oleh dengan -2, dengue-1 dan dengue-4

(Ginajar, 2008).Adapun ciri-ciri dan sifat Aedes aigypti(vektor virus dengue)

adalah sebagai berikut:

1. Berwarna hitam dan belang-belang (loreng) puti pada seluruh

tubuh.

2. Mampu terbang sampai 100 meter.

3. Nyamuk betina aktif mengigit (menghisap) darah pada pagi hari

sampai sore hari.

4. Tempat hinggap yang disengani ialah benda-banda tergatung

seperti pakaian, kelambu, atau tambuh-tubuhan di dekat

berkembang biak. Biasanya di tempat yang agak gelap dan lembab.

5. Setelah masa istrahat selesai, nyamuk akan meletakkan telurnya

pada dinding bak, tempayan, drum, keleng, ban bekas yang berisi

air (Dinkes, Provinsi jawa tengah., 2007).

2.4.3 Cara Penularan (DBD)Terdapat tiga faktor yang memegang peranan pada penularan

infeksi virus dengue yaitu manusia, virus dan faktor perantara. Virus

dengue ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti.

Nyamuk Aedes albopictus, Aedes polynesiensis dan beberapa spesies lain

juga dapat menularkan virus ini, namun merupakan vektor yang kurang

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Dasar Perilaku 2.1.1 ...

33

berperang. Nyamuk aedes tersebut dapat mengudang virus dengue pada

saat mengigit manusia yang sedang mengalami penurunan kekebalan

tubuh. Kemudian virus yang berada di kelenjar luar berkembang biak

dalam waktu 8-10 hari (extrinsic incubation period) sebelum di tularkan

kembali kepada manusia pada saat gigitan berikutnya. Virus dalam

tubuh nyamuk betina dapat ditularkan kepada telurnya

(transovariantransmision), namun perannya dalam penularan virus tidak

penting. Sekali virus dapat masuk dan berkembang biak di dalam

tubuh nyamuk, Nyamuk tersebut akan dapat menularkan virus selama

hidupnya (infektif). Tubuh manusia, virus memerlukan waktu masa tunas

4-6 hari (intrinsicincubation period) sebelum menimbulkan penyakit

(Depkes RI, 2007). 2.4.4 Tanda Dan Gejala DBD

a. Demam

Penyakit ini didahului oleh demam tinggi yang berlangsung dalam

waktu singkat yakni antar 2-7 hari, yang dapat mencapai 40 C. Demam

sering disertai gejala tidak spesifik, seperti tidak nafsu makan

(anoreksia), lemah badan (malaise), nyeri sendi dan tulang, serta rasa

sakit di daerah belakang bola mata (retro orbita) dan wajah yang

kemerah-merahan (flushing) (Ginanjar, 2008)

b. Tanda-tanda perdarahan

Seperti mimisan (epistaksis), perdarahan gusi, perdarahan pada kulit

seperti tes rumpeleed (+), ptekiae dan ekimosis, serta buang air besar

berdarah berwarna kehitaman (melena) Ginanjar, 2008).

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Dasar Perilaku 2.1.1 ...

34

c. Pembesaran hati (hepatomegali)

Pembesaran hati pada umumnya dapat di temukan pada permulaan

penyakit. Nyeri tekanan sering ditemukan tanpa disertai ikterus

(Ginanjar, 2008.

d. Renjatan (syok)

Kegagalan sirkulasi darah, yang ditandai dengan denyutan nadi yang

teraba lemah dancepat, ujang-ujang jari terasa dingin serta dapat

disertai penurunan kesadaran dan rejatan (syok) yang dapat

menyebabkan kematian (Ginanjar, 2008).

e. Trobositopeni

Penurunan jumlah trombosit (trombositopenia) <100.000/mm

(Ginanjar, 2008)

f. Hemokonsentrasi

Peningkatan kadar hematokrit >20% dari nilai normal (Ginanjar,

2008).

2.4.5 Diagnosis Demam Berdarah DengueWHO (1999), dalam Ginanjar, (2008) mengungkapkan terdiri dari

dua kriter diia dalam menegakkan diagnosa Demam Berdarah Dengue

(DBD):

a. Kriteria klinis

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Dasar Perilaku 2.1.1 ...

35

1) Demam tinggi mendadak tanpa sebab jelas, suhu biasanya tinggi

(>39 C) dan menetap selama 2-7 hari. Kadang suhu mungkin

setinggi 40-41 C.

2) Terdapat menifestasi perdarahan hati dan syok.

3) Ketidaknyamanan epigastrik, nyeri tekan pada mergin kosta kanan,

dan nyeri abdominal generalisata umum terjadi ( WHO, 1999).

b. Kriteria laboratorium

1) Trombositopenia (jumlah trombosit < 100.000/mm)

2) Hemokonsentrasi, dapat dilihat dari peningkatan hematokrit >20%

(Ginanjar, 2008).

2.4.6 Derajat Demam Berdarah DengueDerajat DBD dikelompokan dalam empat derajat (pada setiap derajat

ditemukan trombositopenia dan hemokonsentrasi), yaitu :

a. Derajat I

Demam yang disertai dengan gejala klinis tidak khas, satu-satunya

gejala perdarahan adalah uji tourniguet positif.

b. Derajat II

Gejala yang timbul pada DBD derajat I, ditambah perdarahan spontan,

biasanya dalam bentuk perdarahan di bahwa kulit atau bentuk

perdarahan lainnya.

c. Derajat III

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Dasar Perilaku 2.1.1 ...

36

Kegagalan sirkulasi yang ditandai dengan denyut nadi yang cepat dan

lemah, menyembitnya tekanan nadi (<20 mmHg) atau hipotensi yang

ditandai dengan kulit dingin dan lembab serta menjadi gelisah.

d. Derajat IV

Syok berat dengan tidak terabanya denyut nadi maupun tekanan darah

(Ginanjar, 2008)

2.4.7 EpidemiologiInfeksi virus dengue telah ada ada di Indonesia sejak abad ke-18,

seperti yang dilaporkan oleh Bylon, seorang dokter berkembangsaan

Belanda. Infeksi virus dengue di asia tenggara hanya merupakan penyakit

ringan yang tidak pernah menimbulkan kematian, tetapi sejak tahun 1952

infeksi virus dengue menimbulkan penyakit dengan menifestasi klinis

berat, yaitu DBD yang ditemukan di manila, Filipina. Kemudian menyebar

ke negara lain seperti Thailand, Vietnam, Malaysia, Dan Indonesia

(Depkes R.I., 2007).Indonesia, demam berdarah dengue (DBD) pertama kali dicurigai

di Surabaya pada tahun 1968 dan Jakarta pada tahun 1969. Kemudian

DBD berturut-turut dilaporkan di Bandung Dan Yogyakarta (1972). Tahun

1994 DBD telah menyebar ke seluruh 27 propinsi di Indonesia. Saat ini

DBD sudah endemis di banyak kota besar, bahkan sejak tahun 1975

penyakit ini telah terjangkit di daerah pedesaan ( Rezaki, S dan Hindra, I,

1999)2.4.8 Pencegahan Dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue (DBD)

Pemberantasan DBD seperti juga penyakit menular lain didasarkan

atas pemutusan rantai penularannya. Komponen penularan terdiri dari

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Dasar Perilaku 2.1.1 ...

37

virus dengue, nyamuk Aedes aegypti den manusia. Sampai saat ini belum

ada vaksin yang efektif terhadap virus tersebut, maka pemberantasan

ditujukan pada manusia dan terutama pada vektornya dengan

melaksanakan pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue

(PSN-DBD) ( Rezaki, S dan Hindra, I, 1999).Mencegah dan membatasi penyebaran penyakit DBD, setiap

keluarga serta masyarakat perlu melakukan pemberantasan sarang nyamuk

demam berdarah dengue (PSN-DBD dengan cara”3 M plus” yaitu :

a. Menguras dengan menyikat dinding tempat penampungan air

(tempayan, drum, bak, mandi) atau menabur bubuk abate/ altosid bila

tempat-tempat tersebut tidak bisa dikuras, menguras minimal 1 minggu

sekali.

b. Menutup rapat-rapat tempat penampungan air agar nyamuk tidak dapat

masuk dan berkembang biak di dalamnya.

c. Mengubur atau membuang barang bekas yang dapat menampung air

hujan misalnya ban bekas, tempat minum mineral (Dinkes, provinsi

jawa tengah, 2007).

Selain itu ditambah dengan cara lainnya, seperti

1) Mengganti air vas bunga, tempat munum burung atau tempat

lainnya yang sejenis seminggu sekali.

2) Memperbaiki saluran dan selang air yang yang tidak lancar atau

rusak.

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Dasar Perilaku 2.1.1 ...

38

3) Menutup lubang-lubang pada potongan bambu atau pohon, dan

lain-lain.

4) Menaburkan bubuk larvasida, misalnya di tempat-tempat yang

sulut di kuras atau di daerah yang sulit air.

5) Memelihara ikan pemakan jentik di kolam atau bak-bak

penampungan air.

6) Menghindari kebiasaan menggagntung pakaian dalam kamar.

7) Mengupayakan percahayaan dan ventilasi ruang yang memadai.

8) Menggunakan kelambu pada saat tidur.

9) Memakai obat yang dapat mencegah gigitan nyamuk (memakai

lotion anti nyamuk, obat nyamuk bakar, dan lain-lain).

Keseluruhan cara tersebut di atas di kenal dengan istilah 3m plus

(Depkes R.I., 2007).Pemberantasan vektor DBD dapat dilakukan secara kimiawi dan

biologis. Bahan kimia yang dapat dipakai seperti pyrenthin,insektisida,

DDT, orgarofosfat termasuk fenthion, malathion, fenitrothion, dan

temephos, larvasida, pengobatan perifokal dan penyemprotan ruangan,

juga altosid yang biasa disebut dengan abatisasi. Secara biologis, yaitu

tindakan pemberantasan jentik nyamuk aedes aegypti dengan

menggunakan musuh alami seperti ikan pemangsa larva dan biosida

Becillus thuringiensis H-14 (BTL) adalah organisme yang sering

digunakan (WHO, 2007).

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Dasar Perilaku 2.1.1 ...

39

Berdasarkan data penelitian yang diperoleh secara langsung melalui

survey keberadaan vektor dan data DBD di lapangan dan secara tidak

langsung melalui analisis citra penginderaan jauh satelit IKONOS dan

NOAA, diperoleh 6 parameter faktor risiko lingkungan yang diduga secara

epidemiologis langsung maupun tidak langsung berpengaruh terhadap

peningkatan penularan/KLB DBD.

Ke-6 parameter yang diduga berpengaruh secara epidemiologi terhadap

keberadaan vektor dan intensites penularan DBD tersebut, yaitu:

a. kepadatan bangunan;

b. vegetasi;

c. suhu udara;

d. kelembaban udara;

e. curah hujan; dan

f. keberadaan vektor (CI, HI, dan IO).

Parameter yang diamati pada penelitian adalah parameter prediktor

dan prediktan, yaitu:

a. Parameter predictor, yaitu parameter keberadaan vektor DBD berupa

jentik Aedes aegypti yang diperoleh dari pemantauan jentik dan

pemasangan ovitrap, sedangkan faktor resiko lingkungan diperoleh

dari data penginderaan jauh satelit IKONOS dan NOAA yang

diperkirakan mempengaruhi keberadaan vektor dan intensitas

penularan DBD.

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Dasar Perilaku 2.1.1 ...

40

b.Parameter prediktan, yaitu jumlah kasus penderita DBD

Mengkaji seberapa besar dukungan penginderaan jauh (remote

sensing) dalam mendeteksi parameter keberadaan vektor DBD dalam

menentukan tingkat intesitas penularan DBD. Mengetahui parameter apasaja

yang mempengaruhi keberadaan vektor DBD yang diperoleh menggunakan

dukungan penginderaan jauh dan investigasi vektor Aedes Aegypti, terhadap

intensitas penularan DBD. Menduga jumlah penderita DBD berdasarkan

kajian deteksi parameter lingkungan dan keberadaan vektor DBD

menggunakan dukungan penginderaan jauh.

Jumantik adalah singkatan dari Juru Pemantau Jentik Nyamuk. Istilah

ini digunakan untuk para petugas khusus yang berasal dari lingkungan

sekitar yang secara sukarela mau bertanggung jawab untuk melakukan

pemantauan jentik nyamuk demam berdarah, Aedes aegypti dan Aedes

albopictus di wilayahnya. Para Jumantik ini apabila selesai bertugas juga

harus melakukan pelaporan ke Kelurahan atau Desa masing-masing secara

rutin dan berkesinambungan. Pemantauan jentik dilakukan satu kali dalam

seminggu (biasanya hari Jumat) pada pagi hari. Jumantik yang bertugas di

daerah-daerah ini, sebelumnya telah mendapatkan pelatihan dari dinas

terkait. Mereka juga dalam tugasnya dilengkapi dengan tanda pengenal, dan

perlengkapan berupa alat pemeriksa jentik seperti cidukan, senter, pipet,

wadah-wadah plastik, dan alat tulis.

Tugas para Jumantik dalam kegiatan memantau wilayah tersebut

adalah:

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Dasar Perilaku 2.1.1 ...

41

Pertama, Memeriksa keberadaan jentik nyamuk pada tempat-tempat

penampungan air di dalam dan di luar rumah, dan tempat-tempat yang

dapat tergenang air. Apabila dijumpai jentik dan keadaannya tidak tertutup,

maka petugas mencatatnya sambil memberikan penyuluhan agar

dibersihkan dan ditutup rapat. Untuk tempat-tempat air yang sulit dikuras

dan dibersihkan seperti tangki air biasanya tidak diperiksa, tetapi diberikan

bubuk larvasida atau pembunuh jentik, tiga bulan sekali. Kedua,

Memberikan peringatan kepada pemilik rumah agar tidak membiarkan

banyak tumpukan pakaian atau banyak pakaian yang tergantung di dalam

rumah. Ketiga, Mengecek kolam renang dan kolam ikan agar bebas dari

jentik nyamuk. Keempat, Memeriksa rumah kosong atau tidak berpenghuni

untuk melihat keberadaan jentik nyamuk pada tempat-tempat penampungan

air yang ada.

Tugas Jumantik seharusnya tidak hanya dilakukan oleh petugas

khusus, tetapi juga dilakukan oleh seluruh warga yang tinggal di wilayah

tersebut. Setiap warga wajib juga melakukan pengawasan/pemantauan jentik

di wilayahnya (self jumantik) dengan teknik dasar minimal 3M Plus, yaitu :

a. Menutup, yaitu memberi tutup yang rapat pada tempat air

ditampung seperti bak mandi, kendi, toren air, botol air minum dan

lain sebagainya;

b. Menguras, adalah membersihkan tempat yang sering dijadikan

tempat penampungan air seperti kolam renang, bak mandi, ember

air, tempat air minum, penampung air lemari es dan lain-lain;

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Dasar Perilaku 2.1.1 ...

42

c. Mengubur, adalah memendam di dalam tanah untuk sampah atau

benda yang tidak berguna yang memiliki potensi untuk jadi tempat

nyamuk Demam Berdarah bertelur di dalam tanah.

Adapun yang dimaksud dengan Plus adalah segala bentuk kegiatan

pencegahan seperti:

1. Menggunakan obat nyamuk atau anti nyamuk,

2. Menggunakan kelambu saat tidur,

3. Menanam tanaman pengusir nyamuk,

4. memelihara ikan yang dapat memakai jentik nyamuk,

5. Menghindari daerah gelap di dalam rumah agar tidak ditempati

nyamuk dengan mengatur ventilasi dan pencahayaan,

6. Memberi bubuk larvasida pada tempat air yang sulit dibersihkan,

7. Tidak menggantung pakaian di dalam rumah serta tidak

menggunakan hordeng atau korden gelap yang bisa menjadi

tempat istirahat nyamuk, dan lain-lain. (Disusun oleh Upik

Kesumawati Hadi, Laboratorium Entomologi Kesehatan, Fakultas

Kedokteran Hewan IPB, Bogor).

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Dasar Perilaku 2.1.1 ...

43

Gambar 2.1 Nyamuk Aedes Aegypti

Nyamuk Aedes Aegypti penyebab penyakit demam berdarah. Pada

tubuhnya tampak bercak hitam-putih. Bila dilihat dengan kaca pembesar, di

sisi kanan-kiri punggungnya tampak gambar dua buah arit berwarna putih.

Paling sering hinggap di baju-baju yang menggantung dan berada di tempat-

tempat gelap, seperti di bawah tempat tidur. Selain juga suka bertelur di air

yang bersih, seperti di tempayan, bak mandi, vas bunga, dan lainnya. Ia

bertelur dan menetas di dinding bejana air. Telur atau jentik nyamuknya bisa

bertahan selama 2-3 bulan.

Gambar 2.2 Nyamuk Aedes Albopictusini

Spesies Nyamuk Aedes Albopictusini juga bisa menularkan demam

berdarah. Nyamuk ini biasanya banyak terdapat di kebun atau di halaman

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Dasar Perilaku 2.1.1 ...

44

rumah. Cirinya hampir sama dengan Aedes aegypti, yaitu bercak-bercak

putih di badan. Bila dilihat dengan kaca pembesar tampak di median

punggungnya ada garis putih. Waktu menggigitnya pun sama dengan Aedes

aegypti, yaitu di pagi dan sore hari. Bertelurnya di air tergenang, misalnya

pada kaleng-kaleng bekas yang menampung air hujan di halaman rumah.

Pada musim penghujan, nyamuk ini banyak terdapat di kebun atau halaman

rumah karena di situ terdapat banyak tempat yang terisi air.

2.4.9 Kerangka Teori

Demam Berdarah Dengue: 1. Perilaku Keluarga

2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku

3. Pengertian Pencegahan DBD

4. Karakteristik Kepala Keluarga Dalam Perilaku Pencegahan (DBD)Pencegahan dan

Pencegahan DBD 1. Pemberantasan Sarang

Nyamuk (PSN) a. Fisik b. Kimia c. Biologi

2. Kegiatan 3M Plus lain.

Kejadian DBD

Perilaku PSN 3M 1. Menguras 2. Menutup 3. Menyingkirkan atau mendaur

ulang Perilaku Plus 1. Mengganti air vas bunga,

minuman burung dan tempat-tempat lainnya seminggu sekali

2. Memperbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar/rusak

3. Menutup lubang-lubang pada potongan bambu, pohon, dan lainlain dengan tanah

4. Membersihkan/mengeringkan tempat- tempat yang dapat menampung air .

5. Mengeringkan tempat-tempat lain yang dapat menampung air hujan di pekarangan, kebun, pemakaman, rumah-rumah kosong dan lain sebagainya

6. Memelihara ikan pemakan jentiknyamuk

7. Pasang kawat kasa 8. Menggantung pakaian di dalam

rumah 9. Tidur menggunakan kelambu 10. Mengatur pencahayaan dan

ventilasi yang memadai 11. Menggunakan obat anti nyamuk

Page 37: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Dasar Perilaku 2.1.1 ...

45

Gambar 2.3. Kerangka Teori