BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Dasar Perilaku 2.1.1 ...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Dasar Perilaku 2.1.1 ...
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Dasar Perilaku2.1.1 Perilaku Keluarga
Berdasarkan (Ensiklopedi Amerika), perilaku diartikan sebagai suatu
aksi dan reaksi organisme terhadap lingkungan. Hal ini berarti bahwa
perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang di lakukan untuk
menimbulkan reaksi yang di sebut rangsangan. Dengan demikian, maka
suatu rangsangan tertentu akan menghasilkan reaksi atau perilaku tertentu
(Notoatmodjo S., 2010).Perilaku dilihat dari sudut pandang biologis adalah suatu kegiatan atau
aktivitas organisme yang bersangkutan. Jadi, perilaku manusia pada
hakekatnya adalah suatu aktivitas dari pada manusia itu sendiri. Pandangan
behavioritis mengatakan bahwa perilaku sebagai respon terhadap stimulus,
akan sangat ditentukan oleh keadaan stimulusnya, dan atau organisme
seakan-akan tidak mempunyai kemampuan untuk menentukan perilakunya.
Hubungan stimulus dan respon seakan-akan bersifat mekanistis. Pandangan
kognitif mengenai perilaku, yaitu bahwa perilaku individu merupakan
respon dari stimulus, namun dalam diri individu itu ada kemampuan untuk
menentukan perilaku yang diambilnya. (Suryani, E dan Widyasih, H, 2008).Menurut skinner (1938), dalam Notoatmodjo S., (2010), seorang ahli
perilaku mengemukakakn bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi
seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena perilaku ini
terjadi malalui proses adanya stimulus terhadap organisme, kemudian
10
organism tersebut merespon, maka teori Skinner ini disebut teoti “S-O-R”
atau Stimulus -Organisme - Respons. Skinner membedakan adanya dua respons:
a. Respondent respons atau reflexife, yakni respons yang ditimbulkan
oleh rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini
disebut eliciting stimulation karena menimbulkan respons-respons
yang relatif tetap. Misalnya: makanan-makanan yang lezat
menimbulkan keinginan untuk makan., cahaya terang menyebabkan
mata tertutup, dan sebagainya. Respondent respons ini juga mencakup
perilaku emosional, misalnya mendengar berita musibah menjadi
sediah atau menangis, lulus ujian meluapkan kegembiraannya dengan
mengadakan pesta, dan sebagainya.
b. Operant respons atau instrumental respons, yakni respons yang timbul
dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang
tertentu. Perangsang ini disebut reinforcing stimulus atau reinforce,
karena memperkuat respons. Misalnya apabila seorang petugas
kesehatan melaksanakan tugasnya dengan baik (respons terhadap
uraian tugasnya) kemudian memperoleh penghargaan dari atasnnya
(stimulus baru), maka petugas kesehatan tersebut akan lebih baik lagi
dalam melaksanakan tugasnya (Notoatmodjo S., 2010)
2.1.2 Jenis perilaku Berdasarkan teori “S-O-P”tersebut, maka perilaku manusia dapat di
kelompokkan menjadi dua, yaitu:
a. Perilaku tertutup (convert behavior)
11
Perilaku tertutup terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut masih
belum dapat diamati orang lain (dari luar) secara jelas. Respons
seseorang masih terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi,
pengetahuan dan sikap terhadap stimulus yang bersangkutan. Disebut
covert behavior atau unobservable behavior,misalnya: seseorang ibu
hamil tahu pentingnya periksa kehamilan, seorang pemuda tahu
HIV/AIDS dapat menular melalui hubungan seks, dan sebagainya.
b. Perilaku terbuka (Overt behavior)
Perilaku tebuka ini terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut
sudah berupa tindakan, atau praktik ini dapat diamati orang lain
dari luar“observable behavior”.Misalnya, seorang ibu hamil
memeriksakan ke hamilan ke puskesmas seorang penderita TB paru
minum obat anti TB secara teratur, seorang anak menggosok gigi
setelah, makan dan sebagainya. Contoh yang tersebut adalah berbentuk
tindakan nyata, dalam bentuk kengiatan, atau dalam bentuk
praktik (practice) (Notoatmodjo S., 2010).
2.1.3 Pembentukan PerilakuPerilaku manusia sebagian besar berupa perilaku yang dibentuk
atau dipelajari. Berkaitan dengan hal tersebut maka salah satu
persoalan ialah begaimana cara membentukan perilaku itu sesuai dengan
yang diharapkan.
a. Cara pembentukan perilaku dengan kondisioning atau kebiasaan
12
Dengan cara membiasakan diri untuk berperilaku seperti yang
diharapkan, akhirnya akan terbentuklah perilaku tersebut. Missal
dibiasakan bagun pagi, atau mengosok gigi sebelum tidur,
mengucapkan terima kasih bila diberi sesuatu oleh orang lain,
membiasakan diri untuk datang tidak terlambat di kantor, dan
sebagainya. Cara ini di dasarkan atas teori belajar kondisioning
baik yang dikemukakan oleh paul maupun Tromdike dan Skinner.
b. Pembentukan perilaku dengan pengertian (insight)
Cara ini berdasarkan atas teori belajar kognitif, yaitu belajar
dengan disertai adanya pengertian. Misalnya, datang kuliah jangan
sampai terlambat karena hal tersebutdapat menggangu teman-
teman yang lain, saat naik motor harus pakai helm karena helm
tersebut untuk keamana diri. Eksperimen thomdike dalam balajar
yang dipentingkan adalah soal latihan, Eksperimen Kohler dalam
belajar yang penting adalah pengertian atau insigt. Kohler adalah
salah seorang tokoh dalam psikologi gestalt termasuk dalam
aliran kognitif.
c. Pembentukan perilaku dengan mengunakan model
Pembentukan perilaku dapat ditempuh dengan menggunakan
model atau contoh. Kalau orang mengatakan bahwa orang tua
sebagai panutan yang di pimpin nya, hal tersebut menunjukan
pembentukan perilaku dengan menggunakan model. Pemimpin
13
dijadikan model atau contoh oleh yang dipimpinnya (Yetty, Z dan
Suryani, E, 2005)
2.1.4 Teori PerilakuPerilaku manusia tidak dapat lepas dari keadaan individu itu
sendiri dan lingkungan dimana individu itu berada. Perilaku manusia
itu didorong oleh motif tertentu sehingga manusia itu berperilaku.
Ada beberapa teori yang dikemukakakan, antara lain :
a. Teori naluri (instinct theory)
b. Teori dorongan (drive theory)
c. Teori insentif (incentive theory)
d. Teori atribusi
Berdasarkan ke empat teori tersebut, salah satu teori yang relevan
yang mengarah pencegahan kejadian Demam Berdarah Dengue
(DBD) yaitu: teori dorongan (drive theory) teori dorongan (drive theory)
merupakan teori ini bertitik tolak pada pandangan bahwa organisme itu
mempunyai dorongan-dorongan atau drive tertentu. Dorongan-dorongan
ini berkaitan dengan kebutuhan-kebutuhan organisme yang mendorong
organisme berperilaku. Bila organisme berperilaku dan dapat memenuhi
kebutuhan, maka akan terjadi pengurangan atau reduksi dari dorongan-
dorongan tersebut. Karena itu teori ini menurut di sebut teori drive
reduction.
2.1.5 Teori Perubahan Perilaku1. Teori Stimulus Organisme Respon (SOR)
14
Teori ini mendasarkan asumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan
perilaku ternggatun kepada kualitas rangsangan (stulus) yang
berkomunikasi dengan organisme. Teori ini juga mengatakan bahwa
perilaku dapat berubah hanya apabila stimulus (rangsangan) yang
diberikan benar- benar melebihi dari stimulus semula.2. Teori Festiger (dissonance theory)Teori sebenarnya sama dengan konsep “imbalance” (tidak seimbang)
Hal ini berarti bahwa keadaan cognitiv dissonance merupakan
ketidak seimbangan psikologis yang diliputi oleh ketegangan diri
yang berusaha untuk mencapai keseimbangan kembali. Apabila
terjadi keseimbangan dalam diri individu maka bararti sudah
terjadi ketegangan diri lagi dan keadaan ini disebut consonance
(keseimbangan).3. Teori Fungsi Teori ini beranggapan bahwa perubahan perilaku individu tergantung
kepada kebutuhan. Teori ini berkeyakinan bahwa perilaku mempunyai
fungsi untuk menghadapi dunia luar dan menyesuaikan diri dengan
lingkungan menurut kebutuhannya.4. Teori Kurt LewinMenurut Kurt Lewin (1970), dalam Notoatmodjo S., (2011) perilaku
manusia adalah sesuatu keadaan yang seimbang antara kekuatan
pendorong (driving forces) dan kekuatan penahan (restining forces).
Perilaku dapat berubah apabila terjadi ketidak seimbangan, antara kedua
kekuatan tersebut di dalam diri seseorang (Notoatmodjo S., 2006).
2.1.6 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku
Menurut kesmas (2013) kesehatan individu dan masyarakat di
pengaruhi oleh dua faktor yaitu: faktor perilaku dan faktor faktor di
15
luar perilaku (nonperilaku). Selanjutnya faktor perilaku ini di tentukan
oleh tiga kelompok faktor seperti perilaku seseorang berhumbungan
faktor predisposisi, faktor pemungkiman dan faktor penguat. Oleh
sebab itu, akan di uraikan hal-hal yang berkaitan dengan perilaku
serta hal-hal yang berhumbungan dengan perilaku, yaitu:
a. Faktor predisposisi (predispoting factor), faktor predisposisi
mencakup pengetahuan, sikap, keyakinan, nilai dan persepsi,
berkenaan dengan motivasi seorang atau kelompok untuk
bertindak. Sedangkan secara umum faktor predisposisi ialah
sebagai preferensi pribadi yang di bahwa seorang atau kelompok
ke dalam suatu pengalaman belajar. Hal ini mungkin mendukung
atau menghambat perilaku sehat dalam setiap kasus, faktor ini
mempunyai pengaruh. Faktor demografis seperti status sosial,
ekonomi, umur, jenis kelamin dan ukuran keluarga saat ini juga
penting sebagai faktor predisposisi.
b. Faktor pemungkin (enabling faktor), mencakup berbagai keterampilan
dan sumber daya yang perlu untuk melakukan perilaku kesehatan.
Sumber daya itu meliputi fasilitas pelayanan kesehatan, personalia
klinik atau sumber daya yang serupa itu. Faktor pemungkin ini juga
menyakut keterjangkauan berbagai sumber daya, biaya, jarak
ketersediaan transportasi, waktu dan sebagai nya.
c. Faktor penguat (reinforcing factor), faktor penguat adalah faktor
yang menentukan tindakan kesehatan memperoleh dukungan atau
tidak. Sumber penguat tergantung pada tujuan dan jenis program.
16
Di dalam pendidikan pasien, faktor penguat bisa berasal dari
perawat, bidan dan dokter, pasien dan keluarga.
2.1.7. Teori dan Bentuk Perubahan Perilaku
1. Teori Perubahan Perilaku
Dalam perilaku kesehatan terdapat beberapa hal penting yaitu
masalah pembentukan dan perubahan perilaku. Karena perubahan
perilaku merupakan tujuan dari sebuah pemberian informasi kesehatan,
maka ada banyak teori tentang perubahan perilaku ini
(Notoatmodjo,2007), antara lain:
a. Teori stimulus organisme (SOR)
Teori ini di dasarkan pada asumsi bahwa penyebab terjadinya
perubahan perilaku tergantung kepada kualitas rangsang (stimulus)
yang berkomunikasi dengan organisme. Artinya kualitas, dari sumber
komunikasi (sources), seperti kredibilitas kepemimpinan dan gaya
berbicara sangat menentukan keberhasilan perilaku perubahan seseorang,
kelompok, atau masyarakat. Hosland, et al (1953), dalam buku
(Notoatmodjo,2007), mengatakan bahwa perubahan perilaku pada
hakikatnya adalah sama dengan proses belajar. Proses perubahan
perilaku tersebut mengambarkan proses belajar pada individu.
Stimulus (rangsang), yang di berikan kepada organisme dapat di terima
atau di tolak apabilah stimulus telah mendapat perhatian dari
organisme (diterima) maka selanjutnya stimulus ini akan di lanjutkan
stimulus ini akan di lanjutkan kepada proses berikutnya. Setelah itu
organisme mengolah stimulus tersebut lalu timbul kesediaan untuk
17
bertindak (bersikap). Dukungan fasilitas serta dorongan telah di dapat
dari lingkungan maka stimulus tersebut mempunyai efek tindakan
(perubahan perilaku).
b. Teori Festinger (Dissonance Theory
Dalam teori ini menyebutkan bahwa di sonance (ketidak
sehimbangan) terjadi karena dalam diri individu terdapat dua
elemen kognisi yang saling bertengtangan. Elemen bertetangan
yaitu pengetahuan, pendapat atau keyakinan. Apabilah individu
menghadapi suatu stimulus atau obyek, dan stimulus tersebut
menimbulkan pendapat atau keyakinan yang berbeda di dalam individu
itu sendiri. Penyelesaian komflik ini adalah penyesuaian diri secara
kongitif. Dengan penyesuaian diri ini maka akan terjadi
kesehimbangan kembali dan keberhasilan yang di tunjukan itu
dengan tercapainya kesehimbangan kembali menunjukan adanya
perubahan sikap dan akhirnya akan terjadi perubahan perilaku
(Notoatmodjo.2007).
c. Teori Fungsi
Teori ini berdasarkan anggapan bahwa perubahan perilaku
individu tergantung kepada kebutuhan. Hal ini berarti stimulus yang di
butuhkan adalah stimulus yang dapat di mengerti dalam konteks
kebutuhan orang tersebut. Menurut Katz perilaku di latarbelakangi
oleh kebutuhan individu yang bersangkutan (Notoatmodjo, 2007).
Perilaku memilki fungsi instrumental yaitu seseorang dapat
18
berdindak (berperilaku) positif terhadap obyek demi kebutuhan nya.
Perilaku berfungsi sebagai defence macanism atau sebagai
pertahanan diri dalam menghadapi lingkungannya. Perilaku
berfungsi sebagai penerima obyek danpemberi arti. Dalam peranya
dengan tindakan itu seseorang senantiasa menyesuaikan diri
dengan lingkungannya. Perilaku berfungsi sebagai nilai ekspresif
dari diri seseorang dalam menjawab suatu situasi.
d. Teori Kurt Lewin
Kurt Lewin, berpendapat bahwa perilaku manusia adalah suatu
keadaan yang seimbang antara kekuata-kekuatan pendorong (driving
forces) dan kekuatan-kekuatan penahan (restining forces). Perilaku itu
dapat berubah apabila kekuatan-kekuatan dalam diri tersebut
memilki ketidakseimbangan di dalam diri seseorang maka ada tiga
terjadinya perubahan perilaku, (Notoatmodjo, 2007). Kekuatan –
kekuatan pendorong meningkat sehingga akan terjadinya pendorong
untuk perubahan perilaku. Stimulus ini berupaya penjuluhan atau
informasi yang di berikan. Kekuatan kekuatan penahan melemah
sehingga akan menurunkan kekuatan penahan menurun.
e. Bentuk Perubahan Perilaku
Bentuk perubahan perilaku sangat bervariasi, sesuai dengan konsep
yang digunakan para ahli dalam pemahaman nya terhadap
19
perilaku. Menurut WHO (World Health Organization) di kelompokan
menjadi tiga, (Notoatmodjo, 2007) yaitu :
a. Perubahan alamiah (Natural Change) perilaku manusia dari waktu ke
waktu pasti memiliki perubahan dan perubahan itu di sebab kan
karena kejadian alamiah
b. Perubahan terencana (planned Change) perubahan terencana ini
terjadi karena adanya perencanaan sendiri oleh subyek yang akan
merubah perilaku nya sendiri.
c. Kesedian untuk berubah (Readdness to Chonge)
Apabila terdapat inovasi atau program-program pembanguan di
dalam masyarakat, maka yang sering terjadi adalah subjek akan
menerima inovasi tersebut atau perubahan tersebut (perubahan
perilakunya), dan sebagian orang lagi sangat lambat untuk menerima
inovasi atau perubahan tersebut.
2.2. Konsep Perilaku Keluarga
Kelurga berasal dari bahasa sansekerta: kula dan warga ” keluarga
adalah lingkungan di mana beberapa orang yang masih memiliki hubungan
darah, bersatu. Keluarga ini (“nuclear family”) terdiri dari ayah ,ibu, dan
anak anak.
Ada beberapa pendapat tentang pengertian dari keluarga:
a. Menurut departeman kesehatan RI(1998) Keluarga adalah unit terkecil
dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang
yang terkumpul dan tinggal suatu tempat di bahwa suatu atap dalam
keadaan saling ketergantungan.
20
b. Menurut Ki Hajar Dewantara. Keluarga adalah kumpulan beberapa orang
yang karena terikat oleh satu turunan lalu mengerti dan merasa berdiri
sebagai satu gabungan yang hakiki,esensial, enak dan berkehendak
bersama sama memperteguh gabungan itu untuk memuliakan masing
masing anggotanya.c. Menurut Salvicion dan Ara Celis. Keluarga adalah dua atau lebih dari
dua individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan
perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidupnya dalam suatu
rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan didalam perannya
masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu
kebudayaan Dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas 2 orang
atau lebih dengan adanya ikatan perkawinan atau pertalian yang
hidup dalam satu rumah tangga di bawah asuhan seorang kepala
rumah tangga dan berinteraksi diantara sesama anggota keluarga yang
setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing sehingga
diciptakan untuk mempertahankan suatu kebudayaan.
2.2.1. Bentuk Keluarga Keluarga di bagi menjadi beberapa bentuk berdasarkan garis
keturunan, jenis perkawinan, pemukiman, jenis anggota keluarga dan
kekuasaan.
a. Berdasarkan Garis Keturunan
21
1. Patrilinear adalah keturunan sedarah yang terdiri dari sanak
saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu
disusun melalui jalur garis ayah.
2. Matrilinear adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak
saudara sedarah dalam beberapa ganerasi dimana hubungan itu
disusun melalui jalur garis ibu.
b. Berdasarkan Jenis Keturunan.1. Monogami adalah keluarga di mana terdapat seorang suami
dengan seorang istri.2. Poligami adalah kelurga dimana terdapat seorang suami
dengan lebih dari satu istri.c. Berdasarkan Pemukiman
1. Patrilokal adalah pasangan suami istri, tinggal bersama atau
dekat dengan keluarga sedarah suami.
2. Matrilokal adalah pasangan suami istri, tinggal bersama atau
dekat dengan keluarga satu istri
3. Neolokal adalah pasangan suami istri, tinggal jauh dari
keluarga suami maupun istri.
d. Berdasarkan Jenis Anggota Keluarga
1. Keluarga Inti (Nuclear Family) adalah keluarga yang terdiri dari
ayah, ibu dan anak-anak.
2. Keluarga Besar (Extended Family) adalah keluarga inti
ditambahkan dengan sanak saudara. Misalnya : kakak, nenek,
keponakan, dan lain-lain.
22
3. Keluarga Berantai (Serial Family) adalah keluarga yang terdiiri
dari wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan
merupakan satu keluarga inti.
4. Keluarga Duda/janda (Single Family) dalah keluarga yang terjadi
karena perceraian atau kematian.
5. Keluarga Berkomposisi (Composite) adalah keluarga yang
perkawinannya berpoligami dan hidup secara bersama.
6. Keluarga Kabitas (Cahabitation) adalah dua orang yang terjadi
tanpa pernikahan tetapi membentuk suatu keluarga.
e. Berdasarkan Kekuasaan
1. Patriakal
keluarga yang dominan dan memegang kekuasaan dalam keluarga
adalah dipihak ayah.
2. Matrikal
keluarga yang dominan dan memegang kekuasaan dalam keluarga
adalah pihak ibu.
3. Equalitarium
keluarga yang memegang kekuasaan adalah ayah dan ibu.
f. Fungsi Keluarga
1. Fungsi Pendidikan. Dalam hal ini tugas keluarga adalah mendidik
dan menyekolahkan anak untuk mempersiapkan kedewasaan dan
masa depan anak bila kelak dewasa.
23
2. Fungsi Sosialisasi Anak. Tugas keluarga dalam menjalankan
fungsi ini adalah bagaimana keluarga mempersiapkan anak
menjadi anggota masyarakat yang baik.3. Fungsi Perlindungan. Tugas keluarga dalam hal ini adalah
melindungi anak dari tindakan-tindakan yang tidak baik sehingga
anggota keluarga merasa terlindung dan merasa aman.4. Fungsi Perasaan. Tugas keluarga dalam hal ini adalah menjaga
secara instuitif merasakan perasaan dan suasana anak dan anggota
yang lain dalam berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama
anggota keluarga. Sehingga saling pengertian satu sama lain
dalam menumbuhkan kehar mo nisan dalam keluarga.5. Fungsi Religius. Tugas keluarga dalam fungsi ini adalah
memperkenalkan dan mengajak anak dan anggota keluarga yang
lain dalam kehidupan beragama, dan tugas kepala keluarga untuk
menanamkan keyakinan bahwa ada keyakinan lain yang mengatur
kehidupan ini dan ada kehidupan lain setelah di dunia ini.6. Fungsi Ekonomis. Tugas kepala keluarga dalam hal ini adalah
mencari sumber-sumber kehidupan dalam memenuhi fungsi-
fungsi keluarga yang lain, kepala keluarga bekerja untuk mencari
penghasilan, mengatur penghasilan itu, sedemikian rupa sehingga
dapat memenuhi rkebutuhan-kebutuhan keluarga.7. Fungsi Rekreatif. Tugas keluarga dalam fungsi rekreasi ini tidak
harus selalu pergi ke tempat rekreasi, tetapi yang penting
bagaimana menciptakan suasana yang menyenangkan dalam
keluarga sehingga dapat dilakukan di rumah dengan cara nonton
TV bersama, bercerita tentang pengalaman masing-masing, dsb.
24
8. Fungsi Biologis. Tugas keluarga yang utama dalam hal ini adalah
untuk meneruskan keturunan sebagai generasi penerus.9. Memberikan kasih sayang,perhatian,dan rasa aman diaantara
keluarga, serta membina pendewasaan kepribadian anggota
keluarga.g. Peranan Keluarga
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interper
sonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam
posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga
didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok
dan masyarakat. Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga
adalah sebagai berikut :
1. Peranan Ayah : Ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak,
berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan
pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari
kelompok sosialnya serta sebagai anggota dari kelompok
sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya. 2. Peranan Ibu : Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu
mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai
pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai
salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota
masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat
berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya. 3. Peranan Anak : Anak-anak melaksanakan peranan psikosial sesuai
dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial, dan
spiritual.h. Tugas Pokok Keluarga
25
Pada dasarnya tugas keluarga ada delapan tugas pokok sebagai
berikut:
1. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya.
2. Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga.
3. Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan
kedudukannya masing-masing.
4. Sosialisasi antar anggota keluarga.
5. Pengaturan jumlah anggota keluarga.
6. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga.
7. Penempatan anggota- anggota keluarga dalam masyarakat yang
lebih luas.
8. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggotanya.
2.2.2 Hubungan Pengetahuan Dengan Perilaku
Perilaku merupakan aktivitas atau kegiatan individu yang bersangkutan.
Perilaku manusia adalah suatu aktifitas dari individu itu sendiri atau yang
bersangkutan. Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon
individu terhadap rangsangan yang terkait dengan sakit dan penyakit, sistem
pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan.
26
Belum mengatakan derajat kesehatan manusia dipengaruhi 4 faktor
yaitu genetik (hereditas), lingkungan, pelayanan kesehatan, perilaku.
Pengetahuan seseorang sangat berpengaruh dalam perilaku pencegahan
demam berdarah dengue karena pengetahuan merupakan hasil tahu dan
ini terjadi setelah seseorang melakukan pengindraan terhadap suatu
objek tertentu (Notoatmodjo, 2007).
2.3. Konsep Pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD)2.3.1 Pengertian Pencegahan DBD
Pemberantasan demam berdarah dengue (DBD) seperti juga
penyakit menular lain didasarkan pemutusan rantai penularan, terdiri
dari virus, aedes dan manusia. Karena sampai saat ini belum terdapat
vaksin yang efektif terdapat virus itu maka pemberantasan ditujukan pada
manusia terutama pada vektornya.
a. Prinsip tepat dalam pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD)
1) Manfaatkan perubahan keadaan nyamuk akibat pengaruh alamiah
dengan melaksanakan pemberantasan pada saat sedikit terdapat
DHF/DSS
2) Memutuskan lingkaran penularan dengan menahan kepadatan
vektor pada tingkat sangat rendah untuk memberikan kesempatan
penderita veremia.
3) Mengusahakan pemberantasan vektor di pusat daerah pengabarang
yaitu sekolah dan RS, termasuk pula daerah penyangga sekitarnya.
4) Mengusahakan pemberantasan vektor di semua daerah berpotensi
penularan tinggi.
27
b. Cara pencegahan demam berdarah dengue
Cara untuk menurunkan populasi nyamuk aedes aegypti dengan cara
yang dikenalkan oleh masyarakat yaitu melalui 3M menurut
(Handrawan Nadesul, 2007), dalam buku Triyani, 2010), sebagai
berkut:
1) Menguras tempat penampungan air (TPA) untuk keperluan sehari-
hari dilakukan seminggu sekali dan terus-menerus. Hal ini
dilakukan untuk memotong siklus perkembangan nyamuk yaitu
dengan membunuh jentik-jentik yang ada di tempat penampungan
air dengan cara menguras seminggu sekali, sehingga jentik-jentik
nyamuk tidak dapat berkembang.
2) Menutup rapat-rapat TPA, sehingga nyamuk tidak dapat masuk dan
berkembangbiak. Untuk ini dilakukan dengan menutup semua
tempat-tempat yang menampung air sebagai tempat perkembangan
vektor nyamuk.
3) Mengubur barang-barang bekas yang menjadi TPA.
Barang-barang bekas yang tidak terpakai dan dapat penampung air
sebaiknya di kubur saja, karena dapat menjadi tempat
perkembangbiak nyamuk.
Akhir-akhir ini pencegahan dan pemberantasan DBD tidak hanya
dapat ditempuh melalui 3M, namun cara yang paling efektif adalah
melalui Pemberantasan Sarang Jentik Nyamuk (PSJN) untuk menekan
28
angka kasus DBD. Selain karena tempat jentiknya yang jelas, yaitu di
tempat-tempat penampungan air (TPA), juga di karenakan jentik
merupakan awal fase hidup nyamuk.Menurut genis ginanjar (2008), modifikasi habitat larva yang
dibuat manusia dalam menerapkan pemberantasan sarang jentik nyamuk
(PSJN) dengan beberapa cara yaitu :
a. Larvasida biologis
Suatu organisme yang dapat digunakan sebagai pemangsa larva
(larvasida), di antaranya bakteri bacillus thuringiensis H-14 (BTI) dan
ikan-ikan pemangsa larva, seperti ikan kepala timah dan ikan cupan.
b. Abatisasi
Abatisasi adalah tindakan menabur bubuk abate atau altosid ke dalam
tempat penampungan air. Abate merupakan salah satu larvasida kimia
yang efektif, mudah dan aman serta praktis digunakan. Air yang telah
dibubuhi bubuk abate dengan takaran yang benar, tidak
membahayakan dan tetap aman jika air tersebut diminum.
c. Pengasapan (fogging)
Upaya untuk menekan laju penularan penyakit demam berdah dengue
(DBD), salah satunya ditujukan untuk mengurangi kepadatan vektor
DBD secara kimiawi yang dikenal dengan istilah pengasapan
(fogging).
2.3.2 Karakteristik Kepala Keluarga Dalam Perilaku Pencegahan (DBD)
29
Karakteristik kepala keluarga yaitu meliputi, umur, pendidikan,
pekerjaan, ekonomi/pendapatan. Faktor yang secara langsung atau internal
mempengaruhi keikut sertaan masyarakat dalam perilaku pencegahan DBD
antara lain sebagai berikut :
1. Umur
Umur dalah bilang tahun terhitung sejak lahir sampai dengan tahun
terahir seseorang melakukan aktifitas. Demikian besarnya umur
seseorang dalam mempengaruhi pengetahuan, sikap, dan perilaku
semakin lebih bertanggun jawab, lebih tertib, lebih bermoral dan lebih
berbakti daripada usia mudah dan menjadi indikator dalam
kedewasaan dalam setiap penambilan keputusan untuk melakukan
sesuatu yang mengacu pada setiap pengalaman, sehingga umur
seseorang memiliki pengaruh terhadap perilaku pencegahan demam
berdarah dengue dengan keberahasilan pencegahan Demam Berdarah
Dengue (DBD).
2. Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Baik itu
pendidikan formal maupun non formal yang diinginkan adalah adanya
perubahan kemampuan, penampilan ataupun perilakunya. Selanjutnya
30
perubahan perilaku didasari adanya perubahan atau penembahan
pengetahuan, sikap atau ketrampilan (Notoatmodjo, S., 2011). Faktor
ekonomi juga sangat mempengaruhin tingkat pendidikan seseorang,
sedangkan faktor lingkungan juga memberikan andil berupa dukungan
seperti lingkungan keluarga mendukung atau tidak mendukung
seseorang untuk memperoleh pendidikan yang lebih tinngi.
3. Pekerjaan
Pekerjaan adalah sesuatu aktivitas yang dilakukan oleh seseorang
untuk tujuan tertentu. Pekerjaan merupakan sesuatu yang dilakukan
oleh seseorang sebagai profesi, sengaja dilakukan untuk mendapatkan
penghasilan (Dhimas, 2008).UUD 1945 pasal 27 ayat 2 yang menyatakan bahwa setiap
warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan. Dari sini pekerjaan merupakan hak dasar setiap orang,
karena adanya pekerjaan pada dasarnya bukan semata-mata untuk
mendapatkan penghasilan, tetapi lebih dari itu hargadiri dan martabat
manusia juga dari aktivitas bekerja yang bersangkutan.
4. Pendapatan /ekonomi
Pendapatan merupakan salah satu faktor yang paling menentukan
kuantitas maupun kualitas dalam memenuhi keburuhan hidup. Tingkat
seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup disesuaikan dengan
penghasilan yang ada, sehingga menuntut pengetahuan yang dimiliki
harus dipergunakan semaksimal mungkin. Begitu pula dalam mencari
31
bantuan ke sarana kesehatan yang ada, mereka seseaikan dengan
pendapatan keluarga.Kesadaran dan kepedulian masyarakat merupakan kunci awal
dari menurunnya angka DBD di suatu daerah atau wilayah. Sehingga
DBD dapat terjadi di wilaya manapun, termasuk di wilayah. Cara yang
paling efektif adaalah menghindari gigitan nyamuk dengan cara
menurunkan populasi. Melalui kesadaran akan pentingnya kebersihan
lingkungan, secara otomatis akan menghambat perkembangan jentik,
dengan adanya kepedulian maka aplikasi dari upaya-upaya memberan
tasan DBD akan terekualisasi, dengan begitu tidak akan memberikan
kesempatan bagi nyamuk untuk berkembang.
2.4. Konsep Dasar Demam Berdarah Dengue (DBD)2.4 .1. Pengertian (DBD)
Penyakit demam berdarah dengue adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti
dan Aedes albopictus yang ditandai dengan demam mendadak 2 sampai 7
hari tanpa penyebab yang jelas, lemah atau lesu, gelisa, nyeri ulu hati,
disertai tanda perdarahan di kulit berupa bintik perdarahan (petechie),
lebam (echymosis), atau ruam (purpura), kadang-kadang mimisan, berak
darah, muntah darah, kesadaran menurun atau renjatan (shock) ( indrawan,
2005)2.4.2 Penyebab
Penyebab Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah virus dengue yang
sampai sekarang dikenal 4 serotipe (dengue-1, dengue-2, dengue-3 dan
dengue-4), termasuk dalam grup B anthropod Borde Virus (Arbovirus).
Keempat serotipe virus ini telah ditemukan di berbagai daerah di
indonesia. Hasil penelitian di indonesia menunjukan bahwa dengue-3
32
sangat berkaitan dengan kasus DBD berat dan merupakan serotipe yang
paling luas distribusinya disusul oleh dengan -2, dengue-1 dan dengue-4
(Ginajar, 2008).Adapun ciri-ciri dan sifat Aedes aigypti(vektor virus dengue)
adalah sebagai berikut:
1. Berwarna hitam dan belang-belang (loreng) puti pada seluruh
tubuh.
2. Mampu terbang sampai 100 meter.
3. Nyamuk betina aktif mengigit (menghisap) darah pada pagi hari
sampai sore hari.
4. Tempat hinggap yang disengani ialah benda-banda tergatung
seperti pakaian, kelambu, atau tambuh-tubuhan di dekat
berkembang biak. Biasanya di tempat yang agak gelap dan lembab.
5. Setelah masa istrahat selesai, nyamuk akan meletakkan telurnya
pada dinding bak, tempayan, drum, keleng, ban bekas yang berisi
air (Dinkes, Provinsi jawa tengah., 2007).
2.4.3 Cara Penularan (DBD)Terdapat tiga faktor yang memegang peranan pada penularan
infeksi virus dengue yaitu manusia, virus dan faktor perantara. Virus
dengue ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti.
Nyamuk Aedes albopictus, Aedes polynesiensis dan beberapa spesies lain
juga dapat menularkan virus ini, namun merupakan vektor yang kurang
33
berperang. Nyamuk aedes tersebut dapat mengudang virus dengue pada
saat mengigit manusia yang sedang mengalami penurunan kekebalan
tubuh. Kemudian virus yang berada di kelenjar luar berkembang biak
dalam waktu 8-10 hari (extrinsic incubation period) sebelum di tularkan
kembali kepada manusia pada saat gigitan berikutnya. Virus dalam
tubuh nyamuk betina dapat ditularkan kepada telurnya
(transovariantransmision), namun perannya dalam penularan virus tidak
penting. Sekali virus dapat masuk dan berkembang biak di dalam
tubuh nyamuk, Nyamuk tersebut akan dapat menularkan virus selama
hidupnya (infektif). Tubuh manusia, virus memerlukan waktu masa tunas
4-6 hari (intrinsicincubation period) sebelum menimbulkan penyakit
(Depkes RI, 2007). 2.4.4 Tanda Dan Gejala DBD
a. Demam
Penyakit ini didahului oleh demam tinggi yang berlangsung dalam
waktu singkat yakni antar 2-7 hari, yang dapat mencapai 40 C. Demam
sering disertai gejala tidak spesifik, seperti tidak nafsu makan
(anoreksia), lemah badan (malaise), nyeri sendi dan tulang, serta rasa
sakit di daerah belakang bola mata (retro orbita) dan wajah yang
kemerah-merahan (flushing) (Ginanjar, 2008)
b. Tanda-tanda perdarahan
Seperti mimisan (epistaksis), perdarahan gusi, perdarahan pada kulit
seperti tes rumpeleed (+), ptekiae dan ekimosis, serta buang air besar
berdarah berwarna kehitaman (melena) Ginanjar, 2008).
34
c. Pembesaran hati (hepatomegali)
Pembesaran hati pada umumnya dapat di temukan pada permulaan
penyakit. Nyeri tekanan sering ditemukan tanpa disertai ikterus
(Ginanjar, 2008.
d. Renjatan (syok)
Kegagalan sirkulasi darah, yang ditandai dengan denyutan nadi yang
teraba lemah dancepat, ujang-ujang jari terasa dingin serta dapat
disertai penurunan kesadaran dan rejatan (syok) yang dapat
menyebabkan kematian (Ginanjar, 2008).
e. Trobositopeni
Penurunan jumlah trombosit (trombositopenia) <100.000/mm
(Ginanjar, 2008)
f. Hemokonsentrasi
Peningkatan kadar hematokrit >20% dari nilai normal (Ginanjar,
2008).
2.4.5 Diagnosis Demam Berdarah DengueWHO (1999), dalam Ginanjar, (2008) mengungkapkan terdiri dari
dua kriter diia dalam menegakkan diagnosa Demam Berdarah Dengue
(DBD):
a. Kriteria klinis
35
1) Demam tinggi mendadak tanpa sebab jelas, suhu biasanya tinggi
(>39 C) dan menetap selama 2-7 hari. Kadang suhu mungkin
setinggi 40-41 C.
2) Terdapat menifestasi perdarahan hati dan syok.
3) Ketidaknyamanan epigastrik, nyeri tekan pada mergin kosta kanan,
dan nyeri abdominal generalisata umum terjadi ( WHO, 1999).
b. Kriteria laboratorium
1) Trombositopenia (jumlah trombosit < 100.000/mm)
2) Hemokonsentrasi, dapat dilihat dari peningkatan hematokrit >20%
(Ginanjar, 2008).
2.4.6 Derajat Demam Berdarah DengueDerajat DBD dikelompokan dalam empat derajat (pada setiap derajat
ditemukan trombositopenia dan hemokonsentrasi), yaitu :
a. Derajat I
Demam yang disertai dengan gejala klinis tidak khas, satu-satunya
gejala perdarahan adalah uji tourniguet positif.
b. Derajat II
Gejala yang timbul pada DBD derajat I, ditambah perdarahan spontan,
biasanya dalam bentuk perdarahan di bahwa kulit atau bentuk
perdarahan lainnya.
c. Derajat III
36
Kegagalan sirkulasi yang ditandai dengan denyut nadi yang cepat dan
lemah, menyembitnya tekanan nadi (<20 mmHg) atau hipotensi yang
ditandai dengan kulit dingin dan lembab serta menjadi gelisah.
d. Derajat IV
Syok berat dengan tidak terabanya denyut nadi maupun tekanan darah
(Ginanjar, 2008)
2.4.7 EpidemiologiInfeksi virus dengue telah ada ada di Indonesia sejak abad ke-18,
seperti yang dilaporkan oleh Bylon, seorang dokter berkembangsaan
Belanda. Infeksi virus dengue di asia tenggara hanya merupakan penyakit
ringan yang tidak pernah menimbulkan kematian, tetapi sejak tahun 1952
infeksi virus dengue menimbulkan penyakit dengan menifestasi klinis
berat, yaitu DBD yang ditemukan di manila, Filipina. Kemudian menyebar
ke negara lain seperti Thailand, Vietnam, Malaysia, Dan Indonesia
(Depkes R.I., 2007).Indonesia, demam berdarah dengue (DBD) pertama kali dicurigai
di Surabaya pada tahun 1968 dan Jakarta pada tahun 1969. Kemudian
DBD berturut-turut dilaporkan di Bandung Dan Yogyakarta (1972). Tahun
1994 DBD telah menyebar ke seluruh 27 propinsi di Indonesia. Saat ini
DBD sudah endemis di banyak kota besar, bahkan sejak tahun 1975
penyakit ini telah terjangkit di daerah pedesaan ( Rezaki, S dan Hindra, I,
1999)2.4.8 Pencegahan Dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue (DBD)
Pemberantasan DBD seperti juga penyakit menular lain didasarkan
atas pemutusan rantai penularannya. Komponen penularan terdiri dari
37
virus dengue, nyamuk Aedes aegypti den manusia. Sampai saat ini belum
ada vaksin yang efektif terhadap virus tersebut, maka pemberantasan
ditujukan pada manusia dan terutama pada vektornya dengan
melaksanakan pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue
(PSN-DBD) ( Rezaki, S dan Hindra, I, 1999).Mencegah dan membatasi penyebaran penyakit DBD, setiap
keluarga serta masyarakat perlu melakukan pemberantasan sarang nyamuk
demam berdarah dengue (PSN-DBD dengan cara”3 M plus” yaitu :
a. Menguras dengan menyikat dinding tempat penampungan air
(tempayan, drum, bak, mandi) atau menabur bubuk abate/ altosid bila
tempat-tempat tersebut tidak bisa dikuras, menguras minimal 1 minggu
sekali.
b. Menutup rapat-rapat tempat penampungan air agar nyamuk tidak dapat
masuk dan berkembang biak di dalamnya.
c. Mengubur atau membuang barang bekas yang dapat menampung air
hujan misalnya ban bekas, tempat minum mineral (Dinkes, provinsi
jawa tengah, 2007).
Selain itu ditambah dengan cara lainnya, seperti
1) Mengganti air vas bunga, tempat munum burung atau tempat
lainnya yang sejenis seminggu sekali.
2) Memperbaiki saluran dan selang air yang yang tidak lancar atau
rusak.
38
3) Menutup lubang-lubang pada potongan bambu atau pohon, dan
lain-lain.
4) Menaburkan bubuk larvasida, misalnya di tempat-tempat yang
sulut di kuras atau di daerah yang sulit air.
5) Memelihara ikan pemakan jentik di kolam atau bak-bak
penampungan air.
6) Menghindari kebiasaan menggagntung pakaian dalam kamar.
7) Mengupayakan percahayaan dan ventilasi ruang yang memadai.
8) Menggunakan kelambu pada saat tidur.
9) Memakai obat yang dapat mencegah gigitan nyamuk (memakai
lotion anti nyamuk, obat nyamuk bakar, dan lain-lain).
Keseluruhan cara tersebut di atas di kenal dengan istilah 3m plus
(Depkes R.I., 2007).Pemberantasan vektor DBD dapat dilakukan secara kimiawi dan
biologis. Bahan kimia yang dapat dipakai seperti pyrenthin,insektisida,
DDT, orgarofosfat termasuk fenthion, malathion, fenitrothion, dan
temephos, larvasida, pengobatan perifokal dan penyemprotan ruangan,
juga altosid yang biasa disebut dengan abatisasi. Secara biologis, yaitu
tindakan pemberantasan jentik nyamuk aedes aegypti dengan
menggunakan musuh alami seperti ikan pemangsa larva dan biosida
Becillus thuringiensis H-14 (BTL) adalah organisme yang sering
digunakan (WHO, 2007).
39
Berdasarkan data penelitian yang diperoleh secara langsung melalui
survey keberadaan vektor dan data DBD di lapangan dan secara tidak
langsung melalui analisis citra penginderaan jauh satelit IKONOS dan
NOAA, diperoleh 6 parameter faktor risiko lingkungan yang diduga secara
epidemiologis langsung maupun tidak langsung berpengaruh terhadap
peningkatan penularan/KLB DBD.
Ke-6 parameter yang diduga berpengaruh secara epidemiologi terhadap
keberadaan vektor dan intensites penularan DBD tersebut, yaitu:
a. kepadatan bangunan;
b. vegetasi;
c. suhu udara;
d. kelembaban udara;
e. curah hujan; dan
f. keberadaan vektor (CI, HI, dan IO).
Parameter yang diamati pada penelitian adalah parameter prediktor
dan prediktan, yaitu:
a. Parameter predictor, yaitu parameter keberadaan vektor DBD berupa
jentik Aedes aegypti yang diperoleh dari pemantauan jentik dan
pemasangan ovitrap, sedangkan faktor resiko lingkungan diperoleh
dari data penginderaan jauh satelit IKONOS dan NOAA yang
diperkirakan mempengaruhi keberadaan vektor dan intensitas
penularan DBD.
40
b.Parameter prediktan, yaitu jumlah kasus penderita DBD
Mengkaji seberapa besar dukungan penginderaan jauh (remote
sensing) dalam mendeteksi parameter keberadaan vektor DBD dalam
menentukan tingkat intesitas penularan DBD. Mengetahui parameter apasaja
yang mempengaruhi keberadaan vektor DBD yang diperoleh menggunakan
dukungan penginderaan jauh dan investigasi vektor Aedes Aegypti, terhadap
intensitas penularan DBD. Menduga jumlah penderita DBD berdasarkan
kajian deteksi parameter lingkungan dan keberadaan vektor DBD
menggunakan dukungan penginderaan jauh.
Jumantik adalah singkatan dari Juru Pemantau Jentik Nyamuk. Istilah
ini digunakan untuk para petugas khusus yang berasal dari lingkungan
sekitar yang secara sukarela mau bertanggung jawab untuk melakukan
pemantauan jentik nyamuk demam berdarah, Aedes aegypti dan Aedes
albopictus di wilayahnya. Para Jumantik ini apabila selesai bertugas juga
harus melakukan pelaporan ke Kelurahan atau Desa masing-masing secara
rutin dan berkesinambungan. Pemantauan jentik dilakukan satu kali dalam
seminggu (biasanya hari Jumat) pada pagi hari. Jumantik yang bertugas di
daerah-daerah ini, sebelumnya telah mendapatkan pelatihan dari dinas
terkait. Mereka juga dalam tugasnya dilengkapi dengan tanda pengenal, dan
perlengkapan berupa alat pemeriksa jentik seperti cidukan, senter, pipet,
wadah-wadah plastik, dan alat tulis.
Tugas para Jumantik dalam kegiatan memantau wilayah tersebut
adalah:
41
Pertama, Memeriksa keberadaan jentik nyamuk pada tempat-tempat
penampungan air di dalam dan di luar rumah, dan tempat-tempat yang
dapat tergenang air. Apabila dijumpai jentik dan keadaannya tidak tertutup,
maka petugas mencatatnya sambil memberikan penyuluhan agar
dibersihkan dan ditutup rapat. Untuk tempat-tempat air yang sulit dikuras
dan dibersihkan seperti tangki air biasanya tidak diperiksa, tetapi diberikan
bubuk larvasida atau pembunuh jentik, tiga bulan sekali. Kedua,
Memberikan peringatan kepada pemilik rumah agar tidak membiarkan
banyak tumpukan pakaian atau banyak pakaian yang tergantung di dalam
rumah. Ketiga, Mengecek kolam renang dan kolam ikan agar bebas dari
jentik nyamuk. Keempat, Memeriksa rumah kosong atau tidak berpenghuni
untuk melihat keberadaan jentik nyamuk pada tempat-tempat penampungan
air yang ada.
Tugas Jumantik seharusnya tidak hanya dilakukan oleh petugas
khusus, tetapi juga dilakukan oleh seluruh warga yang tinggal di wilayah
tersebut. Setiap warga wajib juga melakukan pengawasan/pemantauan jentik
di wilayahnya (self jumantik) dengan teknik dasar minimal 3M Plus, yaitu :
a. Menutup, yaitu memberi tutup yang rapat pada tempat air
ditampung seperti bak mandi, kendi, toren air, botol air minum dan
lain sebagainya;
b. Menguras, adalah membersihkan tempat yang sering dijadikan
tempat penampungan air seperti kolam renang, bak mandi, ember
air, tempat air minum, penampung air lemari es dan lain-lain;
42
c. Mengubur, adalah memendam di dalam tanah untuk sampah atau
benda yang tidak berguna yang memiliki potensi untuk jadi tempat
nyamuk Demam Berdarah bertelur di dalam tanah.
Adapun yang dimaksud dengan Plus adalah segala bentuk kegiatan
pencegahan seperti:
1. Menggunakan obat nyamuk atau anti nyamuk,
2. Menggunakan kelambu saat tidur,
3. Menanam tanaman pengusir nyamuk,
4. memelihara ikan yang dapat memakai jentik nyamuk,
5. Menghindari daerah gelap di dalam rumah agar tidak ditempati
nyamuk dengan mengatur ventilasi dan pencahayaan,
6. Memberi bubuk larvasida pada tempat air yang sulit dibersihkan,
7. Tidak menggantung pakaian di dalam rumah serta tidak
menggunakan hordeng atau korden gelap yang bisa menjadi
tempat istirahat nyamuk, dan lain-lain. (Disusun oleh Upik
Kesumawati Hadi, Laboratorium Entomologi Kesehatan, Fakultas
Kedokteran Hewan IPB, Bogor).
43
Gambar 2.1 Nyamuk Aedes Aegypti
Nyamuk Aedes Aegypti penyebab penyakit demam berdarah. Pada
tubuhnya tampak bercak hitam-putih. Bila dilihat dengan kaca pembesar, di
sisi kanan-kiri punggungnya tampak gambar dua buah arit berwarna putih.
Paling sering hinggap di baju-baju yang menggantung dan berada di tempat-
tempat gelap, seperti di bawah tempat tidur. Selain juga suka bertelur di air
yang bersih, seperti di tempayan, bak mandi, vas bunga, dan lainnya. Ia
bertelur dan menetas di dinding bejana air. Telur atau jentik nyamuknya bisa
bertahan selama 2-3 bulan.
Gambar 2.2 Nyamuk Aedes Albopictusini
Spesies Nyamuk Aedes Albopictusini juga bisa menularkan demam
berdarah. Nyamuk ini biasanya banyak terdapat di kebun atau di halaman
44
rumah. Cirinya hampir sama dengan Aedes aegypti, yaitu bercak-bercak
putih di badan. Bila dilihat dengan kaca pembesar tampak di median
punggungnya ada garis putih. Waktu menggigitnya pun sama dengan Aedes
aegypti, yaitu di pagi dan sore hari. Bertelurnya di air tergenang, misalnya
pada kaleng-kaleng bekas yang menampung air hujan di halaman rumah.
Pada musim penghujan, nyamuk ini banyak terdapat di kebun atau halaman
rumah karena di situ terdapat banyak tempat yang terisi air.
2.4.9 Kerangka Teori
Demam Berdarah Dengue: 1. Perilaku Keluarga
2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku
3. Pengertian Pencegahan DBD
4. Karakteristik Kepala Keluarga Dalam Perilaku Pencegahan (DBD)Pencegahan dan
Pencegahan DBD 1. Pemberantasan Sarang
Nyamuk (PSN) a. Fisik b. Kimia c. Biologi
2. Kegiatan 3M Plus lain.
Kejadian DBD
Perilaku PSN 3M 1. Menguras 2. Menutup 3. Menyingkirkan atau mendaur
ulang Perilaku Plus 1. Mengganti air vas bunga,
minuman burung dan tempat-tempat lainnya seminggu sekali
2. Memperbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar/rusak
3. Menutup lubang-lubang pada potongan bambu, pohon, dan lainlain dengan tanah
4. Membersihkan/mengeringkan tempat- tempat yang dapat menampung air .
5. Mengeringkan tempat-tempat lain yang dapat menampung air hujan di pekarangan, kebun, pemakaman, rumah-rumah kosong dan lain sebagainya
6. Memelihara ikan pemakan jentiknyamuk
7. Pasang kawat kasa 8. Menggantung pakaian di dalam
rumah 9. Tidur menggunakan kelambu 10. Mengatur pencahayaan dan
ventilasi yang memadai 11. Menggunakan obat anti nyamuk
45
Gambar 2.3. Kerangka Teori