BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teoritis 2.1.1 ... · PDF fileselama pemeluk Islam yang...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teoritis 2.1.1 ... · PDF fileselama pemeluk Islam yang...
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kerangka Teoritis
2.1.1. Pernikahan Islami
Konsep memilih pasangan hidup, dikenal juga sebagai „pernikahan
atas dasar cinta‟, barangkali dianggap tidak lazim bagi sebagian masyarakat
Muslim di dunia. Di masyarakat ini, pernikahan semacam itu kerap
disalahpahami sebagai haram, atau dilarang. Larangan ini berlaku bagi pria
maupun wanita. Meski demikian, perempuanlah yang biasanya diharapkan
berkorban demi menyenangkan pihak keluarga. Kondisi ini sering
menimbulkan akibat yang lebih buruk dalam wujud kawin paksa dan
pembunuhan „atas nama martabat‟ („honour‟ killings). Meskipun terdapat
dogma kultural ini, salah satu kisah cinta terhebat dalam sejarah Islam
adalah pernikahan Nabi Muhammad SAW dan istrinya, Khadijah. Jadi
mengapa gagasan mengenai pernikahan atas dasar cinta menjadi begitu
problematik bagi sebagian orang?
Khadijah binti Khuwailid adalah pengusaha wanita ternama yang
tinggal di Arab pada akhir abad keenam. Dia wanita dewasa yang telah dua
kali menikah. Kendati memiliki banyak pelayan dan pekerja lain untuk
mengelola bisnisnya, dia tetap rendah hati dan sering membantu para fakir
miskin. Salah satu pegawai Khadijah adalah seorang pemuda bernama
Muhammad. Sifat, karisma dan kejujuran anak muda itu memikat hatinya,
dan pada tahun 595 M, melalui temannya, Nafisa, Khadijah pun melamar
Muhammad. Pada waktu itu, Khadijah memiliki banyak calon lain yang
kaya raya dan punya banyak harta. Tapi dia telah menyelidiki latar belakang
Muhammad dan, karena cinta, ingin menghabiskan sisa umurnya bersama
Rasullulah.
Muhammad lantas memutuskan untuk membicarakan lamaran
Khadijah dengan pamannya tercinta, Abu Talib, yang tidak bisa memikirkan
6
satu alasan pun untuk menolak pernikahan mereka. Muhammad lalu
menerima pinangan Khadijah; tak lama, mereka pun menikah. Di hari
pernikahan, Abu Talib menurut riwayat mengatakan:
Fikih Islam telah memberikan hak kepada pria dan wanita untuk
menikah karena cinta. Apabila ayah pihak perempuan menolak pernikahan
tersebut dengan berbagai alasan yang tidak patut seperti kasta, mazhab,
tinggi badan, wajah dan sebagainya, pihak perempuan berhak bicara kepada
wali kedua, semisal kakek atau paman. Jika tidak punya wali lain, atau
mereka semua tidak setuju dengan alasan yang tidak patut, dia boleh
membawa masalah ini ke seorang hakim peradilan Islam, yang memiliki
wewenang untuk menolak keputusan walinya. Akan menjadi tanggung
jawab hakim untuk mengatur pernikahan. Ibnu Qudamah, ulama dari
mazhab Hambali menyatakan, „jika seorang perempuan tidak mempunyai
wali dan hakim tidak ada, maka menurut Imam Hambali, pria mana pun
selama pemeluk Islam yang taat boleh menikahkannya dengan seizinnya.‟
Pernikahan sangat dianjurkan dalam Islam. Nabi Muhammad SAW
dikisahkan pernah berkata: „Tidak ada yang lebih patut bagi dua orang yang
saling mencintai kecuali menikah.‟ Hal ini menunjukkan tidak adanya
larangan bagi pernikahan atas dasar cinta. Lagipula, di Quran disebutkan
bahwa seharusnya terdapat mawaddah (cinta) dan rahmah (kasih) antara
sepasang suami-istri (30:21).
Kodrat pernikahan beserta segala hal dalam kehidupan adalah
kehendak Allah SWT. Apakah pasangan hidup kita merupakan pilihan
sendiri atau pilihan keluarga, tidak ada jaminan pernikahan akan langgeng.
Keluarga penting bagi kita dan sudah seharusnyalah kita
mempertimbangkan saran mereka. Akan tetapi, hal itu tidak lantas berarti
boleh memaksa seseorang menikah tanpa persetujuannya.
Memilih pasangan hidup memang bukan tugas yang mudah. Walau
demikian, mari kita berkaca kepada kualitas yang dimiliki Khadijah dan
Nabi Muhammad SAW, terutama ketulusan yang mereka pilih untuk
7
menghabiskan hidup bersama. Mudah-mudahan kita dapat memiliki
sebagian kecil dari sifat-sifat terpuji mereka
Pernikahan adalah suatu bagian dari proses kehidupan yang pasti kita
lalui, mau tidak mau. Bukanlah persoalan yang mudah, karena akan banyak
tantangan, baik itu eksternal maupun internal. Agar senantiasa dalam ridho
Allah SWT, dalam menjalankan pernikahan, harus dijalani sesuai dengan
Islam. Tujuan pernikahan antara lain sakinah, ketentraman, kasih sayang
dan cinta, mendapatkan pernikahan yang barakah. Untuk mendapatkan
pernikahan yang sakinah, mawaddah, warahmah, persiapan-persiapan perlu
kita jalani. Persiapan-persiapan tersebut adalah :
1. Persiapan Ruhiyah
Secara mental, ruh kita sudah dipersiapkan. Diperlukan keyakinan
yang mantap, tidak gamang, tidak ragu, tidak khawatir, dan jangan hanya
modal nafsu atau syahwat. Harus mantap, harus siap dengan segala beban
dan cobaan yang dihadapi. Bila engkau sudah bertekad untuk sesuatu hal,
maka bertawakkallah kepada Allah SWT.
Kemudian, harus juga siap untuk menghadapi segala cobaan yang
akan dihadapi. Rumah tangga adalah ibarat kapal di tengah laut yang
membutuhkan ketahanan yang kuat. Perlu persiapan yang matang untuk
mengarungi samudra luas
2. Persiapan Ilmiah/Aqliyah.
Setiap pasangan yang akan mengarungi bahtera rumah tangga,
memerlukan persiapan intelektual/aqliyah. Segala seluk beluk etika, hukum
dan aturan dalam rumah tangga perlu dipahami oleh masing-masing
pasangan, contohnya dalam hal hukum nikah, talaq dan waris. Jangan
sampai ada keraguan mengenai hukum nikah itu sendiri.
Bila tidak paham, suami yang sedang marah kepada istri, dapat
dengan mudah men-talaq istrinya. Bila marah, langsung bilang, “saya cerai
kamu”. Sesakit apapun perasaan kita terhadap pasangan, kita harus melihat
kembali hukum Islam, jangan dengan mudah begitu saja mengatakan cerai.
8
Hal ini menunjukkan ketidaktahuannya terhadap hukum Islam. Karena tidak
bisa dengan segampang itu mentalaq istrinya. Seorang suami melakukan
dosa besar dan adalah tidak sah apabila ia mentalaq istrinya bila istrinya
sedang haid.
Sehingga setiap pasangan harus memahami etika, hak dan kewajiban,
bagaimana menjadi seorang istri, suami, ayah atau ibu.
Sebagai contoh, di Singapura, ada pelatihan untuk pasangan yang
akan menikah. Mereka diberi ilmu yang terkait dengan rumah tangga,
supaya nantinya tidak salah dalam melangkah. Misalnya bagaimana mandi
janabah, ini juga perlu dipahami.
3. Persiapan Jasadiyah/Fisik
Setiap pasangan sebaiknya memiliki kesehatan yang prima, terutama
sehat dalam hal organ reproduksinya. Ini perlu diperiksa, jangan sampai ada
penyakit menular.
4. Persiapan Material
Artinya, seorang lelaki yang hendak menikah, harus siap untuk
membiayai rumah tangganya. Rasulullah SAW memerintahkan para pemuda
yang siap menikah untuk segera menikah. Bila tidak mampu menafkahi,
maka dianjurkan untuk berpuasa. Mampu disini, bukan berarti memiliki
kemampuan ekonomi yang mapan (punya rumah, gaji tetap), melainkan
sesuatu yang bisa dia andalkan, untuk menafkahi keluarganya, walau tidak
memiliki pekerjaan tetap, rumah pribadi tapi memiliki tanggung jawab,
memiliki etos kerja yang tinggi.
5. Persiapan Sosial
Persiapan ini menjelaskan bagaimana pasangan harus memiliki
kemampuan untuk berinteraksi dengan masyarakat. Karena proses menikah
itu bukan hanya individu, melainkan dengan keluarga besar/masyarakat.
Jadi, dalam menuju pernikahan, tidak hanya dengan modal cinta,
kemudian apapun bisa..Karena itu hanyalah emosi sesaat. Semua hal diatas
sebaiknya disiapkan sebaik mungkin, bukan salah satu saja.
9
Langkah berikutnya adalah, siapa yang akan kita pilih. Pernikahan
adalah peristiwa yang fitrah, karena manusia diciptakan untuk saling tertarik
kepada lawan jenis. Wanita memiliki perbedaan dengan pria saat ia
memilih, pria tinggal memilih kemudian melakukan pendekatan lebih
mudah. Sedangkan wanita cenderung pasif, bersifat menunggu. Bila seorang
wanita sudah menyiapkan sebaik-baiknya apa yang perlu ia siapkan untuk
menikah, maka selanjutnya ia harus memilih kepada siapakah ia akan
menikah, dan bagaimana dia memilih calon suaminya.
Maka, kiat untuk mencari pasangan hidup adalah : Diantaranya
adalah dengan memohon kepada Allah SWT menciptakan manusia
berpasang-pasangan. Hewan ataupun makhluk yang tidak kita ketahui pun
diciptakan berpasang-pasangan. Hal ini sudah merupakan sunatullah.
Pertanyaannya adalah, “Siapakah pasanganku? Dimanakah dia? Dimana aku
cari?”. Caranya adalah dengan memohon kepada Allah SWT dapat
dilakukan dengan berdoa : “Ya Allah, berilah aku karunia rizki berupa
suami yang sholeh”, dan bisa juga dengan sholat Hajat. Apabila seseorang
memiliki keterbatasan dalam pergaulan, maka pihak ketiga/moderator
dapat menjadi perantara. Hal ini juga merupakan sunnah Nabi. Seperti
Khadijah, beliau yang memulai pertama kali, dengan mengutus
karyawannya Maisaroh, setelah beliau mendengar kebaikan Rasulullah
SAW yang saat itu belum diangkat menjadi Rasul.
Dalam menentukan pihak ketiga/mediator, haruslah yang amanah,
bisa menjaga lisannya, dan bisa menjaga kehormatan pihak wanita yang
memulai terlebih dahulu. Penting bagi seorang muslimah untuk tetap
menjaga kehormatannya.
Kisah lain diceritakan pada saat Nabi Musa membantu putri Syeh
Madian (Q.S Al-Qashash ayat 26) untuk mengambil air. Nabi Musa
membantu dengan ikhlas, tanpa pamrih, karena kedua putrid tersebut
mengalami kesulitan. Ketika salah satu dari putri tersebut tertarik dengan
akhlak Nabi Musa a.s, ia mengatakan kepada ayahnya tentang perasaannya.
Kemudian ayahnya paham perasaan putrinya, kemudian memanggil Nabi
10
Musa dan menyampaikan permintaan putrinya. Dalam hal ini, inisiatif dari
anak, mediator adalah ayahnya. Berarti, wanita boleh memulai, dengan
mediator.
Mediator juga bisa seorang ustadz atau ustadzah, atau biro jodoh yang
amanah. Jangan memulai langsung tanpa perantara, karena akan membawa
kesengsaraan. Apalagi bila pemuda itu tidak bisa menjaga harga diri
wanitanya. Meskipun tidak terlarang bila langsung disampaikan.
Kemudian, apakah peran orang tua yang mencarikan? Dalam Islam,
pada dasarnya, orang tualah yang mencari pasangan untuk putrinya. Dalam
mencari pasangan hidup, tidak dibebankan kepada pundak putrinya. Adalah
kewajiban seorang ayah untuk mencarikan pasangan hidup bagi putrinya. Ini
juga sesuai dengan Q.S An-Nur ayat 32, “Nikahkanlah orang-orang yang
sendirian diantara kalian…”. ‟Nikahkanlah‟ berarti perintah kepada orang
tua/wali. Orang tua yang shaleh akan mencarikan untuk putrinya yang
shaleh, pasangan yang shaleh juga.
Dalam memilih pasangan hidup, ada 4 kriteria, yang paling penting
adalahagamanya, karena yang lain adalah relatif dan tidak abadi. Ada istilah
sekufu yaitu sebanding antara laki-laki dan perempuan, dalam islam artinya
seimbang dalam hal agama, supaya nantinya tidak terdapat perbedaan
mencolok dalam rumah tangga.
Dalam mendapatkan pasangan, bila secara langsung, boleh saja, tapi
prosesnya harus tetap sesuai ajaran Islam, jangan sampai muncul
khalwat—berdua-duaan. Islam tidak membenarkan konsep pacaran. Bila
memang ada ketertarikan, bisa langsung meminta kepada ayah pihak wanita
atau walinya, jangan sampai berkhalwat. Permasalahannya, kadang-kadang
orang berpikir, bagaimana kalo tanpa pacaran, orang bisa mengenal calon
pasangannya. Sebenarnya, ketika ada ketertarikan di hati di masing-masing
pasangan, yang tampak adalah yang baik-baik saja, sementara yang buruk-
buruk tertutupi oleh rasa suka. Oleh karena itu, bisa kita meminta kepada
teman atau orang dekat untuk memberikan komentarnya terhadap calon
yang akan kita jadikan pasangan hidup. Kita lakukan musyawarah dengan
11
keluarga, atau dengan teman. Jangan kita menilai seseorang yang kita sukai
(yang akan menjadi calon pasangan kita) hanya dari penilaian kita semata.
Itu hanya tipuan, karena tidak objektif.
Kita juga bisa melakukan sholat istikhoroh, apakah pilihan tersebut
tepat menurut Allah atau tidak. Memang sebaik-baik waktu adalah dimalam
hari, tapi sholat istikhoroh tetap bisa dilakukan kapan saja. Penyerahan yang
terbaik adalah kepada Allah SWT, sesuai dengan ilmu dan kekuasaanNya.
Tidak harus lewat mimpi, karena tidak ada dalil bahwa jawaban akan lewat
mimpi.
Bila kita renungi muatan doa istikhoroh ini, bila ini jodohku, maka
mudahkanlah. Jadi apapun yang terjadi, itu adalah yang terbaik menurut
ilmu Allah. Maka kita harus bertawakkal. Bila telah menikah kemudian
tidak sesuai dengan kenyataan, ini harus kita jadikan sebagai cobaan, kita
harus ridho, kita ambil hikmahnya. Tidak ada persoalan yang besar dalam
diri seorang mukmin, karena tidak ada penyesalan, karena itu adalah bagian
dari takdir. Kita tidak boleh melihat ke belakang lagi. Dalam hadis, “jangan
kamu katakan „Kalau….Seandainyaa…Maka…‟, tapi katakanlah „ini adalah
takdir‟”. Kita tidak dibenarkan untuk menyesali takdir. Jangan bilang,
seandainya saya menerima lamaran A, bukan si B. Ini dapat memberi
peluang kepada syetan untuk masuk ke dalam dirinya sehingga menjadi
kufur terhadap rukun iman (qodho dan qodar).
Walaupun terjadi hal-hal yang bukan keinginan kita, maka kita harus
berhusnudzon kepada takdir Allah, ini adalah kehendak Allah, apapun
kehendak Allah pasti akan terjadi. Tidak dibenarkan untuk seorang mukmin
untuk menyesali apa yang terjadi. Karena pasti ada kebaikan didalamnya.
Misalnya bila setelah sholat istihoroh timbul keraguan, keraguan yang
terjadi adalah ulah syetan. Misalnya sudah menentukan tanggal, dsb, tapi
menjadi ragu-ragu apakah calonnya adalah jodohnya. Ini adalah keraguan
yang disebabkan oleh syetan. Maka Nabi menganjurkan, apabila seseorang
sudah dikhitbah, maka sebaiknya langsung menikah. Jangan sampai ada
12
waktu yang cukup lama yang bisa jadi peluang syetan untuk menimbulkan
keragu-raguan.
Apakah sebelum khitbah kita perlu ber-ta‟aruf? Ta’aruf merupakan
upaya untuk menggali sebanyak2nya informasi tentang calon pasangan kita.
Ta‟aruf adalah mengenal, tapi tetap tidak boleh berkholwat atau berdua-
duaan. Ada 3 hal yang perlu dikenal dalam ta‟aruf :
1. Ta’aruf jasadi, yaitu mengenal fisik dari calon pasangan kita.
2. Ta’aruf fikri, yaitu mengenal pemikiran/wawasan hidup. Apakah
memiliki pemikiran yang sejalan.
3. Ta’aruf ruhiyah, bagaimana visi dan misi ke depan dari calon
pasangan.
Tidak hanya mengenal latar belakang keluarga, suku, dsb, tapi ada
penggalian lebih dalam tentang calon pasangan kita.
Selanjutnya adalah Khitbah, pihak laki-laki datang kepada wali/orang
tua wanita untuk melamar. Persyaratan dalam khitbah yaitu tidak boleh
meng-khitbah atau melamar apabila dia telah dilamar oleh orang lain.
Adabnya mengajak orang yang dituakan, tidak perlu beramai-ramai. Karena
bisa jadi gagal, sehingga dirahasiakanlah, cukup keluarga besar saja.
Kalimat khitbah diawali dengan basmallah, hamdallah, sholawat,
salam, khutbatul hajjat. Wakil dari pihak laki-laki menyampaikan
maksudnya kepada pihak wali dari wanita. Yang perlu diingat dalam
khitbah adalah, bahwa setelah khitbah, bukan berarti mensahkan hubungan
antara laki-laki dan perempuan. Artinya bila sudah dilamar, bukan berarti
menjadi muhrim, tidak bisa berdua-duaan, karena bisa saja khitbah ini
gagal/terputus.
Bila Allah menguji dengan belum juga menemukan pasangan hidup,
harus tetap bersabar. Kita tidak tahu takdir apa yang akan terjadi nantinya,
sehingga kita harus berusaha, menyiapkan hal-hal diatas. Tapi bila belum
juga mendapatkan jodoh, kita harus tetap berhusnudzon terhadap takdir
Allah, kita ambil hikmah dari apa yang telah terjadi. Kita harus tetap
13
berprasangka baik kepada Allah, karena Allah tergantung dari prasangkaan
hambaNya.
2.1.2. Proses Hierarki Analitik (AHP)
Proses Hierarki Analitik (Analytical Hierarchy Process-AHP)
dikembangkan oleh Dr. Thomas L. Saaty dari Wharton School of Business
pada tahun 1970-an untuk mengorganisasikan informasi dan judgment
dalam memilih alternatif yang paling disukai. Dengan menggunakan AHP,
suatu persoalan yang akan dipecahkan dalam suatu kerangka berfikir yang
terorganisir, sehingga memungkinkan dapat disederhanakan dan dipercepat
proses pengambilan keputusannya.
Menurut Marimin (2004), Prinsip kerja AHP adalah
penyederhanaan suatu persoalan kompleks yang tidak terstruktur, strategik,
dan dinamik menjadi bagian-bagiannya, serta menata dalam suatu hierarki.
Kemudian tingkat kepentingan setiap variabel diberi nilai numerik secara
subyektif tentang arti penting variabel tersebut secara relatif dubandingkan
dengan variabel yang lain. Dari berbagai pertimbanagn tersebut kemudian
dilakukan sintesa untuk menetapkan variabel yang memiliki prioritas tinggi
dan berperan untuk mempengaruhi hasil pada sistem tersebut.
2.1.3. Prinsip Kerja AHP
Ide dasar prinsip kerja AHP adalah:
a. Penyusunan Hierarki
Persoalan yang akan diselesaikan, menjadi unsur-unsurnya, yaitu
kriteria dan alternatif, kemudian disusun menjadi struktur hierarki. Diagram
berikut ini menjelaskan keputusan untuk memilih agroindustri dengan
menggunakan AHP. Adapun kriteria untuk membuat keputusan tersebut
adalah bahan baku, pemasaran dan tekenologi proses, beserta dengan
subkriteria yang terkait dengan masing-masing kriteria tersebut. Alternatif
yang tersedia dalam membuat keputusan terlihat pada level yang paling
bawah.
14
Teknik AHP pada intinya adalah cara pemecahan masalah yang
kompleks dan tidak terstruktur agar dapat mencapai tingkat kepuasan atas
teraihnya berbagai tujuan. Penyusunan struktur hierarki dilakukan dengan
mempelajari literatur mengenai sistem yang dipelajari, mengacu pada
penelitian yang pernah dilakukan maupun diskusi dengan para pakar atau
pihak terkait yang berhubungan atau mempunyai latar belakang
pengetahuan dan pengalaman dibidang yang dikaji.Hirarki dibagi menjadi
fokus, faktor, aktor, tujuan, alternatif seperti berikut:
Fokus :
Faktor :
Aktor :
Tujuan :
Alternatif :
Gambar 1. Hirarki Metode AHP (Saaty, 1991)
Menurut Maarif dan Tanjung 2003, AHP merupakan model yang
luwes yang mampu memberikan kesempatan bagi perorangan atau
kelompok untuk membangun gagasan-gagasan dan mendefinisikan
persoalan dengan cara membuat asumsi sendiri dan memperoleh pemecahan
yang diinginkan.
Sasaran Utama
Faktor yang berpengaruh
Pelaku yang terlibat
Tujuan dari pelaku
Alternatif penyelesaian
15
Alur AHP menurut Maarif dan Tanjung 2003 sebagai berikut:
Gambar 2. Alur AHP (Maarif dan Tanjung, 2003)
Keputusan AHP dapat dikonstruksikan sebagai diagram bertingkat,
yang dimulai dengan goal atau sasaran, lalu kriteria level pertama,
subkriteria, dan akhirnya alternatif. AHP juga memungkinkan untuk
diberikan nilai bobot relatif dari suatu kriteria majemuk secara intuitif, yaitu
dengan melakukan perbandingan berpasangan.
b. Penilaian kriteria dan alternatif
Kriteria dan alternatif dinilai melalui perbandingan berpasangan.
Menurut Saaty (1983), untuk berbagai persoalan, skala 1 sampai 9 adalah
skala terbaik dalam mengekspresikan pendapat.
Menurut Saaty (1993), tidak semua masalah sistem dapat dipecahkan
hanya melalui analisa, elemen sistem yang terukur. Seringkali elemen
sistem yang tidak terukur memiliki peranan yang besar sehingga tidak dapat
diabaikan seperti mutu, lingkungan, kesehatan, dan sebagainya. Untuk
menganalisa dan mengevaluasi nilai-nilai tersebut diperlukan suatu
pendekatan yang memungkinkan adanya interaksi antara pendapat dengan
16
fenomena sosial. Penggunaan pendapat dalam memecahkan masalah sistem
dilakukan dengan membandingkan elemen sistem secara berpasangan.
Dengan demikian diperlukan skala (rating scale) yang membedakan setiap
pendapat dan memiliki keteraturan, sehingga memudahkan untuk
mengaitkan antara pendapat pakar dengan nilai skala tersebut.
Penyusunan skala kepentingan untuk berbagai persoalan
menggunakan skala 1 sampai 9. Skala tersebut memberikan informasi
mengenai elemen-elemen yang dibandingkan dengan relevansinya terhadap
kriteria dan tujuan.
Penyusunan skala kepentingan dapat dilihat pada Tabel 1 berikut.
Tabel 1. Skala Dasar AHP
Tingkat
Kepentingan Definisi
1 Sama pentingnya dengan yang lain
3 Moderat pentingnya dibanding yang lain
5 Kuat pentingnya dibanding dengan yang lain
7 Sangat kuat pentingnya dibanding yang lain
9 Ekstrim pentingnya dibanding yang lain
2,4,6,8 Nilai diantara dua penialaian yang berdekatan
Reciprocal
Jika elemen i memiliki salah satu angka di atas
dibandingkan elemen j, maka j memiliki nilai kebalikan
ketika dibanding elemen i
Sumber : Saaty, TL. 1980 dalam Marimin 2004.
c. Penentuan Prioritas
AHP memungkinkan pengguna untuk memberikan nilai bobot relatif
dari sutau kriteria majemuk (atau alternatif majemuk terhadap suatu kriteria)
secara intuitif, yaitu dengan melakukan perbandingan berpasangan (pairwise
comparison). Kemudian menentukan cara yang konsisten untuk mengubah
17
perbandingan berpasangan/ pairwise, menjadi suatu himpunan bilangan
yang mempresentasikan prioritas relatif dari setiap kriteria dan
alternatif.Nilai-nilai perbandingan relative kemudian diolah untuk
menentukan peringkat relative dari seluruh alternatif.
Baik kriteria kualitatif, maupun kriteria kuantitatif dapat dibandingkan
sesuai dengan judgement yang telah ditentukan untuk menghasilkan bobot
dan prioritas. Bobot atau prioritas dihitung dengan manipulasi matriks atau
melalui penyelesaian persamaan matematik.
d. Konsistensi Logis
Semua elemen dielompokkan secara logis dan diperingkatkan secara
konsisten sesuai dengan suatu kriteria yang logis.
2.1.4. Model Keputusan dengan AHP
AHP memiliki keunggulan dalam menjelaskan proses pengambilan
keputusan, karena dapat digambarkan secara grafis, sehingga mudah
dipahami oleh semua pihak yang terlibat dalam pengabilan keputusan.
Dengan AHP, proses keputusan kompleks dapat diuraikan menjadi
keputusan lebih kecil yang dapat diuraikan menjadi keputusan-keputusan
lebih kecil yang dapat ditangani dengan mudah.
Selain itu, AHP juga menguji konsistensi penilaian, bila terjadi
penyimpangan yang terlalu jauh dari nilai konsistensi sempurna, maka hal
ini menunjukan bahwa penilaian perlu diperbaiki, atau hierarki harus
distruktur ulang.
Menurut Marimin (2004), beberapa keuntungan yang diperoleh bila
memecahkan persoalan dan mengambil keputusan dengan menggunakan
AHP adalah :
1. Kesatuan
AHP memberikan suatu model yang mudah dimengerti, luwes untuk
aneka ragam persoalan tidak terstruktur.
18
2. Kompleksitas
AHP memadukan ancangan deduktif dan ancangan berdasarkan
sistem dalam memecahkan persoalan kompleks.
3. Saling Ketergantungan
AHP dapat menangani saling ketergantungan elemen-elemen dalam
suatu sistem dan tidak memaksakan pemikiran liner.
4. Penyusanan Hierarki
AHP mencerminkan kecendrungan alami pemikiran untuk memilah-
milah elemen-elemen suatu sistem dalam berbagai tingkat berlaianan
dan mengelompokan unsur yang serupa dalam setiap tingkat.
5. Pengukuran
AHP memberi suatu skala untuk mengukur hal-hal dan terwujud suatu
metode untuk menetapkan prioritas.
6. Konsistensi
AHP melacak konsistensi logis dari pertimbangan- pertimbangan yang
digunakan untuk menetapkan berbagai prioritas.
7. Sintesis
AHP menuntun ke suatu taksiran menyeluruh tentang kebaikan setiap
alternatif.
8. Tawar-Menawar
AHP mempertimbangkan prioritas-prioritas relatifr dari berbagai
faktor sistem dan memungkinkan organisasi memilih alternatif terbaik
berdasarkan tujuan-tujuan mereka.
9. Penilaian dan konsensus
AHP tidak memaksakan konsensus tetapi mensistensikansuatu hasil
yang representatif dari berbagai penilaian yang berbeda.
19
10. Pengulangan Proses
AHP memungkinkan organisasi memperhalus definisi mereka pada
suatu persoalan dan memperbaiki pertimbangan dan pengertian
mereka melalui pengulangan.
2.1.5. Software AHP
Tersedia beberapa software yang dikembangkan untuk menyelesaikan
proses pengambilan keputusan dengan menggunakan AHP, sehingga para
pengambil keputusan tidak perlu lagi menghitung dengan rumus-rumus/secara
manual. Dua Software yang biasa digunakan adalah Expert Choice dan Criterium
Decision Plus, dimana keduanya banyak tersedia dan dapat diperoleh dengan cara
download dari internet. Software Expert Choice dikembangkan oleh pencipta
metode AHP, yaitu Thomas L. Saaty. Pengolahan data yang digunakan pada
makalah ini menggunakan program Expert Choice.
2.1.6.Sistem Pendukung Keputusan (SPK)
Sistem pendukung keputusan(Inggris:decision support
systemsdisingkatDSS) adalah bagian dari sistem informasi berbasis komputer
yang termasuk kedalam sistem berbasis pengetahuan (manajemen pengetahuan)
yang dipakai untuk mendukung pengambilan keputusan dalam suatu organisasi
atau perusahaan.
Dapat juga dikatakan sebagai sistem komputer yang mengolah data menjadi
informasi untuk mengambil keputusan dari masalah semi-terstruktur yang
spesifik.Menurut Moore and Chang, SPK dapat digambarkan sebagai sistem yang
berkemampuan mendukung analisis ad hoc data, dan pemodelan keputusan,
berorientasi keputusan, orientasi perencanaan masa depan, dan digunakan pada
saat-saat yang tidak biasa.
Dijelaskan juga oleh Marimin (2004) bahwa tahapan SPK meliputi:
1) Definisi masalah
2) Pengumpulan data atau elemen informasi yang relevan
20
3) pengolahan data menjadi informasi baik dalam bentuk laporan grafik
maupun tulisan
4) menentukan alternatif-alternatif solusi (bisa dalam persentase)
Serta tujuan dari SPK tersebut adalah:
1) Membantu menyelesaikan masalah semi-terstruktur
2) Mendukung manajer dalam mengambil keputusan
3) Meningkatkan efektifitas bukan efisiensi pengambilan keputusan
Dalam pemrosesannya, SPK dapat menggunakan bantuan dari sistem lain
seperti Artificial Intelligence, Expert Systems, Fuzzy Logic, dll.
2.1.7. Implementasi Sistem Informasi Untuk MenunjangKegiatan Strategis
Perusahaan
Saat ini manusia dalam kesehariannya sebagai pengguna informasi
sangatbergantung pada berbagai sistem informasi, mulai dari sistem informasi
manual yangsederhana dengan menggunakan saluran informal, hingga sistem
informasi berbasiskomputer yang rumit dan menggunakan saluran telekomunikasi
canggih. Di dalam suatu perusahaan, apapun jenis dan bentuknya, sistem
informasi bahkan telah memainkanperan penting dalam mendukung kegiatan
operasional, mendukung pengambilankeputusan hingga mendukung perusahaan
mencapai keunggulan kompetitif yangstrategis.
Sistem informasi dapat merupakan kombinasi teratur apapun dari orang-
orang,hardware, software, jaringan komunikasi, dan sumber daya data yang
mengumpulkan,mengubah, dan menyebarkan informasi dalam sebuah organisasi
(O‟Brien, 2005).Komponen sistem informasi tersebut secara lebih jelas
ditunjukkan pada Gambar 1.
21
Gambar 3. Komponen Sistem Informasi
Menurut O‟Brien (2005), terdapat 3 peran utama sistem informasi dalam
bisnis yaitu:
a. Mendukung proses bisnis dan operasional
b. Mendukung pengambilan keputusan
c. Mendukung strategi untuk keunggulan kompetitif
Gambar 4. Tiga Peran Utama Sistem Informasi
Mengembangkan solusi sistem informasi yang berhasil baik mengatasi
masalahbisnis adalah tantangan utama untuk para manajer dan praktisi bisnis saat
ini. Sebagaiseorang praktisi bisnis bertanggungjawab untuk mengajukan atau
mengembangkanteknologi informasi baru atau meningkatkannya bagi perusahaan.
Adapun untukseorang manajer bertanggungjawab untuk mengelola usaha
22
pengembangan yangdilakukan para spesialis sistem informasi dan para pemakai
akhir bisnis.
Mengembangkan solusi sistem informasi untuk mengatasi masalah bisnis
dapatdiimplementasikan dan dikelola sebagai beberapa proses bertahap atau
beberapa siklusseperti ditunjukkan pada Gambar 5 di bawah ini (O‟Brien, 2005).
Gambar 5. Siklus Pengembangan Sistem Informasi
Pearlson dan Saunder (docs.google.com) menyatakan bahwa
pengaruhsistem informasi pada organisasi yaitu kerangka sederhana untuk
memahami pengaruhSI pada organisasi adalah the information systems strategy
triangle (Gambar 6), kesuksesan dapat diperoleh pada perusahaan yang memiliki
sebuah strategibisnis penolakan (over-ridinginformasi, dan semua keputusan
diambil berdasarkan tujuan bisnis perusahaan.
Gambar 6. The Information Systems Strategy Triangle
Business Strategy
Organizational Strategy Information Strategy
23
Strategi bisnis menjadi pusat yang mengendalikan strategi organisasi dan
strategiinformasi, perubahan pada salah satu strategi akan membutuhkan
penyesuaian agartetap setimbang, dan strategi sistem informasi selalu memiliki
konsekuensi sertadipengaruhi oleh strategi strategi lain yang di terapkan
perusahaan .
2.1.8. Jenis-jenis Sistem Informasi
Menurut O‟Brien (2005), secara konsep aplikasi sistem informasi
yangdiimplementasikan dalam dunia bisnis saat ini dapat diklasifikasikan dalam
beberapa cara. Contohnya, beberapa jenis sistem informasi dapat diklasifikasikan
sebagaisistem informasi operasi atau manajemen seperti di tunjukan pada
Gambar 7.
Gambar 7. Jenis Sistem Informasi
Berdasarkan Gambar 7, dapat dilihat bahwa O‟Brien (2005)
mengklasifikasikan system informasi ke dalam dua kelompok besar, yaitu :
A. Sistem Pendukung Operasi (Operations Support System)
Sistem informasi selalu dibutuhkan untuk memproses data yang
dihasilkan oleh dandigunakan dalam operasi bisnis. Sistem pendukung
operasi semacam ini menghasilkan berbagai produk informasi yang paling
dapat digunakan oleh paramanajer. Pemrosesan lebih jauh oleh sistem
informasi manajemen biasanyadibutuhkan. Peran dari sistem pendukung
24
operasi perusahaan bisnis adalah untuksecara efisien memproses transaksi
bisnis, mengendalikan proses industrial,mendukung komunikasi dan
kerjasama perusahaan, serta memperbarui databaseperusahaan. sistem
pendukung operasi ini dibagi menjadi empat bagian, yaitu :
1) Sistem Pengolahan Khusus atau Specialized Processing System.
2) Sistem Pemrosesan Transaksi atau Transaction Processing Systems.
Merupakan bagian yang penting dari sistem pendukung operasi yang
bertugas mengolah dan merekam data laporan dari transaksi bisnis,
dengan dua prinsipdasar, yakni in batch processing dan in real-time
(online ataupun inline) processing.
3) Sistem Pengendalian Proses (Process Control Systems)
Merupakan sistem yang bertugas mengawasi dan mengendalikan
berbagai proses industrial.Contoh pada penyulingan minyak bumi,
pembangkit listrik,dan sistem produksi baja.
4) Sistem Kerjasama Perusahaan (Enterprise Collaboration Systems)
Merupakan sistem informasi yang berkaitan dengan tim pendukung,
kelompok kerja, peningkatan komunikasi dan produktivitas
perusahaan dan kolaborasimengenai bentuk aplikasinya, dan
otomatisasi pekerjaan. Misalnyamemfasilitasi dalam elektronik mail
untuk mengirim dan menerima pesanelektronik, dan termasuk
menggunakan konferensi video dan lain-lain.
B. Sistem Pendukung Manajemen (Management Support System)
Sistem ini pada hakekatnya muncul ketika aplikasi sistem informasi
berfokus padapenyediaan informasi dan dukungan dalam pengambilan
keputusan yang efektifoleh para manajer. Karena menyediakan informasi
dan memberikan dukungan dalam pengambilan keputusan oleh semua level
manajer dan profesional bisnisadalah tugas yang cukup sulit, maka
diperlukan suatu sistem pendukung operasiyang disebut dengan sistem
pendukung manajemen. Sistem PendukungManajemen dibagi empat bagian
yaitu:
25
1) Sistem Informasi Manajemen (Management Information Systems)
Sistem Informasi ini menyediakan informasi dalam bentuk laporan
dan tampilankepada para manajer dan professional bisnis. Contohnya
kepada manajerpenjualan yang dapat menggunakan informasi melalui
jaringan komputer, danmengakses tampilan tentang keadaan hasil
penjualan produk mereka dan dapatmengakses intranet perusahaan
mengenai laporan analisis penjualan harian,dan sekaligus
mengevaluasi hasil penjualan yang dibuat oleh masing-masing
stafpenjualan.
2) Sistem Pendukung Keputusan (Decision Support Systems)
Merupakan suatu sistem yang memberikan dukungan komputer
secaralangsung kepada seorang manajer dalam proses
pengambilan/pembuatankeputusan. Seorang manajer produksi dapat
menggunakan DSS untukmenentukan berapa banyak produk yang
akan diproduksi seperti padaperusahaan manufaktur, dengan
didasarkan pada perkiraan penjualan dikaitkandengan promosi yang
akan dilakukan, lokasi dan ketersediaan bahan baku yangdiperlukan
dalam memproduksi suatu produk.
3) Sistem Informasi Eksekutif (Executive Information Systems)
Merupakan suatu sistem informasi yang menyediakan informasi
penting dari berbagai sumber internal dan eksternal yang mudah
digunakan oleh paraeksekutif dan manajer. Contohnya eksekutif
puncak dapat menggunakanterminal layar sentuh untuk segera melihat
dan atau menampilkan teks dangrafik yang mencakup bidang-bidang
utama dari suatu organisasi dan daya saingkinerjanya.
4) Sistem Pengolahan Khusus atau Specialized Processing Systems.
26
Menurut O‟Brien (2005), selain jenis sistem informasi di atas, terdapat
beberapajenis sistem informasi lainnya, yaitu sebagai berikut:
1) Sistem Pakar
Sistem berbasis pengetahuan yang menyediakan saran pakar dan
bertindaksebagai konsultan pakar bagi para pemakai. Contoh : penasihat
aplikasi kredit,pengawasan proses, dan sistem pemeliharaan diagnosis
2) Sistem Manajemen Pengetahuan
Sistem berbasis pengetahuan yang mendukung perbuatan, pengaturan,
danpenyebaran pengetahuan bisnis dalam perusahaan. contoh: akses intranet
ke praktik-praktik bisnis terbaik, strategi proposal penjualan, dan sistem
pemecahmasalah pelanggan.
3) Sistem Informasi Strategis
Mendukung operasi dan proses manajemen yang memberi perusahaan
produk, layanan, dan kemampuan strategis sebagai keunggulan kompetitif.
Contoh :perdagangan saham online, penelusuran pengiriman, dan sistem
web ecommerce.
4) Sistem Bisnis Fungsional
Mendukung berbagai aplikasi operasional dan manajerial atas berbagai
fungsibisnis perusahaan. Contoh: sistem informasi yang mendukung
aplikasiakuntansi, keuangan, pemasaran, manajemen operasi, dan
manajemen sumberdaya manusia.
Implementasi Sistem Informasi Manajemen dalam
PerusahaanPerusahaan yang bergerak didalam bidang bisnis apapun apabila
ingin bertahan danberhasil dalam jangka panjang maka perusahaan tersebut
harus berhasilmengembangkan strategi yang telah direncanakan yang
didukung dengan system informasi dan teknologi informasi dalam
menghadapi lima tekanan kompetitif yangmembentuk struktur persaingan
dalam pasar (industri). Dalam model klasik MichaelPorter tentang bisnis
apapun yang ingin bertahan hidup dan berhasil harusmengembangkan dan
27
mengimplementasikan berbagai strategi untuk secara efektifmengatasi
tekanan yang ada. Tekanan tersebut diantaranya adalah :
1. Persaingan dari para pesaing dalam industrinya.
2. Ancaman pemain baru dalam industri dan pasarnya.
3. Ancaman yang dihadapi karena adanya produk pengganti yang dapat
mengambilpangsa pasar.
4. Daya tawar pelanggan.
5. Daya tawar pemasok.
Sejalan dengan perkembangan sistem informasi yang berkaitan dengan
manajemen,pada saat ini telah berkembang aplikasi bisnis yang terkait dengan
manajemenperusahaan sebagai pengembangan dari sistem informasi manajemen
sebagaimana telah dikenal sebelumnya.
Aplikasi bisnis tersebut telah menjadi tren manajemen saatini yang
dimanfaatkan oleh seluruh pelaku bisnis di dunia (Ahmadjayadi, 2008).
Aplikasiaplikasi tersebut memiliki peran yang berbeda dengan dengan sasaran
yang berbedapula. Aplikasi sebagaimana dimaksud adalah:
a. Enterprise Resource Planning
Enterprise Resources Planning (ERP) merupakan aplikasi terpadu yang
memberikan dukungan sistem informasi kepada manajemen dalam hal
pengelolaan sumberdayaperusahaan yaitu keuangan, Sumberdaya Manusia,
dan Logistik. Ketiga sumberdayatersebut akan membentuk sistem informasi
back office bagi perusahaan dalamrangka mendukung kegiatan bisnis
utama. Adapun definsi ERP adalah “ suatu solusiterpadu yang melibatkan
pengelolaan sumberdaya organisasi baik manusia, uang,material dan
manajemen dengan memanfaatkan basis data yang terintegrasisehingga
hanya dibutuhkan satu kali input data untuk setiap transaksi dan
akanberpengaruh dengan fungsi lain didalam modul sistem informasi”. ERP
telah secaraluas dimanfaatkan, dengan beragam solusi yang dibangun dan
ditawarkan olehvendor sistem informasi, hampir 70% perusahaan yang
tergabung dalam fortune500 memanfaatkan ERP sebagai tulang punggung
sistem informasi mereka.
28
b. Supply Chain Management
Supply Chain Management (SCM) merupakan aplikasi terpadu yang
memberikandukungan sistem informasi kepada manajemen dalam hal
pengadaan barang danjasa bagi perusahaan sekaligus mengelola hubungan
diantara mitra untuk menjagatingkat kesediaan produk dan jasa yang
dibutuhkan oleh perusahaan secara optimal.
SCM memiliki keterkaitan secara langsung dengan ERP terutama dari sisi
Logistik Perusahaan, pembelian dan hutang serta manajemen mitra.Adapun
definsi SCM adalah “suatu solusi terpadu yang melibatkan
pengelolaansumberdaya organisasi atas kebutuhan barang dan jasa dan juga
meliputimanajemen para mitra dengan memanfaatkan basis data yang
terintegrasi danbertujuan untuk menjamin terpenuhinya tingkat kebutuhan
material suatuorganisasi”.
c. Customer Relationship Management(CRM)
Customer Relationship Management (CRM) merupakan aplikasi
terpadumemberikan dukungan sistem informasi kepada manajemen dalam
hal hubungankepada pelanggan dengan memiliki keterkaitan yang erat
secara langsung denganERP terutama dari sisi penjualan, serta piutang.
CRM lebih berfokus kepada upayauntuk memahami kebutuhan pelanggan
agar dapat diberikan layanan secara cepatdan tepat.
Adapun definsi CRM adalah “suatu solusi terpadu yang melibatkan
pengelolaansumberdaya organisasi meliputi manajemen para pelanggan
dengan memanfaatkanbasis data yang terintegrasi dan bertujuan untuk
menjamin terpenuhinya tingkat kebutuhan pelanggan akan barang dan jasa
serta meningkatkan kualitas hubunganantara organisasi dengan pelanggan”
d. Enterprise Application Integration
Pada saat implementasi suatu sistem informasi dilakukan seringkali akan
ditemuimasalah yang menyangkut integrasi dengan sistem yang telah ada,
dimana system yang telah ada masih memiliki manfaat yang signifikan
sehingga akan lebih efisien dan efektif bilamana sistem tersebut
29
dipertahankan. Permasalahan lainmenyangkut integrasi sistem informasi
adalah meliputi integrasi beberapa sistemyang berbeda sebagai konsekuensi
pemilihan aplikasi yang berbeda untuk setiapfungsi perusahaan sesuai
dengan kelebihan yang dimiliki oleh masing-masingvendor. Sebagai contoh
diantaranya adalah SAP untuk ERP, Siebel untuk CRM danBaan untuk
SCM.
Biasanya solusi yang dipilih adalah menggunakan interfacing dengan
menggunakanAPI, tetapi hal ini tidak dapat diandalkan terutama untuk
permasalahan sistem yangsangat kompleks. Untuk itu dibutuhkan solusi
aplikasi yang mampu untukmengintegrasikan seluruh sumberdaya sistem
informasi yang berbeda platform.Solusi tersebut dikenal dengan istilah
Enterprise Application Integration (EAI).
Keempat aplikasi sebagaimana dijelaskan diatas akan menjadi tulang punggung
sisteminformasi manajemen perusahaan yang teritegrasi dengan kegiatan
operasionalperusahaan seperti billing system, Network Maintenance System dan
beragam aplikasioperasional lainnya. Aplikasi terakhir selain keempat aplikasi
bisnis sebagaimanadimaksud diatas adalah Decision Support System (DSS),
sebagai muara dari keseluruhsistem yang bertujuan untuk memberikan dukungan
sistem informasi kepadamanajemen perusahaan dalam rangka pengambilan
keputusan. DSS akan menjadiaplikasi terminasi dari alur informasi yang terjadi
mulai dari transaksi hinggapengambilan keputusan ditingkat manajemen puncak
perusahaan (Ahmadjayadi, 2008).Gambaran hubungan diantara keempat aplikasi
sebagaimana dijelaskan diatas dalamkaitannya dengan Decision Support
Systemdijelaskan didalam Gambar 8.
30
Gambar 8. Kerangka hubungan diantara aplikasi bisnis
Menurut Ahmadjayadi (2008), tujuan utama yang ingin dicapai melalui
pemanfaatanteknologi dan sistem informasi diantaranya adalah :
1. Peningkatan kualitas produk dan layanan;
2. Mempercepat dan mengefektifkan proses bisnis perusahaan;
3. Meningkatkan efisiensi;
4. Meningkatkan produktifitas dan kualitas SDM.
Lebih lanjut lagi, Ahmadjayadi (2008) menjelaskan bahwa dalam arti sebenarnya
sasaranyang ingin dicapai melalui implementasi teknologi dan sistem informasi
adalah gunamenjawab tantangan yang dihadapi oleh perusahaan terutama dalam
rangkamenghadapi era pasar bebas yaitu:
1. Kepuasan konsumen;
2. Good Corporate Governance;
3. Peningkatan Bisnis;
4. Optimalisasi Proses Bisnis;
5. Kemitraan;
6. SDM
31
Guna mencapai sasaran yang ingin dituju, dibutuhkan suatu sistem informasi yang
memenuhi kriteria-kriteria sebagaimana dijelaskan sebagai berikut (Ahmadjayadi,
2008):
1. Reliability, Availability;
2. Transparancy, Accuracy;
3. Scalability
4. Optimalisasi
5. Reusability
6. Flexibility, Interoperability
7. Integrasi
8. Field Proven
9. Best Practise
10. Knowledge Enhancement
11. Competency Match
Seluruh kriteria sebagaimana dijelaskan diatas akan menjadi tolok ukur penilaian
apakahsuatu aplikasi dapat memberikan manfaat sebagaimana yang diharapkan
oleh pihakmanajemen perusahaan (Ahmadjayadi, 2008).
Dalam menetapkan strategi implementasi sistem informasi pada
manajemenperusahaan, menurut Ahmadjayadi (2008), manajemen perusahaan
perlumemperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Manajemen perubahan perlu untuk diterapkan mengingat bahwa
penerapansuatu sistem yang baru akan mengubah proses bisnis yang selama ini
berjalan.Faktor sumberdaya manusia akan menentukan keberhasilan
implementasisistem informasi;
b. Fokus utama yang harus dikembangkan terlebih dahulu adalah back
officeperusahaan, dalam hal ini ERP harus dikembangkan terlebih
dahuludibandingkan SCM dan CRM. Hal ini disebabkan oleh adanya suatu fakta
bahwamuara seluruh transaksi adalah di ERP, khususnya berkaitan dengan
masalahkeuangan;
11
32
c. Integrasi sistem informasi akan menjadi perhatian yang sangat penting, hal
iniguna mencegah pengembangan sistem yang tidak terarah, sendiri-sendiri dan
mengakibatkan pulau-pulau informasi yang pada ujungnya akan berakibatkepada
kegagalan pengembangan sistem informasi itu sendiri. Pemanfaatanteknologi
yang telah ada pada saat ini sekiranya dapat membantu untukmemecahkan
persoalan integrasi yang selama ini selalu menjadi momok yangmenakutkan.
2.2. Kajian dan Penelitian Terdahulu
Islam diturunkan ke muka bumi tidak hanya menjadi pedoman bagi
umat, melainkan ia diturunkan sebagai pelindung dan pedoman bagi seluruh
umat. Diyakini bahwa Agama Islam bukanlah pada ruang yang kosong
melainkan, ia langsung berkumpul dan berinteraksi dengan budaya di mana
Agama Islam tersebut berkembang. Perkawinan merupakan hal yang sakral
dan diagungkan oleh keluarga yang melaksanakannya. Perkawinan
merupakan perpaduan instink manusiawi antara laki-laki dan perempuan di
mana bukan sekedar memenuhi kebutuhanjasmani, lebih tegasnya
perkawinan adalah suatu perkataan untuk menghalalkan hubungan kelamin
antara laki-laki dan perempuan, dalam rangka mewujudkan kebahagiaan
berkeluarga yang diliputi rasa ketentraman serta kasih sayang dengan cara
diridhoi oleh Allah SWT. Sebagai firman Allah SWT yang artinya
"Dan diantara tanda-tanda (Kemaha Besaran)-Nya adalah bahwa dia
menciptakan jodoh-jodohmu sendiri agar merasa tenang bersama mereka
dan Dia menciptakan rasa cinta kasih diantara kamu. Sesungguhnya di
dalam hal itu terdapat tanda-tanda kemaha besaran Allah SWT bagi orang-
orang yang mau berfikir”
Menurut Supadi, 2007 sesuai dengan tabel dibawah Faktor terbesar
terjadinya perceraian disebabkan oleh suamimeninggalkan tanggung jawab
sebagai suami, dimana responden mengakusebanyak 25 (100%) responden.
Selain itu, penyebab perceraian karena tidakada pemenuhan kebutuhan
ekonomi sebanyak 24 (96%) responden dansisanya ada pemenuhan, itupun
dalam keadaan tidak menentu dan jugapenyebab meninggalkan kewajiban
33
karena kawin paksa, hal ini dialami 1 (4%)responden dari 25 (100%)
responden.
Tabel 2. Faktor-faktor Penyebab Perceraian
34
Di dalam mengarungi kehidupan rumah tangga ternyata suami mengalami krisis
akhlak. Hal ini dirasakan 9 (36%) responden dan kadang kala 5 (20%) responden.
Selain itu juga suami mengalami cemburu yang berlebihan, sehingga tidak
proporsional. Hal ini dialami 5 (20%) responden dan ada juga yang tidak menentu
15 (60%) responden. Tidak terjadi perceraian disebabkan krisis moral karena
poligami tidak sehat, hal ini sesuai jawaban 25 (100%) responden. Perselisihan di
dalam berumah tangga hal yang wajar asalkan sesuai kolidor atau sewajarnya,
apabila tidak pada kolidor, maka akan terjadi perceraian. Adapun perselisihan
yang tidak proporsional ini sering terjadi karena ada faktor gangguan pihak ketiga.
Hal ini dialami 18 (72%) responden dan juga kadang kala 1 (4%) responden,
sisanya tidak. Selain itu juga karena tidak ada keharmonisan dianatra keduanya.
Hal ini dialami 16 (24%) responden. Kadang kala 4 (16%) responden dan sisanya
tidak. Selain factor gangguan pihak ketiga dan tidak ada keharmonisan, ada juga
35
penyebab perselisihan yaitu masalah cacat biologis dan politis. Dari jawaban
responden dalam masalah cacat biologis dan politis tidak ada responden yang
mengalaminya. Perkawinan di bawah umur menyebabkan terjadinya perceraian,
hal ini atas jawaban 6 (24%) responden dan sisanya tidak. Selain itu juga factor
penganiayaan, hal ini sering apabila percekcokan yang tidak bisa dihindari. Hal ini
dialami 5 (20%) responden, juga tidak menentu dialami 6 (24%) responden dan
sisanya tidak. Suami dihukum pidana atau dipenjara juga menyebabkan tidak
harmonis keluarga, tetapi tidak dialami para responden.
Menurut Sugiarti dan Saryadi 1998, terdapat hubungan antara perilaku seks
dengan keinginan untuk menikah, dengan demikian orang mengambil keputusan
untuk menikah karena alasan kebutuhan biologis. Demikian pula perselingkuhan
adalah penyebab keputusan dikeluarknnya perceraian.
Menurut Iksal Yanuarsyah (2005) : Penggunaan DSS (Decision Support System)
dapat juga di gabungkan dengan lakukan Web Based sehingga memudahkan
dalam input data maupun reporting. Penggunaan web juga memberikankan user
interface bagi klien.
Gambar 9. Arsitektur sistem desain menggunakan web (Yanuar 1, 2005 )
Penerapan Model Pasar Potensial digunakan untuk menentukan area pasar
potensial dari minyak atsiri. Model ini menggunakan metode AnalyticalHierarchy
Process (AHP). Hasil dari AHP menunjukkan Amerika memiliki prioritas utama
dalam pasar prospektif dengan bobot 0,389 diikuti oleh Eropa dengan bobot 0,326
yang memiliki porsi kedua terbesar diikuti Asia pasifik dan Timur Tengah. Model
36
model lain pada penerapan DSS dapat juga menggunakan metode perbandingan
eskponensial (MPE) (Kusma Ratih dan Marimin 2011).
Munurut Evi Gusmayanti (2003), sistem penunjang keputusan WDSS membantu
para pengambil keputusan untuk menentukan lokasi pengembangan tanaman
gandum yang optimum.Sistem ini bersifat interaktif dalam menentukan scenario
penanam, penetuan criteria dan pembobotan masing-masing criteria sehingga
pengambil keputusan dapat membandingkan hasilnya. Tampilan dalam bentuk
tabel, grafik dan peta dapat membantu pengambil keputusan untuk
membandingkan hasil simulasi.
2.3. Kerangka Pemikiran Konseptual
Dengan pendekatan sistem, pada penelitian ini dikembangkan suatu model
mengenai sistem pendukung keputusan cerdas (SPKC) untuk membantu proses
penyeleksian pasangan hidup yang sesuai dengan harapan para pencari jodoh pada
Biro Jodoh Taaruf XYZ.
Identifikasi komponen sistem merupakan tahapan awal dalam merancang SPKC.
Secara detil komponen sistem dibentuk atas beberapa hal yaitu:
a). Peserta Jodoh, yang terlibat sebagai subyek maupun obyek dari proses sistem.
b). Penilai Jodoh, pihak-pihak yang menilai Peserta Jodoh berdasarkan sudut
pandang kepribadian. Dapat terdiri dari seorang penilai atau lebih.
c). Dimensi Penilaian, meliputi aspek identitas dan kepribadian. Aspek dimensi
identitas yang dinilai terdiri atas kriteria:
- Identitas personal, yaitu nama lengkap, jenis kelamin, tanggal lahir, alamat
tinggal.
- Identitas penampilan, yaitu tinggi badan, berat badan, jenis rambut, warna
rambut, panjang rambut, warna mata, bentuk tubuh, pengguna kacamata,
penyandang cacat.
- Identitas kultur budaya, yaitu agama, sekte, etnik, bahasa, pendidikan
terakhir, merokok, minum alkohol.
37
- Identitas hobi dan minat, yaitu jenis hiburan, jenis olahraga, jenis makanan,
bakat.
- Identitas keluarga, status perkawinan, jumlah anak, usia anak tertua, usia
anak termuda, status tinggal (permanen, kontrak).
- Identitas pekerjaan, tipe pekerjaan (permanen, kontrak), jabatan, pendapatan
pertahun.
Sedangkan aspek dimensi kepribadian merupakan pendekatan kualitatif yang
meliputi kriteria,
- Ketrampilan berkomunikasi, menunjukan seberapa baik dapat
berkomunikasi dengan orang lain.
- Keterampilan hubungan sosial dengan sesama, menggambarkan hubungan
dengan kerabat, tetangga, dan orang lain.
- Karakter personal, meliputi sifat rendah hati, ramah, penyayang, tanggung
jawab, ceria, jujur, membicarakan perihal orang lain.
- Kemampuan mengendalikan emosi.
- Keterbukaan diri dalam menghadapi masalah.
- Religiusitas, meliputi komitmen dan konsistensi dalam menjalankan
keyakinannya.
Aspek dimensi identitas diproses melalui Sub-sistem 1 dengan seleksi
kondisional yang ditentukan. Hasil tersebut dilanjutkan ke proses pada Sub-sistem
2 untuk ditentukan individu mana yang sesuai dengan kepribadian yang
diharapkan.
Kinerja SPKC diukur untuk menilai seberapa tinggi tingkat keberhasilan
perjodohan dalam menyediakan rekomendasi pilihan yang sesuai bagi pengguna.
Verifikasi dan validasi terhadap sistem SPKC ini dilakukan untuk menguji
kehandalan dari model sistem yang dikembangkan dengan mengambil studi kasus
yang terjadi pada Biro Jodoh Taaruf XYZ.
38
Gambar10. Langkah-langkah Pelaksanaan Penelitian
Studi Kasus Biro Jodoh Taaruf XYZ
Sub-sistem 1: Conditional filtering Sub-sistem 2: AHP dengan
Consistency Ratio Geometric Means
untuk penggabungan pendapat para Penilai Jodoh
Kesimpulan dan
Saran
Studi Pustaka Wawancara
Tujuan:
Menghasilkan model Sistem Penunjang
Keputusan Cerdas untuk Biro Jodoh Taaruf
Identifikasi Komponen Sistem:
Peserta Jodoh
Dimensi Penilaian Jodoh
Kriteria Penilaian Jodoh
Penilai Jodoh
Metode SPK
Rancang Bangun Model SPK Biro Jodoh Taaruf:
Kinerja Perjodohan Taaruf
Sub-sistem 1:
Seleksi Identitas
(Hard-profiles)
Sub-sistem 2:
Seleksi Kepribadian
(Soft-profiles)
Verifikasi dan Validasi
Sistem