BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jamur - UMP Digital Library ... · Jamur adalah suatu kelompok jasad...
-
Upload
trankhuong -
Category
Documents
-
view
228 -
download
0
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jamur - UMP Digital Library ... · Jamur adalah suatu kelompok jasad...
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Jamur
Jamur adalah suatu kelompok jasad hidup yang menyerupai tumbuhan
karena mempunyai dinding sel, tidak bergerak, berkembang biak dengan
spora, tetapi tidak mempunyai klorofil. Jamur tidak mempunyai akar, batang,
daun dan sistem pembuluh seperti pada tumbuhan tingkat tinggi. Umumnya
jamur berbentuk benang, bersel banyak, dan semua bagian jamur tersebut
memiliki potensi untuk tumbuh. Setiap lembar benang disebut hifa, dan
kumpulan hifa dinamakan miselium. Diameter hifa berkisar antara 0,5 – 100
mikron atau lebih (Rukmana,1997).
Jamur merupakan golongan organisme yang penting dari golongan-
golongan populasi dalam tanah, tersebar secara luas. Terkadang bentuk jamur
tertentu merupakan karaktristik dari suatu tipe tanah sebagai medium alami.
Jamur sangat sensitif terhadap tanah-tanah kering, sehingga pada tanah yang
kering kandungan fungi (jamur) lebih sedikit (Sutejo, 1991).
Berdasarkan kenampakannya jamur dibedakan menjadi 3 yaitu khamir
(yeast), kapang (mold), dan cendawan (mashroom). Jamur kecuali khamir
pada keadaan biasa mempunyai badan yang terdiri dari benang-benang hifa
(miselium) dan spora. Hifa tersebut ada yang bersekat-sekat atau tidak, dan
ada yang bercabang-cabang atau tidak. Hifa yang bersekat ada yang berinti
satu dan ada yang berinti dua atau lebih (Pelezar, 1988). Khamir dalam
7
keadaan biasa berbentuk uniseluler, seperti Sacchar; Candida, dan Hansenula.
Kapang adalah jamur yang membentuk bulu-bulu halus pada permukaan
substrat, seperti Rhizopus, Botrytis, dan Choanephora. Cendawan adalah
jamur yang banyak membentuk tubuh buah yang besar, misalnya Lycoperdon
(jamur kelentos), Volvariella (jamur merang) dan Auricularia (jamur kuping)
(Semangun, 1996).
Jamur parasit mempunyai hifa yang ektofitik dan endofitik. Hifa yang
ektofitik berada pada permukaan tanaman inang, biasanya berwarna keputih-
putihan, halus, menyerupai sarang laba-laba, atau berwarna hitam atau coklat,
membentuk jalinan tidak teratur. Miselium yang endofitik berada di dalam
jaringan tanaman inang dan dapat tumbuh secara interseluler (di antara sel)
atau intraseluler (masuk ke dalam sel) (Rukmana, 1997).
Peran ekologi dari jamur yaitu dalam dinamika air/drainase, siklus hara
dan pengendalian penyakit. Bersama dengan bakteri, jamur berperan penting
dalam proses dekomposisi pada rantai makanan di tanah. Jamur dapat
mengkonversi bahan organik menjadi bahan yang dapat dimanfaatkan oleh
organisma lain. Hifa jamur secara fisik berfungsi sebagai perekat pada agregat
tanah sehingga dapat memperbaiki stabilitas agregat tanah. Berdasarkan arti
pentingnya di alam yang telah disebut di atas maka jamur secara fungsional
dikelompokan sebagai patogen atau parasit, perombak (decomposer) dan
mutualis.
Terdapat beberapa spesies jamur yang merugikan antara lain yang
merusak organ-organ tanaman, yaitu Cercospora oryzae merusak daun pada
8
tanaman padi, dan Aspergillus parasiticus merusak selaput tongkol jagung.
Perusakan tersebut karena terjadi proses menghambat pengangkutan zat cair
dan garam mineral, mengganggu proses fotosintesis dan pengangkutan
hasilnya. Perusakan dapat terjadi sejak di pertanaman hingga di tempat
penyimpanan hasil pertanian. Jamur dapat merusak akar, batang, daun, bunga,
buah, dan biji tanaman (Rukmana, 1997).
2.2 Kapang Rhizoctonia solani Khun
2.1.1 Deskripsi
Kapang Rhizoctonia solani Khun termasuk kedalam divisio
Amastigonicota, subdivisio Deuteromycotina, kelas Deuteromycetes,
subkelas Hyphomycotidae, ordo Agonomycetaceae dan genus Rhizoctonia
(Alexopoulus & Mims, 1979).
Kapang Rhizoctonia solani mempunyai banyak sinonim, baik tingkat
imperfect (Anamorph) maupun tingkat perfek (Theleomorph) (Walker,
1975). Sinonim Rhizoctonia solani Khun (1858) tingkat imperfek antara lain:
Rhizoctonia rapae West (1852), Rhizoctonia betae Eidam (1887). Tingkat
perfek Rhizoctonoa solani Khun adalah Thanatephorus cucumeris (frank)
Donk (1954) dengan sinonim antara lain: Hypochnus filamentosus Pat,1891;
Hypochnus solani Prill & Del, 1891; Corticium broteosum Bres, 1903;
Corticium solani (Prill & Del) Bourd &Galz, 1911; Corticium praticola
Kotila, 1929; Botryobasidium solani (Prill & Del) Donk.1931; Corticium
Microsclerotia Weber,1939; Corticium aerolatum Stahel, 1940; Pellicuralia
9
filamentosa (Pat) Rogers, 1943; Thanatephorus praticolus (Kotila) Flantje,
1963.
Kapang Rhizoctonia solani Khun yang menyebabkan penyakit hawar
upih daun pada tingkat perfect (Theleomorph), yaitu Thanatephorus
cucumeris (Frank) Donk. Jamur R. solani umumnya terdapat dalam tanah.
Jika lingkungan mendukung pertumbuhan, jamur menyerang tanaman padi
muda dan padi dewasa.
Kapang Rhizoctonia solani Khun mempunyai hifa yang bersifat hialin
pada saat masih muda, kemudian berubah warna menjadi coklat kekuningan
setelah tua. Hifa bercabang membentuk sudut hampir tegak lurus,
mempunyai sel-sel panjang berdiameter 8-12 μm. Pada keadaan lingkungan
yang mendukung perkembangan penyakit, maka akan terbentuk gumpalan
massa hifa R. solani yang masih muda dan berwarna putih, kemudian
berubah warna menjadi coklat sampai hitam setelah tua. Ukuran sklerotia
bervariasi berkisar 2-5 μm, bentuk tidak beraturan (Ou,1972; Walker,1975
dalam Pramondari, 2008).
Kapang Rhizoctonia solani Khun merupakan jamur polifag dan umum
terdapat dalam tanah. Biasanya jamur menyerang tumbuhan yang masih
muda, menyebabkan penyakit rebah semai. Pada waktu pagi di sekitar
tanaman terdapat benang-benang seperti rumah laba-laba dengan tetes-tetes
embun yang bergantungan. Kapang R. solani sering menyerang daun-daun di
dekat tanah, menyebabkan hawar daun atau bercak daun yang lebar. Di
daerah beriklim sedang diketahui bahwa jamur membentuk basidiospora dan
10
di determinasi sebagai Corticium vagum, kemudian sebagai Thanatephorus
cucumeris (Semangun,1996).
2.2.2 Siklus Hidup Rhizoctonia solani
Kapang Rhizoctonia solani Khun mempunyai dua siklus hidup, yaitu
siklus hidup tingkat imperfek dan tingkat perfect. Pada tingkat imperfek,
R. solani hanya membentuk miselia dan sklerotia. Pada tingkat perfek
(Thanatephorus cucuimeris) menghasilkan basidiospora yang dibentuk dalam
basidium. Pada tingkat perfek basidium mengalami peleburan (anastomosis),
kemudian dilanjutkan dengan fertilisasi sehingga akan terbentuk miselium
dikarotik (n + n). Miselium tersebut terus berkembang dan akan membentuk
zigot yang menghasilkan empat buah basidiospora masing-masing berinti
haploid (n) (Angrios,1996).
2.2.3 Gejala Penyakit yang Ditimbulkan oleh Rhizoctonia solani
Penyakit yang ditimbulkan oleh R. solani disebut dengan hawar.
Umumnya R. solani menyerang tanaman padi, sehingga disebut dengan
hawar padi. Gejala penyakit hawar padi adalah sebagai berikut, timbul bercak
pada pelepah daun terutama terdapat pada selubung daun. Bila kondisi
lembab bercak tersebut dapat terjadi di daun. Awalnya bercak tampak coklat
kemerahan lalu menjadi putih kelabu dengan pinggiran berwarna coklat.
Bercak berbentuk bulat lonjong dan akhirnya menyebar secara meluas.
Ukuran bercak dapat mencapai panjang 2-3 cm. Pada kondisi yang
memungkinkan untuk perkembangan penyakit tersebut, pelepah daun dapat
menjadi busuk sehingga mempengaruhi pembentukan biji (bila serangan
11
terjadi sebelum bulir berisi) dan menyebabkan tanaman mati. Biasanya
gumpalan benang-benang jamur dapat dijumpai pada pelepah yang terinfeksi
hawar (Harahap & Tjahjono,1992).
2.2.4 Siklus Penyakit
Kapang Rhizoctania solani Khun dikenal sebagai patogen yang dapat
bertahan hidup dalam tanah (soil-borne) dalam bentuk sklerotia atau miselia
istirahat (Angrios, 1988; Endo, 1930; Harahap & Tjahjono, 1992). Pada tanah
kering sklerotia R. solani dapat bertahan selama 21 bulan (Endo,1931) dan
pada tanah basah sklerotia jamur ini dapat bertahan hidup selama 130 hari
sedangkan bila pada tanah yang ketersedian airnya berada di kedalaman
sekitar 7 cm dari permukaan tanah dapat bertahan hidup hingga 224 hari
(Park and Bertus, 1932). Jamur R. solani bertahan pada bagian tanaman
seperti biji dan umbi. Jamur juga dapat terbawa oleh benih (seed borne). Pada
kondisi yang mendukung perkembangbiakan penyakit, sklerotia atau miselia
sterilia dari R. solani mampu berinteraksi dengan tanaman inang
(Walker,1975). Bila patogen tersebut berhasil masuk ke dalam jaringan
tanaman inang dan berkembang biak akan menyebabkan proses fisiologi
tanaman inang terganggu. Setelah melakukan infeksi, patogen ini akan segera
menyebar keseluruh bagian tanaman dan bertahan hidup pada tempat yang
sama dalam waktu yang lama (Angrios,1988 dalam Julianto & Maryanto,
2003).
12
2.3 Kapang Aspergillus
Ciri-ciri spesifik Aspergillus adalah hifa septat dan miselium bercabang,
sedangkan hifa yang muncul di dalam permukaan umumnya hifa fertile.
Koloni berkelompok dengan konidiofora septat atau nonseptat, muncul dari
“foot cell” yakni miselium yang membengkak dibagian pangkal dan
berdinding tebal. Konidiofora membengkak menjadi fesikel pada ujungnya,
membawa sterigmata dimana tumbuh konidia. Konidia membentuk rantai
yang berwarna hijau, coklat atau hitam. Sterigmata atau filadia biasanya
sederhana, berwarna atau tidak berwarna. Beberapa spesies tumbuh baik pada
suhu 37ºC atau lebih, habitat pada udara, dalam tanah dan lingkungan
perairan, tahan pada lingkungan dengan kelembaban rendah dan suhu ekstrim
(Waluyo, 2007).
Kapang Aspergillus bersifat saprofit dan dapat menghasilkan
mikotoksin yang menyebabkan kerusakan pada biji dan benih tanaman biji-
bijian. Mampu melapukan produk-produk pertanian dan makanan kering yang
disimpan dalam gudang. Peranan menguntungkan dari kapang Aspergillus
antara lain, menghasilkan antibiotika penisilin yang bermanfaat (penisilium
notatum), digunakan dalam fermentasi makanan (alkohol) dan pembuatan
bahan pengawet (asam sitrat) contohnya Aspergillus niger. Peran
merugikannya adalah menyebabkan kerusakan pada tanaman (A. flafus, A.
parasiticus), mampu mendekomposisi bahan seperti kayu, cat, tekstil dan kulit
(Majid, 2009).
13
2.3.1 Kapang Aspergillus fumigatus
2.3.1.1 Deskripsi
Kapang Aspergillus fumigatus termasuk ke dalam divisio Ascomycota,
kelas Ascomycetes, ordo Euritiales, famili Eurotiaceae, genus Aspergillus.
Sinonim Neosartoya fumigata (Landscker & Moore, 1996)
2.3.1.2 Karaktristik Kapang Aspergilllus fumigatus
Kapang Aspergillus fumigatus adalah jamur saprotrophic yang tersebar
luas di alam, biasanya ditemukan di dalam tanah dan pembusukan organik
seperti timbunan kompos, dan memainkan peran yang penting dalam daur
karbon dan nitrogen. Koloni dari jamur menghasilkan ribuan konidia abu-abu-
hijau permenit (2-3 μm) dari konidiospora yang siap tersebar di alam. A.
fumigatus mempunyai genom haploid, dengan tidak mengalami siklus
seksual. A. fumigatus bereproduksi dengan pembentukan konidiospora yang
dilepaskan ke dalam lingkungan (Marvel, 2007).
Morfologi mikroskopik dari Aspergillus fumigatus adalah, hifa
bersepta dan hialin, serta umumnya fertil. Konidiofor berdinding halus dan
tebal, bersepta, membengkak dibagian ujung (disebut vesikula) membawa
sterigma dimana tumbuh konidia, tidak berwarna, panjang dapat mencapai 300
µm. Vesikula berbentuk kubah yang berdiameter 20-30 µm. Konidia
membentuk rantai yang berwarna hijau, coklat, atau hitam dan permukaan
halus (Raper et al., 1977).
Pertumbuhan isolat PN3 (Aspergillus fumigatus) yang ditumbuhkan
pada medium PDA selama 7 hari berdiameter 8,78 cm. warna koloni hijau
14
abu-abu dengan permukaan rata dan tekstur granular halus seperti tepung.
Koloni jamur membentuk daerah pertumbuhan (growing zone), membentuk
lingkaran konsentrasi (zonasi) dan tidak membentuk celah radial koloni
(radial furrow). Warna sebalik koloni (reserve of colony) putih coklat, tidak
membentuk sklerotia dan terdapat butiran air (exudate drop) (Pramondari,
2008).
Penelitian yang telah dilakukan oleh Pramondari 2008 kapang
Aspergillus fumigatus isolat PN3 mampu menghambat pertumbuhan
Rhizoctonia solani. Antagonisme yang terjadi antara dua kapang tersebut yaitu
hiperparasitisme.
2.3.2 Kapang Aspergillus niger
2.3.2.1 Deskripsi
Aspergillus niger termasuk dalam divisio Deutromiotos, kelas
Deutromycetes, ordo Moniliales, famili Miniliaceae, genus Aspergilus
(Landscker & Moore, 1996)
2.3.2.2 Karaktristik Kapang Aspergillus niger
Kapang Aspergillus niger dapat tumbuh dengan cepat, diantaranya
digunakan secara komersial dalam produksi asam sitrat, asam glukonat dan
pembuatan beberapa enzim seperti amilase, pektinase, amiloglukosidase dan
sellulase. Kapang A. niger dapat tumbuh pada suhu 35ºC-37ºC (optimum),
6ºC-8ºC (minimum), 45ºC-47ºC (maksimum) dan memerlukan oksigen
yang cukup (aerobik). Kapang A. niger mempunyai kepala pembawa konidia
yang besar yang dipak secara padat, bulat dan berwarna hitam, coklat-hitam
15
atau ungu-coklat. Konidianya kasar dan mengandung pigmen. Kebanyakan
galur dalam grup ini mempunyai sklerotia yang berwarna abu-abu sampai
hitam (Fardiaz, 1992).
Pertumbuhan isolat PN4 (Aspergillus niger) yang ditumbuhkan pada
medium PDA selama 7 hari berdiameter 8,30 cm. Warna koloni hitam dengan
permukaan rata dan tekstur granular kasar. Koloni jamur membentuk daerah
pertumbuhan (growing zone), membentuk lingkaran konsentrasi (zonasi) dan
membentuk celah radiakal koloni (radial furrow). Warna sebalik koloni
(reserve of colony) putih kuning, tidak membentuk sklerotia dan terdapat
butiran air (exudate drop) (Pramondari, 2008).
Aspergillus niger adalah salah satu jamur yang paling umum dari jenis
genus Aspergillus. Ada yang menyebabkan penyakit yang disebut black mold
pada beberapa buah-buahan dan sayuran seperti anggur, bawang, dan kacang
tanah, dan merupakan kontaminant makanan. Jamur ini tersebar luas di dalam
tanah dan umumnya dilaporkan dari lingkungan (Semanggun, 1996).
Penelitian yang dilakukan oleh Pramondari 2008 kapang Aspergillus
niger isolat PN4 mampu menghambat pertumbuhan Rhizoctonia solani.
Dilaporkan juga bahwa antagonisme juga terjadi antara A. niger terhadap
Fusarium oxysporum. Dimana A. Niger dalam pertumbuhannya menyelubungi
Fusarium oxysporum (Shahzad, 1994).
16
2.4 Mekanisme penghambatan mikroorganisme
Mekanisme dari penghambatan mikroorganisme antagonis dengan
mikroorganisme patogen dapat terjadi melalui beberapa hal diantaranya:
1. Kompetisi, adalah persaingan antara dua atau lebih mikroorganisme dalam
mendapatkan nutrisi, oksigen dan ruang tumbuh,
2. Salah satu mikroorganisme menciptakan kondisi lingkungan yang tidak
cocok untuk pertumbuhan mikroorganisme lain seperti perubahan media
menjadi asam,
3. Parasitisme, mikroorganisme yang hidupnya mengambil nutrisi dari
organisme lain.
Sifat antagonisme antara dua mikroorganisme yang tumbuh berdekatan
pada suatu media akan terdapat satu atau lebih kondisi sebagai berikut
(Johnson & Curl,1972 dalam Julianto & Maryanto, 2003):
1. Zona penghambatan terbentuk diantara dua koloni. Agen antagonis terus
tumbuh atau terhenti pertumbuhannya. Bila pertumbuhan agen antagonis
terhenti, berarti menunjukan adanya antagonisme mutualistik (saling
menghambat),
2. Setelah dua koloni bertemu, hifa jamur patogen mati dan hancur,
sementara agen antagonis terus tumbuh. Bila agen antagonis yang
digunakan dalam pengujian adalah bakteri berarti antagonisme yang
terjadi adalah lisis oleh bakteri,
3. Pengempisan koloni jamur patogen uji pada bagian yang berkaitan dengan
koloni agen antagonis,
17
4. Perubahan bentuk koloni patogen uji dibandingkan kontrol pada media
dimana mikroorganisme tersebut ditumbuhkan sendirian,
5. Terhambatnya salah satu mikroorganisme setelah kontak, mikroorganisme
yang lain terus tumbuh atau memperlambat pertumbuhannya setelah
melawan koloni mikroorganisme yang dihambat,
6. Kedua mikroorganisme saling menghambat setelah kontak diantara kedua
koloni membentuk zona penghambatan,
7. Penghambatan oleh salah satu mikroorganisme pada suatu jarak tanpa
terjadi kontak, agen antagonis tetap tumbuh melewati zona kosong yang
terbentuk meskipun dengan pertumbuhan lebih lambat,
8. Kedua mikroorganisme saling menghambat tanpa terjadi kontak, diantara
kedua koloni mikroorganisme tersebut terbentuk zona kosong.
Karaktristik penghambatan antara kapang antagonis terhadap kapang
patogen secara fisik dapat dilakukan dengan cara penggulungan (coilling),
mengait (hooks) dan appressorium (Elad et al., 1982) (Gambar 2.1).
Appressorium yaitu hifa jamur parasit yang menerobos masuk ke inang
(Omero et al., 2007).
18
Gambar 2.1 Scanning micrograf elektron dari Trichoderma spp yang berinteraksi dengan R. solani. A. Hifa Trichoderma hamatum yang menggulung (coiling) hifa R. solani (X1,700). B. Hifa T. hamatum yang mengait (hooks) hifa R. solani (X1,800). C. Struktur Appressorium yang dibentuk oleh T. hamatum pada hifa R. solani (X8,300). (Sumber: Omero et al., 2007).
A
B
C