BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kompositrepository.ub.ac.id/3781/2/BAB II.pdf · Fungsi dari bahan...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kompositrepository.ub.ac.id/3781/2/BAB II.pdf · Fungsi dari bahan...
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Komposit
Komposit didefinisikan sebagai jenis bahan baru hasil rekayasa
yang terdiri dari dua atau lebih bahan dimana sifat masing-masing
bahan berbeda satu sama lainnya baik itu sifat fisika maupun kimianya
dan tetap terpisah dalam hasil akhir bahan tersebut. Bahan baru
(komposit) ini memiliki sifat dan karakteristik yang berbeda dari
material penyusunnya (Jones, 1975).
Komposit pada tingkat struktur mikro didefinisikan sebagai
material yang terdiri dari gabungan dua atau lebih kristal, dengan
struktur molekul atau fase yang berbeda (Schwartz, 1984).
Komposit pada tingkat stuktur makro hanya berhubungan
dengan bentuk atau unsur pokok dari struktur yang besar, seperti
matrik dan partikel atau serbuk sehingga pemikiran mengenai
komposit adalah sebagai sistem material yang berasal dari campuran
unsur pokok makro yang berbeda (Schwartz, 1984)
Komposit hibrid merupakan komposit yang terbuat dari
gabungan dua atau lebih pengisi dan matrik yang membentuk satu
kesatuan struktur dalam skala makroskopik. Efek hibrid menentukan
apakah campuran serat penguat yang dipilih sesuai dengan jenis
matrik yang digunakan dalam pembuatan komposit hibrid. Efek hibrid
positif berarti penggabungan kedua jenis serat memberikan kontribusi
pada sifat mekanik dan campuran serat penguat yang dipilih sesuai
dengan matrik yang dipilih. Jika efek hibrid negatif berarti campuran
serat yang dipilih tidak memberikan kontribusi terhadap sifat
mekanik. Terdapat kecenderungan hanya satu jenis serat saja yang
dominan memberikan kontribusi terhadap sifat mekanik (Sulaiman,
2007).
2.1.1 Material penyusun komposit
Dalam sistem komposit diperlukan dua macam material yang
digunakan sebagai penyusun. Komponen penyusun komposit tidak
saling melarutkan ataupun bergabung satu sama lain dengan
sempurna, akan tetapi bertindak bersama-sama (Schwartz, 1984).
6
a. Penguat (filler)
Material penguat atau filler pada komposit berperan sebagai
penahan bahan jika pada sistem komposit dikenai bahan kerja.
Penguat mempunyai sifat kurang elastis tetapi lebih kuat. Fungsi dari
bahan penguat adalah (Mazumdar, 2002):
1. Sebagai penanggung beban utama pada komposit.
2. Memberikan kekuatan, kekakuan dan sifat struktur lainnya dalam
komposit.
Terdapat tiga jenis komposit berdasarkan material penguatnya yaitu:
a. Komposit dengan penguat berbentuk partikel (particulate
composite).
b. Komposit dengan penguat berbentuk serat (fiber composite).
c. Komposit struktur, yakni cara penggabungan material komposit
berbentuk laminat atau panel (structural composite).
partikel fiber struktur
Berdasarkan ketiga kelompok tersebut, jenis komposit yang akan
dibuat pada penelitian ini adalah komposit dengan material penguat
(filler) fiber atau serat (fiber composite). Serat yang digunakan adalah
serat alam yaitu serat kenaf dan serat pisang jenis abaka.
Gambar 2. 1 Ilustrasi komposit berdasarkan jenis
penguat (Pramono, 2008)
7
Gambar 2. 2 Pembagian komposit berdasarkan jenis penguat
(Pramono, 2008)
Komposit fiber adalah komposit yang terdiri dari fiber dalam
matrik. Komposit fiber merupakan jenis komposit yang hanya terdiri
dari satu lamina atau satu lapisan yang menggunakan penguat berupa
serat atau fiber. Serat bisa disusun secara acak maupun dengan
orientasi tertentu bahkan bisa juga dalam bentuk yang lebih kompleks
seperti anyaman. Serat merupakan material yang mempunyai
perbandingan panjang terhadap diameter sangat tingi serta
diameternya berukuran mendekati kristal. Serat juga mempunyai
kekuatan dan kekakuan terhadap densitas yang besar (Jones, 1975).
Fungsi utama serat dalam komposit adalah sebagai penopang
kekuatan dari komposit, sehingga tingkat kekuatan komposit sangat
tergantung dari serat yang digunakan, karena tegangan yang
dikenakan pada komposit awalnya diterima oleh matrik akan
diteruskan kepada serat, sehingga serat akan menahan beban sampai
beban maksimum. Oleh karena itu serat harus mempunyai modulus
elastisitas dan tegangan tarik yang lebih tinggi dari pada matrik
penyusun komposit (Diharjo, 2003).
Fungsi dari serat diantaranya:
a. Sebagai pembawa beban, dalam struktur komposit 70% - 90%
beban dibawa oleh serat.
8
b. Memberikan sifat kekakuan, kekuatan, stabilitas panas dan
sifat-sifat lain dalam komposit.
c. Memberikan insulasi kelistrikan (konduktivitas) pada
komposit, tetapi ini tergantung dari serat yang digunakan .
(Diharjo, 2003).
Fiber atau serat yang digunakan harus memiliki syarat sebagai berikut:
a. Mempunyai diameter yang lebih kecil dari diameter bulknya
(matriknya), namun harus lebih kuat dari bulknya.
b. Harus mempunyai tensile strength yang tinggi.
Parameter fiber atau serat dalam pembuatan komposit, diantaranya:
a. Distribusi
b. Konsentrasi
c. Orientasi
d. Bentuk
e. Ukuran
Komposit fiber diperkuat serat dibedakan lagi menjadi beberapa
bagian berdasarkan penempatan dan arah serat diantaranya:
1) Continous fiber composite (komposit diperkuat dengan serat
kontinyu).
Gambar 2. 3 Continous fiber composite (Gibson, 1994)
2) Woven fiber composite (komposit diperkuat dengan serat
anyaman).
Gambar 2. 4 Woven fiber composite (Gibson, 1994)
9
3) Chopped fiber composite (komposit diperkuat serat pendek).
Gambar 2. 5 Chopped fiber composite (Gibson, 1994)
4) Hybrid composite (komposit diperkuat dua atau lebih jenis
serat).
Gambar 2. 6 Hybrid fiber composite (Gibson, 1994)
Berdasarkan keempat kelompok tersebut, pembuatan komposit pada
penelitian ini adalah Chopped fiber composite yaitu komposit yang
diperkuat serat pendek. Komposit dengan tipe serat pendek dibedakan
lagi menjadi:
1) Aligned discontinues fiber
2) Off-axis aligned discontinuous fiber
3) Randomly oriented discontinuous fiber
(b)aligned (b) Off-axis Aligned (c) Randomly
discontinuous fibers discontinuous fibers oriented
Gambar 2. 7 Tipe Chopped fiber composite (Gibson, 1994)
Pada penelitian ini, pembuatan komposit Randomly oriented
discontinuous fiber dimana komposit dengan serat pendek yang
tersebar secara acak diantara matriknya. Serat dibuat menjadi halus
dengan beberapa variasi ukuran. Tipe acak sering digunakan pada
10
produksi dengan volume besar karena faktor biaya manufakturnya
yang lebih murah.
b. Matrik
Matrik adalah fasa dalam komposit yang mempunyai bagian
atau fraksi volume terbesar (dominan) yang fungsinya mentransfer
tegangan ke serat secara merata, melindungi serat dari gesekan
mekanik, mempertahankan serat pada posisinya dan melindungi dari
lingkungan yang merugikan. Matrik umumnya lebih ductile tetapi
mempunyai kekuatan dan kekakuan yang lebih rendah (Putradi, 2011).
Syarat utama matrik sebagai material penyusun dalam komposit
adalah matrik harus bisa meneruskan beban, sehingga serat harus bisa
melekat pada matrik dan compatible antara serat dan matrik. Pada
komposit, fungsi dari matrik adalah sebagai berikut:
1) Matrik memegang dan mempertahankan serat pada
posisinya.
2) Pada saat pembebanan, merubah bentuk dan mendistribusikan
tegangan ke unsur utamanya yaitu serat.
3) Memberikan sifat tertentu, misalnya ductility, toughnes dan
electrical insulation.
Berdasarkan jenis matrik yang digunakan komposit dapat dibagi
kedalam tiga kelompok utama yaitu:
1) Komposit matrik logam (metal matrix composites/MMC)
2) Komposit matrik keramik (ceramic matrix composite/CMC)
3) Komposit matrik polimer (polymer matrix composite/PMC)
Dari ketiga kelompok tersebut, dalam penelitian ini dibuat komposit
dengan matrik polimer (polymer matrix composite/PMC) dimana
menggunakan bahan polimer sebagai matriknya. Secara umum, sifat-
sifat komposit polimer ditentukan oleh sifat-sifat penguat, sifat-sifat
polimer, rasio penguat terhadap polimer dalam komposit (fraksi
volume penguat), geometri dan orientasi penguat pada komposit.
Adapun komposit polimer yang digunakan dalam bahan komposit
akan memerlukan sifat-sifat berikut:
• Sifat-sifat mekanis yang bagus dan sifat-sifat daya rekat
yang baik.
• Sifat-sifat ketangguhan yang baik.
• Ketahanan terhadap degradasi lingkungan yang baik.
11
Komposit polimer memiliki beberapa sifat yaitu biaya pembuatan
lebih rendah, dapat dibuat dengan produksi massal, ketangguhan baik,
tahan simpan, siklus pabrikasi dapat dipersingkat, kemampuan
mengikuti bentuk, lebih ringan. Adapun kelebihan dari PMC adalah
ringan, specific stiffness tinggi, specific strength tinggi dan anisotropy.
2.1.2 Faktor yang mempengaruhi kekuatan komposit
a. Pengaruh komposisi campuran filler terhadap sifat komposit
Rianto (2011) melakukan penelitian tentang komposit dengan
filler ampas tebu dan serbuk kayu dengan matrik poliester menyatakan
bahwa terdapat pengaruh komposisi campuran filler terhadap
kekuatan bending pada komposit. Hal tersebut disebabkan ampas tebu
dan serbuk kayu yang berperan sebagai filler dalam komposit
mempunyai karakteristik yang berbeda sehingga jika komposisi
campuran ampas tebu dan serbuk kayu berbeda, maka akan
menghasilkan kekuatan bending komposit yang berbeda. Kekuatan
bending tertinggi terdapat pada komposit dengan campuran filler
dengan komposisi yang sama yakni ampas tebu 20 % dan serbuk kayu
20 %. Volume ampas tebu dan serbuk kayu yang sama membuat
adanya ikatan yang baik pada komposit. Sementara itu kekuatan
bending yang rendah terjadi pada campuran filler dengan komposisi
ampas tebu 10 % dan serbuk kayu 30 %. Hal tersebut dikarenakan
kedua komposisi campuran filler tidak terjadi keseimbangan sehingga
tidak terjadi ikatan yang baik yang menyebabkan kekuatan bending
menjadi lebih rendah.
Filler dalam bahan komposit berperan sebagai bagian utama
yang menahan beban, sehingga besar kecilnya kekuatan bahan
komposit sangat tergantung dengan kekuatan pembentuknya.
Orientasi dan kandungan serat akan menentukan kekuatan mekanik
dari komposit. Untuk komposit yang terdiri dari lebih dari satu serat,
perbandingan antara serat yang satu dengan serat yang lain menjadi
faktor yang sangat menentukan dalam memberikan karakteristik
mekanik produk yang dihasilkan karena masing-masing serat yang
berfungsi sebagai filler dalam komposit tentunya memiliki sifat
karakteristik yang berbeda. Perbandingan komposisi campuran serat
12
yang sama akan membuat adanya ikatan yang baik pada bahan
komposit (Rianto, 2011).
b. Pengaruh ukuran serbuk serat terhadap sifat komposit
Beberapa penelitian menunjukkan semakin kecil ukuran serat
maka semakin tinggi sifat mekanik komposit yang dihasilkan. Ukuran
serat yang lebih kecil mempunyai kemampuan untuk mengisi bagian-
bagian kosong atau rongga dalam komposit. Berkurangnya jumlah
rongga yang dihasilkan akan menyebabkan kekuatan bending semakin
meningkat. Keberadaan rongga yang semakin berkurang akan
berpengaruh pada berkurangnya peluang terjadinya retakan awal yang
akan berkembang menjadi perpatahan sehingga akan menghasilkan
nilai kekuatan bending yang tinggi (Rianto, 2011).
Sebelumnya telah dilakukan penelitian tentang kekuatan tarik
serat ijuk dengan diameter 0,25-0,35 (mm), 0,35-0,45 (mm), 0,46-0,55
(mm) yang direndam dalam larutan NaOH selama 2 jam kemudian
dioven dengan suhu 80 °C selama 15 menit. Hasilnya menunjukkan
bahwa semakin kecil ukuran diameter serat, kekuatan tariknya
semakin tinggi yakni sebesar 208,22 Mpa. Hal tersebut disebabkan
karena rongga pada serat kecil dan ikatan antar molekul banyak
sehingga kekuatannya kuat. Semakin besar diameter serat, maka
kekuatan tariknya kecil, karena rongga pada serat besar dan ikatan
antar molekulnya sedikit sehingga kekuatan tariknya rendah.
Penelitian ini juga menunjukkan hasil bahwa serat dengan diameter
yang paling kecil yakni 0,25-0,35 (mm) memiliki modulus elastisitas
yang paling besar (Munandar dkk, 2013).
Gunawan dkk, (2016) melakukan penelitian tentang pengaruh
diameter serat tangkai sagu terhadap sifat mekanik material komposit
menyatakan bahwa ukuran diameter serat berpengaruh terhadap sifat
mekanik (kekuatan bending dan kekuatan tarik) pada komposit.
Kekuatan tarik terbesar terdapat pada komposit dengan ukuran
diameter serat yang paling kecil. Hal tersebut disebabkan kerapatan
susunan antar serat dengan diameter terkecil lebih tinggi dibandingkan
dengan serat yang ukuran diameternya lebih besar sehingga rongga
antar serat dengan ukuran diameter terkecil yang terjadi pada susunan
lebih rendah. Dengan demikian mengurangi kemampuan material
komposit dalam menerima beban, sebab ikatan antar unsure penyusun
komposit melemah. Demikian juga dengan kekuatan bending
13
komposit berbanding terbalik dengan variasi ukuran diameter serat.
Semakin kecil ukuran diameter serat maka semakin besar kekuatan
bending yang dihasilkan. Meningkatnya kekuatan bending disebabkan
serat penyusun komposit dengan ukuran diameter paling kecil
meningkatkan kerapatan massa komposit sehingga kecil kemungkinan
terdapat rongga atau ruang kosong yang terdapat didalamnya. Oleh
karena itu jika komposit menerima beban maksimum (tekanan) maka
komposit mengalami reaksi perlawanan terhadap beban yang
diberikan sampai titik batas kemampuannya.
2.1.3 Pembuatan komposit dengan metode hand lay up
Pada penelitian ini, metode yang digunakan dalam pembuatan
komposit adalah metode hand lay up yang merupakan metode
pencetakan terbuka dengan cara manual. Proses dilakukan pada suhu
ruangan dengan memanfaatkan ketrampilan tangan. Pada proses
pengerjaannya cetakan komposit yang digunakan harus bersih dan
mempunyai permukaan yang halus. Pada metode ini dilakukan
pengerjaan lapisan sehingga diperoleh ketebalan yang diinginkan.
Setiap lapisan terdiri dari matrik yang telah dicampur dengan serat dan
katalis. Kelebihan metode hand lay up adalah dapat digunakan untuk
serat pendek maupun panjang, peralatan yang digunakan sederhana,
dan mudah dikerjakan.
Gambar 2. 8 Metode hand lay-up (Schwartz, 1984)
14
2.3 Resin Poliester
Dalam penelitian ini, matrik yang digunakan adalah resin
poliester 157. Resin poliester adalah resin yang terbentuk oleh reaksi
asam organik dan polihidrik dibasa alkohol. Poliester berupa resin cair
dengan viskositas yang relatif rendah, mengeras pada suhu kamar
dengan penggunaan katalis tanpa menghasilkan gas sewaktu
pengesetan seperti banyak resin termoset lainnya.
Tabel 2. 1 Spesifikasi resin poliester 57
Item Satuan Nilai Tipikal Catatan
Berat jenis g/𝑐𝑚3 1,2 – 1,5
Suhu distorsi
panas ℃ 70
Penyerapan air % 0,188 24 jam
Suhu ruang % 0,466 7 hari
Kekuatan
Fleksural kg/𝑚𝑚2 9,4
Modulus
Fleksural kg/𝑚𝑚2 300
Daya rentang kg/𝑚𝑚2 5,5
Elongasi % 2,1
2.4 Katalis
Katalis merupakan suatu zat yang dapat mempercepat reaksi
dimana mengubah laju suatu reaksi kimia tanpa mengalami perubahan
secara kimiawi pada akhir reaksi. Katalis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah katalis MEKPO (Metil Etil Katon Peroksida)
yang berfungsi sebagai zat curing, mempersingkat waktu curing pada
bahan matrik suatu komposit. Katalis ini termasuk senyawa polimer
dengan bantuk cair, berwarna bening. Semakin banyak katalis yang
dicampurkan pada cairan matrik akan mempercepat proses laju
pengeringan, tetapi akibat mencampurkan katalis terlalu banyak akan
membuat komposit menjadi getas (Putradi, 2011).
15
2.5 Serat Kenaf
Kenaf (Hibiscus cannabinus L) merupakan tanaman penghasil
serat yang tergolong dalam tanaman serat batang (bast fibre crops).
Serat kenaf mampu menyerap fosfor dan nitrogen di dalam tanah dan
air yang terbuang. Tingkat rata-rata absorpsi kenaf untuk fosfor 0,11
g/𝑚2 per hari dan untuk nitrogen 0,81 g/𝑚2 per hari (Abe dan Ozaki,
1998).
Gambar 2. 9 Serat kenaf
Serat kenaf diambil dari kulit batang setelah melalui proses
perendaman dan penyesetan. Keunggulan dari serat kenaf diantaranya
dapat diperbaharui, non abrasif, ringan, dapat terbiodegradasi dan
ketersediaannya berlimpah di Indonesia (Peijs, 2012). Produksi serat
kenaf di Indonesia mencapai 6.800 ton per tahun (FAO, 2010).
Dengan jumlah produksi serat kenaf tersebut, serat kenaf sangat
berpotensi untuk digunakan dalam pengembangan teknologi komposit
berbasis serat alam.
Tabel 2. 2 Data karakteristik kandungan kimia dan sifat mekanik serat
kenaf
Item Nilai Tipikal
Kandungan selulosa 45 – 57 %
Kandungan holoselulosa 83, 65 %
Kandungan lignin 8 – 13 %
Kekuatan tarik 295 – 1191 (N/m2)
Modulus elastisitas 22 – 60 (GPa)
Densitas 1,5 (g/cm3)
Sumber : Mwaikambo (2012) Suwinarti,dkk. (2007).
16
2.6 Serat Abaka
Abaka (Musa textiles) adalah tanaman penghasil serat dari
pelepah batang. Termasuk famili Musaceae atau jenis pisang-
pisangan. Keunggulan serat abaka adalah kekuatan tarik dan porositas
tinggi, tahan terhadap kerusakan dari air garam dan panjang serat
hingga 3 m.
Gambar 2. 10 Serat abaka
Ketersediaan serat abaka melimpah di Indonesia, dimana
salah satu negara penghasil dan pengekspor serat abaka dan satu-
satunya kebun pengembangan abaka. Sentra produksi abaka di
Indonesia berada di Sumatera Selatan, Jawa, kepulauan Sangihe dan
Kalimantan. Serat abaka diambil terutama dari bagian batang pisang,
dimana merupakan batang semu yang terdiri dari lembaran pelepah
daun yang menyatu. Dalam satu batang abaka berdiameter 30-40 cm
diperoleh 12 sampai 25 lembar pelepah daun (Vijayalakshmi dkk,
2014). Serat abaka mempunyai kandungan selulosa, hemi selulosa,
lignin dan memiliki sifat mekanik yang baik dengan nilai tipikal pada
Tabel 2.3.
Tabel 2. 3 Data karakteristik kandungan kimia dan sifat mekanik serat
abaka
Item Nilai Tipikal
Kandungan selulosa 68,32 %
Kandungan hemi selulosa 19,00 %
Kandungan lignin 12-13 %
17
Kekuatan tarik 980 (N/m2)
Modulus elastisitas 41 (GPa)
Pemanjangan 1,1 %
Densitas 1,35 (g/cm3)
Sumber : Vijayalakshmi, dkk. (2014).
2.7 Pengujian
2.7.1 Uji ketangguhan impak
Pengujian impak bertujuan untuk mengukur berapa energi yang
dapat diserap suatu material sampai material tersebut patah. Dan
merupakan respon terhadap beban kejut atau beban tiba-tiba (beban
impak) (Calliester,2007). Pengujian impak bertujuan untuk
mengetahui penyerapan energi potensial dari pendulum beban yang
berayun pada ketinggihan tertentu dan menumbuk benda uji sehingga
benda uji mengalami deformasi (Yuwono, 2009).
gambar 2. 11 Ilustrasi skematis pengujian impak dengan benda uji
charpy
Alat uji impak charpy XJJ-5 digunakan untuk menentukan
ketahanan impak bahan non logam. Benda uji charpy memiliki luas
penampang bujur sangkar (80 x10 mm) dan memiliki takik (notch)
berbentuk V dengan sudut 45º dengan jari-jari dasar 0,25 mm dan
kedalaman 1 mm. Takik dalam benda uji standar ditujukan sebagai
suatu konsentrasi tegangan sehingga perpatahan diharapkan akan
18
terjadi di bagian tersebut. Selain berbentuk V dengan sudut 45º, takik
dapat pula dibuat dengan bentuk lubang kunci (key hole).
Beban didapatkan dari tumbukan oleh pendulum yang dilepas
dari posisi ketinggian h. spesimen diposisikan pada support anvil.
Ketika dilepas, ujung palu pendulum akan menabrak dan mematahkan
spesimen pada titik konsentrasi tegangan untuk pukulan impak
kecepatan tinggi. Pendulum akan melanjutkan ayunan untuk mencapai
ketinggian maksimum ℎ′yang lebih rendah dari h. Posisi simpangan
lengan pendulum sebelum dibenturkan adalah α dan posisi lengan
pendulum setelah membentur spesimen adalah β. Pengoperasian
ketika tidak ada sampel akan didapatkan sebuah sudut (konstan)
disebut proses dry run, dimana sudut dry run adalah sudut α-β.
Besarnya energi yang diserap oleh spesimen dapat dihitung
dengan persamaan:
E=Pd[(cosβ − cosα) − (cosα′ − cosα)(α − (β
α) + α′)] (2.1)
Keterangan:
Pd = Pendulum moment Nm (konstan); 2,67949 Nm
α = Sudut awal (konstan)
β = Sudut akhir setelah specimen patah
𝛼 ′ = Sudut dry run (konstan)
Menghitung nilai energi impak dengan persamaan:
ak = E
b x dkx 103 (2.2)
Keterangan:
ak = Ketangguhan impak (kJ/m2)
E = Energi impak (joule)
dk = ketebalan dibawah takik (m)
b = Lebar specimen (m)
2.7.2 Kerapatan
Penentuan kerapatan merupakan karakterisasi sifat fisis yang
bertujuan untuk mengetahui nilai kerapatan massa dari komposit yang
diuji. Kerapatan pada suatu komposit merupakan perbandingan antara
19
berat dan volume dari komposit tersebut (George, 2003). Nilai
kerapatan komposit dapat dihitung menggunakan persamaan:
ρ = 𝑚
𝑉 (2.3)
dimana: ρ = Kerapatan (g/cm3)
m = Massa (g)
V = Volume (cm3)
2.7.3 Daya serap air
Daya serap air komposit merupakan kemampuan suatu
komposit untuk menyerap air dalam waktu tertentu. Kemampuan ini
menjadi masalah dalam penggunaan komposit di luar ruangan.
Kemampuan daya serap air komposit juga berpengaruh terhadap
kemampuannya dalam jangka waktu yang lama dan penurunan secara
perlahan dari ikatan interface komposit tersebut. Penurunan ikatan
interface komposit menyebabkan penurunan sifat mekanik dari
komposit (Lokantara dan Suardana, 2009).
Besarnya daya serap air komposit dapat dihitung dengan persamaan:
Daya serap air (%) = m2 – m1
m1 x 100% (2.4)
Dimana: m1 = Massa awal komposit sebelum direndam (g)
m2 = Massa setelah perendaman selama 24 jam (g)
20
(Halaman ini sengaja dikosongkan)