BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Distribusi dan Morfologi Udangrepository.ump.ac.id/6809/3/Juliadi Bab...

15
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Distribusi dan Morfologi Udang Sebagai anggota dari golongan krustasea, semua badan udang dan kepiting terdiri dari ruas-ruas yang tertutup oleh kulit keras yang mengandung zat khitin. Secara periodik, kulit keras tersebut terlepas (moulting) dan berganti dengan kulit baru yang lembek. Seiring dengan mengerasnya kulit tersebut selama beberapa hari, tubuh udang tersebut dapat tumbuh besar dengan cepat (Rachmatun & Takarina, 2009). Giant tiger atau pancet atau tiger shrimp (Penaeus monodon Fab) di Indonesia dikenal populer dengan nama udang windu. Nama-nama lokal dari udang windu yaitu udang pancet, bago, menjangan, pedet, pelaspelas, sito liling/sotong/lotong, baratan, dan tepus (Rachmatun & Takarina, 2009). Udang windu adalah suatu binatang laut yang memiliki kulit agak keras, dan dibesarkan dalam budidaya secara luas untuk makanan. Distribusi udang windu yang alami di Pasifik barat Indonesia, berkisar antara pantai Afrika, dari Semenanjung Arab sampai Asia Tenggara, dan Laut Jepang (Suyanto & Mudjiman, 2006). Udang windu dapat juga ditemukan di Australia, dari Austria timur, dan sejumlah kecil ditemukan di Laut Tengah melalui Terusan Suez. Nama internasional dan nama dagang dari udang windu adalah Tiger Shrimp/tiger prawn lantaran berukuran besar dan warna tubuhnya bergaris-garis hitam putih seperti harimau (Rachmatun & Takarina, 2009). Bagian-bagian tubuh dari udang windu tersaji pada Gambar 2.1. 6 Pengaruh Pemberian Kombinasi..., Juliadi, FKIP UMP, 2012

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Distribusi dan Morfologi Udangrepository.ump.ac.id/6809/3/Juliadi Bab...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Distribusi dan Morfologi Udangrepository.ump.ac.id/6809/3/Juliadi Bab II.pdf · satu kelopak yang disebut karapks, 2) badan (abdomen ... Telur yang. telah

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Distribusi dan Morfologi Udang

Sebagai anggota dari golongan krustasea, semua badan udang dan kepiting

terdiri dari ruas-ruas yang tertutup oleh kulit keras yang mengandung zat khitin.

Secara periodik, kulit keras tersebut terlepas (moulting) dan berganti dengan kulit

baru yang lembek. Seiring dengan mengerasnya kulit tersebut selama beberapa

hari, tubuh udang tersebut dapat tumbuh besar dengan cepat (Rachmatun &

Takarina, 2009).

Giant tiger atau pancet atau tiger shrimp (Penaeus monodon Fab) di

Indonesia dikenal populer dengan nama udang windu. Nama-nama lokal dari

udang windu yaitu udang pancet, bago, menjangan, pedet, pelaspelas, sito

liling/sotong/lotong, baratan, dan tepus (Rachmatun & Takarina, 2009). Udang

windu adalah suatu binatang laut yang memiliki kulit agak keras, dan dibesarkan

dalam budidaya secara luas untuk makanan. Distribusi udang windu yang alami di

Pasifik barat Indonesia, berkisar antara pantai Afrika, dari Semenanjung Arab

sampai Asia Tenggara, dan Laut Jepang (Suyanto & Mudjiman, 2006). Udang

windu dapat juga ditemukan di Australia, dari Austria timur, dan sejumlah kecil

ditemukan di Laut Tengah melalui Terusan Suez. Nama internasional dan nama

dagang dari udang windu adalah Tiger Shrimp/tiger prawn lantaran berukuran

besar dan warna tubuhnya bergaris-garis hitam putih seperti harimau (Rachmatun

& Takarina, 2009). Bagian-bagian tubuh dari udang windu tersaji pada Gambar

2.1.

6

Pengaruh Pemberian Kombinasi..., Juliadi, FKIP UMP, 2012

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Distribusi dan Morfologi Udangrepository.ump.ac.id/6809/3/Juliadi Bab II.pdf · satu kelopak yang disebut karapks, 2) badan (abdomen ... Telur yang. telah

7

Rachmatun& Takarina (2009) mengatakan bahwa tubuh udang dibagi

kedalam tiga bagian, yaitu: 1) kepala-dada (Cephalothorax) yang tertutup oleh

satu kelopak yang disebut karapks, 2) badan (abdomen), dan 3) ekor. Pada kepala

terdapat lima ruas dan delapan ruas dibagian dada, masing-masing ruas

mempunyai sepasang anggota badan yang memiliki fungsi tersendiri. Bagian dada

terdapat sepasang anggota badan yang disebut pereopoda, bagian ujungnya

berjepit yang berfungsi sebagai penangkap makanan. Bagian perut (abdomen)

terdapat lima pasang kaki renang (pleopoda) yang tumbuh dari setiap ruas badan

tersebut. Di belakang badan terdapat satu ruas lagi yang beranggotakan dua

pasang ekor kipas (uropoda) yang berfungsi sebagai kemudi saat udang sedang

berenang (Suyanto & Mudjiman, 2006). Udang windu mempunyai ciri-ciri : 1)

1 2 3 4 5

11

6 7 8 9 10

Keterangan:

1. Antennula 7. Scapocerix

2. Rostrum 8. Periopod

3. Mata 9. Pleopod

4. Thoraks 10. Uropod

5. Abdomen 11. Telson

6. Scapocerix

Gambar 2.1.Morfologi Udang Windu (Amri, 2006)

Pengaruh Pemberian Kombinasi..., Juliadi, FKIP UMP, 2012

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Distribusi dan Morfologi Udangrepository.ump.ac.id/6809/3/Juliadi Bab II.pdf · satu kelopak yang disebut karapks, 2) badan (abdomen ... Telur yang. telah

8

kulit tebal dan keras, 2) warna hijau kebiruan dengan garis melintang lebih gelap,

3) ada juga yang berwarna kemerahan dengan garis melintang kecoklatan.

2.2. Sistematika Udang Windu

Udang adalah jenis hewan yang hidup di perairan, khususnya sungai, laut

atau danau. Udang dapat ditemukan di hampir semua "genangan" air yang

berukuran besar baik air tawar, air payau maupun air asin pada kedalaman yang

bervariasi, dari dekat permukaan hingga beberapa ribu meter di bawah

permukaan. Udang biasa dijadikan makanan laut (seafood) (Rachmatun &

Takarina, 2009).

Secara taksonomi banyak crustaceae yang dikenal dengan nama "udang",

misalnya mantis shrimp dan mysid shrimp, keduanya berasal dari kelas

Malacostraca sebagai udang sejati, tetapi berasal dari ordo berbeda, yaitu

Stomatopoda dan Mysidaceae. Triops longicaudatus dan Triops cancriformis juga

merupakan hewan populer di air tawar, dan sering disebut udang, walaupun

mereka berasal dari Notostraca, kelompok yang tidak berhubungan. Sistematika

udang windu (Penaeus monodan fab) menurut Soetomo (1990) adalah sebagai

berikut.

Kerajaan : Animalia

Filum : Arthropoda

Sub Filum : Crustacea

Kelas : Malacostraca

Ordo : Decapoda

Sub Ordo : Dendrobranchiata

Famili : Penaiedea

Genus : Penaeus

Spesies : Penaeus monodon Fab

Pengaruh Pemberian Kombinasi..., Juliadi, FKIP UMP, 2012

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Distribusi dan Morfologi Udangrepository.ump.ac.id/6809/3/Juliadi Bab II.pdf · satu kelopak yang disebut karapks, 2) badan (abdomen ... Telur yang. telah

9

2.3. Daur Hidup Udang Windu

Udang dewasa memijah di laut lepas, sedangkan udang muda (juvenile)

bermigrasi ke daerah pantai. Setelah telur-telur menetas, larva hidup di laut lepas

menjadi bagian dari zooplankton. Saat stadium post larva, udang bergerak

kedaerah dekat pantai dan perlahan-lahan turun ke dasar di daerah estuari

dangkal. Perairan dangkal ini memiliki kandungan nutrisi, salinitas, dan suhu

yang sangat bervariasi dibandingkan dengan laut lepas. Setelah beberapa bulan

hidup di daerah estuari, udang dewasa kembali ke lingkungan laut dalam untuk

mematangkan kematangan sel kelamin, kemudian melakukan perkawinan dan

pemijahan terjadi. Siklus hidup udang windu (Penaeus monodon fab) menurut

Wyban & Sweeney (1991) adalah udang betina bertelur–naupli–protozoea–

mysis–postlarva–juvenil–udang dewasa (Gambar 2.2).

Keterangan:

1. Udang betina bertelur 5. Mysis

2. Telur 6. Post larva

3. Naupli 7. Juvenil

4. Zoea

Gambar 2.2. Siklus hidup Udang Windu (Wyban & Sweeney, 1991)

Pengaruh Pemberian Kombinasi..., Juliadi, FKIP UMP, 2012

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Distribusi dan Morfologi Udangrepository.ump.ac.id/6809/3/Juliadi Bab II.pdf · satu kelopak yang disebut karapks, 2) badan (abdomen ... Telur yang. telah

10

Telur yang telah dibuahi akan menetas dalam waktu 12 sampai 15 jam dan

berkembang menjadi larva (Murtidjo, 2003). Larva masih memiliki cadangan

makanan dalam tubuh berupa kuning telur. Stadia zoea terdiri dari tiga sub

stadia yang berlangsung selama enam hari dan mengalami alih bentuk tiga kali.

Stadia mysis dicirikan oleh bentuk larva yang mulai menyerupai udang dewasa.

Pleopod dan telson mulai berkembang dan larva bergerak mundur. Selanjutnya

stadia mysis mengalami alih bentuk menjadi postlarva. Selama lima hari pertama

stadia postlarva udang bersifat planktonis, dan pada postlarva-VI udang mulai

merayap di dasar (Rachmatun & Takarina, 2009).

Habitat udang windu muda (stadia yuwana) adalah daerah pantai berair

payau yang banyak ditumbuhi oleh pepohonan bakau yang berlumpur dengan

campuran pasir yang subur. Menjelang dewasa udang yuwana akan berpindah

kearah laut dalam, tempat udang untuk tumbuh dewasa dan melakukan

perkawinan. Selanjutnya bertelur di kedalaman 10-40 m di bawah permukaan laut,

jumlah telurnya bisa mencapai 500.000-1.000.000 butir, tergantung dari berat

badan sang induk (Rachmatun & Takarina, 2009). Telur akan mengambang

menuju permukaan laut selama proses perkembangan embrio, sehingga embrio

menetas di lingkungan dekat permukaan laut. Embrio yang baru menetas

(Nauplius) akan terbawa ombak ke arah pantai beriringan dengan bermetamorfosa

menjadi stadia zoea, kemudian menjadi mysis selama 10 hari. Mysis berubah

menjadi stadia post larva (PL) dikenal sebagai benur (benih urang, benih udang),

telah sampai diwilayah hutan bakau atau estuari yang berair payau (Murtidjo,

2003).

Pengaruh Pemberian Kombinasi..., Juliadi, FKIP UMP, 2012

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Distribusi dan Morfologi Udangrepository.ump.ac.id/6809/3/Juliadi Bab II.pdf · satu kelopak yang disebut karapks, 2) badan (abdomen ... Telur yang. telah

11

Buwono (1993) menyatakan bahwa udang dapat bertelur hampir sepanjang

tahun tetapi puncaknya terjadi pada saat peralihan musim, yaitu antara musim

kemarau dengan musim penghujan dan dari musim penghujan ke musim kemarau.

Di wilayah Indonesia barat, puncak musim benur jatuh pada bulan November

hingga Februari dan Maret sampai awal Juni. Di Indonesia bagian Timur musim

tersebut bergeser satu bulan lebih lambat (Rachmatun & Takarina, 2009). Di

sepanjang pantai pada puncak-puncak musim perkembangbiakan, dapat di lihat

para nelayan memasang rumpon di laut yang dangkal untuk tempat benur

berkumpul sambil berlindung diantara rumpon. Wilayah D.I. Aceh, sekitar

Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Barat, Madura dan sepanjang pantai Timur Jawa

Timur terkenal sebagai sumber benih alam (Rachmatun & Takarina, 2009).

2.4. Benih/Benur Udang Windu

Benih udang populer disebut benur, singkatan dari kata benih dan urang.

Benur yang baik adalah mempunyai tingkat kelangsungan hidup (survival rate)

yang tinggi, sehingga daya adaptasi terhadap perubahan lingkungan juga tinggi,

memiliki warna tegas/tidak pucat baik hitam maupun merah, aktif bergerak, sehat,

dan mempunyai alat tubuh yang lengkap. Uji kualitas benur dapat dilakukan

secara sederhana, yaitu dengan meletakkan sejumlah benur di dalam wadah panci

atau baskom yang diberi air, aduk air dengan cukup kencang selama 1-3 menit.

Benur yang baik dan sehat akan tahan terhadap adukan tersebut dengan berenang

melawan arus putaran air, dan setelah arus berhenti, benur tetap aktif bergerak

(Rachmatun& Takarina, 2009).

Pengaruh Pemberian Kombinasi..., Juliadi, FKIP UMP, 2012

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Distribusi dan Morfologi Udangrepository.ump.ac.id/6809/3/Juliadi Bab II.pdf · satu kelopak yang disebut karapks, 2) badan (abdomen ... Telur yang. telah

12

Benur merupakan udang yang terus aktif tumbuh berkembang hingga

mencapai titik dewasa untuk memijah. Tumbuh kembang benur yang baik

merupakan hasil dari sebuah proses hayati yang terus menerus terjadi pada tubuh

organisme yang ditandai dengan pertambahan bobot, volume dan panjang

(Djajasewaka, 1990). Berdasarkan dari asal perolehannya, benur dibedakan

menjadi dua jenis, yaitu benih/benur alam dan benih/benur (hatchery).

2.4.1. Benur Alam

Secara alamiah benur banyak terdapat di pantai-pantai wilayah estuari

(berair payau) yang berkedalaman dangkal. Benur alam merupakan anakan udang

windu yang bercampur dengan jenis udang lain (udang putih, udang api-api, dan

lain sebagainya) (Buwono, 1993). Induk udang memijah dilaut lepas pada

kedalaman 20-25 m secara alamiah. Telur menetas menjadi larva (Nauplius) yang

sifatnya terapung di bawah ombak ke arah pantai, diiringi dengan bermetamorfosa

berturut-turut menjadi zoea, mysis, dan post larva (Murtidjo, 2003). Ketika tiba

di wilayah pantai (estuaria) post larva (PL) telah mencapai sub stadia PL 10-15

dengan ukuran panjang tubuh 12-15 mm. Post larva inilah yang dikenal sebagai

benur dan kemudian banyak ditangkap oleh para nelayan. Nelayan di pantai

daerah pasang surut memasang alat yang disebut dengan blabar. Rachmatun &

Takarina (2009) menyatakan bahwa blabar adalah untaian daun kelapa atau tali

plastik atau daun-daun rerumputan yang dipasang pada tiang-tiang bambu yang

ditancapkan di laut yang berair dangkal. Blabar ini akan terapung dipermukaan air

sebagai tempat persembunyian benur/nener, kemudian diseser oleh nelayan untuk

dijual pada petani tambak yang memerlukan. Benih yang di seser ini biasanya

Pengaruh Pemberian Kombinasi..., Juliadi, FKIP UMP, 2012

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Distribusi dan Morfologi Udangrepository.ump.ac.id/6809/3/Juliadi Bab II.pdf · satu kelopak yang disebut karapks, 2) badan (abdomen ... Telur yang. telah

13

merupakan campuran dari udang putih, udang api-api, dan udang krosok, bahkan

juga bercampur dengan berbagai jenis anakan ikan dan sampah-sampah yang

hanyut. Umumnya di Indonesia benur yang ditangkap dari alam terdiri atas 80-

90% adalah benih udang putih, 4-6% udang windu, dan sisanya jenis udang lain

yang kurang ekonomis serta anakan ikan (Buwono, 1993). Beberapa wilayah

seperti D.I. Aceh, Jawa Timur (Selat Bali) dan Madura, Nusa Tenggara Barat,

Teluk Bone (Sulawesi Selatan), dan Sulawesi Tenggara memiliki populasi benih

udang windu relatif lebih banyak dibandingkan dengan udang putih (Rachmatun

& Takarina, 2009).

2.4.2. Panti Pembenihan (hatchery)

Sejak dikembangkannya intensifikasi tambak udang, kebutuhan benur untuk

tambak tidak lagi dapat tercukupi dari hasil penangkapan di alam. Perhitungan

rata-rata untuk produksi udang konsumsi sebanyak 1 ton di tambak memerlukan

benur sebanyak 50.000 ekor. Pengembangan tambak intensif di Indonesia

ditargetkan mampu untukmemproduksi udang panen 7-8 ton/ha/musim, dengan

demikian diperlukan benur sebanyak 350.000-400.000 ekor/ha/musim. Potensi

benuralam di seluruh Indonesia diperkirakan mencapai 0,8 milyar pertahun.

Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, kekurangan benur harus dapat diproduksi

dari panti-panti pembenihan (hatcery) (Rachmatun & Takarina, 2009).

Awal tahun 1980, Indonesia sudah menghasilkan benur dari panti-panti

pembenihan udang secara komersial. Pada mulanya banyak petani tambak yang

meragukan mutu (ketahanan hidup) benur tersebut, sehingga mereka lebih suka

memelihara benur dari hasil penengkapan di alam yang dipercaya memiliki daya

Pengaruh Pemberian Kombinasi..., Juliadi, FKIP UMP, 2012

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Distribusi dan Morfologi Udangrepository.ump.ac.id/6809/3/Juliadi Bab II.pdf · satu kelopak yang disebut karapks, 2) badan (abdomen ... Telur yang. telah

14

tahan lebih baik di tambak. Pendapat tersebut sekarang telah berubah, petani tidak

meragukan lagi benur dari panti-panti pembenihan (hatcery). Menurut Buwono

(1993) bahwa ciri-ciri benur yang baik adalah:

a. bila dalam satu bak pemeliharaan benur (dari 1 induk maupun dari

beberapa ekor induk), ukurannya harus seragam;

b. bila dikejutkan dengan memukul dinding wadahnya, benur akan melentik

dengan kuat;

c. benur yang sehat tubuhnya bergaris dengan warna coklat tua. Sedangkan

yang tidak sehat kelihatan pucat, tubuhnya bengkok/cacat sebagai tanda

terkena penyakit.

Benur yang sehat akan tumbuh pesat dan setiap hari larvanya akan berganti

kulit. Normalnya, larva udang windu setelah menetas akan menjadi stadia post

larva (benur) pada umur 9-10 hari, kemudian setelah 12 hari menjadi PL 12, dan

15 hari menjadi PL 15. Benur yang tertangkap di alam, dapat digolongkan

menurut ukuran dan umurnya, yaitu benur yang masih sangat muda (post larva)

dan golongan benur yang agak besar ukuranya yaitu stadia yuwana (Juvenile)

(Rachmatun & Takarina, 2009). Benih yang halus biasanya tertangkap di tepi

pantai, hidupnya masih bersifat pelagis (planktonis) mengikuti aliran ombak

didekat permukaan air laut. Nelayan dapat mengenalinya karena warna tubuhnya

coklat kemerahan, panjang badan antara 9-15 mm. Cucuk kepala (rostrum) sedikit

melengkung seperti huruf S (sigmoid), dan ekor (uropoda) membentang seperti

kipas (Buwono, 1993).

Pengaruh Pemberian Kombinasi..., Juliadi, FKIP UMP, 2012

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Distribusi dan Morfologi Udangrepository.ump.ac.id/6809/3/Juliadi Bab II.pdf · satu kelopak yang disebut karapks, 2) badan (abdomen ... Telur yang. telah

15

2.5. Pakan Udang

Udang uang dibudidayakan di kolam memakan pakan alami dan pakan

tambahan atau pakan buatan. Pada kolam yang dikelola secara tradisional atau

sederhana, udang hanya memakan berbagai pakan alami yang ada dalam kolam

yaitu campuran berbagai organisme, plankton, lumut, dan kotoran ataupun bahan-

bahan yang membusuk dalam dasar kolam (Rachmatun & Takarina, 2009). Bahan

pakan alami udang terdiri dari zat-zat renik nabati dan hewani yang tumbuh

sendiri di dalam air dan dasar kolam secara alamiah. Banyaknya organisme renik

bergantung dari tersedianya unsur-unsur hara yang membentuk kesuburan air dan

tanah kolam.

Kolam yang dikelola secara semi intensif, tambak tersebut dipupuk untuk

mendorong agar pakan alami udang lebih banyak tumbuh guna meningkatkan

produksi. Tujuan dari pemupukan tersebut guna menambah unsur hara dalam air

dan tanah kolam. Selain pemupukan banyak petani yang menggunakan pakan

tambahan untuk meningkatkan produksi kolam. Rachmatun & Takarina (2009)

menyatakan bahwa produksi udang windu semi intensif dengan pemupukan dan

pakan tambahan dapat mencapai 800 s/d 3000 kg/ha/musim tanam, bergantung

dengan padat tebar benih, banyaknya kincir, pergantian air dan penanganan yang

baik. Pakan yang diberikan hanya sebagai tambahan. Kualitas dan bahan pakan

yang diberikan tidak menentu, karena bergantung pada bahan pakan yang ada,

mudah diperoleh dan harganya murah.

Kolam yang dikelola dengan intensif, hasil produksinya didasarkan pada

pemberikan pakan buatan. Fitoplankton yang tumbuh pada tambak akan

menyebabkan air berwarna hijau atau kecoklatan dan hanya digunakan sebagai

Pengaruh Pemberian Kombinasi..., Juliadi, FKIP UMP, 2012

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Distribusi dan Morfologi Udangrepository.ump.ac.id/6809/3/Juliadi Bab II.pdf · satu kelopak yang disebut karapks, 2) badan (abdomen ... Telur yang. telah

16

penyeimbang lingkungan hidup udang. Pakan yang digunakan pada pengelolaan

intensif ini adalah pakan buatan (pelet). Pelet yang digunakan mengandung air

10% (Rachmatun & Takarina, 2009). Pelet tersebut terbuat dari berbagai macam

kombinasi bahan makanan, semakin banyak jenis bahan yang digunakan maka

semakin pula kelengkapan gizinya.

Mudjiman (2007), mengatakan bahwa pakan merupakan saran produksi

yang nilainya mencapai 50-70% dari biaya produksi, sehungga pakan yang

digunakan betul-betul diperhitungkan mutunya (angka konversi serendah

mungkin) dan pemakainya sehemat mungkin. Rachmatun & Takarina juga

berpendapat bahwa pakan harus memenuhi syarat sebagai berikut.

1. Nilai stabilitas dalam air baik (cepat hancur), yaitu berkisar 3-4 jam, dan

nilai paling baik 6 jam.

2. Beraroma sedap dan disenangi udang (attractant)

3. Pakan mudah tenggelam dalam air, karena udang windu hanya dapat

mengambil pakan yang ada dalam dasar kolam

2.6. Efisiensi Pakan

Pakan memegang peranan yang penting dalam budidaya udang windu.

Pemberian pakan yang berkualitas baik dan dalam takaran yang tepat dapat

mendukung keberhasilan panen udang windu (Djarijah, 1998). Pemberian pakan

yang berkualitas jelek dan dalam jumlah yang kurang akan mengakibatkan

pertumbuhan udang tidak maksimal dan meningkatkan sifat kanibalisme. Dilain

pihak pemberian pakan yang berlebihan akan menyebabkan pemborosan dan

pakan yang tidak terkonsumsi akan membusuk di dasar kolam yang

Pengaruh Pemberian Kombinasi..., Juliadi, FKIP UMP, 2012

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Distribusi dan Morfologi Udangrepository.ump.ac.id/6809/3/Juliadi Bab II.pdf · satu kelopak yang disebut karapks, 2) badan (abdomen ... Telur yang. telah

17

mengakibatkan lingkungan kolam menjadi tidak sehat dan berdampak buruk pada

pertumbuhan udang windu.Pakan udang windu terdiri dari dua jenis, yaitu pakan

alami berupa fitoplankton, siput-siput kecil, cacing kecil, anak serangga, dan

detritus (sisa hewan dan tumbuhan yang membusuk), dan pakan buatan berupa

pelet.Pakan buatan yang digunakan harus mengandung kadar protein yang cukup

dan bermutu bagi pertumbuhan udang windu, selain itu harus mengandung cukup

vitamin dan mineral guna menambah daya tahan tubuh dan menghindari penyakit

malnutrisi. Pakan yang baik dan efektif adalah pakan yang mengandung nilai

nutrisi yang terdiri dari kandungan protein, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral,

kadar air, dan energi (Yuwono & Sukardi, 2001). Menurut Mudjiman (2001)

pakan juga harus memenuhi persyaratan fisik yang diperlukan agar dapat

dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh udang, yaitu jumlah pakan disesuaikan

dengan ukuran dan umur udang yang dipelihara.

2.7. Feed Convertion Ratio (FCR)

FCR adalah banyaknya pakan yang dikonsumsi oleh udang dalam masa

pemeliharaan dibagi dengan berat produksi udang yang dihasilkan. Definisi yang

sangat mudah untuk difahami adalah berapa banyak pakan (kg) yang diberikan

untuk menghasilkan 1 kg udang (Effendi, 2004). Jika pakan yang diberikan 1 kg,

berarti FCR = 1.0, jika FCR = 1.2, maka membutuhkan pakan 1.2 kg untuk

menghasilkan 1 kg udang. Pakan yang diberikan kepada udang kultur sesuai

dengan kebutuhan dan dapat memberikan pertumbuhan yang optimal dan efisiensi

pakan yang tinggi (Mudjiman, 2007).

Pengaruh Pemberian Kombinasi..., Juliadi, FKIP UMP, 2012

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Distribusi dan Morfologi Udangrepository.ump.ac.id/6809/3/Juliadi Bab II.pdf · satu kelopak yang disebut karapks, 2) badan (abdomen ... Telur yang. telah

18

Kebutuhan pakan harian dinyatakan sebagai tingkat pemberian pakan

(feeding rate) perhari yang ditentukan berdasarkan persentase dari bobot udang

(Effendi 2004). Tingkat pemberian pakan ditentukan oleh ukuran udang, semakin

besar ukuran udang maka feeding rate-nya semakin kecil tetapi jumlah pakan

hariannya semakin besar. Total jumlah pakan udang secara berkala dapat

disesuaikan (adjustment) dengan pertumbuhan bobot udang dan perubahan

populasi (Rachmatun & Takarina, 2009). Semakin besar nilai FCR maka semakin

banyak pakan yang dibutuhkan untuk memproduksi 1 kg udang kultur. FCR

seringkali dijadikan indikator kinerja teknis dalam mengevaluasi suatu usaha

akuakultur. Djarijah (2006) mengatakan bahwa pengukuran kualitas pakan

dilakukan dengan membandingkan jumlah pakan yang diberikan dengan

pertambahan berat udang yang dihasilkan dan dinyatakan sebagai FCR.

2.8. Kualitas Air

Air merupakan media yang sangat penting dalam proses pembesaran udang

berlangsung. Zonneveld et al. (1991) menyatakan bahwa air merupakan

kebutuhan yang sangat penting untuk keberlangsungan hidup dalam perairan baik

untuk ikan maupun udang. Lebih lanjut Afrianto & Liviawaty (1995)

mengemukakan bahwa kualitas air yang memenuhi syarat merupakan salah satu

kunci untuk keberhasilan dalam pembudidayaan ikan. Pengelolaan kualitas air

dalam pembudidayaan udang maupun ikan harus diperhatikan dengan sungguh-

sungguh, karena kualitas air dapt berakibat menjadi lebih buruk terhadap

keberlangsungan hidup ikan dan udang. Menurut Wardoyo (1994), ada beberapa

Pengaruh Pemberian Kombinasi..., Juliadi, FKIP UMP, 2012

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Distribusi dan Morfologi Udangrepository.ump.ac.id/6809/3/Juliadi Bab II.pdf · satu kelopak yang disebut karapks, 2) badan (abdomen ... Telur yang. telah

19

hal yang harus diperhatikan dalam pemantauan parameter kualitas air, yaitu pH,

suhu, dan oksigen terlarut.

2.8.1. Suhu

Metabolisme udang sangat dipengaruhi sekali oleh adanya suhu, hal ini

dapat dilihat dari jumlah plankton di dalam kolam pemeliharaan, dan plankton

dapat berkembang baik dengan keadaan iklim yang sedang. Suhu juga sangat

dipengaruhi oleh kandungan oksigen terlarut didalam air, sehingga semakin tinggi

suhu air maka semakin cepat pula air mengalami kejenuhan oksigen (Buwono,

1993). Berpengaruhnya suhu air terhadap lingkungan hidup udang dapat

merangsang pertumbuhan dan nafsu makan udang, karena proses pencernaan

makanan udang pada suhu rendah akan sangat lambat dan sebaliknya akan lebih

cepat pada perairan yang lebih hangat. Suhu yang optimal dan ideal dalam

pemeliharaan keberlangsungan hidup udang mencapai kisaran 250-27

0C

(Murtidjo, 2003).

2.8.2. pH

Berpengaruhnya pH untuk keberlangsungan hidup bagi kehidupan

organisme perairan secara alami sangat dipengaruhi oleh karbondioksida maupun

senyawa-senyawa asam yang berada di dalamnya. Menurut Hadie & Hadie

(1993), bahwa pemeliharaan udang dengan kisaran kandungan pH yang terlarut

didalamnya berkisar antara 6,7-8,2. pH yang berbeda-beda akan sangat

berpengaruh buruk bagi keberlangsungan hidup udang.

Pengaruh Pemberian Kombinasi..., Juliadi, FKIP UMP, 2012

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Distribusi dan Morfologi Udangrepository.ump.ac.id/6809/3/Juliadi Bab II.pdf · satu kelopak yang disebut karapks, 2) badan (abdomen ... Telur yang. telah

20

2.8.3. Oksigen (O2) Terlarut

Menurut Wardoyo (1994), kandungan oksigen terlarut dalam air dengan

kisaran terendah adalah 2 ppm agar dapat mendukung keberlangsungan

kehidupan organisme perairan secara normal. O2 terlarut dalam air sangat

mendukung untuk kegiatan respirasi larva. Apabila kandungan O2 terlarut dalam

air sangat rendah, maka kandungan CO2 akan meningkat. Kadar O2 terlarut dalam

media kolam/akuarium sebaiknya pada kisaran 5-7 ppm yang merupakan kadar

yang sangat baik untuk pertumbuhan larva udang. Lebih lanjut Murtidjo (2003)

menyatakan bahwa batas minimal kandungan O2 terlarut terletak pada kisaran

minimal 5-7 ppm agar dapat mendukung dalam keberlangsungan kegiatan

budidaya ikan ataupun udang.

Pengaruh Pemberian Kombinasi..., Juliadi, FKIP UMP, 2012