BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1 · 2017. 4. 1. · 11 Vektor yang pernah ditemukan di NTT adalah...

31
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Malaria 2.1.1 Pengertian Malaria Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit malaria (plasmodium) bentuk aseksual yang masuk kedalam tubuh manusia yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina. Penyakit ini mengancam keluarga miskin dan dapat menjadi salah satu penyebab penurunan kehadiaran di sekolah dan tempat kerja ( WHO, 2010). Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh parasit dari genus plasmodium yang infektif ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles betina dan dapat menyerang semua kelompok usia terutama kelompok resiko tinggi (bayi, balita, dan ibu hamil) serta dapat menurunkan produktifitas kerja ( Kemenkes RI, 2009 ; Arlan Prabowo, 2004 ; Susana, 2010). 2.1.2 Jenis Malaria Penyakit malaria pada manusia ada empat jenis dan masing-masing disebabkan spesies parasit yang berbeda. Jenis malaria itu adalah (Harijanto, 2012) : 1. Malaria tertiana (paling ringan), yang disebabkan oleh Plasmodium vivax 2. Malaria tropika, disebabkan oleh Plasmodium falciparum. 3. Malaria quartana yang disebabkan Plasmodium malariae. 4. Malaria ovale mirip malaria tertiana, malaria ini paling jarang ditemukan, disebabkan oleh Plasmodium ovale.

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1 · 2017. 4. 1. · 11 Vektor yang pernah ditemukan di NTT adalah...

  • 9

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Malaria

    2.1.1 Pengertian Malaria

    Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit malaria (plasmodium)

    bentuk aseksual yang masuk kedalam tubuh manusia yang ditularkan melalui

    gigitan nyamuk Anopheles betina. Penyakit ini mengancam keluarga miskin dan

    dapat menjadi salah satu penyebab penurunan kehadiaran di sekolah dan tempat

    kerja ( WHO, 2010).

    Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh parasit dari genus

    plasmodium yang infektif ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles betina dan

    dapat menyerang semua kelompok usia terutama kelompok resiko tinggi (bayi,

    balita, dan ibu hamil) serta dapat menurunkan produktifitas kerja ( Kemenkes RI,

    2009 ; Arlan Prabowo, 2004 ; Susana, 2010).

    2.1.2 Jenis Malaria

    Penyakit malaria pada manusia ada empat jenis dan masing-masing disebabkan

    spesies parasit yang berbeda. Jenis malaria itu adalah (Harijanto, 2012) :

    1. Malaria tertiana (paling ringan), yang disebabkan oleh Plasmodium vivax

    2. Malaria tropika, disebabkan oleh Plasmodium falciparum.

    3. Malaria quartana yang disebabkan Plasmodium malariae.

    4. Malaria ovale mirip malaria tertiana, malaria ini paling jarang ditemukan,

    disebabkan oleh Plasmodium ovale.

  • 10

    Pada penderita penyakit malaria, penderita dapat dihinggapi lebih dari satu

    plasmodium. Infeksi demikian disebut infeksi campuran (mixed infection). Di

    Indonesia paling banyak dua jenis parasit yakni campuran antara Plasmodium

    vivax dengan Plasmodium falciparum.

    2.1.3 Vektor

    Nyamuk Anopheles di seluruh dunia terdapat kira-kira 2000 spesies, sedangkan

    yang dapat menularkan malaria kira-kira 60 spesies. Di Indonesia, menurut

    pengamatan terakhir ditemukan 80 spesies Anopheles, sedangkan yang menjadi

    vektor malaria adalah 22 spesies dengan tempat perindukan yang berbeda-beda.

    Di Jawa dan Bali An. sundaicus, An. aconitus, merupakan vektor utama,

    sedangkan An. Subpictus dan An. Maculatus merupakan vektor sekunder.

    Di daerah pantai banyak terdapat An. sundaicus dan An. Subpictus, sedangkan An.

    Aconitus dan An. Maculatus ditemukan di daerah pedalaman. Vektor penting

    yang ditemukan di Sumatera adalah An. Sundiacus, An. Maculatus dan An.

    Nigerrimus sedangkan An. Sinensis dan An. Letifet merupakan vektor yang kurang

    penting. Vektor penting di Sulawesi adalah An. Sundaicus, An. Subpictus, dan An.

    Barbirostis, sedangkan An. Sinensis, An. Nigerrimus, An. Umbrosus , An.

    Flavirostris, dan An. Ludlowi merupakan vektor sekunder. Di Kalimantan vektor

    pentingnya adalah An. Balabacensis, sedangkan An. Letifer merupakan vektor

    sekunder. Vektor utama di Papua adalah An. Faruati, An. Punctulatus, dan An.

    Bancrofti, sedangkan An. Karwari dan An. Colensis merupakan vektor sekunder.

  • 11

    Vektor yang pernah ditemukan di NTT adalah An. Sundiacus, An. Subpictus, dan

    An. Barbirostis (Sorontou, 2014).

    2.1.4 Siklus Hidup Plasmodium

    Dalam daur hidupnya Plasmodium mempunyai dua hospes yaitu manusia dan

    nyamuk. Siklus seksual yang membentuk sporozoit di dalam nyamuk sebagai

    sporogoni dan siklus aseksual pada manusia yaitu skizogoni.

    a. Siklus Seksual (sporogoni)

    Siklus seksual terjadi dalam tubuh nyamuk. Gametosit yang masuk ke dalam

    bersama darah, tidak dicerna bersama sel-sel darah lain. Dalam waktu 12-24 jam

    setelah nyamuk menghisap darah, zigot berubah bentuk menjadi seperti cacing

    pendek disebut ookinet yang dapat menembut lapisan epitel dan membran basal

    dinding lambung. Didalam lambung ookinet membesar menjadi ookista lalu

    didalam ookista dibentuk ribuan sporozoit; dengan pecahnya ookista, sporozoit

    dilepaskan kedalam rongga badan dan bergerak keseluruh jaringan nyamuk. Bila

    nyamuk sedang menusuk manusia, sporozoit masuk kedalam darah dan jaringan

    dan mulailah silkus eritrositik (Susana, 2010).

    b. Siklus Aseksual (Skizogoni)

    Sporozoit infeksius dari kelenjar ludah nyamuk Anopheles betina dimasukkan

    dalam darah manusia melalui tusukan nyamuk tersebut. Dalam waktu tiga puluh

    menit jasad tersebut memasuki parenkim hati dan dimulai stadium eksoeritrositik.

    Didalam sel hati parasit tumbuh menjadi skizon dan berkembang menjadi

    merozoit. Siklus eritrositik dimulai pada waktu merozoit hati memasuki sel darah

  • 12

    merah. Merazoit berubah bentuk menjadi tropozoit tumbuh menjadi skizon muda

    yang kemidia matang menjadi skizon matang dan membelah menjadi banyak

    merazoit. Kemudian sel darah merah pecah dan merazoit, igmen dan residu

    keluar serta masuk kedalam plasma darah. Parasit ada yang masuk dalam sel

    darah merah lagi untuk mengulang siklus skizogoni. Beberapa merozoit yang

    memasuki eritrosit tidak membentuk skizon, tetapi membentuk gametosit yaitu

    stadium seksual (Susana, 2010).

    2.1.5 Siklus Hidup Nyamuk

    Nyamuk mengalami metamorfosis sempurna, yaitu mulai dari telur, jentik, pupa,

    dan nyamuk dewasa. Waktu untuk masing-masing tahapan dalam siklus hidup

    tersebut di daerah beriklim dingin. Umur nyamuk betina rata-rata 1-2 bulan dan

    hanya kawin satu kali untuk seumur hidupnya. Perkawinan biasanya terjadi 24-48

    jam setelah keluar dari kepompong. Makanan nyamuk betina adalah darah yang

    diperlukan untuk pertumbuhan telurnya. Waktu yang diperlukan oleh nyamuk

    malaria untuk menyelesaikan siklus hidupnya sekitar 10-14 hari. Setelah kira-kira

    tiga hari menghisap darah, nyamuk betina meletakkan telur-telurnya diatas

    permukaan air. Di daerah tropis telur menetas setelah 1-2 hari dan menjadi pupa

    antara 8-10 hari. Umur pupa kira-kira 2-3 hari, kemudia menjadi nyamuk dewasa

    1-2 hari (Susana, 2010).

    2.1.6 Masa Inkubasi

    Menurut Susana(2010), masa inkubasi adalah rentang waktu sejak sporozoit

    masuk sampai timbulnya gejala klinis yang ditandai dengan demam. Masa

  • 13

    inkubasi bervariasi tergantung spesies plasmodium. Plasmodium falciparum

    mempunyai masa hidup terpendek dibanding plasmodium yang lain. Masa

    inkubasi keempat plasmodium dapat dilihat dalam tabel berikut:

    Tabel 1.1 Masa Inkubasi Malaria

    Jenis plasmodium Masa Inkubasi

    Plasmodium falciparum

    Plasmodium Vivax

    Plasmodium ovale

    Plasmodium Malariae

    9-12 (12) hari

    12-17 (15) hari

    16-18 (17) hari

    18-40 (28) hari

    2.1.7 Gejala Klinis

    Keluhan dan tanda klinis, merupakan petunjuk yang penting dalam diagnosa

    malaria. Gejala klinis ini dipengaruhi oleh jenis/ strain Plasmodium , imunitas

    tubuh dan jumlah parasit yang menginfeksi. Waktu mulai terjadinya infeksi

    sampai timbulnya gejala klinis dikenal sebagai waktu inkubasi, sedangkan waktu

    antara terjadinya infeksi sampai ditemukannya parasit dalam darah disebut

    periode prepaten. Gejala pada anak biasanya disertai batuk (Harijanto 2012).

    Menurut Gejala klasik malaria yang umum terdiri dari tiga stadium (trias

    malaria), (Harijanto, 2012) yaitu:

    1. Periode dingin. Mulai dari menggigil, kulit dingin dan kering, penderita

    sering membungkus diri dengan selimut dan pada saat menggigil sering

    seluruh badan bergetar dan gigi saling terantuk, pucat sampai sianosis seperti

  • 14

    orang kedinginan. Periode ini berlangsung 15 menit sampai 1 jam diikuti

    dengan meningkatnya temperatur.

    2. Periode panas. Penderita berwajah merah, kulit panas dan kering, nadi cepat

    dan panas badan tetap tinggi dapat mencapai 400C atau lebih, respirasi

    meningkat, nyeri kepala, terkadang muntah-muntah, dan syok. Periode ini

    lebih lama dari fase dingin, dapat sampai dua jam atau lebih diikuti dengan

    keadaan berkeringat.

    3. Periode berkeringat. Mulai dari temporal, diikuti seluruh tubuh, sampai

    basah, temperatur turun, lelah, dan sering tertidur. Bila penderita bangun akan

    merasa sehat dan dapat melaksanakan pekerjaan seperti biasa.

    Di daerah dengan tingkat endemisitas malaria tinggi, sering kali orang dewasa

    tidak menunjukkan gejala klinis meskipun darahnya mengandung parasit malaria.

    Hal ini merupakan imunitas yang terjadi akibat infeksi yang berulang-ulang.

    Limpa penderita biasanya membesar pada serangan pertama yang berat/ setelah

    beberapa kali serangan dalam waktu yang lama. Bila dilakukan pengobatan secara

    baik maka limpa akan berangsur-berangsur mengecil.

    Keluhan pertama malaria adalah demam, menggigil, dan dapat disertai sakit

    kepala, mual, muntah, diare dan nyeri otot atau pegal-pegal. Untuk penderita

    tersangka malaria berat, dapat disertai satu atau lebih gejala berikut: gangguan

    kesadaran dalam berbagai derajat, kejang-kejang, panas sangat tinggi, mata atau

    tubuh kuning, perdarahan di hidung, gusi atau saluran pencernaan, nafas cepat,

  • 15

    muntah terus-menerus, tidak dapat makan minum, warna air seni seperti teh tua

    sampai kehitaman serta jumlah air seni kurang sampai tidak ada.

    2.1.8 Cara Penularan

    Cara penularan penyakit malaria dapat di bedakan menjadi dua macam yaitu :

    1. Penularan secara alamiah (natural infection)

    Penularan secara alamiah terjadi melalui gigitan nyamuk Anopheles betina yang

    telah terinfeksi oleh Plasmodium.

    2. Penularan tidak alamiah (not natural infection)

    a. Malaria bawaan (kongenital), disebabkan adanya kelainan pada sawar

    plasenta sehingga tidak ada penghalang infeksi dari ibu kepada bayi yang

    dikandungnya.

    b. Penularan secara mekanik terjadi melalui transfusi darah melalui jarum

    suntik. Penularan pada jarum suntik biasanya terjadi pada para pecandu

    narkoba yang menggunakan jarum suntik yang tidak steril.

    c. Secara oral. Cara penularan ini pernah dibuktikan pada burung (Plasmodium

    gallinasium), burung dara (Plasmodium relection) dan monyet (Plasmodium

    knowlesi) yang akhir-akhir ini dilaporkan menginfeksi manusia.

    Pada umumnya sumber infeksi malaria pada manusia adalah manusia lain yang

    sakit malaria, baik dengan gejala maupun tanpa gejala klinis (Harijanto, 2012).

    2.1.9 Pencegahan Malaria

    Pencegahan malaria secara umum meliputi tiga hal, yaitu edukasi,

    kemoprofilaksis dan upaya menghindari gigitan nyamuk.

  • 16

    a. Edukasi adalah faktor terpenting pencegahan malaria yang harus diberikan

    pada setiap pelancong atau petugas yang akan bekerja didaerah endemis.

    Materi utama edukasi adalah mengajarkan tentang cara penularan malaria,

    resiko terkena malaria, tanda dan gejala malaria, serta menjaga kondisi

    lingkungan agar tetap bersih dan terhindar dari pembiakan nyamuk terutama

    rawa atau tempat genangan air.

    b. Upaya menghindari gigitan nyamuk Anopheles adalah cara yang paling

    efektif untuk mencegah malaria. Upaya tersebut berupa proteksi pribadi,

    modifikasi perilaku dan modifikasi lingkungan. Proteksi pribadi dengan

    menggunakan kelambu yang dilapisi insektisida permethin, gunakan lotion

    anti nyamuk serta baju lengan panjang dan celana panjang. Modifikasi

    perilaku berupa mengurangi aktifitas diluar rumah mulai senja sampai subuh

    disaat nyamuk Anopheles umumnya menggigit atau usahakan tinggal didalam

    rumah mulai sore. Sebaiknya pintu rumah ditutup mulai sore hari, pasang

    kasa nyamuk dikisi-kisi udara rumah dan tidur dalam kelambu.

    Modifikasi lingkungan bertujuan untuk mengurangi habitat pembiakan

    nyamuk, berupa perbaikan sistem drainase sehingga mengurangi genangan

    air. Mengubur barang-barang bekas, perbaikan tepian sungai untuk

    memperlancar aliran air. Pengelolaan lingkungan tersebut disertai modifikasi

    perilaku manusia efektif mengurangi resiko terkena malaria sampai 80-88%

    c. Kemoprofilaksis diberikan bagi para wisatawan yang melancong ke daerah

    endemis dalam waktu singkat ataupun mereka yang akan menjalankan tugas

  • 17

    untuk jangka waktu yang lama sampai bertahun-tahun. Kemoprofilaksis

    diberikan untuk mengurangi resiko jatuh sakit jika telah tergigit nyamuk

    infeksius. Tingkat efektivitas kemoprofolaksis sangat ditentukan oleh tingkat

    resistensi plasmodium setempat terhadap obat anti malaria (Harijanto, 2012)

    2.2 Perilaku.

    2.2.1 Konsep Perilaku

    Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang

    bersangkutan. Perilaku manusia adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu

    sendiri dalam bentangan sangat luas, antara lain: berjalan, berbicara, menangis,

    tertawa, bekerja, menulis, membaca, dan sebagainya (Notoadmodjo, 2012).

    Perilaku manusia adalah aktivitas yang timbul karena adanya stimulus dan

    respons serta dapat diamati baik secara langsung maupun tidak langsung.

    Rangsangan ini bisa berasal dari dalam diri (internal) ataupun dari luar diri

    (eksternal) manusia yang bersangkutan (Sunaryo, 2010).

    Jadi, perilaku manusia adalah segala bentuk aktivitas atau kegiatan yang

    dilakukan manusia sebagai suatu bentuk reaksi manusia terhadap stimulus yang

    datang dari dalam diri ataupun dari luar diri manusia dan aktivitas ini dapat

    diamati maupun tidak dapat dapat diamati oleh pihak luar.

    2.2.2 Jenis-jenis perilaku

    Perilaku dikatakan terjadi sebagai bentuk reaksi manusia terhadap rangsangan dari

    dalam dirinya ataupun dari luar dirinya dimana reaksi ini dapat diamati maupun

  • 18

    tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoadmodjo, 2010:44). Berdasarkan hal ini,

    maka perilaku dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

    1. Perilaku Tertutup (Covert behaviour)

    Perilaku tertutup terjadi bila reaksi terhadap stimulus masih belum dapat diamati

    oleh orang lain secara jelas. Respon seseorang masih terbatas pada perhatian,

    perasaan, persepsi, pengetahuan, dan sikap terhadap stimulus yang bersangkutan.

    Misalnya, seorang ibu tahu tentang penyakit malaria dan cara pencegahannya

    (pengetahuan) kemudian ibu tersebut berusaha memberikan tanggapan terhadap

    malaria dan cara pencegahan (sikap) (Notoadmodjo, 2010).

    2. Perilaku Terbuka (Overt behaviour)

    Perilaku terbuka terjadi apabila reaksi terhadap stimulus tersebut sudah berupa

    tindakan atau praktik yang bisa diamati orang lain dari luar. Misalnya, ibu

    melakukan tindakan pencegahan sesuai arahan petugas kesehatan (Notoadmodjo,

    2010).

    2.2.3 Domain Perilaku

    Benyamin Bloom (1998) dalam Notoatmodjo (2014) membagi dominan perilaku

    atas 3 bagian yakni, koginitif (cognitive), afektif (affective), psikomotor

    (psychomotor). Dalam perkembangan selanjutnya, berdasarkan pembagian

    dominan ini untuk kepentingan pendidikan praktis, dikembangkan menjadi 3

    tingkat perilaku sebagai berikut :

  • 19

    1) Pengetahuan (knowledge)

    Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang

    terhadap suatu obyek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan

    sebagainya). Sebagian besar penginderaan seseorang didapatkan melalui indera

    penglihatan (mata) dan indera pendengaran (telinga). Pengetahuan seseorang akan

    suatu obyek memiliki tingkat yang berbeda-beda. Secara garis besar pengetahuan

    dibedakan dalam 6 tingkat(Notoatmojo, 2014).

    1. Tahu (know)

    Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.

    Termasuk kedalam tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang

    spesifik dari seluruh bahasan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

    Oleh sebab itu tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata

    kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain;

    menyebutkan, menguraikan, memberi contoh dan sebagainya. Misalnya ibu dapat

    menyebutkan tujuan pencegahan gigitan nyamuk pada balita.

    2. Memahami (comperehension)

    Memahami diartikan sebagai kemampuan menjelaskan secara benar tentang

    obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

    Orang yang telah paham terhadap obyek atau materi harus dapat menjelaskan,

    menyebutkan contoh, menyimpulkan dan sebagainya terhadap obyek yang

    dipelajari. Misalnya dapat menjelaskan mengapa pencegahan gigitan nyamuk itu

    penting untuk dilakukan dan bagaimana cara melakukan pencegahan tersebut.

  • 20

    3. Aplikas (application)

    Diartikan sebagai kemampuan menggunakan materi yang telah dipelajari pada

    situasi riil/sebenarrnya. Misalnya ibu selalu menggunakan kelambu untuk anak

    saat anak tidur.

    4. Analisis (analysis)

    Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek ke

    dalam komponen – komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi

    tersebut dan masih ada kaitannya antara satu dengan yang lain.

    5. Sintesis (synthesis)

    Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

    menghubungkan bagian–bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

    Dengan kata lain sintesis ini merupakan suatu kemampuan untuk menyusun

    formasi baru dari formulasi–formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun,

    merencanakan, meringkas, menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori

    atau rumusan – rumusan yang telah ada.

    6. Evaluasi (evaluation)

    Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi

    atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan sendirinya

    didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-norma yang

    berlaku di masyarakat.

    Penelitian Rogers (1974) dalam Indriyani dan Asmudji (2014), mengungkapkan

    bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru, orang tersebut mengalami

    beberapa proses dalam dirinya, yakni:

  • 21

    a. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari atau mengetahui

    adanya stimulus (obyek) terlebih dahulu.

    b. Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus (obyek).

    c. Evaluation, yakni orang tersebut mulai menimbang-nimbang baik tidaknya

    stimulus tersebut bagi dirinya.

    d. Trial, yakni orang tersebut mulai mencoba perilaku baru tersebut.

    e. Adoption, yakni orang tersebut telah berperilaku baru sesuai dengan

    pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

    Pengetahuan tentang kesehatan mencakup apa yang diketahui oleh seseorang

    terhadap cara-cara memelihara kesehatan (Notoatmodjo, 2010). Indikator-

    indikator pengetahuan seseorang tentang kesehatan, mencakup:

    a. Pengetahuan tentang sakit dan penyakit, meliputi: penyebab penyakit, gejala

    atau tanda-tanda penyakit, cara penularan penyakit, cara pengobatan penyakit,

    tempat mencari pengobatan penyakit, dan cara pencegahan penyakit

    (Notoatmodjo, 2012).

    b. Pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan cara hidup sehat,

    meliputi: jenis-jenis makanan yang bergizi, manfaat makanan bergizi bagi

    kesehatannya, pentingnya olahraga bagi kesehatan, penyakit-penyakit atau

    bahaya merokok, bahaya minuman keras, bahaya narkoba, pentingnya istirahat

    yang cukup, rekreasi, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2012).

    c. Pengetahuan tentang kesehatan lingkungan, meliputi: manfaat air bersih, cara-

    cara pembuangan limbah yang sehat, manfaat pencahayaan dan penerangan

    rumah yang sehat, akibat polusi, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2012).

  • 22

    Dalam Notoatmodjo (2012), menyatakan bahwa perilaku baru atau adopsi

    perilaku yang didasari oleh pengetahuan dan kesadaran yang positif akan bersifat

    langgeng (long lasting) dibandingkan dengan perilaku yang tidak didasari oleh

    pengetahuan dan kesadaran.

    Pengetahuan dapat diukur dengan wawancara atau angket yang menyatakan

    tentang isi materi yang ingin diukur dari responden (Notoatmodjo, 2010).

    2. Sikap (attitude)

    Sikap adalah respon tertutup seseorang stimulus atau obyek tertentu yang sudah

    melibatkan faktor pendapat dan emosi seseorang (senang-tidak senang, setuju-

    tidak setuju, baik-tidak baik, dan sebagainya). Sikap melibatkan pikiran, perasaan,

    perhatian dan gejala kejiwaan lainnya (Notoadmodjo, 2010).

    Sunaryo (2013), menggabungkan beberapa pendapat para ahli tentang ciri-ciri

    sikap, yakni:

    a. Sikap tidak dibawa sejak lahir, namun dipelajari dan dibentuk berdasarkan

    pengalaman individu sepanjang perkembangan selama hidupnya.

    b. Sikap dapat berubah-ubah dalam situasi yang memenuhi syarat untuk itu

    sehingga dapat dipelajari.

    c. Sikap tidak berdiri sendir, namun selalu berhubungan dengan obyek sikap

    d. Sikap dapat tertuju pada satu obyek ataupun dapat tertuju pada sekumpulan

    obyek.

    e. Sikap dapat berlangsung lama atau sementara

    f. Sikap mengandung faktor perasaan dan motivasi sehingga berbeda dengan

    pengetahuan.

  • 23

    g. Pembentukan sikap pada manusia dipengaruhi oleh faktor dalam diri manusia

    (internal) dan pengaruh interaksi manusia satu dengan lainnya (eksternal).

    Faktor-faktor internal yang membentuk sikap yaitu fisiologi, psikologi dan

    motif. Sedangkan faktor eksternal yaitu pengalaman yang diperoleh individu,

    situasi yang dihadapi oleh individu, norma dalam masyarakat, hambatan, dan

    pendorong yang dihadapi individu dalam masyarakat.

    Seperti halnya pengetahuan, sikap juga memiliki tingkatan sesuai dengan

    intensitasnya, sebagai berikut (Notoadmodjo, 2010):

    a. Menerima (receiving), berarti individu mau stimulus yang diberikan suatu

    obyek

    b. Menanggapi (responding), berarti memberikan tanggapan terhadap obyek yang

    dihadapi

    c. Menghargai (valuing), berarti seseorang memberikan nilai yang positif

    terhadap obyek atau stimulus

    d. Bertanggung jawab (responsible), berarti individu bertanggung jawab terhadap

    apa yang sudah diyakininya.

    e. Tindakan atau praktik

    Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behaviour).

    Mewujudkan suatu sikap menjadi suatu tindakan nyata diperlukan faktor

    pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, misalnya fasilitas ataupun

    dukungan dari pihak lain dari luar diri individu yang bersangkutan (Notoadmodjo,

    2012).

  • 24

    Sikap memiliki empat determinan (Sunaryo, 2013), yaitu:

    a. Faktor fisiologis

    Faktor yang penting dalam faktor fisiologis adalah umur dan kesehatan.

    Misalnya, orang muda umumnya bersikap kurang perhitungan dengan akal,

    sedangkan orang tua bersikap dengan penuh kehati-hatian; orang muda

    umunya suka membuang limbah sembarangan dibandingkan dengan orang

    yang lebih tua.

    b. Faktor pengalaman langsung terhadap obyek sikap

    Contohnya, perawat yang pernah tertusuk jarum bekas suntikan akan bersikap

    negatif terhadap perilaku pengelolaan limbah jarum suntik yang tidak sesuai.

    c. Faktor kerangka acuan

    Kerangka acuan yang tidak sesuai dengan obyek sikap akan menimbulkan

    sikap yang negatif terhadap obyek sikap tersebut. Misalnya, perawat yang

    menyakini tentang perilaku membuang jarum suntik bekas tidak sesuai dengan

    acuan pengelolaan limbah medis, maka perawat tersebut tidak akan akan

    melakukannya.

    d. Faktor komunikasi sosial

    Informasi yang diterima individu akan mengubah sikap individu.

    Notoadmodjo, (2010), menyatakan bahwa sikap terdiri atas tiga komponen pokok,

    yaitu:

    a. Kepercayaan atau keyakinan, ide dan konsep orang terhadap suatu obyek.

    Misalnya bagaimana pendapat seseorang tentang penyakit malaria

  • 25

    b. Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap obyek. Misalnya

    bagaimana penilaian seseorang terhadap penyakit malarai, apakah orang

    tersebut menganggapa penyakit malaria sebagai penyakit yang biasa saja atau

    penyakit yang membahayakan.

    c. Kecenderungan untuk bertindak. Misalnya, apa yang akan dilakukan seseorang

    bila ia menderita sakit malaria.

    Ketiga komponen tersebut diatas secara bersama-sama membentuk sikap yang

    utuh (total attitude). Dalam menentukan sikap yang utuh ini pengetahuan, pikiran,

    keyakinan, dan emosi memegang peranan penting (Notoadmodjo, 2010).

    Sikap terhadap kesehatan adalah pendapat atau penilaian orang terhadap hal-hal

    yang berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan. Indikator sikap kesehatan sejalan

    dengan pengetahuan kesehatan (Notoatmodjo, 2012).

    Indikator sikap kesehatan meliputi (Notoatmodjo, 2012):

    a. Sikap terhadap sakit penyakit, yaitu penilaian atau pendapat seseorang tentang

    gejala atau tanda-tanda penyakit, penyebab penyakit, cara penularan penyakit,

    cara pencegahan, dan sebagainya .

    b. Sikap cara pemeliharaan dan cara hidup sehat, yakni penilaian atau pendapat

    seseorang tentang cara-cara memelihara dan cara-cara berperilaku hidup sehat .

    c. Sikap terhadap kesehatan lingkungan, yakni penilaian atau pendapat seseorang

    terhadap lingkungan dan pengaruhnya terhadap kesehatan. Misalnya pendapat

    atau penilaian terhadap pembuangan limbah, dan sebagainya .

  • 26

    Salah satu aspek yang sangat penting guna memahami sikap dan perilaku

    manusia adalah pengungkapan (assesment) atau pengukuran (measurement)

    sikap. Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan memberikan pertanyaan-

    pertanyaan langsung ataupun tidak langsung. Menurut Sugiyono (2013), berbagai

    skala sikap dapat digunakan untuk penelitian pendidikan, administrasi dan social,

    misalnya skala Likert.

    Penelitian menggunakan skala Likert dilakukan bila ingin menjabarkan indikator

    variabel. Setiap jawaban dengan menggunakan skala Likert mempunyai gradasi

    dari sangat positif sampai sangat negatif yang dapat berupa kata-kata misalnya:

    1. sangat setuju

    2. setuju

    3. tidak sutuju

    4. sangat tidak setuju.

    Jawaban dapat diberi skor misalnya:

    1. Sangat setuju diberi skor 4

    2. Setuju diberi skor 3

    3. Tidak setuju diberi skor 2

    4. Sangat tidak setuju diberi skor 1

    3. Tindakan atau Praktek (Practice)

    Seperti telah disebutkan di atas bahwa sikap adalah kecenderungan untuk

    bertindak (praktik). Sikap belum tentu terwujud dalam tindakan, sebab untuk

    terwujudnya tindakan perlu factor lain, yaitu antara lain adanya fasilitas atau

  • 27

    sarana dan prasarana. Seorang ibu sudah tahu bahwa mencegah gigitan nyamuk

    malaria pada balita itu penting untuk mencegah terjadinya penyakit malaria, dan

    sudah ada niat (sikap) untuk melakukan pencegahan. Agar sikap ini meningkat

    menjadi tindakan, maka diperlukan Posyandu, atau Puskesmas yang dekat dari

    rumahnya, atau fasilitas tersebut mudah dicapainya.

    Praktik atau tindakan ini dapat dibedakan menjadi 3 tingkatan menurut

    kualitasnya, yaitu:

    a) Praktik terpimpin (guided response)

    Apabila subjek atau seseorang telah melakukan sesuatu tetapi masih bergantung

    pada tuntunan atau menggunakan panduan.

    b) Praktik secara mekanisme (mechanism)

    Apabila subjek atau seseorang telah melakukan atau mempraktikan sesuatu hal

    secara otomatis maka disebut praktik atau tindakan medis.

    c) Adopsi (adoption)

    Adopsi adalah suatu tindakan atau praktik yang sudah berkembang. Artinya, apa

    yang dilakukan tidak sekedar rutinitas atau mekanisme saja, tetapi sudah

    dilakukan modifikasi, atau tindakan atau perilaku yang berkualitas.

    Prakrik kesehatan atau tindakan untuk hidup sehat adalah semua kegiatan atau

    aktivitas orang dalam rangaka memelihara kesehatan. Tindakan atau praktik

    kesehatan ini juga meliputi 4 faktor seperti pengetahuan dan sikap kesehatan

    tersebut di atas, yaitu:

  • 28

    1. Tindakan atau praktik sehubungan dengan pencegahan penyakit menular dan

    tidak menular dan praktik tentang mengatasi atau menangani sementara

    penyakit yang diderita.

    2. Tindakan atau praktik sehubungan dengan gizi makanan, sarana air bersih,

    pembuangan air limbah, pembuangan kotoran manusia, pembuangan sampah,

    perumahan sehat, polusi udara, dan sebagainya.

    3. Tindakan atau praktik sehubungan dengan penggunaan (utilisasi) fasilitas

    pelayanan kesehatan.

    4. Tindakan atau praktik untuk menghindari kecelakaan baik kecelakaan rumah

    tangga, maupun kecelakaan lalu lintas, dan kecelakaan di tempat-tempat

    umum.

    Pengukuran atau cara mengamati perilaku dapat dilakukan melalui dua cara,

    secara langsung, maupun secara tidak langsung. Pengukuran perilaku yang paling

    baik adalah secara langsung, yakni dengan pengamatan (observasi), yaitu

    mengamati tindakan subjek dalam rangka memelihara kesehatannya, misalnya:

    tindakan apa saja yang dilakukan ibu untuk mencegah gigitan nyamuk anpheles

    pada balita saat sore hari.

    Pengukuran secara tidak langsung berarti peneliti tidak secara langsung

    mengamati perilaku orang yang sedang diteliti (responden). Metode pengukuran

    secara tidak langsung dilakukan melalui beberapa cara yaitu:

  • 29

    1. Menggunakan metode mengingat kembali (recall). Metode ini dilakukan

    melalui pertanyaan-pertanyaan terhadap subjek tentang apa yang telah

    dilakukan berhubungan dengan kesehatan(Notoatmodjo, 2014).

    2. Melalui orang ketiga atau orang lain yang dekat dengan subjek. Metode ini

    biasa digunakan untuk mengamati perilaku keteraturan minum obat seorang

    penderita penyakit tertentu melalui orang terdekat misalnya suami atau istri.

    3. Melalui indikator (hasil perilaku)

    Pengukuran ini dilakukan melalui indikator hasil perilaku orang yang diamati.

    Misalnya peneliti akan mengamati atau mengukur perilaku kebersihan diri

    seorang murid sekolah.

    2.2.4 Perilaku Kesehatan

    A. Defenisi Perilaku Kesehatan

    Perilaku kesehatan adalah respon seseorang terhadap stimulus atau obyek yang

    berkaitan dengan sehat-sakit, penyakit, dan faktor-faktor yang mempengaruhi

    sehat-sakit (kesehatan) seperti lingkungan, makanan, minuman dan pelayanan

    kesehatan (Notoadmodjo, 2010).

    B. Jenis-jenis Perilaku Kesehatan

    Notoadmodjo (2012), mengklasifikasi perilaku kesehatan dalam tiga kelompok,

    sebagai berikut:

    1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintanance)

    Perilaku ini menggambarkan usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau

    menjaga kesehatannya agar tidak sakit dan usaha penyembuhan bilamana sakit.

  • 30

    2. Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan kesehatan

    atau disebut juga perilaku pencarian pengobatan (health seeking behaviour).

    Perilaku ini menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita

    penyakit atau kecelakaan. Tindakan ini dimulai dari tindakan mengobati sendiri

    sampai dengan mencari pengobatan ke luar negeri.

    3. Perilaku kesehatan lingkungan

    Perilaku ini menyangkut upaya seseorang untuk mengelola lingkungannya

    sehingga tidak mengganggu kesehatannya sendiri, keluarganya atau

    masyarakatnya.

    C. Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Kesehatan

    Perilaku seseorang dipengaruhi atau ditentukan oleh faktor-faktor yang berasal

    baik dari dalam maupun dari luar subyek. Faktor-faktor ini disebut determinan

    (Notoatmodjo, 2010).

    Green (1980) dalam Notoadmodjo (2010), menyebutkan bahwa ada tiga faktor

    utama yang mempengaruhi perilaku, yaitu:

    1. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors)

    Faktor–faktor ini adalah faktor-faktor yang mempermudah terjadinya perilaku

    seseorang, antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai,

    umur, pendidikan, pekerjaan dan sebagainya. Contohnya, seorang ibu mau

    melakukan pencegahan gigitan nyamuk anopheles pada anaknya karena ibu

    tersebut tahu dan yakin bahwa tindakannya itu dapat meminimalkan resiko

    terjadinya penularan penyakit malaria.

  • 31

    Kholid (2012), menambahkan karakteristik faktor predisposisi dari segi faktor-

    faktor demografi (usia dan jenis kelamin), struktur sosial (pendidikan, pekerjaan,

    etnik, dan faktor lainnya yang mengukur status dalam masyarakat serta kesehatan

    lingkungan fisik), dan kepercayaan kesehatan (sikap, nilai, dan pengetahuan yang

    mungkin mempengaruhi persepsi kebutuhan dan pengunaan layanan kesehatan).

    a. Umur

    Menurut Elisabeth yang dikutip dari Nursalam (2003) Usia adalah umur individu

    yang dihitung sejak dilahir sampai berulang tahun. umur dapat mempengaruhi

    tingkat pengetahuan seseorang, bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh

    pada perubahan perilaku dirinya, akan tetapi pada umur-umur tertentu (usia lanjut)

    kemampuan penerimaan atau mengingat sesuatu pengetahuan yang baru akan

    berkurang Notoatmodjo (2007). Hal ini didukung pula oleh pendapat Hurlock

    dalam Padilla (2014), semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan

    seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja. Umur merupakan faktor

    predisposisi terjadinya perilaku kesehatan dalam hal ini adalah upaya pencegahan

    gigitan nyamuk anopheles (Notoatmodjo, 2012).

    Umur yang tepat untuk ibu yang merawat balita adalah berkisar antara 20-40

    tahun (masa dewasa awal). Masa dewasa awal adalah masa dimana seluruh

    potensi sebagai manusia berada pada puncak perkembangan baik fisik maupun

    psikis. Masa dewasa awal dibagi menjadi dua masa yaitu masa pembentukan (20-

    30 tahun) dengan tugas perkembangan mulai memisahkan diri dari orang tua,

    membentuk keluarga baru dengan pernikahan dan mengembangkan persahabatan.

  • 32

    Masa konsolidasi (31-40 tahun) yaitu masa konsolidasi karier dan memperkuat

    ikatan perkawinan (Psycho Share, 2014).

    b. Pendidikan

    Menurut Notoatmodjo (2003), pendidikan adalah segala upaya yang direncanakan

    untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok dan masyarakat

    sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan.

    Menurut Dictionary of Education (dalam Munib, 2004) pendidikan adalah proses

    seseorang mengembangkan kemampuan, sikap, dan bentuk-bentuk utorang

    dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol

    (khususnya yang datang dari sekolah), sehingga dia dapat memperoleh atau

    mengalami perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan individu yang

    optimal.

    Pendidikan terjadi melalui kegiatan atau proses belajar yang dapat terjadi

    dimana saja, kapan saja, dan oleh siapa saja. Kegiatan belajar mempunyai ciri-

    ciri yaitu: pertama, belajar adalah kegiatan yang menghasilkan perubahan

    pada diri individu, kelompok, atau masyarakat yang sedang belajar, baik

    aktual maupun potensial. Ciri kedua dari hasil belajar bahwa perubahan tersebut

    di dapatkan karena kemampuan baru yang berlaku untuk waktu yang relatif

    lama. Ciri yang ketiga adalah bahwa perubahan itu terjadi karena usaha, dan

    didasari bukan karena kebetulan (Notoatmodjo, 2007).

    Ruang lingkup pendidikan terdiri dari pendidikan informal, non formal dan

    formal. Pendidikan informal adalah pendidikan yang diperoleh seseorang di

    rumah dalam lingkungan keluarga. Pendidikan informal berlangsung tanpa

  • 33

    organisasi, yakni tanpa orang tertentu yang diangkat atau ditunjuk sebagai

    pendidik, tanpa suatu program yang harus diselesaikan dalam jangka waktu

    tertentu, dan tanpa evaluasi yang formal berbentuk ujian. Pendidikan non formal

    meliputi berbagai usaha khusus yang diselenggarakan secara terorganisasi

    terutama generasi muda dan orang dewasa, yang tidak dapat sepenuhnya atau

    sama sekali tidak berkesempatan mengikuti pendidikan sekolah dapat memiliki

    pengetahuan praktis dan ketrampilan dasar yang mereka perlukan sebagai warga

    masyarakat yang produktif. Sedangkan pendidikan formal adalah pendidikan

    yang mempunyai bentuk atau organisasi tertentu seperti terdapat di sekolah atau

    universitas (Notoatmodjo, 2007).

    Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2004 tentang

    Sistem Pendidikan Nasional jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan

    dasar (SD dan SMP), dan pendidikan tinggi (SMA, akademi, institute, sekolah

    tinggi dan universitas)(Hasbulah, 2005).

    Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendidikan yaitu faktor umur, faktor

    tingkat sosial ekonomi dan faktor lingkungan. Faktor umur merupakan indikator

    kedewasaan seseorang, semakin bertambah umur, pendidikan yang didapat akan

    lebih banyak, baik itu pendidikan formal maupun pendidikan non formal yang

    diinginkan adalah terjadinya perubahan kemampuan, ketrampilan atau

    perilakunya. Perubahan perilaku didasari adanya perubahan atau penambahan

    pengetahuan, sikap atau ketrampilannya. Faktor tingkat sosial ekonomi sangat

    mempengaruhi perbaikan pendidikan dan perbaikan pelayanan kesehatan yang

    diinginkan masyarakat. Rata-rata keluarga dengan sosial ekonomi yang baik akan

  • 34

    memilih tingkat pendidikan dan sarana kesehatan yang bagus dan bermutu.

    Sedangkan faktor lingkungan mempunyai pengaruh yang besar dalam pendidikan

    seseorang. Contoh orang yang berada dalam lingkungan yang mendukung serta

    mengutamakan pendidikan, mereka akan merasa lebih termotivasi untuk belajar.

    Sehingga pengetahuan yang mereka peroleh akan lebih baik dibandingkan

    seseorang yang keluarganya tidak mendukung untuk merasakan bangku sekolah

    (Notoatmodjo, 2007).

    Tingkat pendidikan berpengaruh terhadap penggunaan fasilitas pelayanan

    kesehatan. Penggunaan posyandu dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dapat

    membuat orang menjadi berpandangan lebih luas berfikir dan bertindak secara

    rasional sehingga latar belakang pendidikan seseorang dapat mempengaruhi

    penggunaan pelayanan kesehatan (Notoatmodjo, 2007).

    Pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan semakin baik

    pula tingkat pengetahuannya. Ibu dengan pendidikan yang relatif tinggi

    cenderung memiliki kemampuan untuk menggunakan sumber daya keluarga

    yang lebih baik dibandingkan dengan ibu yang berpendidikan rendah

    (Notoatmodjo, 2007).

    c. Pekerjaan

    Pekerjaan adalah kegiatan rutin yang dilakukan yang dilakukan subjek penelitian

    diluar rumah yang menghasilkan imbalan materi maupun uang. Pekerjaan terbagi

    menjadi 2 yaitu bekerja dan tidak bekerja. Bekerja apabila melakukan kegiatan

    rutin yang dilakukan yang dilakukan subjek penelitian diluar rumah yang

  • 35

    menghasilkan imbalan materi maupun uang. Sedangkan tidak bekerja apabila

    subjek penelitian tidak memiliki kegiatan riutin yang dilakukan diluar rumah yang

    menghasilkan imbalan materi maupun uang(Nurhasanah, 2008).

    Bekerja atau tidaknya seseorang akan turut berpengaruh pada minatannya

    terhadap pelayanan kesehatan, semakin baik jenis pekerjaan dari seseorang

    semakin tinggi peminatan terhadap pelayanan kesehatan. Indikatornya adalah

    mempunyai pekerjaan, tetap memanfaatkan pelayanan kesehatan walaupun harus

    meninggalkan pekerjaannya (Syafruddin, 2010).

    Menurut Notoatmodjo (2010), pekerjaan dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

    Bekerja : buruh, tani, swasta dan PNS

    Tidak bekerja : Ibu rumah tangga dan pengangguran

    2. Faktor-faktor pemungkin (enabling factors)

    Faktor-faktor ini adalah faktor-faktor yang memungkinkan atau memfasilitasi

    perilaku atau tindakan seperti sarana dan prasarana yang dapat menunjang

    terjadinya perilaku kesehatan. Sarana prasarana yang dimaksudkan disini

    misalnya Puskesmas, rumah sakit, tempat pembuangan sampah, tempat

    pembuangan air, pembagian kelambu ke semua kepala keluarga.

    3. Faktor-faktor penguat (reinforcing factors)

    Faktor-faktor ini adalah faktor-faktor yang mendorong dan memperkuat terjadinya

    perilaku. Perilaku hidup sehat dapat terjadi jika ada tokoh masyarakat yang

  • 36

    menjadi role model atau adanya dukungan dari orang-orang terdekat individu

    bersangkutan, misalnya dari tokoh agama dan tokoh adat setempat.

    2.2.5 Perilaku Pencegahan Malaria

    Indikator praktik pencegahan dan pengendalian penyakit malaria dapat diketahui

    melalui tindakan masyarakat sehubungan dengan penyakit malaria, membersihkan

    semak-semak disekitar rumah, menggunakan bahan penolak nyamuk (repellent),

    tidur menggunakan kelambu dan upaya yang lain untuk mencegah tertular

    penyakit malaria (Harijanto, 2012). Berbagai perilaku yang dapat dilakukan agar

    terhindar dari bahaya penyakit malaria, yaitu (Harijanto, 2012):

    1. Memberantas habitat larva dengan penyemprotan insektisida, membersihkan

    parit, menutup dan membersihkan tempat penyimpanan air yang digunakan

    sehari-hari.

    2. Penggunaan kelambu berinsektisida atau kelambu poles pada tempat tidur

    untuk melindungi balita saat tidur.

    3. Menggunakan semprotan pembasmi serangga di dalam dan di luar rumah

    untuk menghindari gigitan nyamuk.

    4. Diadakan kerja bakti secara rutin untuk membersihkan lingkungan dan

    semak-semak belukar di sekitar rumah, genangan air dan kandang ternak.

    5. Memasang kawat nyamuk pada jendela dan kisi kisi rumah untuk mencegah

    masuknya nyamuk ke dalam rumah.

    6. Mengoleskan obat anti nyamuk di kulit (lotion) penolak nyamuk atau obat

    nyamuk bakar untuk menghindari gigitan nyamuk.

  • 37

    7. Mengenakan pakaian yang menutupi tubuh sehingga tidak terkena gigitan

    terutama jika akan bepergian pada malam hari.

    8. Menghindari kebiasaan berada di luar rumah pada malam hari untuk

    menghindari gigitan nyamuk anopheles.

    9. Menutup jendela dan pintu pada malam hari untuk mencegah masuknya

    nyamuk ke dalam rumah.

    2.3 Balita

    2.3.1 Pengertian Balita

    Balita adalah anak yang telah menginjak usia di atas satu tahun atau lebih popular

    dengan pengertian usia anak di bawah lima tahun (Muaris.H, 2006).

    Balita adalah istilah umum bagi anak usia 1-5. Saat usia balita, anak masih

    tergantung penuh kepada orang tua untuk melakukan kegiatan penting, seperti

    mandi, buang air dan makan. Perkembangan berbicara dan berjalan sudah

    bertambah baik, namun kemampuan lain masih terbatas.

    Masa balita merupakan periode penting dalam proses tumbuh kembang manusia.

    Perkembangan dan pertumbuhan di masa itu menjadi penentu keberhasilan

    pertumbuhan dan perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh

    kembang di usia ini merupakan masa yang berlangsung cepat dan tidak akan

    pernah terulang, karena itu sering disebut golden age atau masa keemasan.

    2.3.2 Karakteristik Balita.

    Menurut karakteristik, balita terbagi dalam dua kategori yaitu anak usia 1 – 3

    tahun (batita) dan anak usia prasekolah (Muaris.H, 2006).

  • 38

    1. Karakteristik anak Batita

    Anak usia 1-3 tahun merupakan konsumen pasif, artinya anak menerima makanan

    dari apa yang disediakan ibunya. Laju pertumbuhan masa batita lebih besar dari

    masa usia pra-sekolah sehingga diperlukan jumlah makanan yang relatif besar.

    Namun perut yang masih lebih kecil menyebabkan jumlah makanan yang mampu

    diterimanya dalam sekali makan lebih kecil dari anak yang usianya lebih besar.

    2. Karakteristik Usia Pra-sekolah

    Pada usia pra-sekolah anak menjadi konsumen aktif. Mereka sudah dapat memilih

    makanan yang disukainya. Pada usia ini anak mulai bergaul dengan

    lingkungannya atau bersekolah playgroup sehingga anak mengalami beberapa

    perubahan dalam perilaku. Pada masa ini anak akan mencapai fase gemar

    memprotes sehingga mereka akan mengatakan “tidak” terhadap setiap ajakan.

    Karakteristik anak pra-sekolah ini mencakup perkembangan fisik dan kemampuan

    motorik serta emosional anak. Perkembangan fisik yaitu hasil tumbuh kembang

    fisik adalah bertumbuh besarnya ukuran-ukuran antropometrik dan gejala/tanda

    lain pada rambut, gigi-geligi, otot, serta jaringan lemak, darah, dan lainnya.

    Sedangkan kemampuan motorik dan emosional anak mencakup sikap anak dalam

    lingkungan, gerakan anggota badan, menggunakan bahasa tanpa memahami

    makna kata serta kemampuan intelektual anak seperti menyebutkan nama atau

    bercerita lainnya.

    2.3.3 Kebutuhan Dasar Tumbuh Kembang

    Kebutuhan dasar dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu :

  • 39

    a. Asuh ( Kebutuhan Fisik – Biomedis)

    Kebutuhan asuh meliputi sebagai berikut :

    1. Nutrisi yang adekuat dan seimbang

    2. Perawatan kesehatan dasar

    Untuk mencapai kesehatan dasar yang optimal, perlu beberapa upaya misalnya

    pencegahan penyakit menular, imunisasi, kontrol ke Puskesmas atau Posyandu

    secara berkala, perawatan bila sakit.

    3. Pakaian

    4. Perumahan

    5. Higiene diri dan lingkungan

    6. Kesegaran jasmani

    b. Asih (Kebutuhan Emosi dan Kasih Sayang)

    Kebutuhan asih meliputi :

    1. Kasih sayang orang tua

    2. Rasa aman

    3. Harga diri

    4. Dukungan/dorongan

    5. Mandiri

    6. Rasa memiliki

    c. Asah (Kebutuhan Stimulasi)

    Stimulasi adalah adanya perangsangan dari dunia luar berupa latihan atau

    bermain. Asah merupakan kebutuhan untuk perkembangan mental psikososial

    anak yang dapat dilakukan dengan pendidikan dan pelatihan (Nursalam, 2013)