Kebijakan Pengembangan Industri Oleokimia Berbasis Minyak Kelapa Sawit
BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2020. 12. 8. · 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Minyak Kelapa...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2020. 12. 8. · 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Minyak Kelapa...
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Industri Minyak Kelapa Sawit
Industri minyak sawit merupakan industri berbasis sektor pertanian yang
memproduksi crude palm oil (CPO) yang dapat digunakan untuk berbagai variasi
makanan, kosmetik, produk kebersihan, dan juga bisa digunakan sebagai sumber
biofuel atau biodiesel. Komoditi minyak kelapa sawit memiliki prospek cerah
dalam perdagangan minyak nabati dunia karena minyak kelapa sawit merupakam
salah satu minyak yang paling banyak dikonsumsi di dunia. Hal ini mendorong
pemerintah untuk memacu pengembangan areal perkebunan kelapa sawit yang
dapat menjadi sumber penghasil devisa non migas bagi negara (Priyambada dkk.,
2014).
Menurut data dari United States Department of Agriculture, Indonesia adalah
produsen dan eksportir minyak sawit terbesar di seluruh dunia yang menghasilkan
85-90% dari total produksi minyak sawit dunia. Hal ini didukung oleh jumlah
total luas area perkebunan sawit di Indonesia yang mencapai 8 juta hektar dan
direncanakan akan meningkat menjadi 13 juta hektar pada tahun 2020
(Priyambada dkk., 2014).
Permintaan dunia dalam jangka panjang akan minyak sawit semakin meningkat
sejalan dengan meningkatnya jumlah populasi dunia. Oleh sebab itu, budidaya
kelapa sawit semakin ditingkatkan secara signifikan baik oleh petani kecil
maupun para pengusaha besar di Indonesia. Sebagian besar produksi minyak
kelapa sawit Indonesia diekspor ke negara Republik Rakyat Tionghoa, India,
Malaysia, Singapura, dan Belanda (Priyambada dkk., 2014).
2.2. Pabrik Kelapa Sawit
Agro industri terutama industri minyak sawit berkembang pesat di Indonesia. Hal
ini disebabkan berkembangnya perkebunan kelapa sawit, baik milik perusahaan
negara, swasta, dan rakyat.
Industri minyak sawit yang lebih dikenal dengan sebutan PKS (Pabrik Kelapa
Sawit) merupakan suatu industri dengan kegiatan pengolahan tandan buah segar
5
kelapa sawit menjadi CPO (Crude Palm Oil). Bermacam-macam produksi dari
kelapa sawit seperti fraksionasi, olein, fatty acid, fatty alkohol, dan lain-lain dapat
diperoleh dari CPO. Selain itu CPO dengan kualitas rendah dapat sebagai bahan
dasar pembuatan sabun.
2.2.1 Peralatan dan Sistem Kerja Alat
Pabrik kelapa sawit memiliki beberapa peralatan utama dalam proses pengolahan
tandan buah segar kelapa sawit menjadi minyak crude palm oil (CPO), beberapa
peralatan yang digunakan pada pabrik kelapa sawit adalah sebagai berikut :
a. Penerimaan Tandan Buah Segar
Tandan buah segar (TBS) yang masuk ke pabrik diangkut menggunakan truk.
Buah lalu ditimbang di jembatan timbang untuk mengetahui jumlah berat buah
yang diterima oleh pabrik. Setelah ditimbang TBS dipindahkan ke loading ramp
pembagi tempat penimbunan sementara sebelum dimasukkan ke lori rebusan.
Buah yang akan diolah disortir di loading ramp.
b. Perebusan (Sterilizer)
Buah yang telah disortir dimasukkan ke dalam lori-lori rebusan yang terbuat dari
plat baja berlubang-lubang dan langsung di masukkan ke alat sterilizer. Alat ini
merupakan bejana perebusan dengan menggunakan uap air bertekanan antara 2,5-
3,0 kg/cm2. Adanya lubang-lubang pada badan lori ini untuk memudahkan uap air
masuk dan merebus buah secara merata. Proses perebusan ini bertujuan untuk
mematikan enzim-enzim yang dapat menghidrolisa minyak sehingga kualitas
minyak yang akan dihasilkan menurun. Di samping itu untuk memudahkan
pemisahan cangkang dari inti dengan keluarnya air dari biji. Proses perebusan
biasanya berlangsung selama 80-85 menit dan uap yang dibutuhkan sebesar 280-
290 kg/ton TBS.
c. Pemisahan Brondolan (Stripping)
Perlakuan selanjutnya terhadap buah setelah disterilisasikan disebut stripping atau
thresshing. Tujuannya untuk memisahkan brondolan (fruitlet) dari tangkai tandan.
Alat yang digunakan disebut thresher berupa drum berputar (rotary drum
thresher). Hasil pemisahan brondolan ini tidak selalu sempurna karena masih ada
brondolan tandan buah yang melekat pada tangkai tandan yang disebut (USB)
Unstripped Bunch. Untuk mengatasi hal ini, maka dipakai sistem double
6
thressing. Sistem ini bekerja dengan cara tandan kosong (EFB) Empty Fruti
Bunch dan USB yang keluar dari thresher pertama tidak dibuang langsung, tetapi
masuk ke thresher kedua yang selanjutnya tandan kosong di bawa ke tempat
penumpukan yang nantinya dimanfaatkan sebagai pupuk dengan suatu
pemrosesan tersendiri.
d. Pelumatan (Digesting)
Buah yang lepas dari tandan dan dibawa ke alat digester oleh fruit conveyor.
Dalam alat ini daging buah dilepaskan dari biji. Selama pelumatan berlangsung
temperatur dalam digester dijaga stabil.
e. Pengempaan (Pressing)
Masa buah dimasukkan ke dalam screw press (alat kempa). Mesin pengempa
yang biasa digunakan adalah double screw press. Alat ini terdiri dari dua worm
crew yang terletak di dalam press cake dan dua buah cone yang dapat bergerak
maju mundur. Akibat putaran kedua worm screw dan penekanan cone maka
minyak dalam mesocarp akan diperas dan keluar melalui lubang- lubang kecil
pada pres cake. Ampas hasil kempa campuran serat (fibre) dan kernel (nut) keluar
melalui bagian ujung worm screw. Proses pengempaan harus dilakukan sampai
kering sehingga minyak yang melekat pada ampas pengempaan cukup rendah.
Agar diperoleh pengektraksian minyak yang maksimum diperlukan keseimbangan
dan proses pengendalian yang baik.
f. Pemurnian Minyak (Clarification)
Hasil dari proses pengempaan diperoleh CPO yang merupakan campuran minyak,
air dan padatan. Penyaringan minyak ini dilakukan dengan alat vibrating screen
yang bertujuan untuk memisahkan partikel-partikel serat cangkang yang terbawa
bersama saat keluar dari proses pengempaan. Di samping itu penyaringan
juga menurunkan kekentalan (fiscositas) CPO yang selanjutnya dipompakan ke
tangki clarifer.
Pengutipan minyak secara statis berlangsung dalam clarier tank. Dalam tangki ini
berlaku sistem pengendapan. Di mana minyak mempunyai berat jenis ringan akan
berada di lapisan atas, sedangkan sludge berada di lapisan bawah. Minyak
disaring dan sludge dimasukkan ke dalam tangki lumpur (sludge tank). Desain
volume clarifier tank harus disesuaikan dengan kapasitas pabrik.
7
g. Pengolahan Inti Sawit
Ampas kempa yang terdiri dari biji dan serat dimasukkan ke depericarper melalui
cake breaker conveyor. Dipanaskan dengan uap agar sebagian kandungan air
dapat diperkecil. Akibat pemanasan dengan uap ini press cake terurai dan
mempermudah proses pemisahan serat dari biji pada depericarper. Pemisahan ini
terjadi akibat perbedaan daya isap blower. Biji ditampung pada nut silo yang
dialiri dengan udara panas selama 10-14 jam dengan tujuan mengurangi kadar air.
Serat yang terpisah dialirkan ke boiler station sebagai bahan baku ketel uap.
h. Nut Cracker
Sebelum biji masuk ke nut craker terlebih dahulu diproses dalam nut grading
fraction. Selanjutnya biji dialirkan ke dalam nut craker untuk pemecahan biji.
Masa biji yang dipecah dialirkan ke light tenera dust seperator dan vibrating
grade untuk memisahkan cangkang halus biji dengan cangkang inti.
i. Hydrocyclone
Masa cangkang yang bercampur inti dialirkan masuk ke hydrocyclone untuk
memisahkan cangkang dengan inti. Cangkang dipakai sebagai bahan bakar ketel
uap sedangkan inti dialirkan masuk ke dalam ketel silo untuk proses pengeringan
sampai kadar air 7% dengan tingkat pengeringan 60-70oC. Selanjutnya inti
ditimbun dalam kernel storage pada bulk silo yang siap untuk dipasarkan
2.2.2 Struktur Organisasi Instalasi
Pada umumnya struktur organisasi pabrik kelapa sawit adalah untuk
memenuhi efektifitas dan efisiensi kerja sesuai dengan teknologi instalasi yang
digunakan.
8
Berikut ini strktur organisasi instalasi dan SDM yang untuk terdapat di PKS di
Indonesia.
Gambar 2.1 Diagram struktur organisasi
2.3 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Manajemen adalah ilmu dan seni perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan
pengawasan usaha anggota organisasi dalam pencapaian tujuan yang sudah
ditetapkan sebelummnnya.
Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang disebut SMK3 adalah
bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan. Meliputi: struktur organisasi,
perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya
yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian, dan
pemeliharaan kebijakan K3 dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan
dengan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan produktif.
Laboratorium
IPAL
Loading Ramp (Sortasi)
Klarifikasi
St. Biji
Boiler
Water Treatment
Bengkel Pabrik
Bengkel Listrik
Bengkel OtomotifStorage
WareHouse
Loading Ramp
Rebusan
Bantingan
Pressan
Pimpinan
Assiten office
Admin
Timbangan
Assisten Proses Assisten Maintenance Assisten Quality Control
9
Secara filosofi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan suatu pemikiran
dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun
rohaniah tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya
dan budayanya menuju masyarakat adil dan makmur (Depnaker RI, 2008).
Sistem Manajemen Keselamatan dan kesehatan kerja yang selanjutnya disingkat
SMK 3 adalah bagian dari sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan
dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna
terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif sesuai PP RI no 50
tahun 2015
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) meliputi struktur
organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan
sumberdaya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian,
pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam
rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya
tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.
Setiap perusahaan yang mempekerjakan tenaga kerja sebanyak 100 orang atau
lebih dan/atau mengandung potensi bahaya yang ditimbulkan oleh karakteristik
proses bahan produksi yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja seperti
peledakan, kebakaran, pencemaran dan penyakit akibat kerja wajib menerapkan
Sistem Manajemen K3. Pengusaha dalam menerapkan SMK3 wajib berpedoman
pada peraturan pemerintah ini dan ketentuan peraturan perundang undagan serta
dapat memperhatikan konvensi atau standar internasional sesuai PP RI no 50
tahun 2015 pasal 5.
Sistem manajemen K3 sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah no 50
tahun 2015 meliputi :
a. Penetapan kebijakan K3
b. Perencanaan K3
c. Pelaksanaan recana K3
d. Pemantauan dan evaluasi kinerja K3 ; dan
10
e. Peninjauan dan peningkatan kinerja SMK3
2.4 Keselamatan Kerja
Keselamatan kerja diartikan sebagai suatu upaya agar pekerja selamat ditempat
kerjanya sehingga terhindar dari kecelakaan termasuk juga untuk menyelamatkan
peralatan serta produksinya.
Secara umum, tujuan Keselamatan dengan Kesehatan Kerja (K3), adalah :
a. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatan dalam melakukan pekerjaan
untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas
nasional.
b. Menjamin keselamatan dan kesehatan orang lain yang berada ditempat dan
sekitar pekerjaan itu.
c. Menjamin terpeliharanya sumber produksi dan pendayagunaannya secara aman,
efisien dan efektif.
d. Khusus dari segi kesehatan, mencegah dan membasmi penyakit akibat kerja.
Syarat Keselamatan Kerja
- mencegah dan mengurangi kecelakaan
- mencegah, mengurangi, dan memadamkan kebakaran mencegah dan
mengurangi bahaya peledakan
- memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran
- memberi pertolongan pada kecelakaan
- memberi alat-alat pelindung diri (APD) pada para pekerja. (Misdarpon & Fatori,
2013)
2.5 Kesehatan Kerja
Kesehatan kerja diartikan sebagai suatu upaya untuk menjaga kesehatan pekerja
dan mencegah pencemaran disekitar tempat kerjanya (masyarakat dan
lingkungan).
Kesehatan Kerja dapat diartikan sebagai bagian sosialisasi dalam ilmu kesehatan
yang bertujuan agar masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan yang
tinggi baik fisik mental maupun sosial melalui usaha-usaha preventif dan kuratif
11
terhadap penyakit-penyakit gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh faktor
pekerjaan dan lingkungan.
Fungsi Kesehatan Kerja menurut ILO (International Labor Organization) :
- Melindungi pekerja terhadap kesehatan yang mungkin timbul dari pekerjaan dan
lingkungan kerja.
- Membantu pekerja menyesuaikan diri dengan pekerjaan baik fisik maupun
mental serta menyadari kewajiban terhadap pekerjaannya.
- Memperbaiki memelihara keadaan fisik mental maupun sosial pekerja sebaik
mungkin.
Tujuan Utama Kesehatan Kerja
- Pencegahan dan pemberantasan penyakit-penyakit dan kecelakaan akibat kerja.
- Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan dan gizi tenaga kerja.
- Perawatan dan efisiensi dan produktifitas tenaga kerja.
- Pemberantasan kelelahan tenaga kerja dan meningkatkan kegairahan serta
kenikmatan kerja.
- Perlindungan masyarakat luas dari bahaya-bahaya yang mungkin ditimbulkan
oleh produk-produk kesehatan.
Penyakit Akibat Kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dan/atau
lingkungan kerja.
Pekerja yang didiagnosis menderita Penyakit Akibat Kerja berdasarkan surat
keterangan dokter berhak atas manfaat JKK meskipun hubungan kerjanya telah
berakhir. Hak atas manfaat JKK tersebut diberikan apabila Penyakit Akibat Kerja
tersebut timbul dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) tahun terhitung sejak
hubungan kerja berakhir.
Jenis Penyakit Akibat Kerja
Adapun terdapat 4 (empat) jenis Penyakit Akibat Kerja yaitu
1. Penyakit yang disebabkan paparan faktor yang timbul dari aktivitas pekerjaan,
yaitu:
- penyakit yang disebabkan oleh faktor kimia, meliputi 39 (tiga puluh
12
sembilan) jenis penyakit, antara lain penyakit yang disebabkan oleh berillium
dan persenyawaannya;
- penyakit yang disebabkan oleh faktor fisika, meliputi 7 (tujuh) jenis penyakit,
antara lain kerusakan pendengaran yang disebabkan oleh kebisingan; dan
- penyakit yang disebabkan oleh faktor biologi dan penyakit infeksi atau
parasite, meliputi 9 (sembilan) jenis penyakit, antara lain virus hepatitis.
2. Penyakit berdasarkan sistem target organ, yaitu:
- penyakit saluran pernafasan, meliputi 12 (dua belas) jenis penyakit, antara
lain siliko tuberkulosis.
- penyakit kulit, meliputi 3 (tiga) jenis penyakit, antara lain dermatosis kontak
iritan yang timbul karena aktivitas pekerjaan.
- gangguan otot dan kerangka, meliputi 2 (dua) jenis penyakit, antara lain radial
styloid tenosynovitis;
- gangguan mental dan perilaku, meliputi 2 (dua) jenis penyakit, antara lain
gangguan stres pasca trauma.
3. Penyakit kanker akibat kerja, meliputi penyakit kanker yang disebabkan oleh 9
(sembilan) jenis zat, antara lain asbestos.
4. Penyakit spesifik lainnya, yaitu penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau
proses kerja, dimana penyakit tersebut ada hubungan langsung antara paparan
dengan penyakit yang dialami oleh pekerja yang dibuktikan secara ilmiah
dengan menggunakan metode yang tepat. Contoh penyakit spesifik lainnya,
yaitu nystagmus pada penambang.
2.6 Penyebab Kecelakaan Kerja
Penyebab kecelakaan kerja secara umum diartikan sebagai faktor-faktor yang
dapat, menyebabkan terjadinya kecelakaan. Penyebab kecelakaan kerja pada
umumnya digolongkan menjadi dua, yakni:
- Perilaku pekerja itu sendiri (faktor manusia), yang tidak memenuhi
keselamatan, misalnya: karena kelengahan, kecerobohan, ngantuk, kelelahan,
dan sebagainya. Menurut hasil penelitian yang ada 85 % dari kecelakaan yang
13
terjadi disebabkan karena faktor manusia ini.
- Kondisi-kondisi lingkungan pekerjaan yang tidak aman atau unsafety condition
misalnya lantai licin, pencahayaan yang kurang, silau, mesin yang terbuka, dan
sebagainya.
Penyebab terjadinya kecelakaan kerja dapat disebabkan faktor karakteristik
pekerja, demikian halnya kurangnya kemampuan/pelatihan, rekruitmen pekerja
yang tidak benar, kelelahan akibat jam kerja yang berlebih, serta minimnya
pengawasan terhadap pekerja.
Terjadinya kecelakaan kerja merupakan rangkaian yang berkaitan satu dengan
yang lainnya, faktor penyebab kecelakaan kerja antara lain :
1. Ancestry and Social Environment
yaitu faktor keturunan, keras kepala, gugup, penakut, iri hati, sembrono, tidak
sabar, pemarah, tidak mau bekerja sama, tidak mau menerima pendapat orang
lain, dan lain-lain.
Fault of person, yaitu merupakan rangkaian dari faktor keturunan dan
lingkungan yang menjurus pada tindakan yang salah dalam melakukan pekerjaan.
Ada beberapa keadaan yang menyebabkan seseorang melakukan kesalahan-
kesalahan:
a. Pendidikan, pengetahuan dan keterampilan rendah,
b. Karena seseorang tidak memenuhi syarat secara fisik,
c. Keadaan mesin atau lingkungan fisik yang tidak memenuhi syarat.
2. . Unsafe actions and unsafe conditions
Yaitu tindakan berbahaya disertai bahaya mekanik dan fisik memudahkan
terjadinya kecelakaan. Contoh tindakan tidak aman (unsafe actions), yaitu:
mengerjakan pekerjaan yang bukan tugasnya/ tanpa perintah, membuat alat
pengaman yang bukan tugasnya, menjalankan mesin dengan kecepatan yang
membahayakan, kurang pengetahuan dan keterampilan, tidak memakai salah satu
alat pelindung diri, kesalahan memberikan peringatan atau keamanan, memakai
peralatan yang rusak, menggunakan peralatan yang tidak sesuai, mengangkat
dengan cara yang salah, posisi kerja yang tidak sesuai, memperbaiki peralatan
yang sedang bergerak, bekerja sambil bercanda, bekerja tidak konsentrasi, bekerja
sambil merokok/makan, meminum minuman keras dan obat-obatan terlarang,
14
cacat tubuh yang tidak jelas kelihatan, kelelahan dan kelesuan.
Kondisi tidak aman sangat berpengaruh terhadap terjadinya kecelakaan antara
lain: mesin tidak diberi pagar pengaman, pagar pengaman tidak berfungsi,
kerusakan alat, peralatan dan substansi/bahan baku yang digunakan, desain dan
konstruksi bangunan/tempat bekerja yang tidak benar, ventilasi yang tidak
memenuhi persyaratan, tidak ada sistem peringatan keselamatan di tempat kerja,
bahaya kebakaran dan ledakan, kemacetan alat/peralatan yang digunakan,
pemeliharaan kebersihan di bawah standar, kondisi lingkungan yang tidak
kondusif (panas, bising, cahaya tidak memadai), cara penyimpanan yang
berbahaya, tidak ada prosedur kerja, adanya pemakaian bahan-bahan yang mudah
terbakar, tata letak area kerja yang tidak baik.
3. Accident
Yaitu peristiwa kecelakaan (tertimpa benda, jatuh terpeleset, rambut tergulung
mesin, dan lain-lain) yang menimpa pekerja dan umumnya disertai oleh berbagai
kerugian.
2.7 Sumber Kecelakaan Dan Penyakit Akibat Kerja
Berbagai sumber kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat di tunjukkan pada
tabel di bawah ini.
Tabel 2.1 Jenis bahaya kesehatan dan keselamatan di tempat kerja
TIPE BAHAYA POTENSI BAHAYA
Kimia
Kontak dengan bahan kimia korosif
Kontak dengan bahan kimia beracun
Kontak dengan bahan kimia reaktif
Kontak dengan bahan kimia yang mudah
terbakar
Terpajan dengan uap/gas yang korosif
Terpajan dengan uap/gas yang beracun
Terpajan dengan uap/gas yang mudah
terbakar
Terpajan dengan uap/gas yang reaktif
Terpajan dengan bahan karsinogenik
15
Menghirup uap yang dihasilkan dari bahan
cair (vapor), contohnya uap alcohol
Menghirup uap yang dihasilkan dari
pembakaran bahan padat (fume)
Menghirup bahan toksik
Menghirup asap
Menelan bahan kimia
Radiasi
Terpajan laser
Terpajan sinar x
Terpajan sinar ultraviolet, contohnya pada
pengelasan
Terpajan cahaya yang berlebihan / kurang.
Terpajan sinar radiasi, contohnya : Sinar α,
sinar β dan sinar γ.
Suhu
Kontak dengan panas, cth : permukaan yang
panas.
Terpajan dengan panas, cth : dekat dengan
boiler
Kontak dengan dingin, cth : frostbite
Terpajan dengan dingin, cth : masuk ek dalam
ruang pendingin.
Kebakaran/
Ledakan
Bahan yang mudah terbakar
Bahan yang reaktif
Bahan yang mudah meledak
Sambungan arus pendek
Tekanan berlebih
Bahaya biologis
Terpajan penyakit infeksi/menular
Terpajan dengan bahan yang menyebabkan
alergi (alergen)
Terpajan dengan patogen, bakteri, jamur,
virus, tanaman beracun, dan lintah.
Ergonomi
peregangan berlebih akibat berdiri terlalu
lama
peregangan berlebih akibat gerakan berulang
peregangan berlebih akibat postur janggal
16
peregangan berlebih akibat cara pengangkatan
yang salah
peregangan berlebih akibat mendorong/
menarik
peregangan berlebih pada tangan
Bahaya Fisik
Ditabrak oleh benda bergerak
Ditabrak oleh benda yang terbang
kejatuhan benda
menabrak benda yang diam/statis
menabrak benda yang bergerak
menabrak benda yang menonjol keluar.
menabrak benda yang tajam cth. Jarum
menabrak benda yang berujung tajam cth:
pisau
terperangkap diantara benda diam cth:
terperangkap di celah-celah ruangan
terperangkap diantara benda bergerak cth:
mesin gulung (rollers)
jatuh pada ketinggian yang sama (terpeleset)
jatuh pada ketinggian yang lebih rendah
Tenggelam
Bising terpajan pada kebisingan yang berlebih
Listrik
kontak dengan aliran listrik
kontak dengan listrik statik dan energi
tersimpan cth: baterai
Lingkungan
Emisi cth: alat pembuang gas, fume, vapor
Penimbunan limbah cair, pencemaran sungai
17
2.8 Resiko Kecelakaan Kerja dan Penyakit Akibat Kerja
Setiap kecelakaan dan penyakit akibat kerja akan menimbulkan kerugian yang
besar, baik itu kerugian material dan fisik yang berakibat kepada penderiataan
keluaraga. Resiko yang disebabkan oleh kecelakaan dan penyakit akibat kerja
antara lain ditunjukkan pada tabel di bawah ini.
Tabel 2.2 Resiko kecelakaan kerja
Uraian Resiko
Lingkungan
jumlah makhluk hidup berkurang
kerusakan ekologi, cth: berkurangnya spesies atau
kerusakan habitat alami
usaknya lapisan ozon
kontaminasi tanah
polusi air
polusi udara
Kematian
instant/ cepat
"eventual" (sewaktu-waktu/pada akhirnya akan
meninggal) cth: penyakit/ luka yang mengakibatkan
kematian seperti luka bakar yang parah.
Cacat Permanen
(cth: Amputasi)
Leher, dan/atau punggung bagian bawah atau atas
alat gerak atas (termasuk bahu, lengan atas, lengan
bawah, pergelangan tangan, jari atau tangan.
alat gerak bawah ( termasuk pinggul, paha, lutut,
kaki, pergelangan kaki, atau kaki)
Cacat sementara
(temporer)
cth: terbakar atau
patah tulang
leher dan atau punggung bagian atas/bawah
alat gerak atas (termasuk bahu, lengan atas, lengan
bawah, pergelangan tangan, jari atau tangan.
alat gerak bawah ( termasuk pinggul, paha, lutut,
kaki, pergelangan kaki, atau kaki)
Kelainan pada otot
dan tulang (MSDs) :
ketegangan otot yang
ditimbulkan dari
bahaya ergonomic
Leher dan atau punggung bagian atas/bawah
alat gerak atas (termasuk bahu, lengan atas, lengan
bawah, pergelangan tangan, jari atau tangan.
alat gerak bawah ( termasuk pinggul, paha, lutut,
kaki, pergelangan kaki, atau kaki)
Kehilangan
pendengaran akibat
Bising (NIHL)
Kehilangan pendengaran akibat Bising (NIHL)
18
Kehilangan
pengelihatan
Permanen
sementara/ temporer
Kesehatan kerja
Kelainan Ginjal cth: gagal ginjal
kelainan sistem pembuluh darah dan jantung cth:
hipertensi dan gagal jantung
kelainan sistem pernafasan, cth: asma, infeksi
saluran pernafasan dan penyakit paru-paru
Kelainan Kulit, cth: dermatitis, alergi, iritasi, dan
inflamasi/ peradangan.
Kelainan hematologi (sel darah) cth: leukimia/
kanker darah
Kelainan saraf, cth: pusing, epilepsi, sakit kepala
kelainan reproduksi cth: aborsi spontan
kelainan hati dan sistem pencernaan cth penyakit
hati/ hepatitis
kelainan genetik cth efek somatik
Psikososial kekerasan/ pelecehan seksual
tekanan mental
Kerusakan Harta
Benda
(Property Damage)
Kerusakan Harta Benda ringan < US$ 100
Kerusakan Harta Benda ringan (US$ 100 < & <
US$ 1 000)
Kerusakan Harta Benda ringan (US$ 1 000 < & <
US$ 5 000)
Kerusakan Harta Benda ringan (US$ 5 000 < & <
US$ 10 000)
Kerusakan Harta Benda ringan (> US$ 10 000)
19
2.9 Alat Pelindung Diri (APD)
Persyaratan yang harus diperhatikan untuk pertimbangan APD antara lain :
a. Enak dan nyaman dipakai
b. Tidak mengganggu ketenangan kerja dan tidak membatasi ruang gerak
pekerja
c. Memberikan perlindungan yang efektif terhadap segala jenis bahaya/ potensi
bahaya
d. Memperhatikan efek samping penggunaan APD
e. Mudah dalam pemeliharaan, tempat ukuran, tempat penyediaan, dan harga
terjangkau.
Penggunaan APD dan jenis-jenisnya diperoleh dari hasil analisa Hazard
Indentification and Risk Assesment (HIRA). Berikut di bawah ini beberapa APD
yang umum dipakai
2.9.1 Alat Pelindung Kepala (Headwear)
Alat pelindung kepala ini digunakan untuk mencegah dan melindungi rambut
terjerat oleh mesin yang berputar dan untuk melindungi kepala dari bahaya
terbentur benda tajam atau keras, bahaya kejatuhan benda atau terpukul benda
yang melayang.
Gambar 2.1 Safety helmet
2.9.2 Alat Pelindung Mata
Alat pelindung mata digunakan untuk melindungi mata dari percikan bahan
kimia korosif, debu dan partikel-partikel kecil yang melayang di udara, gas atau
20
uap yang dapat menyebabkan iritasi mata, radiasi gelombang elegtromagnetik,
panas radiasi sinar matahari, pukulan atau benturan benda keras.
Gambar 2.2 Safety glass
2.9.3 Alat Pelindung Pernafasan (Respiratory Protection)
Alat pelindung pernafasan digunakan untuk melindungi pernafasan dari resiko
paparan gas, uap, debu, atau udara terkontaminasi atau beracun, korosi atau yang
bersifat rangsangan. Sebelum melakukan pemilihan terhadap suatu alat pelindung
pernafasan yang tepat, maka perlu mengetahui informasi tentang potensi bahaya
atau kadar kontaminan yang ada di lingkungan kerja.
Gambar 2.3 Respiratory protection
21
2.9.4 Alat Pelindung Tangan (Hand Protection)
Alat pelindung tangan digunakan untuk melindungi tangan dan bagian lainnya
dari benda tajam atau goresan, bahan kimia, benda panas dan dingin, kontak
dengan arus listrik.
Gambar 2.4 Hand Protection
2.9.5 Baju Pelindung (Body Potrection)
Baju pelindung digunakan untuk melindungi seluruh atau sebagian tubuh dari
percikan api, suhu panas atau dingin, cairan bahan kimia.
Gambar 2.5 Body Protection
2.9.6 Penutup Telinga (Ear Muff)
Penutup telinga adalah alat yang digunakan untuk melindungi alat pendengaran
dari intensitas suara yang tinggi. Ear Muff bisa mempengaruhi intensitas suara
22
hingga 20-30 dB. Biasanya Ear Muff terbuat dari bantalan busa sehingga bisa
melindungi bagian luar telinga. Penggunaan Ear Muff diterapkan oleh teknisi
mesin dan teknisi generator (pembangkit listrik).
Gambar 2.6 Ear Muff
2.9.7 Sepatu Pelindung (Safety Shoes)
Safety Shoes merupakan perlengkapan yang digunakan untuk melindungi kaki
dari benturan benda, kejatuhan benda, benda yang tajam seperti kaca atau
potongan baja, larutan bahan kimia dan menghindari diri dari setruman aliran
listrik. Sepatu Safety pada ujungnya terdapat besi yang di balut dengan karet
untuk melindungi ujung kaki dari kejatuhan benda yang cukup berat. Biasanya
sepatu ini digunakan oleh petugas gudang dan petugas yang bekerja di lapangan.
gambar 2.7 Safety Shoes
23
2.10 HIRARC (Hazard Identification Risk Assessment And Risk Control)
HIRARC merupakan gabungan dari hazard identification, risk assessment
dan risk control merupakan sebuah metode dalam mencegah atau meminimalisir
kecelakaan kerja (Nurmawanti dkk, 2013). Metode HIRARC adalah metode yang
terdiri dari identifikasi bahaya (hazard identification), penilaian risiko (risk
assessment), dan pengendalian risiko (risk control). Potensi penurunan yang dapat
terjadi juga perlu dibuat setelah membuat pengendalian resiko. Potensi penurunan
dibuat sebagai acuan atau target dari pengendalian yang diterpakan. (Wijaya,
Panjaitan, & Palit, 2015)
2.10.1 Identifikasi Bahaya (Hazard Identification)
Bahaya adalah sesuatu yang dapat menyebabkan cedera pada manusia
atau kerusakan pada alat atau lingkungan. Macammacam kategori hazard
(Suardi,2010) adalah bahaya fisik, bahaya kimia, bahaya mekanik, bahaya
elektrik, bahaya ergonomi, bahaya kebiasaan, bahaya lingkungan, bahaya biologi,
dan bahaya psikologi.
2.10.2 Penilaian Risiko (Risk Assessment)
Risk assessment adalah proses penilaian yang digunakan untuk
mengidentifikasi potensi bahaya yang dapat terjadi. Tujuan dari risk assessment
adalah memastikan kontrol resiko dari proses, operasi atau aktivitas yang
dilakukan berada pada tingkat yang dapat diterima. Penilaian dalam risk
assessment yaitu Likelihood dan severity. Likelihood menunjukkan seberapa
mungkin kecelakaan itu terjadi, Severity menunjukkan seberapa parah dampak
dari kecelakaan tersebut. Nilai dari likelihood dan severity akan digunakan untuk
menentukan risk rating. Risk rating adalah nilai yang menunjukkan resiko yang
ada berada pada tingkat rendah, menengah, tinggi, atau ekstrim
2.10.3 Pengendalian Risiko
Adalah cara untuk mengatasi potensi bahaya yang terdapat dalam
lingkungan kerja. Potensi bahaya tersebut dapat dikendalikan dengan menentukan
suatu skala prioritas terlebih dahulu yang kemudian dapat membantu dalam
prioritas terlebih dahulu yang kemudian dapat membantu dalam pemilihan
pengendalian resiko yang disebut hirarki pengendalian resiko. Hirarki
pengendalian resiko menurut OHSAS 18001, terdiri dari lima hirarki peng-
24
endalian yaitu eliminasi, subtitusi, engineering control, Administrative control,
dan alat pelindung diri (APD). (Wijaya, Panjaitan, & Palit, 2015)
Ke 5 hirarki pengendalian resiko di jeleskan sebagai berikut :
Tabel 2.3 Hierarki Pengendalian Resiko K3
Eliminasi Eliminasi Sumber Bahaya
Tempat
Kerja/Pekerjaan
Aman
Mengurangi Bahaya
Substitusi Substitusi Alat/Mesin/Bahan
Perancangan
Modifikasi/Perancangan
Alat/Mesin/Tempat Kerja yang Lebih
Aman
Administrasi
Prosedur, Aturan, Pelatihan, Durasi
Kerja, Tanda Bahaya, Rambu,
Poster, Label Tenaga Kerja Aman
Mengurangi
Paparan
APD Alat Perlindungan Diri Tenaga Kerja