BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Konsep Gaya Kepemimpinan · 2016. 4. 28. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA...

14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Konsep Gaya Kepemimpinan Kepemimpinan seperti halnya ilmu-ilmu yang lain, mempunyai berbagai fungsi antara lain, menyajikan berbagai hal yang berkaitan dengan permasalahan dalam kepemimpinan dan memberikan pengaruh dalam menggunakan berbagai pendekatan dalam hubungannya dengan pemecahan aneka macam persoalan yang mungkin timbul dalam ekologi kepemimpinan. Kepemimpinan sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan, yang mempunyai peran penting dalam rangka proses administrasi. Hal ini didasarkan kepada pemikiran bahwa peran seorang pemimpin merupakan implementasi atau penjabaran dari fungsi kepemimpinan. Fungsi kepemimpinan merupakan salah satu di antara peran administrator dalam rangka mempengaruhi orang lain atau para bawahan agar mau dengan senang hati untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya. (David & Frank Johnson,2012:191) Hersey dan Blanchard (1992) berpendapat bahwa gaya kepemimpinan pada dasarnya merupakan perwujudan dari tiga komponen, yaitu pemimpin itu sendiri, bawahan, serta situasi di mana proses kepemimpinan tersebut diwujudkan. Bertolak dari pemikiran tersebut, Hersey dan Blanchard (1992) mengajukan proposisi bahwa gaya kepemimpinan (k) merupakan suatu fungsi dari pimpinan (p), bawahan (b) dan situasi tertentu (s)., yang dapat dinotasikan sebagai : k = f (p, b, s). (David & Frank Johnson,2012:197) Menurut Hersey dan Blanchard, pimpinan (p) adalah seseorang yang dapat mempengaruhi orang lain atau kelompok untuk melakukan untuk kerja maksimum yang telah ditetapkan sesuai dengan tujuan organisasi. Organisasi akan berjalan dengan baik jika pimpinan mempunyai kecakapan dalam bidangnya, dan setiap pimpinan mempunyai keterampilan yang berbeda, seperti keterampilan teknis, manusiawi dan konseptual. Sedangkan bawahan adalah seorang atau sekelompok orang yang merupakan anggota dari suatu perkumpulan atau pengikut yang setiap saat siap melaksanakan perintah atau tugas yang telah disepakati bersama guna mencapai tujuan. Dalam suatu organisasi, bawahan mempunyai peranan yang sangat strategis, karena sukses tidaknya seseorang pimpinan

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Konsep Gaya Kepemimpinan · 2016. 4. 28. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA...

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    1.1 Konsep Gaya Kepemimpinan Kepemimpinan seperti halnya ilmu-ilmu yang lain, mempunyai berbagai fungsi antara

    lain, menyajikan berbagai hal yang berkaitan dengan permasalahan dalam kepemimpinan

    dan memberikan pengaruh dalam menggunakan berbagai pendekatan dalam hubungannya

    dengan pemecahan aneka macam persoalan yang mungkin timbul dalam ekologi

    kepemimpinan. Kepemimpinan sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan, yang

    mempunyai peran penting dalam rangka proses administrasi. Hal ini didasarkan kepada

    pemikiran bahwa peran seorang pemimpin merupakan implementasi atau penjabaran dari

    fungsi kepemimpinan. Fungsi kepemimpinan merupakan salah satu di antara peran

    administrator dalam rangka mempengaruhi orang lain atau para bawahan agar mau

    dengan senang hati untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya.

    (David & Frank Johnson,2012:191)

    Hersey dan Blanchard (1992) berpendapat bahwa gaya kepemimpinan pada dasarnya

    merupakan perwujudan dari tiga komponen, yaitu pemimpin itu sendiri, bawahan, serta

    situasi di mana proses kepemimpinan tersebut diwujudkan. Bertolak dari pemikiran

    tersebut, Hersey dan Blanchard (1992) mengajukan proposisi bahwa gaya kepemimpinan

    (k) merupakan suatu fungsi dari pimpinan (p), bawahan (b) dan situasi tertentu (s)., yang

    dapat dinotasikan sebagai : k = f (p, b, s). (David & Frank Johnson,2012:197)

    Menurut Hersey dan Blanchard, pimpinan (p) adalah seseorang yang dapat

    mempengaruhi orang lain atau kelompok untuk melakukan untuk kerja maksimum yang

    telah ditetapkan sesuai dengan tujuan organisasi. Organisasi akan berjalan dengan baik

    jika pimpinan mempunyai kecakapan dalam bidangnya, dan setiap pimpinan mempunyai

    keterampilan yang berbeda, seperti keterampilan teknis, manusiawi dan konseptual.

    Sedangkan bawahan adalah seorang atau sekelompok orang yang merupakan anggota dari

    suatu perkumpulan atau pengikut yang setiap saat siap melaksanakan perintah atau tugas

    yang telah disepakati bersama guna mencapai tujuan. Dalam suatu organisasi, bawahan

    mempunyai peranan yang sangat strategis, karena sukses tidaknya seseorang pimpinan

  • bergantung kepada para pengikutnya ini. Oleh sebab itu, seorang pemimpinan dituntut

    untuk memilih bawahan dengan secermat mungkin.. (David & Frank Johnson,2012:197)

    Adapun situasi (s) menurut Hersey dan Blanchard adalah suatu keadaan yang

    kondusif, di mana seorang pimpinan berusaha pada saat-saat tertentu mempengaruhi

    perilaku orang lain agar dapat mengikuti kehendaknya dalam rangka mencapai tujuan

    bersama. Suasana kondusif adalah impian banyak orang tidak hanya berorganisasi bahkan

    kita berkomunikasi dengan orang lain saja juga menginginkan sesuatu yang kondusif.

    Kondusif berarti sebuah keadaan “ aman terkendali “ yang bisa dikatakan selaras,

    nyaman, sesuai kondisi yang tercipta dengan baik. Hal ini bisa tercipta dalam sebuah

    iklim komunikasi organisasi jika faktor penentu ini dijalankan. Dalam satu situasi

    misalnya, tindakan pimpinan pada beberapa tahun yang lalu tentunya tidak sama dengan

    yang dilakukan pada saat sekarang, karena memang situasinya telah berlainan. Dengan

    demikian, ketiga unsur yang mempengaruhi gaya kepemimpinan tersebut, yaitu pimpinan,

    bawahan dan situasi merupakan unsur yang saling terkait satu dengan lainnya, dan akan

    menentukan tingkat keberhasilan kepemimpinan.(David & Frank Johnson,2012:199)

    Teori Gaya Kepemimpinan Situasional (Paul Hersey dan Ken Blanchard)

    Teori gaya kepemimpinan menurut Paul Hersey dan Ken Blanchard mengemukakan,

    pada dasarnya di dalam setiap gaya kepemimpinan terdapat 2 unsur utama, yaitu unsur

    pengarahan (directive behavior) dan unsur bantuan (supporting behavior). Dari dua unsur

    tersebut gaya kepemimpinan dapat dikelompokkan menjadi 4 kelompok, yaitu

    memberitahukan, menjajakan, mengikutsertakan, mendelegasikan.

    Menurut Paul Hersey & Ken Blanchard gaya kepemimpinan tidak cukup diterapkan

    begitu saja, tapi harus melihat situasi dari organisasi tersebut. Berikut ini adalah skema alur

    yang disampaikan oleh kedua tokoh tersebut berkaitan dengan gaya kepemimpinan

    situasional.

    Tabel 2.1 Level Kepemimpinan Situasional Hersey dan Blanchard

    Level Kematangan Anggota Gaya Yang Sesuai

    M1

    Rendah

    Tidak mampu dan tidak mau

    G1

    Memberitahukan

    Perilaku tinggi tugas

  • atau tidak yakin

    Dan rendah hubungan

    M2

    Rendah ke Sedang

    Tidak mampu tetapi mau

    Atau yakin

    G2

    Menjajakan

    Perilaku tinggi tugas

    Dan tinggi hubungan

    M3

    Sedang ke Tinggi

    Mampu tetapi tidak mau

    Atau tidak yakin

    G3

    Mengikutsertakan

    Perilaku tinggi hubungan dan

    rendah tugas

    M4

    Tinggi

    Mampu/Kompeten dan

    Mau/Yakin

    G4

    Mendelegasikan

    Perilaku rendah hubungan

    dan rendah tugas

    Sumber: P.Hersey dan K.Blanchard, management of organizational behavior:Utilizing human resources, edisi ke-3 (Englewood Cliffs, 1997)

    2.1.1 Memberitahukan

    Gaya kepemimpinan ini, merupakan respon kepemimpinan yang perlu dilakukan

    oleh manajer pada kondisi karyawan lemah dalam kemampuan, minat dan komitmenya.

    Sementara itu, organisasi menghendaki penyelesaian tugas-tugas yang tinggi. Dalam

    situasi seperti ini Hersey and Blancard menyarankan agar manajer memainkan peran

    directive yang tinggi, memberi saran bagaimana menyelesaikan tugas-tugas itu, dengan

    terus intens berhubungan sosial dan komunikasi dengan bawahannya.

    Pertama pemimpin harus mencari tahu mengapa orang tersebut tidak termotivasi,

    kemudian mencari tahu dimana keterbatasannya. Dengan demikian pemimpin harus

    memberi arahan dalam penyelesaian tugas dengan terus menumbuhkan motivasi dan

    optimismenya.

    2.1.2 Menjajakan

    Gaya kepemimpinan ini, adalah respon manajer yang harus diperankan ketika

    karyawan memiliki tingkat kemampuan yang sedang, tetapi tidak memiliki kemauan

  • untuk melakukan tanggung jawab. Hal ini bisa dikarenakan rendahnya etos kerja atau

    ketidakyakinan mereka untuk melakukan tugas/tangung jawab. Dalam kasus ini

    pemimpin perlu membuka komunikasi dua arah dan secara aktif mendengarkan dan

    mengapresiasi usaha-usaha yang dilakukan para karyawan, sehingga bawahan merasa

    dirinya penting dan senang menyelesaikan tugas.

    2.1.3 Mengikutsertakan

    Gaya kepemimpinan ini, adalah respon manager yang harus diperankan ketika

    karyawan memiliki tingkat kematangan sedang dan tinggi, tetapi tidak mau melakukan

    hal-hal yang diinginkan oleh pemimpin. Ketidakmauan mereka sering kali karena

    kurang yakin atau tidak merasa aman, keengganan mereka lebih dikarenakan masalah

    motivasi. Keterlibatan dengan bawahan seperti ini diperlukan komunikasi dua arah

    untuk mengupayakan pengikut dalam menggunakan kemampuan yang telah mereka

    miliki. Gaya ini disebut “mendukung” karena pemimpin dan pengikut berbagai

    tanggung jawab pengambilan keputusan, sedangkan peranan pemimpin yang utama

    dalam gaya ini adalah memudahkan dan berkomunikasi.

    Gaya kepemimpinan ini, adalah respon manajer yang harus diperankan ketika

    karyawan memiliki tingkat kemampuan yang tinggi, tetapi memiliki kemauan untuk

    melakukan tanggung jawab yang relatif bervariasi. Hal ini pemimpin perlu membuka

    komunikasi dua arah dan secara aktif mendegarkan dan mengapresiasi usaha-usaha

    yang dilakukan para karyawan, sehingga bawahan merasa dirinya penting dan senang

    menyelesaikan tugas.

    2.1.4 Mendelegasikan

    Selanjutnya, untuk tingkat karyawan dengan kemampuan dan kemauan yang

    tinggi, maka gaya kepemimpinan yang sesuai adalah gaya “delegasi”. Dengan gaya

    delegasi ini pimpinan sedikit memberi pengarahan maupun dukungan, karena dianggap

    sudah mampu dan mau melaksanakan tugas/tanggung jawabnya. Mereka

    diperkenankan untuk melaksanakan sendiri dan memutuskannya tentang bagaimana,

    kapan dan dimana pekerjaan mereka harus dilaksanakan. Pada gaya delegasi ini tidak

    terlalu diperlukan komunikasi dua arah, cukup memberikan untuk terus berkembang

    saja dengan terus diawasi.

    Sumber: P.Hersey dan K.Blanchard, management of organizational behavior:Utilizing human resources, edisi ke-3 (Englewood Cliffs, 1997)

  • 2.2 Komunikasi Organisasi

    Komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan berbagai pesan organisasi

    di dalam kelompok formal maupun informal dari suatu organisasi (Wiryanto, 2005:126).

    Komunikasi formal adalah komunikasi yang disetujui oleh organisasi itu sendiri dan sifatnya

    berorientasi kepentingan organisasi. lsinya berupa cara kerja di dalam organisasi,

    produktivitas, dan berbagai pekerjaan yang harus dilakukan dalam organisasi.

    Studi komunikasi organisasi adalah studi mengenai cara orang memandang objek –

    objek, juga studi mengenai objek itu sendiri. Peranan yang dimainkan komunikasi dalam

    studi organisasi bergantung pada bagaimana organisasi tersebut dipahami. Dalam studi

    organisasi ada pandangan – pandangan alternatif tentang realitas, organisasi dan sifat manusia

    yang mana konsep – konsep ini akan memandu pemahaman mengenai komunikasi organisasi.

    Terdapat beberapa pandangan alternatif dalam memamahami organisasi, pertama

    realitas sosial dan bagaimana kita memahami dunia sosial kita. Perilaku dan objek adalah

    konstruksi sosial, karena bergantung pada manusia untuk membuat perilaku dan objek itu

    signifikan, karena suatu objek sosial sekadar objek yang mempunyai makna bagi suatu

    kolektivitas atau menuntut tindakan manusia. Objektif merujuk pada pandangan bahwa objek

    – objek, perilaku – perilaku, dan perisitiwa – peristiwa eksis dalam masyarakat. Sedangkan

    subjektif menunjukkan bahwa realitas itu sendiri adalah suatu konstruksi sosial. (Wiryanto,

    2005:130)

    Kedua, organisasi. Secara khas organisasi dianggap sebagai kata benda, sementara

    “pengorganisasi” dianggap sebagai kata kerja (Wiryanto,2005:122). Kita dapat memahami

    organisasi manusia melalui seperangkat kesamaan prinsip yang digunakan untuk memahami

    mesin. Pemahaman seseorang mengenai organisasi bergantung pada asumsi – asumsi orang

    tersebut mengenai realitas atau dunia.

    Ketiga, sifat manusia. Kelangsungan hidup suatu organisasi tergantung pada

    kemampuannya beradaptasi dengan lingkungan seperti halnya sifat manusia. Karena

    organisasi dan lingkungan mempunyai struktur yang penting untuk mencocokan keduanya,

    sehingga adaptasi maksimal berlangsung.

    2.2.1 Sifat Komunikasi Organisasi

  • Komunikasi organisasi lebih dari sekedar apa yang dilakukan orang – orang. Komunikasi

    organisasi adalah suatu disiplin studi yang dapat mengambil sejumlah arah yang sah dan

    bermanfaat. Studi komunikasi organisasi dianggap sebagai landasan kuat bagi karier dalam

    manajemen, pengembangan sumber daya manusia dan komunikasi perusahaan, dan tugas –

    tugas lain yang berorientasikan manusia dalam organisasi. (Sukanto,1997:56)

    1. Definisi Fungsional Komunikasi Organisasi

    Komunikasi organisasi dapat didefinisikan sebagai pertunjukkan dan penafsiran pesan di

    antara unit – unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu. Suatu

    organisasi terdiri dari unit – unit komunikasi dalam hubungan – hubungan hierarkis antara

    yang satu dengan lainnnya dan berfungsi dalam suatu lingkungan. Interaksi di antara semua

    faktor internal maupun eksternal organisasi disebut sebagai sistem komunikasi organisasi.

    2. Definisi Interpretif Komunikasi Organisasi

    Definisi tradisional (fungsional dan objektif) menganggap bahwa komunikasi organisasi

    cenderung menekankan kegiatan penanganan pesan yang terkandung dalam suatu “batas

    organisasional”. Komunikasi organisasi jika dipandang dari suatu perspektif interpretif

    (subjektif) dianggap sebagai proses penciptaan makna atas interaksi yang merupakan

    organisasi. Komunikasi organisasi adalah perilaku pengorganisasian yang terjadi dan

    bagaimana mereka yang terlibat dalam proses itu bertransaksi dan memberi makna atas apa

    yang terjadi. Realitas (organisasi) adalah suatu konstruksi subjektif yang mampu lenyap saar

    anggota – anggotanya tidak lagi menganggapnya demikian yang lebih jelasnya bahwa

    komunikasi organisasi merupakan proses pembentukan makna atas interaksi yang

    menciptakan, memelihara, dan mengubah organisasi. (Muhammad,Arni, 2001:87)

    2.3 Proses Komunikasi Organisasi

    2.3.1 Komunikasi Internal

  • Pertukaran gagasan di antara para administrator dan karyawan dalam suatu

    perusahaan, dalam struktur lengkap yang khas disertai pertukaran gagasan secara

    horisontal dan vertikal di dalam perusahaan, sehingga pekerjaan dapat berjalan.

    Gambar 2.1 Skema Empat Dimensi Komunikasi Internal

    Sumber: Muhamad,Arni.Komunikasi Organisasi.(2001:90)

    Empat dimensi komunikasi internal :

    1. Downward Communication

    Yaitu komunikasi yang berlangsung ketika orang-orang yang berada pada tataran manajemen

    mengirimkan pesan kepada bawahannya. Fungsi arus komunikasi dari atas ke bawah ini

    adalah:

    a) Pemberian atau penyimpanan instruksi kerja (job instruction)

    b) Penjelasan dari pimpinan tentang mengapa suatu tugas perlu untuk dilaksanakan

    (job retionnale)

    c) Penyampaian informasi mengenai peraturan-peraturan yang berlaku (procedures and

    practices)

    d) Pemberian motivasi kepada karyawan untuk bekerja lebih baik.

    Ada 4 metode dalam penyampaian informasi kepada para pegawai menurut Pace (2001):

    Downward Communication

    Upward Communication

    Horizontal Communication

    Interline Communication

  • 1. Metode tulisan

    2. Metode lisan

    3. Metode tulisan diikuti lisan

    4. Metode lisan diikuti tulisan

    2. Upward Communication

    Yaitu komunikasi yang terjadi ketika bawahan (subordinate) mengirim pesan kepada

    atasannya. Fungsi arus komunikasi dari bawah ke atas ini adalah:

    a) Penyampaian informai tentang pekerjaan pekerjaan ataupun tugas yang sudah

    dilaksanakan

    b) Penyampaian informasi tentang persoalan-persoalan pekerjaan ataupun tugas

    yang tidak dapat diselesaikan oleh bawahan

    c) Penyampaian saran-saran perbaikan dari bawahan

    d) Penyampaian keluhan dari bawahan tentang dirinya sendiri maupun

    pekerjaannya.

    3. Horizontal Communication

    Yaitu komunikasi yang berlangsung di antara para karyawan ataupun bagian yang memiliki

    kedudukan yang setara. Fungsi arus komunikasi horisontal ini adalah:

    a) Memperbaiki koordinasi tugas

    b) Upaya pemecahan masalah

    c) Saling berbagi informasi

    d) Upaya pemecahan konflik

    e) Membina hubungan melalui kegiatan bersama

    4. Interline Communication

    Yaitu tindak komunikasi untuk berbagi informasi melewati batas-batas fungsional. Spesialis

    staf biasanya paling aktif dalam komunikasi lintas-saluran ini karena biasanya tanggung

  • jawab mereka berhubungan dengan jabatan fungsional. Karena terdapat banyak komunikasi

    lintas-saluran yang dilakukan spesialis staf dan orang-orang lainnya yang perlu berhubungan

    dalam rantai-rantai perintah lain, diperlukan kebijakan organisasi untuk membimbing

    komunikasi lintas-saluran.

    Ada dua kondisi yang harus dipenuhi dalam menggunakan komunikasi lintas-saluran:

    1. Setiap pegawai yang ingin berkomunikasi melintas saluran harus meminta izin

    terlebih dahulu dari atasannya langsung

    2. Setiap pegawai yang terlibat dalam komunikasi lintas-saluran harus memberitahukan

    hasil komunikasinya kepada atasannya.

    2.3.2 Komunikasi Eksternal

    Komunikasi antara pimpinan organisasi (perusahaan) dengan khalayak audience di luar

    organisasi.

    1.2 Komunikasi dari organisasi kepada khalayak bersifat informatif ; majalah, press

    release/ media release, artikel surat kabar atau majalah, pidato, brosur, poster,

    konferensi pers, dll.

    1.3 Komunikasi dari khalayak kepada organisasi, misalnya: lebih berupa kritik dan saran

    yang diberikan dari khalayak kepada organisasi

    2.4 Pola Interaksi dalam Komunikasi Menurut Cushway & Derek

    Pola interaksi adalah cara anggota kelompok saling berkomunikasi, dan telah

    diketahui mempengaruhi munculnya kepemimpinan, perkembangan organisasi, semangat

    anggota kelompok dan keefektifan pemecahan masalah. Biasanya pola interaksi dapat dilihat

    sebagai salah satu jenis berikut ini :

  • Gambar 2.2 Pola Komunikasi Roda

    2.4.1 Roda (wheel) Sistem pola komunikasi disini menjadikan semua laporan, intruksi, dan

    perintah kerja dan kepengawasan terpusat pada satu orang pemimpin dengan empat

    bawahan atau lebih. Namun tidak terjadi interaksi (komunikasi) antara satu bawahan

    dengan bawahan lainnya. Keunggulan pola komunikasi ini adalah cepat dalam

    mencapai kesimpulan.

    Gambar 2.3 Pola Komunikasi Rantai

    2.4.2 Rantai (chain) Model pola komunikasi disini terdapat lima tingkatan dalam jenjang

    hirarkinya dan hanya dikenal sebagai sistem komunikasi arus keatas (upward) dan

    kebawah (downward). Artinya model tersebut menganut hubungan komunikasi garis

    langsung (komando) baik keatas atau kebawah tanpa terjadi suatu penyimpangan.

    Model ini banyak dianut pada jaringan komunikasi dalam menajemen operasi militer,

    laporan keuangan, pembayaran gaji, dan lain sebagainya yang bersifat sangat kaku.

    Hal ini dilakukan demi tercapainya ketelitian tinggi atau pengawasan ketat pada

    setiap tingkatan yang mewakili devisi/ supervisor jenjang hirarkinya.

  • Gambar 2.4 Pola Komunikasi Lingkaran

    2.4.3 Lingkaran (Circle) Model pola komunikasi lingkaran ini, pada semua anggota/ staf bisa terjadi

    interaksi pada setiap tiga tingkatan hirarki tetapi tanpa ada kelanjutan pada tingkatan

    yang lebih tinggi, dan hanya terbatas pada srtiap level. Misalnya komunikasi terjadi

    secara interaksi antar sesama bawahan dengan atasannya langsung (komunikasi

    berjenjang). Jika dilihat dari segi kepuasan karyawan, pola komunikasi ini

    merupakan pola yang paling rendah untuk orang-orang didalamnya.

  • Gambar 2.5 Pola Komunikasi Saluran Majemuk (All-Channel)

    2.4.4 Saluran Majemuk (All – channel)

    Model pola komunikasi sistem ini merupakan pengembangan model lingkaran

    (circle). Di dalam model ini semua tingkatan dalam jaringan tersebut dapat

    melakukan interaksi timbal balik tanpa melihat siapa yang menjadi tokoh sentralnya.

    Semua pola komunikasi antar tingkatan jenjang hirarkinya tidak dibatasi dan setiap

    staf / bawahan bebas melalukan interaksi dengan berbagai pihak termasuk pimpinan

    dan sebaliknya.

    Pola ini memiliki keunggulan dibandingkan pola komunikasi yang lain karena

    pola tersebut dapat memberikan pemecahan masalah yang paling baik apabila

    menemui permasalahan yang rumit.

    2.5 Penelitian Sebelumnya yang berkaitan dengan Gaya Kepemimpinan & Magic Wave

    No. Nama Judul

    Penelitian

    Pendekatan

    Penelitian

    Universitas

    (Tahun)

    1 Frecilia Nanda Melvani

    Pengaruh Gaya

    Kepemimpinan dan

    efektivitas Komunikasi

    Terhadap Kinerja Pegawai

    Badan Promosi dan

    Perijinan Penanaman Modal

    Daerah (BP3MD) Provinsi

    Sumatera Selatan

    kualitatif Univ.Sriwijaya

    Fak.Ekonomi

    (2012)

    2. Cindy Arnika Strategi Periklanan Magic

    Wave dalam memperoleh

    iklan

    Kualitatif UKSW

    Fak.Ilmu

    Komunikasi

    (2012)

  • 2.6 Kerangka Pikir

     

     

      

     

     

     

    Penjelasan Kerangka Pikir:

    Magic Wave sebagai media cetak non profit merupakan salah satu media yang

    didalamnya memiliki stuktur organisasi. Dalam pengorganisasian didalamnya terdapat proses

    komunikasi (organisasi) yang terdiri dari faktor komunikasi internal dan eksternal dimana

    Chief Editor sebagai pimpinan tertinggi Magic Wave. Melalui komunikasi organisasi tersebut

    sosok pemimpin yaitu Chief Editor dapat diketahui gaya kepemimpinan yang diterapkan

    Komunikasi Organisasi

    Magic Wave

    “Surf Community

    Memberitahukan

    Menjajakan

    Mendelegasikan

    Gaya Kepemimpinan (Situasional)

    Chief Editor

    Eksistensi Magic Wave Selama 12 tahun sebagai media cetak tabloid non

    profit

    SDM Karyawan

    Mengikutsertakan

    Derective Behaviour

    Supporting Behaviour

    Pola Interaksi Komunikasi

    Internal

    Eksternal

    Roda

    Rantai

    Lingkaran

    Saluran Majemuk

  • kepada karyawan. Sehingga dari gaya kepemimpinan yang diterapkan didalamnya dapat

    diketahui pula mengenai pola interaksi komunikasi yang digunakan, sehingga mengetahui

    gaya kepemimpinan dan pola interaksi komunikasi yang diterapkan oleh Chief Editor dalam

    menjaga eksistensi Magic Wave selama 12tahun sebagai media cetak non profit yang mampu

    bersaing ditengah ketatnya persaingan media di Bali.