skripsi PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN …
Transcript of skripsi PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN …
i
skripsi
PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DAN
TRANSAKSIONAL TERHADAP PENGEMBANGAN KARIR ANGGOTA
KEPOLISIAN DI KANTOR DITLANTAS POLDA SULAWESI SELATAN
AYU KARTIKA SARI
Nomor Stambuk : 10561 05166 14
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2019
ii
PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DAN
TRANSAKSIONAL TERHADAP PENGEMBANGAN KARIR ANGGOTA
KEPOLISIAN DI KANTOR DITLANTAS POLDA SULAWESI SELATAN
Skripsi
Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Administrasi Negara
Disusun dan Diajukan Oleh
AYU KARTIKA SARI
Nomor Stambuk : 10561 05166 14
Kepada
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2019
iii
iv
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama Mahasiswa : Ayu Kartika Sari
Nomor Stambuk : 10561 05166 14
Program Studi : Ilmu Administrasi Negara
Menyetakan bahwa benar karya ilmiah ini adalah penelitian saya sendiri tanpa
bantuan dari pihak lain atau telah ditulis/dipublikasikan orang lain atau melakukan
plagiat. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian hari
pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai
aturan yang berlaku, sekalipun itu pencabutan gelar akademik.
Makassar, 31 Januari 2019 00
Yang Menyatakan,
Ayu Kartika Sari
vi
ABSTRAK
AYU KARTIKA SARI. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional danTransaksional Terhadap Pengembangan Karir Anggota Kepolisian Di KantorDitlantas Polda Sulawesi Selatan (dibimbing oleh Fatmawati dan MuhammadTahir).
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh gaya kepemimpinantransformasional dan transaksional terhadap pengembangan karir anggota kepolisiandi Kantor Ditlantas Polda Sulawesi Selatan. pendekatan yang digunakan dalampenelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan menggunakan sampel sebanyak69 anggota yang diambil berdasarkan teknik Disproportional Stratified RandomSampling dari jumlah populasi sebanyak 224 anggota. Pengumpulan data penelitianyang diberikan oleh responden menggunakan kuesioner, dokumentasi danpengamatan langsung di lapangan. Data penelitian diolah dengan menggunakan Ujivaliditas dan uji realibilitas. Analisis datanya menggunakan uji regresi linearberganda.
Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa secara simultan hasil yangdiperoleh dari pengaruh gaya kepemimpinan transformasional dan transaksionalterhadap pengembangan karir sebesar 31.770 dengan rincian bahwa gayakepemimpinan transformasional sebesar -0,487 dan gaya kepemimpinantransaksional sebesar -0,311 terhadap pengembangan karir anggota kepolisian diKantor Ditlantas Polda Sulawesi Selatan.
Kata Kunci : Gaya Kepemimpinan Transformasional, Gaya KepemimpinanTransaksional, Pengembangan Karir
vii
KATA PENGANTAR
بسم الله الرحمن الرحیم
Assalamualikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT karena telah melimpahkan rahmat
dan hidayahnya kepada hambanya sehingga dapat memberkati penulis dalam segala
hal sehingga mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Gaya
KepemimpinanTransformasional dan Transaksional Terhadap Pengembangan
Karir Anggota Kepolisian di Kantor Ditlantas Polda Sulawesi Selatan.”
Skripsi ini merupakan tugas akhir yang penulis ajukan sebagai syarat untuk
mendapatkan gelas sarjana di Jurusan Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.
Ucapan terima kasih pertama-tama penulis persembahkan untuk kedua orang tua
penulis, ayahanda Bagus Putut NS dan Ibunda Elis Sartika Ningsih. Atas
dukungan, semangat serta doa-nya yang tidak pernah berhentinya diberikan kepada
penulis agar selalu diberikan kemudahan dan kelancaran untuk setiap segala
urusannya. Terima Kasih atas segala perjuangan dan pengorbanannya, semoga
ayahanda dan ibunda senantiasa di rahmati oleh Allah SWT. Kepada kedua
saudaraku yang selalu memberikan semangat dalam segala bentuk tingkah laku yang
tidak bisa tertebak untuk mengalihkan rasa lelah dalam proses penyusunan skripsi
ini, Rizka Amelia Sari dan Muhammad Daffa Anugerah. Terima kasih atas semua
bentuk penyemangatnya yang tidak bisa tertebak.
viii
Banyaknya rintangan dan tantangan yang harus penulis hadapi dalam
penyelesaian skripsi ini dan menyadari bahwa hal ini tidak akan terwujud tanpa
adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak yang selalu mengarahkan penulis
untuk mencapai dan memperoleh kebenaran untuk menyelesaikan skripsi ini. Izinkan
penulis untuk memberikan ucapan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah
memberikan dukungan dan bantuannya kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini,
maka dari itu penulis juga mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. H. Abd Rahman Rahim, S.E., M.M selaku rektor Universitas
Muhammadiyah Makassar.
2. Ibu Dr. Hj. Ihyani Malik, S.Sos., M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Muhammadiyah Makassar.
3. Bapak Dr. Burhanuddin, S.Sos., M.Si selaku Wakil Dekan I Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Muhammadiyah Makassar.
4. Bapak Nasrulhaq, S.Sos., MPA selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi
Negara
5. Bapak Dr. Muhammadiah, M.M selaku dosen penasehat akademik penulis
yang selama ± 3 tahun memberikan penulis arahan dan masukkan ke-
akademikan selama di bangku kuliah.
6. Ibu Dr. Hj Fatmawati, M.Si selaku pembimbing I dan Bapak Dr. Muhammad
Tahir, M.Si selaku pembimbing II yang tidak pernah lelah memberikan arahan
dan dorongannya untuk menyelesaikan skripsi.
7. Para Dosen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Universitas Muhammadiyah Makassaryang telah memberikan bimbingan
ix
selama penulis menduduki jenjang pendidikan di Kampus Biru Universitas
Muhammadiyah Makassar ini.
8. Seluruh Staf Jurusan Ilmu Adminustrasi Negara, terima kasih atas bantuan
yang tiada hentinya bagi penulis selama ini.
9. Terima kasih kepada HUMANIERA atas pengalaman organisasi yang telah
diberikannya selama ini, semua yang diberikan tidak akan terlupakan begitu
saja.
10. Kantor Ditlantas Polda Sulawesi Selatan, terima kasih atas bantuan dan
kemudahannya selama melakukan penelitian.
11. Saudara-saudara saya yang lainnya Tiara Rizkyandini, Kinanti Dwi
Hardianti, Ulfa Nur Azizah, Ahmad Fadel dan Muhammad Aqzan Al-
Ghazali yang selalu tidak melewatkan kesempatan kumpul makan dan UNO-
nya. Terima kasih penulis ungkapkan atas segala bentuk dukungan,
semangatnya, dan semua bentuk kebersamaan yang telah dilalui
12. The Power Squad, mulai dari yang paling cepat ulang tahunnya Sitti Nur
Rahmah, Rahmiati, Iva Nurul Arsita, Erika Yuliartika dan Andi Meuthia
A.M yang diakhiri perampungan skripsi ini telah mendapatkan gelar sarjana
strata satunya semua. Kebersamaan untuk selalu sama-sama melepaskan penat
dan lelahnya rutinitas, merindukan sensasi liburan yang kadang bila secara ajaib
dapat menjadi nyata. Terima kasih atas semua kebersamaannya yang tidak ada
tiganya.
x
13. Seluruh teman-teman kelas I yang selama ini selalu bersama-sama mengikuti
jadwal kuliah yang selalu punya cerita dan pengalamannya tersendiri didalam
kelas.
14. Ucapan terima kasih juga penulis berikan kepada seluruh pihak yang tidak bisa
penulis sebutkan satu-persatu, terima kasih yang sebesar-besarnya.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Makassar, 31 Januari 2019
Ayu Kartika Sari
xi
DAFTAR ISI
Halaman Persetujuan .............................................................................................. iiHalaman Penerimaan Tim ...................................................................................... iiiHalaman Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ......................................................... ivAbstrak ................................................................................................................... vKata Pengantar ....................................................................................................... viDaftar Isi ................................................................................................................. xDaftar Tabel ........................................................................................................... xiiDaftar Gambar ........................................................................................................ xvDaftar Lampiran ..................................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................... 1B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 7C. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 7D. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Administrasi ............................................................................. 9B. Kepemimpinan ........................................................................................... 11
1. Pengertian Kepemimpinan ................................................................... 112. Gaya Kepemimpinan ............................................................................ 133. Tipe Gaya Kepemimpinan .................................................................. 15
a. Gaya Kepemimpinan Otoriter ........................................................ 15b. Gaya Kepemimpinan Demokratik .................................................. 16c. Gaya Kepemimpinan Laissez Faire ............................................... 16d. Gaya Kepemimpinan Transformasional ........................................ 16e. Gaya Kepemimpinan Transaksional .............................................. 17
C. Pengembangan Karir .................................................................................. 171. Pengertian Pengembangan Karir .......................................................... 172. Faktor Kendala Pengembangan Karir .................................................. 22
D. Gaya Kepemimpinan Transformasional .................................................... 23E. Gaya Kepemimpinan Transaksional .......................................................... 28F. Penelitian Terdahulu .................................................................................. 30G. Kerangka Pikir ........................................................................................... 32H. Definisi Operasional ................................................................................... 33I. Hipotesis ..................................................................................................... 35
BAB III METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Lokasi Penelitian ..................................................................... 36B. Jenis dan Tipe Penelitian ............................................................................ 36C. Populasi dan Sampel .................................................................................. 36
xii
D. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 37E. Teknik Analisis Data .................................................................................. 39F. Teknis Pengabsahan Data .......................................................................... 43G. Uji Asumsi Klasik ...................................................................................... 44
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Obyek Penelitian ........................................................................ 461. Letak Geografis Provinsi Sulawesi Selatan ......................................... 462. Profil Direktorat Lalu Lintas Polda Sulawesi Selatan .......................... 46
B. Gambaran Umum Responden .................................................................... 511. Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ................................ 512. Identitas Responden Berdasarkan Usia ................................................ 523. Identitas Responden Berdasarkan Jenjang Pendidikan ........................ 524. Data Responden Berdasarkan Pangkat ................................................. 535. Data Responden Berdasarkan Lama Bekerja ....................................... 546. Jumlah Penerima Pengembangan Karir Anggota Kepolisian
Di Kantor Ditlantas Polda Sulawesi Selatan Periode 2017/2018.......... 54C. Analisis Deskriptif ..................................................................................... 55
1. Hasil Analisis Tanggapan Responden Tentang GayaKepemimpinan Transformasional Di Kantor Ditlantas PoldaSulawesi Selatan ................................................................................... 55
2. Hasil Analisis Tanggapan Responden Tentang GayaKepemimpinan Transaksional Di Kantor Ditlantas PoldaSulawesi Selatan ................................................................................... 68
3. Hasil Analisis Tanggapan Responden Tentang PengembanganKarir Di Kantor Ditlantas Polda Sulawesi Selatan .............................. 77
D. Analisis Data .............................................................................................. 861. Uji Validitas ......................................................................................... 862. Uji Realibilitas ..................................................................................... 87
E. Uji Asumsi Klasik ...................................................................................... 871. Uji Multikolinieritas ............................................................................. 872. Uji Heterokedastisitas .......................................................................... 883. Uji Nomalitas ....................................................................................... 89
F. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional danTransaksional Terhadap Pengembangan Karir .......................................... 91
G. Uji Hipotesis .............................................................................................. 92H. Pembahasan ................................................................................................ 95
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................ 103B. Saran ........................................................................................................... 104
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 106
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel ........................................................ 37
Tabel 3.2 Karakteristik Jawaban Responden ................................................. 39
Tabel 4.1 Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ................................. 51
Tabel 4.2 Data Responden Berdasarkan Umur .............................................. 52
Tabel 4.3 Data Responden Berdasarkan Jenjang Pendidikan ......................... 52
Tabel 4.4 Data Responden Berdasarkan Pangkat ........................................... 53
Tabel 4.5 Data Responden Berdasarkan Lama Bekerja ................................. 54
Tabel 4.6 Jumlah Penerima Pengembangan Karir Periode 2017/2018 ........... 54
Tabel 4.7 Menganggap Pemimpin Sebagai Panutan ...................................... 56
Tabel 4.8 Kedekatan Seorang Pemimpin dan Anggota .................................. 57
Tabel 4.9 Pemimpin Memberikan Perhatian Kepada Anggota ...................... 57
Tabel 4.10 Ketulusan Pemimpin Dalam Menggerakkan dan Mengarahkan ..... 58
Tabel 4.11 Indikator Idealized Influence .......................................................... 59
Tabel 4.12 Memberikan Inspirasi ..................................................................... 60
Tabel 4.13 Memberikan Kenyamanan Dalam Bekerja .................................... 60
Tabel 4.14 Indikator Inspiration Motivation .................................................... 61
Tabel 4.15 Menyelesaikan Masalah Dari Berbagai Sudut Pandang ................. 62
Tabel 4.16 Indikator Intelectual Stimulation .................................................... 62
Tabel 4.17 Pemimpin Melihat Anggotanya Sebagai Individual Pribadi .......... 63
Tabel 4.18 Pemimpin Membantu Meningkatkan Pengembangan Diri ............ 64
Tabel 4.19 Indikator Individual Considerent ................................................... 64
xiv
Tabel 4.20 Tanggapan Responden Terhadap Gaya KepemimpinanTransformasional (X1) ................................................................... 65
Tabel 4.21 Pembagian Reward Berdasarkan Spesifikasi Kerjanya................... 69
Tabel 4.22 Pemberian Reward Memacu Semangat Anggota ........................... 69
Tabel 4.23 Menjunjung Tinggi Pedoman Pelaksanaan Tugas ......................... 70
Tabel 4.24 Indikator Contigent Reward ........................................................... 70
Tabel 4.25 Pengawasan Secara Langsung Oleh Pimpinan Mengenai SOP ..... 71
Tabel 4.26 Ketegasan Pimpinan Bagi Anggota yang Melanggar ..................... 72
Tabel 4.27 Sering Melakukan Evaluasi Kerja .................................................. 72
Tabel 4.28 Indikator Management By-Exaction ............................................... 73
Tabel 4.29 Pemimpin Kurang Tegas Dalam Pengambilan Keputusan ............ 74
Tabel 4.30 Indikator Leissez Faire ................................................................... 74
Tabel 4.31 Tanggapan Responden Terhadap Gaya KepemimpinanTransaksional (X2) ......................................................................... 75
Tabel 4.32 Spesifikasi Membantu Dalam Pengembangan Karir ...................... 78
Tabel 4.33 Bekerja Sesuai SOP Tanpa Pengawasan ........................................ 78
Tabel 4.34 Indikator Prestasi Kerja .................................................................. 79
Tabel 4.35 Memenuhi Persyaratan Kehadiran dan Disiplin Kerja ................... 80
Tabel 4.36 Bekerja Lembur .............................................................................. 80
Tabel 4.37 Indikator Pengenalan Oleh Pihak Lain ........................................... 81
Tabel 4.38 Menambahkan Spesifikasi Kerja .................................................... 81
Tabel 4.39 Mengikuti Program Latihan Untuk Peningkatan Jenjang Karir ..... 82
Tabel 4.40 Indikator Kesempatan Untuk Tumbuh ........................................... 83
Tabel 4.41 Tanggapan Responden Terhadap Pengembangan Karir (Y) .......... 83
xv
Tabel 4.42 Hasil Uji Validitas .......................................................................... 86
Tabel 4.43 Hasil Uji Realibilitas ...................................................................... 87
Tabel 4.44 Hasil Uji Multikolinieritas .............................................................. 88
Tabel 4.45 Hasil Uji Tes Kolmogorov-Smirnov .............................................. 90
Tabel 4.46 Hasil Estimasi Regresi .................................................................... 91
Tabel 4.47 Annova ........................................................................................... 93
Tabel 4.48 Model Summary ............................................................................. 93
Tabel 4.49 Uji t ................................................................................................ 94
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Pengembangan Karir Organisasi .................................................... 19
Gambar 2.2 Kerangka Pikir Penelitian ............................................................... 32
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Kantor Ditlantas PoldaSulawesi Selatan ............................................................................. 50
Gambar 4.2 Hasil Uji Heterokedasitas ............................................................... 89
Gambar 4.3 Hasil Uji Normalitas ....................................................................... 90
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner ................................................................................. 110
Lampiran 2 Olahan Data SPSS Versi 23.0 ................................................. 115
Lampiran 3 Surat Izin Penelitian ................................................................ 136
Lampiran 4 Dokumentasi ............................................................................ 139
Lampiran 5 Biodata ..................................................................................... 141
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kepemimpinan dalam sebuah birokrasi publik dapat dikatakan sebagai tolak
ukur untuk mencari tahu keberhasilan dari birokrasi itu sendiri karena pemimpin
yang bertanggung jawab mengarahkan dan mengatur sumber daya birokrasinya agar
dapat menjadi sebuah satu kesatuan yang seimbang. Pentingnya sebuah
kepemimpinan dalam birokrasi dikarenakan pemimpinlah yang dapat membuat
keputusan, memotivasi bawahan melaksanakan keputusan yang telah dibuat, dan
pemimpin juga yang mengawasi pelaksanaan keputusan tersebut agar dapat
mencapai tujuan yang telah ditentukan (Pasolong, 2008). Dasar-dasar kepemimpinan
bila dilihat secara administrasi juga menjalaskan bahwa secara umum kebutuhan
seseorang tidak dapat dipenuhi oleh yang bersangkutan seorang diri melainkan hanya
dapat dipenuhi dengan jalan saling membantu satu sama lain (Kencana, 2006).
Hampir semua kebutuhannya dapat terpenuhi apabila yang bersangkutan
memiliki hubungan yang erat dengan orang lain sehingga menimbulkan keselarasan
terhadap keinginan yang akan dicapai oleh seorang pemimpin. Terkait dengan hal
itu, dalam sebuah kepemimpinan dibutuhkan adanya keterkaitan yang
menghubungkan satu dengan yang lainnya baik pemimpin-pengikut maupun
pengikut-pengikut. Kepemimpinan ialah kemampuan untuk mempengaruhi
bawahannya dalam mencapai tujuan organisasi secara bersama.
Kepemimpinan muncul dan berkembang sebagai hasil dari interaksi otomatis
diantara pemimpin dan individu-individu yang dipimpin (Hughes, dkk. 2015). Fungsi
2
dari semua itu merupakan dasar kekuasaan pemimpin untuk mengajak,
mempengaruhi, dan menggerakkan orang-orang lain agar tercapainya sebuah tujuan
tertentu. Didalam kepemimpinan bukan hanya berbicara mengenai bagaimana
keberhasilan seorang pemimpin yang memiliki kemampuan mampu mempengaruhi
bawahan atau pihak lain melainkan juga mengajarkan untuk membentuk kerjasama
yang bagus sebagai satu kesatuan yang memiliki pondasi yang kokoh sebagai dasar
untuk membentuk sebuah organisasi.
Dalam kepemimpinan terdapat hubungan antara manusia, yaitu dimana adanya
hubungan yang mempengaruhi (dari pemimpin) serta hubungan kepatuhan-ketaatan
para pengikut atau bawahan karena dipengaruhi oleh kewibawaan pemimpin, semua
yang dibutuhkan itu tidak dapat dilakukan oleh seorang diri tanpa adanya bantuan
dari orang lain yang memiliki tujuan yang sama (Sutarto, 2006). Tercapainya tujuan,
terlaksananya tugas, serta peningkatan kualitas kerja dari anggota tergantung dari
dampak apa yang telah dihasilkan dalam penerepan gaya yang digunakan dalam
masa kepemimpinannya. Sebagai contoh, gejala yang diperlihatkan seorang bawahan
terhadap cara mereka beradaptasi dengan gaya pemimpin dapat menunjukkan bahwa
beberapa orang bisa saja gagal mendapatkan promosi (mereka tergelincir) karena
ketidakmampuan atau tidak mau beradaptasi dengan gaya kepemimpinan atasan yang
berbeda dari gaya mereka sendiri (Hughes, dkk, 2015).
Banyaknya hal yang perlu dilakukan oleh seorang pemimpin untuk
mempengaruhi bawahannya agar melakukan pekerjaan sesuai dengan konsep yang
telah ditentukan, diantaranya dengan menerapkan gaya kepemimpinan (Andy, dkk,
2013). Gaya kepemimpinan merupakan ciri khas dari seorang pemimpin selama
3
menjalankan kepemimpinannya, yang dimana akan memiliki dampak yang baik atau
buruk terhadap pola pikir atau perilaku dari bawahannya sendiri. Efektifnya sebuah
gaya kepemimpinan yang diberlakukan dapat dilihat dari seberapa banyak dorongan
atau motivasi yang telah dirasakan oleh bawahnnya, seperti halnya bila menerapkan
gaya kepemimpinan transformasional dan transaksional.
Gaya kepemimpinan transformasional menjadikan sumber daya manusia yang
dimilikinya tumbuh kearah sensitivitas pembinaan dan pengembangan organisasi,
mengembangkan visi yang ada secara bersama, membagikan kewenangan sebuah
kepemimpinan, serta membangun budaya organisasi agar dapat dijadikan sebuah
keharusan dalam skema restrukturisasi organisasi tersebut (Agus dan Muhith, 2013).
Pemimpin berani mengambil resiko dalam membawa proses perubahan yang menjadi
ciri utama pemimpin transformasional sehingga ia menjadi pemimpin yang ideal
untuk konteks keefektifan organisasi. Gaya kepemimpinan transaksional, pemimpin
yang akan secara terus-menerus melakukan pemeliharaan, penjagaan atau melajutkan
status qou organisasi, maka setiap langkah yang diambil oleh pemimpin tidak akan
bergeser dari tatanan lama yang sudah baku (Adhistya, 2013).
Perlunya sebuah rangsangan motivasi atau meningkatkan performance kinerja
darinya. Pola kepemimpinan yang mampu memberikan reward dan punishment
sesuai dengan kinerja masing-masing komponen organisasi. Peran pemimpin dalam
sebuah organisasi yang didapat dilihat dengan skala yang kecil diharapkan mampu
mempengaruhi moral, kepuasan kerja serta kualitas kehidupan kerja para bawahan,
yang pada akhirnya keberhasilan komponen organisasi ini dilihat dengan skala besar
dapat mempengaruhi sebuah tingkat prestasi organisasi dikarenakan perilaku
4
organisasi akan dipengaruhi oleh setiap perilaku individunya itu sendiri yang
terdapat dalam sebuah organisasi (Andy, dkk, 2013).
Oleh sebab itu, pemimpin transaksional mampu membangun kinerja komponen
organisasi dengan sistem pertukaran imbalan. Sejalan dengan kebutuhan
pengemabangan karir dalam sebuah organisasi, anggota perlu mengembangkan karir
dalam keorganisasinya melalui pembinaan karir dan penilaian sistem prestasi kerja
demi meningkatnya eksistensi anggota dalam sebuah organisasi. Pengembangan karir
bagi aparatur juga dapat dijadikan keseriusan seorang pengikut terhadap kebutuhan
organisasinya.
Berkaitan dengan pengembangan karir untuk kepolisian telah diatur dalam
Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2016
Tentang Sistem Pembinaan Karir Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Sistem pengembangan karir yang digunakan anggota kepolisian meliputi, penugasan,
mutasi, jabatan dan kepangkatan. Pola karirnya sendiri dapat menggambarkan alur
pengembangan karir yang menunjukkan keterkaitan dan keserasian antara pangkat,
jabatan anggota polri sejak pengangkatan pertama dalam jabatan tertentu sampai
dengan pengakhiran dinas. Pola yang dimilikinya terbagi menjadi: 1) Karir Perwira
Polri, karirnya dimulai sejak penugasan pada pangkat Inspektur Polisi Dua sampai
dengan Jendral Polisi melalui jenjang jabatan struktural atau fungsional, baik dalam
maupun di luar struktural organisasi polri; 2) Karir Bintara Polri, dimulai sejak
penugasan pada pangkat Brigadir polisi dua sampai dengan Ajun Inspektur Polisi
Satu melalui jenjang jabatan struktural atau fungsional, baik dalam maupun di luar
struktural organisasi polri; 3) Tamtama Polri; penugasannya dimulai sejak
5
berpangkat Bhayangkara Dua sampai dengan Ajun Brigadir Polisi melalui jenjang
jabatan struktural atau fungsional, baik dalam maupun di luar struktural organisasi
polri.
Direktorat Lalu Lintas merupakan salah satu bagian dari unsur pelaksana tugas
yang berada dibawah kapolda, sebagaimana yang tercantum dalam Peraturan Kepala
Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2010 tentang Susunan
Organisasi dan Tata Kerja Pada Tingkat Kepolisian Daerah. Ditlantas Polda Sulawesi
Selatan memiliki tugas yaitu mengadakan kegiatan per-lalu lintas yang terdiri dari
pemberian pendidikan terhadap masyarakat tentang ber-lalu lintas, penegakan
hukum, melakukan pengkajian terhadap masalah dalam lalu lintas, melakukan
registrasi dan identifikasi (regident) pengemudian serta kendaraan bermotor,
melakukan PJR antar wilayah demi terciptanya keamanan, keselamatan, ketertiban
dan kelancaran lalu lintas.
Fokus penelitian ini mencoba melihat bagaimana pengaruh gaya kepemimpinan
transformasional dan transaksional terhadap pengembangan karir anggotanya. Alasan
pemilihan gaya kepemimpinan transformasional dan transaksional sebagai indikator
tahap ukur dalam pengembangan karir ialah : (1) Dalam penerapan gaya
kepemimpinan transformasional dibutuhkan adanya perubahan, hal ini menjadi
alasan teruntuk seorang pimpinan yang memiliki caranya tersendiri mendekatkan
dirinya dengan bawahan agar kekakuan yang terjadi dalam tubuh kepolisian tidak
mengganggu. (2) Menilisik lebih jauh mengenai hal transaksi atau kemudahan dalam
proses kenaikan jabatan yang tidak mudah untuk dilalui melalui jalan umum. (3)
Butuhnya biaya yang tidak sedikit bila menginginkan kenaikan status karir dan
6
campur tangan orang yang lebih berpengaruh dalam tubuh kepolisian. (4) Kepedulian
yang dimiliki oleh seorang pemimpin terhadap spesifikasi anggotanya membuat
organisasi yang dipimpinnya akan memiliki nilai dan kualitasnya sendiri. Hal seperti
itulah yang dapat memicu semangat seorang anggota untuk meningkatkan karir
mereka dikarenakan adanya imbalan atas pencapaian.
Kurangnya penelitian terdahulu yang spesifik terhadap pengangkatan kasus
tentang pengaruh gaya kepemimpinan transformasional dan traksaksional terhadap
pengembangan karir membuat peneliti menjadikan acuan pengangkatan masalah dari
penelitian terdahulu yang memiliki setidaknya satu variabel kesamaan dengan
subyek yang ingin diteliti. Melihat masalah yang telah dilakukan oleh Harlie (2012)
dalam penelitiannya yang memperlihatkan bahwa pengembangan karir yang
dilakukan pegawai harus berusaha mengelola dirinya demi mendapatkan posisi yang
menguntungkan dimasa depan. Andy, dkk (2013) Mengangkat tentang pemimpin
secara sadar atau tidak telah melakukan upaya yang digolongkan dalam kepemipinan
transaksional dan transformasional seperti pemimpin yang dapat dijadikan contoh
yang baik (transformasional), pemimpin memberikan bonus terhadap pencapaian
sebuah kinerja (transaksional), pemimpin dapat memberikan saran dan masukan
kepada bawah (transformasional), dan pemimpin memberikan pujian terhadap hasil
yang telah dicapai (transaksional). Hasil yang diperoleh dari penelitian terdahulu
yang diambil mendapatkan hasil yang signifikan yang positif.
Berdasarkan dari survei terdahulu, peneliti mencoba mengangkat gaya
kepemimpinan transformasional sebagai X1 dengan menggunakan indikator,
idealized influence, inspiration motivation, intelectuall stimulation, dan individual
7
considereation serta gaya kepemimpinan transformasional sebagai X2 dengan
menggunakan yaitu contigent reward, management by excation, dan laissez faire dan
pengembangan karir sebagai Y, yang akan dilakukan di Kantor Ditlantas Polda
Sulawesi Selatan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari uraian diatas, dapat dirumuskan masalah-masalah yang akan
diteliti dalam penelitian ini yaitu :
1. Apakah gaya kepemimpinan transformasional berpengaruh terhadap
pengembangan karir anggota kepolisian di Kantor Ditlantas Polda Sulawesi
Selatan ?
2. Apakah gaya kepemimpinan transaksional berpengaruh terhadap pengembangan
karir anggota kepolisian di Kantor Ditlantas Polda Sulawesi Selatan ?
3. Gaya kepemimpinan tranformasional atau transaksional yang lebih dominan
berpengaruh terhadap pengembangan karir anggota kepolisian di Kantor
Ditlantas Polda Sulawesi Selatan ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai
dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui apakah gaya kepemimpinan transformasional berpengaruh
terhadap pengembangan karir anggota kepolisian di Kantor Ditlantas Polda
Sulawesi Selatan.
8
2. Untuk mengetahui apakah gaya kepemimpinan transaksional berpengaruh
terhadap pengembangan karir anggota kepolisian di Kantor Ditlantas Polda
Sulawesi Selatan.
3. Untuk mengetahui gaya kepemimpinan transformasional atau transaksional yang
lebih dominan berpengaruh dalam pengembangan karir anggota kepolisian di
Kantor Ditlantas Polda Sulawesi Selatan.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang akan diperoleh dari hasil penelitian ini ialah :
1. Manfaat Teoritis : Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pembelajaran
dan referensi bagi peneliti-peneliti lainnya yang akan mengkaji pada bidang
yang sama. Serta dapat pula dijadikan secara referensi dalam akademik
pembelajaran mata kuliah Kepemimpinan.
2. Manfaat Praktis : Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi
yang besar serta menjadi bahan pertimbangan bagi para pemimpin dalam masa
kepemimpinan untuk menentukan gaya kepemimpinan apa yang cocok dan pas
digunakan dalam pengembangan karir anggota kepolisian di Kantor Ditlantas
Polda Sulawesi Selatan.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Administrasi
Secara etimologi administrasi berasal dari bahasa latin (Yunani) yang terdiri atas
dua kata, yaitu “ad” dan ”ministrate” yang berarti “to serve” yang dalam bahasa
indonesia berarti melayani dan atau memenuhi. Siapa yang melayani siapa dan siapa
yang harus dilayani menjadi sebuah pertanyaan yang terkadang dipertanyakan secara
umum untuk mengetahui administrasi secara lanjut. Manusia menjadi obyek yang
harus dilayani dan melayani (Kencana, 2006).
Manusialah yang harusnya menjaga keteraturan kehidupan sosialnya dan
manusia itu sendiri yang harus memecahkan seluruh permasalah kehidupan sosialnya
atau dengan maksud lain manusia dapat berperilaku untuk melayani serta mengatur
dirinya secara pribadi demi eksistensi dan tujuan hidupnya, dimulai dari tingkat
individualnya sampai pada tahap sosial umumnya. Kerja sama manusia yang disebut
sebagai administrasi secara konseptual bahwa kerja sama itu terbentuk karena
pertimbangan ratio mengingat manusia memiiki potensi yang secara rational dapat
membentuk hubungan kerjasama antar sesamanya ketika tujuan yang hendak mereka
capai memiliki kesamaan untuk dapat dikerjakan secara bersama (Ali dan
Burhanuddin, 2013).
Menurut Siagian (2004) administrasi merupakan sebuah proses kerja sama antar
dua orang individu manusia atau bahkan lebih yang berdasar pada rasionalitas untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Selaras dengan Pasolong (2013)
mengatakan bahwa administrasi ialah suatu pekerjaan yang telah terencana dan
10
dikerjakan oleh sekelompok manusia yang melakukan kerja sama agar tercapainya
sebuah tujuan yang didasari oleh efektif, efisien, dan rasional. Konsep awal
administrasi sebagaimana yang dirumuskan oleh Waldo yaitu kerjasama manusia
yang didasarkan atas pertimbangan rasional guna mencapai tujuan secara bersama.
Pasolong (2013) menjelaskan bahwa administrasi memiliki dua hal dimensi
yaitu dimensi tentang karakteristik serta dimensi unsur-unsur. Dimensi karakteristik
administrasi terdiri dari : 1) Efisien yang berarti tujuan dari sebuah administrasi ialah
agar tercapainya hasil yang efektid dan efisien; 2) Efektifitas berati adanya tujuan
yang telah dibuat sebelumnya apakah dapat tecapai dikarenaka adanya sebuah proses
kegiatan; 3) Rasional berarti tujuan yang telah dicapai bermanfaat untuk maksud
yang berguna, tetapi tentu saja yang dilaku dengan sadar atau disengaja. Sedangkan
dimensi unsur-unsur administrasi, yaitu : adanya tujuan atau sasatan yang ditentukan
sebelum melaksanakan sesuatu pekerjaan, adanya kerja sama baik sekelompok orang
atau lembaga pemerintah maupun lembaga swasta, adanya sarana yang digunakan
oleh sekelompok atau lembaga dalam melaksanakan tujuan yang hendak dicapai.
Dasar-dasar kepemimpinan bila dilihat secara administrasi juga menjalaskan
bahwa secara umum kebutuhan seseorang tidak dapat dipenuhi oleh yang
bersangkutan seorang diri melainkan hanya dapat dipenuhi dengan jalan bekerja
bersama-sama dengan orang lain (Kencana, 2006). Hampir semua kebutuhannya
dapat terpenuhi apabila yang bersangkutan memiliki hubungan yang erat dengan
orang lain sehingga menimbulkan keselarasan terhadap keinginan yang akan dicapai
oleh seorang pemimpin. Terkait dengan hal itu, dalam sebuah kepemimpinan
11
dibutuhkan adanya saling membutuhkan satu sama lain baik pemimpin-pengikut
maupun pengikut-pengikut
B. Kepemimpinan
1. Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan memiliki peran yang sangat penting dalam sebuah organisasi
karena pemimpin memiliki komando atau kuasa yang paling tinggi agar dapat
mengarahkan organisasi yang ia pimpin untuk menjalankan semua kebijakan-
kebijakan yang telah dibuatnya. Menurut Hughes, dkk (2015) kepemimpinan ialah
bentuk tampilan yang melibatkan pemimpin, para pengikut, dan situasi. Kebanyakan
bila membahas kepemimpinan selalu memusatkan perhatiannya pada kepribadian,
karakter fisik, atau perilaku seorang pemimpin sementara yang lainnya belajar
tentang adanya hubungan kerja diantara para pemimpin serta pengikutnya; hal
lainnya mempelajari cara tentang aspek situasi yang dapat mempengaruhi pemimpin
dalam berperilaku. Pengarahan, pembimbingan, penggerakan, dan pengendalian
secara fungsional, dimulai dari proses manajemen dalam sebuah tingkatan
keorganisasian, dalam mewujudkan keseluruhan hal tersebut diperlukan manusia
yang mampu mempengaruhi orang lain atau yang disebut dengan pemimpin.
Kemampuan yang dimiliki oleh seorang pemimpin itulah yang dimaksudkan
dengan sebuah kepemimpinan atau dimana kemampuan yang dimilikinya mampu
mempengaruhi orang lain agar mengikuti perintah yang selalu diinginkan.
Kepemimpinan dapat diliat dari ciri-ciri kepribadian yang dimana didalamnya suatu
situasi yang khusus mengambil peranan penting dalam usahanya meraih tujuan
12
organisasi bersama dengan anggota lainnya. Secara fungsional ciri-ciri ini
berhubungan dengan sebuah pencapaian tujuan pemeliharaan dan memperkuat
kelompok. Ali dan Baharuddin (2013) hakekat kepemimpinan adalah influencing
(pengaruh, mempengaruhi), namun kemampuan saja muncul sendiri dari seseorang
karena bakat bawaan sejak kodrati akan tetapi bisa mungkin berasal dari berbagai
sumber. Secara teoritis, sumber pengaruh kepemimpinan atau dapat dikatakan bahwa
influence (pengaruh) yang melekat pada seseorang pemimpin dapat berasal dari lima
sumber :
a. Coercive-power
Adanya rasa pesimis terhadap hal-hal yang akan merugikan jika nilai dalam
pelaksanaan tugas. Kekuatan berdasarkan paksaan, demi membuang rasa takut dan
berlandaskan atas perkiraan pihak bawahan bahwa dia akan dihukum apabila dia
tidak menyetujui tindakan-tindakan dan kenyakinan pihak atasan.
b. Legitimate-power
Hal ini muncul karena kenyakinan akan kewenangan yang wajar dan seharusnya.
Kekuatan yang bersumber pada hukum, kekuatan ini timbul dari supervisor dalam
organisasi yang bersangkutan.
c. Reward-power
Munculnya sebuah kenyakinan bawahan mengenai imbalan jasa yang akan
diperolehnya, kekuatan karena ia dapat memberikan balas jasa/penghargaan. Disini
penghargaan diberikan oleh kepada bawahan atas tindakan yang disukai oleh
atasannya.
13
d. Expert-power
Pengaruh yang mengabulkan ketaatan karena kenyakinan mengenai keahlian
atau pengetahuan dari atasan, pengaruh ini muncul akibat seseorang memiliki
keterampilan khusus, pengetahuan dalam bidang tertentu.
e. Referent-power
Hal ini muncul dikarenakan bawahan menilai atasannya mampu memberikan
contoh yang patut diteladani karena pribadi dan kepemimpinannya. Kekuatan
demikian berdasarkan atas hasil penilaian bawahan terhadap pemimpinnya yang
dianggap mampu memperlihatkan teladan yang baik dalam setiap kepemimpinannya.
2. Gaya Kepemimpinan
Bila membahas tentang kepemimpinan kebanyakan selalu memusatkan
perhatiannya pada kepribadian, karakter fisik, atau perilaku seorang pemimpin
sementara yang lainnya belajar tentang adanya hubungan kerja diantara para
pemimpin serta pengikutinya; hal lainnya mempelajari tentang aspek situasi yang
dapat mempengaruhi pemimpin dalam berperilaku. Apabila seorang pimpinan
berusaha agar dapat mempengaruhi sekitarnya, maka yang dapat pengaruh tersebut
perlu memikirkan gaya kepemimpinnya.
Gaya kepemimpinan adalah suatu gaya yang dapat memberikan hasil maksimum
pada sebuah produktivitas, kepuasan dalam berkerja serta mudah dalam
menyesuaikan setiap situasi. Rivai (2007) yang mengatakan bahwa gaya
kepemimpinan ialah pola keseluruhan dalam perilaku seorang pemimpin, baik yang
dilihat maupun yang tidak dilihat oleh bawahannya.
14
Kepemimpinan dan gaya kepemimpinan sangat berperan dalam proses bisnis
organisasi dalam tercapainya tujuan dalam organisasi yang sudah ditentukan.
Menjadi seorang pemimpin yang baik dan benar dalam menerapkan sebuah gaya
dalam kepemimpinannya terlebih dahulu untuk mencoba memahami siapa siapa saja
orang yang menjadi bawahannya selama ia menjadi pemimpin, memahami tentang
aspek kekuatan serta kelemahan yang dimiliki bawahannya, serta tau bagaimana
memanfaatkan kelebihan kemampuan yang dimiliki bawahannya agar dapat
menutupi kelemahan yang ada dalam diri mereka. Dalam bukunya, Numberi (2010)
mengatakan ada beberapa faktor yang mempengaruhi gaya kepemimpinan seseorang,
antara lain ialah sifat pribadi orang tersebut. Sederhananya, sudah menjadi garis
takdirnya jika seseorang lahir menjadi sebuah pemimpin atau dapat juga berasal dari
sebuah persiapan yang telah direncakanan sebelumnya. Aspek genetik dan bakat
tidak cukup untuk dijadikan sebuah nilai untuk seseorang memiliki sebuah gaya
kepemimpinan tertentu. Selain sifat pribadi, karekter orang-orang yang dipimpin,
sifat pribadi sesama pemimpin didalam organisasi tersebut, struktur dan budayanya,
tujuan organisasi, pengalaman menjalankan berbagai organisasi, adat istiadat atau
kebiasaan di dalam organisasi, lokasi organisasi berada, teknologi, kecakapan orang-
orang yang ada di dalamnya dan masih banyak lagi faktor yang mempengaruhinya.
Oleh karena itu, dalam praktik sehari-hari tipe dan gaya kepemimpinan
terkadang memerlukan penyesuaian. Hal ini diperlukan mengingat situasi dan
kondisi yang dihadapi sangat berbeda, sehingga memunculkan gaya untuk sebuah
situasi derta kondisi tertentu yang dianggap tepat. Dalam menerapkan sebuah gaya
diawali dengan sikap saling memahami dan mengerti bawahan yang dipimpinnya,
15
paham akan kekuatan serta kelemahan para bawahannya, dan paham tentang
memanfaatkan kelebihan dari bawahannya guna dijadikan penyeimbang bagi mereka
yang memiliki kelemahan.
3. Tipe Gaya Kepemimpinan
Banyaknya model atau tipe dari gaya kepemimpinan yang diterapkan pemimpin
demi menggerakkan bawahan demi pencapaian sebuah tujuan, dibawah ini beberapa
tipe dari sekian banyaknya tipe gaya kepemimpinan yang ditawarkan diantaranya :
a. Gaya Kepemimpinan Otoriter
Kartono (2016) menjelaskan bahwa gaya dengan prinsip otoriter ini bergerak
atas dasar adanya sebuah perintah, paksaan, atau bahkan tindakan yang
menjadikannya sebagai seorang wasit. Pemimpin dengan gaya seperti ini sering
melakukan tindakan pengawasan sangat ketat agar pekerjaannya dapat berjalan
secara efektif dan efisien. Pemimpin yang menganut gaya kepemimpinan otoriter
terkadang tidak memiliki kepercayaan yang penuh terhadap rakyat atau bawahannya,
alasannya karena pemimpin selalu menanamkan rasa curiga yang tinggi pada
bawahannya maupun orang yang berada didekatnya. Numberi (2010) mengatakan
bahwa pemimpin tipe otoriter susah menerima saran dari lingkungan tempat ia
bekerja dan menganggap sesuatu yang benar itu muncul dalam dirinya sendiri. Ide
darinya yang paling benar, meski ternyata keliru. Memberikan masukan atau koreksi
terhadap pemimpin tipe ini adalah hal yang paling sulit. Masukan atau saran lebih
dipandang sebagai bentuk aksi pembangkangan, bukannya dilihat sebagai sebuah
input yang membangun.
16
b. Gaya Kepemimpinan Demokratik
Numberi (2010) menjelaskan Pemimpin dengan gaya seperti ini sering
memberikan semangat bagi bawahannya, berpendapat bahwa bawahannya
merupakan bagian dari sistem dan ikut pula dalam proses pengambilan keputusan.
Pemimpin dengan tipe demokratik akan terus memberi informasi kepada
bawahannya tentang apapun yang terkait dengan pekerjaan, termasuk berbagi
pengalaman dalam pengambilan keputusan serta tanggung jawab mengatasi masalah.
Biasanya, pemimpin dapat menghasilkan kualitas dan kuantitas yang bagus untuk
jangka waktu yang cukup panjang. Bawahan biasanya menaruh rasa hormat yang
tinggi terhadap pimpinan mereka.
c. Gaya Kepemimpinan Laissez Faire
Dalam bukunya, Kartono (2016) menyebutkan bahwa pemimpin dengan tipe
seperti ini, pemimpin yang cenderung praktis dan tidak benar-benar memimpin, dia
membiarkan setiap bawahannya mengambil keputusan sendiri tanpa perlu
melibatkan dirinya dalam setiap kegiatan keorganisasian. Tipe seperti ini dapat
dikatakan sebagai pemimpin yang jabatannya hanya sebagai simbol dan jarang
memiliki sebuah kemampuan teknis.
d. Gaya Kepemimpinan Transformasional
Gaya kepemimpinan transformasional ialah jenis kepemimpinan yang
memberikan perhatian terhadap bawahan yang dimilikinya agar memacu semangat
dan motivasi bagi mereka. Indikatornya adalah : 1) Charisma, memberikan kejelasan
terhadap visi dan misi agar dapat meraih sebuah kepercayaan; 2) Inspiration,
mengkomunikasikan setiap harapannya dengan tinggi serta mengekspresikan setiap
17
tujuannya melalui cara yang paling sederhana; 3) Intelectual stimulation, mendorong
intelegensia, rasionalitas, dan berhati-hati dalam menyelesaikan masalah; 4)
Indiviudalized consideration, memberikan perhatian yang lebih bersifat pribadi,
berlatih, dan memberikan saran yang membangun (Wijayanto,2012).
e. Gaya Kepemimpinan Transaksional
Menurut Suwatno dan Priansa (2011) kepemimpinan transaksional merupakan
jenis kepemimpinan yang memiliki fokus terhadap sebuah transaksi atar individu,
manajemen dan karyawannya. Indikator dalam kepemimpinan transaksional yaitu :
1) Continent reward, melakukan imbalan terhadap pencapaian kerja yang
dilakukannya; 2) Management by exception (aktif), melihat dan mencari deviasi
berdasrkan aturan dan standar, serta melakukan tindakan korektif; 3) Management by
exception (pasif), mengintervensi bila tidak sesuai standar; 4) Laisezz-faire,
melepaskan tanggungjawab, menghindari pembuatan keputusan.
C. Pengembangan Karir
1. Pengertian Pengembangan Karir
Menurut Sedarmayanti (2010) didalam diri setiap manusia pada umumnya
mempunyai kemampuan untuk berkembang dan bertindak secara kreatif serta
berfikir untuk memecahkan masalah atau mengambil keputusan, walaupun setiap
individu berbeda tingkat kemampuannya.
Menurut Simamora (2004) berpendapat bahwa kata “karir” bisa dilihat dari
berbagai macam perspektif yang berbeda, diantaranya persfektif yang objektif dan
subjektif. Dipandang dari perspektif yang subjektif, karir adalah urutan dari posisi
18
yang diisi hanya oleh seseorang selama hidupnya, dan dari sudut pandangan yang
objektif ialah adanya perubahan dalam nilai, sikap, serta motivasi yang terjadi
dikarenakan orang itu semakin berumur. Seorang pegawai untuk meniti karir, harus
dapat memenuhi spesifikasi persyaratan tetentu untuk mendukung peningkatan
karirnya. Keberhasilan itu dapat dipengaruhi oleh : 1) pendidikan formal; 2)
pengalaman kerja; 3) sikap atasan; 4) prestasi kerja; 5) bobot pekerjaan; 6) lowongan
jabatan; 7) produktivitas kerja. Searah dengan dua pendapat sebelumnya mengenai
pengembangan dan karir, I Koman A, dkk (2012) menjelaskan bahwa pengembangan
karir merupakan sebuah peningkatan status pribadi yang dapat dilakukan oleh
seorang individu demi tercapainya sebuah rencana karir yang meningkat dalam
dapartemen personalianya agar rencana kerja yang telah sesuai dengan jalurnya dan
jenjang organisasinya dapat tercapai.
Konsep pengembangan karir yang digambarkan oleh Simamora (2004),
menjelaskan tentang pengembangan karir organisasional ialah berupa hasil yang
akan muncul dari adanya sebuah interaksi antara perencanaan karir inidividu dengan
manajemen karir secara institusional, berikut skema bagannya :
19
Sub-sub proses : Pilihan bersifat jabatan Pilihan organisasional Pilihan penugasan pekerjaan Pilihan pengembangan diri
Sub-sub proses : Rekrutmen dan seleksi Alokasi SDM Penilaian dan evaluasi Pelatihan dan
pengembangan
Gambar 2.1 Pengembangan Karir Organisasi
Manfaat dari adanya pengembangan karir bagi pegawai dalam sebuah
organisasi, yaitu :
a. Meningkatnya Kemampuan Karyawan
Hal ini dicapai melalui pendidikan dan pelatihan dalam program pengembanga
karirnya, karyawan yang dengan sungguh-sungguh mengikuti pendidikan dan
pelatihan akan mampu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mereka yang
dapat diseimbangkan kepada organisasi atau perusahaan di mana mereka bekerja.
b. Meningkatkan Suplai Karyawan Yang Berkemampuan
Memiliki jumlah karyawan yang tinggi tingkat kemampuannya dari aspek
sebelumnya akan bertambah sehingga memudahkan pihak pimpinan atau manajemen
untuk menempatkan dalam pekerjaan yang lebih tepat. Dengan begitu jumlah
karyawan yang berkemampuan akan semakin meningkat dan organisasi dapat
memilih karyawan yang berkualitas sesuai dengan kebutuhan.
Yusuf (2018) memaparkan bahwa proses pengembangan karir bila dilihat dari
sudut pandang pegawai antara lain karyawan memandang perusahaan sebagai tempat
Perencanaan Karir Manajemen Karir
Pengembangan Karir
Individual Institusional
20
mencari nafkah atau penghasilan guna menutupi kebutuhan dirinya serta keluarganya
dan sebagai tempat untuk mencari dan mendapatkan pengalaman kerja yang
memuaskan dan tempat untuk mengembangkan karir. Bentuk dari sebuah
pengembangan karir tergantung terhadap jalur karir yang telah direncanakan oleh
masing-masing organisasinya. Bagaimana suatu perusahaan atau organisasi
menentukan jalur karir untuk karyawannya, semua itu tergantung pada situasi dan
kebutuhan peruasahaan itu sendiri. Tapi umumnya yang selalu dilakukan adalah
melalui pendidikan dan pelatihan, promosi serta mutasi. Tahap dalam pengembangan
karir di organisasi merupakan sebuah tahapan yang dimana waktu dan umur
seseorang sejak ia memasuki organisasi hingga ia pensiun.Rivai (2004) menjelaskan
tentang kebutuhan serta ekspektasi dari seorang individu akan berubah melalui
tahapan, yaitu :
a. Tahapan awal atau tahapan pembentukan, merupakan tahap penekanan pada
perhatian untuk memperolah jaminan terpenuhinya kebutuhan dalam tahap-tahap
awal pekerjaannya.
b. Tahap lanjutan, ialah fase dimana adanya pertimbangan jaminan keamanan yang
sudah mulai berkurang, tetapi lebih melihat terhadap pencapaian, harga diri serta
kebebasan.
c. Tahap mempertahankan, dalam hal ini individu dapat mempertahankan
pencapaian ataupun manfaat yang sudah diperolehnya sebagai hasil dari
pekerjaannya di masa lalu. Seseorang akan puas baik dari segi finansial maupun
psikologinya.
21
d. Tahap pensiun, untuk tahapan ini seseorang yang sudah menyelesaikan satu
karirnya akan berpindah ke tahap karir lainnya, dan memiliki kesempatan yang
besar untuk lebih mengekspresikan aktualisasi dirinya yang dimana sebelumnya
belum dapat ia lakukan.
Sebelum perusahaan meminta untuk mengembangkan karir seorang pegawai
melalui hal-hal tersebut, permulaan dari pengembangan karir akan dimulai dari
dalam diri seorang pegawai. Setiap orang memiliki tanggung jawabnya sendiri
terhadap pengembangan karirnya. Setelah komitmen pribadi kuat, kegiatan
selanjutnya dapat dilakukan. Sunyoto (2013) mengatakan hal-hal yang mencakup
antara lain :
a. Prestasi kerja, dalam hal ini yang paling penting demi memajukan karir ialah
adanya prestasi kerja yang baik, karena hal ini didasari oleh semua kegiatan
tentang pengembangan karir lainnya. Majunya karir seseorang tergantung pada
prestasi kerja.
b. Exposure, ialah membuatnya dikenal oleh kalangan orang-orang yang memiliki
pengaruh yang besar terhadap peningkatan pengembangan karir. Tanpa adanya
exposure, bawahan yang memiliki prestasi yang baik tidak akan memperoleh
kesempatannya untuk mencapai sasaran karir. Para pemimpin akan memperoleh
exposure apabila telah melalui prestasi, laporan tertulis, presentasi lisan, kerja
panitia, pelayanan masyarakat, bahkan lama kerja mereka.
c. Kesetiaan Organisasional, dalam banyak organisasi mereka yang membuat
kemajuan karirnya tergantung terhadap kesetiaan mereka. Apabila terjadi
kerendahan dalam kesetiaan organisasi itu akan ditemui pada mereka yang baru
22
sarjana dan para profesional. Lamanya pengabdian terhadap sebuah organanisasi
yang sama dapat menurunkan tingkat perputara tenaga kerja.
d. Kesempatan-kesempatan untuk tumbuh, jika pegawai mampu meningkatkan
kemampuannya seperti halnya mengikuti program latihan, mengambil kursus
atau bahkan penambahan gelar maka berarti mereka telah memanfaatkan
kesempatan itu untuk berkembang.
2. Faktor Kendala Pengembangan Karir
Kasmir (2017) Penyusunan program karir juga perlu dipikirkan dampak positif
dan negatifnya bagi instansi maupun karyawan karena dalam praktiknya, setiap
kegiatan tertentu memiliki kendalam atau hambatan baik dari sisi internal instansi
maupun sisi eksternal. Pihak instansi tidak dapat menentukan seenaknya tanpa
mempertimbangkan faktor lainnya, baik yang berpengaruh maupun tidak langsung
bagi sebuah instansi. Berikut faktor penghambat dari pengembangan karir :
a. Sikap Diskriminatif
Artinya adanya perbedaan dalam penilaian karena pertimbangan tertentu,
terutama untuk perusahaan keluarga, atau sahamnya dimiliki oleh sekelompok orang
yang berlatar belakang tertentu. Rasa kedaerahan, suku, agama bahkan alumni
terkadang menjadi perimbangan yang tidak tertulis dan sering lebih dominan untuk
dilakukan.
b. Tidak Objektik
Artinya dalam pelaksanaan sering kali pihak penilai bersikap tidak sesuai
dengan aturan yang telah ditetapkan. Pertimbangan ini bersifat individu karena suatu
hal yang ada dalam diri si penilai yang kebenaran menurutnya sendiri. Akibatnya
23
sering kali seseorang yang seharusnya karirnya meningkat malah terhambat karena
sikap yang tidak atau kurang objektif tersebut.
c. Formasi Jabatan
Artinya jabatan yang tersedia terkadang tidak mampu menampung promosi yang
seharusnya diberikan, misalnya karena skala instansi yang tidak terlalu besar.
Akibatnya persyaratan untuk jabatan tertentu menjadi lebih berat.
d. Kekurangan Sumber Daya Manusia
Artinya perusahaan kekurangan tenaga kerja yang potensial untuk menduduki
suatu jabatan. Hal ini berbahaya jika diperhatikan secara baik. Dalam hal ini, instansi
harus melakukan sistem kaderisasi yang baik sehingga pada saat dibutuhkan tidak
terjadi kevakuman atau kekosongan jabatan.
D. Gaya kepemimpinan Transformasional
Konsep awal tentang kepemimpinan transformasional telah diformulasikan oleh
Burns. Menurut Andy, dkk (2013) mengatakan tentang kepemimpinan
transformasional kadang diartikan melalui sebuah dampak terhadap bagaimana
seorang pemimpin memperkuat sikapnya, saling bekerjasama maupun mempercayai,
kemanjuran diri secara kolektif, dan pembelajaran tim. Bass dalam Hughes, dkk
(2015) ia menyakini pemimpin transformasional memiliki visi, keahlian retorika,
dan pengelolaan kesan yang baik dan digunakannya kearah mengembangkan sebuah
ikatan emosional yang lebih kuat dengan pengikutnya.
Pemimpin transformasional dinyakini akan berhasil apabila mendorong
perubahan-perubahan dalam organisasi dikarenakan tergugahnya emosi para
24
pengikutnya serta kesediaannya untuk bekerja mewujudkan visi sang pemimpin.
Secara leksikal istilah, kata kepemimpinan transformasional berasal dari dua suku
kata yaitu kepemimpinan dan transformasional. Untuk transformasional atau
transformasi sendiri bermakna perubahan rupa (bentuk, fungsi dan lain sebagainya),
kadang ada juga yang menyebutkan bahwa kata transformasional berasal dari kata
“to transform” yang memiliki arti merubah sesuatu menjadi sebuah bentuk lain yang
berbeda.
Dalam kepemimpinan transformasional, pemimpin harus menjadikan para
pengikutnya lebih menyadari sebuah kepentingan serta nilai dari sebuah pekerjaan
dan mampu membujuk pengikutnya untuk tidak mendahulukan kepentingan pribadi
diatas kepentingan organisasi. Melihat sisi lain, tidak semua pemimpin memiliki
kesamaan karakteristik. Dalam bukunya, Hughes, dkk (2015) menurut hasil riset
menunjukkan bahwa pemimpin dapat dibedakan dari pengikutnya, dan pemimpin
yang efektif dapat dibedakan dengan pemimpin yang tidak efektif, dalam berbagai
macam sifat karakter, kemampuan kognitif, kecakapan, dan nilai-nilai. Cara lain
kepribadian dapat mempengaruhi kepemimpinan adalah melalui temperamen, apakah
seorang pemimpin adalah pribadi yang tenang atau sebaliknya. Aspek pengalaman
atau sejarah seorang pemimpin menjadi tolak ukur dalam menilai keefektivitas
sebuah kepemimpinan. Pemimpin yang memiliki citra baik terdahulunya akan
mendapat respect lebih dalam untuk bawahannya. Besarnya pengaruh pemimpin
terhadap apa yang diberikan juga menjadi tolak ukur dalam kesuksesan perubahan
dalam kepemimpinan transformasional, pemimpin yang memiliki banyak koneksi
terhadap para petinggi.
25
Dalam bukunya, Agus dan Muhith (2013) mendeskripsikan empat komponen
dari kepemimpinan transformasional yaitu :
a. Idealized Influence
Sebagai suatu perilaku pemimpin transformasional dalam memberikan sebuah
wawasan dan kesadaran akan visi dan misi organisasi, membangun dan
membangkitkan kebanggaan seluruh komponen organisasi terhadap eksistensi
organisasi tersebut, menumbuhkan rasa sikap hormat serta kepercayaan kepada para
bawahannya terhadap organisasinya sendiri.
Sarros dan Santoro dalam Mariam (2009) mengatakan bahwa idealized influence
merupakan perilaku (behavior) yang berupaya mendorong bawahan untuk
menjadikan pemimpin mereka sebagai panutan (role model). Pada mulanya, dimensi
ini dinamanakan karisma, namun karena banyak kritik maka instilah karisma diubah
menjadi pengaruh ideal atau visi. Lebih jauh, pemimpin yang mempunyai idealized
influence selain mampu mengubah pandangan bawahan tentang apa yang terpenting
untuk dicapai pada saat ini maupun masa mendatang (visi), juga mau dan mampu
berbagi resiko dengan bawahan, teguh dengan nilai, prinsip, dan pendiriannya,
sehingga bawahan percaya, loyal, dan menghormatinya. Idealized influence
merupakan dimensi terpenting kepemimpinan transformasional karena memberikan
inspirasi dan membangkitkan motivasi bawahan (secara emosional) untuk
menyingkirkan kepentingan pribadi demi pencapai tujuan bersama.
b. Inspiration Motivation
Perilaku inspiration motivation merupakan salah satu dari perilaku pemimpin
transformasional yang menginspirasi, memotivasi dan memodifikasi perilaku para
26
komponen dalam sebuah organisasi untuk mencapai kemungkinan tak terbayangkan,
mengajak komponen organisasi memandang ancaman sebagai sebuah kesempatan
untuk terus belajar serta berprestasi. Sebuah kepemimpinan akan efektif bila
pemimpin dapat memberi inspirasi kepada yang dipimpin untuk bekerja bersama-
sama, bertindak mencapai tujuan organisasi dan didalam melakukan hal itu yang
dipimpin akan mengalami proses pengembangan kepemimpinan, sehingga kelak
mereka pun akan dapat menjadi pemimpin. Inspirasi dapat diartikan sebagai tindakan
atau kekuatan untuk menggerakkan emosi dan daya pikir orang lain (Rafferty &
Griffin dalam Mariam, 2009).
Satu hal yang sangat fundamental untuk dilakukan oleh pemimpin
transformasional adalah perilaku yang menjadikan sumber daya manusia yang
dipimpin terinspirasi oleh setiap hal yang tumbuh dari dirinya. Oleh sebab itu,
pemimpin transformasional dalam memberikan motivasi dituntut mempunyai
keterampilan menggunakan kata-kata yang dapat membangkitkan semangat dan
inspirasi segenap bawahan. Kata-kata atau slogan yang penuh semangat akan
mengorbankan spirite mereka untuk mencipta dan membangun motivasi kerja dalam
sistem nilai dan moral yang tinggi.
c. Intelectual Stimulation
Merupakan suatu bentuk perilaku pemimpin untuk meningkatkan kecerdasan,
rasionalitas, dan pemecahan masalah (problem solving) secara sistematis,
terorganisasi dan efektif. Oleh karena itu, pemimpin harus secara terus-menerus
memotivasi bawahannya untuk bekerja demi tercapainya sasaran organisasi dan
memuaskan kebutuhan mereka pada tingkat lebih tinggi yang akhirnya memunculkan
27
organisasi yang mempunyai karakteristik transparansi, akuntabilitas dan memiliki
keunggulan kooperatif antara komponen organisasi. Terciptanya budaya seperti itu
dengan tujuan dasar perubahan merupakan wujud dari idealisme pemimpin dan juga
keinginan untuk mewujudkan visi dari sebuah organisasi.
Bass, dkk serta Sarros dan Santora dalam Mariam (2009) berpandangan
intelectual stimulation pada prinsipnya memacu bawahan untuk lebih kreatif dan
inovatif dalam memahami dan memecahkan masalah. Bawahan didorong untuk
meninggalkan cara-cara atau metode-metode lama dan dipacu untuk memberikan ide
dan solusi baru. Bawahan bebas menawarkan metode baru dan setiap ide baru tidak
akan mendapatkan kritikan atau celaan. Sebaliknya, pemimpin berusaha
meningkatkan moral bawahan untuk berinovasi. Pemimpin bersikap dan berfungsi
membina dan mengarahkan inovasi dan kreativitas bawahan.
d. Individual Consideration
Yaitu perilaku pemimpin yang memberikan perhatian, bimbingan, menciptakan
ruang gerak dan melatih komponen organisasi secara khusus dan pribadi. Dalam hal
individual consideration ini, pemimpin transformasional dapat dicirikan sebagai
pemimpin yang dapat memberikan sebuah perlindungan atau menciptakan rasa aman
dan nyaman kepada para pengikutnya, memperjuangkan kebutuhan pengikutnya,
pemimpin yang menghargai potensi, kebutuhan dan aspirasi pengikut untuk
kepentingan jangka panjang. Dalam bentuk lainnya individual consideration
merupakan perilaku kepemimpinan dengan mendekatkan diri kepada karyawan
secara emosional. Artinya, pada aspek ini ada hubungan diantara gaya
kepemimpinan dengan tingkat kematangan pengikut terutama pada kekuasaan
28
hubungan dengan bersumber pada hubungan yang berhasil dibuat oleh pimpinan
bersama orang yang penting serta memiliki pengaruh yang baik di luar maupun
dalam organisasi.
E. Gaya Kepemimpinan Transaksional
Menurut Agus dan Muhith (2013) kepemimpinan transaksional merupakan
proses kepemimpinan yang dalam tataran riilnya memperlihatkan adanya sebuah
bentuk antara hubungan yang telah mempertukarkan sebuah jabatan maupun tugas
tertentu apabila bawahannya mampu menyelesaikan dengan baik tugas-tugas yang
diembannya. Dengan arti lain, kepemimpinan transaksional menekankan proses
gabungan pertukaran yang bernilai ekonomis untuk memenuhi kebutuhan biologis
dan psikologisnya sesuai dengan janji yang telah mereka buat secara bersama, atau
pemimpin yang berhasil memotivasi bawahannya dengan cara memberikan imbalan
terhadap apa yang telah dirinya lakukan, sebab pemimpin mengasumsikan bahwa
bawahan mampun untuk melakukan pekerjaannya.
Kepemimpinan transaksional akan terjadi apabila pemimpin dan para
pengikutnya berada didalam sebuah hubungan pertukaran demi memenuhi
kebutuhannya. Kepemimpinan transaksional ini umum, namun cenderung bersifat
sementara dalam hal bisa jadi tidak ada tujuan tetap yang menyatukan pihak-pihak
yang terlibat begitu transaksi telah selesai. Burns dalam Hughes, dkk (2015)
mencatat, walau jenis kepemimpinan ini dapat cukup efektif, ia tidak menghasilkan
perubahan organisasi atau sosial, dan cenderung melanggengkan dan melegitimasi
status qou.
29
Pemimpin yang transaksional dinyakini memotiviasi pengikut dengan cara
menetapkan tujuan dan menjanjikan imbalan bagi kinerja yang baik. Kepemimpinan
yang transaksional bisa berdampak positif pada tingkat kepuasan dan kinerja
pengikut, tetapi mereka juga menyatakan perilaku ini sering kali kurang
dimanfaatkan karena batasan waktu, kurangnya keahlian pemimpin serta
ketidakpercayaan di kalangan pemimpin bahwa imbalan dapat mendorong kinerja
yang lebih baik.
Adhistya (2013) faktor yang mempengaruhi gaya kepemimpinan transaksional
indikatornya yaitu :
a. Contigent Reward, adalah bawahan memperoleh pengarahan dari pemimpin
mengenai prosedur pelaksanaan tugas dan target-target yang harus dicapai jika
ingin mendapatkan imbalan tertentu dan memberikan jaminan kepada bawahan
untuk memperoleh apa yang telah diinginkannya sebagai pengganti usaha yang
dilakukan.
b. Management By Excation, yaitu mempertahankan sebuah prestasi dan cara kerja
bawahannya, apabila terjadi kesalahan sebagai pemimpin akan langsung secara
tegas bertindak untuk memperbaikinya. Management By Excation dibagi
menjadi dua yaitu aktif, apabila pemimpin mencari tahu apakah ada kesalahan
dan akan bertindak seperlunya jika ditemukan. Pasif apabila pemimpin hanya
akan bertindak apabila ada laporan tentang kesalahan, sehingga tanpa perlunya
sebuah informasi pemimpin tidak melakukan sebuah tindakan apapun.
c. Laissez Faire, melepas tanggung jawab, mengindari pembuatan keputusan.
30
F. Penelitian Terdahulu
Adanya penelitian terdahulu dapat dijadikan sebuah dasar oleh penulis untuk
memulai sebuah penelitian sehingga dapat menambah pengetahuan tentang teori
yang ingin digunakan untuk mengkaji penelitian ini. Dari penelitian terdahulu ini,
penulis tidak dapat menemukan sebuah penelitian dengan judul yang menyerupai
judul yang akan dilakukan penelitian oleh penulis. Namun, penulis mengangkat
beberapa penelitian yang memiliki variabel yang satu diantaranya memiliki
kesamaan dengan apa yang telah menjadi alasan kajian penelitian penulis dan
digunakan sebagai referensi untuk menambah pengetahuan pada penelitian penulis.
Berikut ini beberapa penelitian terdahulu yang penulis dapatkan dalam bentuk jurnal
yang terkait dengan jenis penelitian yang nanti akan dilakukan oleh peneliti :
1. Pengaruh Budaya Organisasi dan Gaya Kepemimpinan TransformasionalTerhadap Kinerja Karyawan Melalui Disiplin Kerja Pada KaryawanHarian SKT Megawon II PT. Djarum Kudus
Judul Penelitian diatas merupakan penelitian dari Tantami, Pradhanawati, dan
Susanto (2012), hasil dari penelitian tersebut dimana secara simultan terdapat
pengaruh yang siginifikan antara budaya organisasi seerta gaya kepemimpinan
transformasional terhadap sebuah disiplin kerja serta, pengaruh yang siginikan antara
budaya organisasi dan gaya kepemimpinan transformasional terhadap kinerja
karyawan. Perbedaan dalam penelitian ini, Tantami, Pradhanawati, dan Susanto
menggunakan variabel budaya organisasi (X1), gaya kepemimpinan transformasional
(X2), dispilin kerja (Y1), dan kinerja (Y2) sedangkan variabel yang akan penulis teliti
ialah gaya kepemimpinan transformasional (X1), gaya kepemimpinan transaksional
(X2), dan Pengembangan Karir (Y).
31
2. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional dan TransaksionalTerhadap Kinerja Pegawai Departemen SDM PT. Semen Gresik (Persero)Tbk
Penelitian yang dilakukan oleh Adhistya (2013) menjelaskan bahwa penelitian
yang dilakukannya dengan menguji variabel tentang gaya kepemimpinan
transformasional dan transaksional terhadap kinerja pegawai Departemen SDM PT.
Semen Gresik (Persero) Tbk memiliki hasil sama-sama signifikan dan positif.
Namun, untuk pengaruh gaya kepemimpinan transaksional pengaruhnya lebih besar
dan lebih mendominasi terhadap kinerja pegawai di Departemen SDM PT. Semen
Gresik (Persero) Tbk. Perbedaan dalam penelitian ini, Adhistya menggunakan gaya
kepemimpinan transformasional (X1), gaya kepemimpinan transaksional (X2), dan
kinerja pegawai (Y), sedangkan variabel yang akan digunakan dalam penelitian kali
ini ialah gaya kepemimpinan transformasional (X1), gaya kepemimpinan
transaksional (X2), dan pengembangan karir (Y).
3. Pengembangan Karir dan Self-Efficacy Terhadap Kinerja Karyawan PadaPT. Matahari Department Store Manado Town Square
Penelitian yang telah dibuat oleh Gledy (2013) menjelaskan bahwa hasil yang
diperoleh dari penelitiannya ialah untuk pengembangan karir berpengaruh signifikan
terhadap kinerja karyawan sedangkan untuk self-efficacy tidak terdapat pengaruh
yang terlalu signifikan terhadap kinerja karyawan pada PT. Matahari Department
Store Manado Town Square. Perbedaan penelitian ini ialah, Gledy menggunakan
variabel pengembangan karir (X1), self-efficacy (X2) , dan kinerja karyawan (Y).
32
G. Kerangka Pikir
Pengaruh gaya kepemimpinan transformasional dan transaksional terhadap
pengembangan karir anggota kepolisian di Kantor Ditlantas Polda Sulawesi Selatan
sangatlah penting untuk dikaji dalam penelitian ini karena, selain untuk melihat
apakah pengaruh dari gaya kepemimpinan transformasional dan transaksional
peneliti juga dapat mengetahui pengembangan karir dari setiap anggota. Melihat
petingnya sebuah karir untuk menjaga eksistensi pegawai dalam sebuah organisasi,
masa depan pegawai juga akan berpengaruh terhadap kedua hal ini. Gaya
kepemimpinan yang lebih mengacu pada adanya perubahan yang lebih bagus bagi
organisasi yang dilakukan oleh kerja sama antara pemimpin dan pengikutnya. Gaya
kepemimpinan transaksional yang memberikan penghargaan atau menghargai kerja
keras pegawai yang mampu menjalankan apa yang diinginkan oleh pemimpin.
Keseriusan pegawai dalam mengembangkan karir mereka, harus didukung oleh
lingkungan sekitar tempat mereka bekerja. Tanpa adanya apresiasi yang berarti bagi
pegawai. Tujuan dari pengembangan karir dan gaya kepemimpinan tidak adakan
memiliki pengaruh apa-apa karena tidak adanya rasa kepedulian antara pemimpin-
pengikut. Tabel 2.2 berikut ini merupakan bentuk dari kerangka pikir dalam
penelitian ini :
Gambar 2.2 Kerangka Pikir Penelitian
Gaya KepemimpinanTransformasional (X1)
Gaya KepemimpinanTransaksional (X2)
Pengembangan Karir (Y)
33
H. Definisi Operasional
Untuk memudahkan memahami variabel yang ada dalam penelitian ini, maka
berikut adalah definisi operasional dari variabel diatas :
1. Gaya Kepemimpinan Transformasional (X1)
Gaya kepemimpinan transformasional adalah pemimpin yang memberikan
perubahan terhadap organisasi yang dipimpinnya, mencapai visi dari organisasi,
menghargai pengikut yang ada didalam organisasinya, serta menjadikan dirinya
sebagai pemimpin yang mampu memberikan pengaruh atau teladan bagi
pengikutnya. Kategori yang digunakan ialah : idealized influence , terdiri dari
panutan (role model), meningkatkan kepercayaan diri, dan mampu memberikan
pengaruh kearah yang lebih baik; inspirationel motivation terdiri dari memberikan
inspirasi, memberikan kenyamanan dalam bekerja dan membangkitkan semangat
bawahan; intelectual stimulation terdiri dari cerdas dalam menghadapi masalah serta
memunculkan kreativitas; dan individual considerent yaitu menciptakan hubungan
emosional secara pribadi maupun khusus terhadap bawahan.
2. Gaya Kepemimpinan Transaksional (X2)
Gaya kepemimpinan transaksional adalah menghargai segala bentuk kerja keras
dari pengikutnya dengan memberikannya berupa reward yang mampu
membangkitkan semangat dari pengikutnya dalam mengikuti arahan dari
pemimpinnya. Kategori yang digunakan yaitu : contigent reward terdiri dari
membuat imbalan sesuai dengan kinerja, memberikan imbalan saat target kinerja
tercapai, dan tingkatan pimpinan menetapkan tujuan; management by excation terdiri
dari melakukan pengawasan secara langsung dan melakukan pengawasan seccara
34
tidak langsung; serta laissez faire terdiri dari melepas tanggung jawab dan gagal
mengambil keputusan.
3. Pengembangan Karir (Y)
Pengembangan karir adalah bentuk peningkatan pribadi dari diri seseorang untuk
mempertahankan kedudukannya dalam organisasi serta peningkatan kualitas diri
mereka untuk menjadikan mereka pegawai yang memiliki skill serba bisa yang
mampu menjaga eksistensi mereka. Kategori yang digunakan ialah : prestasi kerja
terdiri dari, kualitas menjalan tugas dan konsistensi dalam bekerja; exposure terdiri
dari disiplin kerja dan eksistensi dalam organisasi; kesetiaan organisasi terdiri dari
keaktifan dalam keorganisasian dan bentuk pengabdian; mentor dan sponsor terdiri
dari motivasi kerja dan bimbingan karir; serta kesempatan-kesempatan untuk tumbuh
terdiri daru penambahan spesifikasi pegawai dan kualitas pegawai.
I. Hipotesis
1. H1 : ada pengaruh positif dan signifikan gaya kepemimpinan transformasional
terhadap pengembangan karir anggota kepolisian di Kantor Ditlantas Polda
Sulawesi Selatan.
2. H2 : ada pengaruh positif dan signifikan gaya kepemimpinan transaksional
terhadap pengembangan karir anggota kepolisian di Kantor Ditlantas Polda
Sulawesi Selatan.
35
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan yaitu 13 Agustus – 15 Oktober
2018 yang berlokasi di Kantor Ditlantas Polda Sulawesi Selatan di Jalan A.P
Pettarani, Kecamatan Panakukkang, Kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan.
penelitian ini akan menguji gaya kepemimpinan transformasional sebagai variabel
X1, gaya kepemimpinan transaksional sebagai variabel X2, dan pengembangan karir
sebagai variabel Y.
B. Jenis dan Tipe Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif dan tipe penelitian survei.
Penelitian kuantitatif adalah jenis penelitian yang menggunakan filsafat positivisme
sebagai dasarnya, untuk meneliti jumlah datanya demi menguji hipotesis yang
terdapat didalamnya (Sugiyono, 2017). Tipe penelitian survei yaitu penelitian yang
meneliti karakteristik untuk membuktikan adanya kaitan antara sebab akibat terhadap
variabel yang akan diteliti (Sinambela, 2014).
C. Populasi dan Sampel
Sinambela (2014) menjelaskan populasi adalah keseluruhan dari jumlah obyek
yang ada di lokasi penelitian yang akan dipilih untuk dijadikan obyek atau subyek
oleh peneliti, sedangkan sampel adalah sebagian kecil jumlah dari tingkat populasi
yang dimiliki. Kantor Ditlantas Polda Sulawesi Selatan memiliki jumlah populasi
36
sebanyak 224 anggota. Disproportionate Stratified Random Sampling digunakan
sebagai teknik penetapan sampel dikarenakan jumlah populasi tidak terdistribusi
secara proporsional (Sinambela, 2014). Dalam menetukan jumlah sampel dari total
keseluruhan jumlah populasi, peneliti akan menggunakan rumus slovin yang sangat
sederhana yaitu :
n = 1 +Dimana :
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
e = Persentasi kelonggaran ketelitian karaena kesalahan penetapan sampel
sehingga dapat dihitung sebagai berikut :
n = 2241 + 224 × 10%0n = 2241 + 224 × 0,01 = 2243,24 = 69,13 atau 69
D. Teknik Pengumpulan Data
Ada dua macam teknik yang dapat digunakan dalam penelitian ini, yaitu :
1. Obeservasi
Pasolong (2013) mengatakan bahwa obeservasi merupakan suatu pengamatan
secara langsung dengan sistematis terhadap gejala-gejala yang hendak diteliti.
Peneliti akan mengamati daerah atau lokasi yang akan menjadi obyek penelitian
yaitu anggota kepolisian di Kantor Ditlantas Polda Sulawesi Selatan.
37
2. Kuesioner
Menurut Sugiyono (2017) kuesinoner ialah teknik yang dilakukan dalam
pengumpulan data dengan membagikan daftar pertanyaan kepada seluruh responden
untuk dijawabnya. Pembagian daftar pertanyaan diberikan kepada seluruh responden
yang ditetapkan sebagai sampel yaitu anggota kepolisian di Kantor Ditlantas Polda
Sulawesi Selatan. Kuesioner yang dibagikan untuk membantu 69 orang responden
untuk menjawab dan mengisi kuesioner dengan mudah dan cepat, serta memudahkan
peneliti untuk menganalisis datanya terhadap kuesioner yang telah terkumpul
nantinya. Kuesioner dalam penelitiaan ini menggunakan bentuk checklist atau
memberikan tanda centang () dikolom yang telah disediakan.
3. Definisi Operasional Variabel
Tabel dibawah ini merupakan penggambaran dari indikator variabel yang
digunakan dalam penelitian ini
Tabel 3.1 Definisi Operasional VariabelNo Variabel Indikator Sub Indikator1. Gaya Kepemimpinan
Transaksional(X1)
1. Idealizedinfluence
a. Panutan (Role Model)b. Meningkatkan
Kepercayaan diric. Mampu memberi
pengaruh kearah yanglebih baik
2. Inspirationelmotivation
a. Memberikan inspirasib. Memberi kenyamanan
dalam bekerja3. Intelectual
stimulationCerdas dalammenghadapi masalah
4. Individualconsiderent
Menciptakan hubunganemosional secara pribadimaupun khusus terhadapbawahan
2. Gaya Kepemimpinan
Transaksional (X2)
1. Contigent reward a. Membuat imbalansesuai dengan kinerja
b. Memberikan imbalan
38
saat target kinerjatercapai
c. Tingkatan pimpinanmenetapkan tujuan
2. Management byexcation
Pemimpin yang aktif danPemimpin yang pasif
3. Laissez faire Gagal mengambilkeputusan
3. Pengembangan Karir(Y)
1. Prestasi kerja a. Kualitas menjalankantugas
b. Konsistensi dalambekerja
2. Exposure a. Disiplin kerjab. Eksistensi dalam
organisasi3. Kesempatan-
kesempatan untuktumbuh
a. Penambahan spesifikasipegawai
b. Kualitas pegawai(sumber : Agus dan Muhith (2013), Adhistya (2013) dan Sunyoto (2013)
E. Teknik Analisis Data
Adapun teknik yang digunakan dalam penelitian ini ialah, sebagai berikut :
1. Analisis Deksriprif
Analisis deskripitif merupakan analisis yang banyak dipakai untuk mencari tahu
keterkaitan satu variabel atau variabel mandiri (Pasolong, 2013). Analisis ini
bertujuan untuk memberikan gambaran akan hasil dari penelitian serta memberikan
gambaran keadaan keadaan responden yang diteliti dan distribusi item dari masing-
masing variabel. Data yang telah dikumpulkan melalui angket dalam bentuk
pernyataan dengan pilihan jawaban yang telah ditentukan dan selanjutnya
ditabulasikan untuk dideskripsikan. Tolak ukur pendeskripsian tersebut adalah
pemberian skor atau nilai dari yang tertinggi 4 dan skor terendah 1. Klasifikasinya
antara lain ialah :
39
a. Sangat setuju : 4
b. Setuju : 3
c. Kurang Setuju : 2
d. Tidak Sangat Setuju : 1
Teknik analisis statistik deskriptif yang akan digunakan dalam penelitian ini
berupa tabel, perhitungan modus, median, mean (pengukuran tendensi sentral),
perhitungan penyebaran data melalui perhitungan rata-rata dan standar deviasi, serta
perhitungan persentase (%). Penentuan persentase dari perolehan data hasil kuesioner
dari masing-masing variabel menggunakan rumus perhitungan persentase:
% = x 100%
Keterangan rumus:
n = Skor yang diperoleh
N = Skor ideal
% = Persentase
Data yang sudah dipersentasekan lalu ditafsirkan dengan kalimat-kalimat yang
bersifat kualitatif, dimana hasil persentase itu dapat digolongkan sebagaimana
terlihat pada Tabel 3.2:
Tabel 3.2. Kriteria Jawaban RespondenPersentase Jawaban Tafsiran Kualitatif
80% - 100%60% - <80%40% - <60%20% - < 40%0% - < 20%
Sangat BaikBaik
Cukup BaikKurang Baik
Sangat Tidak BaikSumber : Arikunto, 2010: 246
40
2. Analisis Regresi Linear Berganda
Untuk mencari tahu pengaruh yang paling dominan diantara variabel bebas
lainnya terhadap variabel terikat. Adapun rumus yang digunakan sebagai berikut :
Dimana :
Y = Pengembangan Karier
X1 = Gaya Kepemimpinan Transformasional
X2 = Gaya Kepemimpinan Transaksional
0 = Konstanta
1 2 = Koefisien masing-masing faktor
3. Uji Hipotesis
Dapat dilakukan dengan cara seperti berikut :
a. Uji Signifikansi Simultan ( Uji Statistik F )
Dalam penelitian ini, uji F digunakan untuk mengetahui tingkat siginifikansi
pengaruh variabel-variabel independen secara bersama-sama (simultan) terhadap
variabel dependen (Ghozali, 2005). Dalam penelitian ini, hipotesis yang digunakan
adalah:
Ho : Variabel gaya kepemimpinan transformasional dan transaksional tidak
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikatnya yaitu
pengembangan karir.
Ha : Variabel gaya kepemimpinan transformasional dan transaksional mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikatnya yaitu pengembangan karir
Y = 0 + 1 X1 + 2 X2
41
Dasar pengambilan keputusannya (Ghozali, 2005) adalah dengan menggunakan
angka probabilitas signifikansi, yaitu:
1) Apabila probabilitas signifikansi > 0.05, maka Ho diterima dan Ha ditolak.
2) Apabila probabilitas signifikansi < 0.05, maka Ho ditolak dan Ha diterima.
b. Analisis Koefisien Determinasi (R²)
Koefisien determinasi (R²) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan
model dalam menerangkan variasi variabel terikat (Ghozali, 2005). Nilai Koefisien
determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R² yang kecil berarti kemampuan
variabel-variabel bebas (gaya kepemimpinan, motivasi dan disiplin kerja) dalam
menjelaskan variasi variabel terikat (kinerja karyawan) amat terbatas. Begitu pula
sebaliknya, nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel bebas memberikan
hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel trikat.
Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi adalah bias terhadap
jumlah variabel bebas yang dimasukkan kedalam model. Setiap tambahan satu
variabel bebas, maka R² pasti meningkat tidak perduli apakah variabel tersebut
berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat. Oleh karena itu, banyak
peneliti menganjurkan untuk menggunakan nilai Adjusted R² pada saat mengevaluasi
mana model regresi yang terbaik. Tidak seperti R², nilai Adjusted R² dapat naik atau
turun apabila satu variabel independen ditambahkan kedalam model.
c. Uji Signifikasi Pengaruh Parsial (Uji t)
Uji t digunakan untuk menguji signifikansi hubungan antara variabel X dan Y,
apakah variabel gaya kepemimpinan transformasional X1 dan gaya kepemimpinan
42
transaskional X2 benar-benar berpengaruh terhadap variabel Y pengembangan karir
secara terpisah atau parsial (Ghozali, 2005). Hipotesis yang digunakan dalam
pengujian ini adalah:
Ho : Variabel gaya kepemimpinan transformasional dan transaksional tidak
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikatnya yaitu
pengembangan karir.
Ha : Variabel gaya kepemimpinan transformasional dan transaksional mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikatnya yaitu pengembangan karir
Dasar pengambilan keputusan (Ghozali, 2005) adalah dengan menggunakan
angka probabilitas signifikansi, yaitu:
1) Apabila angka probabilitas signifikansi > 0,05, maka Ho diterima dan Ha ditolak.
2) Apabila angka probabilitas signifikansi < 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima.
F. Teknik Pengabsahan Data
Adapun teknik pengabsahan data yang digunakan dalam penelitian ialah :
1. Uji Validitas
Dalam hal ini, uji validitas akan diukur menggunakan rumus : R Hasil > R Total.
Artinya, apabila R Hasil positif dan R Hasil > R Tabel, maka butir atau variabel
tersebut valid. Sedangkan jika R Hasil tidak positif dan R Hasil < R Tabel, maka
butir atau variabel tersebut tidak valid.
2. Uji Reliabilitas
Uji ini menggunakan rumus Koefisien Crombach Alfa, dimana terdapat variabel
yang bersifat sosial psikologis yaitu gaya kepempinan dan pengaruh organisasi.
43
G. Uji Asumsi Klasik
Untuk meyakinkan bahwa persamaan garis regresi yang diperoleh adalah linier
dan dapat dipergunakan (valid) untuk mencari peramalan, maka akan dilakukan
pengujian asumsi multikolinearitas, heteroskedastisitas, dan normalitas.
1. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas adalah untuk menguji apakah pada model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Apabila terjadi
korelasi, maka dinamakan terdapat problem multikolinearitas (Ghozali, 2005). Model
regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas. Untuk
mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas di dalam model regresi adalah
sebagai berikut:
a. Nilai R² yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris sangat
tinggi, tetapi secara individual variabel-variabel bebas banyak yang tidak
signifikan mempengaruhi variabel terikat (Ghozali, 2005).
b. Menganalisis matrik korelasi variabel-variabel bebas. Apabila antar variabel
bebas ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya diatas 0,90), maka hal ini
merupakan indikasi adanya multikolinearitas (Ghozali, 2005).
c. Multikolinearitas dapat dilihat dari (1) nilai tolerance dan lawannya (2)
Variance Inflation Factor (VIF). kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel
bebas manakah yang dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Tolerance
mengukur variabilitas variabel bebas yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh
44
variabel bebas lainnya. Jadi, nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF
yang tinggi (karena VIF = 1/Tolerance). Nilai cut off yang umum dipakai untuk
menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai tolerance < 0,10 atau sama
dengan nilai VIF > 10 (Ghozali, 2005).
Apabila di dalam model regresi tidak ditemukan asumsi deteksi seperti di atas,
maka model regresi yang digunakan dalam penelitian ini bebas dari
multikolinearitas, dan demikian pula sebaliknya.
2. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas adalah untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika
varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut
homoskedastisitas dan jika varians berbeda disebut heteroskedstisitas. Model regresi
yang baik adalah yang homokedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas
(Ghozali, 2005).
Cara untuk mengetahui ada tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan melihat
grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat yaitu ZPRED dengan residualnya
SRESID. Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat
ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED
dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y
prediksi – Y sesungguhnya) yang telah di studentized. Dasar analsisnya adalah:
a. Apabila terdapat pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola
tertentu (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan
telah terjadi heteroskedastisitas.
45
b. apabila tidak terdapat pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di
bawah angka nol pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
3. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi, kedua
variabel (bebas maupun terikat) mempunyai distribusi normal atau setidaknya
mendekati normal (Ghozali, 2005). Pada prinsipnya normalitas dapat dideteksi
dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan
melihat histogram dari residualnya. Dasar pengambian keputusannya adalah
(Ghozali, 2005):
a. Jika data (titik) menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka
model regresi memenuhi asumsi normalitas.
b. Jika data menyebar jauh dari diagonal dan/atau tidak mengikuti arah garis
diagonal atau garfik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka
model regrsi tidak memenuhi asumsi normalitas.
46
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Obyek Penelitian
1. Letak Geografis Provinsi Sulawesi Selatan
Sulawesi Selatan adalah sebuah provinsi di Indonesia yang terletak pada bagian
selatan Sulawesi, ujung pandang adalah sebutan bagi ibu kotanya terdahulu namun
sekarang dikenal dengan Makassar. Luas wilayah yang dimilikinya sebesar
45.764,53 km2 dan terletak pada 0o12’-8o Lintang Selatan dan 116o48’-122o36’ Bujur
Timur. Provinsi Sulawesi Selatan berbatasan dengan Sulawesi Tengah dan Sulawesi
Barat di utara, Teluk Bone dan Sulawesi Tenggara di Timur, Selat Makassar di barat
dan Laut Flores di Selatan.
2. Profil Direktorat Lalu Lintas Polda Sulawesi Selatan
Berdasarkan pada Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia
Nomor 22 Tahun 2010 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pada Tingkat
Kepolisian Daerah, Diitlantas merupakan unsur pelaksana tugas pokok pada tingkat
Polda yang berada di bawah Kapolda. Ditlantas Polda Sulawesi Selatan berada pada
naungan langsung Polda Sulawesi Selatan selaku bagian dari unsur yang berada pada
cakupan daerah Sulawesi Selatan yang letak kantornya berlokasi di Jalan A.P
Pettarani, Kota Makassar. Ditlantas Polda Sulawesi Selatan bertugas
menyelenggarakan kegiatan lalu lintas meliputi Pendidikan Masyarakat Lalu Lintas
(Dikmaslantas), penegakan hukum, pengkajian masalah lalu lintas, administrasi
Regident pengemudi serta kendaraan bermotor, melaksanakan patroli jalan raya antar
wilayah, serta menjamin Kamseltibcarlantas.
47
Berdasarkan dari itu, Ditlantas Polda Sulawesi terdiri dari :
a. Ditlantas sendiri dipimpin oleh Dirlantas (Direktur Lalu Lintas) yang
bertanggung jawab kepada Kapolda dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari
dibawah kendali Wakapolda.
b. Dalam pelaksanaan tugasnya, Dirlantas dibantu oleh Wadirlantas (Wakil
Direktur Lalu Lintas) yang bertanggung jawab kepada Dirlantas.
c. Sub bagian yang berada dibawahnya :
1) Subbagian Perencanaan dan Administrasi (Subbag Renmin), dalam
melaksanakan tugasnya dibantu oleh :
a) Urren, yang bertugas membuat Renstra, Rancangan Renja, Renja, RKA-KL,
DIPA, Penetapan Kinerja, KAK atau TOR, RAB, dan menyusun LAKIP Satker,
serta pemantauan dan evaluasi pelaksanaan program bidang lalu lintas di
lingkungan Polda
b) Urmin, yang bertugas menyelenggarakan kegiatan administrasi umum personel
dan materiil logistik
c) Urkeu, yang bertugas menyelenggarakan kegiatan pelayanan keuangan
d) Urtu, yang bertugas menyelenggarakan kegiatan ketatausahaan dan urusan
dalam
2) Bagian Pembinaan Operasional (Bag Binopsnal), dalam melaksanakan tugasnya
dibantu oleh :
a) Subbagian Administrasi Operasional (Subbagminopsnal), yang bertugas
menyelenggarakan pembinaan operasi dan pelatihan fungsi lalu lintas
48
b) Subbagian Analisa dan Evaluasi (Subbaganev), yang bertugas
menyelenggarakan Anev pelaksanaan operasional, serta pengumpulan dan
pengolahan data, serta penyajian informasi dan dokumentasi bidang lalu lintas
3) Subdirektorat Pendidikan Masyarakat dan Rekayasa (Subdit Dikyasa), dalam
melaksanakan tugasnya dibantu oleh :
a) Seksi Pendidikan Masyarakat (Sidikmas), yang bertugas melaksanakan kerja
sama dan pembinaan Dikmaslantas
b) Seksi Prasarana Jalan (Siprasja), yang bertugas melaksanakan koordinasi lintas
sektoral dalam rangka pembinaan prasarana jalan
c) Seksi Sarana Angkutan (Sisarang), yang bertugas melaksanakan koordinasi
lintas sektoral dalam rangka pembinaan dan rekayasa sarana angkutan
4) Subdirektorat Pembinaan Penegakan Hukum (Subdit Gakkum), dalam
melaksanakan tugasnya dibantu oleh :
a) Seksi Kecelakaan Lalu Lintas (Silaka), yang bertugas menyelenggarakan
pembinaan dan penanganan kecelakaan lalu lintas
b) Seksi Pelanggaran Lalu lintas (Sigar), yang bertugas menyelenggarakan
pembinaan dan penanganan pelanggaran lalu lintas
c) Seksi Pengaturan, Penjagaan, Pengawalan dan Patroli (Siturjawali), yang
bertugas membantu membina dan menyelenggarakan tata tertib lalu lintas dan
angkutan jalan
5) Subdirektorat Registrasi dan Identifikasi (Subdit Regindet), dalam melaksanakan
tugasnya dibantu oleh :
49
a) Seksi Surat Ijin Mengemudi (Si SIM), yang bertugas membina dan
menyelenggarakan Regident SIM
b) Seksi Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor (Si STNK), yang bertugas
membina dan menyelenggarakan Regident STNK
c) Seksi Buku Pemilikan Kendaraan Bermotor (Si BPKB), yang bertugas membina
dan menyelenggarakan Regident kendaraan bermotor dan BPKB
6) Subdirektorat Keamanan dan Keselamatan (Subdit Kamsel), dalam
melaksanakan tugasnya dibantu oleh :
a) Seksi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Siamdal), yang bertugas
melaksanakan analisa dampak lalu lintas pada rencana pembangunan pusat
kegiatan, pemukiman, dan infrastruktur yang berpotensi menimbulkan gangguan
Kamseltibcarlantas dan angkutan jalan
b) Seksi Kerja Sama (Sikerma), yang bertugas menyelenggarakan kerja sama lintas
sektoral dalam rangka transformasi (perubahan bentuk) untuk memetakan
permasalahan wilayah berkaitan dengan lalu lintas
c) Seksi Standardisasi (Sistandardisasi), yang bertugas membantu
menyelenggarakan audit dan pengkajian operasional lalu lintas untuk
pengendalian mutu dan kualitas kinerja
7) Satuan Partoli Jalan Raya (Sat PJR), dalam melaksanakan tugasnya Sat PJR
dibantu oleh sejumlah unit yang bertugas mengendalikan dan melaksanakan
patroli jalan raya antar wilayah termasuk penindakan, pemberian pertolongan,
dan penanganan TPTKP lalu lintas.
50
Gambar 4.1 : Struktur Organisasi Ditlantas Polda Sulawesi Selatan
51
B. Gambaran Umum Responden
Pada bagian ini penulis akan menjelaskan mengenai data deskriptif yang telah
diperoleh dari responden selama melakukan penelitian di Kantor Ditlantas Polda
Sulawesi Selatan. Data ini diperoleh dari 69 responden yang telah berpastisipasi
dalam penelitian ini dan selanjutnya peneliti membaginya berdasarkan dari jenis
kelamin, umur, jenjang pendidikan, dan lama bekerja di Kantor Ditlantas Polda
Sulawesi Selatan. keempat aspek tersebut memiliki peran yang sangat penting dalam
pengembangan karir anggota di Kantor Ditlantas Polda Sulawesi Selatan.
1. Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan dari data responden yang didapatkan dalam penelitian ini yang
berkaitan dengan jenis kelamin diperoleh bahwa jumlah responden laki-laki lebih
banyak dibandingkan dengan perempuan, hal ini dapat dilihat dari tabel dibawah ini :
Tabel 4.1 : Data Responden Berdasarkan Jenis KelaminNo Jenis Kelamin Frekuensi (Orang) Presentase (%)1 Laki-Laki 59 862 Perempuan 10 14
Jumlah 69 100Sumber : Kuesioner Penelitian 2018
Data yang ada pada tabel diatas dapat kita ketahui bahwa anggota laki-laki yang
menjadi responden sebanyak 59 orang (86%) sedangkan untuk anggota perempuan
sebanyak 10 orang (14%). Hal yang mendasari diperolehnya angka itu berdasarkan
dari teknik penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yang menggunakan teknik
random (acak) dalam pemilihan jenis kelamin sehingga perolehannya jumlah dari
masing-masing jenis kelamin tidak menentu.
52
2. Identitas Responden Berdasarkan Usia
Untuk usia, responden dalam penelitian ini memiliki tingkat umur yang berbeda-
beda antar satu dengan yang lainnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
berikut ini :
Tabel 4.2 : Data Responden Berdasarkan UmurNo Umur Frekuensi (Orang) Presentase (%)1 21 – 30 Tahun 11 162 31 – 40 Tahun 17 253 41 – 50 Tahun 18 264 > 50 Tahun 23 33
Jumlah 69 100Sumber : Kuesioner Penelitian 2018
Perolehan itu didapat dari berdasrkan dari hasil yang diberikan responden
terhadap kuesioner yang peneliti bagikan sehingga rasio rata-rata umur yang terlibat
langsung dalam penelitian ini ialah dimana diisi oleh kelompok usia >50 tahun
dengan perolehan 23 orang (33%), kelompok umur 41-50 tahun memiliki perolehan
sebanyak 18 orang (26%), kemudian kelompok umur 31-40 tahun sebanyak 17 orang
(25%) dan kelompok usia 21-30 tahun sebanyak 11 orang (16%).
3. Identitas Responden Berdasarkan Jenjang Pendidikan
Seluruh anggota yang menjadi responden dalam penelitian ini memiliki jenjang
pendidikan yang berbeda-beda, untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari tabel dibawah
ini :
Tabel 4.3 : Data Responden Berdasarkan Jenjang PendidikanNo Jenjang Pendidikan Frekuensi (Orang) Presentase (%)1 SMA 18 262 Akademis Kepolisian (Akpol) 14 203 S-1 24 354 S-2 13 195 S-3 - 0
Jumlah 69 100Sumber : Kuesioner Penelitian 2018
53
Tabel diatas menunjukkan bahwa, jenjang pendidikan tiap anggota yang berada
di Kantor Ditlantas Polda Sulawesi Selatan beragam. Pemilihan jenjang pendidikan
diisi langsung oleh anggota didalam kuesioner yang diberikan sehingga diperolehlah
hasil anggota dengan jenjang pendidikan S-1 sebanyak 24 orang (35%), jenjang
pendidikan SMA sebanyak 18 orang (26%), kemudian jenjang pendidikan Akademis
Kepolisian (Akpol) sebanyak 14 orang (20%) dan jenjang pendidikan S-2 sebanyak
13 orang (19%). Untuk jenjang pendidikan S-3, tidak memiliki responden.
4. Data Responden Berdasarkan Pangkat
Data berdasarkan dari pangkat, dapat dilihat dalam tabel dibawah ini :
Tabel 4.4 : Data Responden Berdasarkan PangkatNo Pangkat Frekuensi (Orang) Presentase (%)1 KOMPOL 7 102 AKBP 5 73 AKP 9 134 IPTU 6 95 IPDA 7 106 AIPTU 15 227 AIPDA 1 28 BRIPKA 3 49 BRIGADIR 8 12
10 BRIPTU 3 411 BRIPDA 3 412 BRIGPOL 2 3
Jumlah 69 100Sumber : Kuesioner Penelitian 2018
Berdasarkan dari tabel diatas, diperoleh bahwa pangkat AIPTU sebanyak 15
orang (22%), AKP sebanyak 9 orang (13%), BRIGADIR sebanyak 8 orang (12%),
KOMPOL sebanyak 7 (10%), IPTU sebanyak 6 orang (9%), AKBP sebanyak 5
orang (7%), kemudian BRIPKA, BRIPTU dan BRIPDA masing masing sebanyak 3
orang (4%), BRIGPOL sebanyak 2 orang (3%) dan AIPDA hanya 1 orang (2%).
Banyaknya jumlah responden tiap pangkat dipilih berdasarkan dari teknik
54
pengambilan sampel yang menggunakan teknik acak (random) yang dimana
ditentukan dari pengundian sehingga diperoleh hasil seperti tabel diatas.
5. Data Responden Berdasarkan Lama Bekerja
Identitas responden berdasarkan lama bekerja, dapat dilihat dalam tabel
diberikut ini :
Tabel 4.5 : Data Responden Berdasarkan Lama BekerjaNo Lama Bekerja Frekuensi (Orang) Presentase (%)1 < 1 Tahun 16 232 2 – 3 Tahun 24 353 4 – 5 Tahun 17 254 > 5 Tahun 12 17
Jumlah 69 100Sumber : Kuesioner Penelitian 2018
Hasil yang diperoleh berdasarkan dari informasi yang diberikan langsung oleh
responden didalam kuesioner yang dibagikan oleh peneliti, angka tersebut
menunjukkan hasil untuk kategori 2-3 tahun memiliki 24 orang (35%), kategori 4-5
tahun memiliki 17 orang (25%), kemudian kategori <1 tahun sebanyak 16 orang
(23%), dan kategori >5 tahun sebanyak 12 orang (17%). Dalam hal ini yang paling
besar kedudukannya ialah para anggota yang memiliki pengalaman atau lama bekerja
sebanyak 2-3 tahun.
6. Jumlah Penerima Pengembangan Karir Anggota Kepolisian Di KantorDitlantas Polda Sulawesi Selatan Periode 2017/2018
Tabel 4.6 Jumlah Penerima Pengembangan Karir Periode 2017/2018No Jabatan Pangkat
Periode 20171 Kanit 2 Sat PJR Akp2 Kanit 4 Sat PJR Akp3 Pamin 2 STNK Iptu4 Pamin 3 STNK Iptu5 Kasubbag Anev Binopsnal Kompol
Periode 20181 Kasubbag Renmin Kompol
55
2 Kanit Dikmas Subdit Dikyasa Kompol3 Kanit Amdal Subdit Kamsel Kompol4 Kanit Kerma Sudit Kamsel Akp5 Kanit Laka Subdit Gakkum Akp6 Kasi TIK Subbag Binops Akp7 Paur Sim Subdit Regident Akp8 Paur Fasmat Subdit Regident Akp
Sumber : Arsip Kantor Ditlantas Polda Sulawesi Selatan
Data yang didapatkan pada tabel diatas telah menunjukkan bahwa dalam dua
periode tahun 2017/2018 jumlah anggota yang melakukan pengembangan karir
mengalami peningkatan. Disisi lain, anggota yang menerima pengembangan karir
berasal dari jenis kepangkatan yang berbeda-beda.
C. Analisis Deskriptif
1. Hasil Analisis Tanggapan Responden Tentang Gaya KepemimpinanTransformasional Di Kantor Ditlantas Polda Sulawesi Selatan (X1)
Gaya kepemimpinan transformasional adalah pemimpin yang memberikan
perubahan terhadap organisasi yang dipimpinnya. Salah satu aspek yang
mempengaruhi pengembangan karir seorang anggota demi tercapainya tujuan
maupun visi dan misi sebuah organisasi dilihat dari bagaimana seorang pemimpin
mengatur dan mengarahkan anggotanya. Untuk mengetahui tanggapan responden
terhadap gaya kepemimpinan transformasional dilakukan pengolahan data dengan
menggunakan empat indikator instrumen. Berikut indikator yang digunakan dalam
gaya kepemimpinan transformasional :
a. Idealized Influence (Pengaruh Ideal)
Dalam indikator ini dapat dilihat bagaimana seorang pemimpin dapat dijadikan
sebagai panutan dalam setiap kegiatan keorganisasian mulai dari sikap dan wibawa
56
seorang pemimpin dan sudut pandang untuk merangkul anggota-anggotanya.
Idealized Influence dalam penelitian ini merupakan bagian dari indikator variabel
gaya kepemimpinan transformasional di Kantor Ditlantas Polda Sulawesi Selatan.
Oleh karena itu, untuk mengetahui indikator Idealized Influence dapat diukur melalui
sub indikator dalam empat pernyataan yang diberikan didalam kuesioner. Untuk
mendeskripsikan pernyataan dari ke 69 responden terhadap sub indikator Idealized
Influence dapat dilihat dalam pengolahan data pada tabel 4.7 sampai 4.10 sebagai
berikut :
Tabel 4.7 Menganggap Pemimpin Sebagai PanutanItem Pertanyaan Jumlah Presentase (%)
Tidak Sangat Setuju (TSS) 4 5,8%Kurang Setuju (KS) 3 4,3 %
Setuju (S) 60 87,0 %Sangat Setuju (SS) 2 2,9%
Jumlah Total 69 100%Sumber : Data Kuesioner 2018
Berdasarkan pada tabel 4.7 diatas dengan menganggap pemimpin sebagai
panutan pada indikator gaya Idealized Influence dengan penelitian sebanyak 69
responden dapat dilihat bahwa penilaian tertinggi diperoleh pada item pernyataan
setuju dengan jumlah sebanyak 60 responden (87,0%), pernyataan tidak sangat setuju
mendapatkan 4 responden (5,8%), pernyataan kurang setuju hanya mendapatkan 3
responden (4,3%) dan sangat setuju hanya 2 responden (2,9%). Hasil ini diperoleh
atau dihitung langsung dari total keseluruhan kuesioner yang dibagikan tiap anggota
kepolisian.
Berdasarkan hasil observasi, sebagian besar menyatakan bahwa pemimpin yang
saat ini menjabat di Kantor Ditlantas Polda Sulawesi Selatan dapat dijadikan sebagai
panutan baik dari segi kepribadian, kewibawaan, dan mengayomi anggotanya.
57
Tabel 4.8 Kedekatan Seorang Pemimpin dan AnggotaItem Pertanyaan Jumlah Presentase (%)
Tidak Sangat Setuju (TSS) - -Kurang Setuju (KS) 3 4,3 %
Setuju (S) 65 94,2%Sangat Setuju (SS) 1 1,5%
Jumlah Total 69 100%Sumber : Data Kuesioner 2018
Berdasarkan pada tabel 4.8 tentang kedekatan seorang pemimpin dan anggota
pada indikator idealized influence dengan 69 responden dapat dilihat bahwa niai
tertinggi diperoleh pernyataan setuju sebanyak 65 responden (94,2%), Kurang setuju
sebanyak 3 responden (4,3%) dan sangat setuju hanya 1 responden (1,4%). Angka-
angka itu diperoleh berdasarkan dari hasil langsung yang diberikan oleh responden
terhadap pernyataan yang ada didalam kuesioner yang dibagikan.
Bila melihat hasil dari observasi dilapangan bahwa masih ada sedikit
kesenjangan yang terjadi terkhususnya bagi para anggota dengan umur dan masa
kerja yang belum terlalu lama mengabdi dikantor tersebut tapi dapat ditutupi dengan
seringnya terjadi komunikasi dan pendekatan yang dilakukan oleh pimpinan terhadap
anggotanya.
Tabel 4.9 Pemimpin Memberikan Perhatian Kepada AnggotaItem Pertanyaan Jumlah Presentase (%)
Tidak Sangat Setuju (TSS) - -Kurang Setuju (KS) 9 13,0%
Setuju (S) 49 71,0%Sangat Setuju (SS) 11 15,9%
Jumlah Total 69 100%Sumber : Data Kuesioner 2018
Berdasarkan tabel 4.9 tentang pemimpin yang memberikan perhatian kepada
para anggotanya pada indikator idealized influence dengan 69 responden dapat
dilihat bahwa pernyataan setuju paling banyak yaitu 49 responden (71%) hasil ini
58
diperoleh dari hasil langsung yang diberikan oleh anggota terhadap kuesioner yang
diberikan, pernyataan sangat setuju mendapatkan hasil dari 11 responden (15,9%),
dan terakhir ialah pernyataan kurang setuju 9 responden (13%). Hasil dilapangan
menunjukkan bahwa kepedulian pemimpin masih hanya sebatas kewajaran yang
diperlihatkan sosok pemimpin terhadap anggotanya.
Tabel 4.10 Ketulusan Pemimpin Dalam Menggerakkan dan MengarahkanItem Pertanyaan Jumlah Presentase (%)
Tidak Sangat Setuju (TSS) - -Kurang Setuju (KS) - -
Setuju (S) 66 95,7%Sangat Setuju (SS) 3 4,3%
Jumlah Total 69 100%Sumber : Data Kuesioner 2018
Berdasarkan tabel 4.10 diatas tentang ketulusan pemimpin dalam menggerakkan
dan mengarahkan anggota pada indikator idealized influence dengan 69 responden
dapat dilihat bahwa pernyataan setuju paling banyak yaitu 66 responden (95,7%)
peroleh angka tertinggi itu dapat dinyatakan bila kita melihat secara langsung
dilapangan bahwa ketulusan pemimpin untuk terus membimbing anggotanya agar
terciptanya keselarasan dalam organisasi, seperti memberikan pengarahan langsung
untuk terus mengembangkan karir dan memberikan peluang karir bagi anggota nya.
Sedangkan untuk pernyataan sangat setuju mendapatkan tanggapan dari 3 responden
(4,3%) dari total keseluruhan 69 responden.
Setelah keempat indikator idealized influence pada variabel gaya kepemimpinan
transformasional dapat disimpulkan pada tabel 4.11 berikut ini :
59
Tabel 4.11 Indikator Idealized InfluenceItem-Item
PertanyaanTSS(%)
KS(%)
S(%)
SS(%)
Jumlah(%)
Item 1 5,8 4,3 87,0 2,9 100Item 2 - 4,3 94,.2 1,4 100Item 3 - 13,0 71,0 15,9 100Item 4 - - 95,7 4,3 100
Rata-rata (%) 1,45 5,4 86,97 6,12 100Sumber : Data Kuesioner 2018
Berdasarkan data tabel 4.11 diatas maka indikator Idealized Influence dengan
lima item pernyataan penilaian rata-rata dari 69 responden yakni 86,97% responden
telah memberikan jawaban setuju, pernyataan ini merupakan jawaban yang
memperoleh nilai paling tinggi berdasarkan dari hasil yang diberikan langsung oleh
responden. Bila melihat hasil yang lainnya, yaitu jawaban sangat setuju mendapatkan
persentase sebanyak 6,12%, pernyataan kurang setuju mendapatkan hasil sebanyak
5,4% dari responden, dan terakhir pernyataan tidak sangat setuju mendapatkan 1,45%
dari responden. Hasil diatas didapatkan berdasarkan dari penilaian langsung yang
diberikan responden terhadap apa terjadi dilapangan.
b. Inspiration Motivation (Motivasi Inspirasional)
Dalam indikator ini pentingnya memberikan sebuah inspirasi ataupun
kenyamanan dalam bekerja atau membangkitkan semangat anggota dalam
menjalankan tugasnya. Indikator dari gaya kepemimpinan transformasional ini
memiliki dua item pernyataan. Untuk mengetahui sub indikator pada inspiration
motivation diukur melalui dua item pernyataan dari 69 responden, dapat dilihat
dalam pengolahan data pada tabel 4.12 sampai 4.13 sebagai berikut :
60
Tabel 4.12 Memberikan InspirasiItem Pertanyaan Jumlah Presentase (%)
Tidak Sangat Setuju (TSS) - -Kurang Setuju (KS) - -
Setuju (S) 67 97,1%Sangat Setuju (SS) 2 2,9%
Jumlah Total 69 100%Sumber : Data Kuesioner 2018
Berdasarkan tabel 4.12 diatas tentang memberikan inspirasi, diketahui bahwa
penilaian tertinggi diperoleh oleh item pernyataan setuju sebanyak 67 responden
(97,1%) yang artinya berdasarkan hasil dilapangan menunjukkan bahwa pemberian
inspirasi oleh pemimpin itu dari pengalaman dalam bertugas, pengalaman yang
diberikan pemimpin dan dibagi kepada anggota mampu memacu semangat dan suka
cita anggota untuk mengikuti rekam jejaknya. Walaupun masih belum sangat
sempurna karena hanya ada 2 responden yang memberikan penilainnya untuk
pernyataan ini yaitu dengan nilai hanya sebanyak (2,9%).
Tabel 4.13 Memberikan Kenyamanan Dalam BekerjaItem Pertanyaan Jumlah Presentase (%)
Tidak Sangat Setuju (TSS) 1 1,4%Kurang Setuju (KS) 2 2,9%
Setuju (S) 66 95,7%Sangat Setuju (SS) - -
Jumlah Total 69 100%Sumber : Data Kuesioner 2018
Berdasakan tabel 4.13 tentang memberikan kenyamanan dalam bekerja, hasil
yang diperoleh ialah dimana untuk pernyataan setuju memperoleh 66 responden
(95,7%), pernyataan kurang setuju sebanyak 2 responden (2,9%) dan pernyataan
tidak sangat setuju hanya 1 responden (1,4%). Hasil dari lapangan yang ada, semua
61
anggota mendapatkan kebebasan dalam bekerja namun tetap terkontrol dengan baik
oleh pimpinan di Kantor Ditlantas Polda Sulawesi Selatan.
Berdasarkan hasil analisis data pada tiga pernyataan dalam indikator pada
inspiration motivation dapat disimpulkan pada tabel 4.14 dibawah ini :
Tabel 4.14 Indikator Inspiration MotivationItem-Item
PertanyaanTSS(%)
KS(%)
S(%)
SS(%)
Jumlah(%)
Item 1 - - 97,1 2,9 100Item 2 1,4 2,9 95,7 - 100
Rata-rata (%) 0,7 1,45 96,4 1,45 100Sumber : Data Kuesioner 2018
Berdasarkan data tabel 4.14 diatas maka sub indikator dari inspiration
motivation dengan tiga item pernyataan yakni, memberikan inspirasi, memberikan
kenyamanan dalam bekerja, dan membangkitkan semangat bawahan. Dari hasil yang
diberikan oleh ke 69 responden, dapat dilihat bahwa rata-rata yang didapatkan yakni
paling tinggi ialah 96,4% responden memberikan pernyataan setuju dan paling
sedikit ialah responden untuk pernyataan tidak sangat setuju yaitu sebanyak 0,7%.
Untuk pernyataan kurang setuju dan sangat setuju masing-masing diisi sebanyak 1,45%
responden dan sangat setuju diisi oleh 1,45% responden.
c. Intelectual Stimulation (Stimulasi Intelektual)
Indikator ini menjelaskan tentang kecerdasan seorang pemimpin dalam
menghadapi masalah serta meningkatkan kreativitas dari anggotanya. Stimulasi ini
sangat penting untuk mengasah sebagus apa pemimpin menerapkan gaya
kepemimpinannya untuk menjadikan organisasinya bagus. Indikator dari gaya
kepemimpinan transformasional ini memiliki satu item pernyataan. Untuk
mengetahui sub indikator pada intelectual stimulation diukur melalui satu item
62
pernyataan dari 69 responden, dapat dilihat dalam pengolahan data pada tabel 4.15
sebagai berikut :
Tabel 4.15 Menyelesaikan Masalah Dari Berbagai Sudut PandangItem Pertanyaan Jumlah Presentase (%)
Tidak Sangat Setuju (TSS) - -Kurang Setuju (KS) 2 2,9%
Setuju (S) 66 95,7%%Sangat Setuju (SS) 1 1,4%
Jumlah Total 69 100%Sumber : Data Kuesioner 2018
Berdasarkan tabel 4.15 tentang menyelesaikan masalah dari berbagai sudut
pandang, dapat dilihat bahwa pilihan 66 responden jatuh pada pernyataan setuju
sebanyak 95,7% hal ini dibuktikan dengan sering dilakukannya rapat secara terbuka
untuk seluruh anggotanya atau sejenis konsultasi bagi anggotanya yang memiliki
masalah tersendiri untuk urusan kantor dan menyelesaikan dengan hasil yang
membuat anggotanya puas. Sedangkan pernyataan kurang setuju dipilih oleh 2
responden (2,9%), dan pernyataan sangat setuju hanya 1 responden (1,4%).
Berdasarkan hasil analisis data pada dua pernyataan dalam indikator pada
intelectual stimulation dapat disimpulkan pada tabel 4.16 berikut ini :
Tabel 4.16 Indikator Intelectual StimulationItem-Item
PertanyaanTSS(%)
KS(%)
S(%)
SS(%)
Jumlah(%)
Item 1 - 2,9 95,7 1,4 100Rata-rata (%) - 2,9 95,7 1,4 100
Sumber : Data Kuesioner 2018
Berdasarkan data tabel 4.16 diatas maka sub indikator dari intelectual
stimulation dengan dua item pernyataan diperolah hasil yang telah diberikan oleh ke
69 responden yakni, perolehan tertinggi yang diberikan ialah untuk pernyataan setuju
sebanyak 95,7%, pernyataan kurang setuju 2,9% dan pernyataan sangat setuju 1,4%.
63
d. Individual Considerent (Perhatian Individu)
Dalam hal ini, individual considerent menjadikan pemimpin untuk mampu
menciptakan hubungan emosional secara pribadi maupun umum terhadap para
anggotanya. Faktor ini dapat dijadikan sebagai suatu kenyaman para anggota selama
melakukan kerja sama dibawah kepemimpinannya sehingga memacu semangat
individu untuk terus menjadi pribadi lebih baik. Indikator dari gaya kepemimpinan
transformasional ini memiliki tiga item pernyataan. Untuk mengetahui sub indikator
pada individual considerent diukur melalui dua item pernyataan dari 69 responden,
dapat dilihat dalam pengolahan data pada tabel 4.17 sampai tabel 4.18 sebagai
berikut :
Tabel 4.17 Pemimpin Tidak Melihat Anggota Sebagai Bawahan Tapi SebagaiIndividu Pribadi
Item Pertanyaan Jumlah Presentase (%)Tidak Sangat Setuju (TSS) - -
Kurang Setuju (KS) 1 1,4%Setuju (S) 66 95,7%
Sangat Setuju (SS) 2 2,9%Jumlah Total 69 100%
Sumber : Data Kuesioner 2018
Berdasarkan tabel 4.17 diatas, menunjukkan bahwa sebagian besar responden
memilih pernyataan setuju dengan perolehan 66 responden (97,1%) didukung dengan
hasil dilapangan menunjukkan bahwa gemarnya pemimpin untuk terus aktif dan
melakukan interaksi diluar dan didalam kantor menyebabkan kenyamanan tersendiri
bagi anggotanya. Untuk pernyataan sangat setuju diperoleh oleh 2 respoden (2,9%)
yang artinya sangat sedikit anggota yang merasa antuasias terhadap apa yang
diberikan oleh atasan, dan yang terkahir pernyataan kurang setuju sebanyak 1
responden (1,4%).
64
Tabel 4.18 Pemimpin Membantu Meningkatkan Pengembangan Diri AnggotaItem Pertanyaan Jumlah Presentase (%)
Tidak Sangat Setuju (TSS) - -Kurang Setuju (KS) 1 1,4%
Setuju (S) 67 97,1%Sangat Setuju (SS) 1 1,4%
Jumlah Total 69 100%Sumber : Data Kuesioner 2018
Tabel 4.18 diatas tentang pemimpin membantu meningkatkan pengembangan
diri anggota berdasarkan pilihan responden, pernyataan setuju diisi oleh 67
responden (97,1%) hal ini didasari oleh hasil dilapangan, dengan seringnya
melakukan evaluasi terhadap anggota dan laporan absensi bidang yang masuk
memudahkan untuk pemimpin mengkoordinir anggotanya untuk tetap mencapai
sasaran target organisasi.dan untuk pernyataan kurang setuju dan sangat setuju hanya
diisi oleh masing-masing 1 responden (1,4%).
Berdasarkan hasil analisis data pada tiga pernyataan dalam indikator pada
individual conciderent dapat disimpulkan pada tabel 4.19 dibawah ini :
Tabel 4.19 Indikator Individual ConciderentItem-Item
PertanyaanTSS(%)
KS(%)
S(%)
SS(%)
Jumlah(%)
Item 1 - 1,4 95,7 2,9 100Item 2 - 1,4 97,1 1,4 100
Rata-rata (%) - 1,4 96,4 2,15 100Sumber : Data Kuesioner 2018
Berdasarkan data tabel 4.19 diatas maka sub indikator dari individual
conciderent dengan tiga item pernyataan diperolah hasil yang telah diberikan oleh ke
69 responden yakni, perolehan tertinggi yang diberikan ialah untuk pernyataan setuju
sebanyak 96,4%, pernyataan kurang setuju 1,4% dan pernyataan sangat setuju 2,15%.
Artinya secara keseluruhan dalam hal ini seluruh anggota mendukung dan antuasias
terhadap apa yang dilakukan oleh atasannya.
65
Berdasarkan hasil analisis data pada indikator yang terdapat pada variabel X1
yaitu gaya kepemimpinan transformasional dapat disimpulkan pada tabel dibawah
ini :
Tabel 4.20 Tanggapan Responden Terhadap Gaya Kepemimpinan Transformasional(X1)
Pertanyaan Jawaban Responden SkorTSS KS S SS
∑ % ∑ % ∑ % ∑ %Item 1 4 5,8 3 4,3 60 87,0 2 2,9 198Item 2 - - 3 4,3 65 94,2 1 1,4 205Item 3 - - 9 13,0 49 71,0 11 15,9 209Item 4 - - - - 66 95,7 3 4,3 210Item 5 - - - - 67 97,1 2 2,9 209Item 6 1 1,4 2 2,9 66 95,7 - - 203Item 7 - - 2 2,9 66 95,7 1 1,4 206Item 8 - - 1 1,4 66 95,7 2 2,9 208Item 9 - - 1 1,4 67 97,1 1 1,4 207
Total Skor 1.855Rata-Rata 206
Sumber : Data kuesioner yang sudah diolah 2018
Tabel 4.20 diatas, mengenai tanggapan responden terhadap gaya kepemimpinan
transaksional sebagai variabel X1 mendapatkan total skor sebanyak 1.855 dengan
rata-rata skor 206 dari total pertanyaan 9 item yang diperoleh dari 4 indikator
variabel tentang gaya kepemimpinan transformasional. Jawaban dari pernyataan
yang memiliki jumlah tertinggi diberi dengan skor 4 dan yang terendah diberi skor 1.
Agar dapat mengetahui maksimum kedua variabel gaya kepemimpinan
transformasional ialah sebagai berikut :
Skor Maksimum = Skor tertinggi item pernyataan × N × item pernyataan
= 4 × 69 × 9
= 2.484
66
Berdasarkan dari hasil penelitian gaya kepemimpinan transformasional di
Kantor Ditlantas Polda Sulawesi Selatan diperoleh dari jumlah skor hasil perolehan
dalam pengumpulan data kuesioner dengan yang terbesar 1.855 maka melihat
tanggapan dari 69 responden terhadap pengembangan kariri di Kantor Ditlantas
Polda Sulawesi Selatan ialah :Skor PerolehanSkor Maximum x 100% = 1.8552.484 x 100% = 74,67%Maka hasil penelitian di Kantor Ditlantas Polda Sulawesi Selatan sebesar 74,67%
yang menunjukkan bahwa penilaian responden terhadap variabel X1 berada pada
penilaian baik, berikut tabel kontinum (Sugiyono, 2010) :
0 20 40 60 80 100
74,67%
Tidak Baik Kurang Baik Cukup Baik Baik Sangat Baik
Keterangan Interprestasi Skor
Angka 0% - 19% = tidak baik
Angka 20% - 39% = kurang baik
Angka 40% - 59% = cukup baik
Angka 60% - 79% = baik
Angka 80% - 100% = sangat baik
0 621 1.242 1.863 2.484
TSS KS S SS
67
Keterangan:
Tidak Sangat Setuju (TSS) = 1 = 1× 69× 9 = 621
Kurang Setuju (KS) = 2 = 2 × 69× 9 = 1.242
Setuju (S) = 3 = 3 × 69× 9 = 1.863
Sangat Setuju (SS) = 4 = 4 × 69× 9 = 2.484
Berdasarkan hasil penelitian di Kantor Ditlantas Polda Sulawesi Selatan sebesar
74,67% yang menunjukkan bahwa pengembangan karir berada pada penilaian baik.
Hal ini menunjukkan bahwa pada kantor tersebut menerapkan pengembangan karir
dengan sangat baik, hal tersebut dapat dilihat dari kategori kontinum skor yang
berada pada kategori baik yakni 60% - 80% sedangkan perolehan nilai persen dari 69
responden sebesar 74,67%. Hasil perhitungan diatas bila disinkronkan dengan hasil
obeservasi dilapangan menunjukkan bahwa untuk gaya kepemimpinan
transformasional masih ada beberapa indikator yang diujikan masih belum sempurna
atau artian lain menyebutkan bahwa masih adanya keterkakuan yang terjadi antara
anggota dengan sosok pimpinannya.
Kekauan dalam tubuh kepolisian tidak akan pernah hilang karena sifat mereka
yang menjunjung tinggi formalitas namun, untuk sebagian pimpinan mereka akan
mengubah jenis kepemimpinan itu untuk meningkatkan kenyaman kehidupan
berorganisasi untuk anggotanya. Kembali lagi karakteristik setiap pemimpin yang
memimpin sebuah organisasi berbeda-beda hal yang dapat dilakukan untuk mengikis
kekauan atau jarak yang ada dengan memahami kesenjangan yang seperti apa yang
telah terjadi sebelumnya dalam organisasinya sehingga dalam menciptakan dan
mewujudkan visi dan misi untuk kesejahteraan organisasi dan anggota bisa tercapai,
68
memahami kondisi spesifikasi dan kecapakan seorang anggota yang sesuai dengan
keahlian yang akan mereka terima.
2. Hasil Analisis Tanggapan Responden Tentang Gaya KepemimpinanTransaksional Di Kantor Ditlantas Polda Sulawesi Selatan (X2)
Gaya kepemimpinan transaksional adalah pemimpin yang menghargai segala
kerja keras dari bawahannya dengan salah satunya memberikan reward terhadap
bawahan yang memiliki kualitas kerja yang baik sehingga para bawahan merasa
bersemangat untuk mencapai tujuan bersama dalam organisasi. Untuk mengetahui
tanggapan responden terhadap gaya kepemimpinan transaksional dilakukan
pengolahan data dengan menggunakan empat indikator instrumen. Berikut indikator
yang digunakan dalam gaya kepemimpinan transaksional :
a. Contigent Reward
Dalam hal ini, contigent reward ialah memberikan imbalan sesuai dengan target
kerja yang berhasil dicapai oleh tiap bawahan. Hal semacam ini mampu dapat
meningkatkan semangat dan kualitas anggota di Kantor Ditlantas Polda Sulawesi
Selatan terbukti dengan adanya Indikator dari gaya kepemimpinan transaksional ini
memiliki empat item pernyataan. Untuk mengetahui sub indikator pada contigent
reward diukur melalui tiga item pernyataan dari 69 responden, dapat dilihat dalam
pengolahan data pada tabel 4.21 sampai tabel 4.23 sebagai berikut :
69
Tabel 4.21 Pembagian Reward Berdasarkan Spesifikasi dan KinerjanyaItem Pertanyaan Jumlah Presentase (%)
Tidak Sangat Setuju (TSS) - -Kurang Setuju (KS) - -
Setuju (S) 68 98,6%Sangat Setuju (SS) 1 1,4%
Jumlah Total 69 100%Sumber : Data Kuesioner 2018
Tabel diatas telah menunjukkan bahwa 68 responden (98,6%) memilih
pernyataan setuju dalam hal pembagian reward berdasarkan spesifikasi dan
kinerjanya dan hanya 1 responden (1,4%) yang memilih pernyataan sangat setuju.
Berdasarkan hasil dilapangan menunjukkan bahwa pembagian reward dilihat dari
jenjang jabatan dan keaktifan dalam melakukan kegiatan kantor.
Tabel 4.22 Pemberian Reward Memacu Semangat AnggotaItem Pertanyaan Jumlah Presentase (%)
Tidak Sangat Setuju (TSS) - -Kurang Setuju (KS) - -
Setuju (S) 67 97,1%Sangat Setuju (SS) 2 2,9
Jumlah Total 69 100%Sumber : Data Kuesioner 2018
Tabel 4.22 diatas menunjukkan bahwa pilihan responden paling besar jatuh pada
pernyataan setuju yaitu 67 responden (97,%) dan pernyataan sangat setuju 2
responden (2,9%). Secara garis besar total keseluruhan untuk indikator tersebut
menunjukkan bahwa rasa antusiasme yang tinggi diberikan oleh anggota bila
menyangkut tentang reward dan tidak menutup kemungkin bahwa besarnya respon
yang diberikan oleh responden terhadap penilaian ini menunjukkan bahwa mereka
akan bekerja sesuai dengan imbalan yang mereka terima.
70
Tabel 4.23 Menjunjung Tinggi Pedoman Pelaksana TugasItem Pertanyaan Jumlah Presentase (%)
Tidak Sangat Setuju (TSS) - -Kurang Setuju (KS) - -
Setuju (S) 68 98,6%Sangat Setuju (SS) 1 1,4%
Jumlah Total 69 100%Sumber : Data Kuesioner 2018
Tabel 4.23 diatas menunjukkan bahwa responden memilih pernyataan setuju
sebanyak 68 responden (98,6%) dan pernyataan sangat setuju 1 responden (1,4%).
Hasil dilapangan menunjukkan bahwa pedoman pelaksanaan tugas masih sering
dijadikan dasar dalam setiap kegiatan di Kantor Ditlantas Polda Sulawesi Selatan
terbukti dengan banyaknya slogan tentang pedoman pelaksanaan tugas dan dasar
pelayanan yang ada.
Berdasarkan hasil analisis data pada empat pernyataan dalam indikator pada
contigent reward dapat disimpulkan pada tabel 4.24 dibawah ini :
Tabel 4.24 Indikator Contigent RewardItem-Item
PertanyaanTSS(%)
KS(%)
S(%)
SS(%)
Jumlah(%)
Item 1 - - 98,6 1,4 100Item 2 - - 97,1 2,9 100Item 3 - - 98,6 1,4 100
Rata-rata (%) - - 98,1 1,9 100Sumber : Data Kuesioner 2018
Berdasarkan data tabel 4.24 diatas maka sub indikator dari contigent reward
dengan tiga item pernyataan diperolah hasil yang telah diberikan oleh ke 69
responden yakni, perolehan tertinggi yang diberikan ialah untuk pernyataan setuju
sebanyak 98,1% dan untuk pernyataan sangat setuju sebanyak 1,9%. Dalam
pernyataan contigent reward sangat besar apresiasi dari responden untuk mengakui
semua pernyataan yang ada dalam indikator.
71
b. Management By-Excation
Management By-Excation dibagi menjadi dua kategori yaitu adanya pengawasan
secara langsung oleh pimpinan ataupun secara tidak langsung. Banyaknya evaluasi
bulanan yang sering dilakukan di Kantor Ditlantas Polda Sulawesi Selatan membuat
spesifikasi yang dimiliki oleh anggota dapat ditingkatkan. Untuk sub indikator ini
disediakan 3 item pernyataan untuk menjelaskan variabel indikator gaya
kepemimpinan transaksional mulai dari tabel 4.25 sampai tabel 4.27 berikut ini :
Tabel 4.25 Pengawasan Secara Langsung Oleh Pimpinan Mengenai SOPItem Pertanyaan Jumlah Presentase (%)
Tidak Sangat Setuju (TSS) - -Kurang Setuju (KS) 3 4,3%
Setuju (S) 65 94,2%Sangat Setuju (SS) 1 1,4%
Jumlah Total 69 100%Sumber : Data Kuesioner 2018
Tabel diatas menjelaskan bahwa untuk pengawasan secara langsung oleh
pimpinan mengenai SOP, dimana pernyataan paling banyak diberikan oleh 65
responden (94,2%) untuk setuju, 4,3% atau hanya 3 responden pada pernyataan
kurang setuju, dan 1 responden (1,4%) pada pernyataan sangat setuju. Bila melihat
hasil dilapangan pimpinan memang melakukan pengawasan secara langsung namun
tidak tiap hari, hanya bila ingin melakukan evaluasi bulanan di kantor untuk melihat
takaran dari SOP mana yang perlu diperbaiki dan ditunjang untuk menjadikan
anggota Kantor Ditlantas Polda Sulawesi Selatan jalan sesuai dengan prosedurnya.
72
Tabel 4.26 Ketegasan Pimpinan Bagi Anggota Yang Melakukan PelanggaranItem Pertanyaan Jumlah Presentase (%)
Tidak Sangat Setuju (TSS) - -Kurang Setuju (KS) - -
Setuju (S) 68 98,6%Sangat Setuju (SS) 1 1,4%
Jumlah Total 69 100%Sumber : Data Kuesioner 2018
Tabel 4.26 tentang ketegasan pimpinan bagi anggota yang melakukan
pelanggaran, dapaat dijelaskan bahwa pada hasil pernyataan untuk 68 responden
(98,6%) memilih jawaban setuju dan 1 responden (1,4%) pada jawaban sangat
setuju. Bila dilihat secara langsung dilapangan, untuk urusan sanksi dan pelanggaran
kode etik telah diatur dalam Undang-Undang tersendiri tentang Perkapolri No 11
Tahun 2011 tentang Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia, tugas
pimpinan hanyalah memperingatkan kepada anggota untuk tetap menjaga
wibawanya.
Tabel 4.27 Sering Melakukan Evaluasi KerjaItem Pertanyaan Jumlah Presentase (%)
Tidak Sangat Setuju (TSS) - -Kurang Setuju (KS) 1 1,4%
Setuju (S) 67 97,1%Sangat Setuju (SS) 1 1,4%
Jumlah Total 69 100%Sumber : Data Kuesioner 2018
Tabel 4.27 tentang sering melakukan evaluasi kerja, 67 responden dari jumlah
69 responden memilih pernyataan setuju sebanyak 67 (97,1%) dan untuk pernyataan
kurang setuju dan sangat setuju diisi masing-masing 1 responden (1,4%). Hasil
dilapangan menunjukkan bahwa, pimpinan sering melakukan evaluasi tiap bulannya
baik dari perbindang, evaluasi kepala, maupun untuk absensi anggota.
73
Berdasarkan hasil analisis data pada tiga pernyataan dalam indikator pada
Management By-Excation dapat disimpulkan pada tabel 4.28 dibawah ini :
Tabel 4.28 Indikator Management By-ExcationItem-Item
PertanyaanTSS(%)
KS(%)
S(%)
SS(%)
Jumlah(%)
Item 1 - 4,3 94,2 1,4 100Item 2 - - 98,6 1,4 100Item 3 - 1,4 97,1 1,4 100
Rata-rata (%) - 1,9 96,63 1,4 100Sumber : Data Kuesioner 2018
Berdasarkan data tabel 4.28 diatas maka sub indikator dari Management By-
Excation dengan tiga item pernyataan diperolah hasil yang telah diberikan oleh ke 69
responden yakni, perolehan tertinggi yang diberikan ialah untuk pernyataan setuju
sebanyak 96,63%, pernyataan kurang setuju 1,9%, dan pernyataan sangat setuju
1,4%. Besarnya nilai responden yang diberikan menunjukkan bahwa sistem
pengaturan dan perencanaan yang terjadi di Kantor Ditlantas Polda Sulawesi Selatan
mendapatkan nilai tersendiri dan kenyamanan tersendiri bagi anggotanya.
c. Laissez Faire
Laissez Faire sendiri memberikan kebebas terhadap anggota untuk berbuat dan
bertindak sesuai dengan keinginan tanpa adanya kontrol dari pimpinan. Hal ini yang
kadang menyebabkan kurangnya terjadi keselarasan untuk mencapai tujuan
organisasi dan sikap anggota yang menjadi tidak dibawah aturan. Dalam sub
indikator ini, satu item pernyataan disiapkan yang akan dijelaskan pada tabel 4.29
berikut ini :
74
Tabel 4.29 Pemimpin Yang Kurang Tegas Dalam Pengambilan keputusanItem Pertanyaan Jumlah Presentase (%)
Tidak Sangat Setuju (TSS) - -Kurang Setuju (KS) 51 73,9%
Setuju (S) 18 26,1%Sangat Setuju (SS) - -
Jumlah Total 69 100%Sumber : Data Kuesioner 2018
Penjelasan mengenai tabel diatas ialah, untuk jawaban pernyataan kurang setuju
mendapatkan perolehan responden sebanyak 51 (73,9%) dan pernyataan setuju
didapatkan dari 18 responden (26,1%). Hal ini bila dilihat secara langsung
dilapangan menunjukkan bahwa ketegasan dari pimpinan dalam pengambilan
keputusan dalam kategori yang baik karena sifat dari pimpinan yang sebelum
mengambil keputusan mendengarkan pendapat dari segala aspek tapi tidak berpihak.
Berdasarkan hasil analisis data pada tiga pernyataan dalam indikator pada laissez
faire dapat disimpulkan pada tabel 4.30 dibawah ini :
Tabel 4.30 Indikator laissez faireItem-Item
PertanyaanTSS(%)
KS(%)
S(%)
SS(%)
Jumlah(%)
Item 1 - 73,9 26,1 - 100Rata-rata (%) - 73,9 26,1 - 100
Sumber : Data Kuesioner 2018
Hasil dari indikator laissez faire pada tabel diatas menunjukkan bahwa sebagian
besar responden memilih jawaban kurang setuju yaitu sebanyak 73,97% dan
pernyataan setuju 26,1%
Berdasarkan hasil analisis data pada indikator yang terdapat pada variabel gaya
kepemimpinan transaksional sebagai variabel X2 dapat disimpulkan pada tabel
berikut ini :
75
Tabel 4.31 Tanggapan Responden Terhadap Gaya Kepemimpinan Transaksional (X2)Pertanya
anJawaban Responden Skor
TSS KS S SS∑ % ∑ % ∑ % ∑ %
Item 1 - - - - 68 98,6 1 1,4 208Item 2 - - - - 67 97,1 2 2,9 209Item 3 - - - - 68 98,6 1 1,4 208Item 4 - - 3 4,3 65 94,2 1 1,4 205Item 5 - - - - 68 98,6 1 1,4 208Item 6 - - 1 1,4 67 97,1 1 1,4 207Item 7 - - 51 73,9 18 26,1 - - 156
Total Skor 1.401Rata-Rata 200
Sumber : Data kuesioner yang telah diolah 2018
Tabel 4.31 diatas, tanggapan responden terhadap gaya kepemimpinan gaya
kepemimpinan transaksional mendapatkan total skor sebanyak 1.401 dengan rata-rata
skor 200 dari total pertanyaan 7 item yang semuanya diperoleh dari indikator
variabel gaya kepemimpinan transaksional. Jawaban dari pernyataan yang memiliki
jumlah tertinggi diberi dengan skor 4 dan yang terendah diberi skor 1. Agar dapat
mengetahui maksimum kedua variabel gaya kepemimpinan transaksional (X2) ialah
sebagai berikut :
Skor Maksimum = Skor tertinggi item pernyataan × N × item pernyataan
= 4 × 69 × 7
= 1.932
Berdasarkan dari hasil penelitian gaya kepemimpinan transaksional di Kantor
Ditlantas Polda Sulawesi Selatan diperoleh dari jumlah skor hasil perolehan dalam
pengumpulan data kuesioner dengan yang terbesar 1.401 maka melihat tanggapan
dari 69 responden terhadap gaya kepemimpinan transaksional di Kantor Ditlantas
Polda Sulawesi Selatan ialah :
76
Skor PerolehanSkor Maximum x 100% = 1.4011.932 x 100% = 72,51%Maka hasil penelitian di Kantor Ditlantas Polda Sulawesi Selatan sebesar 72,51%
yang menunjukkan bahwa penilai responden terhadap variabel X2 berada pada
penilaian baik, berikut tabel kontinum (Sugiyono, 2010) :
0 20 40 60 80 100
72,51%
Tidak Baik Kurang Baik Cukup Baik Baik Sangat Baik
Keterangan Interprestasi Skor
Angka 0% - 19% = tidak baik
Angka 20% - 39% = kurang baik
Angka 40% - 59% = cukup baik
Angka 60% - 79% = baik
Angka 80% - 100% = sangat baik
0 483 966 1.449 1.932
TSS KS S SS
Keterangan:
Tidak Sangat Setuju (TSS) = 1 = 1× 69× 7 = 483
Kurang Setuju (KS) = 2 = 2 × 69× 7 = 966
Setuju (S) = 3 = 3 × 69× = 1.449
Sangat Setuju (SS) = 4 = 4 × 69× 7 = 1.932
77
Berdasarkan hasil penelitian di Kantor Ditlantas Polda Sulawesi Selatan sebesar
72,51% yang menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan transaksional berada pada
penilaian baik. Hal ini menunjukkan bahwa pada kantor tersebut menerapkan gaya
transaksional dengan baik, hal tersebut dapat dilihat dari kategori kontinum skor
yang berada pada kategori baik yakni 60% - 80% sedangkan perolehan nilai persen
dari 69 responden sebesar 72,51%.
3. Hasil Analisis Tanggapan Responden Tentang Pengembangan Karir diKantor Ditlantas Polda Sulawesi Selatan (Y)
Pengembangan karir adalah bentuk peningkatan pribadi dari diri seseorang untuk
mempertahankan kedudukannya dalam organisasi serta peningkatan kualitas diri
mereka demi menjadikan mereka pegawai yang memiliki keahlian yang serba bisa
dan mampu menjaga eksistensi mereka dalam kantor. Pengembangan karir dibagi
menjadi 4 indikator yang dimana tanggapan responden mengenai hal ini akan diolah,
berikut indikator yang akan diolah :
a. Prestasi Kerja
Dalam hal ini, prestasi kerja sangat penting untuk menunjang kualifikasi diri
sendiri demi meningkatkan jenjang jabatan di kantor. Penilaian yang diberikan oleh
pimpinan terhadap hasil kerja kita dapat dijadikan sebagai acuan dalam melakukan
pengembangan karir. Prestasi kerja yang masuk dalam indikator variabel
pengembangan karir ini memiliki dua item pernyataan. Berikut tanggapan responden
mengenai prestasi kerja dapat dilihat pada tabel 4.32 sampai tabel 4.33 :
78
Tabel 4.32 Spesifikasi yang Dimiliki Membantu Dalam Pengembangan KarirItem Pertanyaan Jumlah Presentase (%)
Tidak Sangat Setuju (TSS) 5 7,2%Kurang Setuju (KS) 33 47,8%
Setuju (S) 31 44,9%Sangat Setuju (SS) - -
Jumlah Total 69 100%Sumber : Data Kuesioner 2018
Berdasarkan tabel 4.32 diatas, dijelaskan bahwa perbedaan jumlah responden
yang memilih pernyataan kurang setuju dan setuju sangat beda tipis. Pernyataan
kurang setuju dipilih oleh 33 responden (47,8%) sedangkan pernyataan setuju dipilih
31 responden (44,9%). Pernyataan tidak setuju dipilih oleh 5 responden (7,2%). Hasil
dilapangan menjelaskan bahwa masih banyak posisi di Kantor Ditlantas Polda
Sulawesi Selatan yang setiap jabatannya diduduki oleh anggota yang memiliki
keahlian pada bidangnya masing-masing.
Tabel 4.33 Bekerja Sesuai SOP Tanpa Adanya PengawasanItem Pertanyaan Jumlah Presentase (%)
Tidak Sangat Setuju (TSS) 3 4,3%Kurang Setuju (KS) 37 53,6%
Setuju (S) 29 42,0%Sangat Setuju (SS) - -
Jumlah Total 69 100%Sumber : Data Kuesioner 2018
Tabel 4.33 tentang bekerja sesuai SOP tanpa adanya pengawasan, untuk pilihan
responden tentang jawaban pernyataan kurang setuju diisi oleh 37 responden (53,6%),
Pernyataan setuju diisi 29 responden (42,0%) dan pernyataan tidak sangat setuju diisi
oleh 3 responden (4,3%). Berdasarkan hasil dilapangan menjelaskan bahwa
kecenderungan anggota untuk bekerja tidak sesuai SOP masih banyak terjadi salah
satunya untuk urusan pelayanan. Menggunakan pihak ketiga untuk kelancaran
administrasi masih sering terjadi.
79
Berdasarkan hasil analisis data pada dua pernyataan tentang prestasi kerja dapat
disimpulkan pada tabel 4.34 dibawah ini :
Tabel 4.34 Indikator Prestasi KerjaItem-Item
PertanyaanTSS(%)
KS(%)
S(%)
SS(%)
Jumlah(%)
Item 1 7,2 47,8 44,9 - 100Item 2 4,3 53,6 42,0 - 100
Rata-rata (%) 5,75 50,7 43,45 - 100Sumber : Data Kuesioner 2018
Tabel diatas dapat dijelaskan bahwa perolehan atau pilihan responden mengenai
pernyatan yang ada di indikator prestasi kerja paling banyak ialah pernyatan kurang
setuju dengan 50,7%, setuju dengan 43,45%, selanjutnya ditempati oleh pernyataan
tidak sangat setuju 5,75%. Secara keseluruhan bila melihat dari niai yang diberikan
oleh responden menunjukkan bahwa pernyataan yang terdapat dalam indikator
prestasi kerja perbandingan presentasi nilai untuk jawaban kurang setuju dan setuju
tidak terlalu jauh artinya, secara garis besar menunjukkan bahwa masih terdapat
kekurang sempurnaan didalamnya yang harus terus diperbaiki dan dijadikan evaluasi
agar menjadikannya sebuah organisasi yang profersional.
b. Pengenalan Oleh Pihak Lain
Pengenalan oleh pihak lain ialah eksistensi seorang bawahan dalam dunia kantor.
Dapat dikenal oleh pimpinan merupakan sebuah keuntungan tersendiri karena dapat
menggali informasi mengenai pengembangan karir yang sedang dibutuhkan. Dalam
indikator pengenalan oleh pihak lain memiliki dua item pernyataan. Adapun
tanggapan responden mengenai hal ini dapat dilihat pada tabel 4.35 sampai tabel 4.36
berikut ini :
80
Tabel 4.35 Memenuhi Persyaratan Kehadiran dan Disiplin KerjaItem Pertanyaan Jumlah Presentase (%)
Tidak Sangat Setuju (TSS) 2 2,9%Kurang Setuju (KS) 3 4,3%
Setuju (S) 58 84,1%Sangat Setuju (SS) 6 8,7%
Jumlah Total 69 100%Sumber : Data Kuesioner 2018
Berdasarkan tabel diatas, dapat dijelaskan bahwa 58 responden (84,1%) memilih
jawaban atas pernyataan setuju, 6 responden (8,7%) memilih pernyataan sangat
setuju, 3 responden (4,3%) memilih pernyataan kurang setuju, dan 2 responden
(2,9%) memilih jawaban tidak sangat setuju. Hasil dilapangan menunjukkan
berdasarkan dari hasil evaluasi bulanan yang sering dilakukan taraf hadir anggota di
Kantor Ditlantas Polda Sulawesi Selatan masih dalam kategori yang baik.
Tabel 4.36 Bekerja LemburItem Pertanyaan Jumlah Presentase (%)
Tidak Sangat Setuju (TSS) 3 4,3%Kurang Setuju (KS) 5 7,2%
Setuju (S) 61 88,4%Sangat Setuju (SS) - -
Jumlah Total 69 100%Sumber : Data Kuesioner 2018
Tabel diatas menyatakan bahwa pilihan responden paling banyak pada
pernyataan setuju yaitu sebesar 61 responden (88,4%), 5 responden (7,2%) memilih
jawaban kurang setuju, dan 3 responden (4,3%) memilih jawaban tidak sangat setuju.
Berdasarkan hasil dilapangan menunjukkan bahwa dengan adanya piket atau jaga
malam yang rutin dilakukan tiap hari dengan sistem perubahan anggota yang berjaga
tiap harinya membuatnya menjadi merata.
Berdasarkan hasil analisis data pada dua pernyataan tentang pengenalan oleh
pihak lain dapat disimpulkan pada tabel 4.37 dibawah ini :
81
Tabel 4.37 Indikator Pengenalan Oleh Pihak LainItem-Item
PertanyaanTSS(%)
KS(%)
S(%)
SS(%)
Jumlah(%)
Item 1 2,9 4,3 84,1 8,7 100Item 2 4,3 7,2 88,4 - 100
Rata-rata (%) 3.6 5,75 86,25 4,35 100Sumber : Data Kuesioner 2018
Tabel diatas dapat dijelaskan bahwa perolehan atau pilihan responden mengenai
pernyatan yang ada di indikator ini paling banyak ialah pernyatan setuju dengan
86,25%, ditempati oleh pernyataan kurang setuju dengan 5,75%, pernyataan sangat
setuju diisi 4,35% dan pernyataan tidak sangat setuju 3,6%. Perihal indikator ini,
kebanyakan responden memilih untuk menjawab setuju yang artinya membenarkan
bahwa pentingnya pengaruh dari besarnya sebuah nama yang dimiliki oleh individu
agar mudah untuk diingat oleh orang yang memiliki pengaruh.
c. Kesempatan Untuk Tumbuh
Memberikan banyak lowongan atau penawaran kepada tiap anggota untuk
meningkatkan jenjang karirnya menjadi suatu keistimewaan tersendiri, dengan
adanya kesempatan untuk meningkatkan karir diharapkan anggota mampu memiliki
motivasi untuk terus bekerja dan mengejar apa yang diinginkan. Dalam indikator ini
terdapat 3 item pernyataan yang akan di jawab oleh 69 responden yang dapat dilihat
pada tabel 4.38 sampai tabel 4.40 berikut ini :
Tabel 4.38 Menambahkan Spesifikasi KerjaItem Pertanyaan Jumlah Presentase (%)
Tidak Sangat Setuju (TSS) - -Kurang Setuju (KS) - -
Setuju (S) 59 85,5%Sangat Setuju (SS) 10 14,5%
Jumlah Total 69 100%Sumber : Data Kuesioner 2018
82
Berdasarkan dari tabel 4.38 diatas menurut jawaban yang diberikan oleh
responden dimana pemilih jawaban setuju sebanyak 59 responden (85,5%),
pernyataan sangat setuju diisi oleh 10 responden (14,5%). Hasil dilapangan
menunjukkan banyak anggota yang mengambil jenis pelatihan atau masuk dalam
pusat pendidikan yang sesuai dengan bidang yang telah disediakan oleh Polri untuk
menunjang kenaikan jabatan bagi anggotanya.
Tabel 4.39 Mengikuti Program Pelatihan Untuk Peningkatan Jenjang KarirItem Pertanyaan Jumlah Presentase (%)
Tidak Sangat Setuju (TSS) 3 4,3%Kurang Setuju (KS) 6 8,7%
Setuju (S) 59 85,5%Sangat Setuju (SS) 1 1,4%
Jumlah Total 69 100%Sumber : Data Kuesioner 2018
Berdasarkan dari tabel 4.39 tentang mengikuti program pelatihan untuk
peningkatan jenjang karir, menurut jawaban yang diberikan oleh responden dimana
pemilih jawaban setuju sebanyak 59 responden (85,5%), kurang setuju 6 responden
(8,7%), 3 responden (4,3%) untuk pernyataan tidak sangat setuju, dan 1 responden
pada pernyataan sangat setuju. Hasil dilapangan menunjukkan bahwa seluruh
anggota wajib mengikuti sekolah atau pelatihan untuk pengembangan karir mereka.
Selain untuk meningkatkan kualitas anggota, memberdayakan sumber daya yang
mereka miliki untuk memasukkan pada program tertentu.
Berdasarkan hasil analisis data pada 3 pernyataan tentang kesempatan untuk
tumbuh dapat disimpulkan pada tabel 4.40 berikut ini :
83
Tabel 4.40 Indikator Kesempatan Untuk TumbuhItem-Item
PertanyaanTSS(%)
KS(%)
S(%)
SS(%)
Jumlah(%)
Item 1 - - 85,5 14,5 100Item 2 4,3 8,7 85,5 1,4 100
Rata-rata (%) 2,15 4,35 85,5 7,95 100Sumber : Data Kuesioner 2018
Tabel diatas dapat dijelaskan bahwa perolehan atau pilihan responden mengenai
pernyatan yang ada di indikator ini paling banyak ialah pernyatan setuju dengan
85,5%, pernyataan kurang setuju dengan 4,35%, ditempati oleh pernyataan sangat
setuju diisi 7,95%, dan yang terakhir ialah pernyataan tidak sangat setuju 2,15%.
Berdasarkan hasil analisis data pada indikator-indikator yang terdapat variabel
pengembangan karir (Y) dapat disimpulkan dalam tabel dibawah ini :
Tabel 4.41 Tanggapan Responden Terhadap Pengembangan Karir (Y)Pertanyaan Jawaban Responden Skor
TSS KS S SS∑ % ∑ % ∑ % ∑ %
Item 1 5 7,2 33 47,8 31 44,9 - - 164Item 2 3 4,3 37 53,6 29 42,0 - - 164Item 3 2 2,9 3 4,3 58 84,1 6 8,7 206Item 4 3 4,3 5 7,2 61 88,4 - - 196Item 5 - - - - 59 85,5 10 14,5 217Item 6 3 4,3 6 8,7 59 85,5 1 1,4 196
Skor Total 1.143Rata-Rata 190
Sumber : Data kuesioner yang telah diolah 2018
Tabel 4.41 diatas, mengenai tanggapan responden terhadap pengembangan karir
sebagai variabel Y mendapatkan total skor sebanyak 1.143 dengan rata-rata skor 196
dari total pertanyaan delapan item yang diperoleh dari 4 indikator variabel tentang
pengembangan karir. Jawaban dari pernyataan yang memiliki jumlah tertinggi diberi
dengan skor 4 dan yang terendah diberi skor 1. Agar dapat mengetahui maksimum
kedua variabel pengembangan karir ialah sebagai berikut :
84
Skor Maksimum = Skor tertinggi item pernyataan × N × item pernyataan
= 4 × 69 × 6
= 1.656
Berdasarkan dari hasil penelitian pengembangan karir di Kantor Ditlantas Polda
Sulawesi Selatan diperoleh dari jumlah skor hasil perolehan dalam pengumpulan
data kuesioner dengan yang terbesar 1.143 maka melihat tanggapan dari 69
responden terhadap pengembangan kariri di Kantor Ditlantas Polda Sulawesi Selatan
ialah : Skor PerolehanSkor Maximum x 100% = 1.1431.656 x 100% = 69,02%Maka hasil penelitian di Kantor Ditlantas Polda Sulawesi Selatan sebesar 69,69%
yang menunjukkan bahwa penilaian responden terhadap variabel Y berada pada
penilaian baik, berikut tabel kontinum (Sugiyono, 2010) :
0 20 40 60 80 100
69,02%
Tidak Baik Kurang Baik Cukup Baik Baik Sangat Baik
Keterangan Interprestasi Skor
Angka 0% - 19% = tidak baik
Angka 20% - 39% = kurang baik
Angka 40% - 59% = cukup baik
Angka 60% - 79% = baik
Angka 80% - 100% = sangat baik
85
0 414 828 1.242 1.656
TSS KS S SS
Keterangan:
Tidak Sangat Setuju (TSS) = 1 = 1× 69× 6 = 414
Kurang Setuju (KS) = 2 = 2 × 69× 6 = 828
Setuju (S) = 3 = 3 × 69× 6 = 1.242
Sangat Setuju (SS) = 4 = 4 × 69× 6 = 1.656
Berdasarkan hasil penelitian di Kantor Ditlantas Polda Sulawesi Selatan sebesar
69,02% yang menunjukkan bahwa pengembangan karir berada pada penilaian baik.
Hal ini menunjukkan bahwa pada kantor tersebut menerapkan pengembangan karir
dengan baik, hal tersebut dapat dilihat dari kategori kontinum skor yang berada pada
kategori baik yakni 60% - 80% sedangkan perolehan nilai persen dari 69 responden
sebesar 69,02%. Hasil yang dihasilkan bila disandingkan dengan hasil observasi
yang terjadi dilapangan menunjukkan bahwa dalam gaya kepemimpinan
transaksional masih terdapat penyimpangan didalamnya, terkhusus untuk kasus yang
menyangkut perihal pemberian kelancaran dalam meningkatkan jenjang karir
seorang anggota kepolisian berupa beban biaya yang harus dikeluarkan yang
berbeda-beda disetiap posisi atau karir yang diinginkan. Masih banyaknya kasus
seperti ini, membuat anggota menjadi acuh terhadap karir kepolisiannya sehingga
tidak dipungkiri keterlambatan untuk naik jabatan sangat banyak terjadi. Pemberian
biaya untuk kelancaran ini diberikan kepada mereka yang memiliki pengaruh yang
besar terhadap pengurusan pengembangan karir.
86
D. Analisis Data
1. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk menguji sejauh mana ketepatan alat pengukur
dapat mengungkapkan konsep gejala ataupun kejadian yang diukur. Item kuesioner
akan dinyatakan valid apabila nila r hitung > r tabel. Uji validitas mengenai variabel
dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.42 Hasil Uji ValiditasNo Variabel r hitung r tabel Keterangan
Gaya Kepemimpinan Transformasional (X1)1 P1 0,564 0,235 Valid2 P2 0,615 0,235 Valid3 P3 0,506 0,235 Valid4 P4 0,652 0,235 Valid5 P5 0,732 0,235 Valid6 P6 0,803 0,235 Valid7 P7 0,667 0,235 Valid8 P8 0,619 0,235 Valid9 P9 0,576 0,235 Valid
Gaya Kepemimpinan Transaksional (X2)1 P1 0,636 0,235 Valid2 P2 0,699 0,235 Valid3 P3 0,831 0,235 Valid4 P4 0,755 0,235 Valid5 P5 0,741 0,235 Valid6 P6 0,613 0,235 Valid7 P7 0,239 0,235 Valid
Pengembangan Karir (Y)1 P1 0,455 0,235 Valid2 P2 0,834 0,235 Valid3 P3 0,809 0,235 Valid4 P4 0,917 0,235 Valid5 P5 0,853 0,235 Valid6 P6 0,261 0,235 Valid
Sumber : Data kuesioner yang telah diolah, 2018
87
Tabel diatas menunjukkan bahwa korelasi untuk masing-masing indikator di tiap
variabel menunjukkan hasil yang signifikan, r hasil > r tabel yang artinya semua item
pernyataan dinyatakan valid.
2. Uji Realibilitas
Uji reabilitas digunakan untuk menguji sejauh mana kendala suatu alat pengukur
untuk dapat digunakan lagi untuk penelitian yang sama. pengujian reabilitas dalam
penelitian ini adalah dengan menggunakan rumus Alpha. Hasil uji reabilitas untuk
masing-masing variabel dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.43 Hasil Uji ReabilitasVariabel Alpha Keterangan
Gaya KepemimpinanTransformasional (X1)
0,817 Realibel
Gaya KepemimpinanTransaksional (X2)
0,765 Realibel
Pengembangan Karir(Y)
0,776 Realibel
Sumber : Data kuesioner yang telah diolah, 2018
Hasil uji realibilitas tersebut menunjukkan bahwa semua variabel mempunyai
kuerfisien alpha yang besar yaitu diatas 0,60 yang artinya semua variabel dalam
konsep pengukuran ialah realibel sehingga untuk selanjutnya item-iitem pada
masing-masing konsep variabel tersebut layak digunakan sebagai alat ukur.
E. Uji Asumsi Klasik
1. Uji Multikolinieritas
Pengujian multikolinieritas bertujuan untuk mengetahui hubungan yang
sempurna antar variabel bebas dalam model regresi. Gejala multikolinieritas dapat
88
dilihat dari nilai tolerance dan nilai Varian Inflation Factor (VIF). Bila nilai VIF
lebih kecil dari 10 dan nilai toleransinya diatas 0,1 atau 10% maka dapat disimpulkan
bahwa model regresi tersebut tidak terjadi multikolinieritas (Ghozali, 2005).
Tabel 4.44 Hasil Uji MultikolinieritasNo Variabel Bebas Nilai Tolerance Nilai VIF (%)1 Gaya Kepemimpinan
Transformasional (X1)0,733 1,365
2 Gaya KepemimpinanTransaksional (X2)
0,733 1,365
Sumber : Data kuesioner yang telah diolah, 2018
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa nilai VIF semua variabel bebas dalam
penelitian ini lebih kecil dari 10 sedangkan nilai toleransi semua variabel bebas lebih
dari 10% yang dimana kedua variabelnya memiliki nilai yang sama, artinya gejala
multikolinieritas tidak dapat terdeteksi.
2. Uji Heterokedastisitas
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi
ketidaksamaan varians dari residual, dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain.
jika varians dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka
disebut homoskedastisitas dan jika varians berbeda, disebut heterokedastisitas.
Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heterokedastisitas dan dapat digunakan
pada metode grafik Scatterplot yang dihasilkan dari output program SPSS versi 23,
apabila pada gambar menunjukkan bahwa titik-titik menyebar secara acak serta
tersebar baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka hal ini dapat
disimpulkan tidak terjadi adanya heterokedastisitas pada model regresi (Ghozali,
2005).
89
Gambar 4.2 Hasil Pengujian Heterokedastisitas
Sumber : Data kuesioner yang telah diolah, 2018
Dari grafik diatas dapat terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak dan tidak
membentuk sebuah pola, hal ini berarti tidak terjadi penyimpangan asumsi
heterokedastisitas pada model regresi yang dibuat.
3. Uji Normalitas
Hal ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel bebas dan
terikat, keduanya terdistribusikan secara normal ataukah tidak. Normalitas data
dalam penelitian dilihat dengan cara memperhatikan titik-titik pada Normal P-Plot of
Regression Standardized Residual dari variabel terikat. Persyaratan dari uji
normalitas adalah jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah
garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Jika data menyebar
jauh dari garis diagonal atau tidak mengikuti garis diagonal, maka model regresi
tidak memenuhi asumsi normalitas.
90
Gambar 4.3 Hasil Pengujian Normalitas
Sumber : Data kuesioner yang telah diolah, 2018
Dari gambar diatas menunjukkan bahwa semua data tidak berdistribusi secara
normal dan merata disekitar garis diagonal bahkan berada pada kejauhan. Untuk
lebih menyakinkan berikut tabel penjelasannya menggunakan tes kolmogorov-
smirnov:
Tabel 4.45 Uji Tes Kolmogorov-Smirnov
Sumber : Data kuesioner yang telah diolah, 2018
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized ResidualN 69Normal Parametersa,b Mean ,0000000
Std. Deviation 1,54948095Most Extreme Differences Absolute ,155
Positive ,155Negative -,078
Test Statistic ,155Asymp. Sig. (2-tailed) ,000c
a. Test distribution is Normal.b. Calculated from data.c. Lilliefors Significance Correction.
91
Menggunakan dasar pengambilan keputusan yaitu data berdistribusi normal,
jika nilai sig (signifikansi) > 0,05 maka data berdistribusi secara normal dan apabila
nilai sig (signifikansi) < 0,05 artinya data berdistribusi tidak secara normal. Tabel
4.44 diatas dapat menjelaskan bahwa pada test statistic diperoleh 0,155 dengan
besaran signifikansi sebesar 0,000 yang artinya lebih kecil dari 0,05 dan dapat
disimpulkan bahwa data tidak terdistribusi secara normal.
F. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional (X1) dan Transaksional(X2) Terhadap Pengembangan Karir (Y)
Untuk melihat pengaruh terhadap variabel yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu gaya kepemimpinan transformasional (X1), gaya kepemimpinan transaksional
(X2) dan pengembangan karir (Y) dapat menggunakan uji model persamaan regresi.
Adapum hasil analisis regresi berganda dapat dilihat pada tabel berikut ini dengan
diolah menggunakan bantuan SPSS Versi 23.0 :
Tabel 4.46 Hasil Estimasi RegresiCoefficientsa
Model
UnstandardizedCoefficients
StandardizedCoefficients
t Sig.BStd.Error Beta
1 (Constant) 31,647 2,312 13,687 ,000Gaya KepemimpinanTransformasional (X1) -,349 ,074 -,487 -4,742 ,000
Gaya KepemimpinanTransaksional (X2) -,314 ,104 -,311 -3,033 ,003
a. Dependent Variable: Pengembangan Karir (Y)Sumber : Data kuesioner yang telah diolah, 2018
Adapun rumus model persamaan regresi yang digunakan dalam menentukan
pengaruh variabel ini dapat diketahui persamaan regresi yang terbentuk ialah :
Y = 31,647 + - 0,349 X1 + - 0,314 X2
92
Keterangan :
Y = Pengembangan Karir
X1 = Gaya Kepemimpinan Transformasional
X2 = Gaya Kepemimpinan Transaksional
Dari persamaan tersebut dapat dijelaskan bahwa untuk variabel gaya
kepemimpinan transformasional mendapatkan nilai koefisien -0,349 yang artinya
gaya kepemimpinan tranformasional kurang mendapatkan yang baik, sedangkan
gaya kepemimpinan transaksional mendapatkan nilai koefisien sebesar -0,314
dengan nilai baik dan apabila disandingkan dengan pengembangan karir bila terus
mengalami peningkatan atau pembaharuan terhadap yang dimilikinya maka akan
semakin baik.
G. Uji Hipotesis
1. Uji Statistik F
Dalam hal ini, model persamaan regresi yang baik adalah yang memenuhi
persyaratan asumsi klasik, namun bila melihat hasil dari uji asumsi klasik
sebelumnya dimana hanya uji normalitas yang mendapatkan hasil adanya data yang
tidak terdistribusi secara normal. Hasil analisis regresi ini digunakan untuk kembali
menguji hipotesis tentang pengaruh secara parsial antar variabel bebas terhadap
variabel terikat yang diberikan oleh 69 responden yang telah dipilih dalam peneltian
ini.
93
Tabel 4.47 Hasil Analisis Regresi Secara SimultanANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.1 Regression 157,174 2 78,587 31,770 ,000b
Residual 163,261 66 2,474
Total 320,435 68
a. Dependent Variable: Pengembangan Karir (Y)b. Predictors: (Constant), Gaya Kepemimpinan Transaksional (X2), Gaya KepemimpinanTransformasional (X1)
Sumber : Data kuesioner yang telah diolah, 2018
Dapat dilihat pada tabel diatas, anova digunakan untuk model untuk menentukan
model persamaan regresi berganda yang diketahui bahwa nilai F hitung = 31.770
dengan tingkat signifikan sebesar 0,000 yang artinya lebih kecil <0,05 maka variabel
gaya kepemimpinan transformasional (X1) dan gaya kepemimpinan transaksional (X2)
pengaruh terhadap variabel pengembangan karir (Y) yang artinya benar adanya
pengaruh di Kantor Ditlantas Polda Sulawesi Selatan.
2. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Tabel 4.48 Tabel Koefisien DeterminasiModel Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate1 ,700a ,491 ,475 1,57278
a. Predictors: (Constant), Gaya Kepemimpinan Transaksional (X2), Gaya Kepemimpinan
Transformasional (X1)
b. Dependent Variable: Pengembangan Karir (Y)
Sumber : olahan data SPSS 2018
Berdasarkan hasil analisis data statisitik pada tabel 4.47 model summary,
menjelaskan besarnya nilai korelasi atau hubungan (R) sebesar 0,700. Dari besarnya
pengaruh variabel independen atau gaya kepemimpinan transformasional dan
transaksional terhadap variabel dependen atau pengembangan karir ditunjukkan oleh
nilai Adjusted R Square sebesar 0,475% artinya 40,75% besarnya pengaruh variabel
94
independen atau gaya kepemimpinan transformasional (X1) dan gaya kepemimpinan
transaksional (X2) terhadap pengembangan karir (Y) di Kantor Ditlantas Polda
Sulawesi Selatan yang artinya terdapat variabel lain yang tidak diajukan dalam
penelitian ini.
3. Uji Signifikasi Pengaruh Parsial (Uji t)
Tabel 4.49 Hasil Uji t Secara ParsialVariabel Bebas T hitung Sig. t
Gaya Kepemimpinan Transformasional(X1)
-4,742 0,000
Gaya Kepemimpinan Transaksional(X2)
-3,033 0,003
Sumber : Data kuesioner yang telah diolah, 2018
a. Pengujian Hipotesisi 1 (H1)
Ho : βi > 0,05 tidak ada pengaruh positif antara gaya kepemimpinan transformasional
terhadap pengembangan karir.
Ha : βi < 0,05 terdapat pengaruh positif antara gaya kepemimpinan transformasional
terhadap pengembangan karir.
Dari tabel 4.48 terlihat bahwa hasil pengujian hipotesis gaya kepemimpinan
transformasional menunjukkan nilai t hitung sebesar -4,742 dengan taraf signifikansi
0,000. Taraf signifikansi tersebut lebih kecil < 0,05 yang artinya berarti bahwa hipotesis
dalam penelitian ini menerima Ha dan menolak ho. Dengan demikian berarti bahwa
hipotesis H1 “gaya kepemimpinan transformasional berpengaruh positif terhadap
pengembangan karir anggota kepolisian di Kantor Ditlantas Polda Sulawesi Selatan”
diterima.
95
b. Pengujian Hipotesisi 2 (H2)
Ho : βi > 0,05 tidak ada pengaruh positif antara gaya kepemimpinan transaksional
dengan pengembangan karir.
Ha : βi < 0,05 terdapat pengaruh positif antara gaya kepemimpinan transaksional
dengan pengembangan karir.
Dari tabel 4.48 terlihat bahwa hasil pengujian hipotesis gaya kepemimpinan
transaksional menunjukkan nilai t hitung sebesar -3,033 dengan taraf signifikansi 0,003.
Taraf signifikansi tersebut lebih kecil < 0,05 yang artinya berarti bahwa hipotesis dalam
penelitian ini menerima Ha dan menolak Ho. Dengan demikian berarti bahwa hipotesis
H2 “gaya kepemimpinan transaksional berpengaruh positif terhadap pengembangan
karir anggota kepolisian di Kantor Ditlantas Polda Sulawesi Selatan” diterima
H. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengujian secara statistik dapat terlihat dengan jelas bahwa
parsial (individu) semua variabel bebas tersebut bersifat positif artinya semakin
tinggi gaya kepemimpinan transformasional dan transaksional maka mengakibatkan
semakin tinggi pula pengembangan karir seorang anggota yang akan diciptakan.
Hasil inilah yang sesuai dengan hipotesis yang telah dibuat. Hasil penelitian ini juga
sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya. Penjelasan dari masing-masing pengaruh
variabel dijelaskan sebagai berikut :
1. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional terhadap PengembanganKarir Anggota Kepolisian Di Kantor Ditlantas Polda Sulawesi Selatan
Hasil pengujian hipotesis (H1) membuktikan bahwa terdapat pengaruh yang
positif antara gaya kepemimpinan transformasional terhadap pengembangan karir.
96
Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan diperoleh nilai t hitung sebesarm
-4,742 dengan taraf signifikansi hasil sebesar 0,000 tersebut lebih kecil <0,05 maka
hipotesisnya, Ha diterima dan Ho ditolak. Secara statistik angka itu dinyatakan valid
dan diterima sebagai tanda bahwa adanya pengaruh gaya kepemimpinan
tranformasional terhadap pengembangan karir di Kantor Ditlantas Polda Sulawesi
Selatan.
Sejalan dengan hasil yang diberikan dari olahan data tersebut bahwa didalam
gaya kepemimpinan transformasional, kenyamanan anggota dalam melakukan kerja
sama dengan pimpinannya diantaranya ialah adanya keterikatan hubungan emosional
dengan pemimpin dan anggota, mengayomi, memberikan arahan yang bijak terhadap
langkah yang harus dibangun oleh anggotanya demi menjaga kualitas diri mereka
dalam kantor, pemimpin yang memiliki pemikiran dan sifat terbuka akan hal-hal
yang berkembangan dan maju. Hal-hal seperti itu bila dimiliki oleh setiap pemimpin
terhadap anggotanya dampaknya akan sangat baik selain anggota akan bersifat
kooperatif terhadap arahan dan petunjuk yang diberikan oleh atasannya, anggota juga
merasakan kedekatan dengan atasannya dan merasa diperhatikan olehnya. Kantor
Ditlantas Polda Sulawesi Selatan, sebagai lokasi penelitian dimana pemimpinnya
memperlihatkan adanya gaya kepemimpinan transformasional kepada anggotanya
dan terbukti bahwa apa yang diberikan oleh pimpinan mereka selama melakukan
kerjasama untuk mencapai tujuan organisasi kenyamanan, selalu diperhatikan,
diberikan motivasi untuk berkembang secara baik, maupun sebagai mentor dalam
bertukar pengalaman karir selalu diberikan oleh pimpinan mereka terhadap
anggotanya. Selain itu status kepemilikian karakter setiap pemimpin berbeda dengan
97
yang lainnya, kesuksesan dan keberhadilan penerapan gaya kepemimpinan
transformasional tidak lepas dari bagaimana seorang pemimpin mampu
mengendalikan dan memberikan status kepercayaannya kepada anggotanya.
Kesamaan visi dan misi dan kecakapan pemimpin menyadari kadar kemampuan,
kepekaan, dan kesigapan anggota dirasa harus mendominasi untuk memahami
anggotanya.
Simamora (2004) yang mengatakan bahwa secara objektif karir seorang pegawai
dapat memenuhi suatu spesifikasi tertentu bila didukung oleh faktor keberhasilan
salah satunya ialah sikap atasan. Pemimpin yang memberikan kenyaman maupun
perhatian terhadap pegawainya membuat hubungan diantara keduanya memiliki
ikatan emosional yang kuat dan berdampak baik bagi kelangsungan hidup organisasi
yang dipimpinnya.
Hal ini bila dikaitkan dengan teori yang dikemukakan oleh Andy, dkk (2013)
mengatakan bahwa kepemimpinan transformasional kadang diartikan melalui sebuah
dampak terhadap bagaimana seorang pemimpin memperkuat sikapnya, saling bekerja
sama maupun mempercayai kemanjuran diri secara kolektif dan pembelajaran tim.
Ada juga Bass dalam Hughes, dkk (2015) yang menyakini bahwa pemimpinan
transformasional memiliki visi, keahlian retorika dan pengelolaan kesan yang baik
dan digunakannya kearah mengembangkan sebuah ikatan emosional yang lebih kuat
dengan pengikutnya.
Kedua landasan teori itu yang penulis gunakan juga sejalan dengan apa yang
diperoleh baik dari kuesioner yang dibagikan maupun berdasarkan pengamatan
langsung di lapangan. Komponen yang digunakan sebagai bahan penelitian
98
mengenai gaya kepemimpinan transformasional yang dalam bukunya, Agus dan
Muhith (2013) yaitu idealized influence, inspiration motivation, intelectual
stimulation, dan individual conciderent. Masing-masing ke empat komponen dari
gaya kepemimpinan transformasional itu memiliki nilainya sendiri-sendiri terhadap
pengaruh yang dihasilkannya. Selain itu, hal yang mendukung hasil terhadap
penelitian ini terdapat pada penelitian sebelumnya yang dilakukan Tantami,
Pradhanawati, dan Susanto (2012) yang menguji tentang budaya organisasi dan gaya
kepemimpinan tranformasional terhadap kinerja karyawan yang mendapatkan hasil
yang signifikan.
2. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transaksional terhadap PengembanganKarir Anggota Kepolisian Di Kantor Ditlantas Polda Sulawesi Selatan
Hasil pengujian hipotesis (H2) membuktikan bahwa terdapat pengaruh yang
positif antara gaya kepemimpinan transaksional terhadap pengembangan karir.
Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan diperoleh nilai t hitung sebesarm
-3,033 dengan taraf signifikansi hasil sebesar 0,003 tersebut lebih kecil < 0,05 maka
Ha diterima dan Ho ditolak. Secara statistik, hasil tersebut mengatakan bahwa terjadi
pengaruh diantara gaya kepemimpinan transaksional terhadap pengembangan karir di
Kantor Ditlantas Polda Sulawesi Selatan.
Gaya kepemimpinan transaksional yang terjadi ialah dimana setiap anggota yang
memiliki spesifikasi tertentu untuk memberikan pelatihan maupun bimbingan
sebagai bahan ajar didunia per-lalu-lintasan akan diberikan reward atas apa yang
telah dilakukannya. Sikap pimpinan yang selalu melemparkan setiap kesempatan ini
terhadap anggotanya membuat bawahannya menjadi memiliki pengalaman dan
99
motivasi diri untuk mencoba dan berkembangan agar mendapatkan popularitas atau
kesamaan. Anggota merasa puas terhadap reward yang ia dapatkan dan sebanding
dengan apa yang telah diperoleh atau punya. Adanya saling menguntungkan dalam
sebuah kepemimpinan yang terjalin hubungan satu sama lain atau memiliki
hubungan pertukaran demi pemenuhan suatu kebutuhan baik dari pemipin maupun
pengikutnya. Termasuk jika kita menilisik lebih dalam lagi mengenai hal saling
untung-menguntungkan yaitu masalah transaksi kelancaran karir, pengembangan
karir akan lancar dan bila kita bertemu atau mendapatkan arahan dari orang-orang
yang memiliki pengaruh yang besar dalam dunianya. Adanya timbal balik terhadap
apa yang diberikan dan diterima menjadikan sebuah imbalan tersendiri dalam proses
penaikan karir seseorang. Hal seperti ini yang seharusnya menjadi pertimbangan
untuk dikendalikan karena bila melihat garis secara umum masa abdi dalam satu
kepangkatan atau posisi memiliki batas waktu tertentu untuk naik kejenjang atau
tingkatan selanjutnya, namun untuk mencapai proses tercepatnya dapat dilalui
dengan mengorbankan beberapa bagian.
Dalam gaya kepemimpinan transaksional, pemimpin dengan tipe seperti ini
dinyakini dapat memotivasi pengikutnya dengan cara menetapkan tujuan dan
menjanjikan imbalan bagi kinerja yang baik. Dalam bukunya, Agus dan Muhith
(2013) menjelaskan bahwa kepemimpinan transaksional menekankan proses
hubungan pertukaran yang bernilai ekonomi yang telah mereka buat secara bersama
atau pemimpin yang berhasil memotivasi bawahannya dengan cara memberikan
imbalan terhadap apa yang telah dirinya lakukan. Komponen yang diujikan dalam
gaya kepemimpinan transaksional ini berlandaskan dari Adhistya (2013) yang
100
menyebutkan ada tiga faktor yang mempengaruhi gaya ini yaitu, contigent reward,
management by excation, dan laissez faire.
Kepemimpinan yang transaksional akan berdampak positif pada tingkat
kepuasan dan kinerja pengikutnya, tetapi terkadang perilaku ini seing kali kurang
dimanfaatkan dikarenakan batasan waktu, kurangnya keahlian pemimpin serta
ketidakpercayaan di kalangan pimpinan bahwa imbalan dapat mendorong kinerja
yang lebih baik. Tapi hal tesebut akan terjawabkan bila dikaitkan dengan Simamora
(2004) bahwa dalam pengembangan karir seseorang pegawai, sikap atasan,
pengalaman kerja, prestasi kerja maupun produktivitas kerja, mampu
mengembangkan karir seseorang dalam organisasinya sendiri. Bahkan, gaya
kepemimpinan transaksional dapat dijadikan sebagai suatu acuan semangat bagi
pegawai dikarenakan semakin tinggi kualitas karir seseorang maka semakin besar
juga reward yang diperoleh dari anggotanya. Penelitian jenis ini juga didukung oleh
penelitian sebelumnya yang dilakukan Adhistya (2013) yang menguji tentang gaya
kepemimpinan transformasional dan transaksional terhadap kiinerja pegawai yang
mendapatkan hasil yang signifikan.
3. Gaya Kepemimpinan Transformasional Atau Transaksional Yang PalingDominan Berpengaruh Terhadap Pengembangan Karir AnggotaKepolisian Di Kantor Ditlantas Polda Sulawesi Selatan
Pertama, berdasarkan dari hasil uji secara simultan mengenai pengaruh gaya
kepemimpinan transformasional dan transaksional terhadap pengembangan karir
anggota kepolisian di Kantor Ditlantas Polda Sulawesi Selatan diperoleh bahwa nilai
F hitung sebesar 31.770 dengan taraf signifikan sebesar 0,000 lebih kecil dari < 0,05.
Secara statistik artinya, kedua variabel tersebut memiliki pengaruh terhadap
101
pengembangan karir. Secara garis besar, adanya pengaruh tersebut sebagaimana telah
dijelaskan secara detail dalam pembahasan sebelumnya diatas mengenai gaya
kepemimpinan transformasional dan transaksional yang dimana memiliki
pendapatnya masing-masing dari anggota terhadap kepemimpinan yang dijalankan
oleh pimpinannya di Kantor Ditlantas Polda Sulawesi Selatan, banyaknya hal-hal
positif yang dirasakan oleh anggota mampu membangkitkan semangat dan integritas.
Dalam bukunya Hughes, dkk (2015) menyebutkan bahwa dalam gaya kepemimpinan
transformasional, pemimpin harus menjadikan para pengikutnya lebih menyadari
sebuah kepentingan serta nilai dari sebuah pekerjaan dan mampu membujuk
pengikutnya untuk tidak mendahulukan kepentingan pribadi diatas kepentingan
organasasi. Begitu juga dalam gaya kepemimpinan transaksional yang dimana dapat
memotivasi para pengikutnya dengan menetapkan sebuah tujuan dan menjanjikan
imbala bagi kinerja yang baik dan akan memiliki dampat positif terhadap tingkat
kepuasan serta kinerja para pengikutnya.
Kedua, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan
transformasional memiliki pengaruh paling dominan bila dibandingkan dengan
transaksional dikarenakan dalam gaya kepemimpinan transformasional
membutuhkan perhatian pimpinan dan loyalitas pemimpin untuk mendekatkan
pengikutnya agar kerjasama untuk mencapai tujuan dalam sebuah organisasi itu
dapat tercapai, yaitu salah satu caranya dengan pengembangan karir anggota-nya
sendiri. Nilai t hitung yang diperoleh untuk gaya kepemimpinan transformasional
sebesar -4,742 dan gaya kepemimpinan transaksional sebesar -3,033. Hubungan
emosional dan perhatian yang diberikan tiap individu dipercaya mampu
102
membangkitkaan semangat dan kesetiaan anggota terhadap apa yang diberikan oleh
pimpinannya. Lebih dominannya gaya kepemimpinan transformasional terhadap
pengembangan karir dikarenakan, hasil penelitian ini didukung oleh pernyataan yang
telah dibahas sebelumnya diatas yang bila dapat ditarik benang merahnya ialah
kepemimpinan transformasional memiliki sebuah dampak terhadap bagaimana
seorang pemimpin memperkuat sikapnya, saling bekerja sama maupun mempercayai
kemanjuran diri secara kolektif dan pembelajaran tim (Andy, dkk 2013) dan
pemimpinan transformasional dipercaya memiliki visi, keahlian retorika dan
pengelolaan kesan yang baik dan digunakannya kearah mengembangkan sebuah
ikatan emosional yang lebih kuat dengan pengikutnya (Bass dalam Hughes, dkk
2015).
103
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan dari apa yang telah diperoleh selama melakukan penelitian di
Kantor Ditlantas Polda Sulawesi Selatan, dapat disimpulkan bahwa :
1. Secara statistik, hasil dari olahan data tentang gaya kepemimpinan
transformasional terhadap pengembangan karir diperoleh nilai t hitung sebanyak
-4,742 dengan taraf signifikan sebesar 0,000 lebih kecil dari < 0,05 yang artinya,
gaya kepemimpinan transformasional memiliki pengaruh terhadap
pengembangan karir. Hal ini dapat ditandai dengan adanya hubungan emosional
yang erat yang telah dibangun oleh pimpinan dengan anggotanya. Sikap
pimpinan yang selalu memberikan motivasi, semangat dan dorongan yang
berguna baik dari individu anggotanya maupun pengembangan karirnya diterima
dengan baik oleh anggotanya.
2. Secara statistik, hasil dari olahan data tentang gaya kepemimpinan transaksional
terhadap pengembangan karir diperoleh nilai t hitung sebanyak -3,033 dengan
taraf signifikan sebesar 0,003 lebih kecil dari < 0,05 yang artinya, gaya
kepemimpinan transaksional memiliki pengaruh terhadap pengembangan karir.
Dikatakan seperti itu, karena dalam gaya kepemimpinan transaksional anggota
merasa tertantang untuk meningkatkan kualitas karir maupun individu mereka
karena pimpinan selalu melemparkan kesempatan yang sama terhadap semua
aggotanya agar terjadi penyamarataan baik untuk reward maupun hal lainnya.
104
3. Secara simultan pengaruh gaya kepemimpinan transformasional dan
transaksional terhadap pengembangan karir diperoleh nilai F hitung sebesar
31.770 dengan taraf signifikan sebesar 0,000 lebih kecil dari < 0,05 yang artinya,
gaya kepemimpinan transformasional dan transaksional memiliki pengaruh
terhadap pengembangan karir. Artinya, kedua gaya kepemimpinan yang dipilih
mampu memberikan semangat serta integritas kepada anggotanya berkat dari
pimpinan yang pintar mencari sebuah kenyamanan untuk anggotanya dalam
membangun kerjasama dalam organisasi. Gaya kepemimpinan transformasional
berdasarkan dari segi hasil olahan data maupun opini para anggota gaya
kepemimpinan ini lebih unggul dibandingkan dengan gaya kepemimpinan
transaksional. Walaupun sama-sama memiliki pengaruh terhadap pengembangan
karir, tapi kenyamanan yang diberikan pimpinan, keleluasaan, sikap mengayomi,
dan dorongan dari pimpinan adalah hal yang ternyaman yang diberikan oleh
pimpinan karena keakraban dan keloyalan seorang pimpinan terhadap anggota
jarang terjadi.
B. Saran
Hasil yang peneliti peroleh selama melakukan dan mengolah data penelitian
mengenai obyek dan subyek penelitian ini, alangkah bagusnya jika untuk
kepentingan bersama peneliti mencoba untuk menuliskan saran yang membangun
dan sebagai dasar untuk mengempurnakan bila terdapat kekurangan dalam penelitian
ini.
105
1. Bagi obyek yang dijadikan sebagai lokasi penelitian diharapkan untuk bisa
memperbaiki dan lebih obyektif memperhatikan kemampuan anggota yang lebih
unggul dalam menciptakan sebuah keprofesionalitas dan integritas satuan
kepolisian yang sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang telah dibuat dan
disahkan. Hal ini untuk mengurangi adanya diskriminasi terhadap kemampuan,
wawasan, dan pengalaman bagi anggota yang lain untuk mencapai target karir
yang mereka inginkan. Serta bila melihat karakteristik gaya kepemimpinan
terkhusus untuk transformasional yang dianut oleh kepemimpinan yang sekarang
dapat dijadikan contoh inspiratif bagaimana kedekatan yang terjadi antar
pimpinan-anggota walaupun masih dalam lingkup menjunjung tinggi rasa
hormat tetap tidak melunturkan keakraban yang diciptakan sendiri oleh
pimpinan dengan pembawaan karakter yang dimilikinya dan menimbulkan
kenyamanan tersendiri selama dibawah masa kepemimpinannya.
2. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini menunjukkan hasil yang positif namun,
dalam hasil uji normalitas menunjukkan kekurangan yaitu nilai signifikansi yang
didapat dari uji Kolmogorov-smirnov lebih lanjut mendapatkan hasil pada test
statistic diperoleh 0,155 dengan asymp.sig. sebesar 0,000 yang artinya lebih
kecil dari 0,05 dan dapat disimpulkan bahwa data yang tidak terdistribusi atau
tersebar secara normal.
106
DAFTAR PUSTAKA
.Agus Setiawan, Bahar dan Abd Muhith., 2013. Transformatif Leadership: Ilustrasi
di Bidang Organisasi Pendidikan. Jakarta : Rajawali Pers.
Ali, Faried dan Baharuddin., 2013. Pengantar Ilmu Administrasi. Gorontalo : PTBIFAD PRESS.
Arikunto, Suharsimi., 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:PT. Rineka Cipta
Badriyah, Mila., 2015. Manajemen Sumber Daya Manusia, Bandung : Pustaka Setia.
Eko Widodo, Suparno., 2015. Manajemen Pengembangan Sumber Daya Manusia,Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Ghozali, Imam., 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.Semarang : BP Universitas Dipenogoro.
I Komang A., Ni Wayan Mujiati, I Wayan M.U., 2012. Manajemen Sumber DayaManusia. Penerbit Graha Ilmu.
Kasmir., 2017. Manajemen Sumber Daya Manusia (Teori dan Praktik), Depok :Rajawali Pers.
Kartono, K. (2003). Pemimpin dan kepemimpinan: apakah pemimpin abnormal itu?.Jakarta: raja Grafindo persada
Kencana, Inu Syafiie., 2006. Ilmu Administrasi Negara (Edisi Revisi). Jakarta : PT.Rineka Cipta
Numberi, Freddy., 2010. Kepemimpinan Sepanjang Zaman. Jakarta Barat : PT.Bhuana Ilmu Populer.
107
Pasolong, Harbani., 2013. Metode Penelitian Administrasi Publik. Bandung :Alfabeta.
Pasolong, Harbani., 2013. Teori Administrasi Publik. Bandung : Alfabeta.
Pasolong, Harbani., 2008. Kepemimpinan Birokasi. Bandung : Alfabeta.
Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2010Tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pada Tingkat Kepolisian Daerah.
Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2016Tentang Sistem Pembinaan Karir Anggota Kepolisian Negara RepublikIndonesia
R. L. Hughes, R. C. Ginnett, dan G. J. Curphy., 2015. Leadership: MemperkayaPelajaran dari Pengalaman, Jakarta : Salemba Humanika.
Rivai, Veithzal., 2004. Manajemen Sumberdaya Manusia Untuk Perusahaan: dariTeori ke Praktik. Jakarta : Radja Grapindo Persada.
Rivai, Veithzal., 2007. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.
Siagian, P. Sondang., 2004. Filsafat Administrasi, Edisi Revisi. Jakarta : BumiAksara.
Sedarmayanti., 2010. Pengembangan Kepribadian Pegawai. Bandung : CV. MandarMaju
Simamora, Henry., 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta : SekolahTinggi Ekonomi YKPN.
Sinambela, Lijan Poltak., 2014. Metodologi Penelitian Kuantitatif: Untuk BidangIlmu Administrasi Negara, Kebijakan Publik, Ekonomi, Sosiologi,Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Yogyakarta : Graha Ilmu.
108
Sugiyono., 2010. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatifdan R&D. Bandung : Alfabeta.
Sugiyono., 2017. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatifdan R&D. Bandung : Alfabeta.
Sunyoto., 2013. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta : CAPS (Center forAcademic Publishing Service)
Sutarto., 2006. Dasar-Dasar Kepemimpinan Administrasi. Yogyakarta : GadjahMada Univeristy Press.
Suwatno dan D. J. Priansa., 2011. Manajemen SDM Dalam Organisasi Publik danBisnis. Bandung : Alfabeta.
Yusuf Hamali, Arif., 2018. Pemahaman Manajemen Sumber Daya Manusia.Yogyakarta : CAPS (Center for Academic Publishing Service).
Wijayanto, D. 2012. Pengantar Manajemen, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama
Jurnal :
Adhistya Italiani, Fanni., Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional danTransaksional Terhadap Kinerja Pegawai Departemen SDM PT. SemenGresik (Persero) Tbk. Jurnal Ilmu Manajemen Vol.1 No.2, Maret 2013.(http://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/jim/article/download/2972/5816).
Andy Pradana, Martha., Bambang Swasto Sunuharyo, dan Djamhur Hamid.,Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional dan TransaksionalTerhadap Kinerja Karyawan (Studi Pada Karyawan Tetap PT. MustikaBahana Jaya, Lumajang). Jurnal Administrasi Bisnis Vol.4 No.1, 2013.(http://administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id/index.php/jab/article/download/157/237)
Gledy Kaseger, Regina., Pengembangan Karir dan Self-Efficacy Terhadap KinerjaKaryawan Pada PT. Matahari Department Store Manado Town Square.Jurnal Emba Vol.1 No.4, 2013.
109
(https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/emba/article/download/2827/2378).
Harlie, Mohammad., Pengaruh Disiplin Kerja, Motivasi dan Pengembangan KarierTerhadap Kinerja Pegawai Negeri Sipil pada Pemerintah KabupatenTabalong di Tanjung Kalimantan Selatan. Jurnal Aplikasi Manajemen Vol.10No.4, 2012.(http://jurnaljam.ub.ac.id/index.php/jam/article/download/473/511)
Titami, Lila., Ari Pradhanawati, dan Hari Susanto N., Pengaruh Budaya Organisasidan Gaya Kepemimpinan Transformasional Terhadap Kinerja KaryawanMelalui Disiplin Kerja Pada Karyawan Harian SKT Megawon II PT. DjarumKudus. Diponergoro Jornal Of Social and Politic Vol.2 No.1, 2013.(https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jiab/article/download/1634/1627)
.
LAMPIRAN
110
Lampiran 1
KUESIONER PENELITIAN PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN
TRANSFORMASIONAL DAN TRANSAKSIONAL TERHADAP
PENGEMBANGAN KARIR ANGGOTA KEPOLISIAN DI KANTOR
DITLANTAS POLDA SULAWESI SELATAN
Kepada responden yang terhormat
Saya mahasiswa Universitas Muhammadiyah Makassar
Nama : Ayu Kartika Sari
NIM : 10561 05166 14
Melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Gaya Kepemimpinan
Transformasional dan Transaksional Terhadap Pengembangan Karir Anggota
Kepolisian di Kantor Ditlantas Polda Sulawesi Selatan”. Oleh karena itu, saya
membutuhkan partisipasi Bapak/Ibu untuk mengisi kuesioner di bawah ini sebagai
data penelitian yang akan saya olah nanti. Berilah jawaban yang paling objektif.
Dalam penelitian ini tidak akan berpengaruh terhadap hasil kerja Bapak/Ibu
melainkan hanya sebagai kepentingan akademis peneliti.
Atas kerja sama dan perhatian Bapak/Ibu saya ucapkan terima kasih.
1. IDENTITAS RESPONDEN
Nama :
Pangkat/Jabatan :
111
Jenis Kelamin : Laki-Laki Perempuan
Umur : 21-30 Tahun 31-40 Tahun 41-50 Tahun
> 51 Tahun
Pendidikan : SMA Akpol
S1 S2 S3
Lama Bekerja : < 1Tahun 2-3 Tahun
4-5 Tahun > 6 Tahun
2. PETUNJUK PENGISIAN
Untuk pernyataan dibawah ini pilihlah salah satu jawaban yang menurut
Bapak/Ibu paling tepat dengan cara memberikan tanda centang () di kolom skala
yang telah disediakan, isilah jawaban sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
Keterangan :
1. Sangat setuju : SS
2. Setuju : S
3. Kurang Setuju : KS
4. Tidak Sangat Setuju : TSS
112
1. Kuesioner Gaya Kepemimpinan Transformasional
No Pernyataan Skala
TSS KS S SS
1 Saya menjadikan pimpinan saya sebagai panutan
dalam setiap kegiatan di kantor maupun kehidupan
sehari-hari
2 Pimpinan saya gampang mengakrabkan diri sehingga
saya mudah bergaul dengannya
3 Selama masa jabatannya, pimpinan banyak
memberikan perhatian kepada saya
4 Saya merasakan ketulusan pemimpin saya dalam
menggerakkan dan mengarahkan
5 Pemimpin telah banyak memberikan inspirasi tentang
pengalaman kepemimpinannya terhadap saya
6 Pemimpin berhasil menciptakan suasana yang nyaman
selama bekerja sama
7 Pemimpin saya menyelesaikan masalah dari berbagai
sudut pandang
8 Pemimpin memandang saya bukan hanya sebagai
bawahannya, melainkan juga sebagai seorang individu
pribadi
113
9 Pemimpin membantu dalam meningkatkan
pengembangan diri saya
2. Kuesioner Gaya Kepemimpinan Transaksional
No Pernyataan Skala
TSS KS S SS
1 Saya merasa pembagian reward kepada anggota
harus berdasarkan spesifikasi dan kinerjanya
2 Pemberian reward terhadap anggota dapat
memacu semangat kerja
3 Saya selalu menjunjung tinggi pedoman
pelaksanaan tugas agar tercapainya sebuah
tujuan instansi
4 Pemimpin mengawasi secara langsung kinerja
saya agar sesuai dengan SOP yang telah
ditetapkan.
5 Pimpinan sangat tegas terhadap setiap
pelanggaran yang saya lakukan.
6 Pemimpin sering melakukan evaluasi kerja
terhadap anggota.
7 Saya tidak mendapatkan ketegasan dari setiap
pengambilan keputusan oleh pimpinan
114
3. Kuesioner Pengembangan Karir
No Pernyataan Skala
TSS KS S SS
1 Spesifikasi yang saya miliki membantu dalam
peningkatan jenjang karir saya
2 Saya secara konsisten bekerja sendiri sesuai
dengan prosedur (SOP) tanpa diawasi, baik
pekerjaan/tugas guna mengembangkan karir
saya di instansi/organisasi
3 Saya memenuhi persyaratan kehadiran dan
disiplin kerja
4 Saya rela lembur demi menyelesaikan
kewajiban kerja di kantor agar dikenal guna
pengembangan karir saya
5 Saya menambahkan spesifikasi kerja saya demi
memenuhi syarat pengembangan karir
6 saya mengikuti program pelatihan dan
semacamnya untuk meningkatkan
pengembangan karir
115
Lampiran 2
Olahan Data SPSS Versi 23.0
A. Uji Validitas dan Uji Reabilitas
1. Variabel Gaya Kepemimpinan Transformasional
Correlations
P_1 P_2 P_3 P_4 P_5 P_6 P_7 P_8 P_9 Jumlah
P_1 Pearson Correlation 1 ,328** ,345** ,181 ,295* ,244* ,226 ,272* ,370** ,564**
Sig. (2-tailed) ,006 ,004 ,136 ,014 ,044 ,062 ,024 ,002 ,000
N 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69
P_2 Pearson Correlation ,328** 1 ,335** ,299* ,310** ,350** ,195 ,409** ,283* ,615**
Sig. (2-tailed) ,006 ,005 ,013 ,010 ,003 ,108 ,000 ,018 ,000
N 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69
P_3 Pearson Correlation ,345** ,335** 1 ,448** ,341** ,191 ,105 ,049 ,114 ,506**
Sig. (2-tailed) ,004 ,005 ,000 ,004 ,116 ,391 ,688 ,349 ,000
N 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69
P_4 Pearson Correlation ,181 ,299* ,448** 1 ,726** ,584** ,262* ,126 ,078 ,652**
Sig. (2-tailed) ,136 ,013 ,000 ,000 ,000 ,029 ,301 ,525 ,000
N 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69
P_5 Pearson Correlation ,295* ,310** ,341** ,726** 1 ,680** ,372** ,181 ,205 ,723**
Sig. (2-tailed) ,014 ,010 ,004 ,000 ,000 ,002 ,137 ,091 ,000
N 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69
116
P_6 Pearson Correlation ,244* ,350** ,191 ,584** ,680** 1 ,638** ,472** ,420** ,803**
Sig. (2-tailed) ,044 ,003 ,116 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
N 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69
P_7 Pearson Correlation ,226 ,195 ,105 ,262* ,372** ,638** 1 ,541** ,479** ,667**
Sig. (2-tailed) ,062 ,108 ,391 ,029 ,002 ,000 ,000 ,000 ,000
N 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69
P_8 Pearson Correlation ,272* ,409** ,049 ,126 ,181 ,472** ,541** 1 ,447** ,619**
Sig. (2-tailed) ,024 ,000 ,688 ,301 ,137 ,000 ,000 ,000 ,000
N 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69
P_9 Pearson Correlation ,370** ,283* ,114 ,078 ,205 ,420** ,479** ,447** 1 ,576**
Sig. (2-tailed) ,002 ,018 ,349 ,525 ,091 ,000 ,000 ,000 ,000
N 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69
Jumlah Pearson Correlation ,564** ,615** ,506** ,652** ,723** ,803** ,667** ,619** ,576** 1
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
N 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
,817 9
117
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 69 100,0
Excludeda 0 ,0
Total 69 100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
P_1 27,17 7,646 ,428 ,809
P_2 27,09 7,463 ,486 ,802
P_3 27,23 7,857 ,365 ,816
P_4 27,13 7,350 ,532 ,796
P_5 27,14 7,038 ,616 ,785
P_6 27,10 6,857 ,725 ,772
P_7 27,16 7,312 ,552 ,794
P_8 27,25 7,306 ,477 ,804
P_9 27,36 7,793 ,464 ,804
118
2. Variabel Gaya Kepemimpinan Transaksional
Correlations
P_1 P_2 P_3 P_4 P_5 P_6 P_7 Jumlah
P_1 Pearson Correlation 1 ,368** ,455** ,319** ,313** ,247* ,172 ,636**
Sig. (2-tailed) ,002 ,000 ,007 ,009 ,041 ,158 ,000
N 69 69 69 69 69 69 69 69
P_2 Pearson Correlation ,368** 1 ,661** ,405** ,315** ,221 ,173 ,699**
Sig. (2-tailed) ,002 ,000 ,001 ,008 ,068 ,154 ,000
N 69 69 69 69 69 69 69 69
P_3 Pearson Correlation ,455** ,661** 1 ,663** ,507** ,309** ,000 ,831**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,010 1,000 ,000
N 69 69 69 69 69 69 69 69
P_4 Pearson Correlation ,319** ,405** ,663** 1 ,494** ,405** ,000 ,755**
Sig. (2-tailed) ,007 ,001 ,000 ,000 ,001 1,000 ,000
N 69 69 69 69 69 69 69 69
P_5 Pearson Correlation ,313** ,315** ,507** ,494** 1 ,517** ,159 ,741**
Sig. (2-tailed) ,009 ,008 ,000 ,000 ,000 ,192 ,000
N 69 69 69 69 69 69 69 69
P_6 Pearson Correlation ,247* ,221 ,309** ,405** ,517** 1 ,206 ,613**
Sig. (2-tailed) ,041 ,068 ,010 ,001 ,000 ,089 ,000
N 69 69 69 69 69 69 69 69
119
P_7 Pearson Correlation ,172 ,173 ,000 ,000 ,159 ,206 1 ,239*
Sig. (2-tailed) ,158 ,154 1,000 1,000 ,192 ,089 ,048
N 69 69 69 69 69 69 69 69
Jumlah Pearson Correlation ,636** ,699** ,831** ,755** ,741** ,613** ,239* 1
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,048
N 69 69 69 69 69 69 69 69
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 69 100,0
Excludeda 0 ,0
Total 69 100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
,765 8
120
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
P_1 43,46 16,046 ,559 ,740
P_2 43,30 15,803 ,632 ,733
P_3 43,39 15,183 ,789 ,716
P_4 43,48 15,547 ,699 ,726
P_5 43,62 15,385 ,676 ,725
P_6 43,68 16,514 ,547 ,746
P_7 43,90 18,210 ,201 ,776
Jumlah 23,45 4,633 1,000 ,792
3. Variabel Pengembangan Karir
Correlations
P_1 P_2 P_3 P_4 P_5 P_6 Jumlah
P_1 Pearson Correlation 1 ,300* ,228 ,331** ,313** -,025 ,455**
Sig. (2-tailed) ,012 ,059 ,005 ,009 ,839 ,000
N 69 69 69 69 69 69 69
P_2 Pearson Correlation ,300* 1 ,672** ,739** ,606** ,037 ,834**
Sig. (2-tailed) ,012 ,000 ,000 ,000 ,766 ,000
N 69 69 69 69 69 69 69
P_3 Pearson Correlation ,228 ,672** 1 ,820** ,584** -,072 ,809**
121
Sig. (2-tailed) ,059 ,000 ,000 ,000 ,556 ,000
N 69 69 69 69 69 69 69
P_4 Pearson Correlation ,331** ,739** ,820** 1 ,831** ,023 ,917**
Sig. (2-tailed) ,005 ,000 ,000 ,000 ,850 ,000
N 69 69 69 69 69 69 69
P_5 Pearson Correlation ,313** ,606** ,584** ,831** 1 ,197 ,853**
Sig. (2-tailed) ,009 ,000 ,000 ,000 ,105 ,000
N 69 69 69 69 69 69 69
P_6 Pearson Correlation -,025 ,037 -,072 ,023 ,197 1 ,261*
Sig. (2-tailed) ,839 ,766 ,556 ,850 ,105 ,030
N 69 69 69 69 69 69 69
Jumlah Pearson Correlation ,455** ,834** ,809** ,917** ,853** ,261* 1
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,030
N 69 69 69 69 69 69 69
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 69 100,0
Excludeda 0 ,0
Total 69 100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
122
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
,776 7
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
P_1 25,14 17,567 ,387 ,778
P_2 24,90 14,828 ,783 ,719
P_3 24,87 15,056 ,753 ,725
P_4 24,81 15,155 ,896 ,720
P_5 24,81 15,243 ,815 ,725
P_6 25,16 17,989 ,154 ,795
Jumlah 13,61 4,712 1,000 ,794
123
REGRESSION
Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N
Pengembangan Karir (Y) 13,6087 2,17078 69
Gaya Kepemimpinan
Transformasional (X1)30,5797 3,02638 69
Gaya Kepemimpinan
Transaksional (X2)23,4493 2,15254 69
Correlations
Pengembangan
Karir (Y)
Gaya
Kepemimpinan
Transformasion
al (X1)
Gaya
Kepemimpinan
Transaksional
(X2)
Pearson Correlation Pengembangan Karir (Y) 1,000 -,648 -,563
Gaya Kepemimpinan
Transformasional (X1)-,648 1,000 ,517
Gaya Kepemimpinan
Transaksional (X2)-,563 ,517 1,000
Sig. (1-tailed) Pengembangan Karir (Y) . ,000 ,000
Gaya Kepemimpinan
Transformasional (X1),000 . ,000
124
Gaya Kepemimpinan
Transaksional (X2),000 ,000 .
N Pengembangan Karir (Y) 69 69 69
Gaya Kepemimpinan
Transformasional (X1)69 69 69
Gaya Kepemimpinan
Transaksional (X2)69 69 69
Variables Entered/Removeda
Model
Variables
Entered
Variables
Removed Method
1 Gaya
Kepemimpinan
Transaksional
(X2), Gaya
Kepemimpinan
Transformasion
al (X1)b
. Enter
a. Dependent Variable: Pengembangan Karir (Y)
b. All requested variables entered.
125
Model Summaryb
Model R
R
Square
Adjusted
R Square
Std. Error of
the Estimate
Change Statistics
Durbin-
Watson
R Square
Change F Change df1 df2
Sig. F
Change
1 ,700a ,491 ,475 1,57278 ,491 31,770 2 66 ,000 1,012
a. Predictors: (Constant), Gaya Kepemimpinan Transaksional (X2), Gaya Kepemimpinan Transformasional (X1)
b. Dependent Variable: Pengembangan Karir (Y)
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 157,174 2 78,587 31,770 ,000b
Residual 163,261 66 2,474
Total 320,435 68
a. Dependent Variable: Pengembangan Karir (Y)
b. Predictors: (Constant), Gaya Kepemimpinan Transaksional (X2), Gaya Kepemimpinan
Transformasional (X1)
126
Coefficientsa
Model
Unstandardized CoefficientsStandardizedCoefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Lower Bound VIF
1 (Constant) 31,647 2,312 13,687 ,000
GayaKepemimpinanTransformasional(X1)
-,349 ,074 -,487 -4,742 ,000 ,733 1,365
GayaKepemimpinanTransaksional (X2)
-,314 ,104 -,311 -3,033 ,003 ,733 1,365
a. Dependent Variable: Pengembangan Karir (Y)
Coefficient Correlationsa
Model
Gaya
Kepemimpinan
Transaksional
(X2)
Gaya
Kepemimpinan
Transformasion
al (X1)
1 Correlations Gaya Kepemimpinan
Transaksional (X2)1,000 -,517
127
Gaya Kepemimpinan
Transformasional (X1)-,517 1,000
Covariances Gaya Kepemimpinan
Transaksional (X2),011 -,004
Gaya Kepemimpinan
Transformasional (X1)-,004 ,005
a. Dependent Variable: Pengembangan Karir (Y)
Collinearity Diagnosticsa
Model Dimension Eigenvalue Condition Index
Variance Proportions
(Constant)
Gaya
Kepemimpinan
Transformasion
al (X1)
Gaya
Kepemimpinan
Transaksional
(X2)
1 1 2,991 1,000 ,00 ,00 ,00
2 ,005 24,947 ,58 ,83 ,02
3 ,004 27,302 ,42 ,17 ,98
a. Dependent Variable: Pengembangan Karir (Y)
128
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 69
Normal Parametersa,b Mean ,0000000
Std. Deviation 1,54948095
Most Extreme Differences Absolute ,155
Positive ,155
Negative -,078
Test Statistic ,155
Asymp. Sig. (2-tailed) ,000c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
129
FREQUENCIESStatistics
P_1 P_2 P_3 P_4 P_5 P_6 P_7 P_8 P_9 Jumlah
N Valid 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69
Missing 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Sum 235 241 231 238 237 240 236 230 222 2110
130
FREQUENCIES TABLE GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONALP_1
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 2 1 1,4 1,4 1,4
3 39 56,5 56,5 58,0
4 29 42,0 42,0 100,0
Total 69 100,0 100,0
P_2
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 2 1 1,4 1,4 1,4
3 33 47,8 47,8 49,3
4 35 50,7 50,7 100,0
Total 69 100,0 100,0
P_3
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 2 1 1,4 1,4 1,4
3 43 62,3 62,3 63,8
4 25 36,2 36,2 100,0
Total 69 100,0 100,0
P_4
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 2 1 1,4 1,4 1,4
3 36 52,2 52,2 53,6
4 32 46,4 46,4 100,0
Total 69 100,0 100,0
131
P_5
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 2 2 2,9 2,9 2,9
3 35 50,7 50,7 53,6
4 32 46,4 46,4 100,0
Total 69 100,0 100,0
P_6
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 2 1 1,4 1,4 1,4
3 34 49,3 49,3 50,7
4 34 49,3 49,3 100,0
Total 69 100,0 100,0
P_7
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 2 1 1,4 1,4 1,4
3 38 55,1 55,1 56,5
4 30 43,5 43,5 100,0
Total 69 100,0 100,0
P_8
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 1 1 1,4 1,4 1,4
2 1 1,4 1,4 2,9
3 41 59,4 59,4 62,3
4 26 37,7 37,7 100,0
Total 69 100,0 100,0
132
P_9
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 2 1 1,4 1,4 1,4
3 52 75,4 75,4 76,8
4 16 23,2 23,2 100,0
Total 69 100,0 100,0
FREQUENCIESStatistics
P_1 P_2 P_3 P_4 P_5 P_6 P_7 Jumlah
N Valid 69 69 69 69 69 69 69 69
Missing 0 0 0 0 0 0 0 0
Sum 237 248 242 236 226 222 207 1618
FREQUENCIES TABLE GAYA KEPEMIMPINAN TRANSAKSIONAL
P_1
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 3 39 56,5 56,5 56,5
4 30 43,5 43,5 100,0
Total 69 100,0 100,0
P_2
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 3 28 40,6 40,6 40,6
4 41 59,4 59,4 100,0
Total 69 100,0 100,0
133
P_3
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 3 34 49,3 49,3 49,3
4 35 50,7 50,7 100,0
Total 69 100,0 100,0
P_4
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 3 40 58,0 58,0 58,0
4 29 42,0 42,0 100,0
Total 69 100,0 100,0
P_5
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 2 3 4,3 4,3 4,3
3 44 63,8 63,8 68,1
4 22 31,9 31,9 100,0
Total 69 100,0 100,0
P_6
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 3 54 78,3 78,3 78,3
4 15 21,7 21,7 100,0
Total 69 100,0 100,0
P_7
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 2 1 1,4 1,4 1,4
3 67 97,1 97,1 98,6
4 1 1,4 1,4 100,0
Total 69 100,0 100,0
134
FREQUENCIESStatistics
P_1 P_2 P_3 P_4 P_5 P_6 Jumlah
N Valid 69 69 69 69 69 69 69
Missing 0 0 0 0 0 0 0
Sum 143 160 162 166 166 142 939
FREQUENCIES TABLE PENGEMBANGAN KARIR
P_1
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid TSS 2 2,9 2,9 2,9
KS 60 87,0 87,0 89,9
S 7 10,1 10,1 100,0
Total 69 100,0 100,0
P_2
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid TSS 5 7,2 7,2 7,2
KS 37 53,6 53,6 60,9
S 27 39,1 39,1 100,0
Total 69 100,0 100,0
P_3
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid TSS 4 5,8 5,8 5,8
KS 37 53,6 53,6 59,4
S 28 40,6 40,6 100,0
Total 69 100,0 100,0
135
P_4
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid KS 41 59,4 59,4 59,4
S 28 40,6 40,6 100,0
Total 69 100,0 100,0
P_5
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid KS 42 60,9 60,9 60,9
S 26 37,7 37,7 98,6
SS 1 1,4 1,4 100,0
Total 69 100,0 100,0
P_6
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid TSS 4 5,8 5,8 5,8
KS 59 85,5 85,5 91,3
S 4 5,8 5,8 97,1
SS 2 2,9 2,9 100,0
Total 69 100,0 100,0
136
137
138
139
DOKUMENTASI
Interview dengan Ibu KasubditDikyasa Polda Sulawesi Selatan
Pengisian Kuesioner oleh salahseorang anggota
140
Pengisian Kuesioner oleh salahseorang anggota
Proses pengisian Kuesioner olehsalah seorang anggota
141
BIODATA
Ayu Kartika Sari, anak pertama dari tiga orang
bersaudara lahir dari pasangan Bagus Putut NS
dan Elis Sartika Ningsih. Penulis berdarah asli
keturunan jawa-sunda lahir di ujung pandang,
tepatnya tanggal 22 April 1997. Besarnya
semangat dan kegigihannya berhasil menempuh
jenjang pendidikan formal mulai dari bersekolah
di SDN II Sungguminasa dan lulus tahun 2008,
sempat menjadi siswi titipan selama satu semester T.A 2005/2006 di SDN Sudajaya
Hilir 3 Kota Sukabumi. Lanjut pada jenjang sekolah menengah pertama di SMPN 2
Sungguminasa dan lulus ditahun 2011. Di tahun 2014 lulus sebagai siswi di SMAN 1
Sungguminasa. Universitas Muhammadiyah Makassar menjadi tempat yang
dipercayai oleh penulis untuk kembali melanjutkan pendidikannya ke tahap
perguruan tinggi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu Administrasi
Negara. Selama menuntut ilmu di PTS penulis berhasil menyelesaikan tugas akhir
skripsinya. Akhir kata penulis mengucapkan rasa syukur yang sebesar-besarnya atas
terselesaikannya skripsi yang berjudul “Pengaruh Gaya Kepemimpinan
Transformasional dan Transaksional Terhadap Pengembangan Karir Anggota
Kepolisian di Kantor Ditlantas Polda Sulawesi Selatan”.