BAB II TINJAUAN PUSTAKA 109), Kata kemandirian berasal...
-
Upload
nguyendien -
Category
Documents
-
view
227 -
download
0
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 109), Kata kemandirian berasal...
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kemandirian Belajar
2.1.1 Pengertian Kemandirian Belajar
Beberapa pendapat menyatakan tentang kemandirian belajar
sebagai kemampuan siswa untuk belajar mandiri. Menurut Ali (2005:
109),
“Kata kemandirian berasal dari kata dasar diri yang
mendapatkan awalan ke dan akhiran an yang kemudian
membentuk suatu kata keadaan atau kata benda.
Kemandirian merupakan suatu kekuatan internal
individu yang diperoleh melalui proses individuasi.
Proses individuasi adalah proses realisasi kedirian dan
proses menuju kesempurnaan”.
Siswadikatakan telah mampu belajar secara mandiri apabila telah
mampumelakukan tugas belajar tanpa ketergantungan dengan orang lain.
Pendapat tersebut diperkuat oleh Yamin (2008:126) menjelaskan bahwa,
“kemandirian dalam belajar adalah memerlukan
tanggung jawab, mereka yang mandiri adalah mereka
yang bertanggung jawab, berinisiatif, memiliki
keberanian, dan sanggup menerima resiko serta mampu
menjadi guru bagi dirinya sendiri.”
Berdasarkan pernyataan tersebut maka yang dimaksud dengan
kemandirian belajar dalam penelitian ini adalah suatu sikap atau perilaku
siswa yang berasal dari dalam dirinya untuk belajar secara mandiri
karenaadanya dorongan untuk memiliki inisiatif sendiri dalam mengatasi
masalah dan menentukan arah untuk mencapai tujuan.
8
2.1.2 Ciri-ciri Kemandirian Belajar
Agar siswa dapat mandiri dalam belaja rmaka siswa harus mampu
berfikir kritis, bertanggung jawab atas tindakannya, tidak mudah
terpengaruh pada orang lain, bekerja keras dan tidak tergantung pada
orang lain. Ciri-ciri kemandirian belajar merupakan faktor pembentuk dari
kemandirian belaja rsiswa. Menurut Babari (2002 : 145) membagi ciri-ciri
kemandirian dalam lima jenis, yaitu:
1. Percaya diri
2. Mampu bekerja sendiri
3. Menguasai keahlian dan ketrampilan yang sesuai dengan kerjanya
4. Menghargai waktu
5. Bertanggung jawab
Selain itu, dalam kemandirian siswa harus dapat menentukan cara
belajar yang efektif, mampu melaksanakan tugas denganbaik dan mampu
melakukan aktivitas belajar secara mandiri. Menurut Mudjiman (2011 :
20) kegiatan-kegiatan yang perlu dilakukan dalam upaya melakukan
pelatihan belajar mandiri adalah sebagai berikut :
1. Adanya kompetensi-kompetensi yang ditetapkan sendiri oleh siswa
menuju pencapaian tujuan-tujuan akhir yang ditetapkan oleh program
untuk setiap mata pelajaran.
2. Adanya proses pembelajaran yang ditetapkan sendiri oleh siswa.
3. Adanya input belajar yang ditetapkan dan dicari sendiri, dijalankan
oleh siswa, dengan ataupun tanpa bimbingan guru.
4. Adanya kegiatan evaluasi diri (self evaluation) yang dilakukan oleh
siswa sendiri.
5. Adanya kegiatan refleksi terhadap proses pembelajaran yang telah
dijalani siswa.
6. Adanya past experience review atau review terhadap pengalaman-
pengalaman yang telah dimiliki siswa.
7. Adanya upaya menumbuhkan motivasi belajar siswa.
8. Adanya kegiatan belajar aktif.
9
Kemandirian belajar siswa diperlukan agar mereka mempunyai
tanggung jawab dalam diri. Selain itu, dengan adanya kemandirian belajar
siswa juga dapat mengembangkan kemampuan belajar atas kemauan
sendiri.
2.1.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemandirian Belajar
Menurut Ali (2005:117) ada sejumlah faktor yang mempengaruhi
perkembangan kemandirian belajar, yaitu sebagai berikut :
1. Gen atau keturunan orang tua
Orang tua yang memiliki sifat kemandirian tinggi seringkali
menurunkan anak yang memiliki kemandirian juga. Namun, faktor
keturunan ini masih menjadi perdebatan karena ada yang berpendapat
bahwa sesungguhnya bukan sifat kemandirian orang tuanya itu yang
menurun kepada anaknya, melainkan sifat orang tuanya muncul
berdasarkan cara orang tua mendidik anaknya.
2. Pola asuh orang tua
Cara orang tua mengasuh atau mendidik anak akan mempengaruhi
perkembangan kemandirian anak. Orang tua yang terlalu banyak
melarang atau mengeluarkan kata “jangan” kepada anak tanpa disertai
dengan penjelasan yang rasional akan menghambat perkembangan
kemandirian anak. Sebaliknya, orang tua yang menciptakan suasana
aman dalam interaksi keluarganya yang akan dapat mendorong
kelancaran perkembangan anak. Demikian juga, orang tua yang
cenderung sering membandingkan anak yang satu dengan yang lainnya
juga akan berpengaruh kurang baik terhadap perkembangan
kemandirian anak.
3. Sistem pendidikan di sekolah
Proses pendidikan di sekolah yang tidak mengembangkan
demokratisasi pendidikan dan cenderung menekankan indoktrinasi
tanpa argumentasi akan menghambat perkembangan kemandirian
remaja. Demikian juga, proses pendidikan yang banyak menekankan
10
pentingnya pemberian sanksi atau hukuman (punishment) juga dapat
menghambat perkembangan kemandirian remaja. Sebaliknya, proses
pendidikan yang lebih menekankan pentingnya penghargaan terhadap
potensi anak, pemberian reward, dan penciptaan kompetensi positif
akan memperlancar kemandirian remaja.
4. Sistem kehidupan di masyarakat
Sistem kehidupan masyarakat yang terlalu menekankan pentingnya
hierarki struktur sosial, merasa kurang aman atau mencekam serta
kurang menghargai menifestasi potensi remaja dalam kegiatan
produktif dapat menghambat kelancaran perkembangan kemandirian
remaja. Sebaliknya, lingkungan masyarakat yang aman, menghargai
ekspresi potensi remaja dalam bentuk berbagai kegiatan, dan tidak
terlalu hierarkis akan merangsang dan mendorong perkembangan
kemandirian remaja.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian belajar
siswa menurut Basri (2004:53), antara lain:
1. Faktor endogen (faktor dari dalam diri siswa) yang meliputi:
keadaan keturunan dan kondisi tubuhnya sejak dilahirkan dengan
gejala perlengkapan yang melekat padanya. Bermacam-macamnya
sifat dai Bapak/Ibu, atau nenek moyang mungkin akan didapatkan
di dalam diri seorang seperti bakat, potensi-intelektual, potensi
pertumbuhan tubuhnya.
2. Faktor eksogen (faktor dari luar diri siswa), yaitu semua keadaan
atau pengaruh yang berasal dari luar dirinya. Ketika anak hidup
dilingkungan keluarga yang memiliki kebiasaan hidup yang baik
dalam membentuk kepribadian, hal itu dapat memupuk
kemandirian dalam diri anak. Begitu pula sebaliknya, juga
lingkungan keluarga kurang baik, kebiasaan membentuk
kepribadianpun kurang, maka kemandirian dalam diri anak kurang.
11
Berdasarkan uraian tersebut, maka faktor-faktor yang mempengaruhi
kemandirian belajar yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa dan
faktor yang berasal dari luar.
2.2 Motivasi Belajar
2.2.1 Pengertian Motivasi
Motivasi belajar berasal dari dua kata, yaitu motivasi dan belajar. Uno
(2011:23) menyatakan bahwa
“Motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal
pada diri seseorang yang sedang belajar untuk
mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya
dengan beberapa indikator dan atau unsur yang
mendukung.”
Selain itu, Winkel (2004 : 169) menjelaskan bahwa
“Motivasi belajar ialah keseluruhan daya penggerak
didalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar,
menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan
arah pada kegiatan belajar demi mencapai suatu tujuan.”
Berdasarkan pernyataan tersebut maka yang dimaksud dengan
motivasi belajar dalam penelitian ini adalah dorongan atau penggerak yang
berasal dari dalam diri siswa dalam melakukan kegiatan untuk mencapai
tujuan.
2.2.2 Jenis Motivasi Belajar
Jenis motivasi dalam belajar menurut Yamin (2008: 85) dibedakan
dalam dua jenis, yaitu:
1) Motivasi intrinsik
Motivasi intrinsik merupakan kegiatan belajar dimulai dan
diteruskan, berdasarkan penghayatan sesuatu kebutuhan dan dorongan
yang secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar. Misalnya
12
belajar karena ingin memecahkan suatu permasalahan, ingin
mengetahui mekanisme sesuatu berdasarkan hukum dan rumus-rumus,
ingin menjadi seorang profesor, atau ingin menjadi orang yang ahli
dalam bidang ilmu tertentu. Keinginan ini diwujudkan dalam upaya
kesungguhan seseorang untuk mendapatkannya dengan usaha kegiatan
belajar, melengkapi catatan, melengkapi literatur, melengkapi
informasi, pembagian waktu belajar, dan keseriusannya dalam belajar.
2) Motivasi ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik merupakan kegiatan belajar yang tumbuh dari
dorangan dan kebutuhan seseorang tidak secara mutlak berhubungan
dengan kegiatan belajarnya sendiri. Beberapa bentuk motivasi belajar
ekstrinsik diantaranya adalah; (1) Belajar demi memenuhi kewajiban;
(2) Belajar demi menghindari hukuman yang diancamkan; (3) Belajar
demi memperoleh hadiah material yang disajikan; (4) Belajar demi
meningkatkan gengsi; (5) Belajar demi memperoleh pujian dari orang
yang penting seperti orangtua dan guru; dan (6) Belajar demi tuntutan
jabatan yang akan dipegang atau demi memenuhi persyaratan kenaikan
pangkat/golongan administratif. Dorongan dari luar yang tidak secara
mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar.
2.2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006: 97) ada beberapa
faktor yang mempengaruhi motivasi belajar yaitu:
1) Cita-cita atau aspirasi siswa
Cita-cita dapat berlangsung dalam waktu sangat lama,
bahkan sepanjang hayat. Cita-cita siswa untuk “menjadi
seseorang” akan memperkuat semangat belajar dan
mengarahkan pelaku belajar.
2) Kemampuan Belajar
Kemampuan belajar meliputi beberapa aspek psikis yang
terdapat dalam diri siswa. Misalnya pengamatan, perhatian,
13
ingatan, daya pikir, dan fantasi. Didalam kemampuan belajar
ini, sehingga perkembangan berpikir siswa menjadi ukuran.
Siswa yang taraf perkembangan berpikirnya konkrit (nyata)
tidak sama dengan siswa yang berpikir secara operasioanl
(berdasarkan pengamatan yang dikaitkan dengan kemampuan
daya nalarnya). Jadi siswa yang mempunyai belajar tinggi,
biasanya lebih termotivasi dalam belajar, karena siswa seperti
itu lebih sering memperoleh sukses oleh karena kesuksesan
memperkuat motivasinya.
3) Kondisi Jasmani dan Rohani Siswa
Siswa adalah makhluk yang terdiri dari kesatuan
psikofisik.Jadi kondisi siswa yang mempengaruhi motivasi
belajar disini berkaitan dengan kondisi fisik dan kondisi
psikologis, tetapi biasanya guru lebih cepat melihat kondisi
fisik, karena lebih jelas menunjukkan gejalanya dari pada
kondisi psikologis.
4) Kondisi Lingkungan
Kelas Kondisi lingkungan merupakan unsur-unsur yang
datangnya dari luar diri siswa.Lingkungan siswa sebagaimana
juga lingkungan individu pada umumnya ada tiga yaitu
lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.
5) Unsur-unsur Dinamis Belajar
Unsur-unsur dinamis dalam belajar adalah unsur-unsur
yang keberadaannya dalam proses belajar yang tidak stabil,
kadang lemah dan bahkan hilang sama sekali.
6) Upaya Guru Membelajarkan Siswa
Upaya yang dimaksud disini adalah bagaimana guru
mempersiapkan diri dalam membelajarkan siswa mulai dari
penguasaan materi, cara menyampaikannya, menarik perhatian
siswa.
14
Unsur – unsur motivasi diatas akan mempengaruhi motivasi belajar
seseorang. Motivasi belajar siswa akan tumbuh jika unsur – unsur motivasi
tersebut mempengaruhi. Sehingga motivasi untuk belajar membutuhkan
dukungan dari berbagai pihak, baik yang disekitar lingkungan siswa atau
diluar lingkungan siswa.
2.2.4 Ciri – ciri Motivasi Belajar
Menurut Sardiman (2014:83) motivasi yang ada dalam diri
seseorang memiliki beberapa ciri sebagai berikut:
1) Tekun dalam menghadapi tugas-tugas (dapat mengerjakan
secara kontinyu dalam durasi yang lama, dan tidak berhenti
sebelum tugas tersebut selesai)
2) Ulet menghadapi kesulitan atau tidak mudah putus asa. Tidak
memerlukan dorongan dari luar siswa dalam berprestasi (tidak
cepat puas dengan apa yang telah dicapai).
3) Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah
(minat untuk sukses).
4) Lebih senang bekerja dan mengerjakan secara mandiri dan
tidak bergantung dengan orang lain.
5) Lebih cepat bosan dengan tugas yang selalu sama atau
berulang-ulang begitu saja.
6) Apabila sudah yakin akan sesuatu siswa dapat
mempertahankan pendapatnya.
7) Tidak mudah melepas dalam berpendapat yang diyakini.
8) Senang mencari dan memecahkan masalah.
Menurut Uno (2011: 45), indikator motivasi belajar dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
1) Adanya hasrat dan keinginan berhasil
2) Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar
3) Adanya harapan dan cita-cita masa depan
15
4) Adanya penghargaan dalam belajar
5) Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar
6) Adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga
memungkinkan seorang siswa dapat belajar dengan baik.
Seseorang yang mempunyai motivasi belajar yang tinggi
tidak memerlukan dorongan dari luar untuk melakukan kegiatan
belajarnya, hal ini karena seseorang tersebut mempunyai hasrat
yang kuat dari dalam diri dan kebutuhan dalam belajarnya. Apabila
seseorang mempunyai ciri-ciri dan indikator motivasi seperti
tersebut, berarti orang tersebut mempunyai motivasi belajar yang
cukup kuat.
2.3 Fasilitas Belajar
2.3.1 Pengertian Fasilitas Belajar
Kelengkapan fasilitas belajar akan mempengaruhi semangat belajar
peserta didik. Fasilitas belajar meliputi fasilitas belajar yang ada di sekolah
dan fasilitas belajar yang ada di rumah. Pada dasarnya fasilitas belajar
akan mempermudah proses belajar peserta didik. Djamarah (2010 :81)
“Fasilitas adalah kelengkapan yang menunjang belajar
anak didik disekolah.Lengkap tidaknya fasilitas belajar
akan mempengaruhi pemilihan metode mengajar.”
Selain itu menurut Muhroji (2004:49),
“Fasilitas belajar adalah semua yang diperlukan dalam
proses belajar mengajar baik bergerak maupun tidak
bergerak agar tercapai tujuan pendidikan dapat berjalan
lancar, teratur, efektif, dan efisien”.
Perlengkapan pendidikan menurut Bafadal (2004: 8)
“Perlengkapan pendidikan di sekolah dapat dikelompokan
menjadi (1) sarana pendidikan dan (2) prasarana
pendidikan. Sarana pendidikan adalah semua perangkat
16
peralatan, bahan, dan perabot yang secara langsung
digunakan dalam proses pendidikan di sekolah.
Sedangkan prasarana pendidikan adalah semua
perangkat perlengakapan dasar yang secara tidak
langsung menunjang pelaksanaan proses pendidikan
disekolah”.
Dari beberapa pernyataan tersebut maka yang dimaksud dengan
fasilitas belajar dalam penelitian ini adalah sarana dan prasana yang dapat
memudahkan dan mendukung siswa untuk melakukan kegiatan belajar
berupa tempat belajar, perlatan belajar dan perlengkapan belajar yang
efektif dan efisien. Fasilitas belajar harus terdapat disekolah maupun
dirumah untuk menunjang keberhasilan belajar siswa.
2.3.2 Jenis – jenis Fasilitas Belajar
Fasilitas belajar di sekolah identik dengan sarana prasarana
pendidikan. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan, Bab VII Standar Sarana dan Prasarana, pasal 42
menegaskan bahwa:
a. Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi:
perabot,peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber
belajar lainnya,bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang
diperlukan untuk menunjangproses pembelajaran yang teratur dan
berkelanjutan.
b. Setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yang meliputi
lahan, ruangkelas, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidik,
ruang tata usaha,ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang
bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi daya dan
jasa, tempat olahraga, tempatberibadah, tempat bermain, tempat
berkreasi, dan ruang/ tempat lain yangdiperlukan untuk menunjang
proses pembelajaran yang teratur danberkelanjutan.
Fasilitas belajar terdiri dari sarana dan prasarana yang dapat
mempermudah kegiatan belajar. Berbagai macam fasilitas yang disediakan
17
oleh sekolah akan memberikan kemudahan siswa dalam melakukan proses
belajar. Gie dalam (Dwi :2013) menjelaskan macam-macam fasilitas
belajar sebagai berikut:
1. “ Ruang atau Tempat Belajar Yang Baik Tempat belajar yang baik harusmempertimbangkan Penerangan Cahaya dan Sirkulasi Udara.
2. Perabotan Belajar Yang Lengkap. Dalam hal ini perabotan yang dibutuhkan untuk
kegiatan belajar mengajar yang baik, diantanya yaitu meja belajar, kursi belajar, dan
lemari buku serta kemungkinan perabotan lain yang dperlukan untuk menunjang kegiatan belajar mengajar.
3. Perlengkapan Belajar Yang Efisien Kekurangan alat, ketiadaan atau kurang tepat alat
yang dipergunakan akan mengurangi sempurnannya efisiensi maupun efektifitas kegiatan atau bahkan berhenti sama sekali. Syarat yang lain dalam kegiatan belajar mengajar yaitu buku-buku pegangan. Buku-buku pegangan yang dimaksud di sini adalah buku-buku pelajaran yang dapat menunjang pemahaman siswa dalam menerima materi yang disampaikan oleh guru”.
Dari macam – macam fasilitas belajar tersebut harus disediakan
disekolah. Ruang belajar yang baik akan menciptakan suasana yang
nyaman sehingga siswa dapat berkonsentrasi dalam belajar. Perabotan
yang lengkap digunakan untuk menunjang kegiatan belajar siswa.
Perlengkapan belajar yang efisien seperti buku pegangan akan menambah
pengetahuan siswa tentang suatu materi. Sehingga kelangkapan buku –
buku pelajaran harus diperhatikan untuk meningkatkan pengetahuan dan
mendorong siswa dalam belajar.
2.3.3 Pentingnya Fasilitas Belajar
Kelengkapan fasilitas belajar dapat mempengaruhi proses belajar
siswa. fasilitas belajar akan menumbuhkan motivasi belajar siswa.
Menggunakan fasilitas belajarakan mempermudah siswa mengikuti proses
pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Pencarian materi dengan
menggunakan sumber – sumber belajar yang disediakan oleh sekolah
18
seperti perpustakaan akan menumbuhkan rasa ingin tahu peserta didik
dalam memahami materi pelajar sehingga akan memotivasi siswa untuk
belajar lebih giat. Wina (2008 : 200) mengatakan bahwa terdapat
beberapa keuntungan bagi sekolah yang memiliki kelengkapan sarana dan
prasarana yaitu :
a. Kelengkapan sarana dan prasarana dapat menumbuhkan gairah dan
motivasi guru mengajar. Apabila mengajar dipandang sebagai proses
penyampaian materi, maka dibutuhkan sarana pembelajaran berupa
alat dan bahan yang dapat menyalurkan pesan secara efektif dan
efisien. Ketersediaan sarana yang lengkap, memungkinkan guru
memiliki berbagai pilihan yang dapat digunakan untuk melaksanakan
fungsi mengajar mereka.
b. Kelengkapan sarana dan prasarana dapat memberikan berbagai pilihan
pada siswa untuk belajar.
Kelengkapan fasilitas belajar sangat dibutuhkan oleh semua
sekolah.Selain kelengkapan fasilitas, pemanfaatan fasilitas juga diperlukan
untuk efisien dan efektifitas fasilitas tersebut. Dorongan untuk
memanfaatkan sarana dan prasarana membutuhkan peran guru dalam
memotivasi siswa untuk memanfaatkannya. Selain itu kelengkapan
fasilitas belajar akan mempermudah guru dalam mencari bahan materi
sebagai sumber belajar dan mempermudah dalam menyampaikan materi
kepada siswa.
2.4 Penelitain Terdahulu yang Relevan
1. Ayu Widi Astuti (2017) “Dukungan Minat, Fasilitas, dan Pola Asuh
Dalam Belajar Terhadap Kemandirian serta Dampaknya pada Hasil
Belajar Matematika Kelas VIII SMP Muhammadiyah 7 Surakarta”.
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain penelitian
korelasional. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 159 siswa. Teknik
pengambilan sampel menggunakan proporsional random sampling dengan
cara undian.Sampel penelitian ini sebanyak 114 siswa. Pengumpulan data
19
penelitian hasil belajar matematika menggunakan metode dokumentasi
sedangkan pengumpulan data minat belajar, fasilitas belajar, dan pola asuh
orang tua menggunakan metode angket. Teknik analisis data
menggunakan teknik analisis jalur. Uji prasyarat analisis yang harus
dipenuhi adalah uji normalitas, linearitas, multikolinearitas, autokorelai
dan heteroskedastisitas. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan
bahwa (1) terdapat kontribusi minat belajar, fasilitas belajar, dan pola asuh
orang tua dan signifikan terhadap hasil belajar matematika secara tidak
langsung melalui kemandirian, kontribusi tersebut sebesar 33,8%; (2)
terdapat kontribusi minat belajar, fasilitas belajar, dan pola asuh orang tua
dan signifikan terhadap kemandirian, kontribusi tersebut sebesar 47,5%;
(3) terdapat kontribusi kemandirian terhadap hasil belajar matematika
sebesar 21,2%, tetapi tidak signifikan padataraf signifikansi.
2. Yunantoso, Robertus Alfian(2016) “Hubungan antara Interaksi Sosial
dan Motivasi Belajar dengan Kemandirian Mahasiswa Program Studi
Pendidikan Ekonomi FKIP UKSW Salatiga” Penelitian ini tentang
Interaksi Sosial dan Motivasi dengan Kemandirian Belajar Mahasisiwa
FIKP-PE UKSW Salatiga Angkatan Tahun 2012-2015 Semester II Tahun
Ajaran 2015-2016. Interaksi Sosial dan Motivasi sebagai variabel bebas
dan kemandirian belajar sebagai variabel terikat. Populasi dalam penelitian
ini adalah Mahasiswa FKIP-PE UKSW Salatiga angkatan 2012-2015 yang
berjumlah 117 orang. Tekhnik pengambilan sampel penelitian
menggunakan tekhnik random proposional berlapis atau stratified
propotionate random sampling, sehingga diperoleh jumlah sampel sebesar
91 orang. Pengumpulan data dilakukan satu kali dengan menggunakan
angket untuk mengukur tingkat Interaksi Sosial, Motivasi, Kemandirian
Belajar dan studi dokumentasi untuk memperoleh jumlah Mahasiswa
FKIP-PE UKSW Salatiga angkatan 2012-2015. hasil uji korelasi berganda
pada variabel Interaksi Sosial dan Motivasi dengan Kemandirian Belajar
menghasilkan koefisien korelasi sebesar r(hitung) = 0,805 yang
menandakan bahwa ada hubungan antara Interaksi Sosial dan Motivasi
20
dengan Kemandirian Belajar. Hal tersebut dilihat dari tabel pedoman
terprestasi korelasi pada 0,080-1,00 yang memiliki hasil sangat kuat. hasil
perhitungan koefesien korelasi antara variabel (X1) Interaksi Sosial
dengan (Y) Kemandirian Belajar yang menunjukan koefisien korelasinya
sebesar positif 0,776 dan signifikan. Artinya semakin tinggi Interaksi
sosial, maka kemandirian belajar semakin tinggi Sedangkan untuk tingkat
signifikansi dikatan signifikan karena dari tabel nampak bahwa sig (1-
tailed) sebesar ɑ = 0,000 lebih kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05). Hasil yang
diperoleh bahwa variabel Motivasi (X2) memiliki koefesien korelasi 0,751
(positif) terhadap variabel Kemandirian belajar Mahasiswa PE FKIP
UKSW Salatiga (Y), dengan nilai signifikansi ɑ = 0,000 < 0,05 sehingga
signifikan. Artinya semakin tinggi Motivasi, maka Kemandirian Belajar
semakin tinggi
2.5 Kerangka Berfikir
Menurut Sugiyono (2015:91) mengemukakan bahwa kerangka berpikir
merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan
berbagai faktor yang telah di identifikasi sebagai masalah yang penting.
Kerangka berpikir dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Hubungan motivasi belajar dengan kemandirian belajar pada mata IPS
Motivasi dalam belajar akan mendorong siswa lebih giat dalam
melakukan kegiatan pembelajaran dan akan menumbuhkan semangat
siswa untuk belajar mandiri pada saat diberikan tugas maupun pada saat
pembelajaran berlangsung. Maka dalam penelitian ini diduga terdapat
hubungan motivasi belajar dengan kemandirian belajar.
2. Hubungan fasilitas belajar dengan kemandirian belajar pada mata
pelajaran IPS
Fasilitas belajar yang memadai akan membantu siswa dalam
melakukan kegiatan pembelajaran dan akan menunjang siswa untuk
meningkatkan kemandirian belajar. Maka dalam penelitian ini diduga
terdapat hubungan fasilitas belajar dengan kemandirian belajar.
21
3. Hubungan motivasi belajar dan fasilitas belajar dengan kemandirian
belajar pada mata pelajaran IPS
Dengan adanya motivasi belajar dan fasilitas belajar siswa akan
menumbuhkan rasa semangat dalam meningkatkan kemandirian belajar
pada saat pelajaran maupun pada saat diberikan tugas oleh guru. Dalam
penjelasan latar belakang siswa di SMPIT Izzatul Islam Getasan masih
terlihat kurang ada motivasi belajar dalam diri siswa dan juga dalam
memanfaatkan fasilitas belajar karena masih bergantung kepada temannya
jika mendapat tugas.
Variabel Variabel bebas atau Independen diberi notasi X yaitu
dengan (X1) Motivasi dan (X2) kemandirian dan Variabel terikat atau
Dependen diberi notasi Y yaitu Prestasi belajar. Maka model hipotetis
asosiatif sebagai berikut:
Keterangan :
X1 : Motivasi Belajar
X2 : Fasilitas Belajar
Y : Kemandirian Belajar
: Menyatakan Hubungan Asosiatif
2.6 Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian digunakan sebagai dugaan sementara terhadap
penelitian yang sedang dilakukan. Dengan mengacu pada rumusan masalah
penelitian, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
(X1)
(Y)
(X2)
22
1. Hipotesis Kerja
1) Hipotesis kerja I
Ada hubungan positif antara motivasi belajar dengan kemandirian
belajar Siswa Kelas VII pada Mata Pelajaran IPS Di SMPIT Izzatul
Islam Getasan. Artinya, semakin baik motivasi belajar maka akan
semakin tinggi kemandirian belajar siswa.
Hipotesis Statsitik I
H0 :�x1.y = 0
H1: �x1.y > 0
2) Hipotesis kerja II
Ada hubungan positif antara fasilitas belajar dengan kemandirian
belajar Siswa Kelas VII pada Mata Pelajaran IPS Di SMPIT Izzatul
Islam Getasan. Artinya, semakin baik fasilitas belajar maka akan
semakin tinggi kemandirian belajar siswa.
Hipotesis Statsitik II
H0 :�x2.y = 0
H1: �x2.y > 0