BAB II TINJAUAN PUSTAKAdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-maritautam... · Media...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKAdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-maritautam... · Media...
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Sikap
1. Pengertian Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari
seseorang terhadap stimulus atau objek. Sikap itu tidak dapat langsung
dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan dahulu dari perilaku yang tertutup.
Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi
terhadap stimulus tertentu. Dalam kehidupan sehari-hari adalah merupakan
reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Newcomb salah
seorang ahli psikologi sosial menyatakan bahwa sikap itu merupakan
kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan pelaksanaan motif
tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas akan tetapi
merupakan predisposisi tindakan atau perilaku. Sikap itu masih merupakan
reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang
terbuka. Lebih dapat dijelaskan lagi bahwa sikap merupakan reaksi
terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap
objek (Notoatmodjo, 2003).
Menurut Gerungan (1996) dikutip oleh Sunaryo (2002), attitude
diartikan dengan sikap terhadap objek tertentu, yang dapat merupakan
8
sikap pandangan atau sikap perasaan, tetapi sikap tersebut disertai oleh
kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan objek tadi.
Sikap adalah kecenderungan bertindak dari individu, berupa respon
tertutup terhadap setimulus ataupun objek tertentu (Sunaryo, 2002).
2. Struktur Sikap
Menurut Azwar Saifuddin (1995) dikutip oleh Sunaryo (2002)
bahwa sikap memiliki tiga komponen yang membentuk struktur sikap,
yang ketiganya saling menunjang yaitu :
a. Komponen kognitif
Dapat disebut juga komponen perseptual, yang berisi kepercayaan
individu. Kepercayaan tersebut berhubungan dengan hal-hal
bagaimana individu mempersepsi terhadap objek sikap, dengan apa
yang dilihat dan diketahui (pengetahuan) melalui pandangan,
keyakinan, pikiran, pengalaman pribadi, kebutuhan emosional, dan
informasi dari orang lain. Contoh : individu tahu bahwa kesehatan itu
sangat berharga karena individu menyadari apabila sakit, terasa betapa
nikmatnya sehat.
b. Komponen afektif
Komponen ini menunjuk pada dimensi emosional subjektif individu,
terhadap objek sikap, baik positif (rasa senang) maupun negatif (rasa
tidak senang). Reaksi emosional banyak dipengaruhi oleh apa yang
kita percayai sebagai sesuatu yang benar terhadap objek sikap tersebut.
Contoh :
9
− Individu senang (sikap positif) terhadap profesi keperawatan,
berarti melukiskan perasaannya terhadap keperawatan.
− Masyarakat pada umumnya tidak senang (sikap negatif) terhadap
tindakan kekerasan, perjudian, pelacuran, dan kejahatan.
c. Komponen konatif
Disebut juga komponen perilaku, yaitu komponen sikap yang
berkaitan dengan predisposisi atau kecenderungan bertindak terhadap
objek sikap yang dihadapinya. Contoh : Individu mengetahui bahwa
profesi keperawatan adalah pekerjaan yang mulia maka banyak lulusan
SLTA masuk ke Akademi Keperawatan.
3. Tingkatan Sikap
Menurut Notoatmodjo (2003) sikap mempunyai 4 tingkatan dari
yang terendah hingga yang tertinggi yaitu :
a. Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan (objek). Misalnya sikap orang terhadap gizi
dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian itu terhadap ceramah-
ceramah.
b. Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.
Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau
10
mengerjakan tugas yang diberikan, lepas dari pekerjaan itu benar atau
salah adalah berarti orang menerima ide tersebut.
c. Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan
orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat
tiga. Misalnya seorang ibu mengajak ibu yang lain (tetangganya,
saudaranya, dan sebagainya) untuk pergi menimbangkan anaknya ke
Posyandu, atau mendiskusikan tentang gizi adalah suatu bukti bahwa si
ibu tersebut telah mempunyai sikap positif terhadap gizi anak.
d. Bertanggung jawab (responsible)
Pada tingkat ini, sikap individu akan bertanggung jawab dan siap
menanggung segala resiko atas segala sesuatu yang telah dipilihnya.
Contoh: Seorang ibu yakin bahwa KB sangat bermanfaat bagi
kesehatannya sehingga dia tetap menjadi akseptor KB, walaupun
mendapat tentangan dari orang lain.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap
a. Pengalaman pribadi
Apa yang telah dan sedang dialami seseorang akan ikut membantu
dan mempengaruhi penghayatan terhadap stimulus sosial.
b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting.
Pada umumya individu cenderung untuk memiliki sikap yang
konformasi atau searah dengan orang lain yang dianggap penting.
11
c. Pengaruh kebudayaan.
Seseorang hidup dan dibesarkan dari suatu kebudayaan, dengan
demikian kebudayaan yang diikutinya mempunyai pengaruh besar
terhadap pembentukan sikap orang tersebut.
d. Media massa.
Media massa membawa pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat
mengarahkan opini seseorang, sehingga terbentuklah arah sikap yang
tertentu.
e. Lembaga pendidikan dan lembaga agama.
Kedua lembaga ini meletakkan dasar pengertian dan konsep moral
dalam individu sehingga kedua lembaga ini merupakan suatu sistem yang
mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap.
f. Pengaruh faktor emosional.
Suatu bentuk sikap merupakan pertanyaan yang didasari oleh
emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau
pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. (Azwar, 2007).
g. Pendidikan
Kurangnya pengetahuan seseorang akan mudah terpengaruh dalam
bersikap.
h. Faktor sosial dan ekonomi
Keadaan sosial ekonomi akan menimbulkan gaya hidup yang
berbeda-beda.
12
i. Kesiapan fisik (status kesehatan)
Pada umumnya fisik yang kuat terdapat jiwa sehat.
j. Kesiapan psikologis / jiwa
Dalam interaksi sosial, terjadi hubungan saling mempengaruhi
diantara individu yang satu dengan yang lain, terjadi hubungan timbal
balik yang mempengaruhi pola perilaku masing-masing individu sebagai
anggota masyarakat. Lebih lanjut, interaksi sosial itu meliputi hubungan
antara psikologis disekelilingnya. (Azwar, 1997).
1. Pengukuran sikap
Salah satu aspek yang sangat penting guna memahami sikap dan
perilaku manusia adalah pengungkapan (assesmant) atau pengukuran
(measurement) sikap. Sikap merupakan respons evaluatif yang dapat
berbentuk positif maupun negative.
Sikap mempunyai arah, artinya sikap terpilah pada dua arah
kesetujuan yaitu apakah setuju atau tidak setuju, apakah mendukung atau
tidak mendukung, apakah memihak terhadap sesuatu atau seseorang
sebagai objek. Orang yang setuju, mendukung atau memihak terhadap
suatu objek sikap berarti memiliki sikap yang arahnya positif sebaiknya
mereka yang tidak setuju atau tidak mendukung dikatakan sebagai
memiliki sikap arahnya positif sebaiknya mereka yang tidak setuju atau
tidak mendukung dikatakan sebagai memiliki sikap yang arahnya positif.
13
Suatu skala berwujud kumpulan pernyataan-pernyataan sikap yang
ditulis, disusun, dan dianalisis sedemikian rupa sehingga respons
seseorang terhadap pernyataan tersebut dapat diberi angka (skor) dan
kemudian dapat diinterprestasikan. Skala sikap tidak terdiri dari hanya satu
stimulus atau pernyataan saja melainkan selalu berisi banyak item
(multiple item measure).
Oleh karena itu skala sikap harus dirancang dengan hati-hati.
Stimulusnya harus ditulis dan dipilh berdasarkan metode kontruksi yang
benar dan skor terhadap respon seseorang harus diberikan dengan cara-
cara yang tepat. Sebagai suatu instrument pengukuran psikologis, skala
sikap dituntut untuk memenuhi kualitas dasar alat ukur yang standar.
Kualitas dasar itu antara lain adalah validitas, reliabbilitas, dan berbagai
karakteristik praktis lain yang menyangkut masalah administrasi dan
penyajiannya.
Pernyataan sikap (attitude statements) adalah rangkaian kalimat yang
mengatakan sesuatu mengenai objek sikap yang hendak diungkap. (Azwar,
2007).
B. Hipertensi
1. Pengertian Hipertensi
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten
dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya di
atas 90 mmHg. Pada populasi orang manula, hipertensi didefinisikan
14
sebagai tekanan sistoliknya di atas 160 mmHg dan tekanan diastoliknya di
atas 90 mmHg (Brunner & Suddarth’s, 2001).
2. Stadium Hipertensi
Hipertensi dapat dibedakan menjadi empat stadium sesuai dengan
tabel kalsifikasi tekanan darah orang dewasa berusia 18 tahun keatas yaitu
sebagai berikut :
TABEL 2.1
Klasifikasi Tekanan Darah Orang Dewasa Berusia 18 Tahun Keatas*
Kategori Sistolik, mmHg Diastolik, mmHg Normal Normal tinggi Hipertensi Stadium 1 (ringan) Stadium 2 (sedang) Stadium 3 (berat) Stadium 4 (sangat berat)
<130 130 – 139
140 – 159 160 – 179 180 – 209 ≥210
<85 85 – 89
90 – 99
100 – 109 110 – 119 ≥120
Sumber : Brunner & Suddarth’s (2001)
*Tidak sedang memakai obat antihipertensi dan tidak sedang sakit akut.
Apabila tekanan diastolik dan sistolik pada kelompok yang berbeda, maka
harus dipilih kategori yang tertinggi untuk mengklasifikasikan status
tekanan darah seseorang. Misalnya 160/90 mmHg harus diklasifikasikan
stadium 2 dan 180/120 mmHg harus diklasifikasikan stadium 4. hipertensi
sistolik mandiri dinyatakan sebagai tekanan darah sistolik 140 mmHg atau
lebih tinggi dan tekanan diastoliknya kurang dari 90 mmHg dan
diklasifikasikan pada stadium yang sesuai (misal 170/85 mmHg dianggap
sebagai hipertensi sistolik mandiri).
15
3. Klasifakasi Hipertensi Berdasarkan Penyebabnya
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dapat dibedakan menjadi dua
golongan besar yaitu :
a. Hipertensi esensial (hipertensi primer)
Hipertensi primer adalah hipertensi yang tidak diketahui dengan pasti
penyebabnya. Kurang lebih 90% dari penderita hipertensi digolongkan
atau disebabkan oleh hipertensi primer. Menurut Lany Gunawan
(2001) faktor-faktor resiko yang dapat menyebabkan terjadinya
hipertensi primer adalah :
1) Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki
kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang
tuanya adalah penderita hipertensi.
2) Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah
umur, jenis kelamin, dan ras. Umur yang bertambah akan
menyebabkan terjadinya kenaikan tekanan darah. Tekanan darah
pria umumnya lebih tinggi dibandingkan dengan wanita.juga,
angka statistik di Amerika menunjukkan prevalensi hipertensi pada
orang kulit hitam hampir dua kali lebih banyak dibandingkan
dengan orang kulit putih.
3) Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi
16
adalah konsumsi garam yang tinggi, kegemukan atau makan yang
berlebihan, stres dan pengaruh lain. Faktor-faktor tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut :
a) Konsumsi garam yang tinggi
Dari data statistik ternyata dapat diketahui bahwa hipertensi
jarang diderita oleh suku bangsa atau penduduk dengan
konsumsi garam yang rendah. Dunia kedokteran telah
membuktikan bahwa pembatasan konsumsi garam dapat
menurunkan tekanan darah dan pengeluaran garam (natrium)
oleh obat diuretik akan menurunkan tekanan darah.
b) Kegemukan atau makan yang berlebihan
Dari penelitian kesehatan yang banyak dilaksanakan, terbukti
bahwa ada hubungan antara kegemukan (obesitas) dan
hipertensi. Meskipun mekanisme bagaimana kegemukan
menimbulkan hipertensi belum jelas, tetapi sudah terbukti
penurunan berat badan dapat menurunkan tekanan darah.
c) Stres atau ketegangan jiwa
Sudah lama diketahui bahwa stres atau ketegangan jiwa (rasa
tertekan, murung, rasa marah, dendam, rasa takut, rasa
bersalah) dapat merangsang kelenjar anak ginjal melepaskan
hormon adrenalin yang memacu jantung berdenyut lebih cepat
dan kuat, sehingga tekanan darah akan meningkat. Jika stres
berlangsung lama, tubuh akan berusaha mengadakan
17
penyesuaian sehingga timbul kelainan organis atau perubahan
patologis, gejala yang muncul dapat berupa hipertensi atau
penyakit maag.
d) Pengaruh lain
Pengaruh lain yang dapat menyebabkan naiknya tekanan darah
adalah sebagai berikut :
(1) Merokok, karena dapat merangsang sistem adrenergik dan
meningkatkan tekanan darah
(2) Minum alkohol
(3) Minum obat-obatan, misal ephedrin, prednison, epinefrin.
b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan oleh penyakit
lain. Penyaki-penyakit yang dapat menyebabkan hipertensi (Barbara C.
Long, 1996) adalah :
1) Koarktasio aorta
2) Kelenjar adrenal : pheochromocytoma, tumor cathecolamin yang
terus menerus mengeluarkan lendir, penyakit chusing.
3) Penyakit ginjal, glomeuronefritis kronis (penyebab yang paling
lazim diketahui)
4) Toxemia kehamilan
5) Thyrotoksikosis
6) Kenaikan tekanan intracranial oleh tumor atau trauma.
18
7) Penyakit kolagen.
8) Pengaruh sekunder dari obat tertentu, seperti obat kontrasepsi oral.
4. Tanda dan Gejala
Barbara C. Long (1996) mengungkapkan bahwa pada tingkat awal,
sesungguhnya hipertensi asimtomatis (tanpa gejala). Bila ada gejala-gejala
itu terdiri dari :
a. Sakit kepala pada oksipital, sering timbul pada pagi hari
b. Vertigo dan muka merah
c. Epistaxis spontan
d. Penglihatan kabur atau scotoma dengan perubahan retina
e. Kekerapan nokturia akibat peningkatan tekanan darah dan bukan
karena gangguan ginjal
f. Sebagai akibat hipertensi yang berkepanjangan yaitu :
a) Insufisiensi koroner dan penyumbatan
b) Kegagalan jantung
c) Kegagalan ginjal
d) Cerebovascular accident (stroke)
5. Komplikasi
Tekanan darah yang terus-menerus tinggi dan tidak terkontrol
dapat menimbulkan komplikasi pada organ-organ tubuh yaitu sebagai
berikut :
19
a. Komplikasi pada otak
Tekanan darah yang terus-menerus tinggi menyebabkan kerusakan
pada dinding pembuluh darah yang disebut disfungsi endotel. Hal ini
memicu pembentukan plak aterosklerosis dan trombosis (pembekuan
darah yang berlebihan). Akibatnya pembuluh darah tersumbat dan jika
penyumbatan terjadi pada pembuluh darah otak dapat menyebabkan
stroke.
b. Komplikasi pada mata
Hipertensi yang berkepanjangan dapat menyebabkan retinopati
hipertensi dan dapat menyebabkan kebutaan.
c. Komplikasi pada jantung
Selain pada otak, penyumbatan pembuluh darah dapat terjadi pada
pembuluh koroner dapat menyebabkan penyakit jantung koroner (PJK)
dan kerusakan otot jantung (Infark Jantung). Selain itu pada penderita
hipertensi, beban kerja jantung akan meningkat, otot jantung akan
menyesuaikan sehingga akan terjadi pembesaran jantung dan semakin
lama otot jantung akan mengendor dan berkurang elastisnya yang
disebut dengan dekompensasi. Akibatnya jantung tidak mampu lagi
memompa dan menampung darah dari paru sehingga banyak cairan
yang tertahan di paru-paru maupun jaringan tubuh lain yang dapat
menyebabkan sesak nafas atau oedema, kondisi ini disebut gagal
jantung
20
d. Komplikasi pada ginjal
Hipertensi dapat menyebabkan pembuluh darah pada ginjal mengkerut
(vasokontriksi) sehingga aliran nutrisi ke ginjal terganggu dan
menyebabkan kerusakan sel-sel ginjal yang pada akhirnya terjadi
gangguan fungsi ginjal. Apabila tidak segera ditangani dapat
menyebabkan gagal ginjal kronik atau bahkan gagal ginjal terminal.
6. Penatalaksanaan Hipertensi
Brunner & Suddarth’s (2001) mengemukakan bahwa tujuan dari
tiap program penanganan atau penatalaksanaan pasien hipertensi adalah
mencegah terjadinya morbiditas dan mortalitas penyerta dengan mencapai
dan mempertahankan tekanan darah di bawah 140/90 mmHg.
Penatalaksanaan pasien hipertensi dapat dilakukan dengan dua
pendekatan yaitu secara nonfarmakologis dan farmakologis yang akan
dijelaskan sebagai berikut :
a. Penatalaksanaan nonfarmakologis
Menurut Lany gunawan (2001) agar terhindar dari komplikasi,
harus diambil tindakan pencegahan yang baik (Stop High Blood
pressure), antara lain sebagai berikut :
1) Mengurangi konsumsi garam
Pembatasan konsumsi garam sangat dianjurkan, maksimal 2 gr
garam dapur perhari. Dan menghindari makanan yang kandungan
garamnya tinggi. Misalnya telur asin, ikan asin, terasi, minuman
dan makanan yang mengandung ikatan natrium.
21
2) Menghindari kegemukan (obesitas)
Menghindarkan kegemukan dengan menjaga berat badan tetap
normal atau tidak berlebihan. Batasan kegemukan menurut Anie
Kurniawan (2006) yaitu sebagai berikut :
a) Berat badan ± 10 % dari berat badan ideal masih dalam batas
normal
b) Berat badan lebih dari 10 % dari berat badan ideal sudah terjadi
kegemukan
c) Berat badan diatas 20 % dari berat badan ideal sudah terjadi
obesitas
Cara penentuan berat badan ideal ada beberapa macam, tetapi agar
praktis dan muda dapat digunakan rumus Bioca yaitu :
BB Ideal = (TB – 100) – 10% (TB – 100)
Dimana :
BB = Berat Badan (kg)
TB = Tinggi Badan (cm)
3) Membatasi konsumsi lemak
Membatasi konsumsi lemak dilakukan agar kadar kolesterol darah
tidak terlalu tinggi. Kadar kolesterol darah yang terlalu tinggi dapat
mengakibatkan terjadinya endapan kolesterol dalam dinding
pembuluh darah. Lama-kelamaan jika endapan kolesterol
bertambah akan menyumbat pembuluh nadi dan mengganggu
peredaran darah. Dengan demikian, akan memperberat kerja
22
jantung dan secara tidak langsung memperparah hipertensi. Kadar
kolesterol normal dalam darah dibatasi maksimal 200 mg – 250 mg
per 100 cc serum darah. Untuk menjaga agar kadar kolesterol
darah tidak bertambah tinggi, Himpunan Ahli Jantung Amerika
(American Heart Association) menganjurkan agar konsumsi
kolesterol dalam makanan dibatasi tidak lebih dari 300 mg setiap
hari. Contoh makanan yang kandungan kolestrolnya tinggi seperti :
kuning telur ayam, telur bebek, hati sapi, hati babi, otak sapi, otak
babi, mentega dan lain-lainnya.
4) Olahraga teratur
Menurut penelitian, olahraga secara teratur dapat menyerap atau
menghilangkan endapan kolestrol pada pembuluh nadi. Olahraga
yang dimaksudkan adalah latihan menggerakkan semua sendi dan
otot tubuh (latihan isotonik dan dinamis), seperti gerak jalan,
senam, berenang, naik sepeda. Tidak diajurkan melakukan
olahraga yang menegangkan seperti tinju, gulat atau angkat besi,
karena latihan yang berat bahkan dapat menimbulkan hipertensi.
5) Makan banyak buah dan sayuran segar
Buah dan sayuran segar mengandung banyak vitamin dan mineral.
Buah yang banyak mengandung mineral kalium dapat membantu
menurunkan tekanan darah yang ringan. Menurut Anie Kurniawan
(2006) menyatakan bahwa peningkatan masukan kalium (4,5 gram
atau 120 – 175 mEq/hari) dapat memberikan efek penurunan darah.
23
Selain itu, pemberian kalium juga membantu untuk mengganti
kehilangan kalium akibat dari rendahnya natrium. Contoh buah
yang banyak mengandung kalium : apel (159 mg kalium), jeruk
(250 mg kalium), tomat (366 mg kalium), pisang (451 mg kalium)
kentang panggang (503 mg kalium) dan lain-lainnya.
6) Tidak merokok dan tidak minum alkohol
Karena merokok merangsang sistem adrenergik dan meningkatkan
tekanan darah. Dan berdasarkan penelitian bahwa ada hubungan
yang linear antara jumlah alkohol yang diminum dengan laju
kenaikan tekanan sistolik arteri.
7) Latihan relaksasi atau meditasi
Relaksasi atau meditasi berguna untuk mengurangi stres atau
ketegangan jiwa. Relaksasi dilaksanakan dengan mengencangkan
dan mengendorkan otot tubuh sambil membayangkan sesuatu yang
damai, indah dan menyenangkan. Relaksasi dapat pula dilakukan
dengan mendengarkan musik atau bernyanyi.
8) Berusaha membina hidup yang positif
Dalam kehidupan modern yang penuh dengan persaingan, tuntutan
atau tantangan yang menumpuk menjadi tekanan atau beban stres
(ketegangan) bagi setiap orang. Jika tekanan stres terlampau besar
sehingga melampaui daya tahan individu, akan menimbulkan sakit
kepala, suka marah, tidak bisa tidur, sehingga akan meningkatkan
tekanan darah. Agar terhindar dari efek negatif tersebut, orang
24
harus berusaha membina hidup yang positif. Beberapa cara untuk
membina hidup yang positif adalah sebagai berikut :
a) Mengeluarka isi hati dan memecahkan masalah
b) Membuat jadwal kerja, menyediakan waktu istirahat atau
kegiatan santai
c) Menyelesaikan satu tugas pada satu saat saja, biarkan orang
lain menyelesaikan bagiannya.
d) Sekali-kali mengalah, belajar berdamai
e) Mencoba menolong orang lain
f) Menghilangkan perasaan iri dan dengki
b. Penatalaksanaan farmakologis
Tujuan dari pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan
tekanan darah saja, tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi.
Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup dan
diperlukan usaha pasien untuk mengontrolkan tekanan darah, berobat
dan minum obat secara teratur sesuai dengan program terapi.
Pengobatan standar yang dianjurkan Joint National Committee
on Detection, Evaluation and treatment of High Blood Pressure (1988)
yang dikutip oleh Lany Gunawan (2001) menyimpulkan bahwa obat
diuretik, penyekat beta, antagonis kalsium, atau penghambat ACE
(Angiotensin Converting Enzim), dapat digunakan sebagai obat tunggal
pertama dengan memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain
yang ada pada penderita.
25
Bila tekanan darah tidak dapat diturunkan dalam satu
bulan, dosis obat dapat disesuaikan sampai dosis maksimal atau
menambahkan obat golongan lain atau mengganti obat pertama dengan
obat golongan lain. Sasaran penurunan tekanan darah adalah kurang
dari 140/90 mmHg dengan efek samping minimal. Penurunan dosis
obat dapat dilakukan pada golongan hipertensi ringan yang sudah
terkontrol dengan baik selama satu tahun.
Jenis obat antihipertensi yang sering digunakan adalah sebagai
berikut :
1) Diuretika
Diuretika adalah obat yang memperbanyak kencing, mempertinggi
pengeluaran garam (NaCl). Dengan turunnya kadar Na+, maka
tekanan darah akan turun dan efek hipotensifnya kurang kuat. Obat
yang sering digunakan adalah obat yang daya kerjanya panjang
sehingga dapat digunakan dosis tunggal, diutamakan diuretika
yang hemat kalium. Obat yang banyak beredar adalah
Spironolactone, HCT, Chlortalidone dan Indopanide.
2) Alfa-blocker
Alfa-blocker adalah obat yang dapat memblokir reseptor alfa yang
menyebabkan vasodilatasi perifer serta turunnnya tekanan darah.
Karena efek hipotensinya ringan sedangkan efek sampingnya agak
kuat (hipotensi ortostatik dan takikardi) maka jarang digunakan.
26
Obat yang termasuk dalam Alfa-blocker adalah Prazosin dan
Terazosin.
3) Beta-blocker
Mekanisme kerja obat Beta-blocker belum diketahui dengan pasti.
Diduga kerjanya berdasarkan beta blokade pada jantung sehingga
mengurangi daya dan frekuensi kontraksi jantung. Dengan
demikian, tekanan darah akan menurun dan daya hipotensinya
baik. Obat yang terkenal dari jenis Beta-blocker adalah Propanolol,
Atenolol, Pindolol dan sebagainya.
4) Obat yang bekerja sentral
Obat yang bekerja sentral dapat mengurangi pelepasan non
adrenalin sehingga menurunkan aktivitas saraf adrenergik perifir
dan turunnya tekanan darah. Penggunaan obat ini perlu
memperhatikan efek hipotensi ortostatik. Obat yang termasuk
dalam jenis ini adalah Clonidine, Guanfacine dan Metildopa.
5) Vasodilator
Obat vasodilator mempunyai efek mengembangkan dinding
arteriole sehingga daya tahan perifir berkurang dan tekanan darah
menurun. Obat yang termasuk dalam jenis ini adalah Hidralazine
dan Ecarazine.
6) Antagonis kalsium
Mekanisme antagonis kalsium adalah menghambat pemasukan ion
kalsium ke dalam sel otot polos pembuluh darah dengan efek
27
vasodilatasi dan turunnya tekanan darah. Obat jenis antagonis
kalsium yang terkenal adalah Nifedipine dan Verapamil.
7) Penghambat ACE
Obat penghambat ACE ini menurunkan tekanan darah dengan cara
menghambat Angiotensin converting enzim yang berdaya
vasokontriksi kuat. Obat jenis penghambat ACE yang populer
adalah Captopril (Capoten) dan Enalapril.
C. Pendidikan kesehatan
1. Definisi pendidikan kesehatan
Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan
untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat
sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan.
Konsep dasar pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti
didalam pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan, atau
perubahan ke arah yang lebih dewasa, lebih baik dan lebih matang pada
diri individu, kelompok atau masyarakat. (Notoadmodjo, 2003 dikutip
oleh Mubarak et al, 2007).
Pendidikan kesehatan sebagai sekumpulan pengalaman yang
mendukung kebiasaan, sikap dan pengetahuan yang berhubungan dengan
kesatuan individu, masyarakat, dan ras. (Wood, 1926 dikutip Mubarak,
2007).
28
Pendidikan kesehatan adalah komponen program kesehatan dan
kedokteran yang terdiri atas upaya terancang untuk mengubah perilaku
individu, kelompok maupun masyarakat yang merupakan perubahan cara
berfikir, sikap, dan berbuat dengan tujuan membantu pengobatan
renovitasi, pencegahan penyakit dan promosi hidup sehat. (Stuart, 1968
dikutip Mubarak et al, 2007).
2. Tujuan pendidikan kesehatan
Tujuan pendidikan kesehatan, secara operasional telah terperinci oleh
Wong, 1974 dikutip Mubarak et al, 2007 senagai berikut :
a. Agar masyarakat memiliki tanggung jawab yang lebih besar pada
kesehatannya keselamatan lingkungan dan masyarakat.
b. Agar orang melakukan langkah – langkah dalam mencegah terjadinya
penyakit menjadi lebih parah, dan mencegah keadaan ketergantungan
melalui rehabilitasi cacat yang disebabkan oleh penyakit.
c. Agar orang memiliki pengertian yang lebih baik tentang eksistensi dan
perubahan – perubahan system dan cara memanfaatkannya dengan
efisiensi dan efektif.
d. Agar orang mempelajari apa yang dapat dia lakukan sendiri dan
bagaimana caranya, tanpa selalu meminta pertolongan kepada system
kesehatan yang formal.
3. Sasaran
Sasaran pendidikan kesehatan di Indonesia, berdasarkan pada program
perkembangan Indonesia, adalah :
29
a. masyarakat umum dengan berorientasi pada masyarakat pedesaan.
b. Masyarakat dalam kelompok tertentu, seperti wanita, pemuda, remaja.
c. Sasaran individu dengan teknik pendidikan kesehatan individual.
4. Pentingnya pendidikan kesehatan dalam keperawatan
Tujuan pendidikan kesehatan dalam keperawatan adalah untuk
meningkatkan status kesehatan, mencegah timbulnya penyakit,
mempertahankan derajat kesehatan, memaksimalkan fungsi dan peran
pasien selama sakit, dan membantu pasien dan keluarga mengatasi
masalah kesehatan.
5. Pensip-prinsip pendidikan kesehatan
a. Belajar mengajar befokus pada klien, pendidikan klien adalah
hubungan klien yang berfokus pada kebutuhan klien yang spesifik.
b. Belajar mengajar bersifat menyeluruh (holistik), tidak hanya berfokus
pada muatan spesifik saja.
c. Belajar mengajar negosiasi, pentingnya kesehatan untuk menentukan
apa yang diketahui dan apa yang penting diketahui.
d. Belajar mengajar yang interaktif, proses partisipasi dari petugas
kesehatan dan klien.
e. Pertimbangan umur dalam pendidikan kesehatan untuk menumbuh
kembangkan seluruh kemampuan dan perilaku manusia melalui
pengajaran.
30
6. Kerangka konsep proses pendidikan kesehatan
Gambar 2.1 : proses pendidikan kesehatan
7. Tahap-tahap kegiatan
Dalam hal ini hanlon (1964) seperti dikutip anwar (1983) mengemukakan
tahap-tahap ini.
Input atau masukan Dalam hal ini adalah subjek belajar (siswa) atau individu, kelompok, keluarga dan masyarakat.
Proses terjadi melalui proses belajar mengajar
Keluaran/output Adanya perilaku baru dalam bentuk kemampuan sebagai hasil perubahan perilaku yang sehat dari sasaran didik
a. Latar belakang pendidikan
b. Bagaimana factor social dan ekonomi
c. Kesiapan fisik (status kesehatannya)
d. Kesiapan Psikologis / kejiwaan
PBM (Proses Belajar Mengajar) akan berjalan dengan baik bila ditunjang :
a. Materi kurikulum yang tepat
b. Sumber daya (dana dan fasilitas pendukung lain baik perangkat lunak/peragkat keras)
c. Lingkungan belajar yang kondusif
d. SDM (Sumber Daya Manusia : Dosen / Guru yang ahli dibidangnya)
e. Subjek belajar berperan aktif dengan baik, dan lain sebagainya
31
1. Tahap sensitisasi
Tahap ini dilakukan guna memberikan informasi dan kesadaran
pada masyarakat terhadap adanya hal-hal penting berkaitan dengan
kesehatan. Misalnnya kesadaran akan adanya pelayanan kesehatan,
kesadaran akan adanya fasilitas kesehatan, kesadaran akan adanya wabah
penyakit, kesadaran akan adanya kegiatan imunisasi. Kegiatan ini tidak
memberikan peningkatan atau penjelasan mengenai pengetahuan, tidak
pula mengarah pada perubahan sikap, serta tidak atau belum bermaksud
agar masyarakat mengubah pada perilaku tertentu. Bentuk kegiatan adalah
siaran radio spot, poster, selebaran atau lainnya.
2. Tahap publisitas
Tahap ini adalah kelanjutan dari tahap sensitasi bentuk kegiatan
misalnya press relase dikeluarkan oleh departemen kesehatan untuk
menjelaskan lebih lanjut atau macam pelayanan kesehatan, umpamanya
macam pelayanan pada pukesmas, polindes, postu atau lainnya.
3. Tahap edukasi
Tahap ini sebagai kunjungan dari tahap sensitisasi. Tujuannya
untuk meningkatkan pengetahuan, mengubah sikap serta mengarahkan
kepada perilaku yang diinginkan oleh kegiatan tersebut. Cara yang
dilakukan adalah dengan metode belajar-mengajar.
32
Teori belajar-mengajar kaitannya dengan pendidikan kesehatan
a. Belajar
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalamanya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya
(Slamet, 1995)
Belajar ialah suatu proses untuk memperoleh pengetahuan,
padangan dan ketrampilan yang diperlukan untuk menghasilkan suatu
sikap dan perilaku ketika menghadapi suatu keadaan tertentu. Perilaku
disini bukan karena naluri dan sifatnya tidaklah sementara. Perubahan
perilaku disini karena proses belajar, oleh karena itu relative bersifat
menetap. (Azwar, 1993).
b. Mengajar
Mengajar adalah suatu proses mengajak orang lain untuk memiliki
suatu pengetahuan, pandangan ketrampilan tertentu yang diajukan dalam
suatu sikap dan perilaku tertentu yang telah direncanakan sebelumnya.
(Azwar, 1993).
4. Tanpa motivasi
Tahap ini merupakan kelanjutan dari tahap edukasi. Perorangan
atau masyarakat setelah mengikuti pendidikan kesehatan, benar-benar
mengubah perilaku sehari-harinya, sesuai perilaku yang dianjurkan oleh
pendidikan kesehatan oleh tahap ini.
33
Kegiatan-kegiatan ini dilakukan secara berurutan, tahap demi
tahap. Oleh karena itu pelaksana harus menguasai benar ilmu komnikasi
untuk tahap sensitasi dan publikasi atau ilmu belajar-mengajar yang
sungguh-sungguh untuk melaksanakan pendidikan kesehatan pada tahap
edukasi dan motivasi.
8. Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap sikap dan perilaku
Pendidikan kesehatan adalah suatu upaya atau kegiatan untuk
menciptakan perilaku masyarakat yang kondusif untuk kesehatan. Artinya
pendidikan kesehatan berupaya agar masyarakat menyadari atau
mengetahui bagaimana cara memelihara kesehatan mereka, bagaimana
menghindari atau mencegah hal-hal yang merugikan kesehatan mereka
dan kesehatan orang lain, kemana seharusnya mencari pengobatan
bilamana sakit, dan sebagainya. Kesadaran masyarakat di atas disebut
tingkat kesadaran/pengetahuan masyarakat tentang kesehatan. Lebih dari
itu, pendidikan kesehatan pada akhirnya bukan hanya mencapai kesehatan
pada masyarakat saja, namun yang lebih penting adalah mencapai perilaku
kesehatan (health behaviour). Kesehatan bukan hanya diketahui atau
didasari (knowledge) dan disikapi (attitude), melainkan harus
dikerjakan/dilaksanakan dalam kehidupan sehari- hari (practice) . Hal ini
berarti bahwa tujuan akhir dari pendidikan kesehatan adalah agar
masyarakat dapat mempraktekan hidup sehat bagi dirinya sendiri dan bagi
masyarakat, atau masyarakat dapat berperilaku hidup sehat (healthy life
style). (Notoatmodjo, 2003).
34
9. Langkah-langkah pelaksanaan pendidikan kesehatan
Langkah-langkah pelaksanaan pendidikan kesehatan berlangsung
berdasarkan urutan perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian.
Pada dasarnya berkaitan dengan bekerja dalam suatu masyarakat
sebenarnya banyak macamnya. Akan tetapi ada empat pokok yang disebut
langkah-langkah dan metode pengorganisasian masyarakat, sebagai
berikut:
a. Upaya mencari dan menemukan fakta. Ini dimaksudkan agar petugas
kesehatan mengenal permasalahan yang akan dihadapi serta kelompok
masyarakat yang akan diikut sertakan.
b. Upaya merumuskan prioritas kebutuhan (masalah)
Upaya ini harus dilakukan bersama masyarakat sehingga mereka
bersama-sama dapat mengenal permasalahannya dan dapat
diikutsertakan memecahkan masalah tersebut.
c. Upaya merumuskan kegiatan (program)
Setelah merumuskan prioritas kebutuhan maka dianjurkan dengan
perumusan kegiatan yang akan dilakukan. Pelaksanaan harus bersama
dengan masyarakat yang telah dirumuskan.
10. Perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pendidikan kesehatan
a. Perencanaan
Perencanaan sebagai suatu proses analisis dan pemahaman system,
perumusan tujuan umum dan khusus, memperkirakan kemampuan yang
dimiliki, menguraikan segala kemungkinan rencana yang akan
35
dilaksanakan, memilih satu di antaranya yang dipandang paling baik,
menyusun perincian rencana terpilih dengan selengkapnya, serta
mengikatnya dalam satu system pengawasan yang terus menerus sehingga
dapat dicapai hubungan yang optimal antara rencana dengan system yang
dimiliki.
Langkah-langkah pembuatan perencanaan sebagai berikut :
1) Pengumpulan data, mengolah, menyajikan serta menginterpretasikan
demikian rupa sehingga menjadi jelas
2) Menetapakan prioritas masalah kesehatan yang perlu segera
ditanggulangi
3) Rencana kerja.
4) Menyusun rencana terpadu
b. Penilaian
1) Penetapan tujuan penilaian
2) Penentuan waktu melakukan penilaian
3) Penetapan instrument yang digunakan untuk penilaian
4) Menetapkan cara menarik kesimpulan dari hasil yang dicapai
5) Penetapan ruang lingkup yang akan dinilai
6) Penetapan ukuran yang akan dicapai dalam menetapkan hasil program
11. Alat Bantu dan media pendidikan kesehatan
Alat bantu pendidikan adalah alat yang digunakan oleh pendidik
dalam penyampaian alat bahan pendidikan / pengajaran.
Berbagai alat Bantu yang dapat digunakan adalah :
36
a. Gambar / foto
b. Papan pratikum
c. Media proyeksi diam
d. Film rangkai
e. Media transportasi, dan lain-lain.
D. Peran perawat
Perawat mempunyai peran diantaranya sebagai berikut :
1. Peran Pelaksana
Dalam melaksanakan peran ini perawat bertindak sebagai
comforter, protector dan advocate, communicator serta rehabilitator.
Sebagai comforter, perawat berusaha memberi kenyamanan dan rasa
aman pada klien. Peran sebagai protector dan advocate lebih terfokus
pada kemampuan perawat melindungi dan menjalin agar hak dan
kewajiban klien terlaksana dengan seimbang dalam memperoleh
pelayanan kesehatan. Peran sebagai communicator sebagai mediator
antara klien dengan tim kesehatan lainnya. Sedangkan peran
rehabilitator mengembalikan fungsi organ atau bagian tubuh agar
sembuh dan dapat berfungsi normal. (Jumadi gaffer, 1999).
2. Peran sebagai pendidik
Sebagai pendidik, perawat berperan mendidik individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat serta tenaga keperawatan atau
tenaga kesehatan yang berada di bawah tanggung jawabnya. Peran ini
37
dapat berupa penyuluhan kesehatan kepada klien (individu, keluarga,
kelompok atau masyarakat) maupun bentuk desiminasi ilmu kepada
peserta didik keperwatan, antara sesama perawat atau tenaga kesehatan
lain.
3. Peran sebagai pengelola
Sebagai pengelola perawat berperan dalam memantau dan
menjamin kualitas asuhan atau layanan keperawatan serta
mengorganisasi dan mengendalikan system pelayanan keperawatan.
4. Peran sebagai peneliti
Sebagai peneliti dibidang perawatan, perawat diharapkan
mampu mengidentifikasi masalah penelitian, menerapkan prinsip dan
metode penelitian serta memanfaatkan hasil penelitian untuk
meningkatkan mutu asuhan atau pelayanan dan pendidikan kesehatan.
38
E. Kerangka Teori
Gambar : 2.2 kerangka teori
Sumber : Notoatmodjo (2003), Neil Niven (2002), Lany Gunawan (2001)
Pengalaman pribadi
Pengaruh orang lain
Pengaruh kebudayaan
Media massa
Lembaga pendidikan dan lembaga agama
Pengaruh faktor emosional
pendidikan
Sosial ekonomi
Kesiapan fisik
Kesiapan fsikologis
Sikap
39
F. Kerangka Konsep
Gambar : 2.3 kerangka konsep
G. Variabel penelitian
Variabel penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Variabel independent (Variabel bebas) merupakan stimulus atau intervensi
keperawatan yang diberikan kepada klien untuk mempengaruhi tingkah
laku pasien.( Nursalam, 2003).
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pendidikan kesehatan tentang
hipertensi.
2. Variabel Dependen (Variabel terikat) adalah faktor yang diamati dan
diukur untuk menentukan adanya tidaknya hubungan atau pengaruh dari
variable bebas. (Nursalam, 2003).
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah sikap dalam aktifitas, istirahat
dan pada makan pada penderita hipertensi.
Variabel Dependen Sikap dalam aktifitas, isrirahat dan pola makan pada penderita hipertensi
Variabel Independen Pendidikan kesehatan tentang hipertensi
40
H. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini adalah “ Ada Pengaruh Pendidikan Kesehatan
Terhadap Sikap Dalam Aktifitas, Istirahat dan Pola Makan Pada Penderita
Hipetensi Di Wilayah RT 02 RW 03 Candi Pawon Semarang Barat.