BAB II TINJAUAN KONSEP 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Tinjauan ... II.pdfSanur Bali, menyiapkan suatu...
Transcript of BAB II TINJAUAN KONSEP 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Tinjauan ... II.pdfSanur Bali, menyiapkan suatu...
BAB II TINJAUAN KONSEP
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Tinjauan Penelitian Sebelumnya
Tinjauan hasil penelitian sebelumnya yang dimaksud adalah kajian terhadap
hasil-hasil karya tulis yang relevan dengan penelitian ini. Penelitian sebelumnya
dipilih sebagai pedoman atau acuan dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini
akan diuraikan hasil penelitian sebelumnya, diantaranya sebagai berikut :
I Gede Nyoman Triastana Adi Putra , “Strategi Pemasaran Produk MICE di
Patra Jasa Bali Resort & Villas”. Laporan akhir 2013. Dalam laporan ini
membahas tentang strategi pemasaran yang diterapkan oleh departemen sales &
marketing untuk memasarkan produk MICE yang dimiliki. Tinjauan konsep serta
teknik analisis data yang dipergunakan adalah analisis SWOT serta bauran
pemasaran, dimana dalam pembahasannya banyak menguraikan strategi
pemasaran serta fasilitas MICE. Persamaan tinjauan penelitian ini dengan laporan
yang akan disusun adalah penggunaan bauran pemasaran, selain itu lokasi
penelitian yang dipergunakan sama yakni di Patra Jasa Bali Resort & Villas.
Perbedaan laporan ini dengan penelitian ini adalah penggunaan studi komparatif,
jadi bauran yang dimaksud adalah membandingkan bauran pemasaran khusus
produk MICE antara dua akomodasi diantaranya Patra Jasa Bali Resort & Villas
dengan Discovery Kartika Plaza Hotel Bali.
Penelitian yang kedua dilakukan oleh Yupitrika Anugraha (2012) dalam
kajiannya yang berjudul “Strategi Pemasaran Usaha Jasa Meeting, Incentive,
Conference, Exhibition (MICE) Pada PT. Pacific World Nusantara Sanur Bali”,
dalam penelitian ini menjelaskan PT. Pacific World Nusantara Sanur Bali
memiliki strategi dalam menjadikan MICE sebagai salah satu pangsa pasar
pariwisata Bali. Dalam upaya memenangkan pasar, PT. Pasific World Nusantara
Sanur Bali, menyiapkan suatu proposal penawaran yang berbentuk buku yang di
buat semenarik mungkin yang dikemas dalam bentuk buku untuk di perkenalkan
perusahaan kepada ruang lingkupnya kepada calon konsumen. PT. Pasific World
Nusantara Sanur Bali, menunjang strategi pemasaran dengan bauran pemasaran
produk jasa yaitu keseluruhan kegiatan usaha yang ditujukan untuk merencanakan
product, price, place dan promotion. Dalam penelitian yang dilakukan oleh
Yupitrika Anugraha menggunakan anailsis SWOT.
Penelitian yang ketiga dilakukan oleh Romy Agung Wibisono (2010), yang
berjudul “Penerapan Analisis SWOT Dalam Strategi Pemasaran di The Patra Bali
Resort & Villas – Tuban – Bali”. Penerapan analisis SWOT merupakan teknik
analisis data yang dipergunakan, dimana dalam laporan ini dijelaskan kekuatan,
kelemahan, peluang dan tantangan dalam kegiatan pemasaran di Patra Bali Resort
& Villas. Analisis SWOT lebih di analisis secara rinci. Analisis SWOT inilah yang
menjadi pedoman dalam penyusunan penelitian ini. Adapun hasil serta kesimpulan
dari laporan ini bahwa strategi pemasaran yang telah diterapkan oleh Patra Jasa
Bali Resort & Villas dilihat dari analisis SWOT, bahwa pemasaran dalam
penjualan kamar telah baik dimana fluktuasi hunian yang tidak pernah mengalami
penurunan secara drastis, dimana market segmen ata pasara wisatawan utama
adalah China-Taiwan, dan Australia pada posisi kedua.
Penelitian yang keempat dilakukan oleh Panus Kayoga dengan judul “Strategi
Pemasaran Pada Hotel Sanur Paradise Plaza di Kawasan Wisata Sanur Bali”.
Pada penelitian ini menggunakan analisis SWOT serta bauran pemasaran, dan
teknik pengumpulan data dipergunakan observasi, wawancara mendalam dan
dokumentasi. Hasil dari penelitian ini adalah grafik SWOT serta saran yang
diberikan kepada manajemen hotel antara lain meningkatkan kualitas produk dan
melakukan upaya perbaikan pada segmenting, targeting dan positioning.
Persamaan penelitian ini adalah sama-sama membahas pemasaran, sedangkan
perbedanya yaitu pada lokasi penelitian dan tekik analisis data yang dipergunakan.
2.2 Deskripsi Teori
2.2.1 Tinjauan Penelitian Komparatif
Penelitian komparatif adalah penelitian yang bersifat membandingkan.
Penelitian ini dilakukan untuk membandingkan persamaan dan perbedaan dua
atau lebih fakta-fakta dan sifat-sifat objek yang diteliti berdasarkan kerangka
pemikiran tertentu. Pada penelitian ini variabelnya masih mandiri tetapi untuk
sampel yang lebih dari satu atau dalam waktu yang berbeda. Menurut Nazir
(2005: 58) penelitian komparatif adalah sejenis penelitian deskriptif yang ingin
mencari jawaban secara mendasar tentang sebab - akibat, dengan menganalisis
faktor-faktor penyebab terjadinya ataupun munculnya suatu fenomena tertentu.
Jadi penelitian komparatif adalah jenis penelitian yang digunakan untuk
membandingkan antara dua kelompok atau lebih dari suatu variabel tertentu.
2.2.2 Tinjauan Tentang Hotel
Menurut Komar (2014: 2) hotel merupakan organisasi yang kompleks dengan
beberapa bagian yang mungkin tidak akan terlihat oleh masyarakat biasa pada
umumnya. Menurut Sujatno (2006:29) hotel adalah suatu akomondasi yang
mempergunakan sebagian atau seluruh bangunan untuk menyediakan jasa
penginapan, makanan, dan minuman serta jasa lainnya bagi umum, yang dikelola
secara komersial. Menurut Baygono (2012: 63) hotel adalah akomondasi yang
dikelola secara komersial dan profesional, disediakan bagi setiap orang untuk
mendapatkan pelayanan penginapan, makan dan minum serta pelayanan lainnya.
Pendapat para ahli yang dimaksud dengan hotel adalah suatu akomodasi yang
menyediakan pelayanan jasa, penginapan, makanan dan minuman yang dikelola
secara komersial.
Secara sederhana akomondasi dapat diartikan sebagai suatu bangunan yang
memiliki kamar-kamar dan fasilitas lain seperti bar dan restoran yang disediakan
untuk para tamu baik yang dikelola secara sederhana maupun profesional
(Bagyono 2012: 62). Jenis akomondasi meliputi :
1. Hotel
Hotel adalah akomondasi yang dikelola secara komersial dan profesional,
disediakan bagi setiap orang untuk mendapatkan pelayanan penginapan,
makan dan minum serta pelayanan lainnya.
2. Motel
Motel adalah jenis akomondasi yang dirancang khusus untuk orang-orang
atau tamu yang tengah melakukan perjalanan dengan mengendarai mobil.
Kata motel berasal dari kata “Motor Hotel” atau Motor Inn,”Motor Court”
atau “Motor Lodge”. Ciri-ciri motel:
1) Memiliki tempat parkir atau garasi untuk tiap kamar.
2) Bangunan berbentuk bugalow, cottage atau villa.
3) Berada di tepi jalan raya yang menghubungkan dua kota dan objek
wisata.
4) Lokasinya dekat dengan bengkel, pencurian mobil dan pompa bensin.
5) Fasilitas kamar dilengkapi dengan kulkas kecil dan perlengkapan
makan pagi.
6) Terdapat tempat bermain anak.
3. Losmen
Losmen yang berasal dari kata “Lodgement” adalah suatu usaha komersial
yang menggunakan seluruh atau sebagai dari bangunan yang khusus
disediakan bagi setiap orang untuk memperoleh pelayanan penginapan.
4. Pondok Remaja (Youth Hostel)
Pondok remaja yaitu suatu jenis akomondasi yang dirancang khusus dan
disediakan untuk para remaja, pelajar serta mahasiswa yang sedang
melaksanakan study tour, kunjungan dan lain-lain. Youth hostell biasanya
menyediakan kamar tidur yang dapat diisi oleh lebih dari dua orang per
kamar dan tarif kamarnya pun relatif murah.
5. Bumi Perkemahan (Camping Ground)
Bumi perkemahan yaitu acara perkemahan yang disediakan sebagai sarana
akomondasi.
6. Pondok Wisata atau Wisma (Guest House atau Homestay)
Pondok wisata adalah rumah-rumah pribadi yang disewakan kepada
wisatawan.
7. Inn
Kata Inn pada dasarnya memiliki arti yang hampir sama dengan kata
“Hotel”. Inn merupakan cikal bakal terbentuknya hotel.
8. Marina atau Boatel atau Nautel
Boatel ialah jenis akomondasi yang dibangun secara permanen di
permukaan air (sungai, danau, laut dan lain-lain), sedangkan letak menuju
ke tempat tersebut biasanya dihubungkan dengan jembatan atau naik kapal.
9. Holiday Flatlets
Holiday Flatlets ialah suatu jenis akomondasi yang berbentuk rumah susun
(Flat) dan para tamu dapat menyewa secara mingguan.
10. Holiday Camps
Holiday Camps adalah akomondasi yang merupakan perpaduan antara
pondok wisata dan wisma.
11. Chalet
Chalet ialah akomondasi yang sebagian bangunannya terbuat dari bahan
kayu dan berlokasi di sepanjang lereng pegunungan. Chalet dapat
ditemukan di Switzerland.
12. Floating Hotel (Hotel Terapung) atau Marine Hotel
Hotel Terapung adalah kapal pesiar yang dilengkapi dengan fasilitas kamar,
restoran dan bar seperti layaknya hotel berbintang.
13. Apartemen
Apartemen ialah jenis akomondasi yang disewakan untuk umum dengan
jangka waktu tinggal cukup lama.
14. Mess
Mess adalah jenis akomondasi yang biasanya dimiliki oleh suatu perusahaan
tertentu dan disediakan untuk karyawannya dengan sewa kamar sangat
murah.
Kategori hotel adalah berdasarkan lokasi, harga, tingkat pelayanan, dan
fasilitas yang tersedia sebagimana diketahui bahwa sebuah bangunan tertentu
mungkin mencakup kategori-kategori yang ingin ditemukan oleh para tamu
ketika mereka pertama kali masuk hotel (check in), yaitu (Komar, 2014: 117) :
1. Comercial Hotel
Comercial Hotel mengacu pada bangunan hotel yang khususnya
melayani para tamu bisnis. Comercial Hotel biasanya berlokasi di pusat
kota atau daerah bisnis dan mungkin ukuran kecil, sedang atau besar.
2. Airport Hotel
Hotel semacam ini terletak di sekitar wilayah airport karena
kenyamanannya bagi para tamu. Airport Hotel dapat bervariasi mulai
dari yang berukuran kecil sampai yang berukuran besar.
3. Economy Hotel
Economy Hotel telah tersebar di seluruh negara untuk tamu dengan
biaya terbatas. Para tamu mungkin tidak akan mendapatkan fasilitas
seperti yang biasanya ditemukan di hotel-hotel yang lebih mahal.
4. Suite Hotel
Jenis hotel ini ditandai dengan ruang tamu yang memiliki kamar tidur
dan ruang tamu yang terpisah (atau yang sering disebut parlour).
5. Residential Hotel
Gambaran Residensial Hotel hampir sama dengan Suite Hotel. Orang-
orang yang tinggal di Residential Hotel dalam waktu yang lama.
6. Casino Hotel
Hotel ini menarik para tamu ke perusahaan judi mereka dan ke ruang
pertunjukan mereka untuk melihat hiburan ternama. Bukanlah hal yang
umum bagi hotel-hotel kasino untuk menawarkan restoran khusu,
pertunjukan luar biasa, dan menyewa penerbangan untuk para pendatang
dari kalangan atas untuk menarik keuntungan dalam hal judi.
7. Resorts
Resort Hotel dibedakan dari hotel lainnya oleh fakta bahwa Resort ini
merupakan pilihan terakhir dari para tamu. Dengan kata lain, para tamu
berencana untuk datang ke Resort tertentu karena pemandangan alam di
sekelilingnya, aktivitas yang tersedia, atau untuk menyingkir dari
kehidupan mereka sehari-hari.
2.2.3 Tinjauan Tentang Strategi
Menurut Kenneth R. Andrews (2002:157) menyatakan bahwa strategi
perusahaan adalah pola keputusan dalam perusahaan yang menentukan dan
mengungkapkan sasaran, maksud atau tujuan yang menghasilkan kebijakan
utama dan merencanakan untuk pencapaian tujuan serta merinci jangkauan bisnis
yang akan dikejar oleh perusahaan.
Menurut Chandler (2009:3) strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan
perusahaan dalam kaitannya dengan tujuan jangka panjang, program tindak
lanjut, serta prioritas alokasi sumber daya.
Hamel dan Prahalad (2009:4) menyatakan bahwa strategi merupakan tindakan
yang senantiasa meningkat dan terus-menerus dan dilakukan berdasarkan sudut
pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa depan.
Dengan demikian perencanaan strategi hampir selalu dimulai dari “apa yang
akan terjadi”, bukan dimulai dari “apa yang terjadi”. Terjadinya kecepatan
inovasi pasar baru dan perubahan pada pola konsumen memerlukan kompetensi
inti. Perusahaan perlu mencari kompetensi inti di dalam bisnis yang dilakukan.
Menurut Andrews dan Chaffe (2009:4) strategi adalah kekuatan motivasi
untuk stakeholder, seperti stakeholders, manajer, karyawan, konsumen,
komunitas, pemerintah dan sebagainya, yang baik secara langsung maupun tidak
langsung menerima keuntungan atau biaya yang ditimbulkan oleh tindakan yang
dilakukan oleh perusahaan.
Dari beberapa pengertian strategi diatas, maka kesimpulannya strategi
merupakan rencana yang menjabarkan ekspektasi perusahaan akan dampak dari
berbagai aktivitas atau program pemasaran terhadap permintaan produk atau lini
produknya di pasar sasaran tertentu. Dalam penelitian ini, penerapan strategi
yang diteliti adalah strategi dalam pemasaran produk MICE dan wedding di PJB
dan DKPH.
2.2.4 Tinjauan Tentang Pemasaran Pariwisata
Krippendorf (2000: 71), memberikan batasan pemasaran wisata sebagai
berikut : “Penyesuaian yang sistematis dan terkoordinasi mengenai kebijakan
dari badan-badan usaha wisata maupun kebijakan dalam sektor pariwisata pada
tingkat pemerintah, lokal, regional, nasional, dan internasional, guna mencapai
suatu titik kepuasan optimal bagi keebutuhan-kebutuhan kelompok pelanggan
tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya, sekaligus untuk mencapai tingkat
keuntungan yang memadai”.
Menurut Wahab (2000: 71),mengemukakan bahwa batasan tentang pemasaran
pariwisata harus mengacu kepada uraian-uraian berikut ini:
1. Bahwa pemasaran wisata itu tidak hanya suatu penyesuaian kebijakan yang
sistematis dan terkoordinasi. Pada umumnya, pemasaran wisata menyusun
kebijakan-kebijakan menurut urgensi keperluan wisatawan. Dengan kata
lain, langkah awal dalam suatu kebijakan pemasaran, yakni memberitahukan
kepada si perencana mengenai kebutuhan, keinginan, selera, dan harapan
wisatawan dengan maksud supaya dia dapat menyusun rencana
pengembangan pemasaran wisata dan menyesuaikan suatu kebijakan
sehingga kebijakan itu tetap selalu berorientasi pada wisatawan.
2. Bahwa seluruh informasi pemasaran wisata, jika dilihat dari segi Organisasi
Pariwisata Nasional, haruslah untuk mengidentifikasikan pasar-pasar wisata
mana yang utama, kedua, dan kapan kesempatan pemasaran produk-produk
wisata daerah tujuan wisata daerah tujuan wisata, bagaimana membantu
sistem komunikasi dengan pasar-pasar wisata itu, serta bagaimana
memantapkan dan meningkatkan perluasan pasar-pasar wisata. Oleh karena
itu, interaksi antara produk dan pasar wisata sangat perlu untuk melengkapi
kondisi pasar wisata dan kebutuhan wisatawan, serta kelompok-kelompok
konsumen tidak dapat diidentifikasikan, kecuali dengan melakukan kegiatan
pemasaran.
3. Bahwa pemasaran harus dianggap sebagai pusat perhatian pemimpin
pariwisata dalam kebijakan negara tersebut atau pemimpin industri
pariwisata.
4. Proses manajemen yang organisasi pariwisata nasionalnya dan atau badan-
badan usaha wisata dapat mengidentifikasi wisata pilihannya yang aktual
maupun potensial, dan dapat berkomunikasi dengan mereka untuk
meyakinkan dan memperngaruhi kehendak, kebutuhan, motivasi, kesukaan,
dan hal yang tidak disukai, baik pada tingkat lokal, regional, nasional atau
internasional, serta merumuskan dan menyesuaikan produk wisatawannya
secara tepat, dengan maksud untuk mencapai kepuasan optimal wisatawan
sehingga dengan begitu mereka dapat meraih saran-sarannya.
Pemasaran pariwisata dari definisi para ahli adalah suatu sistem dan
koordinasi yang dilaksanakan sebagai suatu kebijakan bagi perusahaan-
perusahaan yang bergerak di bidang kepariwisataan, baik milik swasta maupun
pemerintah, dalam ruang lingkup lokal, regional, nasional dan internasional
untuk dapat mencapai kepuasan wisatawan dengan memperoleh keuntungan
yang wajar.
2.2.5 Tinjauan Tentang Pemasaran
Dari definisi American Marketing Association 1960 (Assauri,2007:3)
menyatakan bahwa pemasaran adalah hasil prestasi kegiatan kerja usaha yang
berkaitan dengan mengalirnya barang dan jasa dari produsen sampai ke
konsumen. Disamping penafsiran ini terdapat juga pandangan yang lebih luas,
yang menyatakan pemasaran merupakan proses kegiatan yang mulai jauh
sebelum barang-barang/bahan-bahan masuk dalam proses produksi. Dari
pandangan lain pemasaran diartikan sebagai kegiatan penciptaan dan penyerahan
tigat kesejahteraan hidup kepada aggota masyarakat. Disamping pengertian yang
telah disebutkan di atas, terdapat pengertian yang menyatakan pemasaran sebagai
kegiatan manusia yang diarahkan untuk memenuhi dan memuaskan kebutuhan
dan keinginan melalui proses pertukaran.
Pemasaran jasa (Yoeti, 2007: 23) adalah suatu hasil (product), dari kegiatan
hubungan timbal balik antara producer dan customer dengan melalui beberapa
kegiatan internal, producer dapat memenuhi kebutuhan customer dalam bentuk
kepuasan. Menurut Philip Kotler menjelaskan bahwa timbulnya kepuasan dapat
disebabkan karena kualitas pelayanan, puas karena ketepatan waktu, puas karena
harganya, puas karena keramahannya, dan puas karena sambutan yang hangat
pada waktu datang. Kepuasan tamu atau pelanggan ini didasarkan pada
pengalaman dan harapan.
Kesimpulan yang dapat ditarik dari rumusan-rumusan diatas bahwa
pemasaran selalu terdiri dari beberapa aktifitas yang bertujuan untuk menarik
calon pelanggan dengan memberikan motivasi agar tertarik untuk membeli
produk dan jasa, dalam penelitian ini pemasaran yang dimaksud adalah
pemasaran jasa.
2.2.6 Tinjauan Strategi Pemasaran
Strategi pemasaran adalah rencana yang menyeluruh, terpadu dan menyatu
di bidang pemasaran, yang memberikan panduan tentang kegiatan yang akan
dijalankan untuk tercapainya tujuan pemasaran suatu perusahaan. Dengan kata
lain, strategi pemasaran adalah serangkaian tujuan dan sasaran, kebijakan dan
aturan yang memberi arah kepada usaha-usaha pemasaran perusahaan dari waktu
ke waktu, pada masing-masing tingkatan dan acuan serta lokasinya, terutama
sebagai tanggapan perusahaan dalam menghadapi lingkungan dan keadaan
persaingan yang selalu berubah.
Menurut Budi (2013:119) Strategi pemasaran adalah suatu cara yang
dirancang oleh perusahaan untuk dapat memasarkan produknya dan
memenangkan persaingan untuk mencapai tujuan perusahaan dengan
memperhitungkan peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi dan juga dengan
memanfaatkan sumber dayanya semaksimal mungkin dalam lingkungan yang
berubah-ubah. Menurut Assauri (2007:154) menyebutkan strategi pemasaran
adalah rencana menyeluruh, terpadu dan menyatu dibidang pemasaran yang dapat
memberikan perpaduan tentang kegiatan yang dijalankan untuk dapat tercapainya
tujuan pemasaran suatu perusahaan.
Menurut Tjiptono (2012:193) strategi pemasaran merupakan rencana yang
menjabarkan ekspektasi perusahaan akan dampak dari berbagai aktivitas atau
program pemasaran terhadap permintaan produk atau lini produknya di pasar
sasaran tertentu. Jadi strategi pemasaran adalah salah satu dari kegiatan pokok
yang dilakukan oleh pengusaha yang didalamnya terdapat proses sosial dan
manajerial dari individu atau kelompok demi memuaskan kebutuhan dan
keinginan konsumen serta untuk dapat tercapainya tujuan pemasaran suatu
perusahaan.
Di tingkat bisnis pariwisata (hotel, atraksi wisata, biro perjalanan, restoran,
dll), perumusan strategi pemasarannya meliputi analisis lingkungan internal
maupun eksternal, pengambilan keputusan strategis yang meliputi segmentasi
pasar, pemilihan pasar-pasar sasaran dan pemosisian dari masing-masing unit
bisnis yang ada, dan keputusan-keputusan taktis berkaitan dengan bauran
pemasaran (marketing mix) yang dirancang untuk mempengaruhi respons pasar
yang disasar. Pemilihan pasar-pasar sasaran disesuaikan dengan tujuan untuk
mewujudkan pembangunan pariwisata berkelanjutan (sustainable tourism
development). Pasar-pasar sasaran dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori
yakni; pasar antar pelaku bisnis atau business to business (B2B), Internet
Services, Travel Workshops, Joint Campaigns, Tradeshows, Journalists Visits,
Familiarisation Trips, Reservation Systems, Representation Abroad, Tourist
Information Services, Destination Management Systems (Jurnal Ilmiah
Manajemen & Akuntansi STIE Triatma Mulya (Made Suradnya 42-53)).
Selanjutnya David Cravens (2000 : 25), menjelaskan bahwa proses strategi
pemasaran meliputi :
1. Analisis Situasi (Situation Analysis). Analisis situasi ini meliputi visi,
struktur, dan analisis pasar, segmentasi pasar, serta pengetahuan pasar untuk
memadu perancangan suatu strategi baru atau perubahan strategi yang sudah
ada.
2. Perancangan Strategi Pemasaran (Designing Marketing Strategy). Tahap
analisis situasi dalam proses strategi pemasaran mengidentifikasi peluang
pasar, menggambarkan segmen pasar, mengevaluasi persaingan, dan menilai
kelemahan dan kekuatan perusahaan. Perancangan strategi pemasaran
meliputi market targeting dan analisis positioning, membangun hubungan
pemasaran, serta pengembangan dan perkenalan produk baru.
3. Pengembangan Program Pemasaran (Marketing Program Development).
Tahap pengembangan program pemasaran ini meliputi portofolio produk dan
manajemen strategi merek, rantai nilai, strategi promosi dan harga.
4. Penerapan dan Manajemen Strategi Pemasaran (Implometing and Managing
Marketing Strategy). Tahap penerapan dan manajemen strategi pemasaran
meliputi perancangan marketing driven organization yang efektif, serta
strategi implementasi dan control.
Strategi pemasaran yang akan dibahas dalam laporan ini adalah strategi
pemasaran hotel. Dalam strategi pemasaran hotel akan lebih ditekankan pada
konsep Outside Selling dan Inside Selling. Outside selling yang bertujuan untuk
mencari pelanggan sesuai dengan segmentasi pasar yang telah ditetapkan,
outside selling ini bersifat impersonal yang bisa dilaksanakan melalui iklan
promosi dan membuat strategi harga leveling sesuai dengan market yang dituju.
Sedangkan Inside Selling merupakan suatu upaya yang bertujuan untuk
mendorong tamu memanfaatkan semua fasilitas yang dimiliki hotel, atau
membuat tamu memperoleh kesan baik dan puas sehingga diharapkan dapat
menjadi promosi ampuh dari mulut ke mulut. Inside selling ini bersifat personal
karena dipengaruhi oleh mutu dari jasa yang ditawarkan dan dirasakan oleh
tamu. Dalam penelitian ini akan dibatasi pada strategi pemasaran Produk MICE
hotel. Jadi strategi yang dimaksud adalah wujud rencana yang terarah dibidang
pemasaran produk serta fasilitas MICE di PJB serta DKPH yang meliputi usaha
dari Outside Selling serta Inside Selling yang dilakukan untuk memperoleh
hasil yang optimal.
2.2.7 Tinjauan Tentang Bauran Pemasaran
Menurut Kotler (1997:92) mendefinisikan “Marketing Mix sebagai
serangkaian atau kombinasi variabel pemasaran, jadi marketing mix terdiri dari
himpunan variable yang dapat dikendalikan dan digunakan oleh perusahaan
untuk mempengaruhi tanggapan konsumen dalam pasar sasaran.
Dalam hal ini bauran pemasaran lebih dikenal dengan 4P, yaitu produk
(product), harga (price), lokasi/distribusi (place) dan promosi (promotion).
Dimana marketing mix tersebut merupakan variabel terkendali (controllable)
yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk mempengaruhi tanggapan
konsumen dan segmen pasar tertentu dan khusus pada pemasaran jasa.
Paradigma marketing mix terdiri dari 4P perlu dilengkapi dengan 3P sehingga
menjadi 7P yaitu people, physicial evidence dan procces. Secara ringkas ketujuh
bagian marketing mix dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Produk (Product)
Menurut Budi (2013:99) produk merupakan suatu yang ditawarkan oleh
perusahaan kepada konsumen baik itu secara nyata (tangible) maupun tidak nyata
(intangible) untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya. Pentingnya suatu
produk fisik bukan terletak pada kepemilikannya tetapi pada jasa yang dapat
diberikannya, sehingga produk dalam industri perhotelan mengandung konsep
yang menyeluruh atas objek fisik dan proses yang memberikan sejumlah nilai
kepada konsumen.
Menurut Assauri (2007:200) produk adalah segala sesuatu yang dapat
ditawarkan kepada pasar untuk mendapat perhatian, dimiliki, digunakan atau
dikonsumsi, yang meliputi barang secara fisik, jasa, kepribadian, tempat,
organisasi dan gagasan atau buah pikiran.
Diferensiasi adalah sebagai proses penambahan serangkaian perbedaan yang
penting dan bernilai,guna membedakan tawaran perusahaan itu dari tawaran
pesaing. Dengan demikian perbedaan yang diciptakan dapat menambah nilai yang
bermanfaat bagi konsumen atau penggunanya. Sehingga produk yang diciptakan
oleh perusahaan mempunyai nilai lebih di masyarakat sebagai konsumen.
Sehingga perusahaan yang memiliki diferensiasi yang kuat akan mendapatkan
kinerja yang baik diantara pesaingnya. Kunci keunggulan bersaing adalah
diferensiasi produk, dimana perusahaan harus dapat menetapkan perbedaan-
perbedaan yang berarti pada setiap produk yang dihasilkan agar produk tersebut
dapat bersaing dengan produk pesaing lainnya. Jadi konsep diferensasi produk
yang akan diteliti adalah diferensasi produk MICE PJB dan DKPH.
2. Harga (Price)
Menurut Budi (2013:100) harga merupakan salah satu indikator yang dipakai
sebagai pertimbangan dalam memilih suatu produk oleh konsumen dimana harga
mampu merebut hati para konsumen dan calon kunsumen dalam mengambil suatu
keputusan. Strategi penentuan harga juga dapat menciptakan suatu value dalam
benak konsumen terhadap produk dan jasa yang ditawarkan oleh perusahaan sama
dengan istilah jargon konsumen yaitu “harga itu tidak akan menipu” hal ini berarti
semakin baik kualitas produk dan jasa yang ditawarkan oleh suatu perusahaan
maka harga yang ditetapkan juga semakin tinggi. Menurut Kotler (1994:21)
“Harga adalah suatu alat pengukur data sebuah sistem ekonomi karena harga
mempengaruhi alokasi faktor-faktor produksi, dimana didasarkan pada nilai
tersebut seseorang atau perusahaan bersedia melepaskan barang atau jasa yang
dimiliki pihak lain. Sedangkan menurut Tjiptono (1997:151) pengertian harga
sebagai berikut: “Dari sudut pemasaran, harga merupakan satuan moneter atau
ukuran lainnya (termasuk barang dan jasa lainnya) yang ditukarkan agar
memperoleh hak kepemilikan atau penggunaan suatu barang dan jasa. Pengertian
ini sejalan dengan konsep pertukaran (exchange) dalam pemasaran”.
Jadi konsep harga yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu nilai
produk yang dinyatakan dalam bentuk uang yang ditawarkan oleh suatu akomodasi
kepada wisatawan yang berkunjung.
3. Saluran Distribusi (Place)
Menurut Kotler (1994b:23) menyatakan bahwa saluran distribusi adalah suatu
kelompok orang atau sekelompok perusahaan dan perorangan yang mempunyai
hak kepemilikan terhadap produk atau memindahkan hak kepemilikan produk atau
jasa ketika dipindahkan dari produsen ke konsumen.
Menurut MacIntosh (dalam Yoeti, 2002:161) distribusi produk industri
pariwisata adalah “Sebagai struktur operasi, sebagai suatu sistem keterkaitan
berbagai kombinasi organisasi melalui produsen penghasil produk industri
pariwisata menjelaskan dan memberi kepastian tentang perencanaan perjalanan
kepada calon wisatawan. Distribusi dapat dilakukan dengan cara langsung atau
tidak langsung kepada konsumen (bila melalui perantara yang ditunjuk sebagai
agen)”
Menurut Budi (2013:104) dalam bauran pemasaran place indentik dengan
saluran distribusi dan lokasi. Saluran distribusi dalam pemasaran merupakan suatu
keputusan yang paling kritis, karena akan mempengaruhi keputusan pemasaran
lainnya sehingga harus benar-benar dipikirkan dalam menentukan saluran
distribusi. Untuk memenuhi kebutuhan wisatawan, mereka tidak perlu
berhubungan langsung dengan perusahaan yang menjual jasa-jasa tersebut, tetapi
cukup membeli melalui perantara seperti Tour Operator, BPS (Biro Perjalanan
Wisata), Hotel Reservation Agent, Wholesaler dan Representative Office.
Jadi konsep distribusi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu
pemasaran yang dilakukan untuk memperlancar dan mempermudah dalam suatu
penyampaian jasa dan produk kepada para konsumen atau kepada wisatawan baik
secara langsung maupun tidak langsung. Dalam penelitian ini saluran distribusi
yang dimaksud adalah pendistribusian produk MICE dan wedding PJB dan DKPH
kepada calon konsumen, yang meliputi agen-agen, event organizer dan perusahaan
swasta dan pemerintahan.
4. Promosi (Promotion)
Promosi adalah suatu bentuk komunikasi pasar, dalam hal ini komunikasi pasar
adalah suatu aktivitas pemasaran untuk menyebarkan informasi, mempengaruhi,
mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan dan produknya agar bersedia membeli
produk yang ditawarkan oleh perusahaan yang bersangkutan (Tjiptono, 1997:225).
Menurut Yoeti (1996:102), promosi merupakan proses komunikasi yang
menyampaikan informasi dengan cara persuasif untuk mendapatkan suatu respon
positif dari calon pelanggan potensial. Semuanya itu dapat dilakukan dengan
teknik melalui kegiatan advertising, selling, publicity, brochurers, and sales aid,
direct mail and sales promotion.
Jadi konsep promosi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu bentuk
komunikasi pasar untuk menyebarkan suatu informasi dalam penyampaian produk
MICE dan wedding milik PJB dan DKPH, kepada konsumen atau para wisatawan
melalui sales promotion untuk menarik minat para wisatawan membeli produk
MICE dan wedding yang ditawarkan oleh PJB dan DKPH.
5. Personal (People)
Personal merupakan kunci utama dari keberhasilan dalam menciptakan
pelayanan kepada konsumen. Di sisi lain konsumen menghubungkan sifat personal
beserta pelayanannya dengan perusahaan yang bersangkutan. Semua orang yang
memainkan satu peran dalam waktu riil jasa (selama berlangsungnya proses dan
konsumsi) baik semua sikap dan tindakan karyawan bahkan cara berpakaian serta
penampilan karyawan mempunyai pengaruh terhadap persepsi konsumen atau
keberhasilan waktu riil pelayanan atas jasa yang telah ditawarkan. Menurut
Lupiyoadi (2001:61-63) menyatakan bahwa dalam hubungannya dengan
pemasaran jasa, maka people yang befungsi sebagai service provider sangat
mempengaruhi kualitas jasa yang diberikan. Keputusan dalam people ini berarti
sehubungan dengan seleksi, training, motivasi, dan sumber daya manusia.
Jadi konsep personel (people) dalam penelitian ini adalah orang-orang yang
memberikan pelayanan dalam kegiatan MICE dan wedding pada PJB dan DKPH.
Penyampaian layanan oleh staff profesional kepada wisatawan atau konsumen
yang merupakan kunci utama dalam kegiatan pemasaran, dimana apabila
peoplenya bagus maka pelayanan yang diberikan kepada wisatawan juga akan
baik.
6. Proses (Process)
Proses manajemen adalah meyakinkan kualitas yang konsisten dan kemudahan
pelayanan kepada konsumen, merancang proses penyampaian jasa yang lebih
unggul, meliputi prosedur, jadwal kerja, mekanisme, aktivitas dan rutinitas untuk
menyalurkan jasa kepada konsumen. Proses manajemen mencerminkan bagaimana
semua elemen bauran pemasaran dikoordinasikan untuk menjamin kualitas jasa
yang diberikan kepada konsumen. Dalam pengertian lain dimana proses
merupakan suatu prosedur kontak bisnis yang dilakukan seluruh komponen
manajemen perusahaan kepada wisatawan, berupa usaha untuk menciptakan
hubungan timbal balik yang akrab secara individual, melalui kontak psikologis dan
kontak antara pribadi. Ini melibatkan prosedur transaksi yang terintergrasi secara
profesional, mekanisme birokrasi pelayanan, kontak pribadi dengan wisatawan,
dan penanganan layanan non standar secara utuh dalam mengantisipasi kebutuhan
wisatawan.
Menurut Lupiyoadi (2001:67) “Proses merupakan suatu gabungan dari semua
aktivitas dari hal-hal yang rutin dilakukan, dimana jasa dihasilkan dan
disampaikan kepada konsumen”. Proses dapat dibedakan menjadi dua cara, yaitu :
1. Complexity, hal ini berhubungan dengan langkah-langkah dan tahap dalam
proses
2. Divergence, hal ini berhubungan dengan adanya perubahan dalam langkah
atau tahap proses.
Jadi konsep proses yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu proses
dalam pelayanan jasa terhadap wisatawan serta gabungan dari keseluruhan
aktivitas yang rutin dilakukan. Dalam penelitian ini, proses meliputi lama waktu
persiapan penyelenggaraan MICE dan wedding di PJB dan DKPH, serta meliputi
mekanisme kerja dan pelayanan.
7. Bukti Fisik (Physical Evidence)
Bukti fisik merupakan lingkungan fisik dari perusahaan jasa tempat jasa
tersebut diciptakan dan penyedia jasa beserta pengguna jasa berinteraksi yang
meliputi semua jasa pelayanan representatif yang nyata secara fisik, seperti kartu
bisnis dan peralatan lainnya. Lokasi mempengaruhi berbagai pertimbangan dalam
pemasaran, seperti pengadaan tempat parkir, topografi dan arsitek bangunan yang
mengelilinginya, jalan masuk, warna dekorasi, furniture, logo, termasuk tanda-
tanda yang dapat dilihat. Fasilitas internal, seperti berbagai macam perlengkapan
yang diperlukan pada saat berkunjung ke objek wisata, penerangan ke dalam dan
ke luar lokasi, tempat sampah, kamar kecil, serta alat penghitung dan
perlengkapannya dapat menambah kualitas pelayanan.
Menurut Lupiyoadi (2001:65) “Bukti fisik merupakan lingkungan fisik
perusahaan dan tempat penyedia jasa dan konsumen berinteraksi, di elemen
tangible apa saja yang digunakan untuk mengkomunikasikan peranan jasa
tersebut”. Ada dua tipe Physical Evidence, yaitu :
1) Essential Evidence merupakan berbagai keputusan-keputusan yang dibuat
oleh pemberi jasa mengenai design lay out dari gedung, ruangan dan lain-
lainnya.
2) Peripheral Evidence merupakan nilai tambahan yang bila berdiri sendiri tidak
akan berarti apa pun, jadi hanya berfungsi sebagai pelengkap saja walaupun
peranannya sangat penting dalam proses produksi.
Jadi konsep Physical Evidence yang dimaksud di dalam penelitian ini adalah
lingkungan fisik dari suatu akomodasi penyedia MICE dan wedding, diantaranya
JB dan DKPH, dimana layanan tersebut diciptakan dan pelanggan berinteraksi.
Dalam hal ini fasilitas-fasilitas yang tersedia menjadi ketertarikan pada
wisatawan.
2.2.8 Tinjauan Tentang Segmenting, Targeting dan Positioning
1. Segmenting
Menurut Budi (2013:83) segementasi pasar adalah membagi pasar menjadi
kelompok pembeli yang dibedakan menurut kebutuhan, karakteristik atau
tingkah laku, yang mungkin membutuhkan produk yang berbeda. Menurut
Tjiptono (2012:162) segmentasi adalah proses pengelompokan pasara
keseluruhan yang heterogen kedalam kelompok-kelompok yag sama dalam hal
kebutuhan, keinginan, perilaku dan respon terhadap program pemasaran
spesifik.
Dalam sebuah jurnal Travel & Tourism Marketing (Monika Palatkova,
2012:32) menyatakan bahwa :
“The traditional demand segmentation based on the demographic, social (if available) and other criteria has been changing by the more sophisticated focused on psychological and psychographic criteria set in last decades. however, the traditional segmentation can be considered to be accomplished, the are gaps esp. in the research in specific market segment. concerning the psychological and psychographic segmentation there is more academic debates on it than the broad practical application”.
Berdasarkan kutipan jurnal tersebut, dapat diartikan bahwa segmentasi
permintaan tradisional yang didasarkan pada kriteria demografi, sosial (jika
tersedia) dan lainnya, telah berubah dengan fokus yang lebih terkini yakni pada
kriteria psikologis dan psikografis seperti yang diatur dalam dekade terakhir.
Namun, segmentasi tradisional yang dicapai, dianggap sebagai kesenjangan
dalam penelitian di segmen pasar tertentu. Mengenai segmentasi psikologis dan
psikografis ada perdebatan lebih akademis dari aplikasi praktis yang luas.
Segmen pasar atau market segments adalah kelompok orang atau kelompok
organisasi yang memiliki kesamaan karakteristik sehingga mereka juga
memiliki kebutuhan produk dan jasa yang sama. Segmen pasar yang ideal harus
memenuhi semua kriteria. Suatu segmen harus dapat dibedakan dari segmen-
segmen lainnya. Kebutuhan customer yang ada di dalam satu segmen harus
sama.
1. Menurut Saladi (2003 : 83), pengertian segmentasi pasar adalah sebagai
berikut “Segmentasi pasar adalah proses pengelompokkan-
pengelompokkan pasar ke dalam kelompok pembeli yang potensial
dengan kebutuhan yang sama, dan atau karakteristik yang disukai serta
memperlihatkan hubungan pembelian yang sama pula”.
2. Sedangkan menurut Kotler (2006 : 281) mengatakan bahwa “Segmentasi
pasar membagi sebuah pasar ke dalam kelompok-kelompok yang khas
berdasarkan kebutuhan, karakteristik, atau perilaku yang mungkin
membutuhkan produk atau bauran pemasaran yang terpisah”.
3. Dan menurut Kasali (2000 : 118) adalah “Suatu proses untuk membagi-
bagi atau mengelompokkan konsumen ke dalam kotak-kotak yang lebih
homogen".
Customer di dalam satu segmen menunjukkan kebutuhan yang sama.
Mereka akan merespon suatu stimulus pasar dengan cara yang sama. Customer
di dalam satu segmen dapat ditembus dengan suatu intervensi pasar. Tujuan
perusahaan melakukan segmentasi pasar adalah untuk mengelompokkan
customer yang memiliki karakteristik, perilaku, dan kebutuhan yang sama,
sehingga mereka akan ditawari produk dengan harga, metode distribusi, dan
metode promosi yang berbeda antara segmen pasar yang satu dengan segmen
pasar lainnya. Pada saat yang sama segmentasi merupakan ilmu untuk
memandang pasar berdasarkan variabel geografis (lokasi), demografis (seperti
umur,latar belakang , status perkawinan, suku, agama dan kelas sosial),
psikografis (seperti gaya hidup ,minat dan sikap masyarakat dalam penggunaan
barang).
2. Targeting
Setelah perusahaan memilih segmen pasar yang akan dimasuki, strategi
selanjutnya adalah menentukan target pasar atau pasar sasaran. Definisi umum
dari targeting menurut Tjiptono (2012:158) adalah suatu tindakan memiliki satu
atau lebih segemn pasar yang akan dimasuki. Menurut Budi (2013:88)
membidik pasar atau targeting adalah mengevaluasi daya tarik masing-masing
segmen, dan memilih satu atau beberapa segmen pasar. Pasar target terdiri atas
kumpulan pembeli dengan kebutuhan atau karakteristik serupa yang akan
dilayani perusahaan. Tiga kriteria yang harus dipenuhi perusahaan dalam
mengevaluasi dan menentukan segmen yang akan ditarget, yaitu:
1. Memastikan bahwa segmen pasar yang dipilih cukup besar dan akan cukup
menguntungkan bagi perusahaan.
2. Strategi targeting itu harus didasarkan pada keunggulan kompetitif
perusahaan yang bersangkutan. Keunggulan kompetitif merupakan cara
untuk mengukur apakah perusahaan itu memiliki kekuatan untuk
mendominasi segmen pasar yang dipilih.
3. Segmen pasar yang dibidik itu harus didasarkan pada situasi persaingannya
yang secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi daya tarik target
segmen.
3. Positioning
Menurut Budi (2013:94) positoning merupakan konsep psikologis yang
terkait dengan bagaimana konsumen yang ada ataupun calon konsumen dapat
menerima perusahaan tersebut dan produknya dibandingkan dengan produk
lain. Menurut Tjiptono (2012:158) positioning mengandung makna sebagai
“tindakan merancang penawaran dan citra perusahaan dalam rangka meraih
tempat khusus dan unik dalam benak pasar sasaran sedemikian rupa sehingga
dipersepsikan lebih unggul dibandngkan para pesaing”. Positioning terdiri dari
3 langkah yaitu :
1. Memilih Konsep Positioning Dalam rangka memposisikan produk /
organisasi, pemasar harus dapat menentukan apa yang penting atau yang
utama bagi pasar sasaran.
2. Merancang dimensi atau fitur yang paling efektif dalam
mengkomunikasikan posisi suatu posisi dapat dikomunikasikan dengan
nama merk, slogan, penampilan atau fitur produk, tempat penjualan
produk, penampilan karyawan, dan cara-cara lain.
3. Mengkoordinasikan komponen bauran pemasaran untuk Menyampaikan
pesan yang konsisten
Pada penelitian ini akan membatasi segmenting, targeting dan positioning
yang ditetapkan oleh manajemen PJB dan DKPH untuk menentukan sasaran
pasar MICE dan wedding berdasarkan kriteria produk yang dimiliki.
4. Tinjauan Tentang MICE
MICE Menurut Pendit (2002;26), MICE diartikan sebagai wisata konvensi,
dengan batasan : usaha jasa konvensi, perjalanan insentif, dan pameran
merupakan usaha dengan kegiatan memberi jasa pelayanan bagi suatu
pertemuan sekelompok orang (negarawan, usahawan, cendikiawan dsb) untuk
membahas masalah-masalah yang berkaitan dengan kepentingan bersama.
Sedangkan menurut Kesrul (dalam Manajemen MICE, 2000;31), MICE
sebagai suatu kegiatan kepariwisataan yang aktifitasnya merupakan perpaduan
antara leisure dan business, biasanya melibatkan sekelompok orang secara
bersama-sama, rangkaian kegiatannya dalam bentuk meetings, incentive travels,
conventions, congresses, conference dan exhibition..
Bentuk Mice :
1) Meeting
Meeting adalah istilah bahasa inggris yang berarti rapat, pertemuan atau
persidangan. Meeting merupakan suatu kegiatan yang termasuk di dalam
MICE. Menurut Sutama (dalam manajemen MICE, 2000;31), meeting
merupakan suatu pertemuan atau persidangan yang diselenggarakan oleh
kelompok orang yang tergabung dalam asosiasi, perkumpulan atau
perserikatan dengan tujuan mengembangkan profesionalisme, peningkatan
sumber daya manusia, menggalang kerja sama anggota dan pengurus,
menyebarluaskan informasi terbaru, publikasi, hubungan kemasyarakatan.
2) Incentive
Menurut Sutama (dalam manajemen MICE, 2000;31), Menjelaskan
bahwa pengertian insentive merupakan bonus atau hadiah yang diberikan
oleh suatu perusahaan kepada karyawannya karena keberhasilan mereka
melebihi target penjualan. Menurut Kesrul (dalam Anugraha, 2012;12),
bahwa insentive merupakan hadiah atau penghargaan yang diberikan oleh
suatu perusahaan kepada karyawan, klien, atau konsumen. Bentuknya bisa
berupa uang, paket wisata, dan barang.
3) Conference
Menurut Pendit (1999;43), Istilah conference diterjemahkan dengan
konferensi dalam bahasa Indonesia yang mengandung pengertian sama.
Dalam prakteknya, arti meeting sama saja dengan conference, maka secara
teknis akronim mice sesungguhnya adalah istilah yang memudahkan orang
mengingatnya bahwa kegiatan-kegiatan yang dimaksud sebagai perencanaan,
pelaksanaan dan penyelenggaraan sebuah meeting, incentive, conference dan
exhibition hakekatnya merupakan sarana yang sekaligus adalah produk
paket-paket wisata yang siap dipasarkan. Kegiatan-kegiatan ini dalam
industri pariwisata dikelompokkan dalam satu kategori, yaitu MICE.
4) Exhibition
Exhibition berarti pameran, dalam kaitannya dengan industri pariwisata,
pameran termasuk dalam bisnis wisata konvensi. Hal ini diatur dalam Surat
Keputusan Menparpostel RI Nomor KM. 108 / HM. 703 / MPPT-91, Bab I,
Pasal 1c, yang dikutip oleh Pendit (1999;56) yang berbunyi “Pameran
merupakan suatu kegiatan untuk menyebar luaskan informasi dan promosi
yang ada hubungannya dengan penyelenggaraan konvensi atau yang ada
kaitannya dengan pariwisata”.
Jadi dapat di tarik kesimpulan definisi MICE pada penelitian ini adalah
usaha jasa penyelenggaraan sebuah event yakni meeting, incentive,
conference, dan exhibition yang memberikan jasa pelayanan bagi mereka
yang ingin melakukan pertemuan kelompok pada suatu tempat untuk
membahas suatu permasalahan, menyelenggarakan suatu perjalanan wisata,
serta menyelenggarakan pameran dalam rangka menyebarluaskan atau
memasarkan informasi dan juga promo suatu produk barang ataupun jasa,
baik yang berskala nasional sampai Internasional.