BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/61051/3/BAB II.pdffoto, video, dan suara, yaitu seperti...

48
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Media Online 2.1.1 Definisi Media Online Melihat pada era sekarang ini dimana perkembangan teknologi semakin meningkat, maka tidak dipungkiri lagi bahwa membawa pengaruh juga kepada kebutuhan manusia yang semakin besar. Dalam kehidupan sehari-hari individu pasti memerlukan informasi maupun hiburan dalam kehidupannya. Salah satu cara untuk mendapatkannya yaitu melalui penggunaan teknologi dari media online. Oetomo (2001:51) dalam Martius (2015:3) menjelaskan bahwa terlihat jelas ada perbedaan antara media online dengan media informasi lainnya seperti radio dan televisi, yaitu pada media online memiliki kemampuan untuk dapat melakukan koneksi antara komputer yang satu dengan komputer lainnya sekaligus media online juga mampu menjadi sebagai broadcaster (penyebaran informasi) dan receiver (penerima informasi). Lebih lanjut dijelaskan oleh Suryawati (2011:46) dalam Suryono dan Arlena (2014:95) bahwa media online termasuk dalam golongan dari media massa yang memiliki sifat popular dan kekhasannya yang mana dalam penggunaan media diharuskan memiliki jaringan teknologi internet, serta media online bisa diartikan juga sebagai media massa yang tersaji secara online yang berada di situs web (website) internet.

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/61051/3/BAB II.pdffoto, video, dan suara, yaitu seperti...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/61051/3/BAB II.pdffoto, video, dan suara, yaitu seperti email, mailing list (milis), website, blog, whatsapp dan media sosial (sosial media,

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Media Online

2.1.1 Definisi Media Online

Melihat pada era sekarang ini dimana perkembangan teknologi semakin

meningkat, maka tidak dipungkiri lagi bahwa membawa pengaruh juga kepada

kebutuhan manusia yang semakin besar. Dalam kehidupan sehari-hari individu

pasti memerlukan informasi maupun hiburan dalam kehidupannya. Salah satu cara

untuk mendapatkannya yaitu melalui penggunaan teknologi dari media online.

Oetomo (2001:51) dalam Martius (2015:3) menjelaskan bahwa terlihat jelas

ada perbedaan antara media online dengan media informasi lainnya seperti radio

dan televisi, yaitu pada media online memiliki kemampuan untuk dapat melakukan

koneksi antara komputer yang satu dengan komputer lainnya sekaligus media

online juga mampu menjadi sebagai broadcaster (penyebaran informasi) dan

receiver (penerima informasi).

Lebih lanjut dijelaskan oleh Suryawati (2011:46) dalam Suryono dan Arlena

(2014:95) bahwa media online termasuk dalam golongan dari media massa yang

memiliki sifat popular dan kekhasannya yang mana dalam penggunaan media

diharuskan memiliki jaringan teknologi internet, serta media online bisa diartikan

juga sebagai media massa yang tersaji secara online yang berada di situs web

(website) internet.

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/61051/3/BAB II.pdffoto, video, dan suara, yaitu seperti email, mailing list (milis), website, blog, whatsapp dan media sosial (sosial media,

7

Tidak jauh berbeda dengan Oetomo dan Suryawati, Mondry (2008:13) dalam

Suryono dan Arlena lebih menjabarkan media online secara singkat, yaitu media

online merupakan gabungan proses media cetak dengan menuliskan sebuah

informasi yang disalurkan dengan melalui elektronik, namun juga berhubungan

dengan komunikasi personal perorangan.

Lebih rinci dijabarkan oleh Romli (2012:34) dalam Rusitasari, Sugandi dan

Hairunnisa (2018:162) bahwa “pengertian media online secara umum yaitu segala

jenis atau format media yang hanya bisa diakses melalui internet berisikan teks,

foto, video, dan suara, yaitu seperti email, mailing list (milis), website, blog,

whatsapp dan media sosial (sosial media, dan pengertian secara khusus yaitu terkait

dengan pengertian media dalam konteks komunikasi massa dalam bidang keilmuan

komunikassi massa yang mempunyai karakteristik tertentu” Romli (2012:34).

Dari penjelasan Romli, maka media online memiliki pengertian yang hampir

sama dengan media massa, hanya saja pada media online khalayak harus

melibatkan jaringan internet untuk dapat bertukar atau menyebarluaskan suatu data

maupun informasi yang dibutuhkan oleh khalayak luas.

Berdasarkan dari beberapa pendapat yang sudah diutarakan diatas, maka

dapat diambil garis besar bahwa media online merupakan jaringan luas yang

melalui komputer dengan memiliki fungsi untuk dapat menyebarluaskan serta

membagikan data. Secara garis besar, media online tergolong kedalam media

massa, yang mana pada media online memanfaatkan jaringan internet agar dapat

mengakses apa yang dibutuhkan oleh individu.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/61051/3/BAB II.pdffoto, video, dan suara, yaitu seperti email, mailing list (milis), website, blog, whatsapp dan media sosial (sosial media,

8

2.1.2 Fungsi Media Online

Diungkapkan oleh Yunus (2010:34) bahwa macam media massa diantaranya

yaitu media cetak dan media elektronik yang bisa disebut juga sebagai media

online. Begitu pula pada fungsi dari media online sama halnya dengan fungsi media

massa, hanya saja pada media online menggunakan elektronik sebagai alatnya.

Robert K. Merton dalam Romli (2016:6) mengemukakan bahwa terdapat dua fungsi

aktivitas yaitu fungsi nyata (manifest function) yaitu fungsi nyata yang diinginkan

oleh individu dan fungsi tidak nyata atau tersembunyi (latent function), yaitu fungsi

yang tidak diinginkan oleh individu, yang mana setiap fungsi sosial pada individu

itu memiliki efek fungsional dan disfungsional.

Masih dalam Robert K.Merton dalam Romli (2016:6) dijelaskan lebih lanjut

bahwa selain fungsi nyata dan fungsi tidak nyata, setiap aktivitas sosial individu

juga berfungsi untuk melahirkan fungsi-fungsi sosial yang lain, bahwa setiap

individu pasti memiliki kemampuan beradaptasi yang sempurna, sehingga setiap

fungsi sosial yang dianggap dapat membahayakan untuk dirinya, meskipun

individu akan menganggap bahwa ada fungsi sosial yang dapat membahayakan

dirinya, maka individu akan mengubah fungsi tersebut menjadi suasana yang lebih

diinginkan oleh individu.

Nurudin dalam Zahid (2014:79) dan Nida (2014:87) menyebutkan beberapa

fungsi media massa yaitu sebagai berikut:

a. Fungsi Informasi

Fungsi media disini sebagai penyampai informasi secara cepat yang

ditujukan kepada khalayak, dengan menggunakan media massa ini maka

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/61051/3/BAB II.pdffoto, video, dan suara, yaitu seperti email, mailing list (milis), website, blog, whatsapp dan media sosial (sosial media,

9

segala informasi yang sudah dikumpulkan serta dikemas akan segera

disebarluaskan kepada khalayak luas.

b. Fungsi Hiburan

Media sebagai fungsi hiburan, dimana unsur yang paling nyata yaitu

banyaka individu menggunakan media seperti televisi untuk mencari

hiburan, namun pada media online individu sudah bisa melakukan akses

channel televisi menggunakan ponsen dan dengan akses jaringan internet

yang lebih memudahkan individu untuk dapat melihat tayangan televisi

dimanapun individu berada.

c. Fungsi Persuasi

Fungsi persuasi sebagai bentuk kemampuan media dalam mempengaruhi

khalayaknya agar berbuat atau melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang

telah ditawarkan oleh media yang bersangkutan. Contohnya seperti

persuasi dengan berbentuk mengukuhkan kepercayaan atau nilai

seseorang, mengubah sikap ataupun kepercayaan seseorang,

menggerakkan seseorang untuk melakukan suatu hal, serta mengenalkan

etika atau menawarkan nilai tertentu.

d. Fungsi Transmisi Budaya

Seiring dengan semakin berkembangnya teknologi informasi serta

komunikasi yang sudah merambah ke segala area kehidupan masyarakat

termasuk budaya, maka tidak menutup kemungkinan untuk terjadinya

perubahan maupun pergesaran budaya dalam suatu masyarakat terentu,

dimana media disini mampu untuk memperkenalkan budaya global kepada

para khalayak luas.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/61051/3/BAB II.pdffoto, video, dan suara, yaitu seperti email, mailing list (milis), website, blog, whatsapp dan media sosial (sosial media,

10

e. Fungsi Untuk Mendorong Kohesi Sosial

Kohesi merupakan sebuah penyatuan, maksud kohesi dalam fungsi media

disini yaitu media ikut berperan dalam mendorong bersatunya masyarakat.

Contohnya seperti ketika media memberitakan mengenai pentingnya

kerukunan antar umat beragama, maka secara tidak langsung media

tersebut telah mewujudhkan terjadinya kesatuan sosial bagi masyarakat.

f. Fungsi Pengawasan

Fungsi media sebagai pengawasan adalah untuk melakukan kontrol

aktivitas masyarakat secara keseluruhan, bisa dilakukan pengawasan

dalam bentuk kontrol sosial, peringatan ataupun juga persuasif. Contohnya

seperti media yang memberitakan mengenai terorisme di Indonesia, secara

tidak langsung media memberikan peringatan kepada khalayak akan

adanya bahaya sera ancaman terorisme.

g. Fungsi Korelasi

Korelasi yaitu menghubungkan, fungsi media sebagai penghubung antar

elemen masyarakat. Seperti media sebagai jembatan penghubung

masyarakat dengan pemerintah terkait dengan kebijakan pemerintah yang

mungkin saja dapat merugikan masyarakat.

h. Fungsi Pewarisan Sosial

Media disini diibaratkan sebagai ”pendidik” yang dapat meneruskan serta

menurunkan ilmu pengetahuan, nilai-nilai, norma, bahkan etika kepada

khalayaknya.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/61051/3/BAB II.pdffoto, video, dan suara, yaitu seperti email, mailing list (milis), website, blog, whatsapp dan media sosial (sosial media,

11

i. Fungsi Melawan Kekuasaan dan kekuatan Represif

Media dapat juga berfungsi sebagai alat untuk dapat melawan serta

merobohkan kekuasaan pemerintah, yang mana media melakukan

pembongkaran kebenaran yang sebenarnya serta membongkar kasus

ketidak-adilan yang dilakukan oleh pemerintahan kepada masyarakat.

Media online memiliki banyak fungsi-fungsi yang berguna bagi khalayak,

mulai dari fungsi informasi, fungsi hiburan, fungsi persuasi, transmisi budaya,

fungsi mendorong kohesi sosial, pengawasan, korelasi, pewarisan sosial, serta

melawan kekuasaan dan kekuatan represif. Segala fungsi dari media online dapat

bermanfaat baik bagi individu maupun untuk elemen masyarakat luas.

2.1.3 Macam Fungsi Media Sosial Komunikasi Online

Pada setiap kehadiran teknologi baru, pasti memiliki beragam fungsi yang

dapat dipergunakan oleh khalayak luas, sama halnya dengan kehadiran teknologi

informasi yang saat ini sedang banyak digunakan oleh khalayak, yaitu media sosial.

Susanto (2017:387) mengungkapkan secara singkat bahwa fungsi dari media sosial

komunikasi online sebagai sarana untuk memperluas interaksi sosial antar individu

yang menggunakan internet dan teknologi web, serta mentransformasikan praktik

komunikasi media siaran dari satu institusi media kepada banyak individu atau

khalayak (one to many) serta menjadi praktik komunikasi antar banyak individu

(many to many).

Tidak jauh berbeda dari Susanto, maka Galuh (2016:76) mengemukakan

fungsi dari media sosial sebagai sarana memperluas interaksi hubungan dalam

dunia maya. Lebih lanjut dijelaskan bahwa salah satu kekhasan situs media sosial

adalah membangun jaringan yang terpusat pada komunitas ataupun grup.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/61051/3/BAB II.pdffoto, video, dan suara, yaitu seperti email, mailing list (milis), website, blog, whatsapp dan media sosial (sosial media,

12

Dimisalkan serperti sosial media Facebook dan Instagram, yang mana pada sosial

media ini sangat memungkinkan pengguna untuk dapat berbagi ide, informasi

kegiatan, serta berdiskusi soal ketertarikannya pada jaringan komunitasnya masing-

masing.

2.2 Definisi Motif

2.2.1 Pengertian Motif

Manusia memiliki berbagai macam sifat dan perilaku yang berbeda-beda dari

manusia satu dengan manusia lainnya. Dalam berperilaku atau melakukan aktifitas,

pasti ada hal mendasar yang membuat manusia itu terdorong untuk melakukannya

baik dilakukan dalam kondisi sadar ataupun tidak sadar, yang mana hal ini disebut

dengan istilah motif.

Sobur (2013:268) menjelaskan motif secara etimologi, bahwa kata motif

yang dalam bahasa Inggris adalah motive, berasal dari kata motion dengan arti

“gerakan” atau “sesuatu yang bergerak”. Jadi, istilah “motif” ada kaitannya dengan

“gerak”, yakni suatu gerakan yang dilakukan manusia atau bisa juga disebut sebagai

suatu perbuatan atau tingkah laku. Dalam dunia psikologi, istilah motif memiliki

arti yaitu rangsangan, dorongan, bisa juga pembangkit tenaga untuk terjadinya

suatu tingkah laku.

Untuk melihat pengertian motif lebih dalam lagi, ada beberapa pendapat

mengenai pengertian motif. Sherif & Sherif (1956) dalam Sobur (2013:267)

mengatakan bahwa motif bisa disebut sebagai istilah umum yang di dalamnya

terdapat berbagai faktor yang muncul dari dalam diri individu serta mengarahkan

kepada bermacam jenis perilaku yang memiliki tujuan.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/61051/3/BAB II.pdffoto, video, dan suara, yaitu seperti email, mailing list (milis), website, blog, whatsapp dan media sosial (sosial media,

13

Sejalan dengan Sherif & Sherif, maka Gerungan (1988) dalam Ahmadi

(2002:191) juga menyatakan hal yang serupa, bahwa motif itu adalah hal yang

melengkapi setiap alasan atau dorongan pada diri manusia yang menyebabkan

manusia berbuat sesuatu. Tidak beda jauh dengan pengertian motif dari beberapa

pendapat diatas, Giddens (1991:64) dalam Sobur (2013:267) mendefinisikan motif

sebagai dorongan yang memberikan suatu energi pada apa yang ingin dilakukan

oleh manusia untuk melakukan suatu perilaku atau tingkah laku dalam rangka untuk

memenuhi kepuasan kebutuhannya.

Agak berbeda dengan Giddens yang menjelaskan motif sebagai dorongan,

maka Sarwono menjelaskan bahwa “Motif adalah instansi terakhir bagi terjadinya

perilaku. Meskipun ada kebutuhan misalnya, tetapi kebutuhan ini tidak

menciptakan motif, maka tidak akan terjadi perilaku. Hal ini disebabkan karena

motif tidak saja ditentukan oleh fakor-faktor diri individu, seperti faktor-faktor

biologis, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial dan kebudayaan”

Sarwono (2013:140)

Motif menurut Sarwono yaitu kebutuhan tidak bisa menciptakan suatu motif,

jika motif tidak ada maka perilaku tidak akan terjadi. Jadi penting disini digaris

bawahi bahwa motif juga bisa dipengaruhi oleh faktor dari luar diri individu, tidak

hanya lahir dari dalam individu saja.

2.2.2 Jenis-Jenis Motif

Pada kenyataannya setiap individu pasti memiliki motif yang ada dalam dirinya

yang mana antara individu dengan individu lain memiliki motif yang berbeda-beda.

Maka dari itu beberapa ahli psikolog membedakan jenis-jenis motif. Menurut

Ahmadi (2002: 194), motif timbul karena adanya kebutuhan, sesuai dengan jenis

kebutuhannya maka motif dibedakan menjadi beberapa bagian, yaitu:

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/61051/3/BAB II.pdffoto, video, dan suara, yaitu seperti email, mailing list (milis), website, blog, whatsapp dan media sosial (sosial media,

14

a. Biogenic Motive (Motif Biogenetis)

Motif ini berasal dari dalam diri individu dan tumbuh dari kebutuhan-

kebutuhan individu demi untuk kelangsungan hidupnya. Pada motif biogenetis,

ikatan dengan lingkungan tempat tinggal manusia tidak terlalu kuat, melainkan

motif ini asli dari dalam diri manusia dan juga pada motif biogenetis ini

mengalami perkembangan dengan sendirinya seiring dengan berjalannya

waktu. Contohnya adanya rasa lapar, haus serta keinginan untuk istirahat.

b. Sosiogenic Motives (Motif Sosiogenetis)

Motif sosiogenetis ini lahir dari lingkungan kebudayaan tempat individu berada

dan berkembang. Pada motif ini, lingkungan dapat mempengaruhi individu,

namun individu tidak langsung menerima pengaruh itu, karena dalam diri

individu ada bermacam-macam kemampuan antara lain daya seleksi,

memperhitungkan, dan pengambilan keputusan. Contoh motif sosiogenetis

yaitu adanya keinginan individu untuk makan bakso, keinginan itu merupakan

motif yang berdasar pada motif “lapar” atau motif biogenetis, namun yang

terikat dengan keinginan tersebut dipengaruhi oleh lingkungan kebudayaan di

sekitarnya jika individu itu berada di kota Malang yang terkenal dengan ciri

khas bakso.

c. Motif Teogenetis

Motif ini didasari pada motif manusia dengan Tuhan seperti beribadah. Dalam

beribadah ini manusia secara tidak langsung akan menyadari tentang tugasnya

sebagai manusia yang harus beribadah kepada Tuhan sesuai dengan norma-

norma agama-agama tertentu.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/61051/3/BAB II.pdffoto, video, dan suara, yaitu seperti email, mailing list (milis), website, blog, whatsapp dan media sosial (sosial media,

15

Lebih sederhana lagi, Wood Worth dan Marquis dalam Ahmadi (2002:194)

mengklasifikan motif menjadi 3 yang berdasar pada ketergantungan seseorang,

yaitu:

a. Motif yang bergantung pada keadaan jasmani pada manusia, yaitu kebutuhan

pokok. Misalnya makan dan minum

b. Motif yang bergantung pada hubungan individu dengan lingkungannya, yang

dibedakan ke dalam beberapa bagian yaitu:

- Emergency Motive / Motif Darurat

Yaitu motif yang memerlukan tindakan segera karena keadaan disekitarnya

menuntut untuk demikian. Misalnya motif seseorang untuk melindungi diri

dari datangnya bahaya, melindungi bagian tubuh dan sebagainya.

- Objective Motive / Motif Objektif

Motif dimana manusia berhubungan langsung dengan lingkungannya baik itu

individu atau benda. Motif ini ditujukan langsung kepada objek yang berada di

sekitar individu. Misalnya individu yang ingin memiliki rumah bagus dan

sebagainya

Gardner Lindzey, Calvin S. Hall dan Richard F. Thompson dalam bukunya

Psychology (1975:339) dalam Ahmadi (2002:197) membagi motif dalam 2 hal,

yaitu:

a. Drives (needs)

Drives adalah yang mendorong individu untuk bertindak. Untuk drives yang

merupakan proses internal atau hal yang tidak perlu dipelajari disebut dengan

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/61051/3/BAB II.pdffoto, video, dan suara, yaitu seperti email, mailing list (milis), website, blog, whatsapp dan media sosial (sosial media,

16

drives primer. Misalnya seperti rasa lapar dan rasa haus. Sedangkan drives

yang didapatkan melalui proses belajar yaitu contohnya seperti persaingan.

b. Incentives

Incentives merupakan suatu keadaan yang berada dilingkungan sekitar

individu. Incentives disini memiliki peran sebagai yang merangsang individu

untuk melakukan tindakan.

Misalnya seperti saat individu merasakan lapar maka rasa lapar

menyebabkan individu untuk bertindak agar mendapatkan makanan, dan

makanan yang sudah didapatkan mengundang individu untuk memakannya.

Incentives dapat membuat individu untuk bertindak tanpa adanya drives

(dorongan).

Untuk drives yang dipelajari, yaitu yang bisa memenuhi kebutuhan

individu agar dapat melakukan penyesuaian diri dengan lingkungannya. Agar

drives bisa timbul di diri seseorang, maka dibutuhkan penguat yang disebut

sebagai incentives. Pada incentives memiliki pengaruh yang sangat kuat untuk

bisa mempengaruhi semangat dalam diri seseorang untuk bertindak. Incentives

yang bersifat positif yaitu hadiah, dan incentives yang bersifat negatif bisa

berupa hukuman.

Dalam Sobur (2013:294-297) motif diklasifikasikan dalam beberapa golongan,

yaitu:

a. Motif Intrinsik dan Motif Ekstrinsik

Suryabrata (1995:7) membagi motif berdasarkan dengan rangsangannya.

Motif intrinsik yaitu motif yang didasari pada diri individu sendiri tanpa adanya

rangsangan dari luar. Misalnya seseorang yang memiliki hobi gemar membaca

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/61051/3/BAB II.pdffoto, video, dan suara, yaitu seperti email, mailing list (milis), website, blog, whatsapp dan media sosial (sosial media,

17

tanpa ada rangsangan dari luar, orang tersebut akan mencari hobi kesukaannya

dengan sendirinya tanpa ada yang menyuruh. Sedangkan motif Ekstrinsik yaitu

motif yang berasal dari adanya ransangan dari luar, misalnya keinginan

individu untuk melakukan suatu hal demi mendapatkan hadiah.

b. Motif Tunggal dan Motif Bergabung

Menurut Sastropoetro (1986:240) dalam Sobur (2013:296) motif dibagi

menjadi dua yaitu motif tunggal dan motif bergabung. Individu melakukan

kegiatan seperti membaca surat kabar, hal itu bisa tergolong pada motif

tunggal. Perumpamaan lain, apabila individu ikut bergabung dalam organisasi

atau perkumpulan, biasanya itu termasuk dalam motif bergabung, yang mana

ia ingin belajar sesuatu yang baru bersama anggota organisasi atau

perkumpulan tersebut.

c. Motif Mendekat dan Motif Menjauh

Sobur (2013:296-297) menjelaskan motif lain yang berbeda dengan

sebelumnya, yaiut motif mendekat dan motif menjauh yang didasarkan pada

reaksi individu terhadap rangsangan yang datang. Motif akan disebut motif

mendekat jika reaksi yang muncul mendekati stimulus. Sedangkan dikatakan

motif menjauh jika reaksi yang muncul bersifat menjauhi atau menghindari

stimulus.

Lebih jelasnya lagi dipaparkan oleh Sobur, yaitu “Stimulus yang

menimbulkan respons mendekat disebut stimulus positif, sedangkan stimulus

yang menimbulkan respons menjauh disebut stimulus negatif. Respons

mendekat maupun menjauh ini bisa diperoleh dengan pengalaman maupun

tanpa pengalaman. Dengan kata lain, yang menimbullkan reaksi mendekat

maupun menjauh itu dapat berupa motif primer maupun motif sekunder” Sobur

(2013:296)

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/61051/3/BAB II.pdffoto, video, dan suara, yaitu seperti email, mailing list (milis), website, blog, whatsapp dan media sosial (sosial media,

18

Dari penjelasan Sobur diatas, maka dapat dikatakan stimulus ada yang

berupa stimulus positif yaitu yang mendekat dan stimulus negatif yang

menjauh. Diantara kedua stimulus ini didapatkan dari pengalaman individu

ataupun tanpa pengalaman individu sebelumnya. Dimisalkan jika individu

berada dalam kondisi lapar dan diberi stimulus makanan, maka dalam diri

individu timbul nafsu untuk memakannya. Namun, jika individu memiliki

pengalaman bahwa makanan yang tersedia dapat menyebabkan kambuhnya

penyakit yang sudah di derita sebelumnya, maka individu akan menjauhi

makanan tersebut.

d. Motif Sadar dan Motif Tidak Sadar

Agak berbeda dengan Sobur, maka Handoko (1992) dalam Sobur

(2013:297) menklasifikasikan motif berdasarkan pada tingkat kesadaran

manusia terhadap motif yang telah melatarbelakangi tingkah lakunya. Jika

individu bertingkah laku namun individu tidak mampu mengatakan alasannya

individu bertingkah seperti itu, maka disebut motif tidak sadar. Begitu pula

sebaliknya, jika individu bertingkah laku dan mampu mengatakan alasannya

maka disebut motif sadar. Terkadang manusia tidak sadar dengan tingkah laku

yang dilakukan, misalnya takut, namun individu tidak mengerti mengapa

individu tersebut mengalami ketakutan.

Setelah melihat beberapa macam motif yang sudah diutarakan, maka

dapat diambil kesimpulan bahwa motif tidak hanya lahir dari dalam diri

individu itu sendiri, tapi menurut penggolongannya ada juga motif yang lahir

dari luar diri individu seperti pengaruh dari lingkungan sekitarnya. Sedangkan

motif yang lahir dari dalam individu dapat digolongkan berdasar pada

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/61051/3/BAB II.pdffoto, video, dan suara, yaitu seperti email, mailing list (milis), website, blog, whatsapp dan media sosial (sosial media,

19

kebutuhan, rangsangan serta ketergantungan. Oleh sebab itu dalam berperilaku

atau melakukan perbuatan, individu didasari pada motif-motif tertentu yang

datang kepada dirinya demi untuk memperoleh dan memuaskan kebutuhan

yang sudah direncanakan.

2.2.3 Unsur-unsur Motif

Menurut Handoko, (1992:10) dalam Sobur (2013:269) dalam suatu motif

pada umumnya terdapat dua unsur pokok. Yaitu unsur dorongan atau

kebutuhan dan juga unsur tujuan. Suatu proses interaksi timbal balik yang

terjadi antara kedua unsur ini terdapat pada diri manusia, tetapi juga dapat

dipengaruhi oleh hal-hal yang muncul dari luar diri manusia. Misalnya saja

keadaan cuaca dan kondisi lingkungan. Oleh sebab itu, tidak menutup

kemungkinan untuk terjadinya perubahan motivasi dalam waktu yang relatif

singkat jika ternyata motivasi yang pertama mendapat hambatan atau bisa juga

tidak mungkin dipenuhi.

Agak berbeda dengan Handoko, maka Dirgagunarsa 1996:92 dalam

Sobur (2013:270) menjabarkan bahwa tingkah laku bermotivasi pada diri

individu dapat dirumuskan sebagai tingkah laku dengan dilatarbelakangi oleh

adanya kebutuhan dan diarahkan pada pencapaian tujuan. Perumusan tersebut

memunculkan beberapa bentuk unsur, yaitu:

a. Kebutuhan

Menurut Rosengren (1974:270) dalam Sobur (2013:272) menjabarkan

kebutuhan sebagai penunjang utama dalam biologis dan psikologis manusia,

yang akan menjadi dasar bagi semua perilaku sosial pada individu dan dengan

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/61051/3/BAB II.pdffoto, video, dan suara, yaitu seperti email, mailing list (milis), website, blog, whatsapp dan media sosial (sosial media,

20

adanya kebutuhan biologis dan psikologis, maka menimbulkan individu untuk

beraksi dan bereaksi.

Sejalan dengan pendapat Rosengren, maka Psikolog Amerika Frederick

Samuels seperti dikutip Lull (1998) dalam Sobur (2013:272) menjelaskan

bahwa kebutuhan juga merupakan dasar dalam kehidupan manusia, namun

bedanya pada pendapat Rosengren lebih menyebutkan pada kebutuhan yang

mendasari pada diri individu itu bisa disadari atau tidak disadari.

b. Tingkah Laku

Pada dasarnya tingkah laku ditujukan untuk individu agar bisa mencapai

tujuan yang diinginkan. Leavitt (1978) dalam Sobur, (2013:288)

mengasusmsikan pandangan mengenai tingkah laku. Pertama, Leavitt

berpendapat bahwa tingkah laku manusia itu memiliki sebab. Kedua, tingkah

laku bisa disebabkan karena individu memiliki tujuan ke arah sesuatu, atau

individu ingin menuju sesuatu. Ketiga, motiflah yang melatarbelakangi adanya

tingkah laku, yang dikenal sebagai desakan, keinginan, kebutuhan atau

dorongan.

c. Tujuan

Menurut Sobur (2013:293) mengartikan tujuan sebagai suatu hal yang

bisa menentukan seberapa aktif individu untuk bertingkah laku. Tingkah laku

selain ditentukan oleh motif dasar, tapi juga ditentukan oleh keadaan dari

tujuan. Pada dasarnya tingkah laku manusia itu terdiri dari beberapa bagian

yaitu tujuan pokok (primary goal dan tujuan sekunder (secondary goal).

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/61051/3/BAB II.pdffoto, video, dan suara, yaitu seperti email, mailing list (milis), website, blog, whatsapp dan media sosial (sosial media,

21

Misalkan seorang anak yang ingin makan, maka untuk mendapat

makanan anak kecil itu akan menangis lalu digendong dan diberi makanan.

Pada kasus ini makan menjadi tujuan pokok anak kecil. Namun pada saat itu

juga, anak kecil merasakan dirinya senang karena digendong. Pada waktu yang

lain, jika anak kecil menangis lagi, ia tidak hanya ingin makan saja, tapi juga

berkeinginan untuk digendong sambil makan. Maka sudah dapat terlihat bahwa

munculnya tujuan sekunder dari anak kecil ini, yaitu digendong.

Melihat berbagai macam pendapat mengenai unsur motif diatas, maka dapat

disimpulkan bahwa motif timbul dari adanya suatu dorongan dan tujuan.

Bagaimana motif muncul karena didasari pada dorongan dalam diri untuk

memenuhi tujuan tertentu. Lalu individu melakukan perbuatan karena adanya

kebutuhan yang ingin dicapai. Setelah individu mulai mengerti kebutuhan apa yang

diinginkan, maka individu mulai melakukan perbuatan atau tingkah laku, lalu

dengan begitu maka tujuan bisa tercapai. Jika digambarkan lebih lanjut, apabila

kebutuhan dalam diri manusia sudah tidak ada maka motif juga akan menghilang,

dan jika kebutuhan sudah tercapai maka akan timbul kebutuhan-kebutuhan baru

yang perlu dicapai lagi oleh individu tersebut.

2.2.4 Motif Penggunaan Media

Media bukanlah satu hal yang asing lagi, banyak individu yang sudah

menggunakan media sebagai alat pemuas kebutuhan. Beberapa ahli berpendapat

mengenai motif-motif apa saja yang menjadi alasan serta tujuan individu

menggunakan media. Seperti yang dikemukakan McQuail dan rekan (1972) dalam

Morissan (2010:265), Severin dan Tankard (2009:356) mengemukakan empat

alasan mengapa audien menggunakan media, yaitu

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/61051/3/BAB II.pdffoto, video, dan suara, yaitu seperti email, mailing list (milis), website, blog, whatsapp dan media sosial (sosial media,

22

1. Pengalihan (diversion)

Individu menggunakan media sebagai cara untuk mengalihkan kejenuhan,

lelah dengan urusan pekerjaan serta masalah kehidupan sehari-hari,

sehingga individu menggunakan media untuk mendapatkan hiburan seta

kesenangan. Dijelaskan lebih dalam oleh Stevent (2017:5) bahwa motif

pengalihan atau diversion meliputi beberapa hal yaitu bertujuan untuk

individu dapat melepaskan diri dari permasalahan, individu butuh suatu hal

yang membuat dirinya lebih merasa santai dan memperoleh kenikmatan,

kemudian meliputi juga tujuan individu untuk dapat mengisi waktu luang,

penyaluran emosi dari diri individu dengan cara menggunakan media

tertentu serta media juga digunakan sebagai tempat untuk membangkitkan

gairah seks, yang mana motif pengalihan atau diversion ini lahir dari dalam

diri individu itu sendiri.

Tidak jauh berbeda dari Mc.Quail dan rekan, Severin dan Tankard, dan

Stevent, maka Arifin (2013:200) menjelaskan motif pengalihan lebih

singkat yaitu sebagai motif dimana individu menggunakannya untuk tempat

pelarian dari rutinitas-ruitinitas dalam kehidupan sehari-hari, pelarian dari

beban masalah dan juga untuk pelepasan emosi. Pada motif ini lebih

menekankan mengenai individu yang menggunakan media sebagai motif

hiburan dan untuk mengisi waktu luang, contohnya seperti individu yang

menggunakan media sosial kemudian mengakses akun-akun komedi yang

mampu membuat individu itu tertawa dan merasa terhibur.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/61051/3/BAB II.pdffoto, video, dan suara, yaitu seperti email, mailing list (milis), website, blog, whatsapp dan media sosial (sosial media,

23

2. Hubungan Personal

Pada motif ini menggambarkan mengenai individu yang menggunakan

media sebagai tempat untuk mencari teman. Namun lebih lanjut lagi

dijelaskan oleh Katz, Gurevitch dan Haas dalam Prihatiningsih (2017:59)

yang mengungkapkan mengenai hubungan personal atau bisa juga disebut

sebagai integrasi sosial merupakan motif dalam diri individu yang erat

kaitannya antara individu dengan individu lain, misalkan individu yang

ingin memiliki penguatan hubungan keluarga, teman dan orang lain yang

sudah dikenal ataupun yang belum dikenal. Pada hubungan personal ini

lebih menonjolkan pula mengenai bagaimana kebutuhan ini didasari oleh

hasrat ataupun keinginan individu untuk dapat bergabung atau berkelompok

dengan orang lain.

Sejalan dengan Katz, Gurevitch dan Haas dalam Prihatiningsih, maka

Mc.Quail dalam Stevent (2017:5) lebih menjabarkan lagi mengenai motif

hubungan personal dengan melihat pada fenomena yang terjadi pada

individu saat ini yaitu, pada motif ini individu ingin mendapatkan

pengetahuan serta wawasan mengenai keadaan orang lain serta

meningkatkan rasa empati sosial, selain itu juga individu ingin menemukan

bahan percakapan serta interaksi sosial dengan orang-orang disekelilingnya,

serta memperoleh lebih banyak teman selain pada orang-orang yang ditemui

di dunia nyata. Tidak jauh berbeda dari beberapa pendapat sebelumnya,

maka Arifin (2013:200) lebih menggambarkan motif hubungan personal

secara singkat yaitu menjelaskan bahwa hubungan personal lebih tertuju

pada individu yang ingin memiliki rasa pertemanan yang ditawarkan oleh

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/61051/3/BAB II.pdffoto, video, dan suara, yaitu seperti email, mailing list (milis), website, blog, whatsapp dan media sosial (sosial media,

24

media. Dapat diberikan contoh pada fenomena yang saat ini marak terjadi,

yaitu banyak individu yang menggunakan media sosial sebagai tempat

dalam pencarian teman.

3. Identitas Personal

Pada motif ini individu dapat memahami keadaan dirinya sendiri serta dapat

mengetahui identitas pribadi yang dimiliki. Media disini berperan sebagai

tempat individu bisa menonjolkan hal penting yang berada dalam diri

individu tersebut.

Dijelaskan lebih lanjut oleh Arifin “motif identitas personal yaitu motif

mengonsumsi media untuk memperoleh legitimasi atau penguatan akan

nilai-nilai yang diyakini audiens, pencarian referensi personal, dan

eksplorasi realitas”

Arifin (2013:200)

Dari penjelasan Arifin diatas, maka dapat dikatakan bahwa motif identitas

personal merupakan motif individu yang mana dalam mengonsumsi media

nantinya individu akan mendapatkan penguatan akan nilai yang sebelumnya

sudah diyakini oleh individu, selain itu juga sebagai individu untuk mencari

rekomendasi atas apa yang diingini.

Sejalan dengan pendapat Arifin, maka Mc.Quail dalam Stevent (2017:5)

menjabarkan identitas personal sebagai tempat dimana individu dapat

menemukan penunjang nilai-nilai pribadi, menemukan model tentang

perilaku yang dimiliki oleh individu, mengidentifikasi diri melalui nilai-

nilai yang ada dalam media, serta dapat meningkatkan pemahaman tentang

dirinya sendiri. Dari penjelasan mengenai identitas personal diatas dapat

diberi contoh seperti seorang mahasiswa yang lebih merasa bahwa ia akan

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/61051/3/BAB II.pdffoto, video, dan suara, yaitu seperti email, mailing list (milis), website, blog, whatsapp dan media sosial (sosial media,

25

memiliki tingkat konsentrasi yang lebih tinggi jika ia belajar sembari

mendengarkan alunan musik dari radio. Selain itu juga dicontohkan seperti

mahasiswa yang merasa tidak sia-sia mengeluarkan biaya jika ia membeli

produk yang ia lihat di media massa dan ia merasa bahwa produk yang

dibelinya ini memang baik dan layak untuk ia miliki.

4. Pengawasan (surveillance)

Pengawasan disini mengenai bagaimana individu menggunakan media

untuk mencapai sesuatu yang diharapkan. Misalnya individu yang

menonton program televisi untuk mencari informasi atau berita.

Arifin menjelaskan lebih lanjut motif pengawasan yaitu “kebutuhan yang

diharapkan dari audiens ketika mengonsumsi adalah mendapatkan

informasi baik berupa pengetahuan dan berita yang secara langsung ataupun

tidak menjadi referensi audiens untuk memiliki kesadaran atau pengawasan

akan lingkungannya” Arifin (2013:200)

Dari penjelasan di atas, maka pengawasan dapat disimpulkan sebagai motif

yang mendasari individu untuk menggunakan media sebagai tempat

mendapatkan informasi, pengetahuan serta berita yang nantinya berdampak

pada kepribadian individu yang memiliki kesadaran serta pengawasan akan

lingkungan disekitarnya.

Sejalan dengan Arifin, maka Mc.Quail dalam Stevent (2017:4)

mengkategorikan motif informasi/pengawasan (surveillance) yaitu,

individu menggunakan media sebagai tempat untuk mencari berita

mengenai peristiwa dan kondisi yang erat kaitannya dengan lingkungan

terdekat, masyarakat sekitar ataupun tentang dunia, selain itu juga mencari

penyelesaian atau bimbingan mengenai pendapat atau hal-hal yang

menyangkut dengan penentuan pilihan, sebagai tempat memuaskan

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/61051/3/BAB II.pdffoto, video, dan suara, yaitu seperti email, mailing list (milis), website, blog, whatsapp dan media sosial (sosial media,

26

keingintahuan juga ketertarikan individu, media sebagai tempat untuk

belajar, serta media membuat individu untuk memperoleh rasa kedamaian

melalui penambahan ilmu pengetahuan. Agar dapat lebih dipahami lagi,

maka contoh nyata dari motif penggunaan media sebagai pengawasan yaitu

seorang mahasiswa yang menonton acara televisi atau menggunakan sosial

media guna untuk dapat mengakses informasi atau mendapatkan informasi

terkini yang sedang terjadi dilingkungannya.

Dari berbagai macam motif penggunaan media diatas, maka bisa

disimpulkan bahwa motif yang mendorong individu untuk menggunakan media

lahir dari kebutuhan individu itu sendiri, apakah individu membutuhkan media

sebagai hiburan, hubungan personal antar individu, menemukan identitas diri atau

digunakan sebagai pengawasan terhadap lingkungan sekitar. Segala macam-macam

motif yang tercantum semua tergantung pada keadaan individu itu sendiri pada

motif mana yang paling mendominasi individu untuk memutuskan menggunakan

media.

2.2.5 Perbedaan Motif dan Motivasi

Dalam melakukan aktifitas atau membuat sebuah keputusan, pasti pada

setiap individu memiliki dorongan didalam dirinya masing-masing, yang

dinamakan dengan motif. Menurut Sobur (2003:266) motif merupakan suatu hal

yang melingkupi mengenai alasan atau dorongan yang ada dalam diri manusia

sehinga ia melakukan atau berbuat sesuatu, yang mana dijelaskan pula bahwa setiap

tingkah manusia pasti hakikatnya memiliki motif yang mendorong.

Dalam Sobur (2013:268), Sarwono (2014:137) diterangkan jika dalam dunia

psikologi juga dikenal istilah motivasi, yaitu istilah yang menggambarkan seluruh

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/61051/3/BAB II.pdffoto, video, dan suara, yaitu seperti email, mailing list (milis), website, blog, whatsapp dan media sosial (sosial media,

27

proses gerakan, mendorong, dorongan yang muncul pada diri individu, tingkah laku

yang ditimbulkannya, serta tujuan atau akhir dari perbuatan. Oleh sebab itu,

motivasi bisa disebut sebagai hal yang membangkitkan motif, membangkitkan daya

gerak, serta menggerakkan individu untuk berbuat suatu hal dalam mencapai

kepuasan atau tujuan.

Untuk lebih jelasnya, Sarwono (2014:138) memberikan contoh mengenai

motif dan motivasi, misalkan ada seseorang yang baru saja menyelesaikan

pendidikan di universitas dan sedang mencari pekerjaan. Seseorang ini sangat

bermotivasi dalam mencari pekerjaan tersebut, kemudian ia rajin membaca iklan

lowongan kerja, rajin menulis surat lamaran kerja dan ketika ada panggilan lamaran

kerja, ia bangun pagi untuk bersiap-siap lebih awal agar tidak terlambat. Sementara

itu, motifnya adalah untuk mencari kerja agar bisa membantu keuangan orang tua.

Sejalan dengan Sobur, maka Sarwono (2014:138-139) menjelaskan lebih lanjut

bahwa motivasi bisa juga difungsikan untuk menjadi perantara, agar manusia itu

dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya. Perbuatan manusia dimulai

dari adanya kondisi dalam inidividu yang dinamakan ketidakseimbangan.

Kebutuhan individu untuk mencari keseimbangan akan menimbulkan dorongan

atau motif individu untuk berbuat sesuatu. Ketika individu sudah melakukan

perbuatan itu, maka tercapailah keseimbangan dan timbul perasaan puas, gembira

dan aman pada diri individu tersebut.

Dari pengertian motif dan motivasi yang sudah diutarakan oleh beberapa

pendapat diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa motivasi merupakan seluruh

proses gerakan, situasi yang mendorong, serta suatu dorongan yang lahir dari dalam

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/61051/3/BAB II.pdffoto, video, dan suara, yaitu seperti email, mailing list (milis), website, blog, whatsapp dan media sosial (sosial media,

28

diri individu. Sedangkan motif merupakan dorongan penggerak yang membuat

manusia melakukan suatu kegiatan atau perilaku guna tercapainya tujuan yang

sebelumnya sudah ditetapkan. Jadi, antara motif dan motivasi saling berkaitan, pada

awalnya individu akan merasa termotivasi, kemudian timbul motif dalam dirinya,

hingga berakhir pada individu melakukan perbuatan atau perilaku.

2.3 Aplikasi Kencan Online

2.3.1 Pengertian Aplikasi

Istilah aplikasi sudah tidak asing lagi didengar oleh masyarakat masa kini,

dimana perkembangan aplikasi juga sudah sangat pesat. Dalam kehidupan sehari-

hari manusia tidak lepas dari bantuan sebuah aplikasi, baik itu aplikasi yang berada

dalam sistem komputer ataupun pada handphone. Pengertian aplikasi sendiri

menurut Jogiyanto (1999:12) dalam Neyfa dan Tamara (2016:85) bahwa aplikasi

merupakan penggunaan komputer, instruksi atau pernyataan yang disusun hingga

membuat komputer bisa melakukan proses input menjadi output.

Tidak jauh berbeda dengan Jogiyanto, maka Muthohari, Bunyamin dan

Rahayu menjelaskan aplikasi sebagai program komputer yang memiliki fungsi guna

untuk menolong manusia dalam melakukan tugas-tugas tertentu, selain itu

dijelaskan pula aplikasi juga berupa sebuah software yang berfungsi untuk

melakukan berbagai macam bentuk pekerjaan atau tugas tertentu seperti

penggunaan dan penambahan data. Sejalan dengan Muthohari, Bunyamin dan

Rahayu, maka Hakim dalam Neyfa dan Tamara (2016:85) menambahkan

pengertian aplikasi sebagai perangkat lunak yang difungsikan guna untuk mencapai

tujuan tertentu, seperti pengolahan dokumen, mengatur Windows dan juga

permainan.

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/61051/3/BAB II.pdffoto, video, dan suara, yaitu seperti email, mailing list (milis), website, blog, whatsapp dan media sosial (sosial media,

29

Berdasarkan pada penjelasan mengenai aplikasi yang sudah diutarakan diatas,

maka secara garis besar aplikasi adalah perangkat lunak yang memiliki fungsi

sebagai alat yang menunjang kinerja individu dalam mengerjakan pekerjaan atau

sebagai pemenuh kebutuhan individu, yang mana aplikasi ini dioperasikan dan

diinstruksikan sesuai dengan keinginan penggunanya, melalui aplikasi yang ada

pada sistem komputer atau pada handphone.

2.3.2 Kelebihan dan Kelemahan Aplikasi Kencan Online

Dewasa ini mulai bermunculan aplikasi kencan online, yang mana pada

aplikasi ini akan mempertemukan individu-individu yang sebelumnya tidak saling

mengenal kemudian akan mengenal satu sama lain. Aplikasi kencan online

menyediakan ruang obrolan bagi mereka yang sama-sama saling ada ketertarikan

satu sama lain. Namun jangan sampai terlupakan bahwa aplikasi seperti ini juga

tidak menutup kemungkinan bahwa ada bahaya yang akan ditimbulkan dibalik

kesenangan dalam penggunaannya.

Berikut beberapa kelebihan dari penggunaan aplikasi kencan online

menurut data dari wolipop.detik.com, datingadvice.com dan express.co.uk yaitu:

a. Mudah digunakan

Menurut Sari (2015) dalam wolipop.detik.com, Kei Savourie seorang pakar

percintaan, menyatakan bahwa Tinder memiliki desain yang cukup sederhana.

Fitur yang ditawarkan dalam aplikasi kencan online sangat mudah untuk

digunakan, serta jelas dan tanpa perlu latihan terlebih dahulu. Hanya dengan

bermodalkan handphone dan jaringan internet, pencarian jodoh sudah bisa

dimulai

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/61051/3/BAB II.pdffoto, video, dan suara, yaitu seperti email, mailing list (milis), website, blog, whatsapp dan media sosial (sosial media,

30

b. Cepat

Sari (2015) dalam wolipop.detik.com, Kei Savourie juga mengungkapkan

bahwa dalam dunia maya banyak orang bisa bertemu dan berkenalan dengan

berbagai orang diluar sana, hanya dalam waktu singkat dan cukup menekan

tombol atau sentuh layar.

c. Relatif Aman

Sari (2015) dalam wolipop.detik.com, relatif aman yang dimaksudkan yaitu

pengguna bisa mengatur akan dengan siapa pengguna ingin berbicara melalui

fitur chatroom. Apabila pengguna merasakan ketidak cocokan dengan kriteria

yang diinginkan atau mendapatkan pesan yang menjurus kearah seksual yang

tidak diinginkan maka pengguna bisa menyudahi percakapan dengan memilih

unmatch, sehingga pesan-pesan tersebut tidak muncul lagi.

d. Menghemat Uang dan Waktu

Matthews (2017) dalam datingadvice.com keuntungan terbesar dalam

penggunaan aplikasi kencan online adalah menghemat uang dan juga waktu.

Karena mayoritas pada aplikasi kencan online tidak perlu berbayar atau dengan

kata lain dapat digunakan secara gratis.

e. Kemudahan Dalam Menolak

Matthews (2017) dalam datingadvice.com mengungkapkan bahwa keuntungan

dari aplikasi ini adalah individu bisa dengan mudah menolak orang yang tidak

sesuai dengan keinginan dirinya yang sesungguhnya tanpa harus merasa

bersalah dengan bertemu langsung dengan orang yang sudah di tolak.

Berikut kelemahan dari aplikasi kencan online menurut liputan6.com dan

majalahkartini.co.id:

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/61051/3/BAB II.pdffoto, video, dan suara, yaitu seperti email, mailing list (milis), website, blog, whatsapp dan media sosial (sosial media,

31

a. Tidak mampu memprediksikan hubungan yang baik

Dianawanti (2018) dalam liputan6.com, mengatakan bahwa pengguna aplikasi

kencan rawan untuk tidak bisa memilih kualitas penting dari mencari pasangan.

Banyak dari pengguna yang merasa cocok hanya karena orang tersebut

menyenangkan tapi tidak memiliki kualitas diri yang baik.

b. Menjadi Pemilih dan Suka Menghakimi

Pramitha (2016) dalam majalahkartini.com, sebuah ungkapan dari Asosiasi

Ilmu Psikologi di Amerika Serikat bahwa beberapa orang pengguna aplikasi

kencan online menjadi pribadi yang lebih suka menghakimi dan menjadi

pemilih dibandingkan dengan sebelumnya, selain itu juga pengguna mejadi

lebih sering membatalkan hubungan karena teman kencan tidak sempurna.

c. Hubungan Terlampau Singkat

Pramitha (2016) dalam majalahkartini.com mengungkap data hasil penelitian

dari Universitas Negeri Michigan, terdapat 28 persen pengguna yang

menemukan pasangan pada aplikasi kencan online tidak akan bertahan lebih

dari satu tahun, berbeda dengan pasangan yang memulai hubungan dengan

pertemuan secara langsung.

d. Tak Benar-benar Mencari Pasangan

Masih Pramitha (2016) dalam majalahkartini.com, mengatakan jika tidak

semua lelaki benar-benar serius mencari jodoh melalui aplikasi kencan online.

Karena tidak jarang juga bahwa banyak lelaki yang hanya memuaskan hasrat

seksualnya saja.

e. Identitas Palsu

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/61051/3/BAB II.pdffoto, video, dan suara, yaitu seperti email, mailing list (milis), website, blog, whatsapp dan media sosial (sosial media,

32

Pramitha (2016) dalam majalahkartini.com, mengungkap bahwa berdasarkan

pada data dari lembaga survei OpinionMatters, terdapat sebanyak 53 persen

pengguna kencan online di Amerika Serikat pernah berbohong. Ditemukan

lebih dari 20 persen pengguna perempuan mengunggah foto dirinya dengan

yang lebih muda. Kemudian ditemukan 40 persen pengguna laki-laki sering

berbohong mengenai kondisi keuangan mereka.

Berdasarkan data dari beberapa website diatas, maka dapat disimpulkan

bahwa sudah banyak orang yang sudah mengenal aplikasi kencan online. Terdapat

berbagai macam kelebihan serta kelemahan yang ditimbulkan dengan hadirnya

aplikasi kencan online ini. Untuk bisa mengurangi dampak negatif, maka kelebihan

dan kelemahan pada aplikasi ini bisa menjadi tolak ukur individu untuk lebih bijak

menggunakan aplikasi kencan online, terlebih lagi melihat perkembangan jaman

semakin pesat dengan kebutuhan individu yang semakin tinggi, maka tidak

menutup kemungkinan untuk lahirnya tindakan kejahatan yang dilakukan oleh

pengguna-pengguna aplikasi.

2.3.3 Perbedaan Aplikasi dengan Media Sosial

Jika ditelusuri lagi lebih dalam mengenai aplikasi, maka dapat ditemukan

pengertian aplikasi yang merupakan sebuah program siap pakai yang dapat

digunakan untuk menjalankan perintah dari pengguna aplikasi tersebut, serta lebih

rinci lagi aplikasi dapat difungsikan sebagai program yang dapat membantu

individu untuk menyelesaikan permasalahan dengan menggunakan teknik

pemrosesan data aplikasi (Riswaya dan Abdurahman 2014:62).

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/61051/3/BAB II.pdffoto, video, dan suara, yaitu seperti email, mailing list (milis), website, blog, whatsapp dan media sosial (sosial media,

33

Pembahasan mengenai aplikasi akan tidak lengkap tanpa penjelasan mengenai

sistem yang berada di aplikasi, yaitu salah satunya adalah media sosial. Media

sosial sendiri merupakan bagian dari aplikasi yang berbasis internet serta dibangun

berdasarkan ideologi serta perkembangan teknologi dari Web 2.0 (blog, friendster,

dll). (Kaplan, Andreas M, Michael Haenlein 2010) dalam Musthofa (2016:51).

Berbeda dari pendapat sebelumnya, maka media sosial menurut Purnamawati

dan Eldarani (2011) dalam Indrawati, Sudiarta, dan Suardana (2017:79)

menjelaskan media sosial sebagai media dimana pengguna dapat membuat konten

serta aplikasi yang memungkinkan pengguna untuk dapat berinteraksi dan

melakukan pertukaran wawasan dengan pengguna lainnya. Tidak jauh berbeda

dengan Purnamawati dan Eldarani, maka Susanto (2017:387) menjelaskan secara

singkat fungsi media sosial sebagai tempat untuk memperluas interaksi sosial

sesama individu dengan cara menggunakan internet dan teknologi web.

Dari beberapa pendapat mengenai pengertian serta fungsi aplikasi dan media

sosial, maka dapat diambil kesimpulan bahwa aplikasi adalah wadah yang dapat

menjadi sarana untuk berinteraksi antar individu satu dengan yang lainnya, yang

mana pada sistem aplikasi terbentuk sosial media. Terlihat perbedaan yang jelas

antar keduanya, yaitu jika aplikasi lebih banyak memiliki beragam fungsi dan

manfaat dibandingkan dengan media sosial.

2.3.4 Macam Aplikasi Kencan Online

Saat ini bisa ditemui macam aplikasi kencan online yang beragam, berikut

merupakan beberapa macam aplikasi kencan online yang dilansir dari liputan6.com

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/61051/3/BAB II.pdffoto, video, dan suara, yaitu seperti email, mailing list (milis), website, blog, whatsapp dan media sosial (sosial media,

34

a. Tinder

Aplikasi yang mana penggunaannya cukup dengan swipe kanan atau swipe

kiri maka pengguna bisa dengan mudah menemukan teman kencan. Fitur

sistem GPS juga dapat ditemui pada aplikasi Tinder, yang mana akan

memudahkan pengguna untuk menemui pengguna lain yang memiliki jarak

yang berdekatan.

b. Miss Travel

Aplikasi Miss Travel lebih cocok jika digunakan oleh individu yang senang

berpetualang atau travelling dengan orang asing. Tidak hanya berkencan,

namun pada aplikasi ini juga bisa mencari teman perjalanan travelling yang

menyenangkan

c. Bumble

Aplikasi kencan online yang tidak jauh berbeda dengan Tinder. Hanya saja,

pada aplikasi ini wanita yang harus memulai percakapan terlebih dahulu

dengan pria yang ‘match’ atau cocok.

d. Wooplus

Aplikasi ini dikhususkan untuk pengguna yang memiliki tubuh plus-size

atau yang bertubuh besar. Tujuan dari aplikasi ini untuk menciptakan

lingkungan kencan dari pandangan yang lebih positif dan pencarian

pasangan yang tidak mendiskriminasi individu berdasar pada tubuh

besarnya.

Dari berbagai macam aplikasi kencan online diatas maka dapat diambil

kesimpulan bahwa setiap aplikasi kencan online pasti memiliki kelebihan serta ciri

khasnya masing-masing. Dalam pemilihan atau penggunannya, individu sudah

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/61051/3/BAB II.pdffoto, video, dan suara, yaitu seperti email, mailing list (milis), website, blog, whatsapp dan media sosial (sosial media,

35

menyesuaikan sesuai dengan kebutuhannya, dimulai dari aplikasi kencan online

yang sangat banyak diminati oleh masyarakat umum, kemudian aplikasi yang

mempertemukan dengan pasangan berdasarkan hobi yang sama, serta aplikasi yang

menyediakan fitur pendukung untuk wanita lebih berani membuka obrolan, dan

yang terakhir yaitu aplikasi yang dikhususkan untuk mereka yang memiliki fisik

yang sama.

2.4 Aplikasi Tinder

2.4.1 Pengertian Tinder

Tinder merupakan aplikasi kencan online yang dapat digunakan untuk

saling mengenal antar pengguna Tinder. Hadirnya aplikasi ini bisa mengubah hidup

seseorang dengan cara mempertemukan teman atau teman kencan yang diimpikan.

Aplikasi ini diluncurkan di bulan September 2012 oleh Sean Rad sebagai CEO,

tepatnya di Los Angeles, California (dilansir dari website gotinder.com).

Menurut sang CEO sendiri yaitu Sean Rad, aplikasi ini dibuat dengan

tujuaan agar orang-orang bisa dengan mudah memilih teman kencan sesuai selera,

hanya dengan menggeser maka bisa mempertemukan orang yang saling menyukai.

Disebutkan juga bahwa pengguna aplikasi ini didominasi pada usia 18 hinga 30

tahun (dilansir dari website techinasia.com).

Menurut data dari help.tinder.com aplikasi Tinder ini menjadi aplikasi

kencan online yang bisa diandalkan kehebatannya dengan mempertemukan serta

memperkenalkan pengguna kepada berbagai macam individu yang berada di sekitar

pengguna. Selain itu juga aplikasi kencan online ini merupakan aplikasi yang paling

terkenal karena telah mempertemukan 26juta lebih pasangan per harinya. Namun

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/61051/3/BAB II.pdffoto, video, dan suara, yaitu seperti email, mailing list (milis), website, blog, whatsapp dan media sosial (sosial media,

36

tidak hanya itu saja, kelebihan dari aplikasi Tinder yaitu menggunakan sistem

lokasi dari sosial media lain (Facebook), sehingga ada beberapa data yang

terhubung antara Facebook dengan Tinder. Faslitas yang ditawarkan juga mampu

membuat pengguna tertarik untuk menggunakannya, yaitu fasilitas komunikasi

dengan sesama pengguna akun Tinder berdasarkan dengan lokasi geografis yang

diatur oleh pengguna. Sesuai dengan sistem aplikasinya, Tinder difungsikan

sebagai tempat untuk pencarian pasangan atau pencarian teman kencan.

Gambar 2.1

Logo Aplikasi kencan online Tinder

Sumber: google.com

2.4.2 Fitur Tinder

Menurut Lee dalam website yang dilansir oleh The Globe And Mail,

aplikasi kencan online ini bisa diunggah melalui iOS atau sistem Android. Untuk

bisa mendaftar, pengguna bisa menggunakan nomor handphone atau masuk

menggunakan akun Facebook. Guna Facebook disini hanyalah sebagai wadah

untuk memastikan bahwa profil yang sudah terbuat adalah nyata, bukanlah profil

palsu. Setelah pengguna membuat akun, maka pengguna sudah bisa menambahkan

foto untuk lebih menarik perhatian pengguna lain. Disini juga disediakan fitur

menyunting, menghapus atau mengubah urutan foto sesuai dengan keinginan

pengguna.

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/61051/3/BAB II.pdffoto, video, dan suara, yaitu seperti email, mailing list (milis), website, blog, whatsapp dan media sosial (sosial media,

37

Yusuf dalam kompas.com menjelaskan lebih lanjut bahwa untuk lebih

memfasilitasi dan memberi kepuasan pengguna dalam melakukan geseran, maka

sebelum menggeser pengguna bisa melihat informasi dari profil yang keluar, seperti

informasi biodata, foto, dan Video Loop. Fitur Video Loop ini baru saja dirilis oleh

Tinder dengan video yang memiliki durasi pendek dan sistem pengulangan video.

Video ini tidak bisa diambil langsung dari dalam aplikasi Tinder itu sendiri, namun

pengguna bisa menyunting serta mengunggah video yang telah direkam

sebelumnya kemudian video bisa diunggah pada aplikasi Tinder untuk

menampilkan profil pengguna yang lebih menarik.

Fitur lainnya yang dimiliki Tinder tidak berbeda jauh dengan aplikasi

kencan online yang lainnya, yaitu fitur swipe atau menggeser yang menunjukkan

jika pengguna menyukai atau tidak menyukai seseorang yang ditemui di aplikasi

ini. Pengguna cukup mengeser kiri pada layar jika tidak cocok dan geser kanan pada

layar jika pengguna merasa ada kecocokan dengan profil yang ditampilkan. Jika

pada kedua pengguna saling menyukai dan sama-sama menggeser ke kanan, maka

akan menghasilkan “kecocokan” dan secara otomatis disediakan ruang obrolan

dalam aplikasi.

Berbeda dengan Yusuf, maka Anggraini dalam kompas.com menjelaskan

fitur Tinder lebih dalam yaitu fitur yang memungkinkan untuk penggunanya

mengetahui siapa saja orang yang menyukai profil pengguna, bahkan sebelum

melakukan kegiatan swiping atau menggeser layar untuk melihat profil seseorang.

Namun fitur ini hanya merupakan bagian dari penggunaan Tinder Gold, yaitu

layanan tambahan yang pengguna harus melakukan pembayaran sebelum

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/61051/3/BAB II.pdffoto, video, dan suara, yaitu seperti email, mailing list (milis), website, blog, whatsapp dan media sosial (sosial media,

38

menggunakannya, dengan biaya sekitar 30 dolar Australia atau sekitar Rp.315.000

setiap bulannya.

Pada aplikasi ini, pengguna ditawarkan untuk dapat memilih ingin disajikan

profil seorang wanita atau pria, atau ingin kedua-duanya. Namun tidak hanya itu,

pengguna juga bisa mengatur jarak seberapa jauh jarak antara pengguna dengan

kriteria orang yang diingini, yaitu tersedia jarak dari 2km hingga 161km. Begitu

pula dengan batasan usia, yaitu batas usia paling rendah 20 tahun dan paling tinggi

hingga mencapai usia lebih dari 50 tahun.

Kesimpulan dari beberapa fitur Tinder yang sudah dijelaskan diatas, maka

secara garis besar Tinder memiliki beragam fitur yang cukup menarik untuk

digunakan. Mulai dari penyajian informasi serta biodata pengguna, dan pengaturan

jenis kelamin hingga jarak yang bisa disesuaikan dengan keinginan pengguna.

Namun meskipun Tinder menyediakan banyak fitur, sebagai pengguna harus lebih

bijak dalam penggunaan fitur tersebut agar tidak disalah gunakan oleh orang-orang

yang memiliki niat jahat.

2.5 Definisi Mahasiswa

2.5.1 Pengertian Mahasiswa

Dari segi psikologi, mahasiswa menurut Hartaji (2012:5) dalam Hulukati

dan Wenny (2018:74) bahwa mahasiswa merupakan individu yang sedang pada

proses menimba ilmu atau sedang proses belajar yang mana sudah terdaftar sedang

menjalani pendidikan pada perguruan tinggi, baik itu akademik, politeknik, sekolah

tinggi, atau institut dan universitas. Berbeda pandangan dengan Hartaji, maka

Yusuf (2012:27) lebih menyebutkan mahasiswa dari segi usia yaitu mahasiswa

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/61051/3/BAB II.pdffoto, video, dan suara, yaitu seperti email, mailing list (milis), website, blog, whatsapp dan media sosial (sosial media,

39

dikategorikan pada tahap perkembangan yang berada di usia 18 hingga 25 tahun,

pada masa ini digolongkan pada masa remaja akhir sampai masa dewasa.

Tidak jauh berbeda dengan pendapat sebelumnya, maka Marheni (2004)

dalam Wardani (2012:84), mengungkapkan bahwa mahasiswa merupakan individu

yang sedang berada pada pencarian serta pencapaian identitas diri. Ditegaskan lebih

lanjut status mahasiswa berada pada rentang usia 18 hingga 25 tahun atau yang

dinamakan dengan masa remaja akhir (Konopka dalam pikunas, 1976) dalam

Wardani (2012:79)

Dari beberapa pendapat mengenai pengertian mahasiswa, maka secara garis

besar mahasiswa dapat dikatakan bahwa seseorang yang sedang melakukan sebuah

proses menimba ilmu, dengan memiliki kepribadian dalam dirinya yang masih

proses dalam pencarian jati diri dengan usianya berkisar dari usia 18 hingga 25

tahun. Dalam dunia psikologi mahasiswa dapat juga digolongkan kedalam kategori

remaja tingkat akhir.

2.5.2 Batasan Remaja

Remaja dalam bahasa Inggris adolescence berasal dari kata lain adolescere

yang berarti tumbuh ke arah kematangan (Muss, 1968:4) dalam Sarwono (2013:11).

Kematangan yang dimaksud tidak hanya kematangan dalam segi fisik, tapi juga

kematangan sosial-psikologis.

Pada tahun 1974, WHO menjabarkan mengenai remaja yang berisfat rinci.

Dikemukakan ada tiga kriteria, yaitu biologis, psikologis, dan sosial ekonomi,

secara lengkap definisi itu berupa keadaan remaja atau suatu masa remaja dimana:

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/61051/3/BAB II.pdffoto, video, dan suara, yaitu seperti email, mailing list (milis), website, blog, whatsapp dan media sosial (sosial media,

40

1. Individu yang berkembang sejak pertama individu menunjukkan tanda-tanda

seksual sekunder sampai individu mencapai kematangan seksual

2. Adanya perkembangan psikologi individu dan pola dari kanak-kanak menjadi

dewasa

3. Munculnya peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi mejadi keadaan

mandiri, Muangman (Sarwono, 2013:11)

Ditinjau dari bidang kegiatan WHO, yaitu bidang kesehatan. Masalah yang

paling sering dirasakan adalah tentang kesehatan remaja yaitu kehamilan yang

terjadi terlalu awal. Berangkat dari masalah ini maka WHO menetapkan usia 10-

20tahun sebagai batasan usia remaja. Banyak resiko yang akan terjadi dengan

kehamilan di usia-usia tersebut (cacat, kematian bayi atau ibu, serta kesulitan pada

saat melahirkan) dibandingkan dengan kehamilan dalam usia-usia diatasnya

(Sanderowitz & Paxman, 1985; Hanifah, 2000) dalam Sarwono (2013:11).

Lebih lanjut lagi, WHO juga menyatakan bahwa batasan usia remaja

tersebut berlaku untuk pria dan wanita. WHO membagi kurun usia tersebut menjadi

2 bagian, yaitu remaja awal 1—14 tahun dan remaja akhir 15-20 tahun. Perserikatan

Bangsa-Bangsa (PBB) juga menetapkan usia 15-24 tahun sebagai usia muda

(youth) dengan keputusan itu maka ditetapkan tahun 1985 sebagai Tahun Pemuda

Internasional (Sanderowitz & Paxman, 1985; Hanifah, 2000) dalam Sarwono,

2013:11.

Dalam Sarwono (2013:18) di negara Indonesia menggunakan batasan usia

remaja yaitu usia 11-24tahun dan belum menikah, dengan pertimbangan-

pertimbangan berikut:

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/61051/3/BAB II.pdffoto, video, dan suara, yaitu seperti email, mailing list (milis), website, blog, whatsapp dan media sosial (sosial media,

41

1. Kriteria fisik pada usia 11 tahun sudah nampak tanda-tanda seksual sekunder,

yaitu tanda-tanda fisik atau badaniah yang bisa membedakan antara pria dan

wanita (kriteria fisik)

2. Menurut adat maupun agama, usia 11 tahun sudah dianggap akil balig, jadi

sudah tidak diperlakukan layaknya anak-anak (kriteria sosial)

3. Pada usia ini mulai muncul tanda-tanda penyempurnaan perkembangan jiwa

seperti identitas diri (ego identity, menurut Erik Erikson), tercapai fase genital

(menurut Freud) dan puncak perkembangan kognitif atau cara berpikir (Piaget)

maupun moral (Kohlberg) (kriteria psikologis).

4. Batas usia 24 tahun adalah batas maksimal untuk memberikan peluang bagi

individu yang pada usia 24 tahun masih bergantung pada orang tua, belum bisa

memberikan pendapat dan sebagainya. Pada uisa ini banyak dari mereka yang

belum bisa memenuhi persyaratan kedewasaan secara sosial maupun

psikologis, jadi masih tergolong remaja.

5. Pada penjelasan diatas, status perkawinan sangat menentukan, karena

pengartian perkawinan sangat penting di masyarakat Indonesia pada umumnya.

Untuk yang sudah menikah di usia berapapun itu, akan dianggap serta

diperlakukan sepenuhnya seperti orang dewasa, baik secara hukum atau

kehidupan masyarakat dan keluarga. Oleh karena itu pada penjelasan ini

dibatasi khusus untuk yang belum menikah.

Jika dilihat dari berbagai pengertian mengenai batasan remaja, maka dapat

diambil kesimpulan bahwa batasan usia remaja ada pada usia 10 hingga 24 tahun,

yang mana batasan usia ini tidak membeda-bedakan antara remaja pria dan remaja

wanita, yang berarti batasan usia ini berlaku untuk semua jenis kelamin.

Page 37: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/61051/3/BAB II.pdffoto, video, dan suara, yaitu seperti email, mailing list (milis), website, blog, whatsapp dan media sosial (sosial media,

42

2.5.3 Psikografis Mahasiswa

Di dalam ranah psikografis, perilaku seseorang dapat diobservasi melalui

gaya hidup, serta kepribadiannya.

Menurut Amiruddin, “Psikografis adalah identifikasi karakteristik yang

menggambarkan psikologis atau kepribadian dan sikap yang mempengaruhi gaya

hidup seseorang dan perilaku pembelian” (Amiruddin, 2018:50)

Dari penjelasan diatas dapat dipahami bahwa psikografis mempelajari

mengenai kepribadian serta sikap individu dalam rangka untuk mempengaruhi gaya

hidupnya dan juga bagaimana individu berperilaku dalam keputusan pembelian

atau pemakaian.

Menurut Joseph Plumer (1974) dalam Kunto dan Pasla (2006:15) gaya

hidup pada dasarnya merupakan bagaimana seseorang dalam mengelola waktu serta

uang yang dimilikinya. Gaya hidup mengukur tentang aktifitas-aktifitas manusia

dalam hal pola seseorang dalam rangka menghabiskan waktu, minat, pandangan

seseorang terhadap dirinya dan orang lain, karakter dasar yang dilalui dalam

kehidupannya seperti penghasilan, pendidikan dan dimana seseorang tinggal.

Menurut Ibrahim Subandi (2005) dalam Sari (2015:345) secara tidak langsung,

gaya hidup mahasiswa dapat dipengaruhi oleh industri gaya hidup dimana gaya

hidup ini lebih mengutamakan eksistensi diri sebagai cerminan dari bentuk

kebutuhan pada saat ini.

Pendapat dari Kotler dan Keller 2009, dalam Wardana (2011:22) ada tiga

hal penting dalam pembahasan mengenai kepribadian, yaitu kepribadian setiap

individu itu berbeda, kepribadian bisa tetap dan abadi, dan yang terkahir yaitu

kepribadian dan konsep diri serta gaya hidup dan nilai. Berbeda dengan Kotler dan

Page 38: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/61051/3/BAB II.pdffoto, video, dan suara, yaitu seperti email, mailing list (milis), website, blog, whatsapp dan media sosial (sosial media,

43

Keller maka Sinamo, Suak dan Munayang (2009:95) memiliki ciri kepribadian

mahasiswa yaitu identik dengan memiliki masalah psikologis, memiliki rasa curiga

atau ketidakpercayaan yang berlebih pada seseorang, hubungan sosial dangkal yang

berarti adalah anti sosial, memiliki tingkat emosi yang cepat marah dan suka

mencari perhatian, serta pola pikir yang cepat dan tidak konsisten.

Dari berbagai macam pendapat diatas bisa disimpulkan bahwa psikografis

pada diri mahasiswa bisa didasarkan oleh tingkat gaya hidup mahasiswa tersebut

yang mudah terpengaruh oleh industri gaya hidup, serta didasarkan pula pada

kepribadian mahasiswa yang memiliki sifat yang tidak tetap atau berubah-ubah

dalam menghadapi permasalahan atau keingintahuan dalam pencapaian tujuan.

2.5.4 Sosiografis Mahasiswa

Sosiografis menurut Siregar dan Pasaribu (2000) dalam Yani dan Farida

(2017:60) adalah cara-cara dalam mengenali individu dengan melihat dari latar

belakang seseorang seperti umur, jenis kelamin, pendidikan serta posisi dalam

kehidupan sosialnya. Untuk sosiografis mengenai umur mahasiswa, Fauziah

(2015:124) berpendapat bahwa mahasiswa pada jenjang Strata 1 (S1) tergolong

pada jarak usia rata-rata yaitu 19 hingga 23 tahun, dimana pada masa ini

dikategorikan sebagai fase dewasa awal yaitu suatu fase transisi antara remaja dan

dewasa.

Sejalan dengan Fauziah maka Erikson (1959, 1963) dalam Fauziah

(2015:124) menjelaskan lebih lanjut pada fase dewasa awal merupakan kebutuhan

seseorang untuk dapat membuat komitmen serta menciptakan hubungan antar

individu yang erat dan stabil.

Page 39: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/61051/3/BAB II.pdffoto, video, dan suara, yaitu seperti email, mailing list (milis), website, blog, whatsapp dan media sosial (sosial media,

44

Berdasar pada pengertian sosiografis diatas, dalam hasil penelitian

Ambarwati, Pinilih dan Astuti (2017:45) ditemukan karakteristik mahasiswa bahwa

usia mahasiswa paling mendominasi berada di usia 22 tahun, sedangkan pada jenis

kelamin lebih mendominasi kepada perempuan, untuk masa studi pada program

Diploma III (D3) yaitu sampai dengan 6 semester, dan untuk Strata 1 (S1) yaitu

hingga 8 semester.

Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa sosiografis mahasiswa dapat

ditentukan melalui usia, jenis kelamin serta pendidikan mahasiswa yang berada di

dalam suatu daerah atau tempat tinggal. Usia mahasiswa berada pada fase remaja

awal yang mana berusia 19 hingga 23 tahun, dimasa ini pula mahasiswa atau remaja

masih mengalami masa peralihan dari remaja menuju dewasa.

2.6 Landasan Teori

2.6.1 Teori Uses and Gratifications

Teori uses and gratifications dikembangkan oleh Kazt dan Gurevicth dari

“Mass Media Uses and Gratification Model” yang pertama kali dipublikasikan pada

tahun 1974. Munculnya teori ini saat teknologi sedang marak berkembang di tahun

1960-an. Asumsi mengenai teori ini yaitu mengenai khalayak aktif dalam tujuan

untuk memenuhi kebutuhannya dan dorongannya. Teori uses and gratifications

memahami tentang komunikasi sebagai pengaruh antarpribadi (Karman, 2013:94)

Sejalan dengan Karman maka Rakhmat (2012:65) dalam Romli (2016:51)

mendefinisikan teori uses and gratifications yaitu teori mengenai sumber

kebutuhan sosial dan psikologi individu yang nantinya akan melahirkan harapan-

Page 40: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/61051/3/BAB II.pdffoto, video, dan suara, yaitu seperti email, mailing list (milis), website, blog, whatsapp dan media sosial (sosial media,

45

harapan baru dari media massa atau sumber yang lainnya. Kemudian menyebabkan

perbedaan pola terpaan media dan menghasilkan pemenuhan kebutuhan lainnya.

Lain halnya menurut Nurudin, (2017:181) dalam Romli (2016:51) yang

menyatakan bahwa teori uses and gratifications membahas mengenai konsumen

yang menggunakan media sebagai pemuas kebutuhannya. Dalam hal ini konsumen

memiliki kekuasaan untuk menentukan sendiri media apa yang akan digunakan.

Pengguna media berperan aktif untuk memainkan perannya dalam memilih dan

menggunakan media, dengan berusaha untuk mencari sumber media terbaik untuk

bisa memenuhi kebutuhannya.

Lebih singkatnya lagi, Morissan (2010:264) menjabarkan teori uses and

gratifications atau teori Penggunaan dan yaitu yang berkaitan tentang kapan dan

bagaimana individu sebagai konsumen media menjadi aktif atau kurang aktif dalam

penggunaan media serta akibat apa yang ditimbulkan dari penggunaan media

tersebut. Biasanya pada teori uses and gratifications paling banyak digunakan

dalam studi komunikasi massa, yang menyatakan bahwa audien mencari dan

menggunakan media sesuai dengan faktor sosial serta faktor psikologi yang dialami

oleh individu yang berbeda-beda. Memang pada dasarnya teori ini tidak

mengungkap mengenai efek langsung pada media atau bagaimana mereka

mengonsumsi media, namun teori ini berupaya menjelaskan What do people do

with the media? Apa yang dilakukan audien kepada media. (Klapper, 1963: Rubin,

1994) dalam (Morissan, 2010:264).

Berdasarkan pada beberapa pengertian teori uses and gratifications dari

beberapa ahli, maka dapat diambil kesimpulan bahwa teori Teori uses and

Page 41: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/61051/3/BAB II.pdffoto, video, dan suara, yaitu seperti email, mailing list (milis), website, blog, whatsapp dan media sosial (sosial media,

46

gratifications berbicara tentang individu aktif yang mencari dan menggunakan

media sebagai alat untuk pemuas kebutuhan. Dimana audien disini bisa dengan

leluasa menggunakan media sesuai dengan tingkat kebutuhan yang ingin dicapai.

2.6.2 Asumsi Dasar Teori Uses and Gratifications

Katz, Blumler dan Gurevitch (1974) dalam Morissan (2010:264), Rubin

dalam Oliver, Beth (2008:167) Menyatakan lima asumsi dasar teori Penggunaan

dan Kepuasan sebagai berikut:

a. Audien aktif dan berorientasi pada tujuan ketika menggunakan media

Audien disini dianggap sebagai seorang partisipan yang aktif dalam

penggunaan media. Perilaku audien menggunakan media didasari pada

tujuan dan motivasi pada audien tersebut.

b. Inisiatif mendapatkan kepuasan media ditentukan oleh audien

Audien disini bersifat aktif, maka audien mengambil inisiatif sendiri

dalam penentuan media yang dikehendakinya. Misalkan audien yang

memilih menonton program komedi karena audien tersebut menyukai

acara yang membuat tertawa

c. Media bersaing dengan sumber kepuasan lainnya

Media bersaing dengan bentuk komunikasi lainnya misal dalam hal

pilihan, perhatian serta penggunaan untuk memuaskan kebutuhan juga

keinginan seseorang. Misalnya diawal hubungan sepasang muda-mudi

mereka lebih memilih menonton bioskop berdua daripada menonton

televisi dirumah.

d. Audien sadar terhadap ketertarikan, motif dan penggunaan media

Page 42: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/61051/3/BAB II.pdffoto, video, dan suara, yaitu seperti email, mailing list (milis), website, blog, whatsapp dan media sosial (sosial media,

47

Dalam memilih media untuk digunakan, audien melakukannya secara

sadar dengan kesadaran diri yang cukup media mana yang membuatnya

lebih tertarik dan sesuai dengan motif yang muncul dalam dirinya

e. Penilaian isi media ditentukan oleh audien

Media hanya bisa dinilai oleh audien sendiri. Mungkin menurut

sebagian orang yang sama-sama mengkonsumsi media, program televisi

dianggap tidak menarik dan tidak bermutu, namun berbeda dengan

audien lainnya yang merasakan bahwa ia mendapatkkan kepuasaan

dengan menonton program televisi tersebut.

Dari beberapa uraian mengenai asumsi teori uses and gratifications diatas,

maka dapat diambil garis besar bahwa dalam pemilihan media terdapat beberapa

poin yang membuat audien untuk memutuskan menggunakan media tertentu.

Audien yang aktif pasti memiliki inisiatif kuat yang dapat membawa audien untuk

memilih media mana yang tepat digunakan, namun untuk audien yang tidak

memiliki inisiatif yang tinggi maka akan mudah dipengaruhi oleh media-media

yang lainnya.

2.6.3 Tingkat Kebutuhan Manusia

Dalam Sobur (2013: 274-279), Sarwono (2014:149), Sari dan Dwiarti (2018:

61-62), Abraham Maslow mengatakan bahwa kebutuhan pokok manusia ada 5

tingkatan yang berbentuk piramid, yang mana individu memulai dorongan dari

tingkatan terbawah. Lima tingkat kebutuhan manusia ini dikenal dengan istilah

Hirarki Kebutuhan Maslow. Berikut 5 tingkatan kebutuhan manusia menurut

Abraham Maslow:

Page 43: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/61051/3/BAB II.pdffoto, video, dan suara, yaitu seperti email, mailing list (milis), website, blog, whatsapp dan media sosial (sosial media,

48

1. Kebutuhan Fisiologis (Physiological Needs)

Kebutuhan Fisiologi adalah kebutuhan yang tingkatannya paling dasar, kuat

dan jelas diantara kebutuhan-kebutuhan manusia yang lainnya. Karena

kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan manusia untuk mempertahankan

hidupnya secara fisik, seperti kebutuhan akan makanan, minuman, seks, tidur,

serta oksigen. Goble, (1987:72) dalam Sobur (2013:275) mengungkapkan

bahwa menurut Maslow jika kebutuhan fisiologis telah terpenuhi maka akan

muncul kebutuhan-kebutuhan lainnya yang lebih tinggi pula, dan akan begitu

sampai seterusnya. Karena jika hasrat sudah terpenuhi maka akan muncul

hasrat-hasrat yang lainnya.

2. Kebutuhan Rasa Aman (Safety Needs)

Pada dasarnya, kebutuhan rasa aman mengarah pada 2 bentuk, yaitu:

a. Kebutuhan keamanan jiwa

b. Kebutuhan keamanan harta

Kebutuhan rasa aman meliputi kebutuhan perlindungan, keamanan, hukum,

serta kebebasan dari rasa takut ataupun kecemasan. Maslow berpendapat

bahwa kebutuhan rasa aman manusia sudah mulai muncul sejak masih kecil,

seperti contohnya anak-anak yang merasa terancam dengan bunyi guntur

atau kilat.

3. Kebutuhan Cinta dan Memiliki-dimiliki (belongingness and love needs)

Kebutuhan ini erat kaitannya antara individu dengan individu. Setiap

individu butuh apa yang dinamakan dengan dicintai, dan juga butuh untuk

Page 44: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/61051/3/BAB II.pdffoto, video, dan suara, yaitu seperti email, mailing list (milis), website, blog, whatsapp dan media sosial (sosial media,

49

menyatakan cintanya. Cinta disini adalah dalam artinya rasa sayang dan rasa

terikat. Rasa dimana ada keterikatan antara individu satu dengan individu

yang lainnya, seperti cinta dan kasih sayang di keluarga atau sahabat.

4. Kebutuhan Penghargaan (esteem needs)

Maslow membagi kebutuhan penghargaan diri kedalam dua jenis, yaitu

“Pertama, penghargaan yang didasarkan atas respek terhadap kemampuan,

kemandirian, dan perwujudan kita sendiri. Kedua, penghargaan yang

didasarkan atas penilaian orang lain. Penghargaan yang terakhir ini dapat

dilihat dengan baik dalam usaha untuk mengapresiasikan diri dan

mempertahankan status” (Sobur, 2013:277-278)

Penghargaan pada diri individu dapat didasarkan pada diri sendiri dan juga

atas dasar penilaian dari orang lain dengan cara apresiasi serta

mempertahankan status sosial. Individu yang memiliki harga diri cukup

tinggi akan memiliki sifat yang lebih percaya diri serta lebih produktid.

Namun jika harga diri individu kurang, maka akan memiliki rasa tidak

berdaya yang menimbulkan pada keputus asaan.

5. Kebutuhan Aktualisasi Diri

Aktualisasi diri adalah Hirarki Kebutuhan dari Maslow yang tingkatannya

paling tinggi dan erat kaitannya pada pengembangan potensi individu.

Maslow menggambarkan kebutuhan aktualisasi diri sebagai hasrat individu

menjadi dirinya sendiri sesuai kemampuannya. Kebutuhan aktualisasi diri

juga merupakan kebutuhan individu yang ingin menunjukkan keahlian, serta

potensi yang dimilikinya.

Page 45: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/61051/3/BAB II.pdffoto, video, dan suara, yaitu seperti email, mailing list (milis), website, blog, whatsapp dan media sosial (sosial media,

50

Dapat diambil kesimpulan bahwa manusia memang memiliki kebutuhan yang

bermacam-macam bentuknya, ada kebutuhan yang memang harus dicapai karena

tuntutan dari keadaan diri sendiri, serta kebutuhan yang mengarah pada potensi

individu. Setiap kebutuhan dalam dirinya, manusia memiliki motivasi untuk

mencapai tujuan yang sudah direncanakan tersebut, yang mana jika tingkat

kebutuhan pertama sudah terlaksana maka akan berlanjut kepada kebutuhan-

kebutuhan yang lainnya.

Gambar 2.2

Kebutuhan Dasar Manusia menurut Abraham Maslow

Sumber: google.com

Page 46: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/61051/3/BAB II.pdffoto, video, dan suara, yaitu seperti email, mailing list (milis), website, blog, whatsapp dan media sosial (sosial media,

51

2.7 Definisi Konseptual

Dalam rangka untuk membantu peneliti untuk memahami konsep penelitian,

maka akan diperlukannya beberapa konsep untuk dapat didefinisikan. Adapun

definisi konsep yaitu:

2.7.1 Definisi Media Online

Media online merupakan jaringan yang menggunakan komputer sebagai

alat untuk dapat membagikan data, yang mana media online ini termasuk kedalam

media massa, hanya saja pada media online menggunakan jaringan internet untuk

dapat mencari informasi dan kebutuhan lainnya.

2.7.2 Definisi Motif

Motif merupakan suatu dorongan yang terbentuk dari diri manusia, yang

mana pada dorongan ingin menciptakan energi yang yang mmpu menjadi

penggerak pada diri individu untuk melakukan suatu tindakan ataupun juga

perbuatan yang berguna untuk dapat tercapainya suatu tujuan yang sebelumnya

sudah ditetapkan oleh individu.

2.7.3 Definisi Mahasiswa

Mahasiswa merupakan seseorang yang sedang melakukan suatu proses di

bangku perkuliahan yang dinamakan dengan menimba ilmu, mahasiswa juga

memiliki kepribadian dalam dirinya yang mana masih dalam tahap pencarian jati

diri. Jika dilihat dari usia, mahasiswa rata-rata memiliki usia berkisar dari usia 18

tahun hingga 25 tahun.

Page 47: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/61051/3/BAB II.pdffoto, video, dan suara, yaitu seperti email, mailing list (milis), website, blog, whatsapp dan media sosial (sosial media,

52

2.8.1 Definisi Operasional

Pada hakikatnya motif mahasiswa dalam menggunakan aplikasi kencan online

Tinder didasari pada dorongan yang ada pada diri individu tersebut, adapun

indikator motif yang peneliti gunakan menurut Mc.Quail yaitu:

a. Pengalihan (diversion)

1. Untuk mengisi waktu luang

2. Untuk membangkitkan gairah seksual

3. Dapat menghindari permasalahan

4. Untuk menghibur diri bersama teman-teman

b. Hubungan Personal

1. Agar mendapatkan teman atau pasangan

2. Agar bisa mengenal teman-teman yang memiliki hobi yang sama

3. Agar dapat meningkatkan rasa empati sosial

4. Agar menemukan dan mengikuti kelompok atau komunitas yang

diminati

c. Identitas Personal (personal identity)

1. Untuk mendapatkan bahan obrolan ketika kumpul bersama dengan

teman-teman

2. Agar dapat lebih mudah berinteraksi dengan orang lain

3. Agar dapat mempererat hubungan dengan teman

d. Pengawasan (surveillance)

1. Untuk mendapatkan wawasan yang lebih luas dengan bertemu orang-

orang baru yang berbeda karakter

Page 48: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/61051/3/BAB II.pdffoto, video, dan suara, yaitu seperti email, mailing list (milis), website, blog, whatsapp dan media sosial (sosial media,

53

2. Untuk memperoleh informasi atau peristiwa terbaru dilingkungan

terdekat

3. Untuk mencari penyelesaian atau solusi dari masalah yang sedang

dihadapi

4. Agar memiliki pandangan baru terhadap masalah sosial

5. Agar bisa berbagi pengalaman dengan orang lain

6. Agar bisa memuaskan rasa keingintahuan