BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/492/4/BAB II.pdf · berwarna hitam...

20
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Demam Berdarah Dengue (DBD) 1. Pengertian Demam Berdarah Dengue (DBD) Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti yang ditandai dengan demam mendadak 2 sampai 7 hari tanpa penyebab yang jelas, lemah atau lesu, gelisah, nyeri ulu hati, disertai dengan tanda-tanda perdarahan di kulit berupa bintik perdarahan (petechia), ruam (purpura). Kadang-kadang mimisan, berak darah, muntah darah, kesadaran menurun. Hal yang dianggap serius pada demam berdarah dengue adalah jika muncul perdarahan dan tanda- tanda syok/renjatan (Mubin, 2009: 19). 2. Etiologi Demam Berdarah Dengue (DBD) Demam dengue disebabkan oleh virus dengue yang ter-masuk dalam group B Antrhopod borne virus (arboviruse) dan sekarang dikenal sebagai genus flavivirus, famili Flaviridae serta memiliki 4 jenis serotipe yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4 (SriRejeki, 2004). Infeksi dengan salah satu stereotipe akan menimbulkan anti bodi seumur hidup terhadap serotipe yang bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotipe yang lain. Seseorang yang tinggal di daerah endemik dengue dapat terinfeksi dengan 3 atau bahkan 4 serotipe selama hidupnya. Serotipe DEN-3 merupakan serotipe yang dominan dan banyak berhubungan dengan kasus berat. 6

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/492/4/BAB II.pdf · berwarna hitam...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/492/4/BAB II.pdf · berwarna hitam kecoklatan. Tubuh dan tungkainya ditutupi sisik dengan garis-garis putih keperakan. Di bagian

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Demam Berdarah Dengue (DBD)

1. Pengertian Demam Berdarah Dengue (DBD)

Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah suatu penyakit menular yang

disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti yang

ditandai dengan demam mendadak 2 sampai 7 hari tanpa penyebab yang jelas,

lemah atau lesu, gelisah, nyeri ulu hati, disertai dengan tanda-tanda perdarahan

di kulit berupa bintik perdarahan (petechia), ruam (purpura). Kadang-kadang

mimisan, berak darah, muntah darah, kesadaran menurun. Hal yang dianggap

serius pada demam berdarah dengue adalah jika muncul perdarahan dan tanda-

tanda syok/renjatan (Mubin, 2009: 19).

2. Etiologi Demam Berdarah Dengue (DBD)

Demam dengue disebabkan oleh virus dengue yang ter-masuk dalam

group B Antrhopod borne virus (arboviruse) dan sekarang dikenal sebagai

genus flavivirus, famili Flaviridae serta memiliki 4 jenis serotipe yaitu DEN-1,

DEN-2, DEN-3, dan DEN-4 (SriRejeki, 2004). Infeksi dengan salah satu

stereotipe akan menimbulkan anti bodi seumur hidup terhadap serotipe yang

bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotipe yang lain.

Seseorang yang tinggal di daerah endemik dengue dapat terinfeksi dengan 3

atau bahkan 4 serotipe selama hidupnya. Serotipe DEN-3 merupakan serotipe

yang dominan dan banyak berhubungan dengan kasus berat.

6

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/492/4/BAB II.pdf · berwarna hitam kecoklatan. Tubuh dan tungkainya ditutupi sisik dengan garis-garis putih keperakan. Di bagian

7

3. Tanda dan gejala Demam Berdarah Dengue (DBD)

Diagnosa penyakit DBD dapat dilihat berdasarkan kriteria diagnosa

klinis danlaboratoris. Berikut ini tanda dan gejala penyakit DBD yang

dapat dilihat dari penderita kasus DBD dengan diagnosa klinis dan

laboratoris :

a. Diagnosa Klinis

a) Demam tinggi mendadak 2 sampai 7 hari (38 –40º C).

b) Adanya manifestasi perdarahan spontan seperti bintik-bintik

merah di kulit yang tidak hilang jika ditekan (utamanya didaerah

siku atau pergelangan tangan dan kaki), mimisan, pendarahan

gusi, dan pendarahan yang sulit dihentikan jika disuntik atau

terluka.

c) Pembesaran organ hati dan limpa.

d) Renjatan (syok), tekanan nadi menurun menjadi 20 mmHg atau

kurang, tekanan sistolik sampai 80 mmHg atau lebih rendah.

e) Gejala klinik lainnya yang sering menyertai yaitu anoreksia

(hilangnya selera makan), lemah, mual, muntah, sakit perut,

diare dan sakit kepala.

b. Diagnosa Laboratoris

a) Trombositopeni pada hari ke-3 sampai ke-7 ditemukan

penurunan trombosit hingga 100.000/mmHg.

b) Hemokonsentrasi, meningkatnya hematrokit sebanyak 20% atau

lebih (Depkes RI, 2005).

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/492/4/BAB II.pdf · berwarna hitam kecoklatan. Tubuh dan tungkainya ditutupi sisik dengan garis-garis putih keperakan. Di bagian

8

Jika terdapat minimal 2 tanda klinis dan laboratoris, maka orang yang

mengalaminya didiagnosis menderita DBD.

Berdasarkan hal tersebut, DBD dibagi atas beberapa derajat sesuai dengan

reaksi tubuh si penderita (Mumpuni, dan Widayati, 2015) :

1. DBD derajat I: ditandai dengan manifestasi pendarahan yang tampak

dan uji tourniquet positif.

2. DBD derajat II: tubuh menunjukkan reaksi seperti mimisan dan bintik-

bintik merah.

3. DBD derajat III: disebut juga fase reaksi pre-syok. Terdapat reaksi

tubuh seperti yang ditunjukan pada DBD derajat II, namun penderita

mulai mengalami syok, kesadaran menurun, tangan dan kaki dingin,

nadi teraba cepat dan lemah, namun tekanan nadi masih terukur.

4. DBD derajat IV: disebut juga fase syok (atau dengeu

syoksyndrome/DSS). Reaksi tubuh yang ditunjukan seperti penderita

mengalami syok dalam dengan kesadaran sangat menurun hingga

koma, tangan dan kaki dingin serta pucat. Nadi sangat lemah sampai

tidak teraba dan tekanan nadi tidak dapat terukur. Pada tahap ini bila

tidak ditangani dengan cepat dan tepat, penderita dapat mengalami

kematian.

B. Vektor Penular

1. Morfologi Nyamuk Aedes Aegypty

Nyamuk Aedes aegypti dewasa memiliki ukuran sedang dengan tubuh

berwarna hitam kecoklatan. Tubuh dan tungkainya ditutupi sisik dengan

garis-garis putih keperakan. Di bagian punggung (dorsal) tubuhnya tampak

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/492/4/BAB II.pdf · berwarna hitam kecoklatan. Tubuh dan tungkainya ditutupi sisik dengan garis-garis putih keperakan. Di bagian

9

dua garis melengkung vertikal di bagian kiri dan kanan yang menjadi ciri dari

spesies ini.

Sisik-sisik pada tubuh nyamuk pada umumnya mudah rontok atau

terlepas sehingga menyulitkan identifikasi pada nyamuk-nyamuk tua.

Ukuran dan warna nyamuk jenis ini kerap berbeda antar populasi,

tergantung dari kondisi lingkungan dan nutrisi yang diperoleh nyamuk selama

perkembangan. Nyamuk jantan dan betina tidak memiliki perbedaan dalam

hal ukuran nyamuk jantan yang umumnya lebih kecil dari betina dan

terdapatnya rambut-rambut tebal pada antena nyamuk jantan. Kedua ciri ini

dapat diamati dengan mata telanjang.

2. Siklus Hidup Nyamuk Aedes Aegypti

Masa pertumbuhan dan perkembangan nyamuk Aedes aegypti dapat

dibagi menjadi empat tahap, yaitu telur, larva, pupa, dan nyamuk dewasa,

sehingga termasuk metamorfosis sempurna atau holometabola.

a) Stadium Telur

Kebanyakan Aedes aegypti betina dalam satu siklus gonotropik

(waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan perkembangan telur

mulai dari nyamukmenghisap darah sampai telur dikeluarkan)

meletakkan telur di beberapa tempat perindukan. Masa

perkembangan embrio selama 48 jam pada lingkungan yang hangat

dan lembab. Setelah perkembangan embrio sempurna, telur dapat

bertahan pada keadaan kering dalamwaktu yang lama (lebih dari

satu tahun).Telur menetas bila wadah tergenang air, namun tidak

semua telur menetas pada saat yang bersamaan. Kemampuan telur

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/492/4/BAB II.pdf · berwarna hitam kecoklatan. Tubuh dan tungkainya ditutupi sisik dengan garis-garis putih keperakan. Di bagian

10

bertahan dalam keadaan kering membantu kelangsungan hidup

spesies selama kondisi iklim yang tidak menguntungkan.

b) Stadium Larva (Jentik)

Larva nyamuk Aedes aegypti mempunyai ciri khas memiliki siphon

yang pendek, besar dan berwarna hitam. Larva ini tubuhnya

langsing, bergerak sangat lincah, bersifat fototaksis negatif dan

pada waktu istirahat membentuk sudut hampir tegak lurus dengan

permukaan air. Larva menuju ke permukaan air dalam waktu kira-

kira setiap ½-1 menit, guna mendapatkan oksigen untuk bernapas.

Larva nyamuk Aedes aegypti dapat berkembang selama 6-8 hari.

Berdasarkan data dari Depkes RI (2005), ada empat tingkat (instar)

jentik sesuai dengan pertumbuhan larva tersebut, yaitu:

1. Instar I : berukuran paling kecil, yaitu 1-2 mm

2. Instar II : 2,5-3,8 mm

3. Instar III : lebih besar sedikit dari larva instar II

4. Instar IV : berukuran paling besar, yaitu 5 mm

c) Stadium Pupa

Pupa nyamuk Aedes aegypti mempunyai bentuk tubuh bengkok,

dengan bagian kepala dada (cephalothorax) lebih besar bila

dibandingkan dengan bagianperutnya, sehingga tampak seperti

tanda baca ‘koma’. Tahap pupa pada nyamukAedes aegypti

umumnya berlangsung selama 2-4 hari. Saat nyamuk dewasa akan

melengkapi perkembangannya dalam cangkang pupa, pupa akan

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/492/4/BAB II.pdf · berwarna hitam kecoklatan. Tubuh dan tungkainya ditutupi sisik dengan garis-garis putih keperakan. Di bagian

11

naik kepermukaan dan berbaring sejajar dengan permukaan air

untuk persiapan munculnya nyamuk dewasa.

d) Nyamuk Dewasa

Nyamuk dewasa yang baru muncul akan beristirahat untuk periode

singkatdi atas permukaan air agar sayap-sayap dan badan mereka

kering dan menguat sebelum akhirnya dapat terbang. Nyamuk

jantan dan betina muncul dengan perbandingan jumlahnya 1:1.

Nyamuk jantan muncul satu hari sebelum nyamuk betina, menetap

dekat tempat perkembangbiakan, makan dari sari buah tumbuhan

dan kawin dengan nyamuk betina yang muncul kemudian. Sesaat

setelah muncul menjadi dewasa, nyamuk akan kawindan nyamuk

betina yang telah dibuahi akan mencari makan dalam waktu 24-36

jam kemudian. Umur nyamuk betinanya dapat mencapai 2-3 bulan

(Diktat Pengendalian Vektor, 2017).

3. Prilaku Nyamuk Aedes Aegypty

Ada tiga tempat yang diperlukan untuk keberlangsungan hidup nyamuk,

berikut:

a. Tempat berkembangbiakan vektor

b. Tempat mencari makan vektor

c. Tempat istirahat vektor

Prilaku vektor yang berhubungan dengan ketiga macam habitat tersebut

penting diketahui untuk menunjang program pemberantasan vektor (Sumantri,

2010).

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/492/4/BAB II.pdf · berwarna hitam kecoklatan. Tubuh dan tungkainya ditutupi sisik dengan garis-garis putih keperakan. Di bagian

12

a. Tempat Perkembangan Vektor

Tempat perkembangbiakan utama nyamuk Aedes aegypty adalah

tempat penampungan air bersih dalam atau sekitar rumah, berupa

genangan air yang tertampung disuatu tempat atau bejana seperti bak

mandi, tempayan, tempat minum burung dan barang-barang bekas

yang dibuang disembarangan yang dapat terisi air pada waktu

hujan.Nyamuk Aedes aegypty tidak dapat berkembangbiak pada

genangan air yang berhubungan langsung dengan tanah (Depkes RI,

2005).

Menurut Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan

Lingkungan (2005), jenis tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes

aegypty dapat dikelompokan menjadi:

a) Tempat penampungan air (TPA) untuk keperluan sehari-hari,

seperti: drum, tangki reservoir, bak mandi/wc, tempayan dan

ember.

b) Tempat penampungan air bukan untuk keperluan sehari-hari (non

TPA), seperti tempat minum burung, vas bunga, perangkap semut

dan barang-barang bekas (ban, botol, kaleng, dan lain-lain).

c) Tempat penampungan air alamiah, seperti: lubang pohon, lubang

batu, potongan bambu, dan lain-lain.

b. Tempat Mencari Makan Vektor

Nyamuk Aedes aegypti bersifat diurnal atau aktif pada pagi hingga

siang hari, biasanya pada jam 09.00-10.00 dan 16.00-17.00 (Ginanjar,

2008). Penularan penyakit dilakukan oleh nyamuk betina oleh karena

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/492/4/BAB II.pdf · berwarna hitam kecoklatan. Tubuh dan tungkainya ditutupi sisik dengan garis-garis putih keperakan. Di bagian

13

hanya nyamuk betina yang mengisap darah. Hal itu dilakukannya

untuk memperoleh asupan protein yang diperlukannya untuk

memproduksi telur. Nyamuk jantan tidak membutuhkan darah, dan

memperoleh energi dari nektar bunga ataupun tumbuhan.

c. Tempat Istirahat Vektor

Setelah menghisap darah, nyamuk betina akan beristirahat sekitar 2-3

hari untuk mematangkan telurnya. Nyamuk Aedes aegypty hidup

domestik, artinya lebih menyukai tinggal di dalam rumah dari pada di

luar rumah. Tempat-tempat yang lembab dan kurang terang seperti

kamar mandi, dapur dan wc adalah tempat-tempat beristirahat yang

disenangi nyamuk. Didalam rumah nyamuk ini beristirahat di baju-

baju yang digantung, kelambu dan tirai (Depkes RI, 2005).

d. Kepadatan Vektor DBD

Kepadatan vektor nyamuk Aedes dapat diukur dengan menggunakan

parameter ABJ atau Angka Bebas Jentik. Dengan menggunakan

parameter ini, maka akan terlihat seberapa jauh peran kepadatan

vektor nyamuk Aedes terhadap daerah yang terjadi kasus KLB

(Kejadian Luar Biasa). Semakin tinggi kepadatan nyamuk Aedes di

suatu wilayah, maka semakin tinggi pula resiko masyarakat di wilayah

tersebut untuk tertular DBD. Hal ini berarti bahwa jika di suatu

wilayah dengan kepadatan Aedes tinggi dan terdapat seorang penderita

DBD, maka masyarakat sekitar penderita tersebut berisiko untuk

tertular DBD (Kusumawardani, 2012 dalam Agustin, 2018).

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/492/4/BAB II.pdf · berwarna hitam kecoklatan. Tubuh dan tungkainya ditutupi sisik dengan garis-garis putih keperakan. Di bagian

14

Kegiatan surveilans vektor DBD merupakan suatu kegiatan yang

dilakukan untuk mengetahui data-data tingkat kepadatan vektor DBD. Dalam

rangka mendapatkan data tingkat kepadatan vektor ini perlu dilakukan suatu

survey, yang terdiri dari metode survei telur (ovitrap), survei terhadap jentik, dan

nyamuk (Kemenkes RI, 2011 dalam Agustina,2018).

1. Survei Telur

Survei telur ini dilakukan dengan cara memasang ovitrap atau perangkap

telur dimana pada dinding perangkap yang bagian dalamnya dicat warna hitam

dan diberi air secukupnya. Perangkap telur ini berbentuk seperti tabung dan dapat

dibuat dari kaleng, potongan bambu, atau gelas plastik kaca.Perangkap ini dapat

diletakkan di dalam maupun di luar rumah atau dapat juga diletakkan ditempat-

tempat yang lembab dan gelap.

Cara kerja perangkap telur ini adalah padel (berupa potongan bambu atau

kain yang tenunannya kasar dan memeliki warna gelap) diletakkan di dalam

tabung perangkap telur, dimana padel ini berfungsi sebagai tempat peletakan telur

nyamuk. Satu minggu kemudian dilakukan pemeriksaan telur nyamuk pada padel

tersebut dan hitung ovitrap index.

Perhitungan ovitrap index sebagai berikut:

2. Survei Jentik

Survei jentik ini dapat dilakukan dengan cara seperti dibawah ini :

a. Periksa TPA atau kontainer air yang dapat menjadi breeding pace

nyamuk Aedes yang ada di dalam maupun di luar rumah.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/492/4/BAB II.pdf · berwarna hitam kecoklatan. Tubuh dan tungkainya ditutupi sisik dengan garis-garis putih keperakan. Di bagian

15

b. Jika tidak ditemukan jentik pada pengamatan pertama, tunggu

sekitar 0,5-1 menit kemudian untuk memastikan bahwa benar-

benar tidak ada jentik.

c. Gunakan senter untuk memeriksa jentik yang ada di tempat gelap

atau air keruh.

Terdapat dua buah metode untuk melakukan survei jentik, yaitu:

a) Single Larva

Metode survei jentik ini dilakukan dengan cara mengambil satu

jentik yang ada di setiap tempat genangan air yang ditemukan

jentik untuk diidentifikasi lebih lanjut.

b) Visual

Metode survei jentik ini dilakukan cukup dengan cara melihat ada

tidaknya jentik disetiap tempat genangan air tanpa melakukan

pengambilan jentik di tempat genangan air tersebut.

Terdapat beberapa parameter yang digunakan untuk mengetahui

kepadatan jentik nyamuk Aedes, antara lain:

1) Angka Bebas Jentik (ABJ)

2) House Index (HI)

3) Container Index (CI)

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/492/4/BAB II.pdf · berwarna hitam kecoklatan. Tubuh dan tungkainya ditutupi sisik dengan garis-garis putih keperakan. Di bagian

16

4) Breteau Index (BI)

Breteau index atau yang biasa disingkat dengan BI,

merupakan suatu parameter kepadatan jentik nyamuk dengan

melihat berapa jumlah kontainer dengan jentik dalam 100 rumah

atau bangunan yang diperiksa.

3. Survei Nyamuk

Survei nyamuk dapat dilakukan melalui penangkapan

nyamuk dengan menggunakan umpan orang yang ada di dalam

maupun diluar rumah, yang mana masing-masing penangkapan

nyamuk dengan umpan orang tersebut dilakukan selama 20 menit

tiap rumah, serta penangkapan nyamuk yang hinggap di dinding

yang ada di dalam rumah. Penangkapan nyamuk yang dilakukan

ini pada umumnya menggunakan alat yang disebut dengan

aspiratir. Terdapat beberapa indeks nyamuk yang digunakan,

antara lain:

a. Landing rate

b. Resting per rumah

Rata-rata umur nyamuk di suatu wilayah dapat diketaui

dengan cara membedah perut nyamuk-nyamuk yang ditangkap

untuk diperiksa ovariumnya dengan menggunakan mikroskop.

Apabila ujung pipa-pipa udara (tracheolus) pada ovarium nyamuk

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/492/4/BAB II.pdf · berwarna hitam kecoklatan. Tubuh dan tungkainya ditutupi sisik dengan garis-garis putih keperakan. Di bagian

17

masih menggulung, hal ini menunjukan bahwa nyamuk tersebut

belum pernah bertelur (nuliparous). Apabila ujung pipa-pipa udara

(tracheolur) pada ovarium sudah terurai atau terlepas gulungannya,

maka nyamuk tersebut sudah pernah bertelur atau poraus.

Indeks parity rate merupakan parameter yang digunakan

untuk mengetahui rata-rata umur nyamuk, apakah nyamuk tersebut

merupakan nyamuk-nyamuk baru menetas atau nyamuk-nyamuk

yang sudah tua. Jika hasil survei entomologi suatu wilayah

menunjukan parity rate yang rendah, hal ini menunjukan bahwa

populasi nyamuk di wilayah tersebut sebagian besar masih muda,

dan begitupun sebaliknya (Kusumawardani, 2012 dalam Agustin,

2018).

C. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian DBD

1. Faktor Lingkungan (Enviroment)

a. Keberadaan Jentik pada TPA/Kontainer

Keberadaan jentik pada TPA/kontainer dapat dilihat dari letak,

macam bahan, warna, bentuk volume dan penutup kontainer serta asal air

pada kontainer sangat mempengaruhi nyamuk Aedes aegypti betina untuk

menemukan pilihan tempat bertelur. Keberadaan TPA/kontainer sangat

berperan dalam kepadatan vektor nyamuk Aedes aegypti, karena semakin

banyak tempat perindukan akan semakin padat populasi nyamuk Aedes

aegypti. Semakin padat populasi nyamuk semakin tinggi pula resiko

terinfeksi virus demam berdarah dengue (DBD) dengan waktu penyebaran

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/492/4/BAB II.pdf · berwarna hitam kecoklatan. Tubuh dan tungkainya ditutupi sisik dengan garis-garis putih keperakan. Di bagian

18

lebih cepat meningkat yang pada akhirnya mengakibatkan terjadinya KLB

(Ariani, 2016: 83).

Keberadaan jentik nyamuk yang hidupsangat memungkinkan

terjadinya demam berdarah dengue. Jentik nyamuk yang hidup di berbagai

kontainer seperti bak mandi/wc, drum, tempat minum burung, vas bunga,

kaleng-kaleng bekas, atau hinggap di lubang pohon, lubang batu, pelepah

daun, pelepah pisang, potongan bambu (Depkes RI, 1992).

b. Jenis Tempat TPA/Kontainer

Secara fisik tempat penampungan air dibedakan lagi berdasarkan

bahan tempat penampungan air (logam, plastik, porselin, fiberglas, semen

dan lain-lain), warna tempat penampungan air (putih, hijau, coklat, dan

lain-lain), volume tempat penampungan air (kurang dari 50lt, 51-100lt dan

lain-lain), letak tempat penampungan air (di dalam atau di luar rumah),

penutup tempat penampungan air (ada atau tidak) (Depkes RI, 2002 dalam

Widodo, Nur Porwono, 2012).

c. Iklim

Iklim adalah salah satu komponen pokok lingkungan fisik yang

terdiri dari suhu, kelembapan, curah hujan, dan kecepatan angin (widodo,

Nur Porwono, 2012).

a) Suhu

Suhu merupakan keadaan udara pada waktu dan tempat

tertentu.Nyamuk dapat bertahan hidup pada suhu yang rendah, tetapi

metabolisme menurun atau bahkan terhenti bila suhunya turun

sampai di bawah 100C. Pada suhu yang lebih tinggi dari 35

0C,

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/492/4/BAB II.pdf · berwarna hitam kecoklatan. Tubuh dan tungkainya ditutupi sisik dengan garis-garis putih keperakan. Di bagian

19

nyamuk juga akan mengalami perubahan, dalam arti lebih

lambatnya proses-proses fisiologi. Rata-rata suhu ideal untuk

pertumbuhan nyamuk adalah 250C-27

0C. Pertumbuhan nyamuk

akan terhenti sama sekali bila suhu kurang dari 10oC atau lebih dari

400C. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

No.1077/MENKES/PER/2011 tentang Pedoman Penyehatan Udara

Dalam Ruang Rumah yaitu suhu yang baik untuk pertumbuhan

nyamuk berkisar antara 180C-30

0C.

b) Kelembapan Udara

Kelembapan udara adalah banyaknya uap air yang terkandung

dalam udara yang dinyatakan dalam persen (%). Kelembapan udara

yang terlalu tinggi di dalam rumah mengakibatkan rumah dalam

keadaan basah dan lembab yang memungkinkan berkembang

biaknya bakteri dan kuman penyebab penyakit.Kelembapan yang

baik untuk pertumbuhan nyamuk berkisar antara 60%-80%

sedangkan menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia No.1077/MENKES/PER/2011 tentang Pedoman

Penyehatan Udara Dalam Ruang Rumah yaitu kelembapan yang

baik untuk pertumbuhan nyamuk berkisar antara 400C-70

0C.

Dalam kehidupan nyamuk kelembapan udara mempengaruhi

kebiasaan meletakkan telurnya. Hal ini berkaitan dengan nyamuk

atau serangga pada umumnya bahwa kehidupannya ditentukan oleh

faktor kelembapan. Sistem pernafasan nyamuk Aedes aegypti

dengan menggunkan pipa-pipa udara disebut spiracle. Adanya

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/492/4/BAB II.pdf · berwarna hitam kecoklatan. Tubuh dan tungkainya ditutupi sisik dengan garis-garis putih keperakan. Di bagian

20

spriracle yang terbuka lebar tanpa ada mekanisme pengaturannya,

maka pada kelembapan rendah akan menyebabkan penguapan air di

dalam tubuh nyamuk. Pada kelembapan di bawah 60% nyamuk tidak

dapat bertahan hidup, akibatnya umur nyamuk menjadi lebih

pendek, sehingga nyamuk tersebut tidak dapat menjadi vektor

karena tidak cukup waktu untuk perpindahan virus dari lampung ke

kelenjar ludahnya.

c) Curah Hujan

Hujan berpengaruh terhadap kelembapan udara dan juga

memperbanyak tempat perindukan nyamuk untuk berkembang biak.

d) Kecepatan Angin

Kecepatan angin secara tidak langsung berpengaruh kepada

kelembapan dan suhu udara serta arah penerbangan nyamuk.

2. Faktor Perilaku

a. Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)

Pemberantasan sarang nyamuk adalah kegiatan memberantas telur,

jentik dan kepompong, nyamuk penular di tempat-tempat perkembang biakannya.

Keberhasilan kegiatan PSN diukur dengan angka bebas jentik (ABJ). Apabila

ABJ >95% diharapkan penularan DBD dapat dicegah atau dikurangi (Widodo,

Nur Porwono, 2012).

b. Cara Kimiawi (Larvasidasi)

Cara menyemprotkan Aedes aegypti dengan menggunakan insektisida

pembasmi jentik yang dikenal dengan istilah larvasida. Cara ini dikenal dengan 4

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/492/4/BAB II.pdf · berwarna hitam kecoklatan. Tubuh dan tungkainya ditutupi sisik dengan garis-garis putih keperakan. Di bagian

21

M yaitu menemprotkan cairan pembasmi nyamuk, mengoleskan lotion nyamuk,

menaburkan serbuk abate, mengadakan fogging. Pada pengendalian kimia

digunakan insektisida yang bertujuan pada nyamuk dewasa atau larva (Ariani,

Ayu Putri, 2016).

c. Cara Biologi

Pengendalian biologi dilakukan dengan menggunakan kelompok hidup,

baik dari golongan mikroorganisme hewan invertebrata atau vertebrata. Sebagai

pengendalian hayati dapat berperan sebagai patogenesis, parasit dan pemangsa.

Pemberantasan jentik nyamuk Aedes aegypti secara biologi dapat

dilakukan dengan memelihara ikan pemakan jentik yaitu ikan kepala timah, ikan

gupi, ikan cupang atau tempalo, dan lain-lain (Ariani, Ayu Putri, 2016).

d. Cara Fisik

Pengendalian secara fisik ini dikenal dengan kegiatan 3M plus yaitu

(Widodo, Nur Purwono, 2012):

a) Menguras dan menyikat tempat-tempat penampungan air seperti bak

mandi, wc, drum dan sebagainya seminggu sekali.

b) Menutup rapat-rapat tempat penampungan air seperti gentong air,

tempayan, dan sebagainya.

c) Mengubur dan menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat

menampung air hujan.

Selain itu ditambahkan dengan cara lainnya seperti:

a) Mengganti air vas bunga, tempat minum burung dan tempat-tempat

lainnya yang sejenis.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/492/4/BAB II.pdf · berwarna hitam kecoklatan. Tubuh dan tungkainya ditutupi sisik dengan garis-garis putih keperakan. Di bagian

22

b) Menutup lobang-lobang pada potongan bambu/pohon dan sejenisnya

(dengan tanah dan lain sebagainya).

c) Memasang kasa nyamuk.

d) Menghindari kebiasaan menggantung pakaian habis dipakai di dalam

rumah.

e) Mengupayakan ventilasi dan pencahayaan ruang yang memadai.

f) Menggunkan kelambu.

g) Memakai obat yang mencegah gigitan nyamuk.

h) Memasang ovitrap.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/492/4/BAB II.pdf · berwarna hitam kecoklatan. Tubuh dan tungkainya ditutupi sisik dengan garis-garis putih keperakan. Di bagian

23

D. Kerangka Teori

Sumber : Modifikasi teori dari penelitian Arani (2016), Depkes (1992), Widodo

(2012).

Faktor Lingkungan

1. Keberadaan jentik

2. Tempat perindukan nyamuk

Nyamuk Aedes

aegypti

Virus Dengue

Kejadian Demam

Berdarah Dengue

(DBD)

Host (Manusia) Perilaku

Pencegahan:

1. Kebiasaan menguras TPA

2. Kebiasaan menutup TPA

3. Kebiasaan mengubur barang-

barang bekas

4. Kebiasaan menggantung

pakaian

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/492/4/BAB II.pdf · berwarna hitam kecoklatan. Tubuh dan tungkainya ditutupi sisik dengan garis-garis putih keperakan. Di bagian

24

E. Kerangka Konsep

Independen Dependen

Faktor Lingkungan :

1. Keberadaan jentik

2. Tempat perindukan

nyamuk

Faktor Perilaku :

1. Kebiasaan menguras TPA

2. Kebiasaan menutup TPA

3. Kebiasaan mengubur

barang-barang bekas

4. Kebiasaan menggantung

pakaian

Kejadian Demam

Berdarah Dengue

DBD

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/492/4/BAB II.pdf · berwarna hitam kecoklatan. Tubuh dan tungkainya ditutupi sisik dengan garis-garis putih keperakan. Di bagian

25

A. Hipotesis

Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Ada hubungan antara keberadaan jentik dengan kejadian DBD di wilayah

kerja puskesmas kotabumi II.

2. Ada hubungan antara tempat perindukan nyamuk dengan kejadian DBD di

wilayah kerja puskesmas kotabumi II.

3. Ada hubungan antara kebiasaan menguras TPA dengan kejadian DBD di

wilayah kerja puskesmas kotabumi II.

4. Ada hubungan antara kebiasaan menutup TPA dengan kejadian DBD di

wilayah kerja puskesmas kotabumi II.

5. Ada hubungan antara kebiasaan mengubur barang-barang bekas dengan

kejadian DBD di wilayah kerja puskesmas kotabumi II.

6. Ada hubungan antara kebiasaan menggantung pakaian dengan kejadian

DBD di wilayah kerja puskesmas kotabumi II.