BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/902/2/BAB II.pdf · 2019-12-17 · Gambar 2.1...

24
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kosmetika Kosmetik berasal dari kata Yunani “Kosmetikos” yang berarti keterampilan menghias, mengatur (Tranggono dan Latifah, 2007:6). Menurut Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No. HK.1.23.08.11.07517 Tahun 2011 tentang Persyaratan Teknis Bahan Kosmetika, dinyatakan bahwa definisi kosmetik adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ genital bagian luar) atau gigi dan membran mukosa mulut terutama untuk membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan dan/ atau memperbaiki bau badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik (Per Ka BPOM No. HK.1.23.08.11.07517: I: 1 (1)). Berdasarkan bagian tubuh yang dirias, kosmetika dekoratif dapat dibagi menjadi (Wasitaatmadja, 1997:30) : 1. Kosmetika rias kulit (wajah) 2. Kosmetika rias bibir 3. Kosmetika rias rambut 4. Kosmetika rias mata 5. Kosmetika rias kuku Untuk kosmetik rias kulit wajah sendiri terdiri dari : bedak (skin/face powder), compact rouge, rouge cream, fluid rouge, dan kamuflase (theater). Perbedaan antara kosmetik tersebut terletak pada bahan dasar dan zat warna (Wasitaatmadja, 1997:122). Penggolongan kosmetik menurut kegunaannya bagi kulit ada dua, yaitu : (Tranggono dan Latifah, 2007:8). 1. Kosmetik perawatan kulit (skin-care cosmetics). a. Kosmetik untuk membersihkan kulit (cleanser): sabun, cleansing cream, cleansing milk, dan penyakit kulit (freshner).

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/902/2/BAB II.pdf · 2019-12-17 · Gambar 2.1...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/902/2/BAB II.pdf · 2019-12-17 · Gambar 2.1 Pewarna Pipi Berdasarkan bentuknya, terdapat beberapa jenis perona pipi diantaranya,

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kosmetika

Kosmetik berasal dari kata Yunani “Kosmetikos” yang berarti

keterampilan menghias, mengatur (Tranggono dan Latifah, 2007:6). Menurut

Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia

No. HK.1.23.08.11.07517 Tahun 2011 tentang Persyaratan Teknis Bahan

Kosmetika, dinyatakan bahwa definisi kosmetik adalah bahan atau sediaan

yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia

(epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ genital bagian luar) atau gigi dan

membran mukosa mulut terutama untuk membersihkan, mewangikan,

mengubah penampilan dan/ atau memperbaiki bau badan atau melindungi

atau memelihara tubuh pada kondisi baik (Per Ka BPOM No.

HK.1.23.08.11.07517: I: 1 (1)).

Berdasarkan bagian tubuh yang dirias, kosmetika dekoratif dapat dibagi

menjadi (Wasitaatmadja, 1997:30) :

1. Kosmetika rias kulit (wajah)

2. Kosmetika rias bibir

3. Kosmetika rias rambut

4. Kosmetika rias mata

5. Kosmetika rias kuku

Untuk kosmetik rias kulit wajah sendiri terdiri dari : bedak (skin/face

powder), compact rouge, rouge cream, fluid rouge, dan kamuflase (theater).

Perbedaan antara kosmetik tersebut terletak pada bahan dasar dan zat warna

(Wasitaatmadja, 1997:122).

Penggolongan kosmetik menurut kegunaannya bagi kulit ada dua, yaitu :

(Tranggono dan Latifah, 2007:8).

1. Kosmetik perawatan kulit (skin-care cosmetics).

a. Kosmetik untuk membersihkan kulit (cleanser): sabun, cleansing cream,

cleansing milk, dan penyakit kulit (freshner).

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/902/2/BAB II.pdf · 2019-12-17 · Gambar 2.1 Pewarna Pipi Berdasarkan bentuknya, terdapat beberapa jenis perona pipi diantaranya,

7

b. Kosmetik untuk melembabkan kulit (moisturizer), misalnya moisturizing

cream, night cream, anti wrinkle cream.

c. Kosmetik pelindung kulit, misalnya sunscreen cream dan sunscreen

foundation, sun block/lotion.

d. Kosmetik untuk menipiskan atau mengampelas kulit (peeling), misalnya

scrub cream yang berisi butiran-butiran halus yang berfungsi sebagai

pengampelas (abrasive).

2. Kosmetik riasan (dekoratif atau make-up).

Jenis ini diperlukan untuk merias dan menutup cacat pada kulit sehingga

menghasilkan penampilan yang lebih menarik serta menimbulkan efek

psikologis yang baik, seperti percaya diri (self confidence). Dalam kosmetik

riasan, peran zat pewarna dan zat pewangi sangat besar.

B. Kosmetika Rias / Dekoratif

Tujuan awal penggunaan kosmetika adalah mempercantik diri yaitu

usaha untuk menambah daya tarik agar lebih disukai orang lain. Usaha

tersebut dapat dilakukan dengan cara merias setiap bagian tubuh yang

terpapar oleh pandangan sehingga terlihat lebih menarik dan sekaligus juga

menutupi kekurangan (cacat) yang ada (Wasitaatmadja, 1997:122).

Peranan zat pewarna dalam kosmetik dekoratif, Zat warna untuk

kosmetik dekoratif berasal dari berbagai kelompok (Tranggono dan Latifah,

2007:91) :

1. Zat warna alam yang larut

Zat ini sekarang sudah jarang dipakai dalam kosmetik. Sebetulnya

dampak zat warna alam ini pada kulit lebih baik dari pada zat warna sintetis,

tetapi kekuatan pewarnaannya relatif lemah, tak tahan cahaya, dan relatif

mahal. Misalnya alkalain-zat warna merah yang di ekstrak dari kulit akal

alkana (Radix alcannae), klorofil daun-daun hijau, henna yang diekstrak dari

daun lawsonia inermis.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/902/2/BAB II.pdf · 2019-12-17 · Gambar 2.1 Pewarna Pipi Berdasarkan bentuknya, terdapat beberapa jenis perona pipi diantaranya,

8

2. Zat warna sintetis yang larut

Zat warna sintetis pertama kali disintesis dari anilin, sekarang benzene,

toluene, anthracene, dan hasil isolasi dari coal-tar lain yang berfungsi sebagai

produk awal bagi kebanyakan zat warna dalam kelompok ini sehingga sering

disebut sebagai zat warna anilin atau coal tar.

3. Pigmen-pigmen alam

Pigmen alam adalah pigmen warna pada tanah yang memang terdapat

secara alamiah, misalnya aluminium silikat, yang warnanya tergantung pada

kandungan besi oksida atau mangan oksida. Zat warna ini murni, sama sekali

tidak berbahaya, penting untuk mewarnai bedak-krim dan make-up sticks.

Warnanya tidak seragam, tergantung asalnya, dan pada pemanasan kuat

menghasilkan pigmen warna baru.

4. Pigmen-pigmen sintetis

Sejumlah zat warna asal coal-tar juga diklasifikasikan sebagai pigmen

sintetis. Daya larutnya dalam air, alkohol, dan minyak rendah sehingga

umumnya hanya digunakan dalam bentuk bubuk padat yang terdispersi halus.

Banyak pigmen sintetis yang tidak boleh digunakan dalam preparat kosmetik

karena toksis, misalnya cadmium sulfide dan Prussian blue.

5. Lakes alam dan sintetis

Lakes dibuat dengan mempresiptasikan satu atau lebih zat warna yang

larut air di dalam satu atau lebih substrat yang tidak larut dan mengikatnya

sedemikian rupa (biasanya reaksi dengan kimia) sehingga produk akhirnya

menjadi bahan pewarna yang hampir tidak larut dalam air, minyak, atau

pelarut lain.

C. Kulit

Kullit merupakan “selimut” yang menutupi permukaan tubuh dan

memiliki fungsi utama sebagai pelindung diri dari berbagai macam gangguan

dan rangsangan luar. Hendaknya pH kosmetik diusahakan sama atau sedekat

mungkin dengan pH fisiologis “mantel asam” kulit, yaitu antara 4,5 – 6,5.

Kosmetik demikian disebut kosmetik dengan “pH balanced”. Yang paling

menentukan warna kulit adalah melanin. Jumlah, tipe, ukuran dan distribusi

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/902/2/BAB II.pdf · 2019-12-17 · Gambar 2.1 Pewarna Pipi Berdasarkan bentuknya, terdapat beberapa jenis perona pipi diantaranya,

9

pigmen melanin ini akan menentukan variasi warna kulit berbagai golongan

ras/bangsa di dunia (Tranggono dan Latifah, 2007:11,21,27).

D. Pewarna Pipi

Cat pipi atau lebih dikenal pewarna pipi adalah sediaan kosmetik yang

digunakan untuk mewarnai pipi dengan sentuhan artistik sehingga dapat

meningkatkan estetika dalam tatarias wajah. Cat pipi dibuat dalam berbagai

warna yang bervariasi mulai dari warna merah jambu pucat hingga merah

biru tua. Cat pipi lazim mengandung pigmen merah atau merah kecoklatan

dengan kadar tinggi. Cat pipi yang mengandung pigmen kadar rendah

digunakan sebagai pelembut warna atau pencampur untuk memperoleh efek

yang mencolok (Depkes, 1985:189).

Sumber : http://www.cosmopolitan.co.id

Gambar 2.1 Pewarna Pipi

Berdasarkan bentuknya, terdapat beberapa jenis perona pipi diantaranya,

(Muliyawan & Suriana, 2013:241):

1. Bentuk serbuk satu warna.

Bentuk perona pipi jenis ini mirip dengan bedak padat. Perona pipi ini

merupakan jenis yang paling populer. Untuk mengulaskan perona pipi, jenis

ini bisa menggunakan bantuan brush atau spons.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/902/2/BAB II.pdf · 2019-12-17 · Gambar 2.1 Pewarna Pipi Berdasarkan bentuknya, terdapat beberapa jenis perona pipi diantaranya,

10

Ulaskan spons atau brush pada perona pipi, lalu tepuk – tepuk di bagian

tulang pipi.

2. Bentuk puff

Pada bagian atas kemasan, perona pipi jenis ini terdapat puff yang

menempel ke kemasan. Jadi, untuk memakai puff itu bisa langsung diulaskan

pada pipi.

3. Bentuk cream

Menggunakan perona pipi berbentuk cream akan membuat pipi terlihat

lebih lembap dan alami.

4. Bentuk gradasi

Kemasan pewarna pipi jenis ini mirip dengan bentuk padat (compact) 1

warna. Bedanya, dalam kemasan itu terdapat beberapa warna perona pipi

yang senada. Hasil gabungan warna itu bisa membuat pipi tampak lebih

cerah.

5. Bentuk multi cream

Perona pipi jenis cream ini biasanya bisa digunakan untuk pipi sekaligus

bibir.

6. Bentuk batang

Perona pipi jenis ini dikemas dalam tube mirip lipstik. Penggunaannya

cukup mudah karena langsung dioleskan di pipi.

7. Bentuk powder ball

Perona pipi jenis ini bentuknya seperti bola-bola kecil dengan aneka

warna yang ditempatkan dalam wadah seperti mangkuk. Untuk

mengaplikasikannya memerlukan bantuan kuas. Poleskan kuas pada bola-

bola warna itu, lalu poleskan pada pipi. Jenis pewarna pipi ini dapat

digunakan untuk semua jenis kulit.

E. Krim

Krim adalah sediaan setengah padat, berupa emulsi mengandung air tidak

kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar. Ada dua tipe krim,

krim tipe minyak-air dan tipe air-minyak. Pemilihan zat pengemulsi harus

disesuaikan dengan jenis dan sifat yang dikehendaki seperti emulgid, lemak

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/902/2/BAB II.pdf · 2019-12-17 · Gambar 2.1 Pewarna Pipi Berdasarkan bentuknya, terdapat beberapa jenis perona pipi diantaranya,

11

bulu domba, setaseum, setilalkohol, stearilalkohol, trietanolaminil stearat dan

golongan sorbitan, polisorbat, polietilenglikol, sabun. Umumnya zat

pengawet yang digunakan metil paraben 0,12% hingga 0,18% atau propil

paraben 0,02% hingga 0,05% (Depkes RI, 1979:8).

Krim harus memenuhi beberapa persyaratan sebagai berikut (Widodo,

2013:168) :

1. Stabil. Krim harus bebas dari inkompatabilitas, stabil pada suhu kamar, dan

kelembaban yang ada di dalam kamar

2. Lunak. Semua zat dalam keadaan halus dan seluruh produk menjadi lunak

serta homogen.

3. Mudah dipakai. Umumnya, krim tipe emulsi adalah yang paling mudah

dipakai dan dihilangkan dari kulit

4. Terdistribusi secara merata. Harus terdispersi merata melalui dasar krim

padar atau cair pada penggunaan.

Krim digolongkan menjadi dua tipe, yakni (Widodo, 2013:169) :

1. Tipe a/m, yaitu air terdispersi dalam minyak. Contohnya, cold cream. Cold

cream adalah sediaan kosmetik yang digunakan untuk memberikan rasa

dingin dan nyaman pada kulit, sebagai krim pembersih, berwarna putih, dan

bebas dari butiran. Cold cream mengandung mineral oil dalam jumlah besar.

2. Tipe m/a, yaitu minyak terdispersi dalam air. Contohnya vanishing cream.

Vanishing cream adalah sediaan kosmetik yang digunakan untuk

membersihkan, melembabkan, dan sebagai alas bedak. Vanishing cream

sebagai pelembab (moisturizing) akan meninggalkan lapisan berminyak/film

pada kulit.

F. Formula Sediaan Krim Pewarna Pipi

Beberapa formula dari sediaan krim pewarna pipi diantaranya adalah :

1. Formula pewarna pipi menurut Formularium Kosmetika Indonesia

(1985:192)

Vaselin 400

Asetil lanolat 50

Asetil monogliserida 100

Isopropil miristat 390

Ozokerit 50

Malam karnauba 10

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/902/2/BAB II.pdf · 2019-12-17 · Gambar 2.1 Pewarna Pipi Berdasarkan bentuknya, terdapat beberapa jenis perona pipi diantaranya,

12

Parfum 2,0

Pigmen 5,0

2. Formula pewarna pipi menurut The New Cosmetic Formulary (1970:6)

Stearic acid 25%

Water 61, ½%

Glycerin 10%

Spermaceti 5.0

Potassium hydroxide 1%

Oil-soluble dye 2 ½%

Perfume to suit

3. Formula pewarna pipi menurut Keithler, dalam Tranggono dan Latifah,

(2007:95)

Petrolatum, white, short fiber 20.0

Isopropyl myristate 30.0

Beeswax 14.0

Cetyl alkohol 3.0

Triethanolamine lauryl sulfate 0.4

Borax 1.0

Propilene glycol 2.0

Lake 8.0

Perfume 0.4

Presertative 0.15

Aqua destilata 20.95

4. Formula pewarna pipi menurut Formulasi Kosmetik Indonesia (2012:109)

Pewarna 8,0

Isopropil miristat 30,0

Vaselin Album 20,0

Lemak lebah 14,0

Setilalkohol 3,0

Trietanolamin laurilsulfat 0,4

Boraks 1,0

Air 20,95

Propilenglikol 2,0

Metil paraben 0,15

Pewangi 0,40

Berdasarkan pemilihan bahan oleh peneliti, maka peneliti menggunakan

formula Keithler, dalam Tranggono dan Latifah, 2007. Dalam penelitian ini

digunakannya variasi konsentrasi ekstrak daun jati (Tectona grandis L.f.) 0%,

5%, 10%, dan 15%.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/902/2/BAB II.pdf · 2019-12-17 · Gambar 2.1 Pewarna Pipi Berdasarkan bentuknya, terdapat beberapa jenis perona pipi diantaranya,

13

G. Bahan Pembuatan Krim Pewarna Pipi

1. Petrolatum, white, short fiber (Vaselin putih)

a. Pemerian : massa lembut dan halus. putih sampai agak kuning, tidak berbau

dan hampir tidak berasa, transparan, sedikit fluoresensi

b. Kelarutan : hampir tidak larut dalam air, alkohol, aseton dan gliserol. larut

dalam benzena, koloroform, eter, heksana.

c. Kegunaan : bahan dasar, emolien (Wade & Paul, 1994:194).

2. Isopropyl myristate (Isopropil ester asam miristat)

a. Pemerian : transparan, tidak berwarna, tidak berbau, rasa hambar.

b. Kelarutan : larut dalam hidrokarbon cair, lilin, lemak, 1:3 alkohol 90%, tidak

larut dalam air, gliserin dan propilen glikol

c. Kegunaan : emolien, pelarut (Wade & Paul, 1994:148).

3. Cetyl alkohol (Setil alkohol)

a. Pemerian : Serpihan putih licin, granul, kubus, bau dan rasa khas lemah,

b. Kelarutan : Tidak larut dalam air, larut dalam etanol, aseton, benzen,

c. Kegunaan : Pengemulsi (Wade & Paul, 1994:63).

4. Beeswax (Cera Flava)

a. Pemerian : zat padat berwarna kekuningan, bau enak seperti madu, agak

rapuh, jika dingin menjadi elastis, jika hangat dan keras patahannya buram

dan berbutir-butir.

b. Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, sukar larut dalam etanol, larut dalam

kloroform, larut dalam eter hangat, larut dalam minyak lemak dan minyak

atsiri

c. Kegunaan : bahan dasar (Depkes RI, 1979:140).

5. Triethanolamine lauryl sulfate (dodecyl sulfate)

a. Pemerian : Cairan tidak bewarna dengan bau ringan

b. Kelarutan : bercampur dengan air

c. Kegunaan : surfaktan (NCBI, 2005).

6. Boraks (Natrium Tetraborat)

a. Pemerian : Hablur transparan tidak berwarna atau serbuk hablur putih; tidak

berbau; rasa asin dan basa. Dalam udara kering merapuh

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/902/2/BAB II.pdf · 2019-12-17 · Gambar 2.1 Pewarna Pipi Berdasarkan bentuknya, terdapat beberapa jenis perona pipi diantaranya,

14

b. Kelarutan : larut dalam 20 bagian air, dalam 0,6 bagian air mendidih dan

dalam 1 bagian gliserol P; praktis tidak larut dalam etanol (95%) P

c. Kegunaan : bahan pengawet (Depkes RI, 1979:427).

7. Propylene glycol (Propilen glikol)

a. Pemerian : cairan kental, jernih, tidak berwarna, rasa manis, praktis tidak

berbau

b. Kelarutan : dapat bercampur dengan air, aseton, kloroform, bercampur 1:6

eter dan beberapa minyak esensial, tetapi tidak dapat bercampur dengan

minyak lemak.

c. Kegunaan : pelarut (Wade & Paul, 1994:241).

8. Aqua destilata (Air suling)

a. Pemerian : cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak mempunyai rasa

b. Kegunaan : Pelarut (Depkes RI, 1979:96).

9. Tokoferol (Vitamin E)

a. Pemerian : tidak berbau atau sedikit berbau; tidak berasa atau sedikit berasa.

b. Kelarutan: praktis tidak larut dalam air; larut dalam etanol (95%) P, dalam

eter P, aseton P, dan dalam minyak nabati; sangat mudah larut dalam

kloroform P

c. Kegunaan : Antioksidan (Depkes RI, 1979:606).

10. Oleum citri (Minyak jeruk)

a. Pemerian: cairan, kuning pucat atau kuning kehijauan, bau khas; rasa pedas

dan agak pahit

b. Kelarutan: larut dalam 12 bagian volume etanol 90% P, larutan agak

beropalesensi; dapat bercampur dengan etanol mutlak P

c. Kegunaan: Pewangi (Depkes RI, 1979:455).

H. Evaluasi Sediaan Krim Pewarna Pipi

1. Uji Tipe Krim

Jika emulsi diteteskan pada kertas saring tersebut terjadi noda minyak,

berarti emulsi tersebut tipe w/o, tetapi jika terjadi basah merata berarti emulsi

tersebut tipe o/w (Syamsuni, 2006:133).

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/902/2/BAB II.pdf · 2019-12-17 · Gambar 2.1 Pewarna Pipi Berdasarkan bentuknya, terdapat beberapa jenis perona pipi diantaranya,

15

2. Uji Organoleptis

Uji Organoleptis dilakukan dengan pancaindra. Komponen yang

dievaluasi meliputi bau, warna, aroma dan tekstur terhadap sediaan yang

dihasilkan (Widodo, 2013:173). Panelis yang digunakan sebanyak 15 orang.

(Setyaningsih, dkk, 2010:22).

3. Uji Homogenitas

Sediaan diamati secara subjektif dengan cara mengoleskan sedikit krim

diatas kaca objek dan diamati susunan partikel yang terbentuk atau

ketidakhomogenan partikel terdispersi dalam krim yang terlihat pada kaca

objek (Depkes RI, 1979:33).

4. Uji pH

Syarat pH sediaan pemerah pipi yang baik sesuai dengan pH kulit. pH

kulit berkisar 4,5-6,5 (Tranggono dan Latifah 2007:21). Krim dan air

dicampur dengan perbandingan 60g:200ml air, kemudian diaduk hingga

homogen dan didiamkan agar mengendap. Setelah itu, pH airnya diukur

dengan pH meter (Widodo,2013:174).

5. Uji Stabilitas Sediaan

Cycling test digunakan untuk menguji kestabilan emulsi pada krim.

Siklus antara suhu kamar (25oC) dan 45

oC masing – masing selama 24 jam

sebanyak 6 siklus (Djajadisastra, 2004:24).

6. Uji Daya Sebar

Evaluasi ini dilakukan dengan cara sejumlah zat tertentu diletakkan di

atas kaca yang berskala. Kemudian, bagian atasnya diberi kaca yang sama

dan ditingkatkan bebannya, dengan diberi rentang waktu 1-2 menit.

Selanjutnya, diameter penyebaran diukur pada setiap penambahan beban, saat

sediaan berhenti menyebar (dengan waktu tertentu secara teratur) (Widodo,

2013:174).

7. Uji Penentuan Ukuran Droplet

Untuk menentukan ukuran droplet suatu sediaan krim, digunakan alat

biologi bernama mikroskop. Caranya, sediaan diletakkan pada gelas objek,

kemudian diperiksa adanya tetesan-tetesan fase dalam ukuran dan

penyebarannya (Widodo, 2013:174).

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/902/2/BAB II.pdf · 2019-12-17 · Gambar 2.1 Pewarna Pipi Berdasarkan bentuknya, terdapat beberapa jenis perona pipi diantaranya,

16

8. Uji Aseptabilitas Sediaan

Evaluasi ini dilakukan pada kulit beberapa orang, kemudian mereka

diberi suatu kuesioner tentang beberapa kriteria krim yang dicobakan pada

kulit mereka, seperti kemudahan dioleskan, kelembutan, sensasi yang

ditimbulkan dan kemudahan pencucian. Selanjutnya dari data tersebut, dibuat

scoring untuk masing – masing kriteria. (Widodo, 2013:175).

9. Uji Iritasi

Uji iritasi dan kepekaan kulit yang dilakukan dengan cara mengoleskan

sediaan uji pada kulit normal manusia dengan maksud untuk mengetahui

apakah sediaan itu dapat menimbulkan iritasi atau kepekaan kulit sesaat

setelah perlekatan dengan kulit. Uji tempel terbuka dilakukan dengan

mengoleskan sediaan yang dibuat pada lokasi lekatan dengan luas tertentu

(2,5 x 2,5 cm), dibiarkan terbuka dan diamati apa yang terjadi. (Depkes RI,

1985:96).

10. Uji Kesukaan (Hedonic Test).

Panelis dimintakan tanggapan pribadinya tentang kesukaan atau

sebaliknya (ketidaksukaan). Tingkat – tingkat kesukaan ini disebut skala

hedonik. Tingkatan kesukaan meliputi “suka”, “tidak suka”, “netral”. Panelis

yang digunakan sebanyak 15 orang (Setyaningsih, dkk, 2010:22,59).

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/902/2/BAB II.pdf · 2019-12-17 · Gambar 2.1 Pewarna Pipi Berdasarkan bentuknya, terdapat beberapa jenis perona pipi diantaranya,

17

I. Tanaman Daun Jati

Tanaman jati yang tumbuh di Indonesia berasal dari India. Tanaman yang

mempunyai nama ilmiah Tectona grandis linn. F. secara historis, nama tectona

berasal dari bahasa portugis (tekton) yang berarti tumbuhan yang memiliki

kualitas tinggi. Di Negara asalnya, tanaman jati ini dikenal dengan banyak nama

daerah, seperti ching-jagu (di wilayah Asam), saigun (Bengali), tekku (Bombay),

dan kyun (Burma). (Nugraheni, 2014:136).

Sumber : Amanda, 2019

Gambar 2.2 Daun Jati

1. Klasifikasi Tumbuhan

Berdasarkan hasil identifikasi sampel daun jati yang dilakukan di

Herbarium Medanense, diperoleh klasifikasi tumbuhan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)

Kelas : Dicotyledonae (berkeping dua)

Ordo : Solanales

Famili : Verbenaceae

Genus : Tectona

Spesies : Tectona grandis L.f.

2. Morfologi

Daun tunggal, rapuh, berwarna hijau kecoklatan sampai coklat tua,

helaian daun berbentuk jorong atau bundar telur, panjang helaian daun 23 cm

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/902/2/BAB II.pdf · 2019-12-17 · Gambar 2.1 Pewarna Pipi Berdasarkan bentuknya, terdapat beberapa jenis perona pipi diantaranya,

18

sampai 40 cm, lebar 11 cm sampai 21 cm, ujung daun runcing, pangkal daun

meruncing, tepi daun rata, tulang daun menyirip, jelas menonjol pada

permukaan, permukaan daun berambut banyak, permukaan atas lebih kasar

dari permukaan bawah. (Depkes RI, 1989:473).

Secara morfologis, tanaman jati memiliki tinggi yang dapat mencapai

sekitar 30-45 m dengan pemangkasan, batang yg bebas cabang dapat

mencapai antara 15–20 cm. Diameter batang dapat mencapai 220 cm. Kulit

kayu berwarna kecoklatan atau abu-abu yang mudah terkelupas. Pangkal

batang berakar papan pendek dan bercabang sekitar 4. Daun berbentuk

jantung membulat dengan ujung meruncing, berukuran panjang 20-50 cm dan

lebar 15–40 cm, permukaannya berbulu. Daun muda (petiola) berwarna hijau

kecoklatan, sedangkan daun tua berwarna hijau tua keabu-abuan. Tanaman

jati tergolong tanaman yang menggugurkan daun pada saat musim kemarau,

antara bulan nopember hingga januari. Setelah gugur, daun akan tumbuh lagi

pada bulan januari atau maret. Tumbuhnya daun ini juga secara umum

ditentukan oleh kondisi musim. (Nugraheni, 2014:137).

3. Kandungan Zat Warna Daun Jati

Penelitian yang dilakukan Ati, dkk (2006), daun muda jati di ekstraksi

hingga didapat pigmen kering yang dilarutkan dalam 2 ml aseton. Sebanyak

10 µL larutan tersebut ditotolkan pada pelat silika gel 60 F254 sebagai fase

diam, kemudian dimasukkan ke dalam gelas piala berisi fase gerak. Fase

gerak untuk sampel daun muda jati adalah campuran 5% aseton : 4% metanol

: 1% isopropil alkohol dalam toluen (v/v).

Hasil KLT ekstrak daun muda jati menunjukkan terbentuknya 7 totol.

Hasil KLT tersebut menunjukkan bahwa totol 1 yang berwarna orange diduga

merupakan pigmen karotenoid. Pola spektra dengan tiga puncak serapan

seperti pada tabel merupakan pola spektra pigmen karotenoid. Warna abu –

abu yang ditunjukkan pada totol 2 teridentifikasi sebagai feofitin yang

merupakan salah satu turunan klorofil yang kehilangan ion magnesium. Hasil

KLT totol 3 dan 4 yang berwarna merah menunjukkan pigmen antosianin.

Dengan pelarut yang sama, nilai panjang gelombang pada totol 3 dan 4

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/902/2/BAB II.pdf · 2019-12-17 · Gambar 2.1 Pewarna Pipi Berdasarkan bentuknya, terdapat beberapa jenis perona pipi diantaranya,

19

mendekati nilai panjang gelombang absorbansi maksimum pelargonidin 3-

glukosida dan pelargonidin 3,7-diglukosida pada pada Francis, Giusti, dan

Worldstad. Totol 5 dengan warna coklat dengan warna coklat dianalisis

berdasarkan pola spektrumnya. Serapan maksimum klorofilid hasil

pemurnian mendekati serapan maksimum klorofilid menurut Jeffery dkk.

Dengan demikian totol 5 teridentifikasi sebagai klorofilid. Totol 6 berwarna

merah hati dengan kisaran Rf 0,10 – 0,12 dan totol 7 berwarna merah coklat

dengan kisaran Rf 0,06 – 0,09 belum dapat diidentifikasikan. Berdasarkan

warnanya, diduga totol 6 dan 7 merupakan pigmen antosianin.

Tabel 2.1 Kandungan Daun Jati

Sampel Totol Warna Nilai Rf Serapan maksimum

spektrum Literatur Jenis pigmen

Daun

muda

jati

1 Oranye 0,94-0,97 424,7; 450,3; 476,1 [6] β-karoten

2 Abu - abu 0,76-0,79 409,2; 665,2 [7] feofitin

3 Merah Darah 0,71-0,74 505,8

[3,8]

pelargonidin 3-

glukosida

4 Merah Tua 0,63-0,66 496,2

[3,8]

pelargonidin 3,7-

glukosida

5 Coklat 0,13-0,23 455,5; 595; 644,4 [7] klorofilid

6 Merah hati 0,10-0,12 409 [13,14] antosianin

7 Merah Coklat 0,06-0,09 417,6; 666,4 [13,14] antosianin

Sumber : Ati, dkk, 2006:327

J. Antosianin

Antosianin merupakan pewarna yang paling penting dan paling tersebar

luas dalam tumbuhan. Pigmen yang berwarna kuat dan larut dalam air ini

adalah penyebab hampir semua warna merah jambu, merah marak, merah,

merah senduduk, ungu dan biru dalam daun, bunga, dan buah pada tingkat

tinggi. (Harborne, 1987:76). Antosianin adalah glikosida antosianidin,

aglikon yang memiliki sifat dasar kerangka 2-phenylbenzopyrylium, yang

dikenal sebagai kation flavylium. Lebih dari 90% dari semua antosianin yang

diisolasi di alam hanya didasarkan pada enam antosianidin berikut ini:

pelargonidin (plg), cyanidin (cyd), peonidin (pnd), delphinidin (dpd),

petunidin (ptd), dan malvidin (mvd), dimana dibedakan dengan pola substitusi

pada cincin B (Socaciu, 2007:257).

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/902/2/BAB II.pdf · 2019-12-17 · Gambar 2.1 Pewarna Pipi Berdasarkan bentuknya, terdapat beberapa jenis perona pipi diantaranya,

20

Sumber : Socaciu, 2007:258

Gambar 2.3 struktur dasar antosianin

Antosianidin yang paling umum sampai saat ini ialah sianidin yang

berwarna merah lembayung. Warna jingga disebabkan oleh pelargonidin yang

gugus hidroksilnya kurang satu dibandingkan sianidin, sedangkan warna

merah senduduk, lembayung, dan biru umumnya disebabkan oleh delfinidin

yang gugus hidroksilnya lebih satu dibandingkan sianidin (Harborne,

1987:76).

Metode ekstraksi yang paling bagus untuk bahan yang berasal dari

tanaman dengan melarutkan 1% HCl dalam metanol. Di dalam pangan,

metode ekstraksi yang paling baik adalah dengan melarutkan bahan dengan

1% HCl dalam etanol. Hal ini disebabkan karena sifat toksik dari metanol

meskipun ekstraksi dengan menggunakan etanol ini kurang efektif dan lebih

sulit untuk mendapatkan konsentratnya. Berbagai contoh ekstraksi antosianin

antara lain esktrak dengan menggunakan metanol dengan 1% HCl pada buah

cranberry dan anggur, ekstraksi dengan menggunakan metanol, asam asetat,

dan air (25:1:24) pada blueberry (Nugraheni, 2014:61).

1. Sifat Fisika dan Kimia Antosianin

Sifat fisika dan kimia dari antosianin dilihat dari kelarutan antosianin

larut dalam pelarut polar seperti metanol, aseton atau kloroform, terlebih

sering dengan air dan diasamkan dengan asam klorida atau asam format.

(Socaciu, 2007:481). Perlakuan yang paling menjaga stabilitas pigmen

Anthocyanidins Substitution pattern

R1 R2 R3

Pelargonidin (plg) H OH H

Cyanidin (cyd) OH OH H

Delphinidin (dpd) OH OH OH

Peonidin (pnd) OCH3 OH H

Petunidin (ptd) OCH3 OH OH

Malvidin (mvd) OCH3 OH OCH3

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/902/2/BAB II.pdf · 2019-12-17 · Gambar 2.1 Pewarna Pipi Berdasarkan bentuknya, terdapat beberapa jenis perona pipi diantaranya,

21

antosianin ekstrak daun jati adalah perlakuan pH 3 dan suhu 75oC

(Fathinatullabibah, 2014:60).

2. Warna dan Stabilitas Antosianin

Warna dan stabilitas pigmen antosianin tergantung pada struktur molekul

secara keseluruhan. Substitusi pada struktur antosianin A dan B akan

berpengaruh pada warna antosianin. Pada kondisi asam warna antosianin

ditentukan oleh banyaknya substitusi pada cincin B. Semakin banyak

substitusi OH akan menyebabkan warna semakin biru, sedangkan metoksilasi

menyebabkan warna semakin merah. Penambahan gugus hidroksil

menghasilkan pergeseran ke arah warna biru (pelargonidin → sianidin →

delpinidin), dimana pembentukan glikosida dan metilasi menghasilkan

pergeseran ke arah warna merah (pelargonidin → pelargonidin-3-glukosida;

sianidin → peonidin). Degradasi antosianin terjadi tidak hanya selama

ekstraksi dari jaringan tumbuhan tetapi juga selama proses dan penyimpanan

jaringan makanan. (Nugraheni, 2014:81).

Kestabilan antosianin dipengaruhi oleh pH, suhu, sinar dan oksigen, serta

faktor lainnya seperti ion logam (Nugraheni, 2014:81).

a. Transformasi Struktur dan pH

Pada umumnya penambahan hidroksilasi menurunkan stabilitas,

sedangkan penambahan metilasi meningkatkan stabilitas. Faktor pH tidak

hanya mempengaruhi warna antosianin tetapi juga mempengaruhi

stabilitasnya. Antosianin akan lebih stabil dalam larutan asam jika

dibandingkan dengan larutan alkali. Dalam medium cair kemungkinan

antosianin dalam empat bentuk struktur yang tergantung pada pH.

Diantaranya basa quonidal biru (A), kation flavilium merah (AH+), basa

karbinol yang tidak berwarna (B), dan khalkon tidak berwarna (B).

b. Suhu

Pemanasan bersifat “irreversible” dalam mempengaruhi stabilitas pigmen

dimana kalkon yang tidak berwarna tidak dapat kembali menjadi kation

flavilium yang berwarna merah. Degradasi antosianin dipengaruhi oleh

temperatur.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/902/2/BAB II.pdf · 2019-12-17 · Gambar 2.1 Pewarna Pipi Berdasarkan bentuknya, terdapat beberapa jenis perona pipi diantaranya,

22

c. Cahaya

Antosianin tidak stabil dalam larutan netral atau basa dan bahkan dalam

larutan asam warnanya dapat memudar perlahan-lahan akibat terkena cahaya,

sehingga larutan sebaiknya disimpan di tempat gelap dan suhu dingin.

d. Oksigen

Oksidatif mengakibatkan oksigen molekuler pada antosianin. Oksigen

dan suhu nampaknya mempercepat kerusakan antosianin. Stabilitas warna

antosianin selama proses menjadi rusak akibat oksigen.

e. Kopigmentasi

Kopigmen (penggabungan antosianin dengan antosianin atau komponen

organik lainnya) dapat mempercepat atau memperlambat proses degradasi,

tergantung kondisi lingkungan. Bentuk kompleks turun dengan adanya

protein tannin, flavonoid lainnya, dan polisakarida. Walaupun sebagian

komponen tersebut tidak berwarna, mereka dapat meningkatkan warna

antosianin dengan pergeseran batokromik, dan meningkatkan penyerapan

warna pada panjang gelombang penyerapan warna maksimum. Kompleks ini

cenderung menstabilkan selama proses dan penyimpanan.

K. Ekstraksi

Ekstraksi adalah suatu proses penyarian zat aktif dari bagian tanaman obat

yang bertujuan untuk menarik komponen kimia yang terdapat dalam bagian

tanaman obat tersebut (Marjoni, 2016:15).

Ekstrak adalah sediaan yang dapat berupa kering, kental dan cair, dibuat

dengan menyari simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok, di

luar pengaruh cahaya matahari langsung. Ekstrak kering harus mudah digerus

menjadi serbuk (Depkes RI, 1979:9).

Maserasi berasal dari kata “macerate” yang berarti merendam, sehingga

maserasi dapat diartikan sebagai suatu sediaan cair yang dibuat dengan cara

merendam bahan nabati menggunakan pelarut bukan air atau pelarut setengah

air seperti etanol encer selama waktu tertentu pada temperatur kamar dan

terlindung dari cahaya (Marjoni, 2016:39).

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/902/2/BAB II.pdf · 2019-12-17 · Gambar 2.1 Pewarna Pipi Berdasarkan bentuknya, terdapat beberapa jenis perona pipi diantaranya,

23

Prinsip kerja maserasi adalah proses melarutnya zat aktif berdasarkan

sifat kelarutannya dalam suatu pelarut. Pelarut yang digunakan, akan

menembus dinding sel dan kemudian masuk kedalam sel tanaman yang penuh

dengan zat aktif. Pelarut yang berada didalam sel mengandung zat aktif

sementara pelarut yang berada diluar sel belum terisi zat aktif, sehingga

terjadi ketidakseimbangan konsentrasi. Perbedaan konsentrasi ini akan

mengakibatkan terjadinya proses difusi, dimana larutan dengan konsentrasi

tinggi akan terdesak keluar sel dan digantikan oleh pelarut dengan konsentrasi

rendah. Peristiwa ini terjadi berulang-ulang sampai didapat suatu

keseimbangan konsentrasi (Marjoni, 2016:40).

Ekstraksi antosianin dari tumbuhan segar adalah dengan menghancurkan

bagian tumbuhan tersebut dalam tabung menggunakan sesedikit mungkin

methanol yang mengandung HCl pekat 1%. Cara lain, jaringan tumbuhan

yang jumlahnya lebih banyak dapat dimaserasi dalam pelarut yang

mengandung asam, lalu maserat disaring. Ekstrak kemudian dipekatkan pada

tekanan rendah dan suhu 35oC - 40

oC sampai volumenya menjadi kira-kira

seperlima volume ekstrak asal (Harborne,1987:80).

Sebanyak 200 g daun jati muda yang telah digerus diekstraksi dengan 1

liter etanol 96% yang telah dicampur dengan 5 g asam sitrat, ditutup dan

dibiarkan selama 1 malam terlindung dari cahaya sambil sering diaduk,

disaring dengan kertas saring, filtrat di tampung. Filtrat kemudian diuapkan

dengan bantuan alat rotary evaporator pada temperatur kurang lebih 45oC,

kemudian dipekatkan menggunakan freeze dryer sehingga didapatkan ekstrak

daun jati (Hidayat dan Saati, 2006:35 dalam Erinda, 2011).

Daun jati dikeringanginkan terlebih dahulu hingga kadar air 10 + 2 %.

Kemudian daun jati dikecilkan ukurannya dan diayak menggunakan ayakan

50 mesh. Selanjutnya daun jati dimaserasi selama 24 jam pada suhu ruang

dengan rasio sampel dan pelarut 1:25. Pelarut yang digunakan adalah etanol

70 % yang diasamkan dengan HCl 1 %. Hasil ekstrak kemudian disaring

dengan kertas saring dan disimpan dalam botol gelap pada suhu refrigerator

(10 ± 2oC) sampai akan digunakan untuk analisis. (Fathinatullabibah,

2014:61).

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/902/2/BAB II.pdf · 2019-12-17 · Gambar 2.1 Pewarna Pipi Berdasarkan bentuknya, terdapat beberapa jenis perona pipi diantaranya,

24

Pada proses esktraksi, pelarut yang digunakan diperlukan adanya

penambahan asam. Asam berfungsi untuk mendenaturasi membran sel

tanaman, kemudian melarutkan pigmen antosianin sehingga dapat keluar dari

sel, serta mencegah oksidasi (Robinson, 1995 dalam Tensiska 2006).

Evaporasi merupakan pengentalan larutan dengan cara mendidihkan atau

menguapkan pelarut yang bertujuan untuk memperkecil volume larutan dan

menurunkan aktivitas air aw (Praptingingsih, 1999 dalam Bhanuwati, 2017).

Alat yang digunakan ialah vacuum rotary evaporator. Prinsip alat ini ialah

pemisahan zat terlarut dari pelarutnya dengan pemanasan yang dipercepat

oleh putaran dari labu, pelarut dapat menguap disebabkan karena adanya

penurunan tekanan. Hal ini menyebabkan pelarut dapat dipisahkan dari zat

terlarutnya tanpa pemanasan yang tinggi (Sudjadi, 1986 dalam Bhanuwati,

2017). Salah satu tujuan evaporasi adalah untuk meningkatkan konsentrasi

atau viskositas larutan sebelum diproses lebih lanjut. Sebagai contoh pada

pengolahan gula diperlukan proses pengentalan nira tebu sebelum proses

kritstalisasi, spray drying, drum drying, dan lainnya (Wirakartakusumah,

1989 dalam Herlambang, dkk., 2014).

Pengeringan beku (freeze drying) merupakan salah satu teknik

pengeringan. Prinsip teknologi pengeringan beku ini dimulai dengan proses

pembekuan bahan baku dan dilanjutkan dengan pengeringan; yaitu

mengeluarkan/memisahkan hampir sebagian besar air dalam bahan yang

terjadi melalui mekanisme sublimasi. (Hariyadi, 2013:53,55,56)

Tabel 2.2 Perbedaan antara pengeringan biasa dan pengeringan beku

Kriteria Pengeringan Biasa Pengeringan Beku

Suhu Pengeringan 37 - 93oC (tergantung tekanan dan aliran udara

Dibawah titik beku

Mekanisme Pengeringan

Penguapan (evaporasi) Sublimasi

Laju Pengeringan Lambat dan tidak komplit Cepat dan lebih komplit

Tekanan Umumnya pada tekanan atmosfir

Tekanan Vakum

Biaya Lebih murah Lebih mahal

Sumber : Hariyadi, 2013:55

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/902/2/BAB II.pdf · 2019-12-17 · Gambar 2.1 Pewarna Pipi Berdasarkan bentuknya, terdapat beberapa jenis perona pipi diantaranya,

25

L. Kerangka Teori

Gambar 2.4 Kerangka Teori

SEDIAAN KOSMETIK

Daun Jati (Tectona grandis

L.f.)

mengandung senyawa

antosianin yang

memberikan warna merah

dan berpotensi menjadi

pewarna alami (Nonie,

2011).

Krim Pewarna Pipi

menggunakan pewarna alami

dari ekstrak daun jati muda

(Tecton grandis L.f.)

0%,5%,10%,15%

Formula Krim Pewarna Pipi menurut

Keithler dalam (Tranggona & Latifah, 2007):

Petrolatum, white, short fiber 20.0

Isopropyl myristate 30.0

Beeswax 14.0

Setil alkohol 3.0

Triethanolamine lauryl sulfate 0.4

Borax 1.0

Propilenglikol 2.0

Lake 8.0

Perfume 0.4

Presertative 0.15

Aqua destilata 20.95

Pengujian sifat fisik krim pewarna pipi :

1. Uji Tipe Krim (Syamsuni, 2006)

2. Uji organoleptis (Widodo, 2013)

3. Uji stabilitas sediaan (Djajadisastra,

2004)

4. Uji homogenitas (Depkes RI, 1979)

5. Uji pH (Widodo, 2013)

6. Uji Daya Sebar (Widodo, 2013)

7. Uji Penentuan Ukuran Droplet

(Widodo, 2013)

8. Uji Aseptabilitas Sediaan (Widodo,

2013)

1. Uji Kesukaan (Setyaningsih,2010)

2. Uji Iritasi (Depkes, 1985)

Kosmetik Rias

Bibir

(Wasitaatmadja

1997)

Kosmetik Rias

Rambut

(Wasitaatmadja

1997)

Kosmetik Rias

Wajah

(Wasitaatmadja

1997)

Kosmetik Rias

Mata

(Wasitaatmadja

1997)

Kosmetik Rias

Kuku

(Wasitaatmadja

1997)

Bedak

(Wasitaatmadja

1997)

Compact rouge

(Wasitaatmadja

1997)

Rouge cream

(Wasitaatmadja

1997)

Fluid rouge

(Wasitaatmadja

1997)

Kamuflase

(Wasitaatmadja

1997)

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/902/2/BAB II.pdf · 2019-12-17 · Gambar 2.1 Pewarna Pipi Berdasarkan bentuknya, terdapat beberapa jenis perona pipi diantaranya,

26

M. Kerangka Konsep

Gambar 2.5 Kerangka Konsep

Ekstrak daun jati muda (Tectona grandis

L.f.) dengan konsentrasi 0% 5%, 10%,

dan 15% sebagai pewarna alami dalam

formulasi krim pewarna pipi

Pengujian krim pewarna pipi :

1. Uji tipe krim

2. Uji organoleptis

3. Uji homogenitas

4. Uji pH

5. Uji stabilitas sediaan

6. Uji kesukaan

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/902/2/BAB II.pdf · 2019-12-17 · Gambar 2.1 Pewarna Pipi Berdasarkan bentuknya, terdapat beberapa jenis perona pipi diantaranya,

27

N. Definisi Operasional

Tabel 2.3 Definisi Operasional

Variabel Definisi

Operasional Cara ukur Alat ukur Hasil ukur

Skala

ukur

Ekstrak daun

jati muda

(Tectona

grandis L.f.)

dalam formulasi

sediaan krim

pewarna pipi

Ekstrak yang

didapat

diformulasikan ke

dalam sedian krim

pewarna pipi

dengan

konsentrasi 5%,

10%, dan 15%

sebagai pewarna

alami

Menimbang

ekstrak daun jati

muda (Tectona

grandis L.f.)

dengan

konsentrasi 5%,

10% dan 15%

Neraca

analitik

Ekstrak daun

jati muda

(Tectona

grandis L.f.)5%,

10%, dan 15%

sebagai pewarna

alami

Ratio

Tipe Krim Menentukan jenis

sediaan krim

berupa w/o atau

o/w

Observasi

dengan

sejumlah krim

diteteskan pada

kertas saring,

jika terjadi noda

minyak krim

tipe w/o, jika

basah merata

krim tipe o/w

Checklist 1 = krim w/o

2 = krim o/w

Nominal

Organoleptis

a. Warna

b. Bau

c. Tekstur

Sensasi sistem

visual panelis

terhadap

formulasi sediaan

krim pewarna pipi

ekstrak daun jati

muda (Tectona

grandis L.f.)

dengan

konsentrasi 0%,

5%, 10%, dan

15%

Sensasi aroma

panelis melalui

indra penciuman

terhadap bau yang

kuat atau bau

yang lemah dari

formulasi sediaan

krim pewarna pipi

ekstrak daun jati

muda (Tectona

grandis L.f.)

dengan

konsentrasi 0%,

5%, 10%, dan

15%

Tekstur yang

dirasakan panelis

Observasi

Observasi

Observasi

Checklist

Checklist

Checklist

0=putih

1=coklat

2=coklat tua

3=coklat lebih

gelap

1= bau yang

kuat

2 = bau yang

lemah

1=setengah

padat

cenderung

padat

Nominal

Ordinal

Nominal

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/902/2/BAB II.pdf · 2019-12-17 · Gambar 2.1 Pewarna Pipi Berdasarkan bentuknya, terdapat beberapa jenis perona pipi diantaranya,

28

saat diaplikasikan

ke jari terhadap

formulasi sediaan

krim pewarna pipi

ekstrak daun jati

muda (Tectona

grandis L.f.)

dengan

konsentrasi 0%,

5%, 10%, dan

15%

2=setengah

padat

3=setengah

padat

cenderung

cair

Homogenitas Penampilan

susunan partikel

sediaan krim

pewarna pipi

ekstrak daun jati

muda (Tectona

grandis L.f.)

dengan

konsentrasi 0%,

5%, 10%, dan

15%

yang diamati pada

kaca objek

terdispersi merata

atau tidak

Observasi

terhadap sediaan

pewarna pipi

yang dioleskan

diatas kaca

objek oleh

peneliti dengan

melihat tidak

adanya butir-

butir kasar

Checklist 1=homogen

2=tidak

homogen

Ordinal

pH Besarnya nilai

keasam basaan

terhadap krim

pewarna pipi

ekstrak daun jati

muda (Tectona

grandis L.f.)

dengan

konsentrasi 0%,

5%, 10%, dan

15%

Pengukuran pH meter Nilai dalam

angka (1-14)

Rasio

Stabilitas

Sediaan

Penampilan

sediaan krim

pewarna pipi

ekstrak daun jati

muda (Tectona

grandis L.f.)

dengan

konsentrasi 5%,

10%, dan 15%

yang diamati

dengan jangka

waktu tertentu

Observasi

terhadap sediaan

pewarna pipi

dari segi bentuk,

warna, dan bau

selama

penyimpanan 12

hari ( 6 siklus )

suhu kamar

(25oC) selama

24 jam setelah

itu krim

dipindahkan

pada suhu tinggi

45oC

checklist 1 = sediaan

tetap stabil

ditandai dengan

tidakada

perubahan dari

warna, bau,

tekstur

2 = Sediaan

tidak stabil

ditandai dengan

perubahan dari

warna, bau,

tekstur.

Ordinal

Pemenuhan

syarat evaluasi

sediaan krim

pewarna pipi

Sediaan krim

pewarna pipi yang

memenuhi syarat

evaluasi sediaan

pewarna pipi

meliputi

Melihat

formulasi krim

pewarna pipi

yang memenuhi

evaluasi sediaan

krim pewarna

Checklist 1=Memenuhi

syarat jika

formulasi

krim pewarna

pipi

memenuhi

Nominal

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/902/2/BAB II.pdf · 2019-12-17 · Gambar 2.1 Pewarna Pipi Berdasarkan bentuknya, terdapat beberapa jenis perona pipi diantaranya,

29

organoleptik,

homogenitas, pH,

dan stabilitas

sediaan

pipi semua

evaluasi

sediaan krim

pewarna pipi

meliputi

organoleptik,

homogenitas,

pH, dan

stabilitas

sediaan

2=Tidak

memenuhi

syarat jika

formulasi

krim pewarna

pipi ada yang

tidak

memenuhi

dari salah satu

evaluasi

sediaan krim

pewarna pipi

Kesukaan Penilaian terhadap

suka atau

tidaknya formula

sediaan krim

pewarna pipi yang

sudah memenuhi

syarat evaluasi

krim pewarna pipi

terhadap panelis.

Menilai sediaan

krim pewarna

pipi yang

dilakukan oleh

15 orang panelis

Checklist 1 = suka

2 = netral

3 = tidak suka

Ordinal