BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6799/2/T1... ·  ·...

28
12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam Bab ini Penulis menguraikan suatu kajian dan tinjauan kepustakaan mengenai asas nasional pasif dan aspek yang berkaitan dengan itu, sebagai alasan perlindungan terhadap nelayan-nelayan Indonesia yang memiliki hak perikanan tradisional yang telah diakui oleh pemerintah Australia, serta pengaplikasian bentuk perlindungan kepada nelayan-nelayan Indonesia. Adapun konsepsi yang digambarkan dalam Bab ini terdiri dari yurisdiksi sebagai suatu kontrak asas nasional pasif, Zona-Zona Laut, Hakikat Perjanjian Ekstradisi prosedur dalam Perjanjian Ekstradisi, landasan hukum Perjanjian Ekstradisi asas-asas dalam Perjanjian Ekstradisi, dan Pencurian Ikan, suatu perpektif hukum serta arti penting tinjauan kepustakaan. 2.1. Yurisdiksi Sebagai Suatu Kontrak (a Contract) Kata “yurisdiksi” dalam Bahasa Indonesia, sebenarnya berasal dari bahasa Inggris, jurisdiction”. Sedangkan istilah jurisdiction dalam bahasa Inggris itu sendiri sebenarnya dikutip atau diadopsi dari bahasa latin yaitu “yurisdictio”. Kata yurisdictio, sebenarnya terdiri dari dua kata yaitu, kata “yurisdan kata dictio”. Kata yuris berarti kepunyaan hukum atau kepunyaan menurut hukum dan kata dictio berarti ucapan, sabda, sebutan, atau firman. 1 1 I Wayan Parthiana. SH. 1990. Pengantar Hukum Internasional. Mandar Maju : Bandung. Hlm. 292.

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6799/2/T1... ·  ·...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6799/2/T1... ·  · 2016-03-11Asas-asas di dalam hukum internasional yang berkaitan dengan perlindungan ... prinsip

12  

 

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam Bab ini Penulis menguraikan suatu kajian dan tinjauan kepustakaan

mengenai asas nasional pasif dan aspek yang berkaitan dengan itu, sebagai alasan

perlindungan terhadap nelayan-nelayan Indonesia yang memiliki hak perikanan

tradisional yang telah diakui oleh pemerintah Australia, serta pengaplikasian bentuk

perlindungan kepada nelayan-nelayan Indonesia.

Adapun konsepsi yang digambarkan dalam Bab ini terdiri dari yurisdiksi sebagai

suatu kontrak asas nasional pasif, Zona-Zona Laut, Hakikat Perjanjian Ekstradisi

prosedur dalam Perjanjian Ekstradisi, landasan hukum Perjanjian Ekstradisi asas-asas

dalam Perjanjian Ekstradisi, dan Pencurian Ikan, suatu perpektif hukum serta arti

penting tinjauan kepustakaan.

2.1. Yurisdiksi Sebagai Suatu Kontrak (a Contract)

Kata “yurisdiksi” dalam Bahasa Indonesia, sebenarnya berasal dari bahasa Inggris,

“jurisdiction”. Sedangkan istilah jurisdiction dalam bahasa Inggris itu sendiri

sebenarnya dikutip atau diadopsi dari bahasa latin yaitu “yurisdictio”.

Kata yurisdictio, sebenarnya terdiri dari dua kata yaitu, kata “yuris” dan kata

“dictio”. Kata yuris berarti kepunyaan hukum atau kepunyaan menurut hukum dan

kata dictio berarti ucapan, sabda, sebutan, atau firman.1

                                                                                                                         1 I Wayan Parthiana. SH. 1990. Pengantar Hukum Internasional. Mandar Maju : Bandung. Hlm. 292.

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6799/2/T1... ·  · 2016-03-11Asas-asas di dalam hukum internasional yang berkaitan dengan perlindungan ... prinsip

13  

 

Jadi secara singkat dan sederhana, yurisdiksi berarti, kepunyaan seperti apa yang

telah ditentukan atau ditetapkan oleh hukum. Dengan singkat dapat diartikan

kekuasaan atau kewenangan hukum. Dengan kata lain yurisdiksi berarti hak,

kekuasaan, atau kewenangan berdasarkan hukum. Didalamnya tercakup hak,

kekuasaan dan kewenangan. Yang penting untuk ditekankan di sini adalah hak,

kekuasaan, dan kewenangan itu harus berdasarkan atas hukum bukan atas paksaan,

apalagi berdasarkan pada kekuatan belaka.2

Mengingat konteks tinjuan pustaka ini adalah hak nelayan tradisional Indonesia

mencari ikan di perairan laut Australia, maka yurisdiksi di sini yaitu antara hak, atau

wewenang pemerintah Indonesia dan Australia untuk menjalankan kekuasaanya

melindungi nelayan tradisional Indonesia berdasarkan hukum, bukan berdasarkan

kekuasaan yang sewenang-wenang.

Jika konsep yurisdiksi seperti telah diuraikan di atas itu dikaitkan dengan negara

atau bangsa, seperti yang dikatakan oleh Encyclopedia Americana, maka yurisdiksi

negara itu berarti kekuasaan atau kewenangan dari suatu negara untuk menetapkan dan

memaksakan (to declare and to enforce) hukum yang dibuat oleh negara atau bangsa

itu sendiri baik ke dalam, maupun ke luar.

Atau dengan kata lain, yurisdiksi adalah kapasitas (the capacity to Contract) suatu

negara sebagai suatu subyek hukum (the party to contract) untuk membuat, dan

menerapkan hukum. Yurisdiksi didasarkan pada dua titik pijak yaitu wilayah negara

(territory) dan kewarganegraan (nationality).

                                                                                                                         2 Ibid.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6799/2/T1... ·  · 2016-03-11Asas-asas di dalam hukum internasional yang berkaitan dengan perlindungan ... prinsip

14  

 

Disamping pengertian di atas, hukum internasional pun mempunyai difinisi

mengenai yurisdiksi. Disebutkan bahwa :

Jurisdiction is an attribute of state sovereignty. A state’s jurisdiction refers to the competence of the state to govern person and property by its municipal law (criminal and civil). This competence embraces jurisdiction to prescribe (and prorscribe), to adjudcate and enforce the law.3

Dari pengertian-pengertian di atas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa ada

beberapa unsur dalam yurisdiksi sebuah negara. Unsur-unsur dari yurisdiksi bahwa

suatu negara tersebut sebagai berikut :

Pertama, Hak dan kekuasaan atau kewenangan dari pihak yang mempunyai

yurisdiksi berdasarkan hukum. Dalam hal ini sudah jelas bahwa dengan kekuasaan dan

kewenangan ( the power to contract), suatu negara dapat berbuat atau melakukan

sesuatu (to do something) atau tidak melakukan sesuatu (refrain from doing

something), yang sudah tentu pula harus berdasarkan atas hukum yaitu hukum

internasional.4

Kedua, Mengatur (legislative, eksekutif dan yudikatif). Hak, kekuasaan dan

kewenangan untuk melakukan sesuatu (to do something) dalam hal ini adalah untuk

mengatur atau mempengaruhi. Di dalamnya mencakup membuat atau menetapkan

peraturan (legislatif); melaksanakan atau menerapkan peraturan yang telah dibuat atau

                                                                                                                         3 Rebecca M.M Wallace, 1986. International Law. Sweet & Maxwell Limited. London. Hal. 101. 4 Loc Cit, I Wayan Parthiana. Hal. 296. Menurut pendapat Penulis, hukum Internasional itu pada prinsipnya adalah suatu kontrak.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6799/2/T1... ·  · 2016-03-11Asas-asas di dalam hukum internasional yang berkaitan dengan perlindungan ... prinsip

15  

 

ditetapkannya itu (eksekutif); memaksakan, mengenakan sanksi atau mengadili dan

menghukum pihak yang melanggar peraturan tersebut (yudikatif).5

Pemahaman di atas sejalan dengan hakikat kontrak sebagaimana ilmu hukum

Jeferson Kameo SH, LLM, PhD:

“segenap kewajiban bagi setiap orang berjanji atau bersepakat dengan orang lain untuk memberikan, atau berbuat atau tidak berbuat sesuatu terhadap atau untuk orang lain tersebut, atau berkenaan dengan segenap kewajiban yang dituntut oleh hukum kepada setiap orang untuk memberikan atau berbuat atau tidak berbuat sesuatu terhadap atau untuk orang lain apabila keadilan menghendaki meskipun tidak diperjanjikan”6.

Ketiga, obyek (hal, peristiwa, perilaku, masalah, orang, benda). Hak negara untuk

mengatur (unsur nomor 1 dan 2) tentulah ditujukan terhadap suatu obyek yang

memang dapat ditundukan pada peraturan yang dibuat, dilaksanakan dan dipaksakan

oleh negara tersebut. Obyek itu dapat berbentuk peristiwa, perilaku, masalah, orang,

benda, ataupun perpaduan antara satu dengan yang lain.7

Keempat, tidak semata-mata merupakan masalah dalam negeri. Dalam hal ini

tentulah erat kaitannya dengan masalah tempat di mana obyek itu berada atau terjadi.

Meskipun dalam kenyataanya, masalah tempat dari obyek ini tidak selalu di luar batas-

batas wilayah negara, sebab boleh jadi mengenai tempat ini mengandung unsur

domestik dan unsur bukan domestik. Namun, hal yang penting ditekankan di sini

adalah obyek yang tunduk pada peraturan tersebut mengandung aspek international.

                                                                                                                         5 Ibid, 296-297. 6 Jeferson Kameo, SH., LLM., Ph.D. Kontrak Sebagai Nama Ilmu Hukum. Fakultas Hukum UKSW Salatiga. 7 Loc Cit. I Wayan. hlm . 297.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6799/2/T1... ·  · 2016-03-11Asas-asas di dalam hukum internasional yang berkaitan dengan perlindungan ... prinsip

16  

 

Aspek internasional itulah yang menjadi ciri yang menunjukkan bahwa hak, kekuasaan

dan kewenangan untuk mengatur obyek itu tidak berdasarkan pada hukum nasional

melainkan pada hukum internasional.8

Kelima, hukum internasional (sebagai dasar atau landasan). Hak, kekuasaan dan

kewenangan negara untuk mengatur obyek yang tidak semata-mata merupakan

masalah dalam negeri atau domestik itu, adalah seperti telah dikemukakan di atas

berdasarkan pada hukum internasional sebagai suatu kontrak (a contract). Dengan

perkataan lain, hukum internasionalah yang memberikan hak, kekuasaan dan

kewenangan kepada negara itu untuk mengatur obyek yang semata-mata bukan

merupakan masalah domestik itu. Demikian pula, hukum internasional pula yang

membatasi.9

2.2. Asas Nasional Pasif

Berhubung skripsi ini membicarakan mengenai manifestasi asas nasional pasif

maka berikut ini uraian asas nasional pasif dalam prespektif dideskripsikan oleh

Penulis. Asas-asas di dalam hukum internasional yang berkaitan dengan perlindungan

terhadap nelayan tradisional Indonesia di perairan laut Australia berikut juga

dijabarkan di bawah ini. Penjabaran asas itu Penulis kemukakan sebagai suatu

perpektif atau kerangka konsepsional dalam rangka melihat manifestasinya, prinsip-

prinsip itu adalah :

                                                                                                                         8 Ibid, hlm 297-298. 9 Ibid, 298.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6799/2/T1... ·  · 2016-03-11Asas-asas di dalam hukum internasional yang berkaitan dengan perlindungan ... prinsip

17  

 

Pertama, prinsip teritorial subyektif. Dalam prinsip territorial subyektif, pelaku

pelanggaran hukum bisa siapa saja, baik itu warga negara atau bukan warga negara.

Ukuran yang dipakai dalam prinsip territorial subyektif adalah wilayah sebagai tempat

dilakukannya perbuatan. Prinsip territorial subyektif merupakan prinsip yang paling

tua dan tidak banyak diperdebatkan. 10 Prinsip territorial subyektif membenarkan

negara melakukan yurisdiksinya atas perbuatan yang mulai dilakukan di wilayahnya

tetapi berakhir atau menimbulkan akibat di negara lain.11

Dalam kaitan dengan asas itu, dimaksud dengan yurisdiksi territorial12 adalah

pelaksanaan yurisdiksi oleh suatu negara terhadap harta benda, orang tindakan atau

peristiwa yang terjadi di dalam wilayahnya jelas diakui oleh hukum internasional

untuk semua negara anggota masyarakat internasional.

Prinsip territorial subyektif13 adalah suatu ciri pokok dari kedaulatan. Dalam

batas-batas ini, seperti semua negara merdeka yang berdaulat. Negara harus memiliki

yurisdiksi terhadap semua orang dan benda di dalam batas-batas teritorialnya dan

dalam semua perkara perdata dan pidana yang timbul di dalam batas-batas territorial

ini.14 Dalam hukum internasional disebutkan bahwa :

The subjective territorial principle allows the exercise of jurisdiction in the state where acrime is commenced.15

                                                                                                                         10 Arie Siswanto SH., MH., 2011, Bahan Ajar Hukum laut Internasional. 11 Sugeng Istanto SH. 2010. Hukum Internasional. Universitas Atmajaya Yogyakarta. Yogyakarta. Hal 68. 12 Loc Cit, Strake Hlm .270 -271. 13 di kemukakan oleh Lord Macmillian  14 Ibid. 15 Opcit, Rebecca, hal. 102.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6799/2/T1... ·  · 2016-03-11Asas-asas di dalam hukum internasional yang berkaitan dengan perlindungan ... prinsip

18  

 

Kedua, prinsip teritorial obyektif. Prinsip yurisdiksi ini berlaku terhadap

perbuatan yang melanggar hukum suatu negara, yang awal perbuatan dimulai di

negara lain dan perbuatan tersebut diselesaikan atau membawa akibat di negara lain.16

Pengertian yang sama dengan difinisi yang diberikan oleh hukum internasional

disebutkan bahwa :

The objective territorial principle gives jurisdiction to the state in which the crime has been completed and has effect-the forum of injury.17

Ketiga, prinsip nasionalitas. Berbeda dengan prinsip territorial, dalam prinsip

nasionalitas yang dijadikan ukuran adalah kewarganegaraan pelaku. Setiap negara

pada dasarnya memiliki kewenangan untuk menerapkan hukum terhadap warga

negaranya, sepanjang pelaksanaanya tidak melanggar kedaulatan negara lain.18

Sedangkan Prinsip nasional aktif19 merupakan sebuah prinsip dimana negara

dapat melaksanakan yurisdiksinya terhadap warga negaranya. Prinsip ini pada

umumnya diberikan oleh hukum internasional kepada semua negara yang hendak

memberlakukannya.

Semua prinsip lain yang berkaitan dengan hal ini adalah bahwa negara tidak

wajib menyerahkan warga negaranya yang telah melakukan tindak pidana di luar

negeri.20

                                                                                                                         16 Loc Cit, Arie. Siswanto SH.MH. . 17 Opcit, Rebecca, hal 102. 18 Ibid. 19 Loc Cit, Starke. 20 Ibid 303.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6799/2/T1... ·  · 2016-03-11Asas-asas di dalam hukum internasional yang berkaitan dengan perlindungan ... prinsip

19  

 

Menurut hukum internasional prinsip nasionalitas adalah,

Jurisdiction exercise on this principle relates to the nationality of the offender. A state may exercise jurisdiction over any of its nationals wherever they may be and so in respect of offences commited abroad. Although universally acknowledge as a basis of jurisdiction, it is utilized more extensively by civil law countries than those with a common law system.21

Keempat, personalitas pasif. Prinsip jurisdiksi ini berlaku terhadap perbuatan yang

melanggar hukum suatu di negara diminta yang menimbulkan korban dari warga

negara peminta, dan perbuatan tersebut dapat dimulai dan diselesaikan di manapun.

Prinsip ini membenarkan negara untuk mejalankan yurisdiksinya terhadap warga

negara lain apabila seorang warga negara menderita kerugian karena perbuatan warga

negara lain tersebut di negaranya. Dasar pembenar prinsip personalitas pasif adalah

bahwa setiap negara berkewajiban melindungi warga negaranya di luar negeri.22

Dalam hukum internasional, pengertian mengenai prinsip personalitas pasif

adalah sebagai berikut,

The link between the state exercise jurisdiction and the offence is the nationality of the victim. A state may exercise jurisdiction over an alien in respect of an act which has taken place outwith its boundaries, but against one of its nationals.23

Kelima, prinsip protektif. Berdasarkan prinsip protektif suatu negara dapat

melakukan yurisdiksinya atas perbuatan pidana yang melanggar keamanan dan

integritas atau kepentingan vital ekonominya yang dilakukan di luar negeri. Dasar                                                                                                                          

21 Op Cit, Rebecca, hal 103. 22 Loc Cit, Starke 303. 23 Loc Cit, Rebecca, hal 106.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6799/2/T1... ·  · 2016-03-11Asas-asas di dalam hukum internasional yang berkaitan dengan perlindungan ... prinsip

20  

 

pembenar atau legitimasi yang diberikan yang oleh hukum pelaksanaan yurisdiksi itu

ialah bahwa akibat perbuatan pidana itu menimpa negara tersebut dan bahwa bila

yurisdiksi itu tidak dapat dilaksanakan maka kejahatan itu akan lepas dari hukuman.24

Lebih lanjut Jeferson Kameo SH., LLM., Ph.D dalam kelas Hukum Mayantara

mengemukakan hasil penelitian individualnya25 terhadap asas protektif. Bahwa UU

ITE memiliki jangkauan yurisdiksinya tidak semata-mata untuk perbuatan hukum

yang berlaku di Indonesia dan/atau dilakukan oleh warga negara Indonesia. Tetapi,

UU itu juga berlaku untuk perbuatan hukum yang dilakukan di luar wilayah hukum

(yurisdiksi) Indonesia baik oleh warga negara Indonesia maupun warga negara asing,

badah hukum Indonesia, maupun badan hukum asing, yang memiliki akibat hukum di

Indonesia, mengingat pemanfaatan TI untuk informasi elektronik dan transaksi

elektronik dapat bersifat lintas territorial atau universal.

Jeferson Kameo SH., LLM., Ph.D menandaskan bahwa yang dimaksud dengan

“merugikan kepentingan Indonesia” adalah tidak terbatas pada merugikan kepentingan

ekonomi nasional, perlindungan data strategis, harkat dan martabat bangsa, pertahanan

dan keamanan bangsa, warga negara serta badan hukum Indonesia.

Penulis berpendapat, bahwa pandangan Jeferson Kameo SH., LLM., Ph.D yang

ditemukan setelah menganalisis secara obyektif manifestasi asas protektif dalam UU

No 11 tahun 2008 tersebut sebenarnya mengirimkan sinyal bahwa asas nasional pasif                                                                                                                          

24 Op Cit, Sugeng Istanto. Hlm. 71. Hasil penelitian individual Jeferson Kameo SH, LLM PhD, atas asas seperti ini mengatakan bahwa Pasal 2 UU No 11 tahun 2008 tentang informasi dan transaksi elektronik kental mengandung prinsip protektif ini. Adapun Pasal 2 UU No.11 tahun 2008 adalah: Undang-Undang ini berlaku untuk setiap orang yang melakukan perbuatan hukum sebagimana diatur dalam UU ini, baik yang berada di wilayah hukum Indonesia maupun di luar wilayah hukum Indonesia, yang memiliki akibat hukum di wilayah hukum Indonesia dan atau di luar wilayah hukum Indonesia dan merugikan kepentingan Indonesia. 25  Penelitian individual tidak dipublikasikan.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6799/2/T1... ·  · 2016-03-11Asas-asas di dalam hukum internasional yang berkaitan dengan perlindungan ... prinsip

21  

 

seperti telah Penulis kemukakan di atas, pada prinsipnya sama dengan asas protektif,

terutama kata- kata :

“merugikan kepenyingan Indonesia adalah meliputi tetapi tidak terbatas pada merugikan kepentingan ekonomi nasional, perlindungan data strategis, harkat dan martabat bangsa, pertahanan dan keamanan bangsa, warga negara serta badan hukum Indonesia”

Ini berarti bahwa analog asas protektif di atas, Pemerintah Indonesia sebetulnya,

menurut hukum (asas hukum internasional yang berlaku), dapat meminta Pemerintah

Australia untuk mengekstradisi oknum otoritas Australia yang merusak kapal-kapal

nelayan Indonesia untuk diadili di Indonesia. Sebab “ merugikan kepentingan

Indonesia”, dalam hal ini merugikan kepentingan warga negara Indonesia, para

nelayan tradisional yang hak-haknya diakui hukum internasional apabila hal ini

(yurisdiksi) dilakukan, maka sama saja dengan sengaja membiarkan kejahatan itu

lepas dari hukuman dan menunjukan ketidakberdayaan suatu negara memberantas

kejahatan internasional.

Persoalannya adalah bahwa untuk melaksanakan yurisdiksi yang demikian itu,

dalam hal ini the doctrine of pre-entive strike, suatu negara harus memiliki

kemampuan militer yang kuat untuk memburu si pelaku, si pelaku kejahatan yang

dilindungi oleh suatu negara (harboring criminals) misalnya dalam contoh kasus

Sadam Husein.

Disamping, terutama yurisdiksi yang demikian itu dapat dilakukan apabila suatu

negara dilengkapi dengan kemampuan diplomasi sipil yang kuat penguasaan hukum

yang memadahi, seperti terhadap kasus penggunaan atas MoU dan perjanjian

ekstradisi antara Indonesia dan Australia, dalam skripsi ini.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6799/2/T1... ·  · 2016-03-11Asas-asas di dalam hukum internasional yang berkaitan dengan perlindungan ... prinsip

22  

 

Prinsip protektif menurut hukum internasional adalah :

on the basis of this principle, a state may exercise jurisdiction in respect of offences which, although occurring abroad and committed by non-nationals, are regarded as injurious to the state’s security.26

Keenam, prinsip universalitas. Berdasarkan prinsip universalitas suatu negara

dapat melakukan yurisdiksi atas perbuatan pidana yang melanggar kepentingan

masyarakat internasional. Alasan pembenar yang berada di balik asas universalitas ini

adalah semua negara berhak untuk menangkap dan menghukum pelaku kejahatan itu.

tujuan adanya yurisdiksi universal itu ialah untuk menjamin agar kejahatan itu tidak

lepas dari hukuman.27

Menurut hukum internasional prinsip universalitas adalah,

one interpretation of this principle is that it gives jurisdiction to a state (any and every) over all crime perpetrated by foreigners abroad. Such an interpretation is not regarded as being in conformity with international law. Where the principle may acceptably invoked is in respect of international law and the international community as a whole.28

Disamping itu, ada beberapa pengertian yurisdiksi yang juga mengatur kewajiban

negara untuk melindungi warga negara. Beberapa pengertian dimaksud dibicarakan/

diuraikan lebih lanjut di bawah ini.

                                                                                                                         26 Loc cit, Rebecca, hal 103. 27 Ibid. 28 Loc Cit ,Rebecca.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6799/2/T1... ·  · 2016-03-11Asas-asas di dalam hukum internasional yang berkaitan dengan perlindungan ... prinsip

23  

 

Segi kewarganegaraannya memberi isyarat hal itu dapat dibedakan menjadi

kategori yaitu: yurisdiksi personal berdasarkan asas kewarganegaraan aktif dan

yurisdiksi personal berdasarkan asas kewarganegraan pasif.

Yurisdiksi personal berdasarkan asas kewarganegaraan aktif menitikberatkan

pada adanya hubungan langsung dan aktif antara negara itu sendiri dengan warga

negaranya. Asas ini berlandaskan pada suatu asumsi bahwa setiap orang warga negara

akan membawa dan menaati hukum negaranya di manapun dia berada.29

Sedangkan asas yurisdiksi personal berdasarkan kewarganegaraan pasif titik

beratnya terletak pada hubungan langsung antara negara dengan orang yang

bersangkutan, sebab orang itu bukan warga negaranya, melainkan warga negara asing

atau tanpa kewarganegaraan. Titik beratnya terletak pada usaha negara itu sendiri

untuk melindungi kepentingannya maupun kepentingan warga negaranya sendiri

terhadap tindakan-tindakan atau perilaku orang asing yang merugikan.30

Ketujuh, prinsip atau asas nasional pasif. Beberapa literatur atau kepustakaan

terkaji juga memberikan pengertian mengenai prinsip nasional pasif. Menurut Shaw

prinsip nasional pasif ini memberikan dasar bagi klaim suatu negara atas yurisdiksi

dengan alasan nasional dari si korban aktual dan/atau faktual.

Apabila dirumuskan dengan perkataan lain maka utilisasi nasional pasif oleh

suatu negara dapat didasarkan atas dasar yurisdiksi untuk mengadili seseorang yang

berada di luar negeri yang diduga telah atau akan merugikan kepentingan negara yang

bersangkutan meskipun orang tersebut bukan warga negara dari negara peminta.

                                                                                                                         29 Loc cit, I Wayan Parthiana. Hlm .304. 30 Ibid, hlm. 305.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6799/2/T1... ·  · 2016-03-11Asas-asas di dalam hukum internasional yang berkaitan dengan perlindungan ... prinsip

24  

 

Keuntungan dari prinsip nasional pasif adalah negara bukan saja dapat melindungi

warga negaranya di negara lain oleh perbuatan melawan hukum atau tindakan pidana

yang merugikan warga negaranya oleh orang lain yang mungkin saja adalah warga

negara dari negara yang dikunjungi. Hal seperti ini, menurut Penulis dapat dikaitkan

dengan pelaksanaan perjanjian ekstradisi,31 yang menjadi satuan amatan penelitian dan

penulisan karya tulis kesarjnaan ini, yaitu Perjanjian Ekstradisi antara Indonesia dan

Australia.

2.3. Zona-Zona Laut

Kegiatan penangkapan ikan, memang harus diakui hanya dapat dilakukan di

wilayah perairan suatu negara. Wilayah perairan tersebut adalah laut territorial, zona

ekonomi eklusif32, dan laut lepas. Menurut penjelasan atas Undang-Undang No. 17

tahun 1985 tentang Pengesahan United Nations on the Law of the Sea, zona-zona

tersebut adalah :

Laut Teritorial. Konprensi-konprensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum

Laut yang pertama tahun 1958 dan kedua 1960 di Jenewa tidak dapat memecahkan

masalah lebar laut territorial, yaitu 3 mil laut hingga 200 mil laut.

                                                                                                                         31 Jawahir Thontowi. Pranoto Iskandar. 2006. Hukum Internasional Kontenporer. Refika Aditama: Bandung. Hlm.162. 32 Meskipun harus diakui bahwa ZEE adalah wilayah internasional yang dimiliki oleh suatu negara.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6799/2/T1... ·  · 2016-03-11Asas-asas di dalam hukum internasional yang berkaitan dengan perlindungan ... prinsip

25  

 

Namun Konperensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut ketiga pada

akhirnya berhasil menentukan lebar laut territorial maksimal 12 mil laut sebagai

bagian dari keseluruhan paket rejim-rejim hukum laut lainnya, misalnya33 :

Zona Ekonomi Eksklusif yang lebarnya tidak melebihi 200 mil laut terhitung dari

garis dasar pangkal darimana lebar laut territorial diukur dimana berlaku kebebasan

pelayaran.34 Kebebasan transit kapal-kapal asing melalui selat yang digunakan untuk

pelayaran internasional.35 Hak akses negara tanpa kendala dari laut dan kebebasan

transit.36 Tetap dihormati hak lintas laut damai melalui laut territorial.37

Sedangkan menurut Pasal 1 Angka 19 Undang-Undang No 31 tahun 2004 tentang

Perikanan disebutkan bahwa Laut teritorial Indonesia adalah jalur laut selebar 12 (dua

belas) mil laut yang diukur dari garis pangkal kepulauan Indonesia.38

Selanjutnya, mengenai Rejim Laut Teritorial memuat ketentuan bahwa negara

pantai mempunyai kedaulatan penuh atas laut territorial dan ruang udara di atasnya.

Dasar laut dan tanah di bawahnya serta kekayaan alam yang terkandung di

dalamnya.39 dalam laut teritorial berlaku hak lintas damai bagi kendaraan-kendaraan

air asing. Kendaraan asing yang menyelenggarakan lintas laut damai di laut territorial,

                                                                                                                         33 Penjelasan atas Undang-Undang No. 17 tahun 1985 tentang Pengesahan United Nations Convention On the Law of the Sea. 34 Ibid. 35 Ibid. 36 Ibid. 37 Ibid. 38 Undang-Undang No. 31 tahun 2004 tentang Perikanan.  39 Ibid.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6799/2/T1... ·  · 2016-03-11Asas-asas di dalam hukum internasional yang berkaitan dengan perlindungan ... prinsip

26  

 

tidak boleh melakukan ancaman atau penggunaan kekerasan tehadap kedaulatan,

keutuhan wilayah atau kemerdekaan poltik suatu negara pantai, serta tidak boleh

melakukan survey atau penelitian, mengganggu sistem komunikasi, melakukan

pencemaran40 dan melakukan kegiatan lain yang tidak ada hubungan langsung dengan

lintas laut damai.

Pelayaran lintas laut damai tersebut harus dilakukan terus menerus, langsung serta

secepatnya, sedangkan berhenti dan membuang jangkar hanya dapat dilakukan bagi

keperluan navigasi yang normal atau karena keadaan memaksa atau force Majeure

atau dalam keadaan bahaya untuk tujuan memberitahukan bantuan pada orang lain,

kapal atau pesawat udara yang berada dalam keadaan bahaya.41

Kemudian, Zona Ekonomi Eksklusif. Di Zona Ekonomi Eksklusif, sebuah negara

pantai mempunyai: hak berdaulat untuk tujuan ekplorasi, ekploitasi, pengelolaan dan

konservasi sumber kekayaan alam, baik hayati maupun non hayati di ruang air dan

kegiatan-kegiatan lainnya untuk eksplorasi dan eksploitasi ekonomi zona tersebut

seperti pembangkit tenaga dari air, arus dan angin.42

Yurisdiksi yang berkaitan dengan pembuatan dan penggunaan pulau-pulau buatan,

instalasi-instalsi dan bangunan-bangunan lainnya, penelitian ilmiah dan perlindungan

serta pelestarian lingkungan laut.43

                                                                                                                         40 Rupanya rumusan seperti ini telah menjadi alasan bagi Australia untuk mengelak dari hak Indonesia untuk melaksanakan yurisdiksi berdasarkan asas nasional pasif dan asas protektif ? 41 .Loc. Cit. Undang-Undang Perikanan 42 Ibid. 43 Ibid.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6799/2/T1... ·  · 2016-03-11Asas-asas di dalam hukum internasional yang berkaitan dengan perlindungan ... prinsip

27  

 

Kewajiban untuk menghormati kebebasan pelayaran dan penerbangan

internasional, pemasangan kabel atau pipa bawah laut menurut prinsip hukum

internasional yang berlaku di Zona Ekonomi Eklusif.

Kewajiban untuk memberikan kesempatan 44 terutama kepada negara tidak

beruntung untuk turut serta memanfaatkan surplus dari jumlah tangkapan ikan yang

diperbolehkan.45

Zona Ekonomi Eksklusif, negara pantai menikmati hak berdaulat antara lain atas

sumber kekayaan hayati. Dengan demikian, negara pantai memiliki hak-hak yang

lebih kecil jangkauanya daripada di perairan pedalaman atau di laut teritorialnya. Hal

ini tampak jelas dengan kenyataan bahwa konvensi mengenakan kewajiban-kewajiban

tertentu kepada negara pantai mengenai perikanan di Zona Ekonomi Eksklusif.46

Sedangkan menurut Pasal 1 Angka (21) Undang-Undang Nomor 31 tahun 2004

tentang Perikanan yang dimaksud Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia, yang

selanjutnya disebut ZEEI, adalah jalur di luar dan berbatasan dengan laut teritorial

Indonesia sebagaimana ditetapkan Undang-Undang yang berlaku tentang perairan

Indonesia yang meliputi dasar laut, tanah di bawahnya, dan air di atasnya dengan batas

terluar 200 (dua ratus) mil laut yang diukur dari garis pangkal laut territorial

Indonesia.47

                                                                                                                         44 Sayangnya kesempatan yang harus diberikan oleh Australia kepada para nelayan tradisional Indonesia seperti yang dijamin oleh kaidah kontraktual dalam hukum Internasional tersebut sepertinya tak begitu digubris Australia dan malah menenggelamkan perahu-perahu para nelayan tradisional indoneisa, seperti data yang dapat dilihat pada tabel di halaman 47 skripsi ini. 45 Loc Cit, Undang-Undang Perikanan

46 Heru Prijanto. 2007. Hukum Laut Internasional. Bayu Media Publishing: Malang. Hlm 46. 47 Loc Cit UU No. 31 tahun 2004 tentang perikanan.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6799/2/T1... ·  · 2016-03-11Asas-asas di dalam hukum internasional yang berkaitan dengan perlindungan ... prinsip

28  

 

Dimaksusd dengan sumber daya ikan adalah semua jenis ikan dan biota perairan

lainnya. Kaitan dengan hal itu, pada penjelasan Pasal 1 Angka (2) Undang-Undang

Nomor 9 tahun 1985 tentang Perikanan disebutkan beberapa sumber hayati laut yang

dapat diambil adalah :

Pisces (ikan bersirip), Crustacea (udang, rajungan, kepiting, dan sebangsanya), Molluscan (kerang tiram, cumi-cumi, gurita, siput laut dan sebangsanya), Coelenterata (ubur-ubur dan sebangsanya), Echinodermata (teripang, bulu babi, dan sebangsanya), Amphibia (kodok dan sebangsanya), Reptilia (buaya. Penyu, kura-kura, biawak, ular air dan sebangsanya), Mammalian (paus, limba-lumba, pesut, duyung dan sebangsanya), Algue ( rumput laut dan tumbuh-tumbuhan lain yang hidup di dalam air), Biota perairan yang lainnya yang ada kaitannya dengan jenis-jenis tersebut di atas.48

Selanjutnya mengenai Laut Lepas. Ketentuan mengenai laut lepas terdapat dalam

konvensi ini berlaku pada semua bagian laut yang tidak termasuk Zona Ekonomi

Eksklusif, laut territorial, perairan pedalaman ataupun perairan kepulauan49 . Dengan

demikian, ketentuan itu menunjukan bahwa Zona Ekonomi Eksklusif tidak termasuk

rezim laut lepas.

Namum demikian, Pasal 86 juga menyatakan bahwa ketentuan ini tidak

mempengaruhi beberapa kebebasan yang dinikmati oleh negara-negara di Zona

Eonomi Eksklusif sesuai dengan Pasal 58.

Oleh karena itu, hal ini tampaknya bukan merupakan alasan yang cukup untuk

menegaskan bahwa Zona Ekonomi Eksklusif membentuk bagian dari laut lepas.

Sebagaimana dinyatakan sebelumnya bahwa mungkin lebih baik bila Zona Ekonomi

                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                        48 Penjelasan Pasal 1 Angka (2) UU No. 9 tahun 1985 tentang Perikanan. 49 Pasal 86 UNCLOS.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6799/2/T1... ·  · 2016-03-11Asas-asas di dalam hukum internasional yang berkaitan dengan perlindungan ... prinsip

29  

 

Eksklusif dianggap sebagai rezim yang sui generis, di mana hanya beberapa aspek

tertentu saja dari kebebasan di laut lepas diterapkan.

Selain peristilahan “laut lepas” diartikan sebagai perairan yang berada di luar

batas 200 mil laut Zona Ekonomi Eksklusif.50 Menurut Pasal 1 Angka 22 Undang-

Undang No. 31 tahun 2004 tentang Perikanan yang dimaksud dengan Laut lepas

adalah bagian dari laut yang tidak termasuk dalam ZEEI, laut territorial Indonesia,

perairan kepulauan Indonesia, dan perairan pedalaman Indonesia.51

Laut lepas terbuka bagi semua negara, baik negara yang berpantai maupun yang

tidak berpantai. Kebebasan di laut lepas ini antara lain: kebebasan berlayar, kebebasan

terbang di atasnya, kebebasan meletakkan kabel dan pipa bawah laut, kebebasan

membangun pulau-pulau buatan dan instalasi-instalasi lainnya, kebebasan melakukan

riset ilmiah.

Kebebasan-kebebasan seperti telah dikemukakan di atas harus dilaksanakan oleh

negara-negara dengan mempertimbangkan kepentingan-kepentingan negara lain, serta

hak-hak yang tercantum dalam konvensi mengenai eksploitasi kawasan dasar laut52.

Laut lepas harus digunakan hanya maksud-maksud damai dan tidak ada satu negara

pun dapat menyatakan kedaulatannya terhadap bagain dari laut lepas itu.53

                                                                                                                         50 Pasal 88 dan 89 Loc cit, Heru Prijanto. Hlm. 16-17. 51 Undang-Undang Nomor 31 tahun 2004 tentang Perikanan.  52 Loc Cit UNCLOS Pasal 87 53 Loc. Cit. Heru Prijanto hlm .17.

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6799/2/T1... ·  · 2016-03-11Asas-asas di dalam hukum internasional yang berkaitan dengan perlindungan ... prinsip

30  

 

2.4. Hakikat Perjanjian Ekstradisi

Dimaksud dengan ekstradisi adalah: penyerahan yang dilakukan secara formal,

baik berdasarkan atas perjanjian ekstradisi yang sudah ada sebelumnya ataupun

berdasarkan hubungan baik secara timbal balik, atas seseorang yang diduga telah

melakukan kejahatan atau tindak pidana (tersangka, tertuduh, atau tersangka) atau atas

seseorang yang telah dijatuhi hukuman yang telah mempunyai kekuatan mengikat

yang pasti atas kejahatan yang telah dilakukannya (terhukum, terpidana), oleh negara

tempatnya berada kepada negara yang memiliki yurisdiksi untuk mengadili atau

menghukumnya, atas permintaan dari negara yang memiliki yurisdiksi kepada negara

tempat orang yang bersangkutan berada, dengan maksud dan tujuan untuk

mengadilinya ataupun melaksanakan hukuman dari sisa hukumannya.54

Sedangkan menurut Pasal 1 Undang-Undang No. 1 tahun 1979 tentang Ekstradisi

yang dimaksud dengan ekstradisi adalah: penyerahan oleh suatu negara kepada negara

yang meminta penyerahan seseorang yang disangka atau dipidana karena melakukan

kejahatan di luar wilayah negara yang menyerahkan dan di dalam yurisdiksi wilayah

negara yang meminta penyerahan tersebut karena berwenang untuk mengadili dan

memindananya.55

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pada hakikatnya unsur-

unsur yang harus memenuhi unsur-unsur kontraktual untuk dapat dikatakan ada suatu,

ekstradisi adalah suatu kontrak ( a contract) sebagai suatu kontrak maka ekstradisi

                                                                                                                         54 I Wayan Parthiana. 2009. Ekstradisi dalam Hukum Internasional Modern. Yrama-Widya. Bandung. Hal. 38. 55 Undang-Undang No. 1 tahun 1979 tentang Ekstradisi.

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6799/2/T1... ·  · 2016-03-11Asas-asas di dalam hukum internasional yang berkaitan dengan perlindungan ... prinsip

31  

 

memiliki unsur subyek hukumnya, yaitu subyek-subyek (pihak-pihak) hukum yang

terlibat dalam suatu kasus ekstradisi. Adapun pihak-pihak (the Parties) tersebut terdiri

atas: negara peminta sebagai negara yang memiliki yurisdiksi untuk mengadili atau

menghukum orang dan negara diminta sebagai tempat si pelaku kejahatan (tersangka,

tertuduh, terdakwa, ataupun terhukum) itu berada.

Negara peminta sebagai negara yang memiliki yurisdiksi untuk mengadili atau

menghukum, bisa hanya satu negara saja atau bisa lebih dari satu negara.56 Dalam

kenyataannya ada kejahatan yang dilakukan oleh orang bisa tunduk pada yurisdiksi

lebih dari satu negara atau orang melakukan pelbagai macam kejahatan yang masing-

masing tunduk pada yurisdiksi lebih dari satu negara.

Untuk dapat melaksanakan yurisdiksi terhadap orang yang bersangkutan, negara

atau negara-negara itu haruslah terlebih dahulu mengajukan permintaan kepada negara

tempat orang itu berada. Supaya, negara yang diminta tersebut menyerahkan orang

yang bersangkutan kepada negara peminta. Jadi, negara atau negara-negara itu

berkedudukan seabagi negara/pihak yang meminta atau dengan singkat disebut

“negara atau pihak-peminta”57.

Negara diminta sebagai negara tempat si pelaku kejahatan (tersangka, tertuduh,

terdakwa, ataupun terhukum) itu berada. Negara tersebut –sudah pasti hanya satu

negara saja- adalah negara yang diminta oleh negara peminta supaya menyerahkan si

pelaku kejahatan tersebut yang berada di dalam wilayahnya.

                                                                                                                         56 Ditegaskan di sini bahwa skripsi ini mengaitkan asas nasional pasif dan asas protektif dengan perjanjian ekstradisi anatara Indonesia dan Australia.    57 Loc Cit, I Wayan Parthiana. Hal. 39.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6799/2/T1... ·  · 2016-03-11Asas-asas di dalam hukum internasional yang berkaitan dengan perlindungan ... prinsip

32  

 

Negara diminta, boleh jadi sebuah negara yang juga memiliki yurisdiksi atas

kejahatan tersebut atau boleh jadi sama sekali tidak memiliki yurisdiksi. Negara ini

disebut “negara-diminta”. Negara diminta ini memainkan peranan sentral dalam

masalah ekstradisi sebab ditangannyalah nasib orang yang diminta itu akan

ditentukan,58 menurut hukum internasional

Setelah gambaran unsur pihak (the party to contract), maka, unsur berikut adalah

obyek hukumnya. Sebagai orang yang diminta, boleh jadi dia berstatus sebagai

tersangka, tertuduh, terdakwa, ataupun terhukum.

Dalam hubungan ini kedudukan orang yang diminta adalah sebagai obyek sasaran

dari permintaan negara-peminta kepada negara diminta maupun sebagai obyek dari

pengekstradisian atas dirinya oleh negara diminta kepada negara-peminta.

Apalagi, permintaan negara peminta itu dikabulkan oleh negara-diminta. Secara

singkat orang itu disebut sebagai “orang yang diminta”59. Atau dalam prespektif

analisis kontrak sebagai nama ilmu hukum yang dipergunakan dalam skripsi ini

disebut dengan obyek perjanjian.

2.5. Prosedur dalam Perjanjian Ekstradisi

Unsur tata cara atau prosedur adalah meliputi tatacara untuk mengajukan

permintaan ekstradisi dengan segala persyaratannya. Tatacara untuk memberitahukan

apakah permintaan itu dikabulkan ataukah di tolak. Jika dikabulkan selanjutnya adalah

tatacara untuk menyerahkan orang yang diminta. Itulah sebabnya permintaan ataupun

                                                                                                                         58 Ibid. hal.39-40.

 59 Ibid. hal. 40.

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6799/2/T1... ·  · 2016-03-11Asas-asas di dalam hukum internasional yang berkaitan dengan perlindungan ... prinsip

33  

 

penyerahannya lazim disebut permintaan ataupun penyerahan yang dilakukan secara

formal, yang sudah barang tentu dapat pula Penulis sebut sebagai suatu hukum acara.

Secara umum dapat dikatankan, bahwa prosedur atau tatacara tersebut dilakukan

melalui saluran diplomatik, tegasnya, melalui saluran resmi dari negara ke negara atau

antar negara.60

Unsur maksud dan tujuan, Permintaan negara-peminta ataupun penyerahan oleh

negara-diminta atas diri orang yang diminta adalah dengan maksud dan tujuan untuk

mengadilinya atas kejahatan yang telah dilakukannya yang menjadi yurisdiksi dari

negara-peminta. Jika dia sudah berstatus sebagai terhukum, adalah dengan maksud dan

tujuan untuk pelaksanaan hukuman atau sisa hukumannya di negara-peminta. Jika hal

itu sudah berhasil dilakukan, berarti maksud dan tujuan dari ekstradisi itu sudah

tercapai.

2.6. Landasan Hukum Perjanjian Ekstradisi

Unsur dasar atau landasan hukum. Semua unsur di atas tersebut, haruslah

didasarkan pada suatu dasar atau landasan hukum supaya legalitasnya benar-benar

terjamin. Dasar atau landasan hukumnya, bisa berupa perjanjian ekstradisi yang sudah

ada sebelumnya antara kedua pihak atau jika perjanjian ekstradisi itu tidak atau belum

ada, sepanjang para pihak bersedia, dapat juga didasarkan atas hubungan baik secara

timbal balik.

Sebaliknya jika para pihak belum terikat pada perjanjian ekstradisi dan

menghadapi kasus ekstradisi, jika para pihak setuju, proses atau prosedurnya itu dapat

                                                                                                                         60 Ibid.

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6799/2/T1... ·  · 2016-03-11Asas-asas di dalam hukum internasional yang berkaitan dengan perlindungan ... prinsip

34  

 

didasarkan atas hubungan baik dengan mengacu pada prinsip-prinsip dan kaidah-

kaidah hukum yang tak tertulis tentang ekstradisi.61

2.7. Asas-Asas dalam Perjanjian Ekstradisi

Didalam perjanjian ekstradisi terdapat asas-asas yang menjadi sumber dari sebuah

perjanjian ekstradisi. Asas-asas tersebut adalah :

Pertama, asas kejahatan ganda. Menurut asas ini, suatu perbuatan yang dilakuakn

oleh orang yang diminta haruslah merupakan kejahatan atau tindak pidana, baik

menurut hukum pidana negara-peminta maupun hukum pidana negara-diminta.62

Kedua, asas kekhususan. Asas kekhususan ini baru akan berfungsi jika orang yang

diminta kemudian diekstradisi oleh negara-diminta kepada negara-peminta. Artinya,

permintaan negara-peminta untuk pengekstradisian orang yang diminta dikabulkan

oleh negara-diminta. Dengan pengekstradisian tersebut, maka orang yang diminta kini

berada di wilayah negara-peminta yang berarti bahwa orang yang diminta itu tunduk

pada yurisdiksi territorial dari negara-peminta.63

Ketiga adalah asas tidak mengekstradisi warga negara. Menurut asas ini, negara-

diminta berhak menolak permintaan negara-peminta untuk mengekstradisi orang yang

                                                                                                                         61 Ibid. hal. 43. 62 Ibid. hal. 104-105  63 Ibid. hal. 121.

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6799/2/T1... ·  · 2016-03-11Asas-asas di dalam hukum internasional yang berkaitan dengan perlindungan ... prinsip

35  

 

diminta jika tersebut adalah warga negaranya sendiri, meskipun semua persyratan lain

yang telah ditentukan dalam perjanjian sudah dipenuhi.64

Keempat adalah asas mengekstradisi pelaku kejahatan politik, Dalam kehidupan

berbangsa dan bernegara ataupun dalam kehidupan politik suatu negara, ada orang

atau orang-orang yang melakukan kejahatan atau tindak pidana yang bukan semata-

mata kriminal biasa, tetapi terkait dengan masalah politik di dalam negara itu baik

dalam skala lokal, nasional, bahkan internasional.

Orang-orang semacam ini pun dalam kesahariaanya adalah orang-orang yang

secara social lebih dikenal sebagai orang baik-baik. Mereka bisa terlibat dalam suatu

kejahatan yang terkait dengan persoalan politik ataupun yang mengandung dimensi-

dimensi politik. Kejahatan seperti inilah yang kemudian lazim disebut dengan

kejahatan politik.65 Pejanjian Ekstradisi biasanya memungkinkan pelaku kejahatan

politik tidak dikabulkan oleh negara yang diminta.

Kelima adalah asas ne/non bis in idem. Asas ini lebih dikenal dalam hukum

pidana yang pada intinya menyatakan, bahwa seseorang tidak boleh diadili dan atau

dihukum lebih dari satu kali atas kejahatan yang dilakukannya. Bahwa sekali kasusnya

sudah diputuskan secara final oleh badan pengadilan yang berwenang, tidak boleh

diungkit lagi oleh siapapun dengan mengadili orang yang bersangkutan untuk kedua

kalinya atau lebih.66

                                                                                                                         64 Ibid. hal 135-136. Dengan asas ini, ada kendala untuk melaksanakan asas nasionalitas pasif dalam sauatu perjanjian ekstradisi. Sehingga dapat saja terjadi, secara konsepsional, ada kejahatan yang tidak diadili atau lolos dari hukuman.

65 Ibid. hal 137. 66 Ibid. hal 139.

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6799/2/T1... ·  · 2016-03-11Asas-asas di dalam hukum internasional yang berkaitan dengan perlindungan ... prinsip

36  

 

Asas yang keenam adalah asas daluwarsa. Daluwarsa atau lewat waktu memang

sudah dikenal didunia di dalam hampir semua sistem hukum. Makna dari daluwarsa

aalah sebagai pengakuan atas suatu fakta, bahwa fakta tersebut diakui sebagai suatu

yang sah setelah terlampaui suatu jangka waktu tertentu, meskipun pada awal mulanya

fakta itu tidak sah.67 Ekstradisi terhadap orang yang melakukan tindak pidana tidak

dapat dilakukan apabila tindak pidana tersebut telah melampaui waktu daluwarsa.

2.8. Pencurian Ikan Suatu Prespektif Hukum

Dalam kaitan dengan permasalahan skripsi ini, dari semua ikan dan biota perairan

yang sudah disebutkan, ada beberapa kelompok-kelompok ikan dan biota perairan

yang merupakan jenis ikan dan biota laut yang dilindungi. Kegiatan untuk mengambil

sumber daya ikan/atau biota perairan secara melawan hukum disebut praktik pencurian

ikan atau illegal fishing.

Menurut IIU yang dimaksud dengan pencurian ikan selalu erat kaitannya dengan 3

jenis kegiatan berikut ini :

Conducted by national of foreign vessel in water under the jurisdiction of a state, without the permissions of the state, or in contravention of its law and regulation.

Rumusan ketentuan di atas berarti kegiatan yang termasuk dalam pencurian ikan

yang dilakukan oleh kapal nasional atau kapal asing di perairan yang berada di bawah

                                                                                                                         67 Ibid. hal 146.

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6799/2/T1... ·  · 2016-03-11Asas-asas di dalam hukum internasional yang berkaitan dengan perlindungan ... prinsip

37  

 

yurisdiksi suatu negara, tanpa seizin negara, atau bertentangan dengan hukum dan

peraturan yang berlaku.68

Conducted by vessel flying flag of the state that are parties to a relevant regional fisheries management organitation but operated in contravention on conservation and management measures adopted by that organitation and by which the states are bound, or relevant provisions of applicable international law.

Rumusan ketentuan di atas berarti termasuk kegiatan yang dilakukan oleh kapal

yang berbendera suatu negara yang pihak pengelolaan perikanan merupakan organisasi

regional yang cocok, tetapi dioperasikan bertentangan dengan langkah-langkah

konservasi dan pengelolaan yang diadopsi oleh organisasi dan negara-negara terkait,

atau relevan dengan ketentuan hukum internasional.69

In violation of national law or international obligation, including those undertaken by cooperating states to a relevant fishing management.

Kegiatan yang melanggar hukum nasional atau perjanjian internasional, termasuk

mereka yang melakukan kerjasama dengan negara-negara dalam sebuah perjanjian

pengelolaan perikanan yang cocok.70

Jika menurut Undang-Undang No. 9 tahun 1985 tentang Perikanan dapat

disimpulkan dari ketentuan Pasal 10 bahwa setiap orang atau badan hukum yang

melakukan usaha perikanan diwajibkan memiliki izin usaha perikanan. sedangkan

dalam Pasal 1, usaha perikanan adalah semua usaha perseorangan atau badan hukum

                                                                                                                         68 Food and agriculture organitation lewat ketentuan international plan of actiona to prevebt, deter, and eliminate illegal, unreported,and unregulated fishing point 3.1. 69 Ibid. 70 Ibid.

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6799/2/T1... ·  · 2016-03-11Asas-asas di dalam hukum internasional yang berkaitan dengan perlindungan ... prinsip

38  

 

untuk menangkap, membudidayakan ikan, termasuk kegiatan menyimpan,

mendinginkan atau mengawetkan ikan dengan tujuan komersil.

Menurut ketentuan di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan pencurian ikan

adalah kegiatan dalam usaha perseorangan atau badan hukum untuk menangkap ikan

atau membudidayakan ikan, termasuk kegiatan menyimpan, mendinginkan atau

mengawetkan ikan dengan tujuan komersil tanpa memiliki izin usaha perikanan.

Sedangkan menurut peraturan Northeren Teritorry Australia yang dimaksud

dengan pencurian ikan adalah taking fish in Australian fishing zone without licence71

yang berarti menangkap ikan di zona perikanan Australia tanpa memiliki ijin.

Ketentuan tersebut dilengkapi dengan pengertian mengenai menangkap ikan.

Taking is fishing, fishing means the catching, taking, or harvesting of fish or aquatic life and includes any other activity which may reasonably by expected result in the catching, taking or harvesting of fish or aquatic life also includes any action taken in support of or in preparation for an activity specified in,72

Ketentuan tersebut berarti mengambil adalah memancing, memancing berarti

menangkap, mengambil atau memanen ikan atau biota laut dan termasuk juga

beberapa aktivitas lain didalamnya yang berhungungan langsung dengan kegiatan

mengkap, mengambil dan memanen ikan dan/atau biota laut termasuk dalam masa

persiapan dan aktivitas lainnya.

Sedangkan yang dimaksud dengan fish dalam bahasa Inggris atau ikan dalam

bahasa Indoneisa adalah :

                                                                                                                         71 Fishery Act, Northern Teritory of Australia Regulation. 72 Ibid.

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6799/2/T1... ·  · 2016-03-11Asas-asas di dalam hukum internasional yang berkaitan dengan perlindungan ... prinsip

39  

 

fish means any species or class of fishing including crustaceans, echinoderms, and mollusks, and includes an aquatic animal (except a species of bird) declared by Minister by notice in gazette to be a fish for the porpuses of this act, and also includes : An egg, fry, spat, or larva of a fish; The dead body, or a part of the dead body of a fish and; The shell or exoskeleton, or a part of the shell orexoskeleton, of a crustacean, echinoderm or mollusc.73

Sedangkan Australian Fishing Zone means the Australian fishing zone as definef

by the commonwealth Act. sedangkan yang dimaksud dengan licence adalah,

An approved licence currently in force granted under this act or, as the context requires, a licence document issued as a consequence of the grant of a licence.74

2.9. Arti Penting Tinjauan Pustaka.

memperhatikan gambaran atas hasil tinjauan kepustakaan di atas, Penulis perlu

mengemukakan suatu arti penting tinjauan kepustakaan, sepanjang menjawab

perumausan masalah penelitian skripsi ini: yaitu bagaimana, secara konsepsional

manifestasi asas nasional pasif dalam Perjanjian Ekstradisi?

Menurut Penulis, kajian kepustakaan di atas, khususnya yang menyangkut aspek

Perjanjian Ekstradisi, sulit sekali untuk menerobos asa tidak mengekstradisi warga

negara.Artinya, secara konsepsional, dapat dikemukakan bahwa sulit sekali suatu

negara yang dirugikan kepentingannya menggunakan mekanisme ekstradisi untuk

meminta pelaku kejahatan diekstradisi oleh negara yang diminta berdasarkan asas

nasional pasif maupun prinsip protektif.

                                                                                                                         73 Ibid. 74 Ibid.