BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/2038/6/6. BAB II.pdf · 2021. 2. 10. · 7...

28
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Penyakit 1. Pengertian Penyakit Menurut Rab (2017), asma bronkhial adalah penyempitan bronkus yang bersifat reversibel yang terjadi oleh karena bronkus yang hiperaktif mengalami kontaminasi dengan antigen. Dari hasil penelitian Rab yang dilakukan melalui autopsi pasien meninggal karena asma, bukan hanya bronkospasme dari otot, akan tetapi juga adanya edema dan penuhnya mukus di interluminal dari bronkus yang menyebabkan jalan napas menjadi tersumbat. 2. Etiologi Menurut Somantri (2009), suatu hal yang menonjol pada semua penderita asama adalah fenomena hiperaktivitas bronkus. Bronkus penderita asma sangat peka terhadap rangsangan imunologi maupun non- imunologi. Oleh karena sifat inilah maka serangan asma mudah terjadi ketika rangsangan baik fisik, metabolik, kimia, alergen, infeksi dan sebagainya. Penderita asma perlu mengetahui dan sedapat mungkin menghindari rangsangan atau pencetus yang dapat menimbulkan asma. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut: alergen utama, seperti debu rumah, spora jamur dan tepung sari rerumputan, bahan-bahan iritan seperti asap, bau-bauan dan polutan, Infeksi saluran napas terutama yang

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/2038/6/6. BAB II.pdf · 2021. 2. 10. · 7...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/2038/6/6. BAB II.pdf · 2021. 2. 10. · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Penyakit 1. Pengertian Penyakit Menurut Rab (2017),

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Penyakit

1. Pengertian Penyakit

Menurut Rab (2017), asma bronkhial adalah penyempitan bronkus

yang bersifat reversibel yang terjadi oleh karena bronkus yang hiperaktif

mengalami kontaminasi dengan antigen. Dari hasil penelitian Rab yang

dilakukan melalui autopsi pasien meninggal karena asma, bukan hanya

bronkospasme dari otot, akan tetapi juga adanya edema dan penuhnya

mukus di interluminal dari bronkus yang menyebabkan jalan napas

menjadi tersumbat.

2. Etiologi

Menurut Somantri (2009), suatu hal yang menonjol pada semua

penderita asama adalah fenomena hiperaktivitas bronkus. Bronkus

penderita asma sangat peka terhadap rangsangan imunologi maupun non-

imunologi. Oleh karena sifat inilah maka serangan asma mudah terjadi

ketika rangsangan baik fisik, metabolik, kimia, alergen, infeksi dan

sebagainya. Penderita asma perlu mengetahui dan sedapat mungkin

menghindari rangsangan atau pencetus yang dapat menimbulkan asma.

Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut: alergen utama, seperti debu

rumah, spora jamur dan tepung sari rerumputan, bahan-bahan iritan seperti

asap, bau-bauan dan polutan, Infeksi saluran napas terutama yang

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/2038/6/6. BAB II.pdf · 2021. 2. 10. · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Penyakit 1. Pengertian Penyakit Menurut Rab (2017),

8

disebabkan oleh virus, perubahan cuaca yang ekstrem, kegiatan jasmani

yang berlebihan, lingkungan kerja, obat-obatan, emosi dan lain-lain seperti

gastroesofagus.

3. Patofisiologi

Menurut Somantri ( 2012), asma akibat alergi bergantung pada respon

IgE yang dikendalikan oleh limfosit T dan B serta diaktifkan oleh interaksi

antara antigen dengan molekul IgE yang berkaitan dengan sel mast.

Sebagian besar alergen yang mencetuskan asma bersifat airborne dan agar

dapat menginduksi keadaan sensitivitas, alergen tersebut harus tersedia

dalam jumlah yang banyak untuk periode waktu tertentu. Akan tetapi,

sekali sensitivitasi telah terjadi klien akan memperlihatkan respon yang

sangat baik, sehingga sejumlah kecil alergen yang mengganggu sudah

dapat menghasilkan ekserbasi penyakit yang jelas.

Obat yang paling sering berhubungan dengan induksi episode akut

asma adalah aspirin, bahan pewarna seperti tartazin, antagonis beta-

adrenergik dan bahan sulfat. Sindrom pernafaasan sinsitif asprin

khususnya terjadi pada orang dewasa, walaupun keadaaan ini juga dapat

dilihat pada masa kanak-kanak. Masalah ini biasanya berawal dari rhinitis

vasomotor perennial yang diikuti oleh rhinosinusitis hiperplastik dengan

polip nasal lalu diikuti asma progresif.

Klien yang sensitif terhadap aspirin dapat didesentisasi dengan

pemberian obat setiap hari. Mekanisme yang menyebabkan bronkospasme

karena penggunaan aspirin dan obat lain tidak diketahui, tetapi mungkin

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/2038/6/6. BAB II.pdf · 2021. 2. 10. · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Penyakit 1. Pengertian Penyakit Menurut Rab (2017),

9

berkaitan dengan pembentukan leukotrien yang diinduksi secara khusus

oleh aspirin.

Antagonis β-adrenergik biasanya menyebabkan obstruksi jalan nafas

pada klien asma. Sama halnya dengan klien lain, dapat meyebabkan

peningakatan reaktivitas jalan napas dan hal tersebut harus dihindarkan.

Obat sulfat seperti kalium metabisulfit, kalium dan natrium bisulfit,

natrium sulfit dan sulfat klorida, yang secara luas dapat digunakan dalam

industri makanan dan farmasi sebagai agen sanitasi serta pengawet dapat

menimbulkan obstruksi jalan napas akibat pada klien yang sensitif.

Pajanan biasanya terjadi setelah menelan makanan atau cairan yang

mengandung senyawa ini seperti salad, buah segar, kentang, kerang dan

anggur.

Pencetus-pencetus serangan diatas ditambah dengan pencetus lainnya

dari internal klien akan mengakibatkan timbulnya reaksi antigen dan

antibodi. Reaksi antigen-antibodi ini akan mengeluarkan substansi pereda

alergi yang sebetulnya merupakan mekanisme tubuh dalam menghadapi

serangan. Zat yang dikeluarkan dapat berupa histamin, bradikinin dan

anafilotoksin. Hasil dari reaksi tersebut adalah timbulnya tiga gejala yaitu

terjadinya kontraksi otot polos, peningkatan permeabilitas kapiler dan

peningkatan sekret mukus.

Patofisiologi asma bronkhial dan status asmatikus yang mengarah pada

terjadinya masalah keperawatan dapat dilihat pada gambar bagan dibawah

ini.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/2038/6/6. BAB II.pdf · 2021. 2. 10. · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Penyakit 1. Pengertian Penyakit Menurut Rab (2017),

10

Bagan 2.1 Patofisiologi Asma Bronchial

Sumber : Muttaqin, 2012

Edema mukosa dan dinding bronkhus

Hipersekresi mukus

Hipereaktivitas bronkhus

Peningkatan usaha dan frekuensi pernapasan, penggunaan otot bantu pernapasan

Ketidakefektifan bersihan jalan nafas

Keluhan sistemis, mual, intake nutrisi tidak adekuat, malaise, kelemahan, dan keletihan fisik

Keluhan psikososial, kecemasan, ketidak tahuan akan prognosis

Peningkatan kerja pernapasan, hipoksemia secara reversibel

Perubahan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan

Gangguan pemenuhan ADL

Kecemasan

Ketidaktahua

n/ pemenuhan

informasi

Gangguan

pola tidur

Risiko tinggi ketidakefektifan pola napas

Gangguan pertukaran gas

Status asmatikus

Gagal napas

Kematian

Faktor pencetus serangan asma : alergen, infeksi saluran napas, tekanan jiwa, olahraga/kegiatan jasmani yang berat, obat-obatan, polusi udara,

lingkungan kerja

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/2038/6/6. BAB II.pdf · 2021. 2. 10. · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Penyakit 1. Pengertian Penyakit Menurut Rab (2017),

11

4. Tanda dan Gejala

Menurut Rosdahl & Kowalski (2017), awitan serangan asama terjadi

secara tiba-tiba. Klien mengalami batuk, mengi, sesak nafas disertai dada

yang terasa seperti tertimpa beban berat. Individu mungkin tampak sangat

pucat dan mengalami dipnea, khususnya saat ekspirasi. Ketika serangan

reda, klien dapat membatukkan mukus berwarna putih, kental.

Serangan asma dapat terjadi sesekali atau sering, tetapi individu

seringkali bebas dari gejala asma di antara episode serangan. Asma yang

ditangani dengan buruk disertai serangan yang sering dapat menyebabkan

emfisema. Kondisi pernapasan yang buruk dan kronik dapat menyebabkan

jari gada (clubbing).

Menurut Wahid & Suprapto (2013), pada penderita asma biasanya

ditemukan gejala klinis, yaitu : penderita bernafas cepat dan dalam,

gelisah, duduk dengan menyangga kedepan, serta tampak otot-otot bantu

bekerja keras, sesak nafas, adanya wheezing, batuk, ada sebagian

mengeluh nyeri dada, silent chest (tidak terlihat pergerakan dada),

sianosis, gangguan kesadaran, takikardi dan hiperinflasi dada.

5. Pemeriksaan Diagnostik

Menurut Rab (2017), pemeriksaan diagnostik pada penderita asma

adalah:

1) Pada pemeriksaan sputum ditemukan : kristal-kristal Charcot Leyden

yang merupakan degranaulasi dari kristal eosinophil, terdapat spiral

Curschmann yakni spiral yang merupakan cast cell (sel cetakan) dari

cabang bronkus, terdapatnya creole yang merupakan fragmen dari

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/2038/6/6. BAB II.pdf · 2021. 2. 10. · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Penyakit 1. Pengertian Penyakit Menurut Rab (2017),

12

epitel mucus, dan ditemukan netrofil dan Eosinifil yang terdapat pada

sputum umumnya bersifat mukoid dengan viskositas yang tinggi.

2) Pemeriksaan darah

Leokosit pada penderita asma dapat meningkat atau normal walaupun

terjadi komplikasi. Analisa gas darah pada umumnya normal, akan

tetapi dapat pula terjadi hipoksemia, hiperkapnia atau asidosis.

Kadang-kadang pada darah terdapat peningkatan SGOT dan LDH,

hiponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang diatas 15.000/mm3

dimana menandakan terdapatnya infeksi. Pada pemeriksaan faktor-

faktor alergi terjadi peningkatan dari IgE pada waktu serangan dan

menurun pada waktu bebas dari serangan.

3) Pemeriksaan Radiologi

Gambaran radiologi pada asma umumnya normal. Pada waktu

serangan menunjukkan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni

radiolusen yang bertambah dan pelebaran rongga interkostal, serta

diagfragma yang menurun.

4) Pemeriksaan Faal Paru

Bila FEVI lebih kecil dari 40% maka 2/3 dari pasien akan

menunjukkan penurunan tekanan sistolik dan bila lebih rendah dari

50% maka seluruh pasien akan mengalami penurunan sistolik. Setiap

pasien menunjukkan peningkatan resistensi jalan pernapasan dan

penurunan ekspiratory rate (kecepatan aliran ekspirasi). FEVI menurun

dan penurunannya sejajar dengan penurunan FVC, peningkatan dari

volume paru (RV) hampir terjadi pada seluruh pasien asma, FRC

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/2038/6/6. BAB II.pdf · 2021. 2. 10. · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Penyakit 1. Pengertian Penyakit Menurut Rab (2017),

13

selalu menurun sedangkan penurunan TRC sering terjadi pada asma

yang berat. Perubahan VD/VT disebabkan oleh karena perubahan

ventilasi perfusi, FRC lebih kecil dari 1 liter dan terjadi peningkatan

fluktuasi dari tekanan intrapleura.

5) Elektrokardiografi

Gambar elektrokardiografi yang terjadi selama serangan asma dapat

dibagi menjadi tiga bagian dan disesuaikaan dengan gambaran yang

terjadi pada emfisema paru yakni: perubahan aksis jantung yakni

umumnya terjadi right axis dan deviation clock wise rotation, terdapat

tanda-tanda hipertrofi otot jantung yakni terdapatnya RBBB( right

bundle block) dan tanda-tanda hipoksemia yakni terdapatnya sinus

takikardia, SVES/VES atau terjadinya depresi segmen ST relatif.

6) Skening Paru

Dapat dipelajari bahwa redistribusi selama serangan asma ternyata

tidak menyeluruh pada paru-paru. Sedangkan pemeriksaan xenon 133

melalui pembuluh darah dapat dilihat redistribusi radioaktif tidak

menyeluruh pada kedua paru.

B. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia

Menurut Mubarok & Cahyati (2008), kebutuhan dasar manusia

merupakan suatu yang harus dipenuhi untuk meningkatkan derajat kesehatan.

Menurut Abraham Maslow manusia mempunyai lima kebutuhan dasar yang

dikenal dengan “Hierarki Maslow” lima kebutuhan dasar manusa disusun

bedasarkan yang paling penting hingga kebutuhan yang tidak terlalu penting.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/2038/6/6. BAB II.pdf · 2021. 2. 10. · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Penyakit 1. Pengertian Penyakit Menurut Rab (2017),

14

Berikut urutan menurut Hierarki Maslow: kebutuhan fisiologis (Physiologic

Needs), kebutuhan keselamatan dan rasa aman (Safety and security),

kebutuhan rasa cinta (Love and Belonging Needs), kebutuhan harga diri (Self-

Esteem Needs), kebutuhan aktualisasi diri (Need for Self Actualization).

Kebutuhan fisiologi merupakan kebutuhan paling dasar yang terdiri dari

oksigen, cairan, nutrisi, keseimbangan suhut tubuh, eliminasi, tempat tinggal,

istirahat dan tidur serta kebutuhan seksual.

Menurut Muttaqin (2011), oksigen merupakan gas yang sangat vital dalam

kelangsungan hidup sel dan jaringan tubuh karena oksigen diperlukan untuk

metabolisme tubuh secara terus-menerus. Oksigen diperoleh dari atmosfer

melalui proses bernafas. Pemenuhan kebutuhan oksigen tubuh sangat

ditentukan oleh adekuatnya sistem pernafasan, sistem kardiovaskuler, sistem

hematologi dan sistem saraf pusat.

Pada pasien asma, proses inspirasi terjadi ketika adanya kontraksi yang

minimal dari otot pernapasan yang mengakibatkan diafragma terdorong ke

atas sehingga membutuhkan energi yang tinggi untuk mengangkat rongga

dada dan pengembangan paru menjadi minimal. Hal tersebut menyebabkan

oksigen (O₂) yang masuk ke paru-paru minimal. Pada proses ekspirasi, terjadi

kontraksi otot pernapasan yang minimal, sehingga diafragma terdorong ke

bawah dan karbondioksida (CO₂) yang keluar dari paru-paru sedikit,

akibatnya Arus Puncak Ekspirasi (APE) menurun. Selain itu, penyempitan

bronkus menyebabkan fungsi paru pada penderita asma terjadi penurunan.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/2038/6/6. BAB II.pdf · 2021. 2. 10. · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Penyakit 1. Pengertian Penyakit Menurut Rab (2017),

15

Penyempitan saluran napas menyebabkan spasme otot-otot polos bronkhus

oedema membran mukosa dan hypersekresi mukus. Penyempitan di dalam

saluran napas tersebut akan menyebabkan sulitnya udara yang masuk menuju

paru sehingga kapasitas paru menjadi rendah. Nilai kapasitas vital paru pada

penderita asma cenderung lebih rendah. Hal ini terjadi karena penderita asma

terjadi penyempitan saluran napas sehingga menimbulkan kesulitan bernapas.

Menurut Somantri (2012) Masalah kebutuhan oksigenasi yang dapat

timbul dari kurangnya asupan oksigen adalah:

1) Hipoksia dan Hipoksemia

2) Perubahan pola napas yang terdiri dari takipnea, bradipnea, apnea,

hiperventilasi, hipoventilasi, pernapasan kausmaul, ortopnea dan

dispnea

Pada kasus asma bronchial kebutuhan dasar manusia yang terganggu

adalah kebutuhan fisiologis yang lebih tepatnya adalah kebutuhan oksigen.

Kebutuhan fisiologis oksigen merupakan kebutuhan mutlak yang harus

dipenuhi oleh manusia untuk bertahan hidup.

C. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Tahap ini sangat penting dan menentukan dalam tahap-tahap

selanjutnya. Data yang komprehensif dan valid akan menentukan

penetapan diagnosis keperawatan dengan tepat dan benar, serta selanjutnya

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/2038/6/6. BAB II.pdf · 2021. 2. 10. · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Penyakit 1. Pengertian Penyakit Menurut Rab (2017),

16

akan berpengaruh dalam perencanaan keperawatan. Tujuan dari

pengkajian adalah didapatkannya data yang komprehensif yang

mencangkup data biopsiko dan spiritual (Tarwoto & Wartonah, 2015).

Dari pemeriksaan atau data klien menurut Wijaya & Putri (2013),

Pengkajian identitas klien meliputi nama, usia, jenis kelamin, ras, dll.

Informasi dan diagnosa medik, data riwayat kesehatan, riwayat kesehatan

dahulu: pernah atau tidaknya menderita asma sebelumnya, kelelahan yang

amat sangat dengan sianosis pada ujung jari. Riwayat kesehatan sekarang:

biasanya sesak napas, batuk, lesu, tidak bergairah, pucat, tidak nafsu

makan, sakit pada dada dan pada jalan nafas, sesak setelah melakukan

aktivitas berat, sesak karena perubahan debu dan udara, batuk dan susah

tidur karena nyeri dada. Riwayat kesehatan keluarga: riwayat keluarga

asma, riwayat keluarga menderita penyakit alergi.

Pengkajian aktivitas / istirahat, gejala : keletihan, kelelahan, malaise,

ketidak mampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari karena sulit

bernafas dan ketidak mampuan untuk tidur, dispnea pada saat istirahat dan

aktivitas. Hal ini terjadi karena kemungkinan klien mengalami hipoksia

yang ditandai dengan kelemahan, kecemasan, pusing, penurunan tingkat

kesadaran, penurunan konsentrasi, peningkatan tanda-tanda vital,

distrimia, pucat, sianosis, clubbing dan dispnea. Dispnea saat istirahat

terjadi karena terjadi karena penyempitan saluran napas sehingga

menimbulkan kesulitan bernapas hal ini yang menyebabkan klien sesak

saat ataupun tanpa beraktivitas.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/2038/6/6. BAB II.pdf · 2021. 2. 10. · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Penyakit 1. Pengertian Penyakit Menurut Rab (2017),

17

Pengkajian sirkulasi, gejala : pembengkakan pada ekstremitas bawah.

Karena kurangnya suplay oksigen ke seluruh tubuh termasuk bagian

ekstermitas atau ujung-ujung tubuh dapat menyebabkan peredaran darah

tidak lancar.

Pengkajian integritas ego, gejala : peningkaatn faktor resiko dan

perubahan pola hidup.

Pengkajian makanan dan cairan, gejala : mual atau muntah, nafsu

makan menurun dan ketidak mampuan untuk makan. Klien mengalami

penurunan berat badan atau turgor kulit buruk/kulit kering.

Pengkajian pernafasan, gejala : napas pendek, dada rasa tertekan dan

ketidakmampuan untuk bernafas, batuk dengan produksi sputum berwarna

keputihan, pernapasan cepat, fase ekspirasi panjang, penggunaan otot

bantu pernapasan, suara napas wheezing sepanjang area paru pada

ekspirasi dan selama inspirasi berlanjut sampai penurunan/ tidak adanya

bunyi napas.

Pengkajian keamanan, riwayat reaksi alergi/sensitif terhadap zat. Pada

asma alergik dengan pemicu serangan berupa bahan bahan iritan seperti

debu, tepung serbuk bunga/rumput dan udara.

Pengkajian seksualitas mengalami penurunan libido. Klien yang

mengalami asma akan mudah kelelahan dan cenderung mengurangi

kegiatan yang dapat memicu kekambuhan asma.

l. Pemeriksaan diagnostik

Pada pemeriksaan sinar X (Ro. Thorax) terlihat adanya hiperinflasi

paru-paru diafragma mendatar. Tes Fungsi Paru digunakan untuk

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/2038/6/6. BAB II.pdf · 2021. 2. 10. · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Penyakit 1. Pengertian Penyakit Menurut Rab (2017),

18

menentukan penyebab dispnea, volume residu meningkat, FEV1/FVC

rasio volume ekspirasi kuat dan kapasitas vital. Pada pemeriksaan

AGD ditemukan PaO2 menurun, PaCO2 menurun, dan pH

normal/meningkat. Pemeriksaan sputum (Lab) digunakan untuk

menentukan adanya infeksi, biasanya pada asma tanpa disertai infeksi.

2. Diagnosa Keperawatan

Menurut Carpenito (2009), dalam buku Dokumentasi Keperawatan

(Carpenito 2009), sebagaimana yang dikemukakan Tarwoto dan Watonah

(2015), diagnosis keperawatan adalah pernyataan yang jelas mengenai

status kesehatan atau masalah aktual atau risiko dalam rangka

mengidentifikasi dan menentukan intervensi keperawatan untuk

mengurangi, menghilangkan atau mencegah masalah kesehatan klien yang

ada pada tanggung jawab.

Diagnosa yang mungkin muncul pada klien yang menderita asma

menurut Muttaqin (2012) :

a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya

bronkokontriksi, bronkospasme, edema mukosa dan dinding bronkus

serta sekresi mukus yang kental. Dalam PPNI (2019), batasan

karakteristik untuk diagnosa bersihan jalan nafas tidak efektif, yaitu :

batuk tidak efektif, tidak mampu batuk, sputum berlebih, wheezing dan

/atau ronkhi kering, dispnea, sulit bicara, ortopnea, gelisah, sianosis,

bunyi napas menurun, frekuensi napas berubah, pola napas berubah.

b. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan kelelahan otot bantu

pernafasan. Dalam PPNI (2019), batasan karakteristik untuk diagnosa

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/2038/6/6. BAB II.pdf · 2021. 2. 10. · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Penyakit 1. Pengertian Penyakit Menurut Rab (2017),

19

pola napas tidak efektif, yaitu : dispnea, ortopnea, penggunaan otot

bantu pernapasan, fase ekspirasi memanjang, pola napas abnormal

(takipnea, bradipnea, hiperventilasi, kussmaul, cheyne-stokes)

pernapasan cuping hidung, diameter thoraks antero–posterior

meningkat, ventilasi semenit turun, kapasitas vital menurun, tekanan

ekspirasi menurun, tekanan inspirasi menurun, ekskursi dada berubah.

c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan serangan asma

menetap. Dalam PPNI (2019), batasan karakteristik untuk diagnosa

gangguan pertukaran gas, yaitu: PCO2 meningkat/turun, PO2

menurun, takikardia, pH arteri meningkat/menurun, bunyi napas

tambahan, sianosis, diaforesis, gelisah, napas cuping hidung, pola

napas abnormal, warna kulit abnormal, kesadaran menurun, dispnea,

pengelihatan kabur, pusing.

d. Defisit nutrisi berhubungan dengan penurunan nafsu makan. Dalam

PPNI (2019), batasan karakteristik untuk diagnosa defisit nutrisi, yaitu:

otot menelan lemah, membran mukosa pucat, sariawan, serum albumin

turun, rambut rontok berlebih, diare.

e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik umum,

keletihan. Dalam PPNI (2019), batasan karakteristik untuk diagnosa

intoleransi aktivitas, yaitu: mengeluh lelah, dispnea saat/setelah

aktivitas, merasa tidak nyaman setelah beraktivitas, merasa lemah,

frekuensi jantung meningkat, tekanan darah berubah, gambaran EKG

menunjukan aritmia, gambaran EKG menunjukan iskemia, sianosis.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/2038/6/6. BAB II.pdf · 2021. 2. 10. · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Penyakit 1. Pengertian Penyakit Menurut Rab (2017),

20

f. Gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan.

Dalam PPNI (2019), batasan karakteristik untuk diagnosa gangguan

pola tidur, yaitu: mengeluh sulit tidur, mengeluh sering terjaga,

mengeluh tidak puas tidur, mengeluh pola tidur berubah, mengeluh

istirahat tidak cukup, mengeluh kemampuan beraktivitas menurun.

g. Cemas berhubungan dengan ancaman kematian yang dibayangkan.

Dalam PPNI (2019), batasan karakteristik untuk diagnosa cemas,

yaitu: merasa bingung, merasa khawatir dengan akibat dari kondisi

yang dihadapi, sulit berkonsentrasi, mengeluh pusing, anoreksia,

palpitasi, merasa tidak berdaya, tampak gelisah, tampak tegang, sulit

tidur, frekuensi napas meningkat, frekuensi nadi meningkat, tekanan

darah meningkat, diaforesis, tremor, muka tampak pucat, suara

bergetar, kontak mata buruk, sering berkemih, berorientasi pada masa

lalu.

h. Kurang pengetahuan berhubunga dengan informasi yang tidak adekuat

mengenai proses penyakit dan pengobatan. Dalam PPNI (2019),

batasan karakteristik untuk diagnosa kurang pengetahuan, yaitu:

menanyakan masalah yang dihadapi, menunjukan prilaku tidak sesuai

anjuran, menunjukan persepsi yang keliru terhadap masalah, menjalani

pemeriksaan yang tidak tepat, menunjukan prilaku yang berlebih

(misalnya, apatis, bermusuhan, agitasi, histeria).

3. Rencana Keperawatan

Tahapan perencanaan keperawatan adalah perawat merumuskan

rencana keperawatan menggunakan pengetahuan dan alasan untuk

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/2038/6/6. BAB II.pdf · 2021. 2. 10. · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Penyakit 1. Pengertian Penyakit Menurut Rab (2017),

21

mengembangkan hasil yang diharapkan untuk mengevaluasi asuhan

keperawatan yang diberikan (Suarni & Apriyani, 2017 ).

Tabel daftar perencanaan keperawatan asma bronkhial berdasarkan

masalah keperawatan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 2.2

Rencana Keperawatan

N

O

DIAGNOSA

KEPERAWATAN

NOC NIC

1. Bersihan jalan nafas

tidak efektif b.d

bronkokontriksi,

bronkospasme,

edema mukosa dan

dinding bronkus serta

sekresi mukus yang

kental.

Batasan karakteristik:

a. Batuk tidak

efektif

b. Tidak mampu

batuk

c. Sputum berlebih

d. Whezing dan atau

roncki kering

e. Dispnea

f. Sulit bicara

g. Ortopnea

h. Gelisah

i. Siannosis

Status

Pernafasan :

Kepatenan Jalan

Nafas (0410)

a. Frekuensi

pernafasan

dalam rentang

normal : 16-

24x/menit

b. Irama

pernafasan

teratur

c. Mampu

mengeluarkan

sekret

d. Tidak ada suara

nafas

tambahan:

wheezing,

ronchi,

crackles,

Manajemen Jalan

Nafas (3140)

a. Posisikan pasien

untuk

memaksimalkan

ventilasi

b. Lakukan fisioterapi

dada

c. Motivasi pasien

untuk bernafas

pelan, dalam,

berputar dan batuk

d. Instruksikan

bagaimana cara

agar bisa

melakukan batuk

efektif

e. Auskultasi suara

nafas

f. Kelola pemberian

bronkodilator

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/2038/6/6. BAB II.pdf · 2021. 2. 10. · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Penyakit 1. Pengertian Penyakit Menurut Rab (2017),

22

j. Bunyi napas

menurun

k. Pola napas

berubah.

l. Frekuensi napas

berubah

stridor

e. Dispnea

berkurang

g. Kelola nebulizer

sebagaimana

mestinya

Monitor Pernafasan

(3350)

a. Monitor kecepatan,

irama dan kesulitan

bernafas

b. Monitor suara

nafas tambahan

seperti wheezing,

ronchi, crackles,

stridor

c. Monitor pola nafas

seperti takipnea,

bradipnea, dan

hiperventilasi

d. Monitor keluhan

sesak pasien,

termasuk kegiatan

yang meningkatkan

atau memperburuk

sesak

e. Berikan bantuan

terapi nafas

(misalnya, oksigen,

nebulizer)

2. Pola napas tidak

efektif b.d kelelahan

otot bantu pernafasan

Status

Pernafasan

(0415)

Manajemen Asma

(3210)

a. Dapatkan

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/2038/6/6. BAB II.pdf · 2021. 2. 10. · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Penyakit 1. Pengertian Penyakit Menurut Rab (2017),

23

a. Batasan

karakteristik:

Dispnea

b. Ortopnea

c. Penggunaan otot

bantu pernapasan

d. Fase ekspirasi

memanjang

e. Pola napas

abnormal

(takipnea,

bradipnea,

hiperventilasi,

kussmaul,

cheyne-stokes)

f. Pernapasan

cuping hidung

g. Diameter thoraks

antero –posterior

meningkat

h. Ventilasi semenit

turun

i. Kapasitas vital

menurun

j. Tekanan

ekspirasi

menurun

k. Tekanan inspirasi

menurun

a. Frekuensi

pernafasan

dalam rentang

normal : 16-

24x/menit

b. Irama

pernafasan

teratur

c. Tidak ada

dispnea

d. Tidak ada

batuk

e. Tidak ada suara

nafas

tambahan:

wheezing,

ronchi,

crackles,

stridor

f. Kedalaman

inspirasi dalam

rentang normal

g. Tidak ada

penggunaan

otot bantu

pernafasan

pengukuran

spirometri (rasio

FEV1, FVC,

FEV1/FVC)

sebelum dan

setelah penggunaan

bronkodilator

b. Ajarkan klien

untuk

mengidentifikasi

dan menghindari

pemicu

c. Ajarkan teknik

relaksasi napas

dalam

d. Berikan

pengobatan dengan

tepat sesuai

kebijakan dan

prosedur

e. Kelola nebulizer

sebagaimana

mestinya

f. Catat kapan

terjadinya,

karakteristik dan

durasi batuk

Monitor Pernafasan

(3350)

a. Monitor kecepatan,

irama, kedalaman

dan kesulitan

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/2038/6/6. BAB II.pdf · 2021. 2. 10. · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Penyakit 1. Pengertian Penyakit Menurut Rab (2017),

24

bernafas

b. Monitor suara

nafas tambahan

seperti wheezing,

ronchi, crackles,

stridor

c. Monitor pola nafas

seperti takipnea,

bradipnea,

hiperventilasi

d. Monitor keluhan

sesak pasien,

termasuk kegiatan

yang meningkatkan

atau memperburuk

sesak

e. Berikan bantuan

terapi nafas

(misalnya, oksigen,

nebulizer)

f. Posisikan pasien

untuk

memaksimalkan

ventilasi

3. Gangguan

pertukaran gas b.d

serangan asma

menetap

Batasan karakteristik:

a. PCO2 meningkat/

turun

Status

Pernafasan :

Pertukaran Gas

(0402)

a. Tekanan PaO2

dalam rentang

normal(75-100

Manajemen Jalan

Nafas (3140)

a. Posisikan pasien

untuk

memaksimalkan

ventilasi

b. Lakukan fisioterapi

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/2038/6/6. BAB II.pdf · 2021. 2. 10. · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Penyakit 1. Pengertian Penyakit Menurut Rab (2017),

25

b. PO2 menurun

c. Takikardia

d. pH arteri

meningkat/

menurun

e. Bunyi napas

tambahan

f. Sianosis

g. Diaforesis

h. Gelisah

i. Napas cuping

hidung

j. Pola napas

abnormal

k. Warna kulit

abnormal

l. Kesadaran

menurun

m. Dispnea

n. Pusing

o. Pengelihatan

kabur

mmHg)

b. Tekanan

PaCO2 dalam

rentang

normal(38-

42mmHg)

c. pH arteri dalam

rentang normal

(7,38-7,42)

d. Saturasi

oksigen dalam

rentang

normal(95-

100%)

e. Tidak ada

dispnea

f. Tidak ada

sianosis

dada

c. Motivasi pasien

untuk bernafas

pelan, dalam,

berputar dan batuk

d. instruksikan

bagaimana cara

agar bisa

melakukan batuk

efektif

e. Auskultasi suara

nafas

f. Kelola pemberian

bronkodilator

g. Kelola nebulizer

sebagaimana

mestinya

Terapi Oksigen

(3320

a. Pertahankan

kepatenan jalan

napas

b. Berikan oksigen

tambahan

c. Monitor aliran

oksigen

d. Rubah pemberian

oksigen dari

masker ke nasal

kanul saat makan

e. Sediakan oksigen

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/2038/6/6. BAB II.pdf · 2021. 2. 10. · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Penyakit 1. Pengertian Penyakit Menurut Rab (2017),

26

ketika pasien

dibawa/

dipindahkan

Monitor Pernafasan

(3350)

a. Monitor kecepatan,

irama dan kesulitan

bernafas

b. Monitor suara

nafas tambahan

seperti wheezing,

ronchi, crackles,

stridor

c. Monitor saturasi

oksigen

d. Monitor pola nafas

seperti: takipnea,

bradipnea,

hiperventilasi

e. Monitor keluhan

sesak pasien,

termasuk kegiatan

yang meningkatkan

atau memperburuk

sesak

f. Berikan bantuan

terapi nafas

(misalnya, oksigen,

nebulizer)

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/2038/6/6. BAB II.pdf · 2021. 2. 10. · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Penyakit 1. Pengertian Penyakit Menurut Rab (2017),

27

4. Defisit Nutrisi b.d

penurunan nafsu

makan

a. Batasan

karakteristik:

Cepat kenyang

b. Kram/nyeri

abdomen

c. Nafsu makan

menurun

d. Berat badan

menurun

e. Bising usus

hiperaktif

f. Otot pengunyah

lemah

g. Otot menelan

lemah

h. Membran mukosa

pucat

i. Sariawan

j. Serum albumin

turun

k. Rambut rontok

berlebih

l. Diare.

Status Nutrisi

(1004)

a. Asupan gizi

terpenuhi

b. Asupan

makanan

terpenuhi

c. Asupan cairan

terpenuhi

Status Nutrisi :

Asupan Nutrisi

(1009)

a. Asupan kalori

terpenuhi

b. Asupan protein

terpenuhi

c. Asupan

karbohidrat

terpenuhi

d. Asupan serat

terpenuhi

e. Asupan vitamin

terpenuhi

f. Asupan

kalsium

terpenuhi

Manajemen

Gangguan Makan

(1030)

a. Tentukan

pencapaian berat

badan harian

sesuai keinginan

b. Monitor prilaku

pasien yang

berhubungan

dengan pola

makan

c. Monitor berat

badan secara rutin

Manajemen Nutrisi

(1100)

a. Tentukan status

gizi pasien dan

kemampuan

untuk memenuhi

kebutuhan gizi

b. Identifikasi

adanya alergi atau

intoleransi

makanan

c. Tentukan apa

yang menjadi

preferensi

makanan bagi

pasien

d. Tentukan jumlah

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/2038/6/6. BAB II.pdf · 2021. 2. 10. · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Penyakit 1. Pengertian Penyakit Menurut Rab (2017),

28

kalori dan jenis

nutrisi yang

dibutuhkan untuk

memenuhi

persyaratan gizi

e. Pastikan makanan

disajikan secara

menarik dan pada

suhu yang paling

cocok

Bantu Peningkatan

Berat Badan (1240)

a. Diskusikan

kemungkinan

penyebab berat

badan berkurang

b. Monitor mual

muntah

c. Kaji penyebab

mual muntah dan

tangani dengan

tepat

d. Dukung

peningkatan

asupan kalori

e. Kaji makanan

kesukaan pasien

f. Sediakan

suplemen

makanan jika

diperlukan

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/2038/6/6. BAB II.pdf · 2021. 2. 10. · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Penyakit 1. Pengertian Penyakit Menurut Rab (2017),

29

5. Intoleransi Aktivitas

b.d kelemahan fisik

umum, keletihan

a. Batasan

karakteristik

Mengeluh lelah

b. Dispnea

saat/setelah

aktivitas

c. Merasa tidak

nyaman setelah

beraktivitas

d. Merasa lemah

e. Frekuensi jantung

meningkat

f. Tekanan darah

berubah

g. Gambaran EKG

menunjukan

aritmia

h. Gambaran EKG

menunjukan

iskemia

i. Sianosis.

Toleransi

Terhadap

Aktivitas (0005)

a. Kemudahan

bernafas ketika

beraktifitas

tidak

teraganggu

b. Kemudahan

dalam

melakukan

Aktivias Hidup

Harian

(Activities of

daily Living/

ADL) tidak

terganggu

c. Klien mampu

untuk berbicara

ketika

melakukan

aktivitas fisik

d. Jarak berjalan

tidak terganggu

Terapi Aktivitas

(4310)

a. Bantu klien

mengeksplorasi

tujuan dan

aktivitas yang

biasa dilakukan

b. Bantu pasien

identifikasi

aktivitas yang

diinginkan

c. Bantu klien dan

keluarga

mengidentifikasi

kelemahan

beraktifitas

d. Dorong aktivitas

kreatif yang tepat

Manajemen Energi

(0180)

a. Anjurkan

aktivitas fisik

sesuai

kemampuan

pasien

b. Bantu pasien

dalam aktivitas

sehari-hari sesuai

kebutuhan

c. Evaluasi secara

bertahap

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/2038/6/6. BAB II.pdf · 2021. 2. 10. · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Penyakit 1. Pengertian Penyakit Menurut Rab (2017),

30

peningkatan

aktivitas pasien

6. Gangguan Pola

Tidur b.d hambatan

lingkungan

Batasan karakteristik:

a. Mengeluh sulit

tidur

b. Mengeluh sering

terjaga

c. Mengeluh tidak

puas tidur

d. Mengeluh pola

tidur berubah

e. Mengeluh

istirahat tidak

cukup

f. Mengeluh

kemampuan

beraktivitas

menurun.

Tidur (0004)

a. Jam tidur

dalam rentang

normal: 7-8

jam

b. Pola tidur tidak

terganggu

c. Kualitas tidur

tidak terganggu

d. Tidak ada

kesulitan

memulai tidur

Peningkatan Tidur

(1850)

a. Jelaskan

pentingnya tidur

b. Monitor pola tidur

dan jumlah jam

tidur

c. Bantu untuk

menghilangkan

situasi stres

sebelum tidur

dengan nafas

dalam

d. Anjurkan pasien

untuk menghindari

makan dan minum

yang dapat

mengganggu tidur

e. Anjurkan untuk

tidur siang

f. Terapkan langkah-

langkah

kenyamanan (pijat,

posisi dan

sentuhan)

g. Sesuaikan

lingkungan

(cahaya,

kebisingan, suhu)

7. Cemas b.d ancaman Tingkat Pengurangan

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/2038/6/6. BAB II.pdf · 2021. 2. 10. · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Penyakit 1. Pengertian Penyakit Menurut Rab (2017),

31

kematian yang

dibayangkan

a. Batasan

karakteristik:

Merasa bingung

b. Merasa khawatir

dengan kondisi

yang dihadapi

c. Sulit

berkonsentrasi

d. Mengeluh pusing

e. Anoreksia

f. Palpitasi

g. Merasa tidak

berdaya

h. Tampak gelisah

i. Tampak tegang

j. Sulit tidur

k. Frekuensi napas

meningkat

l. Frekuensi nadi

meningkat

m. Tekanan darah

meningkat

n. Diaforesis

o. Tremor

p. Muka pucat

q. Suara bergetar

r. Kontak mata

buruk

s. Sering berkemih

t. Berorientasi pada

Kecemasan

(1211)

a. Tidak ada

perasaan

gelisah

b. Tidak ada

wajah tegang

c. Masalah

prilaku tidak

terganggu

d. Mampu

berkonsentras

e. Tidak ada

peningkatan

tekanan darah

f. Tidak ada

peningkatan

frekuensi nadi

g. Tidak ada

berkeringat

dingin

Kecemasan

(5820)

a. Gunakan

pendekatan yang

tenang dan

menyakinkan

b. Berikan informasi

aktual terkait

diagnosis,

perawatan dan

prognosis

c. Berada disisi

klien untuk

meningkatkan

rasa aman dan

mengurangi

ketakutan

d. Dorong keluarga

untuk

mendampingi

klien dengan cara

yang tepat

e. Dengarkan klien

f. Identifikasi saat

terjadi perubahan

tingkat

kecemasan

g. Bantu klien untuk

mengidentifikasi

situasi yang

memicu

kecemasan

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/2038/6/6. BAB II.pdf · 2021. 2. 10. · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Penyakit 1. Pengertian Penyakit Menurut Rab (2017),

32

masa lalu.

h. Instruksikan klien

untuk

menggunakan

teknik relaksasi

nafas dalam

i. Kaji untuk tanda

verbal dan non

verbal

kecemasan.

8. Kurang

pengetahuan b.d

informasi yang tidak

adekuat mengenai

proses penyakit dan

pengobatan, yaitu :

Batasan karakteristik:

a. Menanyakan

masalah yang

dihadapi

b. Menunjukan

prilaku tidak

sesuai anjuran

c. Menunjukan

persepsi yang

keliru terhadap

masalah

d. Menjalani

pemeriksaan

yang tidak tepat

e. Menunjukan

prilaku yang

Pengetahuan :

Manajemen

Asma (1832)

a. Mampu

mengetahui

tanda dan

gejala asma

b. Mampu

mengetahui

manajemen

penyakit

c. Mampu

mengetahui

penyebab dan

faktor-faktor

yang

berkontribusi

d. Mampu

mengetahui

komplikasi

potensial asma

e. Mengetahui

Manajemen Asma

(3210)

a. Ajarkan

penggunaan

pengobatan dan

alat

b. Ajarkan klien

untuk

mengidentifikasi

dan menghindari

pemicu

c. Ajarkan teknik

relaksasi napas

dalam

d. Bantu untuk

mengenal tanda

dan gejala

sebelum terjadi

reaksi asma

Pengajaran : Proses

Penyakit(5602)

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/2038/6/6. BAB II.pdf · 2021. 2. 10. · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Penyakit 1. Pengertian Penyakit Menurut Rab (2017),

33

berlebih

terapi obat

yang digunakan

a. Kaji tingkat

pengetahuan

pasien terkait

proses penyakit

b. Jelaskan

patofisiologi

penyakit

c. Identifikasi

kemungkinan

penyebab

d. Jelaskan

komplikasi yang

mungkin ada.

4. Implementasi Keperawatan

Menururt Tarwoto & Wartonah (2015), Implementasi merupakan

tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana keperawatan. Tindakan

keperawatan mencangkup tindakan mandiri (independen) dan tindakan

kolaborasi.

Perencanaan yang dapat diimplementasikan tergantung pada aktivitas

berikut ini: kesinambungan pengumpulan data, penentuan prioritas, bentuk

intervensi keperawatan, dokumentasi asuhan keperawatan, pemberian

catatan perawatan secara verbal dan mempertahankan rencana pengobatan.

Menurut Wahid & Suprapto (2013), Penatalaksanaan asma, yakni :

Pengobatan farmakologi berupa pemberian bronkodilator yaitu obat

yang melebarkan saluran nafas, ketolifen yaitu obat pencegah

terhadap asma dan pengobatan kortikosteroid hidrokortison.

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/2038/6/6. BAB II.pdf · 2021. 2. 10. · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Penyakit 1. Pengertian Penyakit Menurut Rab (2017),

34

Pengobatan non farmakologik berupa penyuluhan, menghindari

faktor pencetus, pemberian cairan, fisioterapi nafas (senam asma) dan

pemberian oksigen bila perlu.

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi merupakan tahap akhir dalam proses keperawatan untuk dapat

menentukan keberhasilan dalam asuhan keperawatan. Evaluasi pada

dasarnya adalah membandingkan status keadaan kesehatan pasien dengan

tujuan atau kriteria hasil yang telah ditetapkan (Tarwoto & Wartonah,

2015).

Untuk penentuan masalah teratasi, teratasi sebagian atau tidak teratasi

dengan cara membandingkan SOAP dengan tujuan dan kriteria hasil yang

telah ditetapkan (Suarni & Apriyani 2017).

S : Subjektif adalah informasi berupa ungkapan yang didapat dari klien

setelah tindakan diberikan.

O : Objektif adalah informasi yang didapat berupa hasil pengamatan,

penilaian, pengukuran yang dilakuakn oleh perawat setelah tindakan

dilakukan.

A : Analisis adalah membandingkan antara informasi subjektif dan

objektif dengan tujuan dan kriteria hasil, kemudian diambil kesimpulan

bahwa masalah teratasi, teratasi sebagian, atau tidak teratasi.

P : Planing adalah rencana keperawatan lanjutan yang akan dilakukan

berdasarkan hasil analisa.