BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/43055/3/jiptummpp-gdl-litasavitr-51044... ·...

33
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Tea Tree Oil 2.1.1 Sejarah Tanaman Tea Tree Oil Banyak obat komplementer dan alternatif telah mengalami peningkatan popularitas dalam beberapa dekade terakhir. Upaya untuk memvalidasi penggunaan dalam melihat sifat terapeutik obat-obatan tersebut di bawah pengawasan secara in vitro, dan dalam beberapa kasus in vivo. Salah satu produk tersebut adalah minyak pohon teh (Tea Tree Oil), minyak esensial atsiri terutama berasal dari tanaman asli Melaleuca alternifolia dari Australia. Sebagian besar di gunakan sebagai antimikroba, dan di gunakan sebagai bahan aktif dalam formulasi sediaan topikal yang di gunakan untuk mengobati infeksi kulit di Negara Australia, Eropa, dan Amerika Utara (Carson et al., 2006). Komponen yang paling berlimpah dalam Tea Tree Oil adalah terpinen-4-ol. Tea Tree Oil memiliki aktivitas antimikroba spektrum luas dan memiliki aktivitas antibakteri dalam kerusakan membran sel non spesifik. Studi klinis dengan produk Tea Tree Oil telah menunjukkan khasiat untuk beberapa penyakit seperti, jerawat, kandidiasis oral, tinea, onikomikosis, dan moluskum kontagiosum (Hammer, 2014). Terpenin-4-ol adalah agen yang ampuh untuk membunuh bakteri Staphylococcus aureus dan koagulase Staphylococcus negativ. Dalam sebuah penelitian menunjukkan bahwa Tea Tree Oil di gunakan pada konsentrasi 10% memiliki efek yang sebanding dengan mupirocin topikal terhadap bakteri S. aureus. Tea Tree Oil dapat menjadi antioksidan

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/43055/3/jiptummpp-gdl-litasavitr-51044... ·...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/43055/3/jiptummpp-gdl-litasavitr-51044... · 2019-01-08 · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Tea Tree Oil 2.1.1 Sejarah Tanaman Tea Tree

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Tea Tree Oil

2.1.1 Sejarah Tanaman Tea Tree Oil

Banyak obat komplementer dan alternatif telah mengalami peningkatan

popularitas dalam beberapa dekade terakhir. Upaya untuk memvalidasi

penggunaan dalam melihat sifat terapeutik obat-obatan tersebut di bawah

pengawasan secara in vitro, dan dalam beberapa kasus in vivo. Salah satu produk

tersebut adalah minyak pohon teh (Tea Tree Oil), minyak esensial atsiri terutama

berasal dari tanaman asli Melaleuca alternifolia dari Australia. Sebagian besar di

gunakan sebagai antimikroba, dan di gunakan sebagai bahan aktif dalam formulasi

sediaan topikal yang di gunakan untuk mengobati infeksi kulit di Negara Australia,

Eropa, dan Amerika Utara (Carson et al., 2006).

Komponen yang paling berlimpah dalam Tea Tree Oil adalah terpinen-4-ol. Tea

Tree Oil memiliki aktivitas antimikroba spektrum luas dan memiliki aktivitas

antibakteri dalam kerusakan membran sel non spesifik. Studi klinis dengan produk

Tea Tree Oil telah menunjukkan khasiat untuk beberapa penyakit seperti, jerawat,

kandidiasis oral, tinea, onikomikosis, dan moluskum kontagiosum (Hammer,

2014).

Terpenin-4-ol adalah agen yang ampuh untuk membunuh bakteri

Staphylococcus aureus dan koagulase Staphylococcus negativ. Dalam sebuah

penelitian menunjukkan bahwa Tea Tree Oil di gunakan pada konsentrasi 10%

memiliki efek yang sebanding dengan mupirocin topikal terhadap bakteri S.

aureus. Tea Tree Oil dapat menjadi antioksidan

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/43055/3/jiptummpp-gdl-litasavitr-51044... · 2019-01-08 · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Tea Tree Oil 2.1.1 Sejarah Tanaman Tea Tree

7

alternative yang baik, antioksidan tersebut terkandung dalam a-terpinen, a-

terpinolen, c-terpinen yang terdapat pada minyak mentah Tea Tree Oil yang telah

di pisahkan. Minyak Tea Tree Oil dapat membunuh jamur Candida secara in vitro,

dalam percobaan terkontrol acak (RCT) secara double blind dengan kadar Tea

Tree Oil sebanyak 25% dan 50% menunjukkan respon klinis dalam pengobatan

interdigital tinea pedis. Setelah itu telah di buktikan bahwa 2% butenafine

hidroklorida dan 5% Tea Tree Oil menyembuhkan 80% pada pasien onikomikosis

dengan tidak terjadinya relapse. Sebuah analisis secara in vitro sederhana

menunjukkan bahwa tidak ada tungau dari Sarcoptes scabiei var. hominis selama

tiga jam paparan dengan Tea Tree Oil. Penelitian lain menunjukkan penerapan 5%

Tea Tree Oil dengan komponen aktif terpinen-4-ol sangat efektif dalam

mengurangi waktu kelangsungan hidup Sa. Scabiei var. hominis (Pazyar dkk,

2012). Tea Tree Oil telah terbukti dapat meningkatkan deferensiasi monositik

secara in vitro, dan mengurangi peradangan sehingga membantu penyembuhan

luka kronis dengan adanya zat berkhasiat terpinen-4-ol yang telah terbukti dapat

menekan mediator inflamasi oleh monosit aktif secara in vitro (Stea et al., 2014).

Pada kasus impetigo di rekomendasikan untuk menggunakan perawatan dengan

bahan herbal yaitu dengan menggunakan Tea Tree Oil, dalam suatu penelitian

menunjukkan bahwa dengan menggunakan salep Tea Tree Oil efektif untuk

mengatasi impetigo dengan tingkat kesembuhan 81% (Adams et al., 2014).

Penggunaan Tea Tree Oil sebagai obat topikal bila minyak diformulasikan

dalam basis yang sesuai dalam bentuk sediaan krim, salep, dan gel dengan

konsentrasi 25% di terapkan sehari sekali sealama 21 hari, dalam penggunaan

tersebut tidak menyebabkan iritasi pada kulit, hal ini menunjukkan bahwa Tea

Tree Oil aman di gunakan sebagai obat topical (Thomas et al., 2016).

Pada sebuah penelitian uji coba terkontrol secara acak yang telah menguji

penggunaan Tea Tree Oil dengan konsentrasi 10% di bandingkan dengan krim

sulfadiazine 1% untuk mengatasi bakteri S. aureus yang resisten terhadap

methicillin di dadapatkan hasil bahwa Tea Tree Oil lebih efektif daripada

menggunakan terapi standar pada situs tubuh superfisial termasuk lesi kulit

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/43055/3/jiptummpp-gdl-litasavitr-51044... · 2019-01-08 · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Tea Tree Oil 2.1.1 Sejarah Tanaman Tea Tree

8

terbuka, serta tidak ada efek samping pada penggunaan Tea Tree Oil (Low et al.,

2016).

2.1.2 Klasifikasi Tanaman Tea Tree Oil

a) Taksonomi

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Myrtales

Famili : Myrtaceae

Genus : Melaleuca

Spesies : Melaleuca alternifolia

(Depkes RI, 2006)

b) Nama Lain

Melaleuca, Tea Tree, Manuka .

c) Morfologi Tanaman

1) Batang

Bentuk batang tegak dan bulat, konsistensinya keras dengan

permukaan halus dan berwarna putih abu-abu.

2) Tipe daun tunggal berseling dan berwarna hijau. Panjang daun 2-3 cm,

dengan lebar 0,1- 0,2 cm. Pertulangan daun membujur, daging daun

tipis dan permukaannya halus.

3) Bunga

Tipe bunga majemuk dan tidak bertangkai. Mahkota bunga sebanyak 5

helai, berbentuk bulat telur dan berwarna putih.

4) Akar

Tipe akar tunggang, dan berwarna cokelat.

(Depkes RI, 2006)

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/43055/3/jiptummpp-gdl-litasavitr-51044... · 2019-01-08 · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Tea Tree Oil 2.1.1 Sejarah Tanaman Tea Tree

9

Gambar 2.1 Tanaman Melaleuca alternifolia (http://www.onlineplantguide.com)

2.1.3 Kandungan Kimia Tanaman

Tea Tree Oil terdiri dari senyawa hidrokarbon yaitu terpen, terutama

monoterpen, seskuiterpen, dan alkohol. Terpen adalah senyawa volatile,

hidrokarbon aromatik dapat dianggap sebagai polimer dari isoprena yang memiliki

rumus molekul C5H8 (Carson et al., 2006). Tea Tree Oil memiliki kepadatan

relatif dari 0,885-0,906, sedikit larut dalam air, dan larut dalam pelarut nonpolar

(ISO, 2004). Tea Tree Oil berwarna kuning atau kuning pucat, dan mempunyai

bau mint seperti champor (Groot dkk, 2016).

Penyimpanan Tea Tree Oil adalah dengan cara di simpan pada botol tertutup

rapat dan terhindar dari cahaya matahari, panas, dan udara. Stabilitas Tea Tree Oil

juga berkurang karena penyimpanan yang lama (Yadav, 2016).

Tea Tree Oil mengandung hampir 100 komponen, mayoritas monoterpen dan

alcohol (Papadopoulos, 2008). Memiliki kandungan minimal 30% dari terpinen-4-

ol dan kandungan maksimal 15% dari 1,8-cineol. Terpinen-4-ol adalah komponen

utama Tea Tree Oil yang mempunyai sifat anti mikroba dan anti inflamasi yang

kuat (Mondello, 2006). Tea Tree Oil mempunyai sifat anti inflamasi dengan

menekan produksi superoksida dan sitokin proinflamasi, yang di buktikan dengan

pengurangan peradangan (Tighe at al., 2013). Pada penyimpanan Tea Tree Oil

dapat merubah gradiennya, sehingga dapat meningkatkan kadar simen dan

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/43055/3/jiptummpp-gdl-litasavitr-51044... · 2019-01-08 · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Tea Tree Oil 2.1.1 Sejarah Tanaman Tea Tree

10

menurunkan tingkat terpinen. Tea Tree Oil memunyai enam chemotypes, yang

merupakan minyak dengan komposisi kimia yang berbeda, yang terdiri dari

chemotypeterpinen-4-ol, achemotype terpinolen, dan empat 1,8-cineol (Homer,

2000). Dalam produksi komersial Tea Tree Oil yang di gunakan adalah kandungan

chemotype terpinen-4-ol (Carson, 2006). Komponen dan komposisi dari tanaman

Melaleuca alternifolia dapat di lihat pada tabel II.1:

Tabel II.1 Komponen dan Komposisi Tanaman Melaleuca alternifolia

(Carson et al., 2006)

Komponen Komposisi

1. Terpinen-4-ol

2. ɣ-terpinen

3. α-terpinen

4. 1,8-cineol

5. Terpinolen

6. P-simen

7. α-pinen

8. α-terpineol

9. Aromadendren

10. δ-cadinen

11. Limonen

12. Sabinen

13. Globulol

14. Viridiflorol

40,1%

23,0%

10,4%

5,1%

3,1%

2,9%

2,6%

2,4%

1,5%

1.3%

1,0%

0,2%

0,2%

0,1%

2.1.4 Mekanisme Antibakteri Tea Tree Oil

Terpinen-4-ol adalah agen yang efektif melawan Methicillin Resistant

Staphylococcus aureus (MRSA) dan Coagulase Negative Staphylococcus (CoNS).

Pada sebuah penelitian menunjukkan bahwa Tea Tree Oil digunakan 10%

mempunyai efek sebanding dengan penggunaan mupirocin topikal terhadap S.

aureus. Selain itu mencuci dengan 5% Tea Tree Oil efektif dalam menghilangkan

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/43055/3/jiptummpp-gdl-litasavitr-51044... · 2019-01-08 · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Tea Tree Oil 2.1.1 Sejarah Tanaman Tea Tree

11

MRSA dari kulit. Pada penelitian lain menyatakan bahwa Tea Tree Oil

memberikan efek bakteriostatik dan bakteriosidal pada sitoplasma bakteri S.aureus

secara in vitro (Christopher et al., 2003). Dengan adanya spektrum luas dari Tea

Tree Oil dan efek merusak membran akan menyebabkan peningkatan difusi

melalui dinding sel dan masuk ke daerah fosfolipid struktur membrane sel.

Mekanisme terpinen-4-ol untuk membunuh bakteri yaitu dengan merusak dinding

sel bakteri, ditunjukkan dengan hilangnya materi inti sel dan K+, mengganggu

keseimbangan garam dalam sel, dan adanya penghambatan respirasi glukosa

dalam pengamatan mikroskop electron setelah dilakukan pemberian Tea Tree Oil

secara in vitro pada bakteri S. aureus (Cox et al., 2000) .

Terpine-4-ol komponen antimikroba pada Tea Tree Oil yang dapat

menyebabkan kebocoran sel, dan membuat sel-sel rentan terhadap NaCl. Tea Tree

Oil menunjukkan efek antimikroba melalui lisis sel dan kehilangan integritas

membrane yang menyebabkan kebocoran ion dan penghambatan respirasi (Fong et

al., 2014).

Tea Tree Oil dapat mengendalikan strain bakteri dengan cara yang sangat

efisien pada konsentrasi penggunaan yang sangat rendah, hal ini menunjukkan

bahwa dirinya adalah agen antibakteri yang sangat baik (Falci et al., 2015).

2.2 Bakteri Staphylococcus aureus

Staphylococcus aureus merupakan bakteri dari famili Micrococcaceae yang

termasuk bakteri gram positif, bakteri ini di bedakan dari spesies Staphylococcal

lainnya atas dasar pigmentasi koloni emas dan hasil positif dari koagulase,

fermentasi manitol, dan tes deoksiribonuklease. Dinding sel bakteri ini tersusun

atas 50% peptidoglikan berat, yang terdiri dari sub unit sakarida yaitu, N- asetil

glukosamin, dan asam N- asetilmuramik. S. aureus merupakan penyebab utama

infeksi kulit, jaringan lunak, pernafasan, tulang, sendi, dan gangguan endovascular

(Franklin, 1998).

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/43055/3/jiptummpp-gdl-litasavitr-51044... · 2019-01-08 · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Tea Tree Oil 2.1.1 Sejarah Tanaman Tea Tree

12

2.2.1 Klasifikasi Staphylococcus aureus

Domain : Bacteria

Kingdom : Eubacteria

Phylum : Firmicutes

Class : Bacilli

Order : Bacillales

Family : Staphylococcus

Spesies : Staphylococcus aureus

(Brooks, 1995)

2.2.2 Morfologi dan Identifikasi Staphylococcus aureus

a. Ciri khas

Staphylococcus aureus sel berbentuk coccus dengan diameter 1μm. Tersusun

dalam bentuk kluster yang tidak teratur. Merupakan coccus tunggal

berpasangan, tetrad, dan bentuk rantai juga terlihat di biakan cair, spesies

micrococcus sering menyerupai. Koloni Staphylococcus aureus dapat

berwarna kuning, merah, atau jingga (Brooks dkk, 2005).

b. Biakan

Staphylococcus aureus tumbuh dengan baik pada berbagai media bakteriologi

di bawah suasana aerobic atau microaerofilik. Tumbuh cepat pada temperatur

370C namun membentuk pigmen yang terbaik pada temperatur kamar (20-

350C). Koloni pada media yang padat berbentuk bulat, lembut, dan

mengkilap. Biasanya membentuk koloni abu-abu hingga kuning emas. Jika

pada media cair tidak ada pigmen yang di hasilkan secara anaerobic (Brooks

dkk, 2005).

c. Karakteristik Pertumbuhan

Staphylococcus aureus dapat merugikan karbohidrat dengan membentuk asam

laktat tetapi tidak menghasilkan gas. Staphylococcus aureus telatif resisten

terhadap pengeringan panas (lahan pada suhu 500C selama 30 menit) dan

NaCl 9% tetapi mudah di hambat oleh bahan kimia tertentu seperti

heksaklorofen 3% (Jawetz et al., 2007).

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/43055/3/jiptummpp-gdl-litasavitr-51044... · 2019-01-08 · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Tea Tree Oil 2.1.1 Sejarah Tanaman Tea Tree

13

d. Patogenesis

Kemampuan patogenik dari Staphylococcus aureus adalah pengaruh

gabungan antara faktor ekstraseluler dan toksin bersama dengan sifat daya

sebar invasif. Pada satu sisi semata-mata diakibatkan oleh ingestienterotoksin,

pada sisi lain adalah bakterimia, dan abses pada berbagai organ. Peranan

berbagai bahan ekstraseluler pada pathogenesis berasal dari sifat masing-

masing bahan.

S. aureus yang patogenik dan yang invasif menghasilkan koagulase dan

cenderung menghasilkan pigmen kuning dan menjadi hemolitik. Sedangkan

yang non patogenik dan non invasif cenderung menjadi non hemolitik

(Brooks dkk, 2005)

e. Patologi

S. aureus dapat menyebabkan terjadinya berbagai jenis infeksi mulai dari

infeksi kulit, keracunan makanan, sampai dengan infeksi sistemik.Infeksi kulit

yang biasanya di sebabkan oleh Staphylococcus aureus yaitu impetigo,

selulitis, folikulitis, dan abses (Salmenlina, 2002).

Gambar 2.2 Bakteri S.aureus (Healthhype.com)

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/43055/3/jiptummpp-gdl-litasavitr-51044... · 2019-01-08 · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Tea Tree Oil 2.1.1 Sejarah Tanaman Tea Tree

14

2.3 Antibakteri

2.3.1 Definisi Antibakteri

Antibakteri terdapat pada produk metabolit yang terkandung pada organisme

tertentu, pada pemberiannya dalam jumlah amat kecil dapat merusak atau

menghambat mikroorganisme lain (Pelczar dan Chan, 1988).

Antibakteri adalah sifat dari suatu zat yang dapat membasmi bakteri, terutama

bakteri patogen. Zat antibakteri harus mempunyai toksisitas selektif, yaitu

berbahaya bagi parasit, tetapi aman bagi inangnya. Berdasarkan sifat toksisitasnya,

sifat bakteri di bagi menjadi dua yaitu bakteriostatik, dan bakterisid. Dimana

bakteriostatik mempunyai daya untuk menghambat pertumbuhan bakteri dengan

mempengaruhi sintesis protein sedangkan bakterisid memmpunyai mekanisme

mempengaruhi pembentukan dinding sel atau permeabilitas membran sel yang

bersifat membunuh bakteri (Xia et al., 2010).

Terdapat dua kategori efektifitas spectrum dari antimicrobial yaitu, broad

spectrum antibiotic dan narrow spectrum antibiotic. Broad spectrum antibiotic

merupakan antibiotik yang dapat merusak beberapa tipe bakteri seperti gram positif

dan bakteri gram negatif, sedangkan narrow spectrum antibiotic merupakan

antibiotik yang dapat merusak segolongan kecil bakteri misalnya hanya bakteri

gram negatif atau bakteri gram positif saja (Betsy dan Keogh, 2005).

2.3.2 Pemakaian Antibakteri

Antibiotika pertama kali di temukan oleh Paul Ehlrich pada tahun 1910,

sampai saat ini antibiotik masih banyak di gunakan dalam penanganan kasus-kasus

infeksi. Pemakaiannya selama lima dekade terakhir mengalami peningkatan yang

signifikan, hal ini tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga menjadi masalah yang

serius di Negara maju seperti Amerika Serikat (Akalin, 2002). Menurut Menteri

Kesehatan sekitar 92% masyarakat di Indonesia tidak menggunakan antibiotik

secara tepat, apabila antibiotik tersebut di gunakan secara tepat akan memberikan

suatu kondisi yang lebih baik, begitupun sebaliknya apabila antibiotik di salah

gunakan maka akan memberikan dampak yang buruk bagi kesehatan masyarakat.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/43055/3/jiptummpp-gdl-litasavitr-51044... · 2019-01-08 · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Tea Tree Oil 2.1.1 Sejarah Tanaman Tea Tree

15

Adanya kuman-kuman yang rentan terhadap salah satu atau beberapa jenis

antibiotika tertentu akan menyulitkan pengobatan. Pemakaian pengobatan lini

pertama yang sudah tidak mampu mengatasi bakteri akan diganti dengan lini ke dua

dan bahkan diganti dengan lini ke tiga, dimana harga dari antibiotik lini ke dua dan

lini ke tiga relatif lebih mahal di banding dengan lini pertama. Hal ini jelas sangat

merugikan pasien (APUA, 2011).

2.3.3 Mekanisme Kerja Antibakteri

Mekanisme antibakteri dapat di lakukan dengan empat cara yaitu, (Jawetz et

al, 2007):

1. Penghambatan Dinding Sel

Bakteri mempunyai lapisan luar yang kuat, yaitu dinding sel. Fungsi dari

dinding sel adalah mempertahankan bentuk bakteri dan pelindung sel

bakteri yang mempunyai tekanan osmotik tinggi. Terdapat bagian penting

dari dinding sel yang berfungsi untuk mempertahankan bentuk

mikroorganisme dan menahan sel bakteri, yaitu peptidoglikan. Mekanisme

kerja antibakteri yaitu dengan cara merusak dinding sel bakteri.

2. Penghambatan Sintesis Protein

Penghambatan sintesis protein di lakukan dengan menghambat perlekatan

tRNA dan mRNA ke ribosom, yang akan mengganggu proses translasi

dan transkripsi.

3. Pengubahan Fungsi Membran Plasma

Membran sitoplasma mempertahankan bahan tertentu di dalam sel serta

mengatur aliran keluar masuknya bahan lain. Membran akan memelihara

integritas komponen seluler. Kerusakan pada membrane tersebut

mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan sel atau sel akan mengalami

kematian.

4. Penghambatan Sintesis Asam Nukleat

DNA, RNA, dan protein mempunyai peranan yang penting di dalam

kehidupan sel. Jika terdapat gangguan pada pembentukan atau pada fungsi

zat-zat dapat mengakibatkan kerusakan total pada sel. Bahan antibakteri

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/43055/3/jiptummpp-gdl-litasavitr-51044... · 2019-01-08 · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Tea Tree Oil 2.1.1 Sejarah Tanaman Tea Tree

16

dapat menghambat pertumbuhan bakteri dengan ikatan yang sangat kuat

pada enzim DNA Dependent dan RNA Polymerase sehingga dapat

menghambat sintesis RNA bakteri.

Menurut Madigan et al., 2000, berdasarkan sifat toksisitas selektif,

senyawa antibakteri mempunyai 3 macam efek terhadap pertumbuhan

bakteri, yaitu:

1. Bakteriostatik

Bakteriostatik memberikan efek dengan cara menghambat

pertumbuhan. Senyawa ini seringkali menghambat sintesis protein

atau mengikat ribosom.

2. Bakteriosidal

Bakteriosidal memberikan efek membunuh bakteri tapi tidak terjadi

lisis atau pecah.

3. Bakteriolitik

Bakteriolitik menyebabkan sel lisis sehingga jumlah sel berkurang

atau terjadi kekeruhan setelah penambahan antibakteri.

2.3.4 Uji Aktifitas Antibakteri

Penetuan kepekaan bakteri pathogen terhadap antimikroba dapat dilakukan

dengan dua metode yaitu, metode dilusi dan metode difusi (Jawetz et al, 2007):

1. Metode Dilusi

Ada dua jenis metode dilusi, yaitu:

a. Metode Dilusi Cair/ Broth Dilution Test (Serial Dilution)

Metode ini mengukur MIC (Minimum Inhibitory Concentration) atau

Kadar Hambat Minimum (KHM) dan MBC (Minimum Bactericidal

Concentration) atau Kadar Bunuh Minimum (KBM). Cara yang

dilakukan adalah dengan membuat seri pengenceran agen antimikroba

pada medium cair yang di tambahkan dengan mikroba uji. Larutan uji

agen antimikroba pada kadar terkecil yang terlihat jernih tanpa adanya

pertumbuhan mikroba uji di tetapkan sebagai KHM. Larutan yang di

tetapkan sebagai KHM tersebut selanjutnya di kultur ulang pada media

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/43055/3/jiptummpp-gdl-litasavitr-51044... · 2019-01-08 · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Tea Tree Oil 2.1.1 Sejarah Tanaman Tea Tree

17

cair tanpa penambahan mikroba uji ataupun agen antimikroba, dan di

inkubasi selama 18-24 jam. Media cair yang tetap terlihat jernih

setelah di inkubasi di tetapkan sebagai KBM (Pratiwi, 2008).

b. Metode Dilusi Padat/ Solid Dilution Test

Metode ini sama dengan metode cair namun menggunakan media

padat (solid). Keuntungan metode ini adalah satu konsentrasi agen

antimikroba yang di uji dapat di gunakan untuk menguji beberapa

mikroba uji (Pratiwi, 2008).

2. Metode Difusi

Media yang di pakai adalah MHA (Meuller Hinton Agar), metode difusi

ada beberapa cara yaitu:

1. Cara Kirby Bauer

Koloni kuman di ambil dan di tumbuhkan selama 24 jam pada agar, di

suspensikan ke dalam BHI cair, di inkubasi pada 5-8 jam pada suhu

370C. Suspensi di tambah aquades steril hingga kekeruhan tertentu

sesuai dengan standar konsentrasi kuman 108 CFU per ml (CFU =

Colony Forming Unit). Kapas lidi steril di celupkan ke dalam suspensi

kuman lalu ditekan-tekan pada dinding tabung hingga kapasnya tidak

terlalu basah. Kapas lidi tersebut di oleskan pada permukaan media

agar hingga rata dan letakkan cakram disk yang mengandung

antibaktri di atasnya, lalu di inkubasi pada suhu 370C dan di baca

hasilnya.

Zona radikal adalah suatu daerah di sekitar disk, dimana tidak di

temukan bakteri sama sekali. Potensi antibakteri di ukur dengan

mengukur diameter dar zona radikal sedangkan zona irradikal adalah

suatu daerah di sekitar disk yang menunjukkan adanya pertumbuhan

bakteri yang di hambat oleh antibiotik tersebut, tetapi tidak dimatikan.

Pada zona irradikal akan terlihat adanya pertumbuhan yang kurang

suburatau jarang di bandingkan dengan daerah di luar pengaruh

antibiotik tersebut.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/43055/3/jiptummpp-gdl-litasavitr-51044... · 2019-01-08 · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Tea Tree Oil 2.1.1 Sejarah Tanaman Tea Tree

18

2. Cara Sumuran

Seperti cara Kirby Bauer, setelah dioleskan bakteri pada media agar

dibuat sumuran dengan garis tengah tertentu dan kedalam sumuran di

beri larutan antibakteri dan di inkubasi pada suhu 370C selam 18-24

jam, lalu di baca hasilnya.

3. Poor Plate

Tahap awal sama dengan cara Kirby Bauer. Satu mata ose bakteri di

ambil dengan menggunakan ose khusus dan di masukkan ke dalam 4

ml agar base 1,5% yang mempunyai temperatur 500C. Setelah

suspense kuman tersebut di buat homogen, kemudian di tuangpada

media MHA (Mueller Hinton Agar) dan di tunggu sebentar samapai

agar tersebut membeku, kemudian disk di letakkan dan dieramkan

selama 15-20 jam dengan suhu 370C, lalu di baca dan di sesuaikan

standar masing-masing.

2.3.5 Kontrol Positif Antibakteri

Kontrol positif yang di gunakan dalam penelitian untuk uji aktivitas antibakteri

sediaan cream Tea tree Oil ini adalah salep fucidin, bahwa dengan 2% salep fucidin

mampu melawan bakteri S. aureus menurut penelitian yang di lakukan oleh Cohen,

2011, serta di dukung oleh peneletian lain yaitu asam fucidat yang mana adalah

kandungan dari saleo fucidin dapat melawan bakteri S. aureus, Streptococcus, dan

Neisseria spp yang dilakukan oleh Bonner (2008).

2.4 Krim

2.4.1 Definisi Krim

Obat topikal terdiri dari vehikulum (bahan pembawa) dan zat aktif. Saat ini,

banyaknya sediaan topikal yang tersedia di tujukan untuk mandapatkan efikasi

maksimal zat aktif obat dan menyediakan alternatif pilihan untuk sediaan yang

terbaik. Obat topikal adalah salah satu obat yang sering di pakai dalam terapi

dermatologi. Obat topikal adalah obat yang mengandung dua komponen dasar yaitu

zat pembawa (vehikulum) dan zat aktif. Zat aktif merupakan komponen bahan

topikal yang memiliki efek terapeutik, sedangkan zat pembawa adalah bagian

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/43055/3/jiptummpp-gdl-litasavitr-51044... · 2019-01-08 · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Tea Tree Oil 2.1.1 Sejarah Tanaman Tea Tree

19

inaktif dari sediaan topikal dapat berbentuk cair atau padat yang membawa bahan

aktif kontak langsung dengan kulit (Yanhendri, 2012).

Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan

obat terlarut atau terdispersi pada bahan dasar yang sesuai. Secara tradisional telah

di gunakan untuk sediaan setengah padat yang mempunyai konsistensi relatif cair

pada formulasi sebagai emulsi air dalam minyak dan minyak dalam air. Yang dapat

di cuci dengan air dan lebih di tujukan untuk penggunaan kosmetik (Depkes RI,

1995).

Sediaan dalam bentuk krim banyak di gunakan karena mempunyai beberapa

keuntungan di antaranya lebih mudah di aplikasikan, lebih nyaman di gunakan pada

wajah, tidak lengket dan dapat di cuci dengan air, di bandingkan dengan sediaan

salep, gel, atau pasta (Wahyuni, 2005).

2.4.2 Cold Cream

Cold Cream adalah basis krim tipe air dalam minyak (w/o), terdiri dari minyak

sebagai fase luar , dan air sebagai fase dalam. Fase air terdispersi dalam fase minyak

dengan bantuan suatu emulgator.

Basis krim ini lebih mudah terdispersi, dapat memberikan efek oklusif dan

hangat pada kulit meskipun sedikit, karena setelah fase air menguap pada kulit

tertinggal suatu lapisan film dari lemak, dapat memberikan efek kerja obat yang lebih

lama karena dapat lebih lama tinggal di kulit dan tidak cepat mengering (Juwita,

2013).

2.4.3 Evaluasi Sediaan Semi Solida

Evaluasi sediaan di lakukan untuk mengetahui apakah sediaan yang telah di buat

sesuai criteria yang di inginkan dan telah mencapai hasil yang maksimal. Evaluasi

untuk sediaan dermatologi termasuk kosmetika terdiri dari stabilitas bahan aktif,

stabilitas bahan tambahan, organoleptis (warna, bau, dan tekstur), homogenitas,

distribusi ukuran partikel fase terdispersi, pH, pelepasan atau bioavailabitas,

viskositas (Barry, 1983).

Evaluasi suatu sediaan semisolida meliputi karakteristik fisik, kimia,

efektivitasnya, evaluasi karakteristik fisik sediaan meliputi: organoleptis,

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/43055/3/jiptummpp-gdl-litasavitr-51044... · 2019-01-08 · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Tea Tree Oil 2.1.1 Sejarah Tanaman Tea Tree

20

homogenitas, viskositas, tipe emulsi dan daya sebar. Evaluasi karakteristik kimia

yaitu pengukuran pH. Evaluasi stabilitas dengan metode freeze and thaw (Setyawan

dkk, 2012).

2.5 Emulgator

Emulgator merupakan bahan yang di gunakan untuk menurunkan tegangan

antarmuka antara dua fasa yang dalam keadaan normal tidak saling bercampur,

sehingga keduanya dapat teremulsi. Secara structural, emulgator adalah molekul

amfifilik, yaitu memiliki gugus hidrofilik maupun lipofilik atau gugus yang suka air

dan suka lemak dalam satu molekul (Nasution et al., 2004).

Emulgator dapat dibedakan berdasarkan sumber dan mekanismenya: (Agoes dan

Darijanto 1990).

1. Sumbernya

a. Bahan alami, contih: gom arab, tragakan, agar, male extract.

b. Poliskarida semisintetik, contoh: metal selulosa, Na-

carboxymethylselulose (CMC-Na).

c. Emulgator sintetik: surfaktan, sabun, alkali, alcohol (cetyl alcohol,

gliserin), carbowaxes, lesitin (fosfolipid).

Lesitin merupakan salah satu emulsifier yang berperan secara aktif

menurunkan tegangan permukaan dalam pembuatan emulsi. Lesitin

kasar biasanya diperoleh dari kedelai dan kuning telur. Lesitin ini

merupakan campuran dari lipida (fosfolipida) dengan fosfatidilkolin,

etanolamina, dan inositol sebagai komponen utama (Van der Meeren

et al., dalam Nollet, 1992).

2. Zat pengemulsi yang lazim digunakan untuk pembentukan emulsi dibagi

menjadi 4 golongan yaitu surfaktan, koloid hidrofil, partikel padat halus, dan

elektrolit.

a. Golongan surfaktan

Surfaktan merupakan suatu molekul yang sekaligus memiliki

gugus lipofilik sehingga dapat mempersatukan campuran yang terdiri

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/43055/3/jiptummpp-gdl-litasavitr-51044... · 2019-01-08 · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Tea Tree Oil 2.1.1 Sejarah Tanaman Tea Tree

21

dari air dan minyak dengan cara menurunkan tegangan permukaan

antar fase. Surfaktan dalam jumlah sedikit apabila di tambahkan ke

dalam suatu campuran dua fase yang tidak saling bercampur seperti

minyak dan air dapat mengemulsikan kedua fase tersebut menjadi

emulsi yang stabil. Aktifitas surfaktan diperoleh karena sifat ganda

dari molekulnya. Molekul surfaktan memiliki bagian polar yang suka

akan air (hidrofilik) dan bagian non polar yang suka akan minyak/

lemak (lipofilik). Bagian polar molekul surfaktan dapat bermuatan

positif, negatif, atau netral.Sifat rangkap ini yang menyebabkan

surfaktan dapat diadsorbsi pada antar muka udara-air, minyak-air,

dan zat padat-air, membentuk lapisan tunggal dimana gugus

hidrofilik berada pada fase air dan rantai hidrokarbon ke udara, dalam

kontak dengan zat padat ataupun terendam dalam fase minyak.

Umumnya bagian non polar (lipofilik) adalah merupakan rantai alkil

yang panjang, sementara bagian yang polar (hidrofilik) mengandung

gugus hidroksil. Bagian kepala bersifat hidropilik masuk ke fase

hidropil dan bagian ekor bersifat hidropobik masuk ke fase

hidropobik (Jatmika, 1998).

Senyawa ini memiliki mekanisme kerja menurunkan tegangan

antar muka minyak dan air dengan membentuk lapisan film

monomolekuler pada permukaan globul fase terdispersi. Ada

beberapa jenis surfaktan berdasarkan muatan ionnya, yaitu surfaktan

anionic, kationik, non ionic, dan amfoterik. Surfaktan anionic

merupakan surfaktan yang memiliki gugus hidrofil anion,contohnya

natrium oleat, natrium laurat sulfat, natrium stearat. Surfaktan

kationik merupakan surfaktan yang memiliki gugus kation,

contohnya cetrimide, setil trimetil ammonium bromide, zehiran

klorida.Surfaktan non ionic merupakan surfaktan yang gugus

hidrofilnya non ionil, contohnya tween 80 dan span 80.Surfaktan

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/43055/3/jiptummpp-gdl-litasavitr-51044... · 2019-01-08 · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Tea Tree Oil 2.1.1 Sejarah Tanaman Tea Tree

22

amfoterik yaitu surfaktan yang mengandung dua gugus hidrofil dan

lipofil (Agoes dan Darijanto 1990).

b. Golongan koloid hidrofil

Zat pengemulsi ini diadsorbsi pada antar muka minyak-air dan

akan membentuk lapisan film multimolekuler disekeliling globul

terdispersi. Bahan ini umumnya membentuk emulsi m/a. Ketika larut,

bahan ditambahkan ke fase air jika volume lebih banyak dari fase

minyak. Namun jika bahan ini ditambahkan dalam fase minyak dapat

membentuk emulsi dengan tipe a/m. Beberapa contoh kelompok ini

adalah protein, gom, amilum, turunan dari zat sejenis dekstrine, metil

selulosa, beberapa polimer sintetik seperti polivinil alcohol, akasia,

tragakan, dan CMC (Agoes dan Darijanto 1990).

c. Partikel Padat Halus Tidak Larut

Zat pengemulsi ini akan teradsorpsi pada antar muka minyak-

air dan akan membentuk lapisan film mono dan multimolekuler oleh

adanya partikel halus yang teradsopsi oada antar muka minyak-air.

Contohnya bentonit dan veegum (Agoes dan Darijanto 1990).

d. Elektrolit

Zat pengemulsi yang termasuk kelompok elektrolit merupakan

zat pengemulsi yang kurang efektif. Beberapa elektrolit anorganik

sederhana seperti KCNS jika ditambahkan kedalam air dalam

konsentrasi rendah akan memungkinkan terbentuknya disperse encer

minyak dalam air (m/a) yang lebih dikenal sebagai oil hydrosol. Ion

CNS menimbulkan potensial negative minyak pada antar muka

(Agoes dan Darijanto 1990).

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/43055/3/jiptummpp-gdl-litasavitr-51044... · 2019-01-08 · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Tea Tree Oil 2.1.1 Sejarah Tanaman Tea Tree

23

2.5.1 Jenis Tween dan Span

1. Tween

Tabel II.2 Macam-macam Tween (Rowe et al., 2009)

Polysorbate Rumus molekul Berat molekul

Polysorbate 20 C58H14O26 1128

Polysorbate 21 C26H50O10 523

Polysorbate 40 C62H122O26 1284

Polysorbate 60 C64H26O26 1312

Polysorbate 61 C32H62O10 607

Polysorbate 65 C100H194O28 1845

Polysorbate 80 C64H124O26 1310

Polysorbate 81 C34H64O11 649

Polysorbate 85 C100H188O28 1839

Tabel II.3 Perbedaan Kandungan Tween 20, 40, 60, dan 80

(Rowe et al., 2009)

Asam lemak Polysorbate 20 Polysorbate 40 Polysorbate 60 Polysorbate 80

Asam kaproat ≤ 1.0% - -

Asam kaprilat ≤ 10.0% - -

Asam kaprat ≤ 10.0% - -

Asam laurat 40.0-60.0% - -

Asam miristat 14.0-25.0% - - ≤ 5.0%

Asam palmitat 7.0-15.0% ≥ 92.0% + ≤ 16.0%

Asam

palmitoleat

- - - ≤ 8.0%

Asam linolenat - - - ≤ 4.0%

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/43055/3/jiptummpp-gdl-litasavitr-51044... · 2019-01-08 · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Tea Tree Oil 2.1.1 Sejarah Tanaman Tea Tree

24

2. Span

Tabel II.4 Sinonim Span (Rowe et al., 2009)

Nama Sinonim

Sorbitan monoisostearat Anhidrosorbitol

Sorbitan monolaurat Span 20

Sorbitan monooleat Span 80

Sorbitan monopalmitat Span 40

Sorbitan monostearat Span 60

Sorbitan sesquiisostearat Protacem

Sorbitan sesquioleat Sorgen 30

Tabel II.5 Macam-macam Span (Rowe et al., 2009)

Nama Rumus molekul Berat molekul

Sorbitan diisostearat C42H80O7 697

Sorbitan dioleat C42H76O7 693

Sorbitan monoisostearat C24H46O7 431

Sorbitan monolaurat C18H34O6 346

Sorbitan monooleat C24H44O6 429

Sorbitan monopalmitat C22H42O6 403

Sorbitan monostearat C24H46O6 431

Sorbitan sesquiisostearat C33H63O6,5 564

Sorbitan sesquioleat C33H60O6,5 561

2.6 Formulasi Basis

Pada penelitian ini menggunakan basis cold cream untuk di gunakan dalam

formulasi sediaan krim antibakteri Tea Tree Oil.

Formulasi cold cream berdasarkan (Rahmawati, 2010)

R/ Cera alba 8.9g

Cetaceum 11.1g

Parafin cair 49.8g

Aquades 19.1g

Ekstrak manggis 10g

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/43055/3/jiptummpp-gdl-litasavitr-51044... · 2019-01-08 · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Tea Tree Oil 2.1.1 Sejarah Tanaman Tea Tree

25

Formulasi krim mengandung nipagin dan nipasol (Liony, 2014)

R/ Asam stearat 5g

Setil alkohol 5g

Parafin cair 2g

Olive oil 3g

Metyl paraben 0.2g

Propil paraben 0.02g

Trietanolamin 0.7g

Gliserin 2g

Monostearat 8g

BHT qs

2.6.1 Komposisi Penyususun

1. Tween 80 (Rowe et al., 2009)

Sinonim : Atlas E, Armotan PMO 20, Capmul POE-O,

Cremophor PS 80, Crillet 4, Crillet 50,

drewmulse PEO-SMO, drewpone 80K, durfax

80, durfax 80K, E433, emrite 6120, eumulgin

SMO, glycosperse O-20, hodag PSMO-20,

liposorb O-20, liposorb O-20K, montanox 80,

polyoxyethylene 20 oleate, polysorbatum 80,

protasorb O-20, ritabate 80, (Z)-sorbitan mono-

9-octadecenoate poly(oxy1,2-ethanediyl)

derivates, tego SMO 80, tego SMO 80V.

Rumus molekul : C64H124O26

BM : 1310

Pemerian : Merupakan cairan berminyak berwarna kuning

dan mempunyai bau yang khas dan hangat, rasa

agak pahit.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/43055/3/jiptummpp-gdl-litasavitr-51044... · 2019-01-08 · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Tea Tree Oil 2.1.1 Sejarah Tanaman Tea Tree

26

Kelarutan : Larut dalam etanol dan air, tetapi tidak larut

dalam minyak mineral dan minyak sayur.

Penggunaan : Digunakan kombinasi dengan pengemulsi

hidrofilik, emulsi tipe minyak dalam air dengan

konsentrasi 1%-10%.

Inkompatibilitas : Perubahan warna dan atau pengendapan terjadi

dengan berbagai zat, terutama fenol, tannin, tars,

dan bahan tarlike. Aktivitas antimikroba akan

berkurang jika ada penambahan polisorbat yaitu

methyl paraben.

Stabilitas : Polisorbat stabil terhadap elektrolit, asam

lemah, dan basa. Polisorbat yang higroskopis

harus dilakukan pemeriksaan kadar air sebelum

di gunakan dan jika perlu harus kering.

Penyimpanan yang lama akan menyebabkan

pembentukan peroksida. Polisorbat harus

disimpan dalam wadah tertutup baik, terlindung

dari cahaya, ditempat sejuk, dan kering.

2. Span 20 (Rowe et al., 2009)

Sinonim : Sorbitan monolaurate.

Rumus molekul : C18H34O6

BM : 346

Pemerian : Cairan kental berwarna kuning, mempunyai bau

dan rasa yang khas.

Kelarutan : Larut dalam minyak, sebagian besar larut

dalam pelarut organic, tidak larut dalam air

tetapi dapat terdispersi.

Penggunaan : Emulgator (Penggunaan sendiri dalam m/a= 1-

15%, kombinasi dengan emulgator lain 1-10%).

3. Vaselin putih (Rowe et al., 2009)

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/43055/3/jiptummpp-gdl-litasavitr-51044... · 2019-01-08 · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Tea Tree Oil 2.1.1 Sejarah Tanaman Tea Tree

27

Sinonim : White petrolatum, white petrolatum jelly.

Pemerian : Putih atau kekuningan pucat, masa berminyak

transparan dalam lapisan setelah didinginkan

pada suhu 00C.

Kelarutan : Tidak larut dalam air, sukar larut dalam etanol

dingin atau panas dan dalam etanol mutlak

dingin; mudah larut dalam benzene, dalam

karbon disulfide, dalam kloroform; larut dalam

heksena; dan dalam sebagian besar minyak

lemak dan minyak atsiri.

Penggunaan : Emolien krim, topical emulsi, topical ointment

dengan konsentrasi antar 10-30%.

4. Cera Alba (Rowe et al., 2009)

Sinonim : Bleached wax.

Pemerian : Berwarna putih atau agak kekuningan. Bau yang

mirip dengan lilin kuning tetapi kurang intens.

Kelarutan : Larut dalam kloroform, eter, minyak atsiri, dan

karbon disulfida hangat; Sedikit larut dalam

etanol 95%; praktis tidak larut dalam air.

Penggunaan : Dalam sediaan topical digunakan untuk

meningkatkan konsistensi krim dan salep dan

digunakan untuk menstabilkan emulsi air dalam

minyak. Cera alba juga dapat digunakan untuk

menyesuaikan titik leleh pada sediaan

suppositoria.

Inkompatibilitas : Tidak kompatibel dengan agen oksidator.

Stabilitas : Pada pemanasan diatas 1500C terjadi esterifikasi

dengan cara menurunkan nilai asam dan

meningkatkan titik leleh. Cera alba stabil bila di

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/43055/3/jiptummpp-gdl-litasavitr-51044... · 2019-01-08 · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Tea Tree Oil 2.1.1 Sejarah Tanaman Tea Tree

28

simpan dalam wadah tertutup baik dan

terlindung dari cahaya.

5. Nipagin (Rowe et al.,2009)

Sinonim : Metil paraben, metal p- hidroksibenzoat

Rumus molekul : C8H8O3

BM : 152,15

Pemerian : Serbuk kristal berwarna atau kristal putih, tidak

berbau atau hamper tidak berbau dan memiliki

sedikit rasa yang membakar.

Kelarutan : Pada suhu 250C larut dalam 2 bagian etanol, 3

bagian etanol (95%), 6 bagian etanol (50%), 10

bagian eter, 60 bagian gliserin, 2 bagian methanol,

praktis tidak larut dalam minyak mineral, larut

dalam 200 bagian minyak kacang, 5 bagian

propilen glikol, 400 bagian air (250C), 50 bagian

air (500C) dan 30 bagian air (800C).

Penguunaan : Aktivitas antimikroba berkurang dengan

kehadiran surfaktan non ionic seperti polisorbat

80 karena miselisasi. Penambahan 10% propilen

glikol menunjukkan efek potensiasi dan mencegah

interaksi antara paraben dengan polisorbat 80.

Inkompatibel dengan bentonit, magnesium

trisiklat talk, tragakan, sodium alginate, minyak

esensial, sorbitol dan atropine; diabsorbsi oleh

plastic tergantung pada jenis plastic dan pembawa

yang digunakan, botol polietilen tidak

mengabsorbsi metilparaben, mengalami

perubahan warna akibat hidrolisis dengan adanya

besi, alkali lemah atau asam kuat.

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/43055/3/jiptummpp-gdl-litasavitr-51044... · 2019-01-08 · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Tea Tree Oil 2.1.1 Sejarah Tanaman Tea Tree

29

Stabilitas : Larutan pada pH 3-6 stabil (dekomposisi kurang

dari 10%) selam 4 tahun penyimpanan pada suhu

ruang. Larutan pH 8 atau lebih mengalami

hidrolisis (dekomposisi terjadi lebih dari 10%)

setelah penyimpanan selama 60 hari pada suhu

ruang.

Inkompatibilitas : Aktivitas antimikroba berkurang dengan adanya

surfaktan non ionic seperti polisorbat 80 karena

miselisasi. Penambahan 10% propilen glikol

menunjukkan efek potensiasi dan mencegah

interaksi antara paraben dengan polisorbat 80.

Inkompatibel dengan bentonit, magnesium

trisiklat talk, tragakan, sodium alginate, minyak

esensial, sorbitol dan atropine; diabsorbsi oleh

plastic tergantung pada jenis plastic dan pembawa

yang di gunakan, botol polietilen tidak

mengabsorbsi metal paraben; mengalami

perubahan warna akibat hidrolisis dengan adanya

besi, alkali lemah atau asam kuat.

6. Nipasol (Rowe et al., 2009)

Sionim : Aseptoform, 4-hydroxybenzoic acid propyl ester,

propagin, propyl Aseptoform, propel paraben,

propyl parasept, solbrol

Rumus molekul : C10H12O3

BM : 180,20

Pemerian : serbuk kristal putih, tidak berbau dan tidak

berasa

Kelarutan : Larut dalam aseton, eter, 1,1 bagian etanol, 5,6

bagian etanol (50%), 250 bagian gliserin, 3330

bagian mineral oil, 70 bagian minyak kacang, 3,9

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/43055/3/jiptummpp-gdl-litasavitr-51044... · 2019-01-08 · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Tea Tree Oil 2.1.1 Sejarah Tanaman Tea Tree

30

bagian propilen glikol, 110 bagian propilen glikol

(50%), 4350 bagian air (150C), 2500 bagian air,

225 bagian air (80%).

Penggunaan : Nipasol banyak digunakan sebagai pengawet

antimikroba dalam kosmetik, produk makanan,

dan formulasi farmasi. Nipasol dapat digunakan

tunggal ataupun kombinasi dengan ester paraben

lainnya. Pada sediaan topical nipasol biasa

dikombinasi dengan nipagin dengan kadar 0,01%-

6%.

Stabilitas : Larutan pada pH 3-6 stabil (dekomposisi kurang

dari 10%) selama 4 tahun penyimpanan pada

suhu ruang. Larutan pH 8 atau lebih mengalami

hidrolisis (dekomposisi terjadi lebih dari 10%)

setelah penyimpanan selam 60 hari pada suhu

ruang.

7. Propilenglikol (Rowe et al., 2009)

Sinonim : 1,2-Dihydroxypropane; 2-hydroxypropanol;

methyl ethylene glycol; methyl glycol; propane;

1,2-diol; propylenglycolum.

Rumus molekul : C3H8O2

BM : 76,09

Pemerian : Tidak berwarna, kental, praktis tidak berbau,

cair, manis, rasa sedikit pedas menyerupai

gliserin.

Kelarutan : Larut dalam aseton, kloroform, etanol 95%,

gliserin, dan air. Larut pada 1 dalam 6 bagian eter,

tidak larut dalam minyak atau minyak mineral,

tetapi akan larut dalam mknyak esensial.

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/43055/3/jiptummpp-gdl-litasavitr-51044... · 2019-01-08 · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Tea Tree Oil 2.1.1 Sejarah Tanaman Tea Tree

31

Penggunaan : Propilenglikol banyak digunakan sebagai

pelarut, ekstraktan dan pengawet dalam sediaan

kosmetik dan makanan sebagai pembawa untuk

emulsifier. Dalam sediaan topikal konsentrasi

yang digunakan adalah≈15.

Stabilitas : Stabil pada suhu dingin dan tempat tertutup,

tetapi pada suhu tinggi dan tempat terbuka

cenderung akan teroksidasi, sehingga menjadi

produk seperti propionaldehida, asam laktat, asam

piruvat, dan asam asetat. Secara kimiawi

propilenglikol stabil saat dicampur dengan etanol

95%, gliserin, atau air.

Inkompatibilitas : Propilenglikol inkompatibel dengan reagen

pengoksidasi seperti kalium permanganate.

8. Aquadest (Rowe et al., 2009)

Sinonim : Aqua, aqua purificata, hydrogen oxide

Rumus molekul : H2O

BM : 18,02

Pemerian : Air digunakan untuk minum, air pada industry

farmasi yang digunakan adalah air murni, air

steril, air steril untuk injeksi, air steril untuk

irigasi, air steril untuk inhalasi, air merupakan

cairan yang encer, tidak berwarna, tidak berbau

rasa cairan.

Kegunaan : Khasiat dan penggunaan sebagai pelarut.

Penggunaan : Digunakan pada berbagai formulasi sediaan

farmasetika, pada formulasi farmasetika sediaan

topical dan kosmetik, gliserin utamanya

digunakan sebagai humektan dan pelembut.

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/43055/3/jiptummpp-gdl-litasavitr-51044... · 2019-01-08 · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Tea Tree Oil 2.1.1 Sejarah Tanaman Tea Tree

32

Rentang gliserin yang digunakan sebagai

humektan sebesar ≤30%.

9. BHT (Rowe et al., 2009)

Sinonim : 2,6-bis (1,1-dimetiletil)-4-metilfenol; butil-

hidroksitoluena; butilhidroksitoluena; dibutil

hidroksitoluena; 2,6-di-tert-butil-p-cresol; 3,5-di-

tert-butil-4-hidroksitoluena.

Rumus molekul : C15H24O

BM : 220,35

Pemerian : Kristal padat atau bubuk berwarna putih atau

kuning pucat dengan bau seperti fenolik.

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, gliserin,

propilenglikol, hidroksi alkali, dan asam mineral.

Bebas larut dalam aseton, benzene, etanol 95%,

eter, methanol, toluene, dan minyak mineral.Lebih

larut dalam butil hidroksi anisol.

Penggunaan : Digunakan pada berbagai formulasi sediaan

farmasetika, pada formulasi farmasetika sediaan

topical dan kosmetik digunakan sebagai

antioksidan dengan rentang pemakaian sebesar

0,0075-0,1. Digunakan untuk memperlambat atau

mencegah ketengikan lemak dan minyak.

Stabilitas : Aktivitas nya menurun bila terkena paparan

cahaya, disimpan di tempat yang lembab, dan

adanya panas dapat menyebabkan perubahan

warna. Disimpan di tempat yang terlindung dari

cahaya, ditempat yang sejuk, dan kering.

Inkompatibilitas : Dengan agen pengoksidasi kuat seperti peroksida

dan permanganat dapat menyebabkan pembakaran

spontan. Garam ferri dapat menyebabkan

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/43055/3/jiptummpp-gdl-litasavitr-51044... · 2019-01-08 · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Tea Tree Oil 2.1.1 Sejarah Tanaman Tea Tree

33

perubahan warna dan hilangnya

aktifitas.Pemanasan dengan katalitik asam

menyebabkan dekomposisi cepat dengan

pelepasan gas isobutene yang mudah terbakar.

10. BHA (Rowe et al., 2009)

Sinonim : Butil Hidroksi Anisol; tert-butil-4-metoksifenol;

1,1-dimetiletil-4-metoksifenol; nipanox.

Rumus molekul : C11H16O2

BM : 180.25

Pemerian : Bubuk kristal berwarna putih atau hamper putih,

atau lilin berwarna putih kekuningan yang padat

dengan bau aromatic yang khas.

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, larut dalam

methanol, bebas larut dalam propilenglikol,

kloroform, eter, heksan, minyak biji kapas, mnyak

kacang, minyak kedelai, gliseril monoleat, dan

lemak babi.

Penggunaan : Digunakan pada berbagai formulasi sediaan

farmasetika, pada formulasi farmasetika sediaan

topikal dan kosmetik digunakan sebagai

antioksidan dengan rentang pemakaian sebesar

0.005-0.02%. Diigunakan untuk memperlambat

atau mencegah ketengikan lemak dan minyak.

Stabilitas : Paparan cahaya menyebabkan perubahan warna

dan hilangnya aktivitas. Disimpan dalam wadah

tertutup baik, terlindung dari cahaya, ditempat

yang sejuk dan kering.

Inkompatibilitas : Dengan agen pengoksidasi dan garam ferri.

Paparan cahaya dan banyaknya jumlah logam

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/43055/3/jiptummpp-gdl-litasavitr-51044... · 2019-01-08 · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Tea Tree Oil 2.1.1 Sejarah Tanaman Tea Tree

34

menyebabkan perubahan warna dan hilamgmya

aktifitas.

11. Cetyl Alkohol (Rowe et al., 2009)

Sinonim : Alcohol cetylicus; cachalot; cradacol C70;

cradacol C90; 1-heksadekanol; n-hexadecyl

alcohol.

Rumus molekul : C16H34O

BM : 242.44

Pemerian : Bentuk seperti lilin, serpihan putih, kubus,

butiran. Memiliki bau yang khas dan rasa hambar.

Kelarutan : Bebas larut dalam etanol 95% dan eter,

kelarutannya akan meningkat dengan

meningkatnya suhu, praktis tidak larut dalam air,

larut ketika di lelehkan dengan lemak, paraffin

padat, dan isopropyl miristat.

Inkompatibilitas : Kompatibel dengan oksidator kuat.

Penggunaan : Dalam sediaan lotion, krim, dan salep,

digunakan untuk meningkatkan stabilitas,

meningkatkn tekstur, dan meningkatkan

konsistensi. Memiliki sifat emolien karena

penyerapan dan retensi setil alkahol di epidermis

sebagai pelumas dan pelembut kulit.

12. Na-EDTA (Rowe et al.,2009)

Sinonim : Edetate sodium, edetic acid tetrasodium salt,

EDTA tetrasodium, N,N0-1,2-ethanediylbis [N-

(carboxymethyl)glycine] tetrasodium salt,

(ethylenedinitrilo) tetraacetic acis tetrasodium

salt, Sequestrene NA4, tetracemate edentate, dan

Versene.

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/43055/3/jiptummpp-gdl-litasavitr-51044... · 2019-01-08 · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Tea Tree Oil 2.1.1 Sejarah Tanaman Tea Tree

35

Rumus molekul : C10H12N2Na4O8

BM : 380.20

Titik lebur : > 3000C

pH : 11.3 dalam 1% w/v dalam air

Pemerian : Serbuk kristal putih

Kelarutan : larut dalam air

Penggunaan : Na EDTA digunakan sebagai Chellating agent

dan juga sebagai pengawet anti mikroba. Pada

sediaan topical, Na EDTA digunakan sebagai

chelating agent dengan kadar 0.01-0.1%

Inkompatibilitas : Dengan agen pengoksidasi kuat, basa kuat, dan

logam polivalen.

2.7 Tinjauan Kulit

Kulit merupakan organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari

lingkungan hidup manusia. Luas kulit orang dewasa sekitar 1.5 m2 dengan berat kira-

kira 15% berat badan (Wasitaatmadja, 2010).

2.7.1 Anatomi Kulit

Gambar 2.3 Struktur Kulit (Wasiaatmadja, 2010)

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/43055/3/jiptummpp-gdl-litasavitr-51044... · 2019-01-08 · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Tea Tree Oil 2.1.1 Sejarah Tanaman Tea Tree

36

Pembagian kulit secara garis besar tersusun atas tiga lapisan utama yaitu:

lapisan epidermis, lapisan dermis, dan lapisan subkutis. Lapisan epidermis terdiri

atas:

1. Stratum korneum (lapisan tanduk) merupakan lapisan kulit yang

terluar dan terdiri atas sel-sel gepeng yang mati, tidak berinti, dan

keratin.

2. Stratum lusidum merupakan lapisan sel-sel gepeng tanpa inti dengan

protoplasma yang telah menjadi protein.

3. Stratum granulosum (lapisan keratohialin) yaitu dua atau tiga lapis

sel-sel gepeng dengan sitoplasma butir kasar dan berinti di antaranya.

4. Stratum spinosum (stratum malphigi) terdiri atas beberapa lapis sel

yang berbentuk polygonal dengan besar yang berbeda akibat adanya

proses mitosis.

5. Stratum basale terbentuk oleh sel-sel berbentuk kubus (kolumnar)

yang tersusun vertical dan berbaris seperti pagar (palisade).

Lapisan dermis berada di bawah lapisan epidermis dan lebih tebal

daripada lapisan epidermis.Lapisan ini terdiri atas elastic dan fibrosa

padat dengan elemen-elemen selular dan folikel rambut. Secara garis

besar dibagi menjadi dua bagian yaitu:

a) Pars papilare, yaitu bagian yang menonjol ke epidermis yang

berisi ujung serabut saraf dan pembuluh darah.

b) Pars retikulare, yaitu bagian yang menonjol kearah subkutan

yang berisi serabut-serabut penunjang misalnya: serabut kolagen,

elastin, dan retikulin.

Lapisan subkutis adalah kelanjutan dermis yang terdiri atas

jaringan ikat longgar berisi sel lemak. Lapisan sel-sel lemak

disebut panikulus adipose yang berfungsi sebagai cadangan

makanan. Di lapisan ini terdapat ujung-ujung saraf tepi

pembuluh darah, dan getah bening (Wasitaatmadja, 2010).

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/43055/3/jiptummpp-gdl-litasavitr-51044... · 2019-01-08 · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Tea Tree Oil 2.1.1 Sejarah Tanaman Tea Tree

37

2.7.2 Fungsi Kulit

Beberapa fungsi pelindung utama adalah (Scanlon, 2011):

3. Termoregulasi

Kulit bertindak untuk mempertahankan kontrol suhu dengan

mengeluarkan keringat dari kelenjar keringat. Keringat ini membantu

menurunkan suhu tubuh (Scanlon, 2011). Di saat suhu dingin peredaran

darah dikulit berkurang guna mempertahankan suhu badan. Pada waktu

suhu panas peredaran darah dikulit meningkat dan terjadi penguapan

keringat dari kelenjar keringat, sehingga suhu tubuh dapat dijaga tidak

terlalu panas. Lapisan kulit yang berperan dalam pengaturan suhu tubuh

adalah epidermis, dermis, dan subkutan (Harahap, 2000).

4. Perlindungan

Kulit adalah lapisan utama sebagai perlindungan ketika organisme akan

masuk kedalam tubuh. Hal ini juga melindungi terhadap hilangnya air

yang berlebihan, bahan kimia, radiasi sinar UV dan zat berbahaya lainnya

(Scanlon, 2011), Melanin yang memberi warna pada kulit, melindungi

kulit dari akibat buruk sinar ultraviolet. Lapisan kulit yang berperan

dalam perlindungan adalah epidermis, dermis, dan subkutan (Harahap,

2000).

5. Sensasi

Indera perasa kulit terjadi karena rangsangan terhadap saraf sensoris

dalam kulit. Fungsi indera perasa yang pokok yaitu merasakan nyeri,

perabaan, panas, dan dingin. Lapisan kulit yang berperan terhadap

rangsangan adalah dermis dan subkutan (Harahap, 2000).

6. Ekskresi

Kulit membantu membersihkan tubuh dari kotoran melalui keringat.

Keringat mengeluarkan air, garam, dan sejumlah kecil bahan kimia

organic (Scanlon, 2011). Selain dikeluarkan melalui keringat sisa

metabolism dapat diekskresikan melalui sebum. Lapisan yang berperan

dalam ekskresi adalah epidermis, dermis, dan subkutan (Harahap, 2000).

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/43055/3/jiptummpp-gdl-litasavitr-51044... · 2019-01-08 · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Tea Tree Oil 2.1.1 Sejarah Tanaman Tea Tree

38

7. Sintesis Vitamin D

Vitamin D diperlukan tubuh untuk menyerap kalsium dan fosfor. Ketika

kulit terpapar sinar ultraviolet arau sinar matahari, mengkonversi

precursor vitamin D menjadi vitamin D melalui hati dan ginjal (Scanlon,

2011).

8. Penyerap

Kulit dapat menyerap bahan-bahan tertentu seperti gas dan zat yang larut

dalam lemak, tetapi air dan elektrolit sukar masuk melalui kulit, zat-zat

yang larut dalam lemak lebih mudah masuk dalam kulit dan masuk ke

peredaran darah, karena dapat bercampur dengan lemak yang menutupi

permukaan kulit. Masuknya zat-zat tersebut melalui folikel rambut dan

hanya sedikit sekali yang melalui muara kelenjar keringat. Target dalam

penyerapan adalah bahan cair, padat, lemak, oksigen. Lapisan kulit yang

berperan dalam penyerapan adalah epidermis (Harahap, 2000).