Sabun Tranparan ekstrak white tea

45
RINGKASAN Kebersihan dan kesehatan merupakan hal yang sangat penting karena semakin banyaknya penyakit yang ditimbulkan oleh bakteri dan kuman. Sabun merupakan bahan pembersih yang digunakan setiap hari untuk membersihkan tubuh dari keringat, kotoran, lemak, debu dan sel-sel kulit mati dan sisa kosmetik yang menempel pada kulit. Seiring perkembangan ilmu dan teknologi serta tingginya kebutuhan masyarakat sehingga inovasi dan kreasi industri sabun pun meningkat salah satunya berkembangnya sabun transparan. Kegunaan sabun dapat ditingkatkan yang hanya menjadi bahan pembersih menjadi sediaan obat jika ditambahkan bahan aktif tertentu. Oleh karena itu dibutuhkan zat aktif untuk memberikan manfaat tambahan pada sabun yaitu menjadi sabun antioksidan dan antibakteri. Beberapa penelitian sebelumnya menunjukan bahwa ekstrak teh putih mampu berperan sebagai antibakteri dan antioksidan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pemanfaatan ekstrak teh putih menjadi bahan tambahan pada produk sabun padat transparan. Dengan menggunakan minyak kelapa murni (VCO) dan minyak kelapa sawit. Selanjutnya akan dilakukan kajian mengenai kualitas dari sabun padat transparan dengan bahan aktif ekstrak tersebut yang sesuai dengan standar SNI sabun padat 06-3532-1994 dalam kaitannya sebagai antibakteri dan antioksidan untuk mendukung potensi pemanfaatan produk tersebut. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental laboratorium dengan analisis deskriptif. sehingga diharapkan dapat memberikan informasi tentang pembuatan sabun transparan berbasis minyak VCO yang mengadung bahan aktif ekstrak teh putih. Perlakuan yang akan dicari adalah sabun transparan dengan penambahan konsentrasi ekstrak teh putih yang terbaik dalam pembuatan sabun transparan dari minyak kelapa murni (VCO) dan minyak kelapa sawit. Konsentrasi penambahan ekstrak teh putih dalam pembuatan sabun transparan ini adalah 0,5%; 1%; 1,5%. Uji kimia sabun dilakukan secara duplo. Metode dilakukan untuk mendapat konsentrasi terbaik untuk mendapatkan sabun transparan yang sesuai. Metode Metode pembuatan sabun dengan proses saponifikasi, proses saponifikasi terjadi karena reaksi antara 1

description

dari minyak kelapa murni dan kelapa sawit

Transcript of Sabun Tranparan ekstrak white tea

Page 1: Sabun Tranparan ekstrak white tea

RINGKASAN

Kebersihan dan kesehatan merupakan hal yang sangat penting karena semakin banyaknya penyakit yang ditimbulkan oleh bakteri dan kuman. Sabun merupakan bahan pembersih yang digunakan setiap hari untuk membersihkan tubuh dari keringat, kotoran, lemak, debu dan sel-sel kulit mati dan sisa kosmetik yang menempel pada kulit. Seiring perkembangan ilmu dan teknologi serta tingginya kebutuhan masyarakat sehingga inovasi dan kreasi industri sabun pun meningkat salah satunya berkembangnya sabun transparan. Kegunaan sabun dapat ditingkatkan yang hanya menjadi bahan pembersih menjadi sediaan obat jika ditambahkan bahan aktif tertentu. Oleh karena itu dibutuhkan zat aktif untuk memberikan manfaat tambahan pada sabun yaitu menjadi sabun antioksidan dan antibakteri. Beberapa penelitian sebelumnya menunjukan bahwa ekstrak teh putih mampu berperan sebagai antibakteri dan antioksidan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pemanfaatan ekstrak teh putih menjadi bahan tambahan pada produk sabun padat transparan. Dengan menggunakan minyak kelapa murni (VCO) dan minyak kelapa sawit. Selanjutnya akan dilakukan kajian mengenai kualitas dari sabun padat transparan dengan bahan aktif ekstrak tersebut yang sesuai dengan standar SNI sabun padat 06-3532-1994 dalam kaitannya sebagai antibakteri dan antioksidan untuk mendukung potensi pemanfaatan produk tersebut.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental laboratorium dengan analisis deskriptif. sehingga diharapkan dapat memberikan informasi tentang pembuatan sabun transparan berbasis minyak VCO yang mengadung bahan aktif ekstrak teh putih. Perlakuan yang akan dicari adalah sabun transparan dengan penambahan konsentrasi ekstrak teh putih yang terbaik dalam pembuatan sabun transparan dari minyak kelapa murni (VCO) dan minyak kelapa sawit. Konsentrasi penambahan ekstrak teh putih dalam pembuatan sabun transparan ini adalah 0,5%; 1%; 1,5%. Uji kimia sabun dilakukan secara duplo. Metode dilakukan untuk mendapat konsentrasi terbaik untuk mendapatkan sabun transparan yang sesuai.

Metode Metode pembuatan sabun dengan proses saponifikasi, proses saponifikasi terjadi karena reaksi antara trigliserida dengan alkali. Proses pencampuran dalam pembuatan sabun dilakukan dengan hot process soap making (pembuatan sabun dengan metode panas pada suhu 70ºC - 80ºC).

.

1

Page 2: Sabun Tranparan ekstrak white tea

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk yang ditunjukan oleh angka

pertumbuhan penduduk yang semakin tinggi, maka semakin meningkat pula permintaan

suatu barang untuk kebutuhan sehari-hari. Salah satu barang untuk kebutuhan sehari-hari

yang cukup penting adalah produk perawatan kulit berupa sabun mandi. Meningkatnya

permintaan akan sabun mandi dapat dilihat dari data Badan Pusat Statistik dari tahun 2004-

2009 mengenai data produksi, konsumsi, impor, dan ekspor sabun. Dari data tersebut dapat

dilihat konsumsi sabun pada tahun 2004 sebesar 55.832,930 ton yang terus meningkat sampai

tahun 2009, yaitu sebesar 101.631,090 ton (BPS 2009, dalam Ginting et.al., 2013)

Sabun merupakan campuran dari senyawa natrium dengan asam lemak yang

digunakan sebagai bahan pembersih tubuh, berbentuk padat, busa, dengan atau tanpa zat

tambahan lain serta tidak menimbulkan iritasi pada kulit (BSN, 1994). Sabun dibuat dengan

dua cara, yaitu proses saponifikasi dan proses netralisasi minyak. Proses saponifikasi minyak

akan diperoleh produk sampingan yaitu gliserol, sedangkan proses netralisasi tidak akan

memperoleh gliserol. Proses saponifikasi terjadi karena reaksi antara trigliserida dengan

alkali, sedangkan proses netralisasi terjadi karena reaksi asam lemak bebas dengan alkali

(Ophardt, dalam Qisty 2009).

Seiring dengan majunya zaman, maka berkembang pula jenis sabun yang beredar di

pasaran. Sabun mandi yang beredar dipasaran berdasarkan bentuknya dibedakan menjadi dua

bentuk, yaitu sabun padat dan sabun cair (Hambali et. al., 2005). Sabun padat sendiri dibagi

menjadi beberapa jenis,yaitu sabun opaque (sabun padat biasa yang tidak transparan), sabun

translucent (sabun padat dengan warna hampir transparan), dan sabun transparan (sabun

padat dengan warna yang transparan). Ketiga jenis sabun tersebut dibedakan berdasarkan

penampakannya.

Sabun padat transparan merupakan salah satu inovasi sabun yang menjadikan sabun

lebih menarik. Sabun transparan mempunyai busa yang lebih halus dibandingkan dengan

sabun opaque (sabun yang tidak transparan) (Qisty, 2009). Faktor yang dapat mempengaruhi

transparansi sabun adalah kandungan alkohol, gula, dan gliserin dalam sabun. Kandungan

gliserin baik untuk kulit karena berfungsi sebagai pelembab pada kulit dan membentuk fasa

gel pada sabun (Rahadiana et. al., 2014).

2

Page 3: Sabun Tranparan ekstrak white tea

Dua komponen utama penyusun sabun adalah asam lemak dan alkali. Pemilihan jenis

asam lemak menentukan karakteristik sabun yang dihasilkan, karena setiap jenis asam lemak

akan memberikan sifat yang berbeda pada sabun (Corredoira dan Pandolfi dalam Widiyanti,

2009). Asam lemak merupakan komponen utama penyusun lemak dan minyak, sehingga

pemilihan jenis minyak yang akan digunakan sebagai bahan baku pembuatan sabun

merupakan hal yang sangat penting. Untuk menghasilkan sabun dengan kualitas yang baik,

maka harus menggunakan bahan baku dengan kualitas yang baik pula. Bahan Baku yang

digunakan pada pembuatan sabun herbal transparan ini adalah minyak kelapa murni (VCO)

dan minyak kelapa sawit (palm oil).

Minyak kelapa murni (Virgin Coconut Oil (VCO)) mengandung asam laurat

(C12H24O2) sebesar 49 – 52% (Thiemi J.G, 1968). Asam laurat merupakan asam lemak jenuh

yang mampu memberikan sifat pembuasaan yang sangat baik. Menurut Shrivastava (1982)

penggunaan asam laurat sebagai bahan baku akan menghasilkan sabun dengan kelarutan yang

tinggi dan karakteristik busa yang baik.

Minyak kelapa sawit merupakan minyak yang mengandung asam palmitat (C16H32O2)

yang cukup tinggi, yaitu sebesar 44,3% (Depperin, 2007). Fungsi dari asam palmitat ini

dalam pembuatan sabun adalah untuk kekerasan sabun dalaun menghasilkan busa yang stabil.

Konsumen beranggapan bahwa sabun dengan busa yang melimpah mempunyai kemampuan

membersihkan kotoran dengan baik (Izhar, 2009).

Penambahan bahan lain sebagai campuran dalam pembuatan sabun padat transparan

juga dapat memaksimalkan manfaat dari sabun padat yang digunakan. Bahan campuran yang

digunakan dalam proses pembutan sabun pada penelitian ini adalah ekstrak teh putih

(Camellia sinensis). Menurut Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar (BALITRI)

(2013), teh putih merupakan jenis teh yang masih terdengar asing, terutama apabila

dibandingkan dengan popularitas teh hitam dan teh hijau. Manfaat dari teh putih diantaranya

sebagai antibakteri, antikanker, antiobesitas, antioksidan, dan anti-aging (Preedy, 2013).

Kandungan antioksidan serta antibakteri yang terdapat dalam teh diperoleh dengan cara

ekstraksi. Metode ekstraksi yang digunakan untuk mengekstrak teh putih adalah metode

maserasi dikarenakan senyawa polifenol rentan terhadap panas sehingga tidak bagus

menggunakan metode soxhlet. Ekstrak teh putih yang dicampurkan dalam pembuatan sabun

padat transparan dapat menjaga kesehatan kulit yang disebabkan oleh bakteri Staphylococcus

epidermidis dan Pseudomonas aeruginosa. Bakteri Staphylococcus epidermidis dan

Pseudomonas aeruginosa merupakan kuman patogen yang sering menyebabkan infeksi kulit

3

Page 4: Sabun Tranparan ekstrak white tea

pada manusia (Refdanita et al, 2004). Konsentrasi ekstrak teh putih yang akan dicampurkan

dalam pembuatan sabun padat transparan ini adalah sebesar 0,5%, 1,0%, dan 1,5%.

Tujuan dari pembuatan sabun padat transparan dengan penambahan bahan aktif

ekstrak teh putih ini diharapkan dapat menghasilkan sabun padat transparan yang dapat

digunakan sehari-hari dan mampu menimbulkan rasa nyaman pada kulit serta mampu

merawat kulit dengan baik dari infeksi kulit yang disebabkan oleh bakteri.

1.2 Identifikasi Masalah

Bedasarkan uraian yang mengemukaan latar belakang di atas, masalah yang dapat

diidentifikasi adalah sebagai berikut:

1) Bagaimana proses pembuatan sabun padat transparan dengan basis minyak kelapa

murni (VCO) dan minyak kelapa sawit yang tepat.

2) Berapakah konsentrasi ekstrak teh putih yang terbaik antara 0%; 0,5%; 1%; 1,5%

untuk memperoleh karakteristik sabun transparan.

3) membandingkan mutu sabun padat transparan yang dihasilkan berdasarkan SNI sabun

padat 06-3532-1994.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Mengkaji teknologi pembuatan sabun transparan berbasis minyak kelapa murni

(VCO) dan minyak kelapa sawit dengan penambahan konsentrasi ekstrak teh putih

terhadap karakteristik sabun transparan.

2) Mengetahui konsentrasi ekstrak teh putih terbaik untuk memperoleh karakteristik

sabun transparan yang baik.

3) Mengetahui perbandingan mutu sabun padat transparan dengan penambahan

konsentrasi ekstrak teh putih dibandingkan dengan standar mutu sabun padat SNI 06-

3532-1994

1.4 Luaran dan Urgensi Penelitian

Luaran yang diharapkan dari penelitian ini adalah artikel ilmiah yang akan diterbitkan

di jurnal nasional tidak terakreditasi. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan

informasi bagi peneliti dan masyarakat mengenai pembuatan sabun padat transparan dengan

penambahan bahan aktif ekstrak teh putih yang sudah sesuai mutu SNI. Selain itu urgensi

penelitian teh putih ini juga digunakan untuk mengkaji potensi pemanfaatan ekstrak teh putih

4

Page 5: Sabun Tranparan ekstrak white tea

sebagai bahan baku untuk industri sehingga dapat dijadikan antioksidan dan antimikroba

alami yang dapat dipergunakan dalam bidang industri kesehatan dan farmasi.

5

Page 6: Sabun Tranparan ekstrak white tea

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sabun

Sabun mandi merupakan senyawa natrium dengan asam lemak yang digunakan

sebagai bahan pembersih tubuh, berbentuk padat, busa dengan atau tanpa zat tambahan lain

serta tidak menimbulkan iritasi terhadap kulit (BSN, 1994). Komponen utama pembuatan

sabun terdiri dari asam lemak dan garam sodium atau potassium. Asam lemak yang berikatan

dengan garam sodium (NaOH) akan menghasilkan sabun padat (hard soap), sedangkan asam

lemak yang berikatan dengan garam potassium (KOH) akan menghasilkan sabun cair (soft

soap) (Kirk at al, dalam Purnamawati, 2006).

Sabun bersifat ampifilik, yaitu pada bagian kepalanya memiliki gugus hidrofolik

(polar), sedangkan pada bagian ekornya memiliki gugus hidrofobik (non polar). Oleh karena

itu, sabun dapat mengikat kotoran dan molekul lemak dan melarutkannya di air (Nurhadi,

2012).

Sabun dibuat dengan dua cara yaitu proses saponifikasi dan proses netralisasi minyak.

Proses saponifikasi minyak akan memperoleh produk sampingan yaitu gliserol, sedangkan

proses netralisasi tidak akan memperoleh gliserol (Spitz,1996). Proses saponifikasi terjadi

karena reaksi antara trigliserida dengan alkali, sedangkan proses netralisasi terjadi karena

reaksi asal lemak bebas dengan alkali (Kirk et.al, 1954). Proses saponifikasi terjadi pada suhu

80 – 100 oC (Spitz, 19960). Reaksi kimia pada proses saponifikasi dapat dilihat pada Gambar

1.

Gambar 1. Reaksi Saponifikasi Trigliserida(Sumber: Purnamawati, 2006)

2.2. Jenis Sabun

Sabun pada umumnya dikenal dalam dua wujud, sabun cair dan sabun padat.

Perbedaan utama dari kedua wujud sabun ini adalah alkali yang digunakan dalam reaksi

pembuatan sabun. Sabun padat menggunakan natrium hidroksida atau soda kaustik (NaOH),

6

Page 7: Sabun Tranparan ekstrak white tea

sedangkan sabun cair menggunakan kalium hidroksida (KOH) sebagai alkali. Sabun padat

pun kini terdiri dari beberapa jenis antara lain sabun opaque, translucent dan transparan

(Hambali et al. 2005). Sabun opaque adalah jenis sabun mandi biasa digunakan sehari – hari

yang berbentuk padat dan tidak transparan, sabun translucent dari segi penampakannya

tampak cerah dan tembus cahaya tapi tidak terlalu bening dan agak transparan, sedangkan

sabun transparan penampakanya lebih berkilau dan lebih bening sehingga sisi belakang sabun

transparan jelas terlihat dari sisi depannya.

2.3. Sabun Transparan

Sabun transparan adalah sabun yang memiliki tingkat transparansi paling tinggi.

Sabun transparan memancarkan cahaya yang menyebar dalam bentuk partikel – partikel yang

kecil, sehingga obyek yang berada di luar sabun akan kelihatan jelas. Obyek dapat terlihat

hingga berjarak sampai panjang 6 cm (Cavith, 2001). Sabun transparan menjadi bening

karena dalam proses pembuatannya dilarutkan dalam alkohol. Alkohol ini juga ditambahkan

untuk mencegah pengkristalan. Sabun transparan juga sering disebut sebagai sabun gliserin

karena untuk memperoleh sifat transparan juga perlu dilakukan penambahan gliserin pada

sabun (Lane, 2003).

Sabun transparan atau disebut juga sabun gliserin mempunyai tampilan yang lebih

menarik karena transparansinya dan menghasilkan busa lebih lembut di kulit. Menurut

Hambali et al., (2005) Sabun transparan adalah jenis sabun yang digunakan untuk wajah dan

tubuh yang dapat menghasilkan busa yang lebih lembut di kulit dan penampakannya lebih

berkilau jika dibandingkan dengan jenis sabun yang lain.

2.4. Asam Lemak

Menurut Winarno (1997) asam lemak merupakan asam karboksilat yang berantai

panjang yang dapat bersifat jenuh atau tidak jenuh dengan panjang rantai berbeda – beda

tetapi bukan siklik atau bercabang. Asam-asam lemak dapat dibagi menjadi dua golongan,

yaitu asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh. Penggolongan tersebut berdasarkan

perbedaan bobot molekul dan derajat ketidakjenuhannya.

Menurut Cavitch (2001) menyatakan setiap asam lemak memberikan sifat yang

berbeda pada sabun yang dihasilkan. Sabun yang dihasilkan dari asam lemak dengan bobot

molekul kecil akan lebih lunak daripada sabun yang dibuat dari asam lemak dengan bobot

molekul besar. Asam lemak yang digunakan dalam pembuatan sabun adalah yang memiliki

rantai karbon berjumlah 12-18 (C12-C18). Asam lemak dengan rantai karbon kurang dari 12

7

Page 8: Sabun Tranparan ekstrak white tea

tidak memiliki efek sabun (soapy effect) dan asam dapat menimbulkan iritasi pada kulit,

sementara asam lemak dengan rantai karbon lebih dari 20 memiliki kelarutan yang sangat

rendah. Asam lemak dengan rantai karbon 12-14 memberikan fungsi yang baik untuk

pembusaan sementara asam lemak dengan rantai karbon 16-18 baik untuk kekerasan dan

daya detergensi (Cavitch, 2001). Dapat dilihat pada tabel 1 jenis – jenis asam lemak dan

pengaruhnya terhadap karakteristik sabun.

Tabel 1. Pengaruh Jenis Asam Lemak terhadap Karakteristik Sabun

Asam Lemak Karakteristik Sabun

Asam laurat (C12H24O2) Keras (konsentrasi tinggi), daya detergensi

(kemampuan membersihkan) tinggi, kelarutan

tinggi dan menghasilkan busa yang lembut

Asam linoleat (C18H32O2) Melembabkan kulit

Asam miristat (C14H28O2) Keras, daya detergensi tinggi dan

menghasilkan busa yang lembut

Asam oleat (C18H34O2) Melembabkan kulit

Asam palmitat (C16H32O2) Keras dan menghasilkan busa yang stabil

Asam risinoleat (C18H34O2) Melembabkan kulit, menghasilkan busa yang

stabil dan lembut

Asam stearat (C18H36O2) Keras dan menghasilkan busa yang stabilSumber : Cavitch (2001)

Cavitch (2001) menyatakan setiap jenis lemak memberikan sifat yang berbeda pada

pembentukan sabun. Asam laurat dan palmitat dapat ditemukan pada minya kelapa murni dan

minyak kelapa sawit, yang merupakan bahan baku yang biasa digunakan dalam pembuatan

sabun. Asam – asam lemak merupakan komponen utama penyusun lemak atau minyak. Pada

Tabel 2 disajikan pengaruh beberapa jenis minyak nabati terhadap karakteistik sabun.

Tabel 2. Pengaruh Jenis Minyak Terhadap Karakteristik Sabun

MinyakKarakteristik Sabun

Konsistensi Sifat Pembusaan Daya Detergensi

Minyak kelapa murni Keras dan rapuh Cepat berbusa,

Busa stabil

Sangat bagus dalam

air hangat dan dinginMinyak sawit

Sumber : Shrivastava (1982)

8

Page 9: Sabun Tranparan ekstrak white tea

Sabun dengan sifat yang lengkap dan ideal dapat diperoleh dengan melakukan

pencampuran minyak sehingga asam lemak pada campuran tersebut menjadi lengkap dan

kombinasinya seimbang sehingga memberikan semua sifat yang diinginkan dalam sabun.

2.5. Minyak Nabati

Minyak nabati berfungsi sebagai sumber asam lemak. Setiap jenis minyak

menghasilkan karakteristik sabun yang berbeda-beda.

2.5.1 Minyak Kelapa Murni (Virgin Coconut Oil (VCO))

Minyak kelapa murni atau lebih populer dengan Virgin Coconut Oil (VCO) diperoleh

dari daging buah kelapa segar (non-kopra). Proses pengolahannya tidak menggunakan bahan

kimia dan tanpa pemanasan yang tinggi. Keunggulan dari minyak yang diproses tersebut

adalah kandungan asam lemak rantai sedang (medium chain fatty acids) terutama asam laurat

dan kaprat yang tinggi (Setyopratiwi, 2005 dikutip Adham, 2005).

Komponen minyak kelapa terdiri dari asam lemak jenuh (90%) dan minyak tak jenuh

(10%). Minyak kelapa memiliki banyak kelebihan, 50% asam lemak pada minyak kelapa

adalah asam laurat dan 7% asam kaprilat. Kedua asam tersebut merupakan asam lemak jenuh

rantai sedang yang mudah dimetabolisme dan bersifat antimikroba (antivirus, antibakteri, dan

antijamur) (Sutarmi dan Rozaline, 2005). Pada tabel 3. dapat dilihat komposisi asam lemak

VCO.

Tabel 3. Komposisi Asam Lemak VCO

Asam Lemak Rumus Molekul Jumlah (%)

Asam laurat (C12H24O2) 49 - 52

Asam linoleat (C18H32O2) 1,5 – 2,5

Asam miristat (C14H28O2) 13 – 19

Asam oleat (C18H34O2) 5,0 – 8,0

Asam palmitat (C16H32O2) 7,5 – 10,5

Asam stearat (C18H36O2) 1,0 – 3,0Sumber : Thiemi J.G (1968) dikutip Sari et al.(2010)

Dari Tabel 3 dapat dlihat bahwa asam lemak yang paling dominan dalam minyak

kelapa murni (VCO) adalah asam laurat C12H24O2. Asam laurat sangat diperlukan dalam

pembuatan sabun karena asam laurat mampu memberikan sifat pembusaan yang sangat baik

untuk produk sabun. asam laurat merupakan asam lemak jenuh yang memiliki sifat

pembusaan yang baik dan sering digunakan dalam formulasi sabun. Penggunaan asam laurat

sangat penting dalam proses pembuatan sabun transparan yang teksturnya keras serta

9

Page 10: Sabun Tranparan ekstrak white tea

kemampuan membersihkan yang tinggi dan menghasilkan busa yang lembut sehingga sabun

transparan tersebut dapat berfungsi untuk menghaluskan dan melembabkan kulit.

Menurut penelitian Lembaga penelitian Indonesia LIPI tahun 2005 atas manfaat VCO

sebagai kosmetik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa VCO bagus untuk kulit. Sebagai

kosmetik, VCO dapat dipakai secara langsung sebagai handbody yang berfungsi mencegah

kekeringan dan kulit pecah – pecah, disamping itu, VCO juga dapat digunakan sebagai bahan

dasar sabun dan shampoo karena sabun VCO menghasilkan busa yang cukup baik. Riset dan

uji klinis telah membuktikan keampuhan VCO dalam mendukung keseimbangan kimiawi

kulit secara alami, melembutkan kulit dan mengencangkan kulit dan lapisan lemak

dibawahnya, serta mencegah keriput, kulit kendor, dan bercak – bercak penuaan (Budi,

2009).

Minyak kelapa murni dapat membantu mencegah kulit dari terbentuknya bintik –

bintik coklat pada kulit akibat paparan sinar matahari berlebih. Minyak kelapa murni dapat

membantu mengangkat sel mati dari permukaan kulit yang menumpuk dan menggantikannya

dengan sel kulit baru sehingga kulit menjadi lebih halus.

2.5.2 Minyak Kelapa Sawit (Palm Oil)

Minyak kelapa sawit diperoleh dari pengolahan buah kelapa sawit (Elaeis guinensis

JACQ). Secara garis besar buah kelapa sawit terdiri dari serabut buah (pericarp) dan inti

(kernel). Minyak kelapa sawit seperti umumnya minyak nabati lainnya adalah merupakan

senyawa yang tidak larut dalam air, sedangkan komponen penyusunnya yang utama adalah

trigliserida dan nontrigliserida (Pasaribu, 2004). Kandungan trigliserida pada minyak kelapa

sawit disajikan pada Tabel 5.

Tabel 4. Trigliserida dalam Minyak Kelapa Sawit

(Sumber:

Menurut Yetti dalam Widiyanti (2009), menjelaskan bahwa dari buah kelapa sawit

diperoleh minyak mentah yang terdiri atas dua fraksi, yaitu fraksi padat (stearin) dan fraksi

cair (olein). Untuk menjadi minyak goreng, minyak sawit mentah mengalami dua kali proses

10

Page 11: Sabun Tranparan ekstrak white tea

rafinasi (refining). Dari proses rafinasi pertama, yaitu penetralan, pencucian, penghilangan

warna (bleaching) dan penghilangan bau (deodorization), diperoleh Refined Bleached

Deodorized Palm Oil (RBDPO) yang juga terdiri atas fraksi padat dan fraksi cair. Proses

rafinasi kedua adalah proes rafinasi, yang sering juga disebut sebagai proses penyaringan.

Menurut Departemen Pertanian (2008), RBD olein merupakan minyak yang diperoleh dari

fraksinasi CPO dalam fase cair. Secara umum, proses pengolahan (pemurnian) minyak sawit

dapat menghasilkan 73% olein, 21% stearin, 5% Palm Fatty Acid Distillate (PFAD), dan

0,5% bahan lainnya. Sifat fisiko-kimia olein sawit dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 5. Sifat Fisiko-Kimia Olein Sawit

Karakteristik Nilai

Bobot jenis, 25ºC 0,900

Indeks blas, 40ºC 1,4565 – 1,4585

Bilangan iod 48 – 56

Bilangan penyabunan 196 - 205(Sumber: Luthana dalam Widiyanti 2009)

Menurut Kataren dalam Widiyanti (2009), asam-asam lemak dan gliserida tidak

memiliki warna, sehingga warna minyak ditentukan oleh pigmen yang masih tersisa setelah

proses pemucatan. Warna orange atau kuning disebabkan adanya pigmen karoten yang larut

dalam minyak. Komposisi asam lemak dalam olein kelapa sawit dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 6. Komposisi Asam Lemak dalam Olein Sawit

Asam Lemak Jumlah (%)Asam lemak jenuh Palmitat (C16H32O2) 37,9 – 41,7 Stearat (C18H36O2) 4,0 – 4,8 Miristat (C14H28O2) 0,9 – 1,5 Laurat (C12H24O2) 0,1 – 0,5Asam lemak tak jenuh Oleat (C18H34O2) 40,7 – 43,9 Linoleat (C18H32O2) 10,4 – 13,4 Linolenat (C18H30O2) 0,1 – 0,5

(Sumber: Departemen Pertanian, 2008)

11

Page 12: Sabun Tranparan ekstrak white tea

2.6. Komponen Lain Pembentuk Sabun

Menurut Hambali (2005) menyatakan jenis bahan baku yang digunakan untuk

memproduksi sabun transparan antara lain asam stearat, minyak, natrium hidroksida (NaOH),

gliserin, gula pasir, etanol dan coco dietanolamida (coco-DEA).

Metode pembuatan sabun transparan melibatkan pelelehan fase lemak dan persiapan

air utuk melarutkan sukrosa, gliserin dan pengawet. Kedua fase ini bereaksi dengan larutan

beralkohol dari kaustik soda dibawah pemanasan terkontrol. Setelah reaksi selesai, sabun ini

kemudian siap untuk diberi warna dan wewangian. Setelah pewarnaan dan pewangian, sabun

akhir dituangkan ke dalam cetakan atau gelas terpisah dan dibiarkan mengeras sebelum

dikemas (Williams dan Schmitt, 2002). Formula dasar untuk tipe sabun transparan mengacu

kepada Cognis (2003) dikutip dalam Purnamawati (2006).

Berikut ini adalah penjelasan mengenai bahan baku yang digunakan dalam

pembuatan sabun transparan :

1. Asam Stearat

Asam stearat adalah jenis asam lemak dengan rantai hidrokarbon yang panjang (C18),

mengandung gugus karboksil di salah satu ujungnya dan gugus metil di ujung yang lain,

memiliki 18 atom karbon dan merupakan asam lemak jenuh karena tidak memiliki ikatan

rangkap di antara atom karbonnya (Poucher, 1974).

Pada proses pembuatan sabun transparan, jenis asam stearat yang digunakan adalah

yang berbentuk kristal putih dan mencair pada suhu 56oC. Fungsi asam stearat pada

proses pembuatan sabun adalah untuk mengeraskan dan menstabilkan busa (Hambali et

al., 2005). Komposisi Asam stearat yang digunakan dalam penelitian ini 8% berat sabun

2. Natrium hidroksida (NaOH) atau Kaustik Soda

Natrium hidroksida adalah senyawa alkali berbentuk butiran padat berwarna putih

dengan berat molekul 40,01, titik leleh 318,4oC, titik didih 1390oC dan merupakan basa kuat

yang larut dalam air. Menurut Poucher (1947) menyatakan natrium hidroksida diperoleh

melalui proses hidrolisis natrium klorida, dan sering disebut sebagai kaustik soda atau soda

api.

Shrivastava (1982) menyebutkan bahwa NaOH adalah alkali yang paling sering

digunakan dalam industri pembuatan hard soap, hard soap sendiri merupakan jenis sabun

yang paling banyak diproduksi. Bersama dengan asam lemak, NaOH bereaksi membentuk

sabun dan gliserol (Swern, 1979). Menurut Departemen Perindustrian (1984) menyatakan

banyaknya alkali yang akan digunakan dapat ditentukan dengan melihat besarnya bilangan

penyabunan. Komposisi NaOH yang digunakan dalam penelitian ini 22% berat sabun

12

Page 13: Sabun Tranparan ekstrak white tea

3. Coco dietanolamida (Coco-DEA)

Coco-DEA merupakan dietanolmida yang terbuat dari minyak kelapa. Dalam sediaan

kosmetika, DEA berfungsi sebagai surfaktan dan zat penstabil busa (Wade dan Weller,

1994). Menurut Williams dan Schmit (2002) menyatakan bahwa dietanolamida sebagai

penstabil busa yang paling efektif. Dietaloamida tidak pedih di mata, mampu

meningkatkan tekstur kasar busa serta dapat mencegah proses penghilangan minyak secara

berlebihan pada kulit dan rambut (Suryani et al, 2002). Surfaktan adalah senyawa aktif

penurun tegangan permukaan yang bermanfaat untuk menyatukan fasa minyak dengan

fasa air (Hambali, 2005). Komposisi Coco-DEA yang digunakan dalam penelitian ini 3%

berat sabun

4. Gliserin

Gliserin merupakan produk samping pemecah minyak atau lemak untuk menghasilkan

asam lemak. Gliserin berbentuk cairan jernih tidak berbau dan memiliki rasa manis

(Hambali et al., 2005). Pada pembuatan sabun transparan gliserin berfungsi untuk

menghasilkan penampakan yang transparan dan memberikan kelembaban pada kulit

(humektan) (Mitsui, 1997).

George dan Serdakowski (1996) menyatakan bahwa humektan (Moisturizer) adalah

skin conditioning agents yang dapat meningkatkan kelembaban kulit. Fungsinya adalah

sebagai komponen higrokopis yang mengundang air dan mengurangi jumlah air yang

meninggalkan kulit. Efektifitas gliserin tergantung pada kelembaban lingkungan

disekitarnya. Komposisi gliserin yang digunakan dalam penelitian ini 13% berat sabun

5. Natrium Klorida (NaCl)

NaCl berbentuk butiran kristal kubik berwarna putih, bersifat higroskopok rendah dan

dapat ditambah pewarna atau pewangi. (Wade dan Weller, 1994). Dalam pembuatan sabun

transparan, NaCl berungsi sebagai elektrolit dan juga turut berperan dalam pembentukan

busa (Swern, 1979). Untuk menghasilkan sabun yang berkualitas tinggi menurut

Shrivastava (1982) menyatakan bahwa NaCl yang digunakan harus bebas dari unsur besi,

kalsium dan magnesium.

Penambahan NaCl juga bertujuan untuk meningkatkan konsentrasi elektrolit sesuai

dengan penurunan jumlah alkali pada akhir reaksi, sehingga bahan – bahan pembuat

sabun tetap seimbang selama proses pemanasan. Komposisi Nacl yang digunakan dalam

penelitian ini 0,2% berat sabun

13

Page 14: Sabun Tranparan ekstrak white tea

6. Etanol

Etanol (etil alkohol) berbentuk cair, jernih dan tidak berwarna. Dalam pembuatan

sabun etanol berfungsi sebagai pelarut karena sifatnya yang mudah larut dalam air dan

lemak sehingga akan menghasilkan sabun dengan kelarutan yang tinggi (Puspito, 2008).

Shrivastava (1982) menyatakan dalam pembuatan sabun transparan etanol merupakan

bahan yang paling penting untuk membentuk tekstur transparan sabun. Komposisi Etanol

yang digunakan dalam penelitian ini 15% berat sabun

7. Asam sitrat

Asam sitrat memiliki bentuk berupa bubuk kristal putih, bahan ini diperoleh melalui

proses hidrolisis pati yang berasal dari tumbuhan. Penggunaan dari asam sitrat dalam

pembuatan sabun adalah kemampuannya sebagai penyapu logam – logam berat dalam air

sadah (Winarno dan Laksmi, 1974). Fungsi lainnya asam sitrat sebagai pengelat (chelating

agent) yaitu pengikat ion – ion logam pemicu oksidasi, sehingga mampu mencegah

terjadinya oksidasi pada minyak akibat pemanasan. Asam sitrat juga dapat dimanfaatkan

sebagai pengawet dan pengatur PH. Komposisi Asam stearat yang digunakan dalam

penelitian ini 3% berat sabun

8. Gula pasir

Gula pasir berbentuk kristal putih, pada proses pembuatan sabun transparan, gula

pasir berperan untuk membantu terbentuknya transparansi pada sabun transparan. Gula

pasir yang ditambahkan dalam sabun dapat membantu perkembangan kristal pada sabun

transparan serta kepadatan sabun. (Hambali et al., 2005). Komposisi gula pasir yang

digunakan dalam penelitian ini 11% berat sabun

9. Aquadest

Berbentuk cairan jernih yang berfungsi sebagai pelarut. Aquadest pelarut yang tidak

menimbulkan toksik. Aquadest dapat melarutkan sebagian besar bahan lain yang

digunakan. Komposisi aquadest yang digunakan dalam penelitian ini 4,5% berat sabun

2.6. Penambahan Zat Aktif

2.6.1 Manfaat Teh Putih

Teh putih adalah daun teh yang belum diawetkan dan dioksidasi. Senyawa utama

yang dikandung teh putih ini yaitu tannin, gallic acid, catehcin. Senyawa tannin dan katekin

mempunyai sifat bakterostatik, fungistatik, dan merupakan racun (Hartoyo, 2003).

Penelitian-penelitian yang mengacu pada komposisi kimia berbagai varietas teh

membuktikan bahwa semakin sedikit pengolahan atau oksidasi teh mengalami, semakin

14

Page 15: Sabun Tranparan ekstrak white tea

antioksidan polifenol mempertahankan. Pengolahan minimal teh putih menghasilkan lebih

tinggi konsentrasi fitokimia polifenol, termasuk katekin. Katekin umumnya dianggap lebih

aktif dalam promosi kesehatan, karena antioksidan dan sifat pelindung lainnya. Teh putih

lebih banyak diambil dari bunga dan daun teh yang masih muda, sehingga kafein lebih

rendah dibandingkan daun yang lebih tua, dan dapat disimpulkan bahwa teh putih

mengandung lebih sedikit kafein dibandingkan dengan teh hijau. Oleh karena itu menjadikan

teh putih kaya manfaat.

Walaupun penelitian mengenai teh putih masih sangat terbatas, tetapi beberapa

penelitian mengacu kepada kandungan teh putih yang bersifat antioksidan, antibakteri dan

antijamur. Hal ini menjadikan teh putih dapat digunakan sebagai obat terhadap penyakit. Di

Indonesia beberapa produk minuman menambahakan ekstrak teh putih. Berikut ini rincian

dari manfaat teh putih yang sudah diteliti, yaitu :

1) Sebagai Anti Bakteri dan Anti Virus

Menurut beberapa artikel menunjukkan bahwa ekstrak teh putih mungkin memiliki

aplikasi profilaksis yang dapat membantu menghambat pertumbuhan bakteri yang dapat

menyebabkan infeksi aureus, infeksi Steptococcus, Pneumonia dan Karies Gigi. Belum lama

ini Pusat Penelitian Teh dan Kina, Gambung melakukan penelitian teh putih dapat

menghambat virus H5N1. Hal tersebut membuktikan bahwa teh Putih lebih efektif daripada

teh hijau untuk menonaktifkan virus bakteri serta memiliki efek anti-virus pada virus

patogenik manusia.

2) Sebagai Anti Jamur

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa hal ini memiliki efek anti-jamur pada

Penicillium chrysogenum dan Saccharomyces Cerervisiae. Ditemukan bahwa di dalam Teh

Putih ekstrak sama sekali tidak aktif.

3) Kesehatan Kulit

Para ilmuwan telah menemukan bahwa ekstrak teh putih dapat melindungi

pemusnahan sel Langerhans. Teh putih juga bermanfaat untuk mencegah penuaan dini.

4) Tekanan Darah rendah

Studi menunjukkan bahwa teh putih dapat mengencerkan darah dan memperbaiki

fungsi artery. Membantu menurunkan tekanan darah tinggi dan menjaganya tetap sehat.

Manfaat teh putih yang membuat pembuluh darah tetap kuat dan sehat menjaga kita dari

serangan stroke yang mematikan.

15

Page 16: Sabun Tranparan ekstrak white tea

2.6.2 Ekstraksi Teh Putih

Ekstraksi adalah proses pemisahan secara kimia dan fisika kandungan zat sel

tumbuhan menggunakan pelarut yang sesuai. Pertimbangan pemilihan metode ekstraksi

didasarkan pada bentuk/tekstur bahan yang digunakan, kandungan air dari bahan yang

diekstrasi, jenis senyawa yang akan diekstraksi, sifat senyawa yang akan diekstraksi.

Pada proses ekstraksi teh putih dilakukan dengan cara dingin secara maserasi, metode

ini dipilih karena merupakan cara ekstraksi yang paling sederhana. Dengan cara teh putih

dihaluskan sesuai dengan syarat farmakope (umumnya terpotong-terpotong atau berupa

serbuk kasar) disatukan dengan pelarut pengekstraksi, kemudian dilakukan pengadukan.

Selanjutnya rendaman tersebut disimpan terlindung cahaya langsung (mencegah reaksi yang

dikatalis cahaya atau perubahan warna) dan dikocok berulang-ulang (kira-kira 3 kali sehari).

Secara teoritis pada suatu maserasi tidak memungkinkan terjadinya ekstraksi absolut.

Semakin besar perbandingan sel tumbuhan terhadap cairan pengekstraksi, akan semakin

banyak hasil yang diperoleh (Voight, 1995).

Pemilihan pelarut untuk ekstraksi harus mempertimbangkan banyak faktor. Pelarut

harus memenuhi syarat-syarat, yaitu murah dan mudah diperoleh, stabil fisika dan kimia,

bereaksi netral, tidak mudah menguap dan tidak mudah terbakar, selektif dan tidak

mempengaruhi zat berkhasiat (Ahmad, 2006).

Ekstraksi metode maserasi menggunakan pelarut etanol. Etanol (C2H5OH) merupakan

pelarut senyawa organik yang di pasaran dikenal sebagai alkohol. Dalam suhu kamar, etanol

berwujud cair yang mudah menguap, mudah terbakar, tidak berwarna dan titik didih etanol

78,32oC (Munawaroh dan Handayani, 2010). Selain itu, etanol merupakan golongan alkohol

yang sering digunakan untuk antiseptik, disinfeksi dan pengawetan (Jawetz et al., 2007).

2.7. Proses Pembuatan Sabun

Proses pembuatan sabun transparan dengan metode saponifikasi. Seperti sabun mandi

biasa, sabun transparan merupakan hasil reaksi penyabunan antara asam lemak dan basa kuat.

Perbedaan hanya terletak pada penampakannya yang transparan (Mitsui, 1997).

Metode produksi sabun transparan melibatkan pelelehan fase lemak dan persiapan air

untuk melarutkan sukrosa, gliserin dan pengawet. Kedua fase ini bereaksi dengan larutan

beralkohol dari kaustik soda dibawah pemanasan terkontrol. Setelah reaksi selesai, sabun ini

kemudian siap untuk diberi warna dan wewangian. Pilihan untuk pewangi, pewarna dan

bahan aditif lain lebih terbatas karena tidak satupun dari bahan – bahan ini yang boleh

memiliki efek yang berlawanan dengan pembentukan tekstur transparan sabun. Setelah

16

Page 17: Sabun Tranparan ekstrak white tea

pewarnaan dan pewangian, sabun akhir dituangkan ke dalam cetakan atau gelas terpisah dan

dibiarkan mengeras sebelum dikemas (Williams dan Schmitt, 2002).

Sabun transparan dapat dihasilkan dengan cara melarutkan sabun dalam alkohol

dengan pemanasan lembut (70º - 80º) untuk membentuk larutan jernih, yang kemudian diberi

pewarna dan pewangi. Warna sabun tergantung pada pemilihan bahan awal dan bila tidak

digunakan bahan yang berkualitas baik, kemungkinan sabun yang dihasilkan akan berwarna

sangat kuning (Butler, 2001). Untuk memberikan struktur transparan pada sabun, maka

dalam formulasi sabun ditambahkan gliserin, glukosa, alkohol dan transparent agents.

Propilen glikol, sorbitol, polietilen gliko, surfaktan amfoterik dan sufaktan anionik dapat pula

ditambahkan untuk memberikan fungsi yang sama dengan gliserin (Mitsui, 1997).

2.8. Mutu Sabun

Menurut Imron (1985) bahwa sediaan kosmetik merupakan bahan atau campuran

bahan untuk digosokkan, dituangkan, dipercikan atau di semprotkan pada badan atau bagian

badan manusia dengan maksud untuk membersihkan, memelihara, menambah daya tarik atau

mengubah rupa dan tidak termasuk obat. Penggolongan kosmetik berdasarkan kegunaannya

adalah sebagai higiene tubuh (sabun dan sampo), tata rias (pemerah pipi, lipstik), wangi –

wangian dan proteksi (sun screen). Tujuan penggunaan sediaan kosmetik mandi antara lain

untuk membersihkan tubuh, membantu melunakkan air sadah, memberi keharuman dan rasa

segar serta menghaluskan dan melembabkan kulit.

Dalam pembuatan produk sabun, terdapat beberapa spesifikasi persyaratan mutu yang

harus dipenuhi agar sabun tersebut layak untuk digunakan dan dipasarkan. Spesifikasi

persyaratan mutu yang harus dipenuhi pada produk sabun menurut SNI 06-3532-1994

meliputi beberapa parameter sebagai berikut:

Tabel 7. Syarat Mutu Sabun Mandi (SNI 06-3532-1994)

No Uraian Tipe I Tipe II Superfat1 Kadar air (%) Maks. 15 Maks. 15 Maks. 152 Jumlah asam lemak (%) >70 64-70 >703 Alkali bebas

Dihitung sebagai NaOH (%) Dihitung sebagai KOH (%)

Maks 0,1Maks. 0,14

Maks. 0,1Maks. 0,14

Maks. 0,1Maks. 0,14

4 Asam lemak bebas (%) <2,5 <2,5 2,5 – 7,55 Minyak mineral Negatif Negatif Negatif

(Sumber : BSN, 1994)

17

Page 18: Sabun Tranparan ekstrak white tea

Sabun tipe I merupakan sabun yang terbaik karena mengandung jumlah asam lemak

yang tinggi (lebih dari 70%) dengan asam lemak bebas yang rendah yaitu kurang dari 2,5%.

Sabun tipe I, II, dan superfat merupakan sabun yang dapat dipasarkan di masyarakat karena

aman untuk digunakan. Sabun tipe II lebih baik dari superfat karena kandungan asam lemak

bebasnya kurang dari 2,5%.

18

Page 19: Sabun Tranparan ekstrak white tea

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan selama 5 bulan dari bulan Juli- November 2015 di

Laboratorium Pasca Panen dan teknologi Proses dan Laboratorium Kimia Pangan

3.2 Alat dan Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain teh putih yang berasal dari Pusat

Penelitian Teh dan Kina Gambung, Bandung, minyak kelapa murni (VCO) yang didapatkan

dari Balai Besar Industri Agro di Bogor dan minyak kelapa sawit merk Bimoli. Bahan kimia

yang digunakan adalah etanol asam stearat (Stearic Acid), asam sitrat, NaOH 30% (Natrium

hydroxide), gliserin, etanol 96%, gula pasir, NaCl (natrium chloride), Air (aquadest), coco-

dietanolamida (Coco DEA). Bahan pendukung terdiri dari alumunium foil, tissu, kapas, dan

plastik wrap

Adapun peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain timbangan

analitik, hot plate stirrer, spektrofotometer, thermometer, rotary evaporator vacuum, tyler

sieves, water bath, oven, dan grinder.

3.3 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental

laboratorium dengan analisis secara deskriptif. Hasil penelitian ini bertujuan mengkaji

tentang pembuatan sabun transparan berbasis minyak kelapa murni (VCO) dan minyak

kelapa sawit yang mengadung bahan aktif ekstrak teh putih.

3.4 Indikator Capaian

No Aktivitas Indikator capaian

1 Karakterisasi produk peko kering teh putih

Karakteristik produk peko teh putih (kadar air)

2

Pembuatan sabun herbal transparan menggunakan minyak kelapa murni (VCO) dan penambahan bahan aktif ekstrak teh putih

Sabun herbal transparan dengan penambahan bahan aktif ekstrak teh putih

3 Pembuatan sabun herbal transparan menggunakan minyak kelapa sawit

Sabun herbal transparan dengan penambahan bahan aktif ekstrak teh

19

Page 20: Sabun Tranparan ekstrak white tea

(palm oil) dan penambahan bahan aktif ekstrak teh putih putih

4 Pembuatan laporan Laporan Penelitian

5Memasukkan karya ilmiah dalam jurnal Surat tanda terima dari editor jurnal

3.5 Tahapan Penelitian

Penelitian terbagi menjadi 4 tahapan yaitu persiapan bahan baku, ekstraksi dengan

menggunakan maserasi tunggal, pembuatan sabun herbal transparan dengan penambahan

ekstrak teh putih, serta analisis data. Tahapan penelitian secara umum pada Gambar 1.

Gambar 1. Diagram proses tahapan penelitian

20

Penggilinggan dengan grinder dan penggayakan dengan tyler sieves

Mulai

Ekstraksi dengan masersi tunggal (etanol 96%)

Teh putih

Bubuk teh putih

Penyaringan secara vakum degan kertas whatman nomor 40

Maserat dari pelarut etanol 96%

Penguapan dengan rotary vacuum evaporator

Ekstrak kental dari pelarut etanol 96%

Tahap 1 : Persiapan bahan baku

Tahap 2 : Maserasi Tunggal

Minyak kelapa murni (VCO) Minyak kelapa sawit (palm oil)

Tahap 4 : analisis data

Tahap 3 : Sabun Herbal Transparan

Sabun herbal transparan

A

A

Page 21: Sabun Tranparan ekstrak white tea

- Kadar air pucuk basah- Kadar air pucuk kering- Uji warna peko kering

Randemen pengecilan ukuran

Gambar 1. Diagram proses tahapan penelitian (Lanjutan)

3.5.1 Persiapan Bahan Baku Teh Putih

Sebelum pembuatan ekstrak teh putih, dilakukan persiapan baku teh putih. Diagram

alir proses persiapan bahan baku dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Diagram alir tahapan persiapan bahan baku

Secara rinci tahapan persiapan bahan baku sebagai berikut:

1. Mempersiapkan bahan teh putih untuk diberi perlakukan pengecilan ukuran dengan

menggunakan grinder. Berat teh putih ditimbang sebelum pengecilan ukuran.

2. Teh putih yang telah diketahui bobotnya kemudian digiling dengan menggunakan grinder

selama 1 menit dan kemudian ditimbang kembali.

3. Bubuk teh putih diayak dengan menggunakan rotap tyler dengan 18 mesh. Bubuk teh

yang lolos dan tidak lolos 18 mesh ditimbang.

4. Bubuk teh yang dapat digunakan untuk ekstraksi adalah bubuk yang lolos 18 mesh.

Berikut ini prosedur dan atau untuk mendapatkan data-data pada persiapan bahan baku:

1. Kadar air teh putih (kering dan segar) dan bubuk teh putih (SNI 3836-2013)

21

Mulai

Pengayakan dengan rotap tyler ukuran 18 mesh

Teh Putih

Tahapan 1-Persiapan bahan baku

Bubuk teh putih

Selesai

Pengecilan ukuran dengan grinder

Analisis data

Analisis data

Selesai

Bubuk tidak lolos

Kadar air bubuk teh putih

Page 22: Sabun Tranparan ekstrak white tea

Berikut ini prosedur mendapatkan kadar air pada teh putih (kering dan segar) dan bubuk

teh putih:

a. Memanaskan cawan dalam oven pada suhu (105±2) 0C selama lebih kurang satu jam

dan dinginkan dalam desikator selama 20 – 30 menit, kemudian timbang dengan

neraca analitik (W0);

b. Memasukan ± 5 gram sampel ke dalam cawan dan ditimbang (W1) ;

c. Memanaskan cawan yang berisi sampel tersebut di dalam oven pada suhu (105±2) 0C

selama tiga jam;

d. Memindahkan sampel ke dalam desikator dan dinginkan selama 20 - 30 menit

kemudian ditimbang;

e. Melakukan pemanasan kembali selama satu jam dan ulangi kembali perubahan berat

antara pemanasan selama satu jam mempunyai interval ≤ 2 mg (W2);

f. Melakukan pekerjaan secara duplo

g. Menghitung kadar air (basis basah) dalam sampel

Ka =

W 1−W2

W 1−Wox100 %

…………………………………………….(1)

Keterangan:

W0 = bobot cawan kosong dan tutupnya, dinyatakan dalam gram (g);

W1 = bobot cawan, tutupnya dan sampel sebelum dikeringkan, dinyatakan dalam

gram (g);

W2 = bobot cawan, tutupnya dan sampel setelah dikeringkan, dinyatakan dalam gram

(g).

3.5.2 Maserasi Tunggal

Pada Gambar 3 disajikan diagram alir proses pembuatan ekstrak dari teh putih

menggunakan metode maserasi tunggal. Berikut ini tahapan pembuatan ekstrak teh putih

secara lengkap dengan:

1. Memasukan bubuk teh putih sebanyak 100 g kedalam beaker glass, kemudian

dimaserasi dengan ± 900 ml larutan etanol 96%.

2. Menutup beaker glass dengan rapat menggunakan plastik craft dan alumunium foil.

3. Mengaduk secara perlahan yang dilakukan 1-2 kali sehari yang disimpan di suhu kamar

selama 24 jam.

22

Page 23: Sabun Tranparan ekstrak white tea

4. Menyaring dengan menggunakan kertas filter setelah 24 jam maserasi, yang bebas

partikel kasar.

5. Menguapkan hasil filtrasi dengan rotary vacuum evaporator dengan suhu 40ºC selama

2-3 jam dan membiarkan sirkulasi berjalan sehingga hasil evaporasi tersisa dalam labu

pemisah. Pada akhir proses ini didapatkan ekstrak murni dengan cairan kental.

Gambar 3. Diagram alir proses pembuatan ekstrak teh putih

Analisis karakteristik ekstrak teh putih meliputi:

1. Rendemen ekstraksi dan rendemen total

Rendemen ekstraksi teh putih merupakan perbandingan antara ekstrak teh putih hasil

ekstraksi dengan berat bubuk teh putih sebelum ekstraksi, sedangkan untuk rendemen total

merupakan perbandingan antara bobot ekstrak teh putih terhadap berat awal peko kering yang

digunakan.

Rendemen ekstraksi =

berat ekstrak teh putih ( g )−(kadar sisa pelarut ×berat ekstrak teh putih)(g)

berat awalbubuk teh putih(g)× 100 %

.............................................................................................................(3)

23

Mulai

Bubuk teh putih+etanool 96% perbandingan 1:9 (b/v)

MaserasiPengadukan=2 kali; T=suhu ruang; t= 24 jam

Penyaringan Vacuum Ampas

Filtrat

EvaporasiT=40ºC; t=2-3 jam

Ekstrak teh putih

Selesai

- Rendemen ekstraksi- Rendemen total- Sisa pelarut- Bobot jenis ekstrak

Page 24: Sabun Tranparan ekstrak white tea

Rendemen total =

berat ekstrak teh putih ( g )−(kadar sisa pelarut ×berat ekstrak teh putih)(g)berat awal pekokering (g)

× 100 %

.............................................................................................................(4)

Analisis mutu ekstrak teh putih meliputi:

1. Sisa Pelarut (Keraten, 1988)

Sisa pelarut dalam ekstrak teh putih dihitung dengan didasarkan volume pelarut yang

diuapkan dari satuan berat bahan.

Sisa pelarut = a−b

a× 100%.........................................................(5)

Keterangan

a = 2-3 g ekstrak teh putih dimasukan ke dalam labu evaporator suhu 50ºC, P = di

bawah 1 atm = mmHg, dan waktu = 1 jam.

b = berat setelah dievaporasi.

2. Bobot jenis

Bobot jenis ekstrak diukur dengan perbandingan massa ekstrak teh putih dengan

volumezat padat yang menunjukkan bobot jenisnya. Perhitungan densitas atau bobot jenis

adalah sebagai berikut:

f = pikno + zat padat (ekstrak) (g)

e = pikno kosong yang sudah dikalibrasi (g)

g = pikno + ekstrak + zat cair (g)

Berat ekstrak = f – e (g)

Volume pelarut = g−f

berat jeniscair

Volume ekstrak teh putih (sampel) = volume pikno – volume pelarut

Berat jenis ekstrak = berat ekstrak te h puti h

volume ekstrak te h puti h .....................................(6)

3.5.3 Pembuatan Sabun Transparan dari Minyak Kelapa Murni (VCO) dan Minyak

Kelapa Sawit (Palm oil)

Tahapan pembuatan sabun padat transparan dengan minyak kelapa murni (VCO) dan

minyak kelapa sawit dengan tambahan bahan aktif ekstrak teh putih terdapat pada

Gambar 4.

24

Page 25: Sabun Tranparan ekstrak white tea

Gambar 4. Diagram alir pembuatan sabun herbal transparan

Pada tahap ini, sabun dibuat dengan mencairkan asam stearat kemudian dicampurkan

dengan minyak kelapa sawit pada suhu 70º - 80ºC sambil diaduk. Setelah homogen,

ditambahkan NaOH 30%, sehingga terbentuk stok sabun. Selanjutnya ditambahkan bahan-

bahan pendukung yaitu etanol, gliserin, gula pasir yang telah dilarutkan dengan

menggunakan aquadest, asam sitrat, Coco DEA, dan NaCl sehingga terbentuk sabun

25

Page 26: Sabun Tranparan ekstrak white tea

transparan. Kemudian suhu diturunkan menjadi 40ºC untuk ditambahkan ekstrak teh putih

sebanyak 0,5%; 1%; 1,5% diaduk hingga rata sehingga terbentuk sabun padat transparan

yang mengandung ekstrak teh putih. Selanjutnya dicetak dengan cetakan silikon dan sabun

menguji kualitas sabun. Diagram alir proses pembuatan sabun transparan dapat dilihat pada

Gambar 4.

3.6 Analisis Data

1. Uji Organoleptik

Uji organoleptik yang dilakukan merupakan uji tingkat kesukaan atau hedonik. Panelis

yang diminta penilaiannya adalah panelis yang tidak terlatih. Uji dilakukan terhadap warna/

transparansi, kekerasan, dan banyak busa. Uji organoleptik ini dilakukan dengan

menggunakan responden sebanyak 20 orang dengan skala penilaian 1 – 5. Skala penelitian

yang diberikan yaitu (1) sangat tidak suka, (2) tidak suka, (3) biasa, (4) suka, (5) sangat suka.

Warna/ Transparansi dan Aroma

Penilaian terhadap kesukaan warna transparansi dan aroma dilakukan dengan

cara visual, yaitu dengan mengamati sabun padat transparan yang dihasilkan. Uji ini

menggunakan responden sebanyak 20 orang dengan skala 1 – 5. Skala penelitian yang

diberikan yaitu (1) sangat tidak suka, (2) tidak suka, (3) biasa, (4) suka, (5) sangat

suka.

2. Uji Kimia

Jumlah/Kadar Asam Lemak (SNI 06-3532-1994)

Kurang lebih 2 gram sampel dimasukkan ke dalam gelas piala, ditambahkan 25 ml air panas dan dipanaskan di atas penangas air sampai sampel larut seluruhnya, kemudian dimasukkan ke dalam Labu Cassia berskala minimal 0,1 ml. Sisa sampel dalam gelas piala dibilas dengan air destilata dan air bilasannya dituang kedalam Labu Cassia. Kemudian ditambah beberapa tetes indokator metal oranye dan 10-15 ml HCL 10% (atau 7-10 ml H2SO4 25%). Asam lemak bebas akan mengapung dan larutan berubah warna menjadi merah muda.

Labu Cassia yang berisi larutan sampel dipanaskan dalam penangas air dengan kondisi leher labu terendam air sampai setengahnya. Setelah asam lemaknya terpisah dan mengapung, ke dalam labu ditambahkan air panas sampai asam lemaknya berada diantara skala pembagian pada leher labu. Larutan dipanaskan terus selama kurang lebih setengah jam dan dibaca pada suhu 100ºC (pada saat air dalam penangas mendidih).

Kadar asam lemak (%) =volume asamlemak (ml ) x 0,84

bobot contoh(gram)x 100 %

26

Page 27: Sabun Tranparan ekstrak white tea

0,84 = BD asam lemak pada 100ºC

Alkali Bebas (SNI 06-3532-1994)

Siapkan alkohol netral dengan mendidihkan 100 ml alkohol dalam labu

erlenmeyer 250 ml, ditambahkan 0,5 ml penunjuk fenolftalein dan dinginkan

sampai suhu 70ºC. Kemudian netralkan dengan KOH 0,1 N dalam alkohol.

Timbang ± 5 gram contoh dam masukkan ke dalam alkohol netral diatas,

tambakan batu didih, pasangan pengindin tegak, dan panasi agar cepat larut

diatas penangas air, lalu didihkan selama 30 menit. Apabila larutan tidak

bersifat alkalis (tidak berwarna merah), dinginkan sampai suhu 70ºC dan

titrasi dengan larutan KOH 0,1 N dalam alkohol sampai timbul warna

merah yang tahan selama 15 detik.

Kadar asam lemak bebas = V x N x 0,205

Wx100 %

V = KOH 0,1 N yang digunakan (ml)

N = normalitas KOH yang digunakan

W = berat contoh (gram)

0,205 = berat setara asam laurat

Bila contoh sabun mengandung banyak bagian yang tidak larut, agar tidak

mengganggu, saring dahulu sebelum titrasi dilakukan. Apabila larutan tersebut

diatas bersifat basa (penunjuk fenilftalein berwarna merah), maka yang diperiksa

bukan asam lemak bebas tetapi alkali bebas dengan menitrasinya menggunakan

HCl 0,1 N dalam alkohol dari mikro biuret, sampai warna merah tepat hilang.

Kadar alkali bebas dihitung sebagai NaOH = V x N x 0,04gram contoh

x100%

Nilai pH

pH sabun diukur dengan alat pH meter. Alat terlebih dahulu dikalibrasi dengan

menggunakan larutan buffer standar pH 7, hingga menunjukkan harga pH yang

tersebut diatas. Elektoda dicuci dengan air suling lalu dikeringkan dengan kertas

tisu. Pengukuran pH sabun dilakukan dengan cara mengencerkan 1 gram sabun

dengan 10 ml air suling di dalam suatu wadah, kemudian elektroda dicelupkan

kedalam larutan tersebut dan biarkan bergerak sampai posisi angka konstan.

Angka yang ditunjukkan pH meter merupakan harga pH dari sabun.

27

Page 28: Sabun Tranparan ekstrak white tea

3.7 Road Map Penelitian

28

2012-2013 2014

1.Telah dilakukan beberapapenelitian singkat saat magang di PPTK Gambung tentang prosessing teh hitam dan hijau, kemudian karena belum banyak dikembangkan processing dari teh putih maka perlu dikaji pemanfaatan bahan penyegar ini sebagai ekstrak teh putih

2.Perancangan proses pembuatan ekstrak teh putih dengan metode maserasi bertingkat

1.Karakterisasi peko kering teh putih

3.Pengujian aktivitas antibakteri hasil ekstrak teh putih

4.Pengujian aktivitas antioksidan hasil ekstrak teh putih

2015

2. Perancangan proses pembuatan sabun transparan basis minyak kelapa sawit dengan tambahan ekstrak teh putih

1. Perancangan proses pembuatan sabun transparan basis minyak kelapa murni (VCO) dengan tambahan ekstrak teh putih

3. Proses pembuatan sabun transparan basis minyak zaitun dengan tambahan ekstrak teh putih

4. Pembuatan sabun transparan basis minyak jarak dengan tambahan ekstrak teh putih

5.Pengujian aktivitas antijamur hasil ekstrak teh putih

5. Pengujian sabun padat transparan sesuai (SNI 06-3532-1994)

Page 29: Sabun Tranparan ekstrak white tea

BAB IV.

BIAYA DAN JADWAL PELAKSANAAN

4.1 Anggaran Biaya

Rekapitulasi Anggaran Penelitian

No Uraian Biaya yang diusulkan (Rp)

1 Honor Tim Peneliti 4,530,000 2 Belanja Bahan Habis Pakai 6,508,150 3 Biaya Perjalanan 1,500,000 4 Lain-lain 2,461,850

Total Biaya 15,000,000

4.2 Jadwal Penelitian

No Tahapan PenelitianWaktu Pelaksanaan bulan ke

1 2 3 4 51 Tahapan Persiapan            Rapat Koordinasi            Persiapan Bahan dan Alat          2 Tahapan Pelaksanaan            Rapat Koordinasi          

 Pembuatan sabun padat transparan dengan minyak kelapa murni (VCO)          

 Pembuatan sabun padat transparan dengan minyak kelapa sawit          

 Karakterisasi produk peko kering teh putih (uji kadar air)          

  Pembuatan bubuk teh putih          

 Maserasi tunggal teh putih dengan pelarut etanol 96%          Pembuatan sabun padat transparan dengan minyak kelapa murni (VCO) dengan penambahan ekstrak teh putihPembuatan sabun padat transparan dengan minyak kelapa sawit dengan penambahan ekstrak teh putih

  Pengolahan Data            Rapat Koordinasi dan Laporan Kemajuan          3 Tahapan Penyelesaian            Diskusi Tim untuk Pembuatan laporan akhir          

29

Page 30: Sabun Tranparan ekstrak white tea

  Pembuatan laporan            Pembuatan Karya Ilmiah            Memasukkan Karya Ilmiah ke Jurnal            Penyerahan Laporan Akhir          

DAFTAR PUSTAKA

Badan Standarisasi Nasional., 1994. Standar Mutu Sabun Mandi. SNI 06-3532-1994. Dewan Standardisasi Nasional. Jakarta.

Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar (BALITRI). 2013. Teh Putih yang Langka dan Mahal. Badan Litbang Pertanian – Kementrian Pertanian. Sukabumi.

Departemen Perindustrian. 2007. Gambaran Sekilas Minyak Kelapa Sawit. Jakarta Selatan.

Ginting, Ardhi Novrialdi., et al. 2013. Formulasi Sabun Transparan Antibakteri Ekstrak Lidah Mertua (Sansivieria ehrenbergii) sebagai Sabun Ramah Lingkungan. Laporan Akhir Program Kreativitas Mahasiswa, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Hambali, Erliza., Bunasor, Tattit K., Suryani, Ani., Kusumah, Giri Angga. 2005. Aplikasi Dietanolamida dari Asam Laurat Minyak Inti Sawit pada Pembuatan Sabun Transparan. Jurnal Teknik Pertanian Vol. 15 (2), 46-53. Fakultas Teknologi Pertanian; Bogor.

Izhar, H., Sumiati, dan Moeljadi P. 2009. Analisis Sikap Konsumen terhadap Atribut Sabun Mandi. Universitas Brawijaya. Malang.

Nurhadi, Sieli Cicilia. 2012. Pembuatan Sabun Mandi Gel Amali dengan Bahan Aktif Mikroalga Chlorella pyrenoidosa Beyerinck dan Minyak Atsiri. Skripsi. Universitas Ma Chung. Malang.

Pasaribu, Nurhida. 2004. Minyak Buah Kelapa Sawit. Jurusan Kimia: Universitas Sumatera Utara

Preedy, V.R. 2013. Tea in Healty and Disease Prevention. United States of America : Academic Press. Available at: http://books.google.co.id. Diakses pada tanggal 14 April 2015 pukul 14.12 WIB.

Purnamawati, Debbi. 2006. Kajian Pengaruh Konsentrasi Sukrosa dan Asam Sitrat terhadap Mutu Sabun Transparan. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian , Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Qisti, Rachmiati. 2009. Sifat Kimia Sabun Transparan dengan Penambahan Madu pada Konsentrasi yang Berbeda. Bogor, Program Studi Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor.

Rahadiana, P., Andayani L.S. 2014. Pabrik Sabun Transparan Beraroma Terapi dari Minyak Jarak dengan Proses Saponifikasi Trigliserida Secara Kontinyu. Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS.

30

Page 31: Sabun Tranparan ekstrak white tea

Refdanita, Maksum, R., Nurgani, A., dan Endang, P. 2004. Faktor yang Mempengaruhi Ketidaksesuaian Penggunaan Antibiotika dengan Uji Kepekaan di Ruang Intensif Rumah Sakit Fatmawati. Jakarta Tahun 2001 – 2002. Makara, Kesehatan 8 (1): 21 – 26.

Widiyanti, Yunita. 2009. Kajian Pengaruh Jenis Minyak terhadap Mutu Sabun Transparan. Fakultas Teknologi Pertanian, IPB. Bogor.

Dahlia, 2014. Pengaruh Penambahan Ekstrak Teh Hijau (Camellia sinensis) Pada Pembuatan Sabun Transpran. [Skripsi]. Padang : Universitas Andalas

Hajar, S. 2014. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Teh Putih (Camellia sinensis) Terhadap Bakteri Gram Positif dan Gram Negatif. [Skripsi]. Jatinangor. Univeristas Padjdjaran.

Hambali, E., Tatit K. B., Ani S., Giri A. K. 2005. Aplikasi Dietanolamida dari Asam Laurat Minyak Inti Sawit pada Pembuatan Sabun Transparan. Jurnal Teknologi Industri Pertanian. Vol 15(2), 46-53

Sari, Tuti Indah., Evy Herdiana dan Triana Amelia. 2010. Pembuatan VCO dengan Metode Enzimatis dan Konversinya Menjadi Sabun Padat Transparan Jurnal Teknik Kimia. No 3, Vol. 17.

31