BAB II -...

22
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan tentang Belajar Para ahli mengemukakan pendapatnya tentang pengertian belajar sesuai dengan pendirian dan titik tolak yang berlainan. Berdasarkan sudut pandang yang berlainan itu lahirlah batasan pengertian belajar yang cukup beragam. Sardiman (2007:20) mendefinisikan bahwa:” belajar senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, medengarkan, meniru dan lain sebagainya”. Belajar menurut Syah (2006:23) “tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.. ” Hal itu sejalan dengan pendapat Oemar Malik (2006:37) yang mengatakan bahwa “Belajar adalah proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi belajar dengan lingkungannya.” Kemudian dengan tidak mengubah pengertian belajar sebagai perubahan tingkah laku, Dalyono (2005:14) mengemukakan “Peningkatan kualitas belajar mengutamakan pada penguasaan konsep”. Menurutnya belajar adalah proses mental untuk menemukan konsep atau sesuatu yang dipelajarinya, sehingga dalam benaknya tercipta peta konsep tertentu.

Transcript of BAB II -...

Page 1: BAB II - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/1983/6/2012-2-87205-221409107-bab2-31012013101014.pdfpsikomotorik termasuk yang bersifat ekspresif) dan perilaku afektif/sikap (sikap-sikap

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan tentang Belajar

Para ahli mengemukakan pendapatnya tentang pengertian belajar sesuai

dengan pendirian dan titik tolak yang berlainan. Berdasarkan sudut pandang

yang berlainan itu lahirlah batasan pengertian belajar yang cukup beragam.

Sardiman (2007:20) mendefinisikan bahwa:” belajar senantiasa merupakan perubahan

tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan

membaca, mengamati, medengarkan, meniru dan lain sebagainya”.

Belajar menurut Syah (2006:23) “tahapan perubahan seluruh tingkah laku

individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan

lingkungan yang melibatkan proses kognitif.. ” Hal itu sejalan dengan pendapat

Oemar Malik (2006:37) yang mengatakan bahwa “Belajar adalah proses

perubahan tingkah laku individu melalui interaksi belajar dengan

lingkungannya.” Kemudian dengan tidak mengubah pengertian belajar sebagai

perubahan tingkah laku, Dalyono (2005:14) mengemukakan “Peningkatan

kualitas belajar mengutamakan pada penguasaan konsep”. Menurutnya belajar

adalah proses mental untuk menemukan konsep atau sesuatu yang dipelajarinya,

sehingga dalam benaknya tercipta peta konsep tertentu.

Page 2: BAB II - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/1983/6/2012-2-87205-221409107-bab2-31012013101014.pdfpsikomotorik termasuk yang bersifat ekspresif) dan perilaku afektif/sikap (sikap-sikap

9

Dengan demikian memorinya tidak hanya menyimpan data yang baru

dipelajarinya, melainkan juga menemukan hubungan antara materi yang telah

ada dalam struktur kognitifnya dengan materi yang sedang dipelajari, sehingga

belajar merupakan proses mental yang efektif yang menyangkut aspek-aspek

kognitif.

Pengertian belajar menurut Slameto (2007:2) adalah suatu usaha proses yang

dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baik secara

keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya. Pengertian belajar manapun mengacu pada tingkah laku atau

pribadi seseorang berdasarkan praktek sebagai hasil belajar yang terjadi pada

individu merupakan perubahan dalam kepribadian, yang dimanifestasikan dalam

perubahan penguasaan pola-pola respon atau tingkah laku yang dapat dilihat

dari perubahan keterampilan, kebiasaan, kesanggupan dan pemahaman. Dari

berbagai pendapat yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli tersebut di atas dapat

disimpulkan tentang pengertian belajar. Belajar pada hakekatnya merupakan suatu

usaha, suatu proses perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri individu sebagai

hasil pengalaman atau sebagai hasil interaksinya dengan lingkungan. Perubahan itu

tidak hanya berkaitan dengan penambahan dalam kecakapan, keterampilan,

pengetahuan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak dan penyesuaian diri tetapi

juga pada pola respon baru terhadap lingkungan, emosi dan jasmani.

Pengertian belajar lainnya dikemukakan oleh Pupuh Fathurrahman (2007:17)

yaitu belajar adalah “suatu tahapan perubahan tingkahlaku individu yang dinamis

Page 3: BAB II - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/1983/6/2012-2-87205-221409107-bab2-31012013101014.pdfpsikomotorik termasuk yang bersifat ekspresif) dan perilaku afektif/sikap (sikap-sikap

10

sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan unsur

kognitif, yang mendapat dukungan ranah psikomotor.” Menurut Saiful Sagala

(2007:268) bahwa belajar adalah “kegiatan individu memperoleh pengetahuan,

perilaku dan keterampilan dengan cara mengolah bahan belajar.” Dalam konteks ini

belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku pada

diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari belajar dapat ditunjukkan dengan

berbagai bentuk seperti berubah tingkah laku dan sikap pengetahuan, pemahaman,

ketrampilan, kecakapan dan kemampuan, daya realisnya, daya penerimaannya dan

lain-lain yang ada pada diri individu.

Perubahan ini menunjukkan kinerja (perilaku), berarti belajar itu menentukan

semua keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai yang diperoleh individu (siswa).

Dalam belajar dihasilkan berbagai macam tingkah laku yang berlainan seperti

pengetahuan, sikap, keterampilan, kemampuan, informasi dan nilai. Berbagai macam

tingkah laku inilah yang disebut kapabilitas sebagai hasil belajar. Bloom dan kawan-

kawannya sebagaimana dikutip oleh Degeng (2007:176-177) mengklasifikasikan

hasil belajar menjadi tiga domain, yaitu “ranah kognitif, psikomotor dan

afektif/sikap”. Ranah kognitif, menaruh perhatian pada pengembangan kapabilitas

dan ketermpilan intelektual; ranah psikomotor berkaitan dengan kegiatan-kegiatan

manipulatif atau keterampilan motorik; dan ranah afektif/sikap berkaitan dengan

pengembangan perasaan, sikap, nilai dan emosi yang dipelajari. Selanjutnya, ranah

kognitif menjadi enam aspek yaitu; pengetahuan (knowledge), pemahaman

Page 4: BAB II - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/1983/6/2012-2-87205-221409107-bab2-31012013101014.pdfpsikomotorik termasuk yang bersifat ekspresif) dan perilaku afektif/sikap (sikap-sikap

11

(comprehension), penerapan (application), analisis (analysis), sintesis (synthesis) dan

penilaian (evaluation).

Menurut Reigeluth, mengatakan bahwa hasil pembelajaran secara umum

menjadi tiga indikator, yaitu: 1). Efektivitas pembelajaran, yang biasanya diukur dari

tingkat keberhasilan (prestasi) siswa dari berbagai sudut; 2). Efisiensi pembelajaran,

yang biasanya diukur dari waktu belajar dan atau biaya pembelajaran; 3). Daya tarik

pembelajaran yang selalu diukur dari tendensi siswa ingin belajar secara terus

menerus.

Secara spesifik, hasil belajar adalah suatu kinerja (performance) yang

diindikasikan sebagai suatu kapabilitas yang telah diperoleh. Abin Syamsudin

(2007:93) menyatakan bahwa hasil belajar dapat dimanifestasikan dalam wujud

sebagai berikut :

1. Pertambahan materi pengetahuan yang berupa fakta, informasi, prinsip atau

hukum atau kaidah prosedur, pola kerja atau teori system nilai-nilai, dan

sebagainya.

2. Penguasaan pola-pola perilaku kognitif (proses berfikir, mengingat atau

mengenal kembali), perilaku psikomotor (ketermpilan-keterampilan

psikomotorik termasuk yang bersifat ekspresif) dan perilaku afektif/sikap

(sikap-sikap apresiasi, penghayatan, dan sebagainya).

3. Perubahan dalam sifat-sifat kepribadian baik yang selalu dapat diamati dalam

wujud perilaku maupun yang mungkin pada suatu waktu tertentu, hanya

siswa yang bersangkutan yang dapat menghayatinya.

Page 5: BAB II - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/1983/6/2012-2-87205-221409107-bab2-31012013101014.pdfpsikomotorik termasuk yang bersifat ekspresif) dan perilaku afektif/sikap (sikap-sikap

12

2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar

Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dapat diklasifikasikan sebagai

berikut:

a. Faktor sosial dalam belajar

Yang dimaksud faktor sosial disini adalah factor msnusia, baik manusia itu

hadir pada saat terjadi proses belajar maupun tidak hadir.Kehadiran sesorang dapat

menggangu kawannya yang sedang belajar,misalnya seorang siswa yang menggangu

kawan lainnya yang sedang mengerjakan tugas latihan dikelas sehingga siswa

tersebut mengganggukawannya yang sedang mengerjakan tugas latihan.

b. Faktor non sosial dalam belajar

Kelompok ini banyak sekali jumlahnya, misalnya waktu,tempat, alat-alat yang

digunakan dalam belajar, keadaan udara, suhuudara, cuaca dan sebagainya. Faktor ini

mempengaruhi kegiatan belajar seseorang.

c. Faktor fisiologis dalam belajar

Yang dimaksud keadaan fisiologis adalah keadaan fisik seseorang terutama yang

berkaitan dengan kesehatan dan fungsi pancaindera. Tingkat kebugaran jasmani seseorang

akan berpengaruh dalambelajar. Apabila kondisi fisik seseorang tidak fit atau kurang

sehatmaka dalam belajar ia akan terganggu, baik perhatian

maupunkonsentrasinya.Begitu juga apabila salah satu panca inderanyaterganggu,

misalnya telinga atau mata sakit maka akan mengganggukegiatan belajarnya.

Page 6: BAB II - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/1983/6/2012-2-87205-221409107-bab2-31012013101014.pdfpsikomotorik termasuk yang bersifat ekspresif) dan perilaku afektif/sikap (sikap-sikap

13

d. Faktor psikologis dalam belajar

Faktor psikologis yang paling menonjol adalah sesuatu yangmendorong aktivitas

seseorang dalam belajar, dengan kata lain alas an yang membuat seseorang untuk

melakukan kegiatan belajar.Hal yang menonjol di dalam memaksimalkan hasil

belajaradalah mengenai factor kepribadian. Kepribadian siswa memberikankontribusi

yang besar terhadap hasil belajar karena komponenkepribadian tersebut mempunyai

fungsi yaitu :

1) Fungsi Kognitif

Fungsi kognitif merupakan kemampuan manusia menghadapiobyek-obyek

dalam bentuk representatif menghadirkan obyek dalam kesadarannya. Hal-hal yang

terkait dengan fungsi kognitif manusia antara lain :

a. Taraf intelegensi – daya kreativitas.

b. Bakat khusus

c. Organisasi kognitif

d. Kemampuan berbahasa

e. Daya fantasi

f. Gaya belajar

g. Tipe belajar

h. Tekhnik atau cara-cara belajar secara efisiensi dan efektif

2) Fungsi kognitif – Dinamis Fungsi kognitif – Dinamis ini berkisarpada

penentuan suatu tujuan dan pemenuhan suatu kebutuhan yangdidasari serta

Page 7: BAB II - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/1983/6/2012-2-87205-221409107-bab2-31012013101014.pdfpsikomotorik termasuk yang bersifat ekspresif) dan perilaku afektif/sikap (sikap-sikap

14

dihayati. Beberapa aspek yang termasuk dalamfungsi kognitif dinamik antara lain

adalah :

a. Karakter – hasrat– berkehendak

b. Motivasi belajar

c. Konsentrasi-perhatian

3) Fungsi Afektif

Fungsi Afektif membantu siswa dalam mengadakan suatupenelitian terhadap

obyek-obyek yang dihadapinya, dan dihayatiapakah benda tersebut suatu peristiwa

atau seseorang, bernilai atautidak bagi dirinya. Dalam berperasaan dapat terdiri dari

beberapalapisan yang berbeda-beda peranannya terhadap semangat belajarantara lain

adalah :

a. Temperamen

b. Perasaan

c. Sikap

d. Minat

2.3 Pengertian Aktivitas Belajar

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia menyatakan bahwa “Aktivitas adalah

keaktifan/kegiatan/kesibukan” (Fajri, 2005: 36). Proses pembelajaran yang

berlangsung di kelas merupakan salah satu aktivitas mentransformasikan

pengetahuan, sikap dan ketrampilan.

Page 8: BAB II - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/1983/6/2012-2-87205-221409107-bab2-31012013101014.pdfpsikomotorik termasuk yang bersifat ekspresif) dan perilaku afektif/sikap (sikap-sikap

15

Sardiman (2007: 95) merumuskan bahwa yang dimaksud “Aktivitas belajar

adalah berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan kegiatan”. Para siswa

dalam hal ini dituntut aktivitasnya untuk mendengarkan, memperhatikan, mencerna

materi yang disampaikan guru serta melakukan latihan memecahkan suatu persoalan

sendiri. Sejalan dengan teori Rousseau yang dikutip oleh Sardiman (2007: 96)

memberikan penjelasan bahwa “Dalam kegiatan belajar segala pengetahuan itu harus

diperoleh dengan pengamatan sendiri, pengalaman sendiri, penyelidikan sendiri,

dengan bekerja sendiri, dengan fasilitas yang diciptakan sendiri, baik rohani maupun

teknis”. Disamping itu juga sangat dimungkinkan siswa aktif bertanya pada guru

tentang hal-hal yang kurang jelas. Tidak jarang seorang guru memberikan

pertanyaan-pertanyaan yang menuntut keaktifan siswa untuk menjawab.

Proses pembelajaran diharapkan akan berlangsung dengan baik apabila guru

mampu membangkitkan aktivitas siswanya, misalnya dengan metode pembelajaran

yang bervariasi akan memacu banyaknya aktivitas belajar yang dilakukan oleh siswa.

Berbagai jenis aktivitas yang dapat dilakukan oleh siswa pada proses pembelajaran

dikelas. Seperti yang dikemukakan Paul B. Diedrich yang dikutip oleh Sardiman A.

M (2007: 101) menyebutkan bahwa ada beberapa macam aktivitas yang dapat

dilakukan siswa antara lain:

1) Visual Activities, yang termasuk di dalamnya misalnya, membaca, memperhatikan

gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.

2) Oral Activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran,

mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi.

Page 9: BAB II - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/1983/6/2012-2-87205-221409107-bab2-31012013101014.pdfpsikomotorik termasuk yang bersifat ekspresif) dan perilaku afektif/sikap (sikap-sikap

16

3) Listening Activities, sebagai contoh mendengarkan: uraian, percakapan, pidato.

4) Writing Activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket,

menyalin.

5) Drawing Activities, misalnya; menggambar, membuat grafik, peta.

6) Motor Activities, yang termasuk di dalamnya antara lain: melakukan percobaan,

membuat konstruksi, model mereparasi.

7) Mental Activities, sebagai contoh misalnya: menanggapi, mengingat, memecahkan

soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan..

8) Emotional Activities, seperti misalnya, menaruh minat, merasa bosan, gembira,

bersemangat, berani, tenang, gugup.

Dalam pembelajaran aktivitas belajar yang dilakukan siswa dipengaruhi oleh

beberapa faktor akan dijelaskan berikut ini.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi siswa untuk melakukan aktivitas

dalam pembelajaran, antara lain:

1) Peranan guru

Bagaimana cara guru melakukan usaha-usaha untuk dapat megembangkan

metode pembelajaran yang menumbuhkan aktivitas dalam kegiatan.

2) Motivasi belajar

Suatu aktivitas siswa dalam berkompetisi pada kegiatan pembelajaran untuk

meningkatkan prestasi belajar siswa.

Page 10: BAB II - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/1983/6/2012-2-87205-221409107-bab2-31012013101014.pdfpsikomotorik termasuk yang bersifat ekspresif) dan perilaku afektif/sikap (sikap-sikap

17

3) Fasilitas belajar

Sarana dan prasarana sekolah yang memadai untuk mendukung aktivitas

kegiatan pembelajaran berjalan lancar.

Faktor-faktor keaktifan siswa di atas akan mendukung adanya suasana

pembelajaran aktif. Untuk memahami lebih jelas tentang pembelajaran aktif akan

dijelaskan sebagai berikut.

Pembelajaran bukan sekedar mentransfer pengetahuan kepada siswa, akan

tetapi cara bagaimana membantu siswa supaya dapat belajar dengan baik. Dengan

asumsi siswa adalah orang yang sudah mampu berpikir kritis, dan dapat membedakan

mana yang baik dan tidak baik untuk mereka. Disamping itu siswa juga dapat

menggunakan kemampuan otak mereka dalam belajar tanpa harus dipaksa. Seorang

guru dapat menyampaikan materi pelajaran dengan model pembelajaran yang

bervariasi, dan tentunya melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran.

Hisyam Zaini dkk, (2007: xvi) mengatakan bahwa “Pembelajaran aktif adalah

suatu pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar secara aktif”. Melalui

belajar aktif siswa diajak turut serta dalam semua proses pembelajaran tidak hanya

mental, pikiran dan rasa akan tetapi juga melibatkan fisik. Dengan cara ini biasanya

siswa akan merasa suasana yang lebih menyenangkan sehingga proses pembelajaran

akan berjalan secara maksimal.

Berkaitan dengan hal ini, maka pembelajaran aktif akan berjalan efektif

apabila disesuaikan dengan teori belajar yang mendukung untuk melibatkan siswa

secara aktif dalam pembelajaran. Dalam Filsafat konstruktivisme, pengetahuan

Page 11: BAB II - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/1983/6/2012-2-87205-221409107-bab2-31012013101014.pdfpsikomotorik termasuk yang bersifat ekspresif) dan perilaku afektif/sikap (sikap-sikap

18

dianggap sebagai bentukan (konstruksi) siswa sendiri. Secara jelas filsafat ini

menyatakan bahwa siswa hanya akan menjadi tahu bila mereka sendiri belajar. Maka

peran guru lebih dianggap sebagai fasilitator dan moderator. Guru membantu siswa

agar aktif belajar dan menemukan pengetahuan mereka. Dalam pengertian, tugas

guru merangsang siswa belajar, mendukung, memberikan motivasi agar terus belajar,

memantau dan mengevaluasi siswa dalam belajar. Menekankan pada keaktifan siswa,

bukan gurunya yang aktif menjadi aktor tunggal.

Menurut Sardiman (2007: 37) mengatakan bahwa “Teori Konstruktivisme adalah

salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah

konstruksi (bentukan) kita sendiri”. Sesuai dengan teori tersebut dalam proses

pembelajaran bukanlah kegiatan memindahkan pengetahuan dari guru kesubjek

belajar/siswa, tetapi suatu kegiatan yang memungkinkan subjek belajar

merekontruksikan sendiri pengetahuannya. Mengajar adalah bentuk partisipasi

dengan subjek belajar dalam membentuk pengetahuan, membuat makna, mencari

kejelasan dan menentukan justifikasi. Karena guru dalam hal ini berperan sebagai

mediator dan fasilitator untuk membantu optimalisasi belajar siswa.

Adapun C. Asri Budiningsih (2005: 59) berpendapat bahwa ”Pendekatan

Konstruktivistik menekankan bahwa peranan utama dalam kegiatan belajar adalah

aktifitas siswa dalam mengkonstruksikan pengetahuannya sendiri”. Dalam

pembelajaran konstruktivistik guru berperan membantu siswa agar proses

pengkonstruksian pengetahuan oleh siswa berjalan lancar. Guru tidak

menstransferkan pengetahuan yang telah dimilikinya, melainkan membantu siswa

Page 12: BAB II - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/1983/6/2012-2-87205-221409107-bab2-31012013101014.pdfpsikomotorik termasuk yang bersifat ekspresif) dan perilaku afektif/sikap (sikap-sikap

19

untuk membentuk pengetahuan sendiri. Guru dituntut untuk lebih memahami jalan

pikiran atau cara pandang siswa dalam pembelajaran. Guru tidak dapat mengklaim

bahwa satu-satunya cara yang tepat adalah yang sama dan sesuai dengan

kemauannya. Secara jelas peran utama guru adalah membantu siswa agar mau belajar

sendiri secara aktif.

Dalam teori konstruktifisme yang sangat penting dalam proses pembelajaran aktif

siswalah yang harus mendapatkan tekanan. Mereka yang harus aktif mengembangkan

pengetahuan mereka, bukannya guru atau orang lain. Siswa yang harus

bertanggungjawab terhadap hasil belajarannya. Kreatifitas dan keaktifan siswa akan

membantu mereka untuk berdiri sendiri dalam kehidupan kognitif mereka. Mereka

akan terbantu menjadi orang yang kritis menganalisis suatu hal, sebab mereka selalu

berfikir bukan menerima saja. Proses mandiri dalam berpikir perlu dibantu oleh

pendidik.

2.4 Hakekat Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu mata pelajaran yang

penting dalam praktek belajar kewarganegaraan, Mata pelajaran ini berfokus pada

pembentukan diri yang beragam dari segi agama sosio kultural, bahasa, usia dan suku

bangsa untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas terampil dan berkarakter.

Pendidikan Kewarganegaraan dianggap sebagai mata pelajaran yang “urgen” bagi

anak didik yang disini berfungsi membimbing generasi muda untuk secara

Page 13: BAB II - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/1983/6/2012-2-87205-221409107-bab2-31012013101014.pdfpsikomotorik termasuk yang bersifat ekspresif) dan perilaku afektif/sikap (sikap-sikap

20

sukarela mengikatkan diri pada norma atau nilai-nilai moral. siswa diharapkan

dengan adanya Pendidikan Kewarganegaraan memiliki moral felling.

Hal tersebut diperlukan siswa untuk menjadi manusia berkarakter yaitu :

kesadaran (conscience), kepercayaan diri (self-estem), merasakan penderitan orang

lain (empaty), cinta kebaikan (loving the good), kontrol diri (self-control),

kerendahan hati (humility) (Zubaedi, 2005 : 7). Menurut Drs. Udin Erawanto (2007

:34), PKn lebih menekankan pada aspek kurikulum atau rencana dengan

mengutamakan cara mengembangkan tingkah laku social siswa untuk mencapai suatu

hasil pendidikan berupa warga Negara yang baik. Jadi jelas bahwa penbahasan

tentang pendidikan kewarganegaraan dapat dinyatakan sebagai program pendidikan

yang diciptakan dan dikembangkan oleh setiap bangsa-bangsa (dengan nama

berbeda-beda) untuk menjamin terpeliharanya masyarakat dan bangsa dalam rangka

mempertahankan dan mengembangkan kehidupan bangsa itu sendiri.

mata pelajaran PKn adalah aspek afektif atau kepribadian dan moral dari warga

Negara. Sebab landasan kepribadian dan moral akan memberikan warna terhadap

produk perilaku manusia, bahwa produk yang dihasilkan berguna atau tidak berguna,

baik atau tidak baik, layak atau tidak layak.

Sehingga kedudukan kepribadian dan moral sangat menentukan dan esensial

terhadap kemantapan identitas nasional. Sedangkan tujuan PKn di Indonesia

sebagaimana dijelaskan di dalam pasal 39 ayat (2) UU nomor 20 tahun 2003 tentang

sistem pendidikan Nasional berbunyi: “Membentuk warga Negara yang bisa

diandalkan oleh bangsa dan Negara dengan pemberian pengetahuan dan kemampuan

Page 14: BAB II - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/1983/6/2012-2-87205-221409107-bab2-31012013101014.pdfpsikomotorik termasuk yang bersifat ekspresif) dan perilaku afektif/sikap (sikap-sikap

21

dasar tentang hubungan warga Negara dengan warga dan pengetahuan pendidikan

bela Negara”.

Dengan demikian maka target PKn dalam kerangka sistem pendidikan Nasional

diputuskan pada kredibilitas warga Negara dan mampu berpartisipasi dalan

kehidupan bernegara, berbangsa dan bermasyarakat Indonesia menurut kriteria

konstitusi. Dari sisi jelas bahwa berhasilnya seorang siswa belajar tidak hanya

lulusnya ia dari suatu atau keseluruhan tes, tetapi juga terbentuknya sikap atau pribadi

yang kita harapkan sesuai dengan tujuan instruksional yang telah dirumuskan. Ada

beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelajaran PKn dalam rangka “Nation and

Character Building” :

1. PKn merupakan bidang kajian kewarganegaraan yang ditopang berbagai

disiplin ilmu yang releven, yaitu: ilmu politik, hukum, sosiologi, antropologi,

psokoliogi dan disiplin ilmu lainnya yang digunakan sebagai landasan untuk

melakukan kajian-kajian terhadap proses pengembangan konsep, nilai dan

perilaku demokrasi warganegara.

2. PKn mengembangkan daya nalar (state of mind) bagi para siswa.

Pengembangan karakter bangsa merupakan proses pengembangan warganegara

yang cerdas dan berdaya nalar tinggi. PKn memusatkan perhatiannya pada

pengembangan kecerdasan warga negara (civic intelegence) sebagai landasan

pengembangan nilai dan perilaku demokrasi.

3. PKn sebagai suatu proses pencerdasan, maka pendekatan pembelajaran yang

digunakan adalah yang lebih inspiratif dan partisipatif dengan menekankan

Page 15: BAB II - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/1983/6/2012-2-87205-221409107-bab2-31012013101014.pdfpsikomotorik termasuk yang bersifat ekspresif) dan perilaku afektif/sikap (sikap-sikap

22

pelatihan penggunaan logika dan penalaran. Untuk menfasilitasi pembelajaran

PKn yang efektif dikembangkan bahan pembelajaran yang interaktif yang

dikemas dalam berbagai paket seperti bahan belajar tercetak, terekam, tersiar,

elektronik, dan bahan belajar yang digali dari ligkungan masyarakat sebagai

pengalaman langsung (hand of experience).

4. kelas PKn sebagai laboratorium demokrasi. Melalui PKn, pemahaman sikap dan

perilaku demokratis dikembangkan bukan semata-mata melalui ‘mengajar

demokrasi” (teaching democracy), tetapi melalui model pembelajaran yang

secara langsung menerapkan cara hidup secara demokrasi (doing democracy).

Penilaian bukan semata-mata dimaksudkan sebagai alat kedali mutu tetapi juga

sebagai alat untuk memberikan bantuan belajar bagi siswa sehingga lebih dapat

berhasildimasa depan. Evaluasi dilakukan secara menyeluruh termasuk

portofolio siswa.

2.5 Model Pembelajaran Portofolio

Portofolio berasal dari bahasa inggris “portfolio” yang artinya dokumen atau

surat-surat dan dapat juga diartikan sebagai kumpulan kertas-kertas berharga dari

suatu pekerjaan tertentu. Portofolio adalah suatu kumpulan pekerjaan siswa dengan

maksud tertentu dan terpadu yang diseleksi menurut panduan yang ditentukan (Fajar,

2005 : 47).

Page 16: BAB II - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/1983/6/2012-2-87205-221409107-bab2-31012013101014.pdfpsikomotorik termasuk yang bersifat ekspresif) dan perilaku afektif/sikap (sikap-sikap

23

Panduan ini beragam tergantung pada mata pelajaran dan tujuan penilaian

portofolio. Biasanya portofolio ini merupakan karya terpilih dari seorang siswa, tetapi

dalam model pembelajaran ini setiap portofolio berisi karya terpilih siswa dari satu

kelas secara keseluruhan yang bekerja secara kooperatif memilih, membahas, mencari

data, mengolah, menganalisis dan mencari pemecahan terhadap suatu masalah yang

dikaji.

Pada dasarnya portofolio sebagai model pembelajaran adalah usaha yang

dilakukan guru agar siswa memiliki kemampuan untuk mengungkapkan dan

mengekspresikan dirinya sebagai individu maupun kelompok. Kemampuan tersebut

diperoleh siswa melalui pengalaman belajar, sehingga memiliki kemampuan

mengorganisasi informasi yang ditemukan, membuat laporan dan menuliskan apa

yang ada dalam pikirannya, dan selanjutnya dituangkan secara penuh dalam

pekerjaannya atau tugas-tugasnya. Strategi instruksional yang digunakan dalam

model ini pada dasarnya bertolak dari strategi “inquiry learning, discovery learning,

problem solvinglearning, research-oriented learning” yang dikemas dalam model

“Project” oleh John Dewey.

Menurut (Budimansyah, 2006 : 5-8) Model pembelajaran berbasis portofolio

dilandasi oleh beberapa landasan pemikiran sebagai berikut:

1. Empat Pilar Pendidikan

Empat pilar pendidikan sebagai landasan model pembelajaran berbasis

portofolio adalah Learning to do, Learning to know, Learning to be, and Learning to

live together yang di canangkna UNESCO. Hal ini mengandung arti, bahwa dalam

Page 17: BAB II - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/1983/6/2012-2-87205-221409107-bab2-31012013101014.pdfpsikomotorik termasuk yang bersifat ekspresif) dan perilaku afektif/sikap (sikap-sikap

24

proses pembelajaran kita tidak boleh memperlakukan siswa seperti botol kosong yang

selalu dijejali berbagai informasi melaui ceramah. Sesuai dengan pendekatan

pembelajaran yang sekarang sedang giat dikembangkan oleh Direktorat Pranata

Laboratorium Pendidikan (PLP), yaitu CTL, maka siswa harus diberdayakan dan

dikembangkan segala potensi dirinya.

Dengan demikian siswa mampu berbuat memperkaya pengalaman belajarnya

(Learning to do), yaitu melalui interaksi dengan lingkungannya, baik lingkungan

fisik, sosial, maupun budaya. Dampak dari pendekatan ini, siswa mampu membangun

pemahaman dan pengetahuannya terhadap dunia di sekitarnya (Learning to know).

Berdasarkan hasil interaksinya dengan lingkungan siswa pun dapat membangun

pengetahuan dan kepercayaan dirinya (Learning to be). Sedangkan melalui berbagai

pemberdayaan ini diharapkan siswa akan mampu berinteraksi secara harmonis, baik

dengan individu atau kelompok lainnya secara bervariasi (Learning to live together).

2. Pandangan Konstruktivisme

Menurut pandangan Konstruktivisme yaitu bagaimana belajar dengan cara

mencocokkan fenomena, ide atau aktivitas yang berupa dengan pengetahuan yang

telah ada dan percaya bahwa sudah dipelajari. Dalam hal ini kata kuncinya adalah

Construct. Pandangan konstruktivisme sebagai filosofi pendidikan mutakhir

menganggap semua siswa mulai dari usia taman kanak-kanak sampai dengan

perguruan tinggi memiliki gagasan / pengetahuan tentang lingkungan dan peristiwa /

gejala lingkungan di sekitarnya. Para ahli pendidikan berpendapat bahwa inti kegiatan

pendidikan adalah memulai pelajaran dari “apa yang diketahui siswa”.

Page 18: BAB II - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/1983/6/2012-2-87205-221409107-bab2-31012013101014.pdfpsikomotorik termasuk yang bersifat ekspresif) dan perilaku afektif/sikap (sikap-sikap

25

Beberapa bentuk kondisi belajar yang sesuai dengan filosofi konstruktivime

antara lain: diskusi yang menyediakan kesempatan agar semua siswa mau

mengungkapkan gagasan, pengujian dan hasil penelitian sederhana, demonstrasi dan

peragaan prosedur ilmiah, dan kegiatan praktis lain yang memberi peluang peserta

didik untuk mempertajam gagasannya.

3. Democratic Teaching

Democratic Teaching adalah suatu bentuk upaya menjadikan sekolah sebagai

pusat kehidupan demokrasi melalui proses pembelajaran yang demokratis. Secara

singkat, democratic teaching adalah proses pembelajaran yang dilandasi oleh nilai-

nilai demokrasi, yaitu penghargaan terhadap kemampuan, menjunjung keadilan,

menerapkan persamaan kesempatan, dan memperhatikan keragaman peserta didik

(Budimansyah, 2006 : 5-7).

Dalam prakteknya, para guru hendaknya memposisikan siswa sebagai insan

yang harus dihargai kemampuannya dan diberi kesempatan untuk mengembangkan

potensinya. Oleh karena itu dalam proses pembelajaran perlu adanya suasana yang

terbuka, akrab, dan saling menghargai. Sebaliknya perlu menghindari suasana belajar

yang kaku, penuh dengan ketegangan, dan sarat dengan perintah instruksi yang

membuat siswa menjadi pasif, tidak bergairah, dan cepat bosan.

Page 19: BAB II - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/1983/6/2012-2-87205-221409107-bab2-31012013101014.pdfpsikomotorik termasuk yang bersifat ekspresif) dan perilaku afektif/sikap (sikap-sikap

26

2.6 Penerapan Model Pembelajaran Portofolio dalam Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa pada Pembelajaran PKn

Model pembelajaran berbasis portofolio dapat meningkatkan aktivitas belajar

siswa pada pembelajaran PKn didasarkan pada asumsi bahwa belajar akan bermakna

apabila siswa dapat menyatu dengan lingkungannya serta bekerja sama dengan

kelompoknya. Kegiatan belajar demikian disebut belajar aktif dan kreatif.

Pada dasarnya model portofolio adalah suatu kumpulan pekerjaan siswa dengan

maksud tertentu dan terpadu yang diseleksi menurut panduan-panduan yang

ditentukan. Portofolio sebagai model pembelajaran merupakan usaha yang dilakukan

oleh guru agar siswa memiliki kemampuan untuk mengungkapkan dan

mengekspresikan dirinya sebagai individu atau kelompok (Fajar, 2005 : 47).

Pembelajaran portofolio dirasa sangat cocok bila diterapkan pada mata pelajaran

pendidikan kewarganegaraan, karena mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan

berfungsi sebagai wahana untuk membentuk warga yang cerdas, terampil dan

berkarakter yang setia pada bangsa dan negara Indonesia dengan merefleksikan

dirinya dalam kebiasaan berfikir dan bertindak sesuai dengan amanat Pancasila dan

UUD 45.

Berdasarkan fungsi tersebut, mata pelajaran Kewarganegaraan harus dinamis

dan mampu menarik perhatian siswa, yaitu dengan cara sekolah membantu siswa

mengembangkan pemahaman baik materi maupun keterampilan, intelektual dan

partisipatori dalam kegiatan sekolah yang berupa intra, kokurikuler dan ekstra

kurikuler. Dengan pembelajaran yang bermakna, peserta didik diharapkan dapat

Page 20: BAB II - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/1983/6/2012-2-87205-221409107-bab2-31012013101014.pdfpsikomotorik termasuk yang bersifat ekspresif) dan perilaku afektif/sikap (sikap-sikap

27

mengembangkan menerapkan intelektual dan partisipatori yang menghasilkan

pemahaman tentang bagaimana menghargai perbedaan pendapat melalui musyawarah

dan mufakat.

Di samping itu siswa juga dapat belajar berpartisipasi dalam pengambilan

sebuah keputusan baik di tingkat kelas, sekolah maupun masyarakat. Metode

Pembelajaran Portofolio dianggap dapat meningkatkan prestasi belajar siswa yang

dalam hal ini terlihat dari keterampilan intelektual siswa dalam berpikir kritis pada

mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan seperti keterampilan dalam

memecahkan masalah sosial.

Pada tahap pelaksanaan pembelajaran Portofolio, dilakukan beberapa hal

sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi masalah yang ada di masyarakat. Dalam tahap ini terdapat

beberapa kegiatan yang dilakukan guru bersama siswa yaitu : mendiskusikan

tujuan, mencari masalah, apa saja yang siswa ketahui, tentang masalah-masalah

di masyarakat dan memberi tugas pekerjaan rumah tentang masalah-masalah

yang ada di lingkungan masyarakat yang mereka anggap penting sesuai dengan

kemampuan siswa.

2. Memilih masalah untuk kajian kelas. Sebelum memilih masalah yang akan

dikaji hendaknya para siswa mengkaji terlebih dahulu pengetahuan yang telah

mereka miliki tentang masalah di masyarakat.

Page 21: BAB II - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/1983/6/2012-2-87205-221409107-bab2-31012013101014.pdfpsikomotorik termasuk yang bersifat ekspresif) dan perilaku afektif/sikap (sikap-sikap

28

3. Mengumpulkan Informasi masalah yang akan dikaji oleh Kelas. Langkah-

langkah dalam tahap ini adalah sebagai berikut : a) Mengidentifikasi sumber-

sumber informasi

b) Tinjau ulang untuk memperoleh dan mendokumentasikan informasi c)

Pengumpulan informasi.

4. Mengembangkan Portofolio Kelas. Pada tahap ini, siswa hendaknya telah

menyelesaikan penelitian yang memadai untuk memulai membuat portofolio

kelas, dengan langkah sebagai berikut: 1) Kelas dibagi dalam 4 kelompok dan

setiap kelompok akan bertanggung jawab untuk membuat satu bagian portofolio.

2) Guru mengulas tugas-tugas rinciannya untuk portofolio. 3) Guru menjelaskan

bahwa informasi yang dikumpulkan oleh tim penelitian seringkali akan

bermanfaat bagi lebih dari satu kelompok portofolio. 4) Guru menjelaskan

spesifikasi portofolio yakni terdapat bagian penayangan dan bagian dokumentasi

pada setiap kelompok.

5. Penyajian Portofolio (show case). Penyajian Portofolio (show case)

dilaksanakan setelah kelas menyelesaikan portofolio tampilan maupun portofolio

dokumentasi.

6. Merefleksi pada Pengalaman Belajar Dalam kegiatan refleksi ini siswa diajak

melakukan evaluasi tentang apa dan bagaimana mereka belajar. Tujuan refleksi

adalah untuk belajar menghindari kesalahan di masa yang akan datang dan

meningkatkan kinerja siswa

Page 22: BAB II - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/1983/6/2012-2-87205-221409107-bab2-31012013101014.pdfpsikomotorik termasuk yang bersifat ekspresif) dan perilaku afektif/sikap (sikap-sikap

29

2.7 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan hal-hal dalam kajian teoritis di atas, maka hipotesis tindakan

penelitian ini adalah sebagai berikut: “Melalui Model Portofolio maka

aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran PKn di Kelas V Madrasah Ibtidaiyah

Negeri Paguat Kecamatan Paguat Kabupaten Pohuwato akan meningkat”.