BAB II TEORI BAHASA dan SEMIOTIKA...17 Bahasa harus dilihat sebagai instrumen tindakan atau...

18
13 BAB II TEORI BAHASA dan SEMIOTIKA 1. Bahasa Dunia bahasa telah mengalami perkembangan yang sangat signifikan seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan. Bahasa bukan lagi dipahami berdasarkan dimensi logis antara realitas tetapi telah dipahami sebagai logosentrisme 1 . Manusia sudah tidak lagi memahami bahasa melalui struktur bahasa tetapi juga melalui berdasarkan fungsi bahasa berdasarkan konteks bahasa digunakan. Penggunaan bahasa harus sesuai dengan aturan- aturan sintaksis dalam bahasa. Bahasa dapat dipandang sebagai sebuah sistem yang dikendalikan oleh aturan sinteksis tersebut. 2 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Bahasa adalah Sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh anggota masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri. Bahasa sering kali dipandang untuk menunjukkan tabiat seseorang dan sifatnya. Dalam tingkat masyarakat, bahasa memerankan banyak fungsi. Yang utama diantara fungsi bahasa adalah bahwa bahasa menciptakan batasan dan menyatukan para penuturnya sebegai anggota masyarakat tutur. Pada tingkat individu dan kelompok yang berinteraksi, fungsi- fungsi bahasa secara langsung berkaitian dengan tujuan dan kebutuhan partisipan. Menurut Hymes ada beberapa kategori fungsi komunikasi bahasa antara lain : fungsi ekspresif ( menyampaikan perasaan atau emosi), fungsi direktif (memohon atau memerintah), fungsi referensial ( isi proposisi benar atau salah), fungsi poetic (estetika), 1 H. Kaelan, Filsafat Bahasa : Semiotika dan Hermeneutika ( Yogyakarta : Paradigma, 2009) 339. 2 Linda Thomas dan Shan Wareing : Bahasa, Masyarakat dan Kekuasaan ( Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2006) 8.

Transcript of BAB II TEORI BAHASA dan SEMIOTIKA...17 Bahasa harus dilihat sebagai instrumen tindakan atau...

Page 1: BAB II TEORI BAHASA dan SEMIOTIKA...17 Bahasa harus dilihat sebagai instrumen tindakan atau kekuasaan sehingga hal ini berimplikasi kepada pengetahuan dan kekuasaan. Komunikasi merupakan

13

BAB II

TEORI BAHASA dan SEMIOTIKA

1. Bahasa

Dunia bahasa telah mengalami perkembangan yang sangat signifikan seiring dengan

berkembangnya ilmu pengetahuan. Bahasa bukan lagi dipahami berdasarkan dimensi logis

antara realitas tetapi telah dipahami sebagai logosentrisme1. Manusia sudah tidak lagi

memahami bahasa melalui struktur bahasa tetapi juga melalui berdasarkan fungsi bahasa

berdasarkan konteks bahasa digunakan. Penggunaan bahasa harus sesuai dengan aturan-

aturan sintaksis dalam bahasa. Bahasa dapat dipandang sebagai sebuah sistem yang

dikendalikan oleh aturan sinteksis tersebut.2 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,

Bahasa adalah Sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh anggota

masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri. Bahasa sering

kali dipandang untuk menunjukkan tabiat seseorang dan sifatnya. Dalam tingkat

masyarakat, bahasa memerankan banyak fungsi. Yang utama diantara fungsi bahasa

adalah bahwa bahasa menciptakan batasan dan menyatukan para penuturnya sebegai

anggota masyarakat tutur. Pada tingkat individu dan kelompok yang berinteraksi, fungsi-

fungsi bahasa secara langsung berkaitian dengan tujuan dan kebutuhan partisipan.

Menurut Hymes ada beberapa kategori fungsi komunikasi bahasa antara lain : fungsi

ekspresif ( menyampaikan perasaan atau emosi), fungsi direktif (memohon atau

memerintah), fungsi referensial ( isi proposisi benar atau salah), fungsi poetic (estetika),

1 H. Kaelan, Filsafat Bahasa : Semiotika dan Hermeneutika ( Yogyakarta : Paradigma, 2009) 339.

2 Linda Thomas dan Shan Wareing : Bahasa, Masyarakat dan Kekuasaan ( Yogyakarta : Pustaka

Pelajar, 2006) 8.

Page 2: BAB II TEORI BAHASA dan SEMIOTIKA...17 Bahasa harus dilihat sebagai instrumen tindakan atau kekuasaan sehingga hal ini berimplikasi kepada pengetahuan dan kekuasaan. Komunikasi merupakan

14

fungsi fatik ( empati dan solidaritas) dan fungsi metalinguistik (referensi pada bahasa itu

sendiri).3

Berbeda dengan Bloomfield yang fokus pada etnografi bahasa, bahwa bahasa itu

hidup dalam masyarakat tutur (Speech-Community) dan berdasarkan pada frekuensi

interaksi oleh sekelompok orang.

“The particular speech sound which people utter under particular stimuly,

differ among different group of men; mankind speaks many languange. A

group of people who use the same system of speech signals is a speech-

community. Obviously the value of languange depends upon people’s using it

in same way. Every member of the social group must upon suitable occasion

utter the proper speech-sounds, must make the proper response. He must speak

intelligibly and must understand what other say. This holds good for even the

least civilized communities; wherever we find man, he speaks”4

Kesulitan tersendiri yang dihadapi adalah mendefisikan masyarakat tutur,

masyarakat harus diarahkan pada perbedaan ruang lingkup yang dimiliki masyarakat

berdasarkan kriteria yang berbeda : 5

1. Merupakan kelompok manapun dalam masyarakat yang memiliki sesuatu yang

signifikan secara umum (termasuk agama, etnis, ras, usia, orientasi jenis

kelamin, jabatan dll)

2. Merupakan unit batasan fisik orang yang memiliki kesempatan peran

sepenuhnya (suku atau bangsa yang terorganisir secara politis, tetapi bukan satu

jenis kelamin, usia atau satu kelas saja seperti rumah jompo)

3. Merupakan kumpulan etnisitas yang berada pada tempat yang sama yang

memiliki sesuatu yang umum

3 Abd. Syukur Ibrahim, Panduan Penelitian Etnografi Komunikasi (Surabaya : Usaha Nasional, 1994)

15-16 4 Leonard Bloomfield, Languange (London : George Allen and Unwin LTD, 1933) 29.

5 Abd. Syukur Ibrahim...,21.

Page 3: BAB II TEORI BAHASA dan SEMIOTIKA...17 Bahasa harus dilihat sebagai instrumen tindakan atau kekuasaan sehingga hal ini berimplikasi kepada pengetahuan dan kekuasaan. Komunikasi merupakan

15

Etnografi komunikasi harus dimulai dengan entitas sosial yang didefiniskan secara

ekstra-linguistik dan meniliti repertoir komunikatif dalam bentuk masyarakat yang

didefiniskan secara sosial. Pandangan Bloomfield ini mengatakan bahwa kebudayaan

masih merupakan aspek yang relevan dengan komunikasi tetapi tidak lupa pula bahwa ada

aspek-aspek lain seperti struktur sosial, nilai dan sikap yang dimiliki dalam bahasa.

Interpretasi makna dalam bahasa juga turut dipengaruhi oleh budaya, setidaknya ada dua

makna yang bisa menjadi acuan.

1. Makna referensial : bisa diacukan pada banyak elemen dalam kode lingusitik

dalam cara yang statis. Elemen-elemennya antara lain fonologi, gramatika dan

leksikon yang digunakan dalam komunikasi.

2. Makna situasi : harus dipandang sebagai proses yang dinamis. Interaksi

menghendaki persepsi, seleksi dan interpretasi ciri-ciri yang luar biasa dari kode

yang digunakan dalam situasi komunikatif aktual.

Menurut Jacobson6 selain fungsi komunikasi bahasa juga memiliki fungsi peotic

yakni fungsi estetis sebuah kata yang disusun sedemikian rupa sehingga berdasarkan

prinsip keseimbangan (rima dan makna).

Menurut Hymes : “Fungsi-gungsi bahasa memberikan dimensi primer untuk

mengkarakterisasi dan mengorganisasikan proses komunikasi dan produk

dalam masyakarat; tanpa memahami mengapa bahasa digunakan dalam

masyarakat sebagaimana adanya, dan konsekuensi-konsekuensi penggunaan

bahasa itu, tidaklah mungkin untuk memahami maknanya dalam konteks

interaksi sosial”7

6 Yassir Nasanius (Peny.) : Pertemuan Lingusistik Pusat Kajian Bahasa dan Budaya Atma Jaya ke 18

(Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, 2004) 47. 7 Abd. Syukur Ibrahim...., 17.

Page 4: BAB II TEORI BAHASA dan SEMIOTIKA...17 Bahasa harus dilihat sebagai instrumen tindakan atau kekuasaan sehingga hal ini berimplikasi kepada pengetahuan dan kekuasaan. Komunikasi merupakan

16

Dalam fungsinya, bahasa dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu fungsi referensial

dan fungsi afektif.8 Yang pertama fungsi referensial bahasa adalah yang terkait dengan

nama apa yang digunakan untuk menyebutkan objek dan ide serta bagaimana cara

mendeskripsikan kejadian. Atau dengan kata lain bagaiamana seseorang merepresentasikan

dan menggambarkan dunia disekitar dan dampak dari representas itu terhadap cara

berpikir. Yang kedua adalah fungsi afektif dari bahasa terkait dengan kekuasaan dan status

sosial. Kedua fungsi ini sangat erat kaitannya dengan kekuasaan sehingga dengan demikian

potensi untuk menciptakan makna baru dalam bahasa dapat diperhatikan. Menurut Levi-

Strauss, bahasa dalam sistem komunikasi dipengaruhi oleh fenomena-fenomena yang

mempengaruhi sistem perilaku dan nilai9

Berbicara tentang bahasa dan kekuasaan memiliki hubungan yang sangat erat.

Kekuasaan lewat bahasa seringkali terjadi dalam ruang publik. Sebagai contoh bahasa-

bahasa yang digunakan sebagai alat politik untuk mempengaruhi masyarakat. Bukan

hanya dalam ruang publik bahkan secara personal pun kekuasaan lewat bahasa dapat

terjadi dalam relasi sosial suatu individu dengan individu yang lain. Biasanya pengaruh

bahasa sangat besar dalam usaha mengubah masyarakat. Gerakan-gerakan mengubah

bahasa yang biasanya digunakan untuk merujuk pada kelompok-kelompok minoritas.

Gerakan reformasi bahasa sudah ada sejak lama bahkan sudah berpengaruh sejak abad

1810

. Upaya reformasi bahasa dapat bersifat dangkal dan tidak memabawa perubahan

terhadap kondisi kehidupan masyarakat. Apakah benar masyarakat dapat berubah hanya

dengan bahasa yang baru ataukah memungkinkan bahsa menciptakan makna peyoratif

(negatif).

8 Linda Thomas dan Shan Wareing....., 14.

9 Umberto Eco, Teori Semiotika, Terj., Inyiak Ridwan Muzir ( Yogyakarta : Kreasi Wacana, 2009) 17

10 Linda Thomas dan Shan Wareing,.....21.

Page 5: BAB II TEORI BAHASA dan SEMIOTIKA...17 Bahasa harus dilihat sebagai instrumen tindakan atau kekuasaan sehingga hal ini berimplikasi kepada pengetahuan dan kekuasaan. Komunikasi merupakan

17

Bahasa harus dilihat sebagai instrumen tindakan atau kekuasaan sehingga hal ini

berimplikasi kepada pengetahuan dan kekuasaan. Komunikasi merupakan pertukaran

bahasa yang berlangsung sebagai hubungan kekuasaan simbolis dimana terwujud

hubungan kekuatan antara pembicara dan mitra atau lawan bicara dalam suatu

komunitas.11

Hubungan kekuatan tersebut membentuk hubungan sosial yang didominasi

oleh interaksi simbolik. Ada perspektif yang lebih kritis melihat wacana (didalamnya

bahasa) sebagai kelompok untuk membuat pernyataan (cara untuk mempresentasikan

pengetahuan) tentang hal khusus dalam suatu rentangan sejarah. Wacana dilihat sebagai

produksi pengetahuan melalui bahasa dan bahasa lebih dalam kaitannya dengan praksis

sosial.12

Karena praksis sosial memerlukan makna dan makna mempertajam serta

mempengaruhi apa yang kita lakukan, maka semua praktik sosial mengandung dimensi

wacana. Pemikiran yang kritis tidak bisa dilepas dari upaya analisa wacana, karena

wacana mendefinisikan dan menghasilkan objek pengetahuan yang merngarahkan cara

bagaimana suatu topik dapat dibicarakan secara bermakna dan menentukan bentuk

rasionalitasnya. Bahkan wacana mempengaruhi gagasan-gagasan yang dipraktikan untuk

mengatur perilaku. Akhirnya, aspek yang lebih jeli perlu diperhatikan ialah bahwa wacana

bisa menentukan perspektif.

Wittgenstein merupakan salah satu ahli filsafat bahasa yang mengklaim bahwa

bahasa hanya dapat dimengerti dalam kerangka bentuk-bentuk kehidupan.13

Dapat dilihat

bahwa bahasa pada hakekatnya telah mengalami sebuah transformasi fungsi seiring

dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Bahasa secara struktural selain dipengaruhi oleh

konteks, bahasa juga berperan dalam sistem sosial. Analisa-analisa terkait dengan makna

11

Pierre Bourdieu, Languange and Symbolic Power. John B. Thompson (Ed.), (Cambridge : Polity Press, 1991) 14.

12 Michael Foucault, Discipline and Punish : The Birth of the Prison. Trans. Alan Sheridan ( NYC :

Pantheon Books, 1977) 25. 13

H. Kaelan, Filsafat Bahasa : Semiotika dan Hermeneutika, 340

Page 6: BAB II TEORI BAHASA dan SEMIOTIKA...17 Bahasa harus dilihat sebagai instrumen tindakan atau kekuasaan sehingga hal ini berimplikasi kepada pengetahuan dan kekuasaan. Komunikasi merupakan

18

sosiologis atas fakta membuat penggunaan bahasa semakin berpengaruh terhadap

perkembangan teori-teori sosial.14

Untuk memahami konsep bahasa maka akan bermuara

pada konsep linguistik. Ferdinand de Saussure telah lama berbicara mengenai ilmu

linguistik. Ia membedakan bahasa dalam dua macam hubungan15

, antara lain : hubungan

sintagmik yaitu hubungan yang terdapat antara satuan-satuan bahasa didalam kalimat

tertetu (in presentia). Yang kedua adalah hubungan asosiatif adalah hubungan yang

terdapat dalam bahasa tetapi tidak tampak dalam susunan kalimat (in absentia). Saussure

lebih melihat bahasa sebagai sebuah sistem. Namun ada pemikiran lain bahwa perbedaan

bahasa dan falsafah antar budaya yang satu dengan yang lain, serta memperhatikan

dampak dari bahasa terhadap persepsi mengenai realita dalam penelitian yang dilakukan

oleh antropolog Edward Saphir (1884-1939) dan Benjamin Lee Whorf (1897-1941).16

Pemikiran mereka disebut sebagai hipotesis Shapir-Whorf. Hipotesis ini dibagi menjadi

dua yakni :17

1. Teori relativitas linguistik yang menyatakan bahwa tiap-tiap budaya akan

menafsirkan dunia dengan cara yang berbeda-beda dan bahwa perbedaan-

perbedaan ini akan terkodekan dalam bahasa. Istilah relativitas ini merujuk pada

ide bahwa tidak ada cara yang mutlak atau alami secara absolut untuk

memberikan label pada isi dari dunia ini. manusialah yang memberi label pada isi

dunia sesuai dengan persepsi masing-masing yang bersifat relatif dalam artian

berbeda antara budaya satu dengan budaya yang lain.

14

Pip Jones. etc, Introducing Social Theory, terj. Pengantar Teori-Teori Sosial, Achmad Fedyani Saiffudin ( Jakarta : Yayasan Obor,2016) 169.

15 Abdul Chaer, Kajian Bahasa : Struktur Internal, Pemakaian dan Pemelajaran (Jakarta : Rineka Cipta,

2007) 50. 16

Linda Thomas dan Shan Wareing : Bahasa, Masyarakat dan Kekuasaan. 37 17

Ibid, 39

Page 7: BAB II TEORI BAHASA dan SEMIOTIKA...17 Bahasa harus dilihat sebagai instrumen tindakan atau kekuasaan sehingga hal ini berimplikasi kepada pengetahuan dan kekuasaan. Komunikasi merupakan

19

2. Teori determinisme linguistik yang menyatakan bahwa bukan hanya persepsi

terhadap dunia yang mempengaruhi bahasa tetapi bahasa yang digunakan dapat

mempengaruhi cara berpikir secara mendalam. Bahasa dapat dilihat sebagai

kerangka dari pemikiran manusia. Dan menurut teori ini, sangat sulit untuk

berpikir diluar kerangka tersebut.

Selain itu bahasa juga menunjukkan identitas dari penggunanya. Menurut Halliday

setidaknya bahasa dibagi dalam beberapa fungsi kebahasaan : 18

1. Bahasa yang berkaitan dengan situasi dan makna yang dirujuk pada awal

pembicaraan.

2. Bahasa dengan fungsi pragmatis dan magis, hal ini sangat erat kaitannya terhadap

fungsi bahasa dalam ritual atau kegiatan seremonial dalam kebudayaan.

3. Bahasa dengan fungsi individu yakni ekspresif, konatif dan representasional.

Berdasarkan fungsi bahasa yang dipaparkan oleh Halliday maka dapat dilihat bahwa

fungsi bahasa akan ditafsirkan bukan semata-mata terhadap makna tetapi juga terhadap

khasanah yang mendasar bagi perkembangan sistem makna itu sendiri. bahasa dan makna

adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan dan merupakan sebuah kesatuan yang dapat

berfungsi dalam penggunaanya. Bahasa dan makna sangat dipengaruhi oleh konteks

situasi, konteks situasi yang berbeda-beda akan menimbulkan makna dan bahasa yang

berbeda pula. Salah satu konteks situasi yang memberikan pengaruh terhadap makna dan

bahasa adalah konteks budaya.19

Selain saling mempengaruhi harus diketahui juga bahwa

bahasa adalah bagian integral dari budaya.

18

M. A. K. Halliday, Languange, Context, and Text : Aspect of Languange in a Social-Semiotic Perspective (Australia : Deakin University, 1985) 20.

19 Ibid, 64

Page 8: BAB II TEORI BAHASA dan SEMIOTIKA...17 Bahasa harus dilihat sebagai instrumen tindakan atau kekuasaan sehingga hal ini berimplikasi kepada pengetahuan dan kekuasaan. Komunikasi merupakan

20

Menurut Malinowski20

, fungsi magis bahasa adalah cara komunikasi dengan wujud-

wujud yang dianggap sakral karena bentuk-bentuk bahasa ini menembusi batas dan ruang

transenden. Bagi masyarakat tradisional, bahasa yang magis adalah mengaitkan bahasa

dengan kuasa kreatif untuk memberi atau mewujudkan, untuk mempengaruhi, mengubah

dan melenturkan emosi, dan mengubah tindakan manusia. Kuasa kreatif bahasa juga

dikaitikan dengan upaya untuk menjejakan emosi atau sturuktur untuk mencapai greater

inner calm and spiritual power.

Salah satu produk budaya adalah bahasa dan telah ada sejak lama dalam peradaban

manusia. Makna bahasa adalah hal umum yang kita dapati dalam sebuah bahasa. Namun

makna tidak serta merta juga mewakili bahasa meskipun mempunya kaitan yang erat.

Makna juga dapat berkaitan dengan lambang atau simbol (kebudayaan, agama, negara dll)

ataupun gejala-gejala alam. Dalam suatu bahasa daerah tertentu misalnya di Maluku,

pemaknaan terhadap bahasa sangat dipengaruhi oleh konteks budaya dan situasi. Untuk

mempelajari pemaknaan suatu bahasa berbasis kultural, dan sosial maka perlu memahami

tentang etnolinguistik dan sosiolinguistik. Etnolinguistik meliputi segala aspek dari

struktur sosial, budaya, dan perilaku manusia21

sehingga ada indikasi bahwa individu atau

kelompok yang berbeda menggunakan bahasa untuk menyampaikan maksud yang dapat

berarti maupun tidak berarti ditentukan oleh kebudayaan.

Menurut Edward Sapir dan Benjamin Lee Whorf22

yang merupakan ahli linguistik

dari Amerika menyatakan bahwa bahasa menentukan cara berpikir manusia, menentukan

manusia melihat realitas dunia dan dipengaruhi oleh variabel-variabel sosial seperti kelas

sosial dan status. Wakit Abdullah mengatakan bahwa Etnolinguistik adalah dimensi

20

Noriah Mohamed dan Darwis Harahap,Ed. Mutiara Budi : Mengenang Profesor Abdullah Hasan (Selangor : PTS Akademia,2013) 401.

21 Tedi Sutardi, Antropologi : Mengungkap Keragaman Budaya ( Bandung : Setia Purna Inves, 2007)

77. 22

Ibid, 78

Page 9: BAB II TEORI BAHASA dan SEMIOTIKA...17 Bahasa harus dilihat sebagai instrumen tindakan atau kekuasaan sehingga hal ini berimplikasi kepada pengetahuan dan kekuasaan. Komunikasi merupakan

21

bahasa yang terkandung dalam dimensi sosial dan budaya (upacara, ritual, dan peristiwa

budaya) yang lebih luas untuk mempertahankan praktik-praktik budaya dan struktur

sosial.23

Selain pendekatan etnolinguistik ada pula pendekatan sosiolinguistik.

Sosiolinguistik adalah24

kajian interdisipliner yang mempelajari pengaruh budaya terhadap

cara suatu bahasa digunakan. Dalam hal ini bahasa berhubungan erat dengan masyarakat

suatu wilayah sebagai subyek atau pelaku berbahasa sebagai alat komunikasi dan interaksi

antara kelompok yang satu dengan yang lain. Dalam hal ini, selain berbicara mengenai

bahasa sebagai pengaruh dari budaya (etnolinguistik) juga perlu berbicara mengenai

bahasa dalam kaitannya dengan fenomena-fenomena yang terjadi dalam masyarakat

(sosiolinguistik).

Menurut Wardahaugh sosiolinguistik berbicara mengenai bahasa dan masyarakat,

memahami struktur bahasa dan fungsinya dalam komunikasi. Ia juga memandang bahasa

sebagai sebuah sistem sosial dan sistem komunikasi yang merupakan bagian dari

masyarakat dan kebudayaan tertentu.25

Setiap individu mempelajari peran sosial masing-

masing melalui bahasa. Variasi bahasa yang lengkap (elaborated code) biasanya

digunakan untuk hal-hal formal sedangkan variasi tidak lengkap (restricted) biasa

digunakan dalam kehidupan sehari-hari atau tidak formal.26

Dalam mendeskripsikan pola-

pola pemakaian bahasa dalam budaya tertentu ada beberapa kajian sosiologis yang penting

untuk diperhatikan : 27

1. Mengkaji bahasa dalam konteks sosial dan budaya

2. Menghubungkan faktor-faktor kebahasaan, ciri-ciri dan ragam bahasa dengan

situasi serta faktor-faktor sosial dan budaya.

23 Wakit Abdullah, Etnolinguistik : Teori, Metode dan Aplikasinya. (Solo : UNS Press, 2013) 10.

24 https://id.wikipedia.org/wiki/Sosiolinguistik diunduh pada Tanggal 04 April 2017 Pukul 00:31 WIB.

25 Yendra S. Mengenal Ilmu Bahasa (Linguistik), (Yogyakarta : Deeppublish, 2016) 218.

26 Ibid, 223.

27 Ibid, 219

Page 10: BAB II TEORI BAHASA dan SEMIOTIKA...17 Bahasa harus dilihat sebagai instrumen tindakan atau kekuasaan sehingga hal ini berimplikasi kepada pengetahuan dan kekuasaan. Komunikasi merupakan

22

3. Mengkaji fungsi-fungsi sosial dan penggunaan bahasa dalam masyarakat.

Bahasa juga mempengaruhi kelompok sosial maka ada beberapa aspek penentu.

Kelompok sosial merupakan istilah dalam sosiologi yang mengacu pada perbedaan kelas

atas dasar kekuasaan, politik, ekonomi, ataupun profesi. Penggunaan bahasa dalam

kelompok sosial yang berbeda akan menghasilkan variasi bahasa yang berbeda. Bahasa

tidak saja mempunyai keterkaitan dengan aspek antropologi dan sosiologi tetapi juga

aspek kognitif. Berbicara tentang kognitif maka akan berbicara juga mengenai memori.

Kemampuan kognitif manusia ditentukan oleh memori yang tersimpan didalam otak

manusia. Memori adalah ingatan tentang pengalaman masa lampau melalui proses

informasi yang melibatkan indra penglihatan, pendengaran dan indra lainnya kedalam

ingatan manusia.28

Memori manusia terdiri dari 3 bagian : yakni sensor motorik, ingatan

jangka pendek (Short Term Memory) dan memori jangka panjang (Long Term Memory).

Dari ketiga memori tersebut yang berkaitan dengan memori semantis (memori tentang

bahasa dan makna) adalah memori jangka panjang.29

2. Semiotika

Secara umum semiotika dapat dipahami sebagai bidang ilmu yang mengkaji makna

berbagai tanda dan lambang.30

Yang menjadi pertanyaan adalah apa yang membuat

semiotika erat hubungannya dengan bahasa? Bahasa merupakan sistem lambang sehingga

sebenarnya makna bahasa juga termasuk dalam semiotika. Namun secara khusus kajian

mengenai makna bahasa ini mempunyai wadah sendiri yaitu semantik. Semantik lazim

diartikan sebagai kajian mengenai makna bahasa. Mengapa harus dieksplesitkan makna

bahasa? Karena selain makna bahasa, kehidupan manusia banyak makna-makna yang

28

Untung Yuwono, Pesona Bahasa : Langkah Awal Memahami Linguistik (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama,2005) 18.

29 Ibid, 19.

30 Abdul Chaer, Kajian Bahasa : Struktur Internal, Pemakaian dan Pemelajaran. 67

Page 11: BAB II TEORI BAHASA dan SEMIOTIKA...17 Bahasa harus dilihat sebagai instrumen tindakan atau kekuasaan sehingga hal ini berimplikasi kepada pengetahuan dan kekuasaan. Komunikasi merupakan

23

tidak ada kaitannya dengan bahasa melainkan dengan lambang-lambang lain seperti tanda-

tanda lalulintas, tanda-tanda kejadian alam, lambang negara, simbol-simbol budaya,

simbol-simbol keagamaan dan lain sebagainya.31

Semiotika bukan lagi sebagai makna bahasa saja melainkan juga dilihat sebagai

proses sosial yang menghasilkan makna itu sendiri. Halliday mengembangkan semiotika

sosial sebagai pendekatan studi makna.32

Pendekatan ini tidak melihat bahasa sebagai

entitas yang secaraa otomatis dirujuk sebagai hubungan antara yang ditandai dan yang

menandai. Aliran semiotik ini dikenal dengan semiotik behavioral. Semiotika sosial ini

lebih melihat bahasa sebagai sebuah realitas sosial sekaligus realitas semiotik. Sebagai

suatu realitas, bahasa didalamnya merupakan fenomena pengalaman fisis, logis, psikis

atau fenomena filosofis penturnya dalam konteks situasi dan konteks kultural tertentu.

Dalam hal ini kebudayaan merupakan sumber makna sekaligus sumber semiotik itu sendiri

sehingga dapat dikatakan bahwa bahasa kebudayaan merupakan jaringan sistem dan

makna. Suatu pemaknaan nilai-nilai kultural masyarakat direalisasikan melalui proses

sosial dengan setting tertentu.33

Dalam sebuah masyarakat proses-proses sosial menggunakan bahasa sebagai

medium. Objek dari kajian semantik adalah makna yang merupakan objek yang tidak

dapat diamati atau diobservasi secara empiris. Dalam perkembangannya ada kesadaran

bahwa mengkaji makna harus juga sejalan dengan mengkaji bahasa. Kedua hal ini

merupakan sebuah kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Kajian makna terbagi atas

beberapa bagian, yakni : 34

1. Kajian Makna Lesikal

31

Ibid, 68 32

Dadan Rusmana, Filsafat Semiotika ( Pustaka Setia : Bandung, 2014) 225. 33

Ibid, 228. 34

Abdul Chaer, 68

Page 12: BAB II TEORI BAHASA dan SEMIOTIKA...17 Bahasa harus dilihat sebagai instrumen tindakan atau kekuasaan sehingga hal ini berimplikasi kepada pengetahuan dan kekuasaan. Komunikasi merupakan

24

Makna lesikal adalah makna yang secara inheren ada dalam butir leksikal. Untuk

mengetahui makna leksikal dari sebuah leksem yang belum diketahui maka dapat

memeriksa dalam kamus yang menyajikan makna leksikal. Secara umum masalah

makna leksikal mencakup masalah kesamaan makna, ketercakupan makna dan

keberlainan makna.

a) Kesamaan Makna

Biasa disebut sebagai sinonim yang bersifat mutlak. Tidak serta merta dua kata

yang berpadanan dapat memiliki makna yang sama. Karena ada unsur

semantik yang bisa mensinonimkan dua kata yang berbeda tetapi juga dapat

melahirkan masalah karena terkadang dua kata yang bersinonim tidak dapat

disubtitusikan.

b) Ketercakupan Makna

Yang biasa disebut sebagai hiponiman atau hiperniman. Yang berkenaan

dengan adanya fakta bahwa ada kata-kata yang maknanya tercakup dibawah

makna lain.

c) Keberlainan Makna

Ini biasanya terjadi antara dua butir leksikal yang berkanaan dengan adanya

fakta bahwa kata-kata yang dibentuk adalah sama, tetapi maknanya berlainan.

Adanya fakta-fakta seperti itu dapat menimbulkan pertanyaan bagaimana

terjadinya bentuk-bentuk kata yang sama padahal maknanya tidak sama.

2. Kajian Makna Gramatikal35

35

Ibid, 70-73

Page 13: BAB II TEORI BAHASA dan SEMIOTIKA...17 Bahasa harus dilihat sebagai instrumen tindakan atau kekuasaan sehingga hal ini berimplikasi kepada pengetahuan dan kekuasaan. Komunikasi merupakan

25

Makna gramatikal adalah “makna” yang muncul sebagai proses gramatika seperti

afiksasi, reduplikasi, komposisi, akronimisasi dan proses konversi. Khusus untuk

proses akronimisasi sebenarnya tidak memunculkan makna gramatikal sebab

proses itu hanya mengubah bentuk ungkapan yang panjang melalui abreviasi

menjadi sebuah kata yang pendek. Proses konversi juga tidak memunculkan

makna gramatikal sebab proses itu hanya mengubah kelas kata tanpa mengubah

fisik bentuk dasarnya. Proses afiksasi perlu dikemukakan adanya perbedaan

pandangan mengenai makna. Makna gramatikalnya sangat tergantung pada

komponen makna yang dimiliki bentuk dasar suatu kata. Berbeda dengan proses

afiksasi, proses reduplikasi menampilkan kesan yang melahirkan makna plural

atau makna intensitas. Kalau dasar makna direduplikasikan hanya berdasarkan

kategori nomina, verba dan ajektifa maka makna gramatikal yang diperoleh

memang bermakna plural atau intensitas. Padahal dalam kenyataannya bahasa

yang direduplikasi dalam bahasa Indonesia juga merupakan kata yang berkategori

lain. Oleh karena itu masalah reduplikasi perlu dikaji dengan mengangkat semua

bentuk objek kajian. Yang terakhir adalah proses komposisi yang merupakan

suatu proses penggabungan dasar dengan dasar. Namun perlu diperhatikan bahwa

harus dikemukakan adalah istilah lain yang tumpang tindih dan sering dikacaukan

oleh pengguna bahasa.

3. Kajian Makna Kontekstual36

Yang dimaksudkan dengan kajian makna kontekstual adalah : pertama, makna

penggunaan sebuag kata dalam konteks kalimat tertentu. Kedua, makna

36

Ibid, 76-77

Page 14: BAB II TEORI BAHASA dan SEMIOTIKA...17 Bahasa harus dilihat sebagai instrumen tindakan atau kekuasaan sehingga hal ini berimplikasi kepada pengetahuan dan kekuasaan. Komunikasi merupakan

26

keseluruhan kalimat dalam konteks situasi tertentu. Masalah dalam kajian makna

kontekstual adalah adanya suatu ujaran yang dimaknai berbeda-beda oleh

sejumlah orang menurut pemahaman dan tafsirannya masing-masing. Makna

yang dipahami orang lain dalam kajian tindak tutur disebut sebagai makna

ilokusi. Hal ini dalam kajian semantik lazim disebut sebagai ketaksaan

(ambiguitas). Penyebabnya adalah karena kekurangan konteks baik konteks

kalimat maupun konteks situasi.

4. Kajian Dialektologi37

Dialektologi atau dialek merupakan isolek atau biasa disebut sebagai subdialek

atau bahasa. Dialek digunakan untuk menyebut variasi bahasa dari kelompok-

kelompok penutur tertentu. Dalam bidang kajian dialektologi dibagi menjadi dua

bagian, yakni :

1. Kajian dialek diakronik, ditujukan pada upaya-upaya untuk :

a) Mendeskripsikan perbedaan unsur-unsur kebahasaan yang terdapat dalam

bahasa yang dikaji. Perbedaan itu mencakup bidang fonologi, morfologi,

sintaksis, leksikon dan semantik. Termasuk juga masalah tingkatan

bahasa.

b) Memetakan unsur-unsur kebahasaan yang berbeda.

c) Menemukan isolek sebagai dialek atau subdialek dengan berpijak pada

unsur-unsur kebahasaan yang berbeda, yang telah dideskripsikan atau

dipetakan.

d) Membuat deskripsi yang berkaitan dengan pengenalan dialek atau

subdialek melalui pendeskripsian ciri-ciri fonologis, morfologis, sintaksis

37

Hasan Alwi dan Dendi Suwono, ed. Bahasa dan Sastra (Yayasan Obor Indonesia : Jakarta, 1999) 235.

Page 15: BAB II TEORI BAHASA dan SEMIOTIKA...17 Bahasa harus dilihat sebagai instrumen tindakan atau kekuasaan sehingga hal ini berimplikasi kepada pengetahuan dan kekuasaan. Komunikasi merupakan

27

dan leksikal yang menandai dan atau membedakan antara dialek atau

subdialek yang satu dengan lainnya dalam bahasa yang diteliti.

e) Membuat rekonstruksi prabahasa bahasa yang diteliti dengan

memanfaatkan evidensi yang terdapat dalam dialek atau subdialek yang

mendukungnya.

f) Menelusuri pengaruh antar dialek atau subdialek bahasa yang diteliti serta

situasi persebaran georgrafisnya.

g) Menelusuri unsur kebahasaan yang merupakan inovasi internal ataupun

eksternal dalam dialek-dialek atau subdialek-subdialek bahasa yang

diteliti, termasuk bahasa sumbernya, serta situasi persebaran georgrafisnya

pada tiap-tiap dialek dan subdialek.

h) Menelusuri unsur kebahasaan yang berupa bentuk relik pada dialek atau

subdialek yang diteliti dengan persebaran geografisnya.

i) Menelusuri hubungan antara unsur-unsur kebahasaan yang berbeda

diantara dialek atau subdialek bahasa.

Kajian makna yang berbeda diungkapkan oleh Strawson (1950)38

mengatakan

bahwa :

“perujukan atau penyebutan kata atau kalimat bukanlah sesuatu yang

dilakukan ekspresi; melainkan sesuatu yang dilakuka seseorang dengan

menggunakan ekspresi.”

Maka dari sudut pandang ini “makna” adalah fungsi sebuah kalimat atau ekspresi

penyebutan, perujukan, dan kebenaran serta dusta, semua itu adalah fungsi dari

penggunaan kalimat atau ekspresi. Dengan menggunakan ekspresi maka sebenarnya telah

memberi arahan umum bagi penggunaan ekspresi yang berarti bahwa analisis semantis

38

Umberto Eco, Teori Semiotika, 244-246.

Page 16: BAB II TEORI BAHASA dan SEMIOTIKA...17 Bahasa harus dilihat sebagai instrumen tindakan atau kekuasaan sehingga hal ini berimplikasi kepada pengetahuan dan kekuasaan. Komunikasi merupakan

28

berkorespondensi dengan sebuah objek. Penggunaan ekspresi dalam perujukan juga berarti

menentukan dan menetapkan nama-nama, deskripsi-deskripsi atau kalimat-kalimat

tertentu yang bisa diterapkan pada apa yang diserap oleh pengalaman faktual.

MAK Halliday dalam semiotika sosial memungkinkan untuk membangun sebuah

kerangka kerja yang membedah interaksi antara teks dan konteks (situasi) yang didasarkan

pada tiga konsep yakni :39

1. Medan wacana ( field of discourse) merupakan tindakan sosial yang sedang

terjadi atau dibicarakan. Aktivitas dimana para pelaku terlibat didalamnya.

2. Pelibat wacana (tenor of discourse) melibatkan pihak-pihak pembicara dan

sasaran yang terlibat dalam pembicaraan serta kedudukan dan hubungan

diantara mereka.

3. Mode wacana (mode of discourse) merujuk pada pilihan bahasa masing-masing

termasuk apakah gaya bahasa yang digunakan bersifat eksplanatif, deskritif,

persuasif, metaforis, hiperbolis dan lain sebagainya serta apa pengaruhnya.

Selain mengemukakan tentang semiotika sosial, Halliday juga mempelopori teori

Linguistik Fungsional Sistematik (LFS)40

yang memandang bahasa sebagai sistem tanda

yang dapat dianalisis berdasarkan struktur bahasa dan pemakaiannya. Pemakaian bahasa

terkait mengapa dan bagaimana bahasa digunakan. Kajian ini didasarkan pada dua hal

mendasar, yakni :

1. Bahasa sebagai fenomena sosial atau dikenal sebagai semiotika sosial yakni

bahasa yang merupakan teks berkonstrual dengan konteks sosial. Bahasa adalah

alat untuk mempertahankan hubungan sosial.

39

Agus Soedibyo, Politik Media dan Pertarungan Wacana ( Yogyakarta : Lkis, 2001) 129. 40

Yendra S. S, Mengenal Ilmu Bahasa (Linguistik) ( Yogyakarta : Deepublish, 2016) 39.

Page 17: BAB II TEORI BAHASA dan SEMIOTIKA...17 Bahasa harus dilihat sebagai instrumen tindakan atau kekuasaan sehingga hal ini berimplikasi kepada pengetahuan dan kekuasaan. Komunikasi merupakan

29

2. Lingustik sebagai tindakan, kajian bahasa ini tidak hanya melihat bahasa

sebagai bagian dari gramatikal saja melainkan juga berkaitan dengan aspek-

aspek diluar bahasa yang berkaitan dengan penggunaan bahasa dan kehidupan

manusia.

Bahasa dan semiotika berpengaruh dalam kehidupan masyarakat. Dalam proses

sosialisasi makna bahasa dapat mengalami perubahan terkait dengan fungsi bahasa dalam

masyarakat. Bahasa dalam fungsinya secara sosiologis di masyarakat dilihat sebagai

fenomena yang mempengaruhi masyarakat dalam konteks tertentu. Bahasa bukan hanya

sebagai alat komunikasi dalam masyarakat tetapi juga sebagai alat untuk

mengidentifikasikan diri dalam komunitasnya. Sejak awal komunitas masyarakat

terbentuk bahasa telah dipakai dalam setiap proses sosialisasi, masyarakat tradisional

merupakan bagian dari masyarakat tutur. Dalam masyarakat tutur inilah bahasa berfungsi

dominan.

Untuk melihat berbagai gejala dari fenomena bahasa yang terjadi dalam masyarakat

maka yang diperlukan adalah mendudukan bahasa secara epistemik. Dalam hal ini,

pemahaman tentang fungsi bahasa selain untuk berkomunikasi namun disisi lain dapat

membentuk perilaku atau persepsi dan mobilisasi aksi. Selain bahasa, hal lain yang perlu

diperhatikan adalah semiotika. Semiotika digunakan untuk mengkaji makna suatu bahasa,

ujaran, ucapan atau kata dalam proses sosial dalam masyarakat. Proses sosial tersebut

cenderung menggunakan bahasa, sistem lambang dan simbol dalam praksisnya. Sehingga

dalam upaya mengkaji makna maka semiotika sangat diperlukan secara khusus studi

tentang semantik.

Semantik lazim diartikan sebagai kajian makna bahasa yang merupakan bagian

integral dari semiotika itu sendiri. ada beragam semiotika yang dikenal saat ini salah

Page 18: BAB II TEORI BAHASA dan SEMIOTIKA...17 Bahasa harus dilihat sebagai instrumen tindakan atau kekuasaan sehingga hal ini berimplikasi kepada pengetahuan dan kekuasaan. Komunikasi merupakan

30

satunya yang digunakan adalah adalah semiotika sosial yang mencakup dan yang

mengkaji fungsi makna dan lambang dalam kelompok sosial. Untuk mempelajari bahasa

yang erat kaitannya dengan kebudayaan maka semantik bahasa diperlukan. Didalam

semiotika ada sub-sub teori tentang semantik bahasa yang mempelajari tentang makna

suatu bahasa. Sehingga untuk mencari tahu makna dan faktor-faktor penentu dalam suatu

masyarakat tertentu, kolaborasi antara bahasa dan semiotika menjadi aspek yang sangat

penting. Bahasa dan semiotika akan menjabarkan pengaruh kebudayaan, proses sosial,

identitas, bentuk-bentuk komunikasi, dan kemampuan kognitif manusia untuk mengolah

pengalaman yang berkaitan dengan proses informasi indrawi. Penjabaran ini dimaksudkan

untuk mendudukan bahasa dan semiotika dalam pengaruh kekuasaan, politik, dan sosial.

Sehingga akan membantu proses analisa dalam kaitannya dengan mengkaji makna.