BAB II TELAAH PUSTAKA -...

30
7 BAB II TELAAH PUSTAKA 2.1 Manajemen Berbasis Sekolah Suparlan, dkk (2012) Manajemen Berbasis Sekolah sebagai terjemahan dari School Based Management, dapat diartikan sebagai pengalihan dalam pengambilan keputusan dari tingkat pusat sampai ke tingkat sekolah yang mempunyai peranan memberikan kewenangan dalam pengambilan keputusan dipandang sebagai otonomi di tingkat sekolah dalam pemberdayaan sumber-sumber (resources) sehingga sekolah mampu secara mandiri menggali, mengalokasikan, dan mempertanggungjawabkan (akuntabilitas) kepada setiap yang berkepentingan (stakeholders) Kewenangan yang besar dan bertanggung jawab di sekolah dipandang memiliki tingkat efektivitas yang tinggi serta dapat memberikan beberapa keuntungan, yaitu: (1) Kebijaksanaan dan kewenangan sekolah membawa pengaruh langsung kepada siswa, orangtua dan guru; (2) Optimalisasi dalam pemanfaatan berbagai sumber daya yang ada disekitar sekolah; (3) Efektif dalam melakukan pembinaan peserta didik seperti kehadiran, hasil belajar, tingkat pengolahan, tingkat putus sekolah, moral guru, dan iklim sekolah; (4) Adanya perhatian bersama untuk mengambil keputusan, memberdayakan guru, (5)

Transcript of BAB II TELAAH PUSTAKA -...

Page 1: BAB II TELAAH PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6053/2/T2_942011046_BAB II.pdfpenyususnan perencanaan pengembangan sekolah. Dari pengertian di atas,

7

BAB II

TELAAH PUSTAKA

2.1 Manajemen Berbasis Sekolah

Suparlan, dkk (2012) Manajemen Berbasis Sekolah

sebagai terjemahan dari School Based Management, dapat

diartikan sebagai pengalihan dalam pengambilan keputusan

dari tingkat pusat sampai ke tingkat sekolah yang

mempunyai peranan memberikan kewenangan dalam

pengambilan keputusan dipandang sebagai otonomi di

tingkat sekolah dalam pemberdayaan sumber-sumber

(resources) sehingga sekolah mampu secara mandiri

menggali, mengalokasikan, dan mempertanggungjawabkan

(akuntabilitas) kepada setiap yang berkepentingan

(stakeholders)

Kewenangan yang besar dan bertanggung jawab di

sekolah dipandang memiliki tingkat efektivitas yang tinggi

serta dapat memberikan beberapa keuntungan, yaitu: (1)

Kebijaksanaan dan kewenangan sekolah membawa

pengaruh langsung kepada siswa, orangtua dan guru; (2)

Optimalisasi dalam pemanfaatan berbagai sumber daya

yang ada disekitar sekolah; (3) Efektif dalam melakukan

pembinaan peserta didik seperti kehadiran, hasil belajar,

tingkat pengolahan, tingkat putus sekolah, moral guru, dan

iklim sekolah; (4) Adanya perhatian bersama untuk

mengambil keputusan, memberdayakan guru, (5)

Page 2: BAB II TELAAH PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6053/2/T2_942011046_BAB II.pdfpenyususnan perencanaan pengembangan sekolah. Dari pengertian di atas,

8

Fleksibelitas dan adaptabilitas yang tinggi dalam

penyususnan perencanaan pengembangan sekolah.

Dari pengertian di atas, maka dapat diambil

kesimpulan bahwa Manajemen Berbasis Sekolah adalah

sistem pengolahan sekolah yang memberikan otonomi luas

kepada sekolah dan masyarakat dalam penyelenggaraan

pendidikan yang lebih baik dan lebih memadai bagi para

peserta didik dengan cara meningkatkan kinerja staf,

menawarkan partisipasi langsung kepada kelompok-

kelompok terkait dan juga meningkatkan pemahaman

masyarakat terhadap pendidikan.

Slamet (2000:4) mengemukakan bahwa Manajemen

Berbasis Sekolah sebagai pengkoordinasian dan

penyelarasan sumber daya yang dilakukan secara otonomis

(mandiri) oleh sekolah melalui sejumlah input manajemen

untuk mencapai tujuan sekolah dalam kerangka pendidikan

nasional, dengan melibatkan semua kelompok stakeholder

dalam pengambilan keputusan yang partisipatif. Kelompok

stakeholder meliputi kepala sekolah, wakil kepala sekolah,

guru, siswa, konselor, tenaga administrasi, orang tua siswa,

tokoh masyarakat, para profesional, wakil pemerintah dan

wakil organisasi pendidikan.

Sementara itu Arikunto (1999:51) menyatakan bahwa

Manajemen Berbasis Sekolah sekolah adalah penataan

sistem pendidikan yang memberikan keleluasaan penuh

kepada kepala sekolah dan atas kesepakatan seluruh

stafnya, untuk memanfaatkan sumber belajar dan semua

fasilitas yang tersedia untuk menyelenggarahan pendidikan

Page 3: BAB II TELAAH PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6053/2/T2_942011046_BAB II.pdfpenyususnan perencanaan pengembangan sekolah. Dari pengertian di atas,

9

bagi siswa, serta bertanggung jawab penuh atas segala

tindakannya itu. Lanjutnya, dalam manajemen berbasis

sekolah, wilayah sekolah bukan hanya terbatas sampai

pagar sekolah dengan anggota keluarga yang terdiri dari

kepala sekolah, guru, siswa dan staf administrasi saja,

tetapi meluas sampai lingkungan masyarakat setempat.

Anggota organisasi sekolah tidak hanya terbatas pada warga

masyarakat lokal tetapi siapa saja yang mempunyai

kepedulian terhadap urasan sekolah meskipun berdomisili

sangat jauh dari sekolah.

Depdiknas (2001:2) memberi batasan Manajemen

Berbasis Sekolah sebagai “bentuk alternatif pengelolaan

sekolah dalam rangka desentralisasi pendidikan, yang

ditandai adanya kewenangan pengambilan keputusan yang

luas di tingkat sekolah, partisipasi masyarakat yang relatif

tinggi, dalam kerangka kebijakan pendidikan nasional”. Inti

dari pengertian ini adalah keleluasaan sekolah dalam

mengelola sumber daya dengan mengalokasikan dana

sesuai dengan prioritas program serta lebih tanggap

terhadap tuntutan dan kebutuhan masyarakat setempat.

Proses ini perlu didukung proses manajerial skill dan

kerjasama dari masyarakat.

Secara umum, Manajemen Peningkatan Mutu

Berbasis Sekolah (MPMBS) dapat diartikan sebagai model

manajemen yang memberikan otonomi lebih besar kepada

sekolah, dan mendorong partisipasi secara langsung warga

sekolah (guru, siswa, kepala sekolah, karyawan) dan

masyarakat (orang tua siswa, tokoh masyarakat, ilmuwan,

Page 4: BAB II TELAAH PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6053/2/T2_942011046_BAB II.pdfpenyususnan perencanaan pengembangan sekolah. Dari pengertian di atas,

10

pengusaha, dsb.) untuk meningkatkan mutu sekolah

berdasarkan kebijakan pendidikan nasional serta peraturan

perundang-undangan yang berlaku

Dari berbagai pendapat di atas, dapat dipahami

mengenai esensi dari manajemen berbasis sekolah. Ada tiga

pilar Manajemen Berbasis Sekolah, yaitu: Transparansi

manajemen, Pembelajaran PAKEM (Pembelajaran Aktif

Kreatif Efektif dan Menyenangkan), dan Peran serta

masyarakat.

Dengan demikian target utama Manajemen

Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah di Indonesia adalah

pemberdayaan sekolah untuk secara mandiri dapat

meningkatkan mutu pendidikan masing-masing. Oleh

karena itu, kemampuan kepemimpinan dan manajemen

dari kepala sekolah dan ketersediaan sumber daya yang

memadai merupakan persyaratan bagi keberhasilan

pelaksanan Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah

ini. Ada lima alasan latar belakang pentingnya pelaksanaan

Manajemen Berbasis Sekolah dalam konteks pengelolaan

pendidikan di Indonesia yakni sebagai berikut: Pertama,

Kepala sekolah kurang memiliki kewenangan yang luas

mengelola sekolah yang dipimpinnya. Kedua, Kemampuan

manajerial (managerial skills) kepala sekolah pada

umumnya mereka masih sangat tergantung pada juklak dan

juknis. Ketiga, Pola anggaran yang teramat kaku, sehingga

hampir tidak ada kemungkinan guru yang berprestasi

untuk mendapatkan insentif penghargaan. Keempat, Peran

Page 5: BAB II TELAAH PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6053/2/T2_942011046_BAB II.pdfpenyususnan perencanaan pengembangan sekolah. Dari pengertian di atas,

11

serta masyarakat sangat kecil dalam pengelolaan

pendidikan. Kelima, Visi, misi dan strategi pendidikan di

sekolah tidak bertumpu pada kemampuan lingkungan.

Dari lima alasan diatas yang menjadi dasar

keberhasilan kinerja Komite Sekolah adalah peran serta

masyarakat. Partisipasi orang tua siswa atau stakeholder ini

merupakan pilar ketiga dalam penerapan Manajemen

Berbasis Sekolah sehingga partisipasi dari orang tua inilah

yang menjadi kunci keberhasilan kinerja Komite Sekolah

dan penerapan manajemen sekolah yang baik.

2.2 Kinerja

Menurut Prawirosentono (dalam Hermawan, 2003)

kinerja atau performance adalah hasil kerja yang dapat

dicapai seseorang atau kelompok dalam suatu organisasi,

sesuai wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam

upaya untuk mencapai tujuan organisasi bersangkutan

secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan

moral dan etika.

Hasibuan (1994) mengatakan bahwa kinerja adalah

suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam

melaksanakan pekerjaan atas kecakapan, pengalaman,

kesungguhan dan waktu, dimana kinerja merupakan

gabungan dari 3 (tiga) faktor penting, yaitu: kemampuan

dan minat pekerja, kemampuan memberi dan menerima

atas penjelasan delegasi tugas, tingkat motivasi kerja.

Sedangkan Irawan (dalam Hermawan, 2003) dalam buku

Analisis Kerja mendefinisikan kerja sebagai hasil kerja

Page 6: BAB II TELAAH PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6053/2/T2_942011046_BAB II.pdfpenyususnan perencanaan pengembangan sekolah. Dari pengertian di atas,

12

seorang pekerja, sebuah proses manajemen, atau suatu

organisasi keseluruhan, dimana hasil kerja harus dapat

ditunjukkan bukti secara konkret dan dapat diukur dengan

tolak ukur yang telah ditentukan.

Dari definisi yang diuraikan dapat ditarik beberapa

kata kunci, yaitu hasil kerja, pekerja, proses atau

organisasi, terbukti secara konkret, dapat diukur,

dibandingkan dengan standar yang telah ditentukan.

Namun tidak semua kinerja mudah diukur tetapi harus

dibandingkan dengan standar atau dibuktikan secara

konkret.

Selanjutnya Irawan (dalam Hermawan, 2003)

membagi kinerja dalam organisasi menjadi 3 (tiga macam),

yaitu: kinerja organisasi, kinerja proses (proses manajemen

administrasi) dan kinerja pegawai Ketiga macam kinerja itu

tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain. Kinerja

organisasi tergantung pada kinerja proses dalam tiap-tiap

unit kerja, sedangkan kinerja proses tergantung pada baik

atau tidaknya kinerja orang-orang yang menggerakkan

proses tersebut.

Heresy dan Blanchard (dalam Hermawan, 2003)

mendefinisikan kinerja sebagai hasil-hasil yang telah

dicapai seseorang dengan menggunakan media tertentu.

Pengertian ini menggambarkan bahwa seorang pegawai

tidak dapat sukses mencapai kerjanya tanpa bantuan suatu

media berupa sarana lainnya yang berpengaruh kepada

dirinya, baik ekstrinsik maupun intrinsik.

Page 7: BAB II TELAAH PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6053/2/T2_942011046_BAB II.pdfpenyususnan perencanaan pengembangan sekolah. Dari pengertian di atas,

13

Menurut Kusriyanto (dalam Mangkunegara, 2005: 9)

kinerja adalah perbandingan hasil yang dicapai dengan

peran serta tenaga kerja per satuan waktu. Mangkunegara,

(2005: 9) kinerja sebagai ungkapan seperti output, efisiensi

serta efektivitas sering dihubungkan dengan produktivitas,

dan kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara

kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang jawab

yang diberikan kepadanya.

Mangkunegara, (2009:9) hasil kerja secara kualitas

dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang karyawan dalam

melaksanakan tugasnya sesuai dengantanggung jawab yang

diberikan kepadanya.

Dharma, (2009:125) kinerja terdiri dari motivasi,

pengembangan dan komunikasi. Motivasi, maksudnya yaitu

untuk merangsang orang untuk meningkatkan kinerja dan

mengembangkan keahlian. Pengembangan, untuk

memberikan dasar untuk mengembangkan dan memperluas

atribut dan kompetensi yang relevan atas peran yang

dijalani maupun peran yang akan dijalankan pada masa

depan. Pengembangan dapat difokuskan kepada peran yang

dipegang saat ini, memungkinkan orang untuk

memperbesar dan memperkaya keahlian yang mereka

perlukan untuk mendapatkan peran yang sebagaimana

mestinya. Komunikasi, untuk berfungsi sebagai saluran

komunikasi dua arah tentang peran, sasaran, hubungan,

masalah kerja.

Page 8: BAB II TELAAH PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6053/2/T2_942011046_BAB II.pdfpenyususnan perencanaan pengembangan sekolah. Dari pengertian di atas,

14

Menurut Bernardin dan Russel (dalam Gomes, 2000),

kinerja merupakan outcome yang dihasilkan dari fungsi

suatu pekerjaan tertentu dari kegiatan yang dilakukan

selama periode waktu tertentu.

Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa kinerja

adalah prestasi kerja, atau hasil kerja (output) baik kualitas

maupun kuantitas yang dicapai SDM per satuan periode

waktu dalam melaksanakan tugas kerjanya sesuai dengan

tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

Penilaian kinerja merupakan usaha yang dilakukan

pimpinan untuk menilai hasil kerja bawahannya. Menurut

Mengginson (dalam Mangkunegara, 2005: 10), penilaian

kinerja adalah suatu proses yang digunakan pimpinan

untuk menentukan apakah seorang karyawan melakukan

pekerjaannya sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya.

Sikula (dalam Mangkunegara, 2005: 10) mengemukakan

bahwa penilaian pegawai merupakan evaluasi yang

sistematis dari pekerjaan pegawai dan potensi yang dapat

dikembangkan.

Berdasarkan pendapat beberapa ahli tersebut, dapat

disimpulkan bahwa penilaian prestasi kerja (kinerja) adalah

penilaian yang dilakukan secara sistematis untuk

mengetahui hasil pekerjaan karyawan dan kinerja

organisasi. Disamping itu, juga untuk menentukan

pelatihan kerja secara tepat, memberikan tanggapan yang

lebih baik di masa mendatang dan sebagai dasar untuk

menentukan kebijakan dalam hal promosi jabatan dan

penentuan imbalan.

Page 9: BAB II TELAAH PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6053/2/T2_942011046_BAB II.pdfpenyususnan perencanaan pengembangan sekolah. Dari pengertian di atas,

15

Tujuan dari penilaian kinerja adalah untuk

memperbaiki atau meningkatkan kinerja organisasi dari

SDM organisasi. Secara spesifik, tujuan dari evaluasi

kinerja sebagaimana dikemukakan Sunyoto (dalam

Mangkunegara, 2005: 10) adalah: (1). Meningkatkan saling

pengertian antara karyawan tentang persyaratan kinerja.

(2). Mencatat dan mengakui hasil kerja seseorang karyawan,

sehingga mereka termotivasi untuk berbuat yang lebih baik,

atau sekurang-kurangnya berprestasi sama dengan prestasi

yang terdahulu. (3). Memberikan peluang kepada karyawan

untuk mendiskusikan keinginan dan aspirasinya dan

meningkatkan kepedulian terhadap karir atau terhadap

pekerjaan yang diembannya sekarang. (4). Mendefinisikan

atau merumuskan kembali sasaran masa depan, sehingga

karyawan termotivasi untuk berprestasi sesuai dengan

potensinya. (5). Memeriksa rencana pelaksanaan dan

pengembangan yang sesuai dengan kebutuhan pelatihan,

khusus rencana diklat, dan kemudian menyetujui rencana

itu jika tidak ada hal-hal yang perlu diubah.

Jadi kinerja dapat diartikan sebagai hasil kerja dari

setiap proses atau kegiatan yang dilakukan oleh setiap

orang dalam suatu pekerjaan. Dimana kinerja yang baik

adalah setiap orang yang melakukan proses pekerjaan

tersebut sesuai dengan rencana, aturan dan tujuan yang

telah ditetapkan sebelumnya.

2.3 Komite Sekolah

2.3.1. Pengertian Komite Sekolah

Page 10: BAB II TELAAH PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6053/2/T2_942011046_BAB II.pdfpenyususnan perencanaan pengembangan sekolah. Dari pengertian di atas,

16

Irawan, dkk (2004:42) Komite Sekolah merupakan

institusi yang dimunculkan untuk menampung dan

menyalurkan partisipasi masyarakat dalam

penyelenggaraan pendidikan di tingkat satuan pendidikan.

Karena dijadikan sebagai wadah yang representatif.

Kemunculan Komite Sekolah diharapkan bisa mewujudkan

peningkatan mutu, pemerataan, dan efisiensi dalam

pengelolaan pendidikan di satuan pendidikan. Baik

padapendidikan pra sekolah, jalur pendidikan sekolah

maupun jalur pendidikan luar sekolah.

Menurut Tim pengembangan Dewan Pendidikan dan

Komite Sekolah, Komite Sekolah merupakan badan yang

bersifat mandiri, tidak mempunyai hubungan hierarkis

dengan satuan pendidikan maupun lembaga pemerintah

lainnya. Posisi dewan pendidikan, komite sekolah, satuan

pendidikan, dan lembaga-lembaga lainnya mengacu pada

kewenangan masing-masing berdasarkan ketentuan yang

berlaku.

Menurut Keputusan Menteri Pendidikan Nasional

Nomor 044/U/2002, Komite Sekolah merupakan sebuah

badan mandiri yang mewadahi peran serta masyarakat

dalam rangka meningkatkan mutu, pemerataan, dan

efisiensi pengelolaan pendidikan di satuan pendidikan baik

pada pendidikan prasekolah, jalur pendidikan Sekolah,

maupun jalur pendidikan luar Sekolah.

Komite Sekolah yang berkedudukan di setiap satuan

pendidikan merupakan badan mandiri yang tidak memiliki

hubungan hierarkis dengan lembaga pemerintahan. Komite

Page 11: BAB II TELAAH PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6053/2/T2_942011046_BAB II.pdfpenyususnan perencanaan pengembangan sekolah. Dari pengertian di atas,

17

Sekolah dapat terdiri dari satuan pendidikan atau beberapa

satuan pendidikan yang berbeda jenjang, tetapi berada pada

lokasi yang berdekatan, atau satuan-satuan pendidikan

yang di kelola oleh suatu penyelenggara pendidikan, atau

karena pertimbangan orang lain.

Dalam UU RI No.20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional, pasal 54 ayat 3 dinyatakan bahwa:

Komite sekolah adalah lembaga mandiri, dibentuk dan

berperan dalam peningkatan mutu pelayanan dengan

memberikan pertimbangan, arahan dan dukungan tenaga,

sarana dan prasarana, serta pengawasan pendidikan pada

tingkat satuan pendidikan.

Komite Sekolah dibentuk berdasarkan Keputusan

Menteri Pendidikan Nasional Nomor 044 /U/2002 dengan

harapan agar masyarakat ikut serta mengambil bagian di

dalam meningkatkan mutu pendidikan. Salah satu tujuan

pembentukan Komite Sekolah adalah meningkatkan

tanggung jawab dan peran serta masyarakat dalam

penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan. Hal ini

berarti peran serta masyarakat sangat dibutuhkan dalam

peningkatkan mutu pendidikan, bukan hanya sekadar

memberikan bantuan berwujud material saja, akan tetapi

juga diperlukan bantuan yang berupa pemikiran, ide, dan

gagasan-gagasan inovatif demi kemajuan suatu sekolah.

Komite sekolah dapat juga diartikan sebagai suatu

badan atau lembaga yang dibentuk berdasarkan

musyawarah yang demokratis oleh para stakeholder

pendidikan pada tingkat satuan pendidikan sebagai

Page 12: BAB II TELAAH PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6053/2/T2_942011046_BAB II.pdfpenyususnan perencanaan pengembangan sekolah. Dari pengertian di atas,

18

representasi dari berbagai unsur yang bertanggungjawab

terhadap peningkatan kualitas proses dan hasil pendidikan.

Komite sekolah terdiri atas orang tua atau wali murid,

tokoh masyarakat, tokoh pendidikan, dunia usaha atau

industri. Anggota komite dapat melibatkan dewan guru dan

yayasan atau lembaga penyelenggara pendidikan maksimal

berjumlah tiga orang. Syarat-syarat, hak, dan kewajiban,

serta masa keanggotaan komite sekolah biasanya

ditetapkan dalam Anggaran Dasar (AD) atau Anggaran

Rumah Tangga (ART). Untuk penamaan badan disesuaikan

dengan kondisi dan kebutuhan daerah masing-masing

satuan pendidikan, seperti komite sekolah, majelis

madrasah, majelis sekolah, komite TK, atau nama-nama

lain yang disepakati bersama. Sebelum dibentuk komite

sekolah, dikenal adanya Badan Pembantu Penyelenggaraan

Pendidikan (BP3) di tiap-tiap sekolah dan Persatuan Orang

tua Murid dan Guru (POMG).

2.3.2 Kedudukan Komite Sekolah

Berdasarkan buku Pedoman Kerja Komite Sekolah

bab II pasal 4 kedudukan Komite Sekolah adalah sebagai

lembaga mandiri atau organisasi diluar struktur organisasi

sekolah yang lazim disebut organisasi nonstruktural, akan

tetapi merupakan bagian yang tak terpisahkan dengan

sekolah sebagai mitra kerja sekolah.

Komite sekolah berkedudukan pada satuan

pendidikan sekolah, pada seluruh jenjang pendidikan,

pendidikan dasar hingga pendidikan menengah, baik

Page 13: BAB II TELAAH PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6053/2/T2_942011046_BAB II.pdfpenyususnan perencanaan pengembangan sekolah. Dari pengertian di atas,

19

madrasah negeri maupun swasta. Satuan pendidikan dalam

berbagai jalur, jenjang dan jenis pendidikan memiliki

penyebaran lokasi dan beragam.

2.3.3. Tujuan Komite Sekolah

Berdasarkan buku Pedoman Kerja Komite Sekolah

bab III pasal 8 tujuan pembentukan Komite Sekolah adalah

keikutsertaan atau partisipasi orang tua atau wali siswa dan

tokoh masyarakat sebagai anggota komite sekolah dalam

membantu keberhasilan pelaksanaan pendidikan dan

pembelajaran di sekolah atau madrasah yang bersangkutan.

Tujuan dibentuknya komite sekolah dimaksudkan agar

adanya suatu organisasi masyarakat sekolah yang

mempunyai komitmen dan loyalitas serta peduli terhadap

peningkatan kualitas sekolah. Komite sekolah yang

dibentuk dapat dikembangkan secara khas dan berakar dari

budaya, demografis, ekologis, nilai kesepakatan, serta

kepercayaan yang dibangun sesuai potensi masyarakat

setempat. Oleh karena itu, komite sekolah yang dibangun

harus merupakan pengembangan kekayaan filosofis

masyarakat secara kolektif. Artinya, komite sekolah

mengembangkan konsep yang berorientasi kepada

pengguna, berbagai kewenangan dan kemitraan yang

difokuskan pada peningkatan mutu pelayanan pendidikan.

Adapun tujuan dibentuknya komite sekolah yang telah

dijelaskan dalam Keputusan Menteri Pendidikan Nasional

Nomor 044/U/2002 tentang dewan pendidikan dan komite

sekolah sebagai organisasi masyarakat sekolah adalah

sebagai berikut: Pertama, Mewadahi dan menyalurkan

Page 14: BAB II TELAAH PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6053/2/T2_942011046_BAB II.pdfpenyususnan perencanaan pengembangan sekolah. Dari pengertian di atas,

20

aspirasi dan prakarsa masyarakat dalam melahirkan

kebijakan operasional dan program pendidikan di satuan

pendidikan. Kedua, Meningkatkan tanggung jawab dan

peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan

di satuan pendidikan. Ketiga, Menciptakan suasana dan

kondisi transparan, akuntabel, dan demokratis dalam

penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan yang bermutu

di satuan pendidikan.

Dengan demikian tujuan dibentuknya komite sekolah

adalah untuk mewadahi partisipasi para stakeholder agar

turut serta dalam operasional manajemen sekolah sesuai

dengan peran dan fungsinya, berkenaan dengan

perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program sekolah

secara proposional, sehingga komite sekolah dapat

meningkatkan mutu pendidikan. Disamping itu, badan ini

juga bertujuan untuk memberdayakan masyarakat sekitar.

Keberadaan komite sekolah harus bertumpu pada landasan

partisipasi masyarakat dalam meningkatkan kualitas

pelayanan dan hasil pendidikan di sekolah. Oleh karena itu,

pembentukan komite sekolah harus memperhatikan

pembagian peran sesuai posisi dan otonomi yang ada.

2.4. Kinerja Komite Sekolah

Depdiknas (2005) Komite Sekolah adalah badan

mandiri yang mewadahi peran serta masyarakat dalam

rangka meningkatkan mutu, pemerataan, dan efesiensi

pengelolaan pendidikan di satuan pendidikan, baik pada

jalur pendidikan prasekolah, jalur pendidikan sekolah

Page 15: BAB II TELAAH PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6053/2/T2_942011046_BAB II.pdfpenyususnan perencanaan pengembangan sekolah. Dari pengertian di atas,

21

maupun jalur pendidikan luar sekolah. Kinerja Komite

Sekolah akan tercapai dengan baik jika setiap satuan

pendidikan benar-benar melakukan operasional Komite

Sekolah dengan melibatkan masyarakat, pelaku dunia

usaha, aktivis pendidikan dan mempunyai AD/ART, SDM,

prasarana fisik kantor, administrasi keuangan, data, dan

dokumen yang baik.

Keberhasilan dalam pelaksanaan kinerja Komite

Sekolah dapat diukur mulai dari peringkat yang paling

rendah sampai dengan tingkat yang paling tinggi. Ukuran

tersebut dapat diklasifikasikan menurut Depertemen

Pendidikan Nasional (2013) (lihat bab III).

Berdasarkan uraian sebelumnya, bahwa kinerja

Komite Sekolah adalah hasil yang dicapai oleh seseorang

yang berperan dalam menjalankan peran, tugas, dan fungsi

sebagai Komite Sekolah. Selain itu, Komite Sekolah juga

harus mampu mengembangkan potensi yang ada di sekolah

dan bertanggung jawab terhadap sekolah untuk mencapai

tujuan organisasi yang bersangkutan secara legal, tidak

melanggar hukum dan sesuai dengan moral dan etika.

Komite Sekolah sebagai Badan Pertimbangan

(Advisory Agency). Dalam perannya sebagai badan yang

memberikan pertimbangan atau nasihat, Komite Sekolah

memiliki fungsi yang berkesinambungan dalam hal

pengambilan keputusan. Fungsi tersebut itu dimulai dengan

mengidentifikasi berbagai aspirasi masyarakat mengenai

pendidikan di daerahnya. Hal ini penting, sebab di tengah

era otonomi daerah sekarang ini, partisipasi dan

Page 16: BAB II TELAAH PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6053/2/T2_942011046_BAB II.pdfpenyususnan perencanaan pengembangan sekolah. Dari pengertian di atas,

22

keterlibatan masyarakat menjadi alat ukur dalam

keberhasilan kebijakan dan program pada berbagai bidang,

termasuk pendidikan. Untuk itu, sebagai badan atau

lembaga yang non-strukural, Komite Sekolah memiliki

peran yang sangat krusial sebagai jembatan dalam menggali

berbagai aspirasi masyarakat tersebut, yang kemudian

setelah diolah dan dianalisis kenyataannya secara objektif,

akan menjadi masukan dan menjadi bahan pertimbangan

bagi pengambil kebijakan pendidikan. Keputusan yang telah

dihasilkan dalam program kerja tersebut, tentu

membutuhkan kegiatan sosialisasi kepada masyarakat, agar

menjadi lebih transparan dan dapat menjadi umpan balik

bagi pengambil kebijakan di bidang pendidikan. Dalam hal

ini tentu Komite Sekolah memiliki fungsi yang teramat

penting dalam ikut melakukan kegiatan sosialisasi tersebut.

Komite Sekolah dalam fungsi perencanaan memiliki

peran mengidentifikasi sumber daya pendidikan di sekolah

serta memberikan masukan dan pertimbangan dalam

menetapkan RAPBS, termasuk dalam penyelenggaraan

rapat RAPBS.

Dalam pelaksanaan program, yang menyangkut:

kurikulum, PBM, dan penilaian, Komite Sekolah berfungsi

memberikan pertimbangan mengenai muatan lokal kepada

pengambil kebijakan pendidikan di daerah, termasuk dalam

pengembangan dan strategi pembelajaran, serta evaluasi

pendidikan. Sementara itu, Komite Sekolah sebagai badan

penasihat berperan penting dalam memberikan

pertimbangan dalam pelaksanaan proses pengelolaan

Page 17: BAB II TELAAH PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6053/2/T2_942011046_BAB II.pdfpenyususnan perencanaan pengembangan sekolah. Dari pengertian di atas,

23

pendidikan di sekolah, termasuk proses pembelajarannya.

Hal ini penting, sebab dengan berlakunya otonomi

pendidikan dengan pengelolaan pendidikan yang lebih

otonom di sekolah, guru memiliki peran yang penting dalam

penciptaan proses pembelajaran yang kondusif bagi sarana

demokratisasi pendidikan. Dalam pengelolaan terhadap

sumber daya pendidikan, antara lain: SDM, Sarana dan

prasarana, dan alokasi anggaran, Komite Sekolah berfungsi

antara lain memberi pertimbangan kepada pengambil

kebijakan pendidikan di daerah dalam upaya pengelolaan

tenaga kependidikan (guru), baik yang menyangkut

mengenai kualifikasi tenaga kependidikan (guru) yang

diperlukan dan upaya dalam peningkatan mutu tenaga

kependidikan (guru) itu sendiri. Fungsi lain dari Komite

Sekolah dalam pengelolaan tenaga kependidikan (guru)

adalah memberikan pertimbangan dalam hal rotasi dan

mutasi di daerah. Di samping itu, Komite Sekolah juga

berfungsi dalam hal pengelolaan sarana dan prasarana

pendidikan, yaitu dalam memberikan pertimbangan tentang

persyaratan fasilitas sekolah melalui penetapan indikator

teknis sarana dan prasarana pendidikan. Dalam penetapan

anggaran pendidikan, Komite Sekolah juga memiliki fungsi

dalam memberikan pertimbangan terhadap sumber-sumber

anggaran pendidikan di daerah.

Komite Sekolah dalam fungsinya sebagai Badan

Pertimbangan bagi sekolah, dalam kaitannya dengan

pengelolaan sumber daya pendidikan antara lain berperan

mengidentifikasi berbagai potensi sumber daya pendidikan

Page 18: BAB II TELAAH PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6053/2/T2_942011046_BAB II.pdfpenyususnan perencanaan pengembangan sekolah. Dari pengertian di atas,

24

yang ada dalam masyarakat. Fungsi ini akan dapat berguna

dalam memberikan pertimbangan mengenai sumber daya

pendidikan yang ada dalam masyarakat yang dapat

diperbantukan di sekolah.

Secara keseluruhan indikator kinerja Komite Sekolah

dalam perannya sebagai badan pertimbangan dapat diamati

pada Tabel 2.1

Tabel 2.1: Indikator Kinerja Komite Sekolah dalam Perannya Sebagai Badan

Pertimbangan

Fungsi Komite Sekolah Kegiatan Operasional

Komite Sekolah

1.1. Memberikan masukan,

pertimbangan, dan

rekomendasi kepada satuan pendidikan mengenai: (1)

kebijakan dan program

pendidikan, (2) RAPBS, (3)

kriteria kinerja satuan

pendidikan, (4) kriteria

tenaga kependidikan, (5) kriteria fasilitas pendidikan,

dan (6) hal-hal lain yang

terkait dengan pendidikan.

1.1.1. Mengadakan pendataan

kondisi sosial ekonomi

keluarga peserta didik dan sumber daya pendidikan

dalam masyarakat.

1.1.2. Menganalisis hasil

pendataan sebagai bahan

pemberian masukan,

pertimbangan dan atau rekomendasi kepada sekolah

1.1.3. Menyampaikan masukan,

pertimbangan, dan atau

rekomendasi secara tertulis

kepada sekolah, dengan tembusan kepada dinas

pendidikan dan Dewan

Pendidikan.

1.1.4. Memberikan pertimbangan

kepada sekolah dalam

rangka pengembangan

kurikulum muatan lokal.

1.1.5. Memberikan pertimbangan kepada sekolah untuk

meningkatkan proses

pembelajaran dan pelajaran

yang menyenangkan

(PAKEM).

Page 19: BAB II TELAAH PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6053/2/T2_942011046_BAB II.pdfpenyususnan perencanaan pengembangan sekolah. Dari pengertian di atas,

25

1.1.6. Memberikan masukan dan

pertimbangan kepada

sekolah dalam penyusunan

visi, misi, tujuan, kebijakan, dan kegiatan

sekolah

Sumber: Acuan Operasional dan Indikator Kinerja Komite Sekolah

Komite Sekolah sebagai Badan Pendukung (Supporting

Agency). Dalam perannya sebagai Badan Pendukung

(supporting agency), Komite Sekolah berfungsi memantau

kondisi tenaga kependidikan di sekolah. Hal ini penting

karena akan dapat diketahui bagian mana yang harus

mendapat perhatian serius dalam masalah tenaga

kependidikan. Hal ini dimaksudkan agar kekurangan tenaga

kependidikan dalam di sekolah tidak dibiarkan, sehingga

akan mengganggu pelaksanaan pendidikan.

Komite Sekolah juga dapat mengidentifikasi tenaga

ahli yang ada dalam masyarakat, yang dapat dimanfaatkan

bagi sekolah. Dengan demikian, aspek integrasi sekolah

dengan masyarakat yang selama ini menjadi persoalan

dalam pengelolaan pendidikan di sekolah dapat diatasi,

karena masyarakat dapat terlibat dalam upayanya

meningkatkan mutu pendidikan.

Sebagai bagian dari pelaksanaan proses

pendidikan, sarana dan prasarana juga harus mendapat

perhatian penting. Sekolah yang kurang memiliki sarana

dan prasarana memadai tentu akan mengalami kendala

dalam pencapaian hasil belajar. Karena itu, Komite

Sekolah berfungsi memfasilitasi kebutuhan sarana dan

prasarana pendidikan di sekolah. Tahap selanjutnya,

Page 20: BAB II TELAAH PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6053/2/T2_942011046_BAB II.pdfpenyususnan perencanaan pengembangan sekolah. Dari pengertian di atas,

26

tentu Komite Sekolah akan memberdayakan bantuan

sarana dan prasarana yang diperlukan di sekolah melalui

sumber daya yang ada pada masyarakat.

Harus diakui, anggaran pendidikan yang pada

pemerintah (daerah) sangat terbatas. Karena itu

pemanfaatan sumber-sumber anggaran pendidikan yang

ada pada masyarakat menjadi kebutuhan yang

mendesak. Dalam era otonomi pendidikan yang

meletakkan otonomi sekolah sebagai hal yang terpenting,

sekolah harus merupakan bagian yang terpenting dari

masyarakat, sehingga masyarakat memiliki kepedulian

dan rasa memiliki terhadap sekolah.

Sementara itu, secara keseluruhan indikator kinerja

Komite Sekolah dalam perannya sebagai Badan

Pendukung dapat diamati pada Tabel 2.2.

Page 21: BAB II TELAAH PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6053/2/T2_942011046_BAB II.pdfpenyususnan perencanaan pengembangan sekolah. Dari pengertian di atas,

27

Tabel 2.2:

Indikator Kinerja Komite Sekolahdalam Perannya Sebagai

Badan Pendukung

Fungsi Komite Sekolah Kegiatan Operasional

Komite Sekolah

2.1. Mendorong orang tua dan

masyarakat untuk

berpartisipasi dalam

pendidikan.

2.1.1 Mengadakan rapat atau

pertemuan secara berkala

dan insidental dengan

orang tua dan anggota

masyarakat.

2.1.2. Mencari bantuan dana dari dunia usaha dan industri

untuk biaya pembebasan

uang sekolah bagi siswa

yang berasal dari keluarga

tidak mampu.

2.1.3. Menghimbau dan mengadakan pendekatan

kepada orang tua dan

masyarakat yang

dipandang mampu untuk

dapat menjadi narasumber

dalam kegiatan ekstrakurikuler bagi

peserta didik.

2.1.4. Memberikan dukungan

untuk pemeriksaan

kesehatan anak-anak.

2.1.5. Memberikan dukungan

kepada sekolah untuk secara preventif dan kuratif

dalam memberantas

penyebarluasan narkoba di

sekolah.

2.1.6. Memberikan dukungan

kepada sekolah dalam

pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler di sekolah.

2.2. Menggalang dana

masyarakat dalam rangka

pembiyayaan

2.2.1. Memverifikasi RAPBS yang

diajukan oleh sekolah.

2.2.2. Memberikan pengesahan

terhadap RAPBS setelah

proses verifikasi dalam

rapat pleno KS.

2.2.3. Memotivasi masyarakat kalangan menengah ke atas

untuk meningkatkan

komitmennya bagi upaya

Page 22: BAB II TELAAH PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6053/2/T2_942011046_BAB II.pdfpenyususnan perencanaan pengembangan sekolah. Dari pengertian di atas,

28

peningkatan mutu

pendidikan di sekolah.

2.2.4. Membantu sekolah dalam

rangka penggalangan dana

masyarakat untuk pengumpulan dana abadi.

2.3. Mendorong tumbuhnya

perhatian dan komitmen

masyarakat terhadap

penyelenggaraan pendidikan

yang bermutu.

2.3.1. Melaksanakan konsep

subsidi silang dalam

penarikan iuran dari orang

tua siswa.

2.3.2. Mengadakan kegiatan

inovatif untuk meningkatkan kesadaran

dan komitmen masyarakat,

misalnya panggung

hiburan untuk sekolah dan

masyarakat.

2.3.3. Membantu sekolah dalam

menciptakan hubungan dan kerjasama antara sekolah

dengan orang tua dan

masyarakat.

Sumber: Acuan Operasional dan Indikator Kinerja Komite Sekolah

Komite Sekolah sebagai Badan Pengontrol (Controlling

Agency). Bagian yang terpenting dalam manajemen adalah

controlling. Berkaitan dengan pengembangan kinerja ini,

perlu dilihat sejauh mana peran pengontrol yang

dilakukan Komite Sekolah berjalan dengan optimal

terhadap pelaksanaan pendidikan. Beberapa fungsi yang

dapat dilakukan Komite Sekolah dalam hubungannya

dengan perannya sebagai badan pengontrol terhadap

perencanaan pendidikan antara lain: melakukan kontrol

terhadap proses pengambilan keputusan di lingkungan

sekolah, penilaian terhadap kualitas kebijakan yang ada,

termasuk kualitas perencanaan pendidikan.

Komite Sekolah juga dapat melakukan fungsi yang

sama seperti yang dilakukan Dewan Pendidikan, yaitu:

Page 23: BAB II TELAAH PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6053/2/T2_942011046_BAB II.pdfpenyususnan perencanaan pengembangan sekolah. Dari pengertian di atas,

29

melakukan kontrol terhadap proses pengambilan keputusan

dan perencanaan pendidikan di sekolah, termasuk kualitas

kebijakan yang ada.

Komite Sekolah dalam hal ini juga dapat melakukan

fungsi yang sama dengan Dewan Pendidikan. Yang menjadi

perbedaan adalah objek yang diamati. Komite Sekolah

dalam hal ini mengontrol pelaksanaan program di sekolah,

di samping alokasi dana dan sumber-sumber daya bagi

pelaksanaan program tersebut.

Secara keseluruhan indikator kinerja Komite Sekolah

dalam perannya sebagai badan pengontrol dapat diamati

pada Tabel 2.3.

Tabel 2.3:

Indikator Kinerja Komite Sekolah dalam Perannya Sebagai Badan

Pengontrol

Fungsi Komite Sekolah Kegiatan Operasional

Komite Sekolah

3.1. Melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap

kebijakan program,

penyelenggaraan, dan

keluaran pendidikan.

3.1.1. Mengadakan rapat atau pertemuan secara rutin

atau insidental dengan

kepala sekolah dan dewan

guru.

3.1.2. Sering mengadakan

kunjungan atau

silaturahmi ke sekolah, atau dengan dewan guru di

sekolah.

3.1.3. Meminta penjelasan kepada

sekolah tentang hasil

belajar siswa.

3.1.4. Bekerjasama dengan

sekolah dalam kegiatan penelusuran alumni.

Sumber: Acuan Operasional dan Indikator Kinerja Komite Sekolah

Komite Sekolah sebagai Mediator (Mediator Agency).

Dalam kaitannya dengan fungsi manajemen pendidikan,

Page 24: BAB II TELAAH PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6053/2/T2_942011046_BAB II.pdfpenyususnan perencanaan pengembangan sekolah. Dari pengertian di atas,

30

koordinasi, kerlibatan, serta partisipasi merupakan kegiatan

yang penting dalam perencanaan. Sebagai badan mediator,

Komite Sekolah berfungsi dalam menjadi penghubung

antara orang tua, sekolah, dan DUDI.

Komite Sekolah juga dapat berfungsi sebagai

mediator dan menjadi penghubung Sekolah dengan

masyarakat, atau antara sekolah dengan Dinas

Pendidikan. Berbagai persoalan yang sering dialami orang

tua dalam pelaksanaan pendidikan anak-anaknya di

sekolah misalnya sering kali terbentur pada sebatas

keluhan, kurang direspon sekolah. Karena itu, kehadiran

Komite Sekolah pada posisi ini sangat penting dalam

mengurangi berbagai keluhan orang tua tersebut.

Peran sebagai mediator yang dilakukan Komite

Sekolah dalam pelaksanaan program pendidikan lebih

kepada upaya memfasilitasi berbagai masukan dari

masyarakat terhadap kebijakan dan program pendidikan

yang ditetapkan sekolah. Peran ini adalah antara lain

dengan mengkomunikasikan berbagai pengaduan dan

keluhan masyarakat terhadap instansi terkait dalam

bidang pendidikan. Masukan ini tentu akan menjadi

perhatian bagi pengambil kebijakan, yang selanjutnya

akan dilakukan perbaikan bagi kebijakan dan program

pendidikan. Bagi Komite Sekolah, hasil penyempurnaan

kebijakan dan program tersebut juga harus

disosialisasikan kepada orang tua, sehingga terjadi

Page 25: BAB II TELAAH PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6053/2/T2_942011046_BAB II.pdfpenyususnan perencanaan pengembangan sekolah. Dari pengertian di atas,

31

umpan balik bagi keberhasilan pelaksanaan pendidikan

sekolah.

Peran ini juga dapat dilakukan oleh Komite Sekolah

sebagai mediator dalam pelaksanaan program sekolah,

sehingga berbagai kebijakan dan program yang telah

ditetapkan sekolah dapat akuntabel kepada masyarakat.

Sumber-sumber daya pendidikan yang ada dalam

masyarakat begitu besar, namun pemanfaatannya kurang

optimal. Peran Komite Sekolah sebagai mediator dalam

kaitannya dengan hal ini adalah memberdayakan

kesediaan bantuan masyarakat untuk pendidikan dengan

melakukan koordinasi dengan berbagai pihak yang terkait

dalam pendidikan.

Bagi Komite Sekolah, peran yang harus dijalankan

sebagai mediator adalah memberdayakan sumber daya

yang ada pada orang tua bagi pelaksanaan pendidikan di

sekolah. Secara keseluruhan indikator kinerja Komite

Sekolah dalam perannya sebagai mediator dapat diamati

pada Tabel 2.4.

Page 26: BAB II TELAAH PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6053/2/T2_942011046_BAB II.pdfpenyususnan perencanaan pengembangan sekolah. Dari pengertian di atas,

32

Tabel 2.4:

Indikator Kinerja Komite Sekolahdalam Perannya Sebagai

Badan Penghubung

Fungsi Komite Sekolah Kegiatan Operasional Komite

Sekolah

4.1. Melakukan kerjasama dengan masyarakat.

4.1.1. Membina hubungan dan kerjasama yang harmonis

dengan seluruh stakeholder

pendidikan khususnya

dengan DUDI.

4.1.2.Mengadakan penjajakan

tentang kemungkinan

untuk dapat mengadakan kerjasama atau MOU

dengan lembaga lain untuk

memajukan sekolah.

4.2.Menampung dan menganalisis

aspirasi, ide, tuntutan, dan

berbagai kebutuhan pendidikan yang diajukan oleh

masyarakat.

4.2.1. Menyebarkan kuesioner

untuk memperoleh

masukan, saran, dan ide kreatif dari masyarakat.

4.2.1. Menyampaikan laporan

kepada sekolah secara

tertulis, tentang hasil

pengamatannya terhadap

sekolah.

Sumber: Acuan Operasional dan Indikator Kinerja Komite Sekolah

2.5. Hasil Penelitian yang Relevan

Gelgel (2005) diperoleh hasil sebagai berikut: Terdapat

variansi kinerja Komite Sekolah yang mencolok antara satu

sekolah dengan sekolah lainnya. Sebagian besar sekolah

kinerjanya tidak berhasil dan kurang berhasil, sebagian

lainnya sudah berhasil dan sangat berhasil. Terdapat

kesenjangan atau perbedaan dalam penilaian kinerja Komite

Sekolah antara Kepala Sekolah dan Pengurus Komite

Sekolah. Rerata indeks kinerja Komite Sekolah, yang juga

Page 27: BAB II TELAAH PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6053/2/T2_942011046_BAB II.pdfpenyususnan perencanaan pengembangan sekolah. Dari pengertian di atas,

33

menggambarkan Kinerja Komite Sekolah tingkat kabupaten

Buleleng dari aspek kegiatan operasioanl menurut Kepala

Sekolah dan Pengurus Komite Sekolah sama-sama menilai

kurang berhasil. Sedangkan, dari aspek SDM dan fasilitas

organisai menurut penilaian Kepala Sekolah masih kurang

berhasil, sedangkan menurut penilaian Komite Sekolah

berhasil.

Paduppai (2006) kinerja Komite Sekolah pada jenjang

Pendidikan Dasar di Sulawesi Selatan menunjukkan bahwa

peran Komite Sekolah yang dominan terlaksana adalah

sebagai pemberi pertimbangan (advisory agency) dan

penghubung (mediating agency), itupun hanya sebagian

idikator. Selanjutnya, peran komite sekolah yang jarang

sekali terlaksana adalah sebagai pengontrol (controlling

agency) dan pendukung (supporting agency).

Diperoleh fakta bahwa komite sekolah sangat jarang

dan bahkan hampir tidak pernah melaksanakan indikator

fungsi-fungsi manajemen pendidikan dalam hal berikut:

Memberikan masukan terhadap proses pembelajaran

kepada para guru, mengidentifikasi sumber daya dan

potensi sumber daya pendidik dalam masyarakat,

memberikan pertimbangan tentang tenaga kependidikan

yang dapat diperbantukan disekolah, memobilisasi guru

sukarelawan untuk menangulangi kekurangan guru di

sekolah, memobilisasi tenaga kependidikan nonguru untuk

mengisi kekurangan di sekolah, memantau angka bertahan

dan angka mengulang di sekolah, mengidentifikasi kondisi

Page 28: BAB II TELAAH PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6053/2/T2_942011046_BAB II.pdfpenyususnan perencanaan pengembangan sekolah. Dari pengertian di atas,

34

sumber daya sekolah, mengkomunikasikan pengaduan dan

keluhan terhadap kebijakan dan program sekolah.

Kendala yang dialami pengurus Komite Sekolah dalam

menjalankan peran dan fungsinya, antara lain sebagai

berikut: Kurangnya pemahaman dan wawasan pengurus

komite sekolah dalam hal manajemen pendidikan,

kurangnya koordinasi antara Dewan Pendidikan di tingkat

kabupaten/kota dan Komite Sekolah di tingkat satuan

pendidikan, kurang optimalnya pembinaan Dewan

Pendidikan di tingkat kabupaten/kota terhadap Komite

Sekolah di tingkat satuan pendidikan, tidak adanya

pengawasan dan evaluasi pemerintah daerah mengenai

program kerja komite sekolah.

Mursidi (2010) hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa pengelolaan yang dijalankan Komite Sekolah SDI Al

Azhar 29 dalam meningkatkan mutu pendidikan di SDI Al

Azhar 29 Semarang, sudah cukup baik. Karena dalam

prosesnya telah melalui proses perencanaan,

pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasi. Pengelolaan

Komite Sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan,

dilaksanakan dengan mengoptimalkan empat peran komite

sekolah, yakni: Komite Sekolah bertindak sebagai pemberi

pertimbangan (advisory agency) dalam penentuan dan

pelaksanaa kebijakan pendidikan di satuan pendidikan;

pendukung (supporting agency) baik yang berujud finansial,

pemikiran maupun tenaga dalam penyelenggaraan

pendidikan di satuan pendidikan; pengontrol (controlling

Page 29: BAB II TELAAH PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6053/2/T2_942011046_BAB II.pdfpenyususnan perencanaan pengembangan sekolah. Dari pengertian di atas,

35

agency) dalam rangka transparansi dan akuntabilitas

penyelenggaraan dan keluaran pendidikan di satuan

pendidikan; dan mediator (mediator agency) antara

pemerintah dengan masyarakat di satuan pendidikan atau

mediator antara masyarakat dengan satuan pendidikan.

Faktor pendukung pengelolaan Komite Sekolah dalam

meningkatkan mutu pendidikan di SD Islam Al Azhar 29

adalah; a) Besarnya dukungan dari wali murid, dewan guru

dan kepala sekolah, b) Pengurus Jam’iyyah di SD Islam Al

Azhar 29 Semarang didominasi oleh kaum ibu-ibu, c)

Pengurus Jam’iyyah adalah orang-orang yang

berpendidikan, d) Pengurus Jam’iyyah mempunyai network

diperusahaan-perusahaan ternama. Sedangkan faktor

penghambatnya adalah: a) Kesibukan pribadi dari masing-

masing pengurus Jami’yyah, b) Masih adanya pengurus

Jam’iyyah yang tidak melaksanakan tugasnya, c) Kurangnya

wawasan tentang organisasi Komite Sekolah, dan wawasan

tentang kependidikan.

Ngadiyo (2010) menunjukkan bahwa 1) Upaya

pemberdayaan komite sekolah di SMA Negeri 2 Kuala

Kapuas belum dilakukan secara optimal oleh Ditjen

Mandikasmen melalui Dinas Pendidikan Kabupaten yang

melibatkan Dewan Pendidikan Kabupaten Kapuas. Hal ini

bisa diketahui dari bagaimana Dewan Pendidikan

Kabupaten dalam memberikan pembinaan terhadap Komite

Sekolah SMA Negeri 2 Kuala Kapuas baru sebatas

sosialisasi atau workshop belum sampai pada

Page 30: BAB II TELAAH PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6053/2/T2_942011046_BAB II.pdfpenyususnan perencanaan pengembangan sekolah. Dari pengertian di atas,

36

pendampingan terhadap seluruh pengurus Komite Sekolah,

2) Dalam pelaksanaan kinerjanya Komite Sekolah SMA

Negeri 2 Kuala Kapuas belum optimal. Hal ini terlihat dalam

memberikan arahan dan pertimbangan, dukungan,

melakukan pengawasan pendidikan, sebagai perantara

(mediator) antara sekolah dengan masyarakat, dan

melakukan kemitraan dengan inatansi lain masih terkesan

pasif, masih menunggu pihak sekolah memintanya dalam

melaksanakan kinerjanya. 3) Dalam upaya yang dilakukan

Komite Sekolah untuk meningkatkan kemampuan

organisasinya masih belum efektif. Hal ini terlihat bahwa

pengurus dan anggota komite sekolah disibukan dengan

aktifitas pekerjaan keseharianya sehingga tugasnya sebagai

Komite Sekolah terabaikan.