BAB II STUDI PUSTAKA - POLBANdigilib.polban.ac.id/files/disk1/166/jbptppolban-gdl... · 2018. 2....
Transcript of BAB II STUDI PUSTAKA - POLBANdigilib.polban.ac.id/files/disk1/166/jbptppolban-gdl... · 2018. 2....
DIV – Teknik Perawatan dan Perbaikan Gedung Jurusan Teknik Sipil – Politeknik Negeri Bandung
Zanira Ristiafaty Utami, Perancangan dan Metode Pelaksanaan.... 8
BAB II
STUDI PUSTAKA
2.1. Dinding Penahan Tanah
Bangunan dinding penahan tanah digunakan untuk menahan tekanan tanah lateral
yang ditimbulkan oleh tanah urug atau tanah asli yang labil. Bangunan ini banyak
digunakan pada proyek – proyek irigasi, jalan raya, pelabuhan, dan gedung yang
dibangun di perbukitan. Elemen – elemen fondasi, seperti bangunan ruang bawah
tanah (basement), pangkal jembatan (abutment), selain berfungsi sebagai bagian
bawah dari struktur, berfungsi juga sebagai penahan tanah disekitarnya.
Kestabilan dinding penahan tanah diperoleh terutama dari berat sendiri struktur dan
berat tanah yang berada di atas pelat fondasi. Besar dan distribusi tekanan tanah
pada dinding penahan tanah, sangat bergantung pada gerakan ke arah lateral tanah
relatif terhadap dinding.
2.1.1. Tipe Dinding Penahan Tanah
Tipe dinding penahan tanah ada 6, yaitu :
1. Dinding Gravitasi
Dinding gravitasi adalah dinding penahan yang dibuat dari beton tanpa
tulangan atau pasangan batu kali. Untuk kasus tertentu, sedikit tulangan
beton diberikan pada permukaan dinding untuk mencegah permukaan
dinding menjadi retak akibat perubahan temperatur. Dinding penahan
jenis ini digunakan apabila tanah asli dibelakang tembok cukup baik
dan tekanan tanah cukup kecil. Hal ini termasuk kedalam kategori
dimana kemiringannya lebih curam dari 1:1 dan dibedakan dari
pemasangan batu dengan kemiringan muka yang lebih kecil.
DIV – Teknik Perawatan dan Perbaikan Gedung Jurusan Teknik Sipil – Politeknik Negeri Bandung
Zanira Ristiafaty Utami, Perancangan dan Metode Pelaksanaan.... 9
2. Dinding Semi Gravitasi
Sama dengan dinding gravitasi, dinding semi gravitasi juga materialnya
terbuat dari beton tanpa tulangan atau pasangan batu kali, hanya saja
dimensi dari dinding semi gravitasi ini lebih ramping dibandingkan
dengan dinding gravitasi. Namun karena ramping, pada strukturnya
diperlukan penulangan beton, tapi hanya pada bagian dinding saja.
Tulangan beton yang berfungsi sebagai pasak, dipasang untuk
menghubungkan bagian dinding dan fondasi. Tipe dinding ini sering
digunakan apabila dibutuhkan konstruksi penahan yang tidak terlalu
tinggi atau tanah fondasinya baik. Dinding tipe ini kurang ekonomis
apabila digunakan untuk dinding yang tinggi.
3. Dinding Kantilever
Dinding kantilever merupakan dinding yang terbuat dari material beton
bertulang, dengan terbagi atas 2 bagian, yaitu bagian dinding dan
bagian pelat. Dinding kantilever ini ketebalannya relatif tipis karena
terdapat tulangan di seluruh tubuh dinding kantilever ini yang berfungsi
sebagai menahan gaya lintang dan gaya momen yang bekerja. Dinding
ini menggunakan aksi konsol untuk menahan massa yang berada di
belakang dinding dari kemiringan yang terjadi. Masing – masing
berlaku sebagai balok kantilever dan kestabilan dari dinding didapatkan
dengan berat badannya sendiri dan berat tanah di atas tumit dan pelat
lantai. Dinding kantilever ini relatif ekonomis dan mudah pada saat
pelaksanaan.
4. Dinding Counterfort
Dinding counterfort yaitu tipe dinding penahan tanah yang hampir sama
dengan dinding kantilever. Hanya saja, dibagian belakang dinding
terdapat counterfort pada jarak tertentu yang berfungsi untuk
DIV – Teknik Perawatan dan Perbaikan Gedung Jurusan Teknik Sipil – Politeknik Negeri Bandung
Zanira Ristiafaty Utami, Perancangan dan Metode Pelaksanaan.... 10
mengurangi lendutan pada dinding. Dinding tipe ini biasanya
digunakan untuk ketinggian yang lebih dari 6 meter. Ruang di atas pelat
fondasi diantara counterfort diisi dengan tanah urug. Dinding
counterfort terlihat seperti pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1 DPT tipe Counterfort
5. Dinding Krib
Dinding krib (Gambar 2.2) merupakan tipe dinding penahan yang
terdiri dari tumpukkan balok – balok beton yang disusun secara
bersilang agar saling mengikat antara satu dengan yang lainnya.
DIV – Teknik Perawatan dan Perbaikan Gedung Jurusan Teknik Sipil – Politeknik Negeri Bandung
Zanira Ristiafaty Utami, Perancangan dan Metode Pelaksanaan.... 11
Gambar 2.2 Dinding Krib
2.2. Penentuan Parameter Tanah
Dalam mendesain suatu konstruksi yang berhubungan dengan tanah, diperlukan
data tanah yang dapat mempresentasikan kondisi tanah di lapangan. Data yang
diperlukan dapat berupa pengujian langsung di lapangan ataupun pengujian
laboratorium. Pengambilan sampel tanah dan pengujian laboratorium tidak
dilakukan pada seluruh lokasi, melainkan hanya di beberapa titik saja yang
dianggap sudah dapat mewakili lokasi yang sebenarnya.
Kelengkapan data dalam penyelidikan lapangan menentukan akurasi dalam
perencanaan, tetapi tidak semua data dapat diperoleh dengan lengkap karena terkait
dengan masalah biaya pengambilan data atau kendala nonteknis yang terjadi di
lapangan. Oleh karena itu, perencana harus dapat mengambil asumsi yang
dipertanggungjawabkan dengan nilai kesalahan seminimal mungkin, karena
kesalahan dalam menentukan nilai parameter – parameter tanah dapat berakibat
fatal, pengambilan nilai parameter yang terlalu besar berakibat hasil analisis seolah
– olah stabil. Asumsi tersebut dapat diperoleh dari korelasi empiris yang telah
DIV – Teknik Perawatan dan Perbaikan Gedung Jurusan Teknik Sipil – Politeknik Negeri Bandung
Zanira Ristiafaty Utami, Perancangan dan Metode Pelaksanaan.... 12
dilakukan oleh para ahli geoteknik dan mengacu pada pemahaman mekanika tanah
yang baik.
2.2.1. Korelasi Berdasarkan Nilai NSPT
Selain dapat digunakan untuk menentukan jenis dan konsistensi tanah, nilai
NSPT juga dapat digunakan untuk menentukan parameter – parameter tanah
berdasarkan korelasi yang sudah dikemukakan oleh para peneliti. Adapun
korelasi berdasarkan nilai NSPT dapat dilakukan terhadap parameter –
parameter tanah seperti kohesi (𝑐), sudut geser dalam (𝜙), dan berat volume
tanah (𝛾).
Korelasi nilai NSPT terhadap nilai kohesi (𝑐)
Untuk menentukan nilai korelasi dengan nilai kohesi untuk tanah
kohesif, dapat ditentukan melalui grafik yang terlihat seperti pada
Gambar 2.3.
Gambar 2.3 Hubungan antara kohesi dan nilai NSPT menurut Terzaghi, 1943
DIV – Teknik Perawatan dan Perbaikan Gedung Jurusan Teknik Sipil – Politeknik Negeri Bandung
Zanira Ristiafaty Utami, Perancangan dan Metode Pelaksanaan.... 13
Selain itu, nilai pendekatan kohesi untuk tanah lempung menurut
AASHTO 1998 dalam Hardiyatmo (2006) yaitu seperti yang terlihat
pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Hubungan pendekatan antara 𝑐𝑢 dengan nilai NSPT untuk lempung (AASHTO,1998)
Korelasi nilai NSPT terhadap nilai sudut geser dalam (𝜙)
Hubungan antara nilai NSPT dengan sudut geser dalam untuk tanah
pasir menurut Das (1985:226) yaitu seperti yang terlihat pada Tabel
2.2.
Tabel 2.2. Korelasi nilai NSPT terhadap nilai sudut geser dalam
Korelasi nilai NSPT terhadap nilai berat volume tanah (𝛾)
Untuk menentukan nilai pendekatan berat volume tanah dari nilai
NSPT menurut Bowles (1985:183) yaitu seperti yang ter;ihat dalam
Tabel 2.3.
Sanglerat (1972)Reese et al. (1976)Stroud dan Butler (1975)Kulhawy dan Mayne (1990)
Nilai Pendekatan Kohesi kPa Peneliti
𝑐𝑢
𝑐𝑢
𝑐𝑢
𝑐𝑢
Kepadatan Sudut geserRelatif, Dr dalam, Ø
(%) (derajat)0 - 5 26 - 305 - 30 28 - 35
30 - 60 35 - 4260 - 65 38 - 46
10 - 3030 - 50
Angka penetrasistandar yang sudah
dikoreksi, N'600 - 55 - 10
DIV – Teknik Perawatan dan Perbaikan Gedung Jurusan Teknik Sipil – Politeknik Negeri Bandung
Zanira Ristiafaty Utami, Perancangan dan Metode Pelaksanaan.... 14
Tabel 2.3. Korelasi Nilai NSPT dengan Nilai Berat Volume Tanah (𝛾)
Korelasi nilai NSPT terhadap nilai modulus elastisitas (E)
Mitchell dan Gardner (1975) dalam Hardiyatmo (2017:281)
mengusulkan bahwa nilai modulus elastisitas tanah dapat pula
dilakukan pendeketan dari data NSPT. Adapun nilai modulus
elastisitas yang diusulkan tersebut yaitu :
- Untuk pasir
𝐸 = 0 ( + ) 𝑥 8 0 𝑘 /𝑚2 [2.2-1]
- Untuk lempung
𝐸 = ( + ) 𝑥 8 0 𝑘 /𝑚2 [2.2-2]
2.2.2. Korelasi Berdasarkan Jenis Tanah
Berdasarkan jenis tanahnya, dapat juga dilakukan pendekatan – pendekatan
untuk mengetahui parameter tanah, misalnya nilai poisson ratio (𝑣).
Poisson Ratio
Nilai poisson ratio dapat diartikan sebagai ratio kompresi polos
terhadap regangan pemuaian lateral. Perkiraan nilai poisson ratio (𝜇)
menurut (Bowles, 1968) dalam Hardiyatmo (2017:280), nilai poisson
ratio berdasarkan jenis tanah yang umumnya banyak digunakan yaitu
terlihat seperti pada Tabel 2.5.
DIV – Teknik Perawatan dan Perbaikan Gedung Jurusan Teknik Sipil – Politeknik Negeri Bandung
Zanira Ristiafaty Utami, Perancangan dan Metode Pelaksanaan.... 15
Tabel 2.4. Hubungan Antara Jenis Tanah dan Poisson Ratio
Sumber : Analisis dan Perancangan Fondasi Jilid 1
2.3. Tekanan Tanah Lateral
Tekanan tanah lateral adalah gaya yang ditimbulkan akibat dorongan tanah di
belakang struktur dinding penahan tanah. Untuk merancang dinding penahan tanah,
diperlukan pengetahuan mengenai tekanan tanah lateral. Besar dan distribusi
tekanan tanah pada dinding penahan tanah sangat bergantung pada regangan lateral
tanah relatif terhadap dinding. Dalam beberapa hal, hitungan tekanan tanah lateral
ini didasarkan pada kondisi regangannya. Jika analisis tidak sesuai dengan apa yang
sebenarnya terjadi, maka akan dapat mengakibatkan kesalahan dalam perancangan.
Analisis tekanan tanah lateral ditinjau pada kondisi keseimbangan plastis, yaitu
pada saat massa tanah pada kondisi tepat akan runtuh. Kedudukan keseimbangan
plastis ini hanya dapat dicapai bila terjadi deformasi yang cukup pada massa
tanahnya. Besar dan distribusi tekanan tanah adalah fungsi dari perubahan letak
(displacement) dan regangan (strain).
2.3.1. Tekanan Tanah Aktif
Tekanan tanah aktif yaitu tekanan tanah lateral minimum yang mengakibatkan
keruntuhan geser tanah oleh akibat gerakan dinding menjauhi tanah di
belakangnya seperti yang terlihat pada Gambar 2.4.
Pasir halus (angka pori, e = 0,4 - 0,7)Batu (agak tergantung dari macamnya)Loess
µ0,4 - 0,50,1 - 0,30,2 - 0,30,3 - 0,350,2 - 0,4
0,150,25
0,1 - 0,40,1 - 0,3
Pasir kasar (angka pori, e = 0,4 - 0,7)Pasir padatLanauLempung berpasirLempung JenuhJenis tanah
Jenis Tanah
DIV – Teknik Perawatan dan Perbaikan Gedung Jurusan Teknik Sipil – Politeknik Negeri Bandung
Zanira Ristiafaty Utami, Perancangan dan Metode Pelaksanaan.... 16
Gambar 2.4. Tekanan Tanah Aktif
Sumber : Hardiyatmo, 2017
Tekanan tanah aktif lateral saat runtuh adalah :
𝜎ℎ 𝐾𝑎 𝑥 𝜎𝑣 𝐾𝑎 𝛾 𝑧 [2.3-1]
Untuk koefisien tekanan tanah aktif, dapat ditentukan dengan :
𝐾𝑎 𝜎ℎ (𝑎𝑘𝑡𝑖𝑓)
𝜎𝑣
𝜎3
𝜎1
1−𝑠𝑖𝑛𝜑
1+𝑠𝑖𝑛𝜑 𝑡𝑎𝑛2(
𝜑
2 ) [2.3-2]
dimana :
𝜎ℎ = Gaya horizontal
𝜎𝑣 = Gaya vertikal
𝐾𝑎 = Koefisien tekanan tanah aktif
𝛾 = Berat volume tanah
𝑧 = kedalaman
𝜑 = sudut geser
Tekanan tanah aktif maupun pasif dapat dihitung dengan teori Rankine ataupun
teori Coulumb. Dalam analisis tekanan tanah lateral, teori Rankine dilakukan
dengan asumsi – asumsi berikut ini :
Tanah dalam kondisi keseimbangan plastis, yaitu dimana sembarang
elemen dalam keadaan tepat akan runtuh.
DIV – Teknik Perawatan dan Perbaikan Gedung Jurusan Teknik Sipil – Politeknik Negeri Bandung
Zanira Ristiafaty Utami, Perancangan dan Metode Pelaksanaan.... 17
Gesekan antara dinding dan tanah urug diabaikan, atau permukaan
dinding
dianggap licin sempurna (𝛿 0)
Perhitungan tekanan tanah aktif dapat dihitung akibat berat sendiri tanah, beban
merata, dan beban akibat kohesi jika dinding penahan tanah dibangun di tanah
yang kohesif.
Akibat berat tanah sendiri
Tekanan tanah aktif (𝑃𝑎) untuk dinding penahan tanah setinggi H dengan
permukaan tanah urug horizontal dapat dinyatakan oleh persamaan :
𝑃𝑎 0 𝐻2 𝛾 𝐾𝑎 [2.3-3]
dengan :
H = tinggi dinding penahan tanah, m
𝛾 = berat volume tanah urug, 𝑘 𝑚3⁄
𝐾𝑎 = persamaan [2.3-2]
Dengan titik tangkap gaya pada 𝐻/3 dari dasar dinding penahan seperti yang
terlihat pada diagram tekanan tanah aktif akibat berat tanah sendiri (Gambar
2.5).
Gambar 2.5 Diagram Tekanan untuk Permukaan Tanah Urug Horizontal
DIV – Teknik Perawatan dan Perbaikan Gedung Jurusan Teknik Sipil – Politeknik Negeri Bandung
Zanira Ristiafaty Utami, Perancangan dan Metode Pelaksanaan.... 18
Untuk tanah urug yang memiliki permukaan tanah urug miring di belakang
dinding penahan tanah dengan dinding di belakang tanah licin terlihat seperti
pada Gambar 2.6. Tekanan tanah pada dinding dengan permukaan tanah urug
miring dapat ditentukan dengan memperhatikan keseimbangan tanah yang
akan longsor.
Gambar 2.6 Diagram Tekanan untuk Permukaan Tanah Urug Miring
Perbedaan perhitungan tekanan tanah aktif akibat berat sendiri tanah untuk
permukaan tanah urug horizontal dan permukaan tanah urug miring hanya
yaitu terletak pada perhitungan koefisien tekanan tanah aktifnya. Perhitungan
koefisien tekanan tanah aktif untuk permukaan tanah urug miring seperti pada
persamaan berikut ini :
𝐾𝑎 = cos 𝛽 cos𝛽− √cos2𝛽−cos2𝜑
cos𝛽+ √cos2𝛽−cos2𝜑 [2.3-4]
dengan :
𝛽 = sudut kemiringan permukaan tanah urug terhadap horizontal
𝜑 = sudut gesek dalam tanah
DIV – Teknik Perawatan dan Perbaikan Gedung Jurusan Teknik Sipil – Politeknik Negeri Bandung
Zanira Ristiafaty Utami, Perancangan dan Metode Pelaksanaan.... 19
Akibat Beban merata
Menurut Hardiyatmo (2010:470), beban terbagi rata (𝑞) di atas tanah urug
dapat dianggap sebagai beban tanah setebal ℎ𝑠, dengan berat volume (𝛾)
tertentu. Jadi, perhitungan tekanan tanah aktif akibat beban terbagi rata yaitu
seperti pada persamaan berikut :
𝑃𝑎′ 𝑞 𝐾𝑎 𝐻 [2.3-5]
dengan :
H = tinggi dinding penahan tanah, m
𝑞 = berat terbagi rata, 𝑘 𝑚2⁄
𝐾𝑎 = koefisien tekanan tanah aktif
Diagram tekanan tanah aktif akibat beban terbagi merata terlihat seperti pada
Gambar 2.7.
Gambar 2.7 Diagram Tekanan Tanah Aktif Akibat Beban Merata
DIV – Teknik Perawatan dan Perbaikan Gedung Jurusan Teknik Sipil – Politeknik Negeri Bandung
Zanira Ristiafaty Utami, Perancangan dan Metode Pelaksanaan.... 20
Akibat Tanah Kohesif
Jika tanah urug memiliki nilai kohesi (𝑐) dan sudut geser dalam (∅), maka
pada teori Rankine, tekanan tanah aktif dinyatakan oleh persamaan :
𝑃𝑎 𝑐 𝐻 √𝐾𝑎 [2.3-6]
dengan,
𝑐 = kohesi
𝐻 = kedalaman
𝐾𝑎 = Koefisien tekanan tanah aktif
Dalam persamaan tersebut, terlihat bahwa terdapat kemungkinan nilai tekanan
tanah aktif negatif. Nilai negatif ini berarti terdapat gaya tarik yang bekerja
pada tanah. Jika tekanan aktif tarik diabaikan, maka tekanan tanah aktif akibat
kohesi dinyatakan dalam persamaan :
𝑃𝑎 𝑐 𝐻 √𝐾𝑎 + 2 𝑐2
𝛾 [2.3-7]
dengan,
𝑐 = kohesi
𝐻 = kedalaman
𝐾𝑎 = Koefisien tekanan tanah aktif
𝛾 = berat volume tanah
Diagram tekanan tanah aktif akibat kohesi terlihat seperti pada Gambar 2.8.
DIV – Teknik Perawatan dan Perbaikan Gedung Jurusan Teknik Sipil – Politeknik Negeri Bandung
Zanira Ristiafaty Utami, Perancangan dan Metode Pelaksanaan.... 21
Gambar 2.8 Diagram Tekanan Tanah Aktif Akibat Kohesi
Akibat Tekanan Air Pori (𝑷𝒘)
Jika tanah di belakang dinding penahan tanah ditemukan muka air tanah, maka
dapat dihitung tekanan akibat air pori (𝑃𝑤) dengan menggunakan persamaan
sebagai berikut :
𝑃𝑤 0 𝐻2 𝛾𝑤 [2.3-8]
dengan :
𝐻 = kedalaman
𝛾𝑤 = berat volume air = 9 8 𝑘 𝑚3⁄
2.3.2. Tekanan Tanah Pasif
Jika regangan lateral yang terjadi pada kondisi tekan, yaitu bila tanah tertekan
sebagai akibat dinding penahan mendorong tanah seperti yang terlihat pada
Gambar 2.9.
DIV – Teknik Perawatan dan Perbaikan Gedung Jurusan Teknik Sipil – Politeknik Negeri Bandung
Zanira Ristiafaty Utami, Perancangan dan Metode Pelaksanaan.... 22
Gambar 2.9. Tekanan Tanah Pasif
Sumber : Hardiyatmo, 2017
Tekanan tanah pasif yaitu tekanan tanah lateral maksimum yang
mengakibatkan keruntuhan geser akibat gerakan dinding menekan tanah.
Tekanan tanah pasif lateral pada kondisi runtuh yaitu :
𝜎ℎ 𝐾𝑝 𝜎𝑣 𝐾𝑝 𝛾 𝑧 [2.3-9]
Untuk tekanan tanah pasif, dapat ditentukan bahwa :
𝐾𝑝 𝜎ℎ (𝑝𝑎𝑠𝑖𝑓)
𝜎𝑣
𝜎1
𝜎3
1+𝑠𝑖𝑛𝜑
1−𝑠𝑖𝑛𝜑 𝑡𝑎𝑛2( +
𝜑
2 ) [2.3-10]
dimana :
𝜎ℎ = Gaya horizontal
𝜎𝑣 = Gaya vertikal
𝐾𝑝 = Koefisien tekanan tanah pasif
𝛾 = Berat volume tanah
𝑧 = kedalaman
𝜑 = sudut geser
Sama dengan tekanan tanah aktif, tekanan tanah pasif juga dapat dihitung akibat
beban merata, berat tanah sendiri, dan akibat adanya kohesi.
DIV – Teknik Perawatan dan Perbaikan Gedung Jurusan Teknik Sipil – Politeknik Negeri Bandung
Zanira Ristiafaty Utami, Perancangan dan Metode Pelaksanaan.... 23
Akibat berat tanah sendiri
Tekanan tanah pasif (𝑃𝑝) untuk dinding penahan tanah setinggi H dengan
permukaan tanah urug horizontal dapat dinyatakan oleh persamaan :
𝑃𝑝 0 𝐻2 𝛾 𝐾𝑝 [2.3-11]
dengan :
H = tinggi dinding yang tertimbun tanah, m
𝛾 = berat volume tanah urug, 𝑘 𝑚3⁄
𝐾𝑝 = persamaan [2.3-10]
Akibat Beban merata
Untuk perhitungan tekanan tanah pasif akibat beban merata, digunakan persamaan
sebagai berikut ini :
𝑃𝑝′ 𝑞 𝐾𝑝 𝐻 [2.3-12]
dengan :
H = tinggi dinding yang tertimbun tanah, m
𝑞 = berat terbagi rata, 𝑘 𝑚2⁄
𝐾𝑝 = koefisien tekanan tanah pasif
Akibat Tanah Kohesif
Jika tanah urug memiliki nilai kohesi (𝑐) dan sudut geser dalam (∅), maka pada
teori Rankine, tekanan tanah pasif dinyatakan oleh persamaan :
𝑃𝑝 𝑐 𝐻 √𝐾𝑝 [2.3-13]
dengan,
𝑐 = kohesi
𝐻 = kedalaman
𝐾𝑝 = Koefisien tekanan tanah pasif
DIV – Teknik Perawatan dan Perbaikan Gedung Jurusan Teknik Sipil – Politeknik Negeri Bandung
Zanira Ristiafaty Utami, Perancangan dan Metode Pelaksanaan.... 24
2.4. Stabilitas Dinding Penahan Tanah
Tekanan tanah dan gaya – gaya yang bekerja pada dinding penahan tanah sangat
mempengaruhi stabilitas dinding penahan tanah itu sendiri. Adapun gaya – gaya
yang bekerja pada dinding penahan tanah tersebut yaitu meliputi :
1) Berat sendiri (𝑊)
2) Gaya tekanan tanah aktif total tanah urug (𝑃𝑎)
3) Gaya tekanan tanah pasif total di depan dinding (𝑃𝑝)
4) Tekanan air pori di dalam tanah (𝑃𝑤)
5) Reaksi tanah dasar (𝑅)
Gaya – gaya yang bekerja tersebut terlihat seperti pada Gambar 2.10
Gambar 2.10 Gaya – gaya yang Bekerja pada Dinding Penahan Tanah
Analisis stabilitas dinding penahan tanah Menurut Hardiyatmo (2017:484) ditinjau
terhadap hal – hal sebagai berikut ini:
1) Harus mencukupi faktor aman terhadap penggeseran dan penggulingan.
2) Tekanan yang terjadi pada tanah dasar fondasi harus tidak boleh melebihi
daya dukung tanah yang diijinkan.
3) Syarat stabilitas lereng harus dipenuhi secara keseluruhan.
4) Jika tanah dasar mudah mampat, penurunan tak seragam yang terjadi tidak
boleh berlebihan.
DIV – Teknik Perawatan dan Perbaikan Gedung Jurusan Teknik Sipil – Politeknik Negeri Bandung
Zanira Ristiafaty Utami, Perancangan dan Metode Pelaksanaan.... 25
2.4.1. Stabilitas Terhadap Guling
Tekanan tanah lateral yang terjadi yaitu diakibatkan oleh tanah urug di
belakang dinding penahan. Tekanan tanah lateral yang dapat disebut juga
sebagai momen penggulingan cenderung dapat menggulingkan dinding dengan
pusat rotasi pada ujung kaki depan pelat fondasi pada dinding penahan tanah.
Untuk menahan momen penggulingan, dapat dilawan oleh momen akibat berat
sendiri dinding penahan dan momen akibat berat tanah di atas pelat fondasi.
Faktor aman terhadap penggulingan (𝐹𝑔𝑙), didefinisikan sebagai :
𝐹𝑔𝑙 ∑𝑀𝑤
∑𝑀𝑔𝑙 [2.4-1]
dengan,
∑𝑀𝑤 = 𝑊𝑏1
∑𝑀𝑔𝑙 = ∑𝑃𝑎ℎ ℎ1 + ∑𝑃𝑎𝑣 𝐵
∑𝑀𝑤 = Momen yang melawan penggulingan (kNm)
∑𝑀𝑔𝑙 = Momen yang mengakibatkan penggulingan (kNm)
𝑊 = berat tanah di atas pelat fondasi + berat sendiri dinding
penahan (kN)
𝐵 = lebar kaki dinding penahan (m)
∑𝑃𝑎ℎ = jumlah gaya – gaya horizontal (kN)
∑𝑃𝑎𝑣 = jumlah gaya – gaya vertikal (kN)
Faktor aman terhadap penggulingan (𝐹𝑔𝑙) bergantung pada jenis tanah,
yaitu:
𝐹𝑔𝑙 ≥ untuk tanah dasar granuler
𝐹𝑔𝑙 ≥ untuk tanah dasar kohesif
Tahanan tanah pasif, oleh tanah yang berada di depan kaki dinding depan
sering diabaikan dalam hitungan stabilitas. Jika tahanan tanah pasif yang
ditimbulkan oleh penngunci pada dasar fondasi diperhitungkan, maka
DIV – Teknik Perawatan dan Perbaikan Gedung Jurusan Teknik Sipil – Politeknik Negeri Bandung
Zanira Ristiafaty Utami, Perancangan dan Metode Pelaksanaan.... 26
nilainya harus direduksi untuk mengantisipasi pengaruh – pengaruh erosi,
iklim dan retakan akibat tegangan – tegangan tarik tanah dasar yang kohesif.
2.4.2. Stabilitas Terhadap Geser
Menurut Hardiyatmo (2017:485), gaya – gaya yang menggeser dinding
penahan tanah akan ditahan oleh gesekkan antar tanah dengan fondasi, dan
tekanan tanah pasif bila di depan dinding penahan tanah terdapat tanah
timbunan.
Faktor aman terhadap penggeseran (𝐹𝑔𝑠), didefinisikan sebagai :
𝐹𝑔𝑠 ∑𝑅ℎ
∑𝑃ℎ ≥ [2.4-2]
- Untuk tanah granuler (c = 0):
∑𝑅ℎ = 𝑊 𝑓
= 𝑊 𝑡𝑔 𝛿𝑏 ; 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝛿𝑏 ≤ 𝜑 [2.4-3]
- Untuk tanah kohesif (𝜑 0):
∑𝑅ℎ = 𝑐𝑎 𝐵 [2.4-4]
- Untuk tanah c – 𝜑 (𝜑 > 0 dan c > 0) :
∑𝑅ℎ = 𝑐𝑎 𝐵 + 𝑊 𝑡𝑔 𝛿𝑏 [2.4-5]
dengan,
∑𝑅ℎ = tahanan dinding penahan tanah terhadap penggeseran
𝑊 = berat total dinding penahan di atas pelat fondasi (kN)
𝛿𝑏 = sudut gesek antara tanah dan dasar fondasi, biasanya
diambil 1/3 - (2/3) 𝜑
𝑐𝑎 = 𝑎𝑑 𝑥 𝑐 adhesi antara tanah dan dasar dinding (kN/m2)
c = kohesi tanah dasar (kN/m2)
𝑎𝑑 = faktor adhesi
DIV – Teknik Perawatan dan Perbaikan Gedung Jurusan Teknik Sipil – Politeknik Negeri Bandung
Zanira Ristiafaty Utami, Perancangan dan Metode Pelaksanaan.... 27
B = lebar fondasi (m)
∑𝑃ℎ = jumlah gaya – gaya horizontal (kN)
F = 𝑡𝑔 𝛿𝑏 = koefisien gesek antara tanah dasar dan tanah
fondasi.
Faktor aman terhadap penggeseran dasar fondasi (𝐹𝑔𝑠) minimum, diambil
1,5. Disarankan :
𝐹𝑔𝑠 ≥ untuk tanah dasar granuler
𝐹𝑔𝑠 ≥ untuk tanah dasar kohesif
Menurut Hardiyatmo (2017:486), perlu dilakukan perhatian terhadap dinding
penahan tanah jika konstruksi dinding penahan tanah tersebut terletak pada
tanah lanau atau lempung. Sebelum fondasi di cor, dasar fondasi lebih baik
segera digali sedalam 10 cm, kemudian ditimbun dengan tanah pasir kasar atau
pasir campur kerikil yang dipadatkan setebal 10 cm. Koefisien geser antara
pasir dengan tanah dibawahnya (𝑓) dapat diambil 0,35. Jika kuat geser tak
terdrainase (undrained strength) dari lapisan lunaknya lebih kecil dari tahanan
geser dasar fondasi dan tanah dibawahnya dianggap sama dengan nilai kohesi
tanah (c), dan sudut gesek dalam (𝜑) dianggap sama dengan nol. Tanah dengan
jenis lempung kaku atau keras, tanah dasar harus dibuat kasar sebelum
dilakukan pengecoran. Hal ini dilakukan untuk meyakinkan berkembangnya
adhesi secara penuh. Dalam penggunaan nilai kohesi (c), pengurangan kohesi
akibat penggalian, atau gangguan waktu pelaksanaan harus diperhitungkan.
Jika dinding penahan tanah harus didukung oleh fondasi tiang, semua beban
harus dianggap didukung oleh fondasi tiang, oleh karena itu tahanan gesek dan
adhesi pada dasar fondasi harus tidak diperhitungkan. Jika faktor aman
terhadap penggeseran 𝐹𝑔𝑠 = 1,5 sulit dicapai, maka lebih baik dipakai pengunci
atau dipakai perkuatan berupa fondasi tiang.
DIV – Teknik Perawatan dan Perbaikan Gedung Jurusan Teknik Sipil – Politeknik Negeri Bandung
Zanira Ristiafaty Utami, Perancangan dan Metode Pelaksanaan.... 28
2.4.3. Stabilitas Daya Dukung Tanah
Menurut Hardiyatmo (2017:110) analisis daya dukung mempelajari
kemampuan tanah dalam mendukung beban fondasi dari struktur yang terletak
di atasnya. Daya dukung menyatakan tahanan geser tanah untuk melawan
penurunan akibat pembebanan, yaitu tahanan geser yang dapat dikerahkan oleh
tanah di sepanjang bidang – bidang gesernya. Terdapat perbedaan pada
perhitungan daya dukung tanah untuk fondasi dangkal atau fondasi memanjang
dan fondasi dalam atau fondasi tiang.
Dalam memperhitungkan daya dukung fondasi tiang tunggal, ada beberapa
metode perhitungan yang digunakan, diantaranya yaitu metode statik dimana
fondasi masih dalam tahap perencanaan. Menurut Djuwadi (2010:7) dalam
Buku Bahan Ajar Rekayasa Fondasi, akurasi hasil perhitungan daya dukung
menggunakan metode statik ini masih sangat kasar karena tergantung dari
tingkat akurasi data tanah yang sering kali berbeda dengan kondisi aktual.
Formula metode ini sangat tergantung dari data tanah yang tersedia. Pada
umumnya, perhitungan metode statik ini dibedakan berdasarkan data tanah
yang tersedia seperti perhitungan berdasarkan data tes laboratorium,
perhitungan berdasarkan data NSPT, dan perhitungan berdasarkan data sondir.
Perhitungan Berdasarkan Data Tes Laboratorium
Dalam memperhitungkan daya dukung tiang tunggal berdasarkan data tes
laboratorium, dibutuhkan data – data berikut ini :
- Kohesi (𝑐)
- Sudut geser dalam (∅)
- Berat isi tanah (𝛾)
Daya dukung fondasi tiang tunggal terdiri dari dua komponen, yaitu komponen
skin resistance dan komponen end bearing. Daya dukung batas fondasi tiang
tunggal didefinisikan dengan persamaan berikut:
DIV – Teknik Perawatan dan Perbaikan Gedung Jurusan Teknik Sipil – Politeknik Negeri Bandung
Zanira Ristiafaty Utami, Perancangan dan Metode Pelaksanaan.... 29
𝑄𝑢 = 𝑄𝑠 + 𝑄𝑏 [2.4-7]
dimana :
𝑄𝑢 = daya dukung batas (ultimate) dari sebuah fondasi, Ton
𝑄𝑠 = daya dukung akibat adhesi tanah dengan tiang, Ton
𝑄𝑏 = daya dukung akibat dasar tiang, Ton
Selanjutnya masing – masing komponen dapat dijabarkan dengan parameter
kontrol dengan menggunakan persamaan berikut:
𝑄𝑠 = 𝐴𝑠 (∝1 𝑐 + 𝐾0 𝛾′𝑧 tan 𝛿) [2.4-8]
dimana :
𝐴𝑠 = Keliling x Panjang tiang, m2
∝𝟏 = Faktor adhesi yang besarnya 0,35 – 0,40.
Menurut Skemton dalam Djuwadi (2010 : 8) untuk bored pile,
faktor ini harus direduksi sebesar 20 – 30%.
𝑐 = Kohesi tanah
𝐾0 = Koefisien tekanan tanah lateral dalam kondisi diam
= sin∅
𝛾′ = Berat volume tanah efektif
𝛿 = Sudut gesekan efektif antara tiang dengan tanah berasarkan jenis
material dengan jenis tanah (Tabel 2.6)
∅ = Sudut geser dalam tanah
Untuk komponen end bearing (𝑄𝑏) dapat dihitung dengan persamaan berikut:
𝑄𝑏 = 𝐴𝑏 (𝑐 𝑐 + 𝑞 𝑞 + 1
2 𝛾 𝐵 𝛾) [2.4-9]
dimana :
𝐴𝑏 = Luas dasar fondasi, m2
𝑐 = Kohesi tanah
𝑞 = Tekanan tanah efektif
𝐵 = Diameter tiang, m
DIV – Teknik Perawatan dan Perbaikan Gedung Jurusan Teknik Sipil – Politeknik Negeri Bandung
Zanira Ristiafaty Utami, Perancangan dan Metode Pelaksanaan.... 30
𝑐 𝑞 𝛾 = Faktor daya dukung tanah (Tabel 2.6)
Hubungan antara jenis material, jenis tanah, dan sudut gesekan efektif antara
tiang dengan tanah (𝛿) dapat dilihat seperti pada Tabel 2.5. sedangkan faktor
daya dukung tanah menurut Meyerhoff dapat dilihat pada Tabel 2.6.
Tabel 2.5. Hubungan Jenis Material, Jenis Tanah, dan 𝛿
Sumber : Bahan Ajar Rekayasa Fondasi
Jenis Material Jenis Tanah (derajat)Beton coran atau pasangan Batuan 35batu kali Kerikil, pasir keras 29 - 31
Pasir sedang, kerikil bercampur lanau/lempung 24 - 29Pasir halus, pasir sedang/kasar bercampurlempung/lanauLanau berpasir 17 - 19Lempung keras 22 - 26Lempung medium, lempung berlanau 17 - 19
Beton pracetak Kerikil bercampur pasir 22 - 26Pasir atau pasir bercampur lanau dan kerikil 17 - 22Pasir berlanau 17Lanau berpasir 14
Baja Kerikil atau kerikil berpasir 22Pasir atau campuran pasir-kerikil-lanau 17Pasir berlanau, campuran kerikil-pasir-lanau-lempungLanau berpasir 11
Kayu Tanah 14 - 16
19 - 24
14
𝛿
DIV – Teknik Perawatan dan Perbaikan Gedung Jurusan Teknik Sipil – Politeknik Negeri Bandung
Zanira Ristiafaty Utami, Perancangan dan Metode Pelaksanaan.... 31
Tabel 2.6. Faktor Daya Dukung Tanah
Sumber : Analisis dan Perancangan Fondasi I
Perhitungan Berdasarkan Data NSPT
Jika data yang tersedia merupakan data NSPT, maka perhitungan daya dukung
fondasi tiang tunggal dilakukan menggunakan data tersebut. Terdapat dua
metode perhitungan berdasarkan data NSPT, yaitu metode konvensional dan
metode Meyerhoff (1976).
Ø (derajat) Nc Nq Nϒ
19 13,93 5,80 2,420 14,83 6,40 2,8721 15,81 7,07 3,4222 16,88 7,82 4,0723 18,05 8,66 4,8224 19,32 9,60 5,7225 20,72 10,66 6,7726 22,25 11,85 8,0027 23,94 13,20 9,4628 25,80 14,72 11,1929 27,86 16,44 13,2430 30,14 18,40 15,6731 32,67 20,63 18,5632 35,49 23,18 22,0233 38,64 26,09 26,1734 42,16 29,44 31,1535 46,12 33,30 37,1536 50,59 37,75 44,4337 55,63 42,92 53,2738 61,35 48,93 64,0739 67,87 55,96 77,3340 75,31 64,20 93,6941 83,86 73,90 113,9942 93,71 85,73 139,3243 105,11 99,01 171,1444 118,37 115,31 211,4145 133,87 134,87 262,74
Meyerhoff
DIV – Teknik Perawatan dan Perbaikan Gedung Jurusan Teknik Sipil – Politeknik Negeri Bandung
Zanira Ristiafaty Utami, Perancangan dan Metode Pelaksanaan.... 32
1. Metode Konvensional
Menurut Djuwadi (2010:13), metode konvensional dihitung berdasarkan
persamaan berikut:
𝑄𝑠 = 𝐴𝑠 𝑥 0 0 [𝑡𝑜𝑛 𝑚⁄ ] [2.4-10]
𝑄𝑏 = 𝐴𝑏 𝑥 𝑝𝑏 [2.4-11]
Sehingga, nilai 𝑄𝑢 yaitu:
𝑄𝑢 = 𝑄𝑠 + 𝑄𝑏
= 𝐴𝑠 𝑥 0 0 + 𝐴𝑏 𝑥 𝑝𝑏 [2.4-12]
dimana :
𝑄𝑠 = Daya dukung akibat adhesi tanah dengan tiang, ton
𝑄𝑏 = Daya dukung akibat dasar tiang, ton
𝑄𝑢 = Daya dukung ultimate, ton
= Nilai NSPT
𝑝𝑏 = Tergantung dari jenis tanah seperti yang terlihat pada Tabel 2.8
Menurut Djuwadi (2010) dalam Buku Bahan Ajar Rekayasa Fondasi , hubungan
nilai pb dengan jenis tanahnya terlihat seperti pada Tabel 2.7 berikut.
Tabel 2.7. Hubungan Nilai pb dengan Jenis Tanah
Sumber : Bahan Ajar Rekayasa Fondasi
2. Metode Meyerhoff (1976)
Perhitungan daya dukung ultimate (𝑄𝑢) untuk metode Meyerhoff dapat
dihitung menggunakan persamaan berikut:
𝑄𝑠 = 𝐴𝑠 𝑥 𝑓𝑠 [2.4-13]
𝑄𝑏 = 𝐴𝑏 𝑥 𝑓𝑏 [2.4-14]
Ton/ft² Ton/m² Ton/ft² Ton/m²Pasir 4 N 40 N 60 + 2 (N-15) 600 + 20 (N-15)Lanau 2,5 N 25 N 37,5 + 1,25 (N-15) 375 + 10 (N-15)
Lempung 2 N 20 N 30 + (N-15) 300 + 10 (N-15)
N < 15 N > 15Jenis Tanah
DIV – Teknik Perawatan dan Perbaikan Gedung Jurusan Teknik Sipil – Politeknik Negeri Bandung
Zanira Ristiafaty Utami, Perancangan dan Metode Pelaksanaan.... 33
Sehinga, nilai 𝑄𝑢 yaitu:
𝑄𝑢 = 𝑄𝑠 + 𝑄𝑏
= 𝐴𝑠 𝑥 𝑓𝑠 + 𝐴𝑏 𝑥 𝑓𝑏 [2.4-15]
Nilai 𝑓𝑏 untuk jenis tanah pasir dan kerikil yaitu seperti persamaan berikut:
𝑓𝑏 = 0 60′ (𝐿
𝑑) 𝜎𝑟 ≤
′60 𝜎𝑟 [2.4-16]
Sedangkan nilai 𝑓𝑏 untuk jenis tanah lanau tidak plastis yaitu seperti persamaan
berikut:
𝑓𝑏 = 0 60′ (𝐿
𝑑) 𝜎𝑟 ≤ 3
′60 𝜎𝑟 [2.4-17]
Menurut Meyerhoff dalam Hardiyatmo (2011), untuk menghitung tahanan
ujung tiang, harus memperhatikan faktor kedalaman. Persamaan yang diusulkan
yaitu sebagai berikut:
Tiang perpindahan besar pada tanah tidak kohesif
𝑓𝑠 = 150 60′ 𝜎𝑟 [2.4-18]
Tiang perpindahan besar pada tanah kohesif
𝑓𝑠 = 1100 60′ 𝜎𝑟 [2.4-19]
dimana :
𝑓𝑏 = tahanan ujung satuan tiang (𝑘 𝑚2⁄ )
𝑓𝑠 = tahanan gesek satuan tiang (𝑘 𝑚2⁄ )
𝜎𝑟 = tegangan referensi = 100 𝑘 𝑚2⁄
60 = NSPT dikoreksi terhadap pengaruh prosedur lapangan
60′ = NSPT dikoreksi terhadap pengaruh lapangan dan tekanan
overburden
60 = 60′ = jika nilai NSPT > 15, maka
60 = 60′ = + 0 𝑥 ( ) [2.4-20]
𝐿 = kedalaman penetrasi tiang (m)
DIV – Teknik Perawatan dan Perbaikan Gedung Jurusan Teknik Sipil – Politeknik Negeri Bandung
Zanira Ristiafaty Utami, Perancangan dan Metode Pelaksanaan.... 34
𝑑 = diameter tiang (m)
𝐴𝑏 = Luas penampang tiang (m2)
𝐴𝑠 = Luas gesek tiang (m2)
Daya dukung Tiang Kelompok
Pondasi tiang kelompok tidak selalu memiliki efisiensi sebesar 100%.
Besarnya efisiensi tiang kelompok (eg) tergantung dari jarak tiang (s) dan
diameter tiang (D). Menurut Bowles (1988) dalam Febriansya (2016:23)
besarnya efisiensi kelompok tiang dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan Metode Converse-Labbre sebagai berikut:
eg = ∅ (𝑛−1)𝑚+(𝑚−1)𝑛90 𝑚 𝑛
[2.4-21]
dimana :
eg = efisiensi pile group
m = jumlah baris
n = jumlah kolom
∅ = arc tan 𝐷𝑠
Daya dukung pondasi kelompok dapat didefinisikan dengan persamaan
berikut:
𝑄𝑝𝑔 = 𝑒𝑔 𝑥 𝐽 𝑥 𝑄𝑢 [2.4-22]
dimana :
𝐽 = Jumlah tiang dalam 1 pile cap
𝑄𝑝𝑔 = Daya dukung izin pondasi kelompok, ton
𝑄𝑢 = Daya dukung ultimate 1 pondasi tiang, ton
Faktor Keamanan
Menurut Hardiyatmo (2005), faktor keamanan digunakan untuk mendapatkan
nilai daya dukung ijin tiang dan fondasi dari faktor aman. Adapun kegunaan
lain dari faktor keamanan tiang, yaitu:
DIV – Teknik Perawatan dan Perbaikan Gedung Jurusan Teknik Sipil – Politeknik Negeri Bandung
Zanira Ristiafaty Utami, Perancangan dan Metode Pelaksanaan.... 35
1. Untuk memberikan keamanan terhadap ketidakpastian dari nilai kuat geser
dan kompersibilitas yang mewakili kondisi lapisan tanah.
2. Untuk meyakinkan bahwa penurunan tidak seragam di antara tiang – tiang
masih dalam batas – batas toleransi.
3. Untuk meyakinkan bahwa beban tiang cukup aman dalam mendukung
beban yang bekerja.
4. Untuk meyakinkan bahwa penurunan total yang terjadi pada tiang tunggal
atau kelompok tiang masih dalam batas – batas toleransi.
5. Untuk mengantisipasi adanya ketidakpastian metode hitungan yang
digunakan.
Dalam Hardiyatmo (2005), Reese dan O’Neill (1989) menyarankan nilai – nilai
faktor aman seperti yang terlihat pada Tabel 2.8 sebagai berikut.
Tabel 2.8. Nilai Faktor Keamanan yang Disarankan Reese dan O’Neill (1989)
Namun, pada umumnya faktor keamanan yang sering digunakan dalam analisis
statis yaitu berkisar antara 2 – 4, dan kebanyakan nilai yang digunakan yaitu 3
sebagai faktor keamanan.
2.4.4. Stabilitas Global
Selain keruntuhan yang diakibatkan oleh guling, geser, dan daya dukung tanah,
mode keruntuhan yang harus diperiksa adalah keruntuhan secara global. Ada
dua kemungkinan tipe keruntuhan global yang terjadi, yaitu keruntuhan geser
dangkal (shallow shear failure) dan keruntuhan geser dalam (deep shear
failure) yang terlihat seperti pada Gambar 2.10. Analisis secara global ini dapat
dilakukan dengan menggunakan teori stabilitas lereng. Analisa kestabilan
lereng ditujukan untuk mendapatkan angka faktor keamanan dari suatu bentuk
Klasifikasi Struktur Kontrol Baik Kontrol Normal Kontrol Jelek Kontrol Sangat Jelek
Monumental 2,3 3 3,5 4Permanen 2 2,5 2,8 3,4Sementara 1,4 2,0 2,3 2,8
Faktor Aman
DIV – Teknik Perawatan dan Perbaikan Gedung Jurusan Teknik Sipil – Politeknik Negeri Bandung
Zanira Ristiafaty Utami, Perancangan dan Metode Pelaksanaan.... 36
lereng tertentu. dengan diketahuinya faktor keamanan, dapat memudahkan
pekerjaan pembentukkan atau perkuatan lereng untuk memastikan apakah
lereng yang telah dibentuk mempunyai resiko longsor atau cukup stabil.
(a) Keruntuhan Geser Dangkal
(b) Keruntuhan Geser Dalam
Gambar 2.10 Stabilitas Secara Global
Untuk mempermudah melakukan analisis keruntuhan secara global, dapat
digunakan alat bantuan berupa software atau perangkat lunak PLAXIS.
PLAXIS merupakan program yang diperuntukan untuk analisis deformasi dan
stabilitas pada bidang geoteknik dengan basis metode elemen hingga yang
DIV – Teknik Perawatan dan Perbaikan Gedung Jurusan Teknik Sipil – Politeknik Negeri Bandung
Zanira Ristiafaty Utami, Perancangan dan Metode Pelaksanaan.... 37
mampu melakukan pemodelan yang dapat mendekati perilaku sebenarnya.
Pemodelan tanah pada program ini terbatas pada teori Mohr-Coulumb. Untuk
mengoperasikan program ini, harus memiliki basis dalam memahami sifat
mekanik tanah. Parameter tanah yang digunakan dalam program PLAXIS yaitu
diantaranya :
1. Berat volume tanah kering (𝛾𝑑)
2. Berat volume tanah basah (𝛾𝑏)
3. Permeabilitas arah horizontal (𝑘𝑥)
4. Permeabilitas arah vertikal (𝑘𝑦)
5. Modulus young (𝐸𝑟𝑒𝑓)
6. Poisson’s ratio (𝑣)
7. Kohesi (𝑐)
8. Sudut geser dalam (∅)
9. Sudut dilatasi (𝜓)
Software ini menggunakan elemen segitiga dengan pilihan 6 node atau 15 node.
Pada analisis ini digunakan elemen segitiga dengan 15 node agar hasil analisis lebih
akurasi dan dapat diandalkan.
2.5. Perancangan dan Analisis Struktural
Menurut Hardiyatmo (2017:493), cara menentukan dimensi dinding penahan tanah
yaitu dilakukan dengan menggunakan cara coba – coba hingga dinding penahan
tanah tersebut memenuhi syarat kestabilannya.
2.5.1. Penentuan Dimensi Dinding Penahan Tanah
Langkah pertama dalam merencanakan dinding penahan tanah yaitu
menentukan dimensinya. Adapun persyaratan untuk dimensi dinding penahan
tanah pada setiap tipenya terlihat seperti pada Gambar 2.1.
DIV – Teknik Perawatan dan Perbaikan Gedung Jurusan Teknik Sipil – Politeknik Negeri Bandung
Zanira Ristiafaty Utami, Perancangan dan Metode Pelaksanaan.... 38
a. Dinding Gravitasi
b. Dinding Kantilever
DIV – Teknik Perawatan dan Perbaikan Gedung Jurusan Teknik Sipil – Politeknik Negeri Bandung
Zanira Ristiafaty Utami, Perancangan dan Metode Pelaksanaan.... 39
c. Dinding Counterfort
Gambar 2.11 Penentuan Dimensi Dinding Penahan Tanah
Dinding pelat dasar dinding kantilever (Gambar 2.11b) dibuat sedemikian
hingga eksentrisitas resultan beban terletak pada e < (B/6). Jika resultan beban
jatuh di luar daerah tersebut, tekanan fondasi menjadi terlalu besar dan hanya
sebagian luasan fondasi yang mendukung beban. Tebal puncak dinding
minimum kira – kira 0,2 m. Hal ini, kecuali untuk memudahkan pengecoran
beton, juga untuk keperluan estetika.
Dinding counterfort (Gambar 2.11c) umumnya digunakan jika tinggi dinding
penahan tanah (H) lebih besar dari 6 m. Jarak counterfort ditentukan dengan
cara coba – coba dan yang paling ekonomis berkisar antara 0,4 – 0,7H. Tebal
puncak dinding dapat dibuat sekitar 0,2 – 0,3 m.
2.5.2. Gaya yang Terjadi pada Dinding Penahan Tanah
Gaya – gaya yang bekerja pada dinding penahan umumnya diambil permeter
lebar. Gaya – gaya yang terjadi pada dinding counterfort dianalisis berdasarkan
teori pelat. Umumnya, hitungan perancangan didasarkan pada metoda yang
disederhanakan, sehingga hasil hitungan mungkin akan memberikan bentuk
konstruksi dengan dimensi yang relatif berlebihan. Dalam hitungan, berat
DIV – Teknik Perawatan dan Perbaikan Gedung Jurusan Teknik Sipil – Politeknik Negeri Bandung
Zanira Ristiafaty Utami, Perancangan dan Metode Pelaksanaan.... 40
dinding counterfort sering kali diabaikan. Permukaan pelat di depan dinding
dianggap sebagai pelat menerus yang didukung oleh beberapa dukungan
dengan bentang yang bergantung pada jarak counterfortnya.
2.5.3. Preliminary Design
Secara umum, langkah – langkah hitungan perancangan struktur dinding
penahan tanah dapat dilakukan sebagai berikut :
1. Pilih tipe dinding penahan tanah.
2. Tentukan dimensi dinding penahan tanah, dari mulai tinggi hingga tebal
dan lebar pelat pondasi.
3. Dengan parameter tanah yang telah diketahui, hitung gaya vertikal dan
gaya horizontal yang bekerja pada dinding penahan tanah tersebut.
4. Tentukan letak resultan gaya – gaya yang bekerja.
5. Analisis stabilitas terhadap bahaya penggulingan dan bahaya penggeseran.
6. Perhitungan resultan gaya – gaya yang bekerja pada dinding penahan
tanah.
7. Tentukan momen yang bekerja pada dinding penahan tanah.
8. Desain tulangan dinding penahan tanah.
9. Desain sambungan pada dinding penahan tanah.