BAB II SEJARAH PERUBAHAN NAMA PANDU MENJADI...
Transcript of BAB II SEJARAH PERUBAHAN NAMA PANDU MENJADI...
13
BAB II
SEJARAH PERUBAHAN NAMA PANDU MENJADI
PRAMUKA
A. KEPANDUAN MASA KOLONIAL
Penjajahan oleh bangsa Barat dimulai dengan kedatangan Bangsa Portugis,
Inggris kemudian disusul oleh Belanda. Selama penjajahan yang dilakukan oleh
Belanda, banyak terjadi peperangan yang berlangsung lama dan tidak sedikit
memakan korban jiwa. Rakyat Indonesia kemudian disadarkan perjuangan tanpa
nasionalisme dan patriotisme tidak akan berhasil. Untuk itu perlu adanya usaha
nyata yang kemudian memunculkan banyak organisasi berbasis politik, sosial,
maupun pendidikan.
Bagi bangsa Indonesia tahun 1908 merupakan tahun istimewa, dimana
tahun tersebut tepatnya 20 Mei telah berdiri sebuah organisasi modern pertama di
Indonesia yaitu Budi Utomo. Saat itulah wacana baru bangsa Indonesia mulai
terbuka. Corak baru yang diperkenalkan oleh Budi Utomo adalah kesadaran lokal
yang diformulasikan dalam bentuk organisasi modern dalam arti organisasi ini
memiliki pimpinan, anggota dan ideologi yang jelas.1
Berdirinya Budi Utomo di tahun 1908 menjadi tonggak kebangkitan
Indonesia bertekad untuk bangkit dari segala penindasan bangsa asing. Lahirnya
Budi Utomo merupakan fase pertama tumbuhnya nasionalisme Indonesia. Di saat
Budi Utomo menggobarkan semangat perjuangannya, tahun 1907 Mayor Jendral
Baden Powell dari Inggris mencetuskan Ide Scouting yang berarti pedoman pokok
1 Suhartono, Sejarah Pergerakan Nasional dari Budi Utomo sampai
Proklamasi 1908-1945, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1994), hlm 30
14
untuk pendidikan kepanduan di seluruh dunia, dimana pendidikan itu ada yang
berwujud permainan dan keterampilan.
Di Belanda berkembang organisasi kepanduan berdasarkan ide pemikiran
Baden Powell. Tak lepas dari pengaruh tersebut maka pada tahun 1912 tepatnya
di Jakarta, berdirilah organisasi kepanduan bernama Nederlandsche Padvinders
Organisatie (NPO). Organisasi ini didirikan oleh P.Y Smits dan Majoor Yager.2
Organisasi ini didirikan atas anjuran dari perkumpulan pandu yang berada di
negeri Belanda. Tujuan dari didirikannya organisasi kepanduan NPO ini adalah
untuk remaja dan pemuda Belanda yang berada di Indonesia. Dalam waktu yang
singkat, NPO berhasil berkembang dengan pesat di kota-kota besar di Indonesia.
Di sisi lain, Eropa sedang berkecamuk perang yang dikenal dengan nama
Perang Dunia I. Perang ini berlangsung dari tanggal 28 Juli 1914 sampai dengan
11 November 1918. Perang yang terjadi di Eropa ternyata membawa dampak
yang cukup besar bagi hubungan Indonesia dengan Belanda. Hal tersebut juga
menjadi tantangan yang paling dahsyat bagi kepanduan dunia. Oleh karena itu
maka NPO diberikan kewenangan untuk berdiri sendiri dan membentuk kwartir
besar sendiri. Maka, berdirilah organisasi-organisasi kepanduan berdasar aliran
masing-masing. Namun pada tanggal 4 September 1914 organisasi-organisasi
tersebut dipersatukan di bawah organisasi baru bernama De Nederlands Indische
Padvinders Vereeniging (NIPV).3
NIPV berbeda dengan NPO. Jika NPO hanya diperuntukkan bagi pemuda
dan remaja Belanda, maka NIPV lebih terbuka dalam merekrut anggotanya.
2 NN, Patah Tumbuh Hilang Berganti 75 tahun Kepanduan dan
Kepramukaan, (Jakarta : Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, 1987), hlm 13 3 Ahmaddani.G, Pemuda Indonesia dalam Perspektif Sejarah Perjuangan
Bangsa, hlm 44
15
Artinya dalam NIPV juga terbuka bagi remaja dan pemuda Indonesia namun tetap
hanya memperbolehkan remaja dan pemuda Indonesia tertentu dan terbatas untuk
menjadi anggota NIPV sesuai dengan politik yang diterapkan Belanda. Hal
tersebut membuat pemuda Indonesia berkenan masuk menjadi anggota NIPV.
Kebanyakan dari mereka memiliki landasan berpikir bahwa organisasi kepanduan
ini dapat dijadikan alat untuk berjuang memperoleh kemerdekaan. Tetapi, ada
juga diantara mereka yang masuk hanya karena orangtua mereka bekerja di bawah
naungan pemerintah Hindia Belanda.
Seiring perkembangan organisasi bentukkan Belanda di Indonesia, di tahun
1916 atas prakarsa S.P Mangkunegara VII di Surakarta berdirilah organisasi
kepanduan bumiputera pertama di Indonesia dengan nama Javaanse Padvinders
Organisatie (JPO), disusul dengan berdirinya organisasi Teruna Kembang di
daerah Kasunanan di bawah pimpinan Pangeran Suryobroto. Perkembangan
kepanduan di Indonesia sejalan dengan pergerakan nasional. Kepanduan dapat
dijadikan alat untuk meningkatkan budi luhur, keterampilan dan kepribadian serta
dapat memupuk bakat kepemimpinan. Semuanya berguna untuk meningkatkan
rasa nasionalisme dikalangan pemuda. Maka dari itu, kepanduan tumbuh subur
dalam berbagai organisasi kepemudaan. Yogyakarta, Bandung dan Jakarta tercatat
sebagai tempat subur perkembangan organisasi kepanduan di Indonesia.
Pada tahun 1918, berdirilah organisasi kepanduan Padvinder
Muhammadiyah di bawah naungan Muhammadiyah yang dipelopori oleh K.H
Ahmad Dahlan, Syiraj Dhlan, Sarbini, dan lainnya. Di tahun 1920 atas usul R.H.
Hajid nama Padvinder Muhammadiyah berubah menjadi Hizbul Wathon (HW).
Serikat Islam pun menyusul dengan mendirikan organisasi kepanduan bernama
16
Wira Tamtama yang dipimpin oleh A. Zarkasi. Tak mau kalah, organisai modern
pertama di Indonesia yaitu Budi Utomo turut serta membentuk organisasi
kepanduan bernama Nationale Padvinderij dipimpin oleh Daslan Adi Wasito.
Setelah para pelajar Indonesia yang bergabung dalam perkumpulan pemuda
pelajar Indonesia mulai menaruh minat dan perhatian pada organisasi kepanduan,
jumlah perkumpulan kepanduan di Indonesia berkembang sangat pesat.4
Bulan Juli 1921 Jong Java cabang Mataram / Yogyakarta yang dipimpin
oleh Supardi memutuskan untuk mendirikan padvinderij atas usulan dari
Rustiman dan Subiono. Pasukan padvinder dari Jong Java tersebut menjadi
pasukan Jong Java Padvinderij di bawah pimpinan Suripto, Suratno
Sastroamijoyo, Rustiman dan Subiono. Bendera pasukannya berwarna merah-
putih (umbul-umbul gula kelapa) dan kacu lehernya juga sama warnanya.5 Dalam
kongres Jong Java V yang diadakan di Solo tahun 1922 mengambil keputusan
untuk memasukkan padvinderij dalam gerakan pemuda Jong Java dan diberi
nama Jong Java Padvinderij yang disingkat JJP.
Cabang Jong Java Jakarta mengikuti mendirikan pasukan JJP yang
dipelopori oleh Pirngadi, Muwardi dan Delian Sumodirjo. Di lain-lain tempat
yang terdapat cabang Jong Java, banyak yang menyusul mendirikan pasukan JJP.
Pada umumnya para pemimpin JJP pertama adalah mereka yang pernah menjadi
anggota pasukan NIPV. Pasukan JJP kemudian diorganisasikan menjadi satu
organisasi kepanduan nasional dan Jakarta dipilih sebagai pusatnya. Pimpinan JJP
pusat waktu itu adalah Muwardi, Suratno Sastroamidjoyo dan Sugandi.
4 Suhatno, Op.cit., hlm 8
5 NN, Op. cit., hlm 13
17
Dengan pertimbangan bahwa dengan adanya wadah bersama maka gerakan
kebangsaan akan menjadi lebih kuat, makan para pelajar dan mahasiswa mulai
bergabung dalam wadah bersama yaitu Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia
(PPPI) yang didirikan pada tahun 1926.
Ide mempersatukan organisasi pemuda ini dilaksanakan dalam Kongres
Pemuda I yang dlaksanakan 20 April – 2 Mei 1926 di Jakarta. Kongres Pemuda I
ini memiliki tujuan untuk menanamkan semangat kerjasama antara perkumpulan
pemuda di Indonesia untuk menjadi dasar persatuan Indonesia dalam arti yang
lebih luas. Terbentuklah Jong Indonesia pada tanggal 31 Agustus 1926 yang
memiliki tujuan untuk menanamkan dan mewujudkan cita-cita persatuan
Indonesia.
Dalam rangka mempersatukan kepanduan nasional Indonesia maka NPO
dan JIPO dilebur menjadi Indonesische Nationale Padvinders Organisatie (INPO)
dibawah pimpinan Ir. Soekarno dan Mr. Sunaryo sedangkan anggota JIPO yang
tidak masuk INPO mengganti nama JIPO menjadi Pandu Indonesia (PI).
Didorong oleh semangat persatuan yang semakin lama semakin kuat, pada tanggal
23 Mei 1928 di Jakarta diadakan pertemuan antara wakil-wakil kepanduan
nasional Indonesia antara lain dr. Muwardi dari Pandu Kebangsaan (yang dulunya
adalah JJP), Mr. Sunaryo dari INPO, Mr. Kasman Singodimejo dari NATIPIJ dan
Ramelan dari SIAP. Dalam pertemuan tersebut berhasil dibentuk suatu badan
federasi bernama “Persaudaran Antara Pandu Indonesia” (PAPI). Angoota PAPI
saat itu adalah Pandu Kebangsaan, INPO, SIAP, NATPIJ dan PPS. Pengurus
PAPI pertama adalah Mr. Suanryo dan Dr. Halim dari INPO, Dr. Muwardi dari
18
PK, Aruji Kartawinata dan Ramelan dari SIAP, serta Mr. Hom Rum dari NATIPIJ
dengan memilih Jakarta sebagai pusat pimpinan PAPI.
Di lain tempat seperti Solo dan Yogyakarta yang memiliki lebih dari satu
kepanduan dibentuk PAPI Daerah. Di Solo, badan ini diberi nama “Badan
Persatuan Kepanduan Surakarta”, sedangkan di Yogyakarta diberi nama “Badan
Persaudaraan Kepandua Mataram”. Adapun tujuan dari PAPI ini antara lain : (1)
Mempererat persaudaraan diantara anggota PAPI. (2) Memudahkan kerjasama
untuk meningkatkan nilai latihan kepanduannya masing-masing. Dengan
terbentuknya PAPI ini adalah tahap pertama menuju penyatuan organisasi
kepanduan di Indonesia sudah terlaksana.6
Berbagai usaha yang dilakukan para pemuda guna menghadapi kekuasaan
pemerintah kolonial Belanda dan mencapai kemerdekaan Indonesia semakin kuat
namun semakin berliku. Tidak kecil bahaya yang mereka hadapi dan tidak sedikit
rintangan yang menghambatnya. Penderitaan ditangkap dan dipenjarakan oleh
Belanda merupakan resiko perjuangan mereka namun semua itu tidak membuat
jerah melainkan bertambah kegigihan mereka dalam mengobarkan semangat
kesatuan dan persatuan. Maka, atas inisiatif PPPI dilangsungkanlah Kongres
Pemuda II pada tanggal 27-28 Oktober 1928 di Jakarta.
Dalam Kongres Pemuda II itu tampillah seorang tokoh putera Indonesia
bernama Wage Rudolf Supratman yang berjuang melawan penjajahan dengan
menciptakan karya seni khususnya lagu-lagu perjuangan. Ia adalah pencipta lagu
“Indonesia Raya” yang dikumandangkan pertama kali saat Kongres Pemuda II
tanggal 28 Oktober 1928. Lagu ini pernah dilarang tetapi tetap berkumandang
6 Suhatno, Op.cit, hlm. 13
19
terutama di kalangan pemuda atau kepanduan Indonesia. Di dalam permulaan lagu
Indonesia Raya, W.R Supratman menggunakan kata pandu dalam syairnya, yang
berbunyi :
Indonesia Tanah Airku, Tanah tumpah darahku
Disanalah Aku berdiri, jadi pandu ibuku
W.R Supratman menggunakan istilah “Pandu” dengan maksud agar setiap warga
Indonesia berjiwa pandu, menjadi pelopor dalam perjuangan bangsa Indonesia.
W.R Supratman bukanlah anggota pandu, tetapi ia memiliki jiwa pandu yang
tabah menerima cemoohan, rintangan dan ancaman dari pihak Belanda.
Sumpah Pemuda yang dicetuskan oleh Kongres Pemuda II benar-benar
menjiwai gerakan kepanduan nasional Indonesia untuk bergerak lebih maju dalam
rangka konsolidasi kekuatan nasional. Satu tahun setelah PAPI terbentuk, pada
tanggal 15 Desember 1929 PAPI mengadakan pertemuan kedua di Jakarta. Dalam
pertemuan tersebut muncul pendapat agar diadakan fusi dari semua organisasi
kepanduan di Indonesia menjadi satu Organisasi Kepanduan Indonesia, akan
tetapi dari peserta yang hadir dalam pertemuan tidak semuanya dapat menyetujui.
Hal ini disebabkan beberapa organisasi kepanduan memiliki azas yang berbeda-
beda. Menanggapi hal tersebut agar organisasi kepanduan persaudaraan tetap
terjaga maka disepakati untuk membentuk dua buah panitia. Tugas dari panitia
tersebut adalah mempelajari penyelenggaran dan rencana pelaksanaannya bagi
organisasi kepanduan yang berdasarkan pada azas kebangsaan semata-mata dan
bagi yang mengutamakan dasar-dasar agama.7
7 Suhatno, Op.cit., hlm 15
20
Sama halnya dengan gerakan nasional bangsa Indonesia, gerakan kepanduan
dicurigai dan dihalang-halangi aktivitasnya oleh pemerintah kolonial Belanda.
Kegiatan seperti peringatan hari wafatnya Pangeran Diponegoro dan lahirnya
R.A. Kartini tidak boleh dilaksanakan bahkan para pemimpin pandu banyak yang
ditangkap dan anggotanya diteror. Tidak hanya pemerintah kolonial Belanda yang
merintangi gerakan kepanduan Indonesia tetapi Organisasi kepanduan Belanda
ikut-ikutan meniadakan gerakan kepanduan Indonesia dengan tidak
memperkenankan mereka untuk turut menyambut sehingga menyebabkan
bertambah besarnya ketegangan hubungan antara kepanduan nasional Indonesia
dengan NIPV.
Berkat keteguhan para pemimpin kepanduan Indonesia, maka segala upaya
dari pihak Belanda untuk menghentikan dan mematikan kepanduan nasional
Indonesia tidak berhasil. Sebaliknya, perhatian masyarakat bertambah besar
kepada cara pendidikan kepanduan. Terbukti, tumbuh suburnya organisasi
kepanduan Indonesia di berbagai kalangan dari akhir tahun 1928 sampai tahun
1935 tidak hanya KBI, gerakan kepanduan Indonesia diperkuat dengan lahirnya
organisasi-organisasi kepanduan dengan asas yang berbeda seperti asas
kebangsaan maupun agama. Contoh organisasi-organisasi kepanduan tersebut
adalah :
1. Kepanduan berdasarkan Kebangsaan
a. Pandu Indonesia (PI) di Bandung
b. Padvinders Organisatie Pasundan (POP) di Bandung
c. Pandu Kesultanan (PK) di Yogyakarta
d. Sinar Pandu Kita di Solo
21
e. Kepanduan Rakyat Indonesia (KRI) di Malang
2. Kepanduan berdasarkan Agama Islam
a. Pandu Anshor di Surabaya
b. Al Wathoni, Hisbul Islam, dan Kepanduan Islam Indonesia (KII) di Solo
c. Islamitische Padvinders Organisatie (IPO) di Jakarta
3. Kepanduan berdasarkan Agama Kristen dan Katholik
a. Tri Darma di Yogyakarta
b. Kepanduan Azas Katholik (KAKI) di Yogyakarta
c. Kepanduan Masehi Indonesia (KMI) di Jakarta
B. KEPANDUAN MASA JEPANG
Suasana politik dunia mengalami perubahan akibat tindakan Jepang yang
dengan frontal menyerang pangkalan Amerika Serikat di Pearl Harbour, Hawai.
Tak ada yang mengira bahwa kekuatan kolonial Belanda di Indonesia yang
diperkuat oleh tentara sekutu dapat digulingkan oleh kekuatan tentara Jepang
hanya dalam hitungan beberapa hari saja. Jepang melakukan pendaratan di Jawa
dan berhasil menduduki pulau Jawa sebagai pusat pemerintahan Belanda.
Selanjutnya, Panglima Angkatan Bersenjata Belanda atas nama angkatan Perang
Serikat di Indonesia menyerah tanpa syarat kepada Jepang pada tanggal 9 Maret
1942.
Menyerahnya Belanda terhadap Jepang di Kalijati menjadikan Indonesia
berada di bawah kekuasaan tentara Jepang. Kedatangan pasukan Jepang di
Indonesia mulanya diterima dengan gembira oleh rakyat kerena dianggap sebagai
22
penolong membebaskan bangsa Indonesia dari belenggu penjajahan Belanda.
Akan tetapi, perangai Jepang sebagai sosok penjajah perlahan muncul. Segala
tindakan propaganda dan tindakan-tindakan simpatik lainnya berganti menjadi
radikal dimana bendera Merah Putih yang dulu boleh berkibar dengan bebas
mulai dilarang dan lagu Indonesia Raya yang dulu bebas bergema mulai dilarang.8
Jepang bermaksud untuk menjadikan Indonesia sebagai tanah jajahan, maka
dari itu untuk dapat mencapai maksudnya, Jepang memanfaatkan potensi bumi
putera yang mempunyai pengaruh di masyarakat seperti para alim ulama, guru
dan pamong praja. Tujuannya adalah menyebarkan paham Jepangnya kepada
masyarakat Indonesia melalui para bumi putera itu. Melalui gerakan 3A dihimpun
Barisan Pemuda Asia Raya dan membentuk komite dengan Dr. Slamet Sudibjo
sebagai ketuanya. Di masa Jepang ini keadaan Indonesia sangat berubah dan
tampak menyolok bagi organisasi kepemudaan dan kepanduan. Semua organisasi
yang dibentuk pada masa Belanda dibubarkan termasuk kepanduan. Jepang
memerintahkan agar pemuda yang pernah aktif di kepanduan, militer dan
organisasi pemuda lainnya untuk menggalang disiplin guna persatuan dan
patriotisme. Banyak bekas anggota pandu yang masuk dalam organisasi PETA,
Heiho, Keibodan dan Seinendan.
Tanggal 7 Juli terpilih menjadi Hari Pemuda yang bercita-cita akan
memerdekakan bangsa Asia dari kekuasaan Belanda maka diresmikan pendidikan
San A Seinen Kunrensyo (Pendidikan Pemuda 3 A) di Jatinegara dengan
Wakabayashi sebagai pemimpin dan dibantu oleh A. Latief. Di tempat itu dididik
38 orang pemuda berusia 14-18 tahun yang semuanya bekas anggota kepanduan
8 Yayasan Gedung-Gedung Bersejarah Jakarta, 45 tahun Sumpah Pemuda,
(Jakarta : PT. Gunung Agung, 1975), hlm 110.
23
dan organisasi pemuda lainnya. Pembentukan Seinen Kunrensyo adalah untuk
membentuk badan pemuda kelanjutannya, yaitu Seinendan. Dipilihlah pemuda
berumur 14-25 tahun dan diajarkan baris berbaris secara militer Jepang dengan
memanggul mokuju (senapan dari kayu). Selain baris berbaris, mereka juga
diajarkan bahasa Jepang, displin Jepang, semangat Jepang, beternak atupun
bercocok tanam. Setiap pagi para pemuda harus mengadakan penghormatan ke
arah Istana di Tokyo dan mengucapkan sumpah Sinendan bersama-sama.
Meski demikian, usaha-usaha untuk tetap mendirikan dan memajukan
organisasi gerakan kepanduan bangsa Indonesia tetap dijalankan. Tanggal 6
Februari 1943, pandu-pandu dari berbagai macam perkumpulan yang telah
dibubarkan berhasil mengadakan Perkino II bertempat di Jakarta. Hal ini
menunjukkan betapa besar arti kepanduan bagi bangsa Indonesia sehingga
meskipun dilarang aktivitasnya oleh pemerintah Jepang, para pemimpin
kepanduan tetap berani melaksanakan Perkino. Akan tetapi Jepang memiliki
rencana sendiri untuk menghadapi aksi gerakan kepanduan tersebut. Gerakan
kepanduan tersebut tidak boleh dilangsungkan, akan tetapi sebagai gantinya anak-
anak dan pemuda Indonesia dimasukkan dalam Seinendan. Seinendan adalah
organisasi pemuda yang didirikan oleh pemerintah Jepang hanya untuk memenuhi
kebutuhan angkatan perang Jepang.9
9 NN, Op.cit., hlm 27.
24
C. KEPANDUAN MASA REPUBLIK INDONESIA
1. Kepanduan tahun 1945-1950
Penjajahan Jepang di Indonesia tidak lama, hanya sekitar 3,5 tahun yang
disebabkan serangan bom atom beruntun oleh Amerika Serikat di kota Hiroshima
dan Nagasaki pada tanggal 6 dan 9 Agustus 1945. Akibatnya, Jepang menyerah
kepada sekutu pada tanggal 15 Agustus 1945. Setelah Jepang menyerah, terjadilah
kekosongan kekuasaan di Indonesia yang dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya
oleh para tokoh pemimpin bangsa Indonesia untuk memproklamasikan
kemerdekaan. Pada tanggal 17 Agustus 1945, pukul 10.00 WIB, di Pegangsaan
Timur 56 Jakarta, Ir. Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta atas nama bangsa
Indonesia memproklamasikan kemerdekaan Indoneisa ke seluruh penjuru dunia.
Sejak itu, bangsa Indonesia bukan lagi sebagai bangsa yang dijajah tetapi sudah
menjadi bangsa yang merdeka dan berdaulat.
Setelah Indonesia merdeka, berkobarlah api revolusi di seluruh tanah air
Indonesia. Rakyat bangkit mengangkat senjata melawan Sekutu yang digawangi
oleh Belanda. Bangkit pula semangat kepanduan dan persatuan dikalangan bekas
pemimpin pandu timbul cita-cita untuk menghidupkan kembali organisasi
kepanduan Indonesia dengan bentuk dan sifat yang disesuaikan dengan zamannya
agar tidak ada perpecahan kembali. Akhir September 1945 di gedung Balai
Mataram Yogyakarta diadakan pertemuan para pemimpin pandu dari KBI, HW,
SIAP, NATIPIJ, Tri Darma, Kepanduan Azaz Katholik Indonesia dan Pandu
Kasultanan. Diambillah beberapa keputusan dalam pertemuan tersebeut sebagai
berikut :
25
1. Membentuk panitia Kesatuan Kepanduan Indonesia
2. Menganjurkan pembentukan satu organisasi kepanduan untuk seluruh
bangsa Indonesia
3. Membentuk suatu Panitia Kerja untuk melaksanakan organisasi itu
4. Mengadakan secepat mungkin Kongres Kesatuan Kepanduan Indonesia
Prakarsa Panitia Kesatuan Kepanduan Indonesia ini diperkuat dengan
kedatangan tiga orang tokoh KBI, yaitu dr. Sutarman, Subagio, dan Kurnia dari
Jakarta yang membawa amanat Ki Hajar Dewantara sebagai Menteri PP dan K
agar para mantan pemimpin Kepanduan Indonesia menghidupkan kembali
gerakan kepanduan. Diadakanlah pembagian kerja yaitu panitia di Yogyakarta
membuat rencana pelaksanaan putusan panitia dan mengadakan hubungan dengan
pandu-pandu di Surakarta, sementara panitia di Jakarta bertugas mengadakan
kontak dengan pandu-pandu lainnya yang tersebar dan dengan instansi-instansi
pemerintah serta masyarakat untuk meminta bantuan jika diperlukan.
Tanggal 27-29 Desember 1945 Kesatuan Kepanduan Indonesia mengadakan
kongres di Surakarta dan memutuskan untuk membentuk suatu organisasi
kesatuan kepanduan dengan nama Pandu Rakyat Indonesia, dengan dasar : (1)
Ketuhanan Yang Maha Esa, (2) Perikemanusiaan, (3) Kebangsaan, (4)
Demokrasi/Kedaulatan rakyat, (5) Keadilan sosial. Kongres juga menutuskan
bahwa mantan pimpinan KBI diangkat sebagai Pengurus Besar yang pertama. Jadi
lahirnya Pandu Rakyat Indonesia betul-betul dijiwai semnagat Proklamasi. Pada
upacara pelantikan Pandu Rakyat Indonesia dimpimpin oleh dr. Muwardi
menyatakan ikrar yang bernama “Janji Ikatan Sakti” diakui oleh Pemerintah
26
Republik Indonesia sebagai satu-satunya organisasi kepanduan Indonesia berdasar
Keputusan Menteri PP dan K Nomor 93/Bag.A tertanggal 1 Februari 1947.10
Perkembangan Pandu Rakyat Indonesia mengalami hambatan dikarenakan
Belanda melancarkan Agresi Militer Belanda I pada tanggal 21 Juli 1947. Agresi
Militer I menimbulkan reaksi hebat dari dunia internasional. Pemerintah India dan
Australia mengajukan permintaan agar masalah Indonesia segera diselesaikan
dalam sidang Dewan Keamanan PBB. Pada tanggal 1 Agustus 1947 Dewan
Keamanan PBB memerintahkan kedua belah pihak untuk menghentikan tembak
menembak. Pada tanggal 4 Agustus 1947 Republik Indonesia dan Belanda
mengumumkan penghentian tembak menembak. Maka tanggal 4 Agustus 1947
resmi berakhirnya Agresi Militer Belanda I.11
Selama Agresi Militer Belanda I ini segala kegiatan Pandu Rakyat Indonesia
terhenti. Namun setelah terjadi gencatan senjata pada tanggal 4 Agustus 1947
Pandu Rakyat Indonesia mulai bangkit lagi. Hal ini terbukti pada tanggal 22
Agustus 1947 Pandu Rakyat Indonesia membentuk Kwartir Besar Pandu Puteri
dengan Ny. Suhariah sebagai Komisaris Besar Pandu Puteri. Kedudukan Kwartir
Besar Pandu Puteri sejajar dengan Kwartir Besar Pandu Putera. Pada akhir Maret
1948 Ny. Suhariah mengundurkan diri yang kemudian digantikan oleh Ny.
Kayatun.
Pada tanggal 19 Desember 1948 Belanda kembali menyerang dengan
menduduki Yogyakarta sebagai ibukota Republik Indonesia, serangan ini dikenal
sebagai Agresi Militer Belanda II. Presiden Soekarno dan Wakil Presiden
10
NN, Op.cit., hlm 36-38. 11
Ginanjar Kartasamita, dkk, 30 tahun Indonesia Merdeka 1945-1949,
(Jakarta : PT Tira Pustaka, 1983), hlm 45.
27
Mohammad Hatta ditangkap dan diasingkan ke Bangka. Sebelum ditangkap
Presiden Soekarno memerintahkan Mr. Sjarifuddin Prawiranegara di Bukittinggi
untuk membentuk Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI). Adanya
Agresi Militer Belanda II mengakibatkan terputusnya hubungan Pandu Rakyat
Indonesia (Kwartir Besar Putera dan Puteri) dengan cabang-cabang sehingga
organisasi ini tidak berjalan dengan baik. Dalam keadaan demikian, para anggota
Pandu Rakyat Indonesia ikut berjuang mempertahankan kemerdekaan mengusir
penjajah dengan ikut berjuang membantu PMI dan Dapur Umum bahkan tidak
sedikit anggota pandu yang gugur.
Pengakuan kedaulatan pada tanggal 27 Desember 1948 mengakhiri suatu
periode dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Bangsa Indonesia mengubah
perjuangan senjata menjadi perjuangan mempertahankan kemerdekaan. Akan
tetapi bentuk negara berubah menjadi Republik Indonesia Serikat (RIS). Masa
RIS ini hubungan antara Kwartir Besar dengan cabang-cabang dan antar cabang
mulai normal lagi. Tanggal 20-22 Januari 1950, Pandu Rakyat Indonesia
mengadaka kongres II di Yogyakarta. Kongres tersebut bertujuan mengkaji
eksistensi, loyalitas, kekompakan dan keutuhan seluruh anggota. Keputusan
Kongres II Pandu Rakyat Indonesia antara lain :
1. Menerima konsepsi baru, yang memberi kesempatan kepada golongan,
khusus untuk menghidupkan bekas organisasinya masing-masing.
2. Disamping mengadakan konsolidasi ke dalam, Pandu Rakyat Indonesia
harus melangkah ke luar menuju pengakuan internasional.
3. Memperingati genap lima tahun tanggal 28 Desember 1950 Pandu Rakyat
Indonesia dan menerbitkan buku kenang-kenangan “Panca Warsa”.
28
4. Perubahan gambar emblim Pandu Rakyat Indonesia dimana emblim lama
untuk putera dan puteri sama, diganti dengan yang baru yaitu gambar bedor
(ujung tombak) untuk putera dan gambar semanggi untuk puteri, ditengah-
tengah terpampang motif.12
Negara RIS hanya berumur delapan bulan saja. Tanggal 17 Agustus 1950
bentuk negara kembali ke negara kesatuan lagi dengan menerapkan sistem
demokrasi liberal atau demokrasi parlementer yang memberi kebebasan seluas-
luasnya kepada perorangan atau golongan. Demokrasi ini menimbulkan
pertentangan, percekcokan dan benturan lainnya di kalangan pemerintah dan
masyarakat. Orang hanya mementingkan dirinya sendiri dan partainya sehingga
melupakan kepentingan orang lain. Di kalangan kepanduan tak luput dari dampak
tersebut, dengan demikian prinsip untuk menyatukan seluruh kepanduan di
Indonesia seperti yang dicita-citakan semula tidak sesuai dengan kenyataan.
Organisasi-organisasi Kepanduan yang dulu dilebur satu persatu menarik diri dan
menghidupkan kembali kepanduan mereka sendiri. Pemerintah melalui Menteri
PP dan K tanggal 6 Sepetember 1951 mengeluarkan Surat Keputusan Nomor
23441/Kab tentang pencabutan pengakuan pemerintah tentang penetapan Pandu
Rakyat Indonesia sebagai satu-satunya Kepanduan Indonesia.
2. Kepanduan tahun 1951-1960
Meskipun organisasi kepanduan Indonesia sudah bubar, namun hasrat untuk
bersatu diantara organisai kepanduan tetap ada. Pada tanggal 16 September 1951
wakil-wakil kepanduan mengadakan konferensi kepanduan di Jakarta. Konferensi
12
NN, Op. Cit, hlm 43 dan 45.
29
ini dihadiri oleh perwakilan Pandu Rakyat Indonesia, HW, Al Irsyad, Pandu Islam
Indonesia, Kepanduan Angkatan Muslimin Indonesia, Pandu Katholik,
Perserikatan Kepanduan Tionghoa dan Perserikatan Pandu-Pandu. Konferens ini
berhasil memutuskan berdirinya federasi kepanduan dengan nama Ikatan Pandu
Indonesia (IPINDO).13
Pada tanggal 12 Maret 1952 Menteri PP dan K
mengeluarkan Surat Keputusan Nomor 8977/Kab tentang pengesahan berdirinya
IPINDO sebagai badan federasi kepanduan dan sebagai badan sementara dalam
hubungannya dengan Pemerintah Republik Indonesia melalui Kementerian PP
dan K.
Menjelang tahun 1961 kepanduan di Indonesia terpecah menjadi lebih dari
100 organisasi kepanduan. Sebagaian dari organisasi itu terhimpun dalam tiga
federasi kepanduan yaitu Ikatan Pandu Indonesia (IPINDO) berdiri tahun 1951,
Persatuan Organisasi Pandu Puteri Indonesia (POPPINDO) berdiri tahun 1954,
dan Perserikatan Kepanduan Puteri Indonesia (PKPI) berdiri tahun 1954.
Keberadaan ketiga federasi kepanduan di Indonesia melemahkan bagi persatuan
dan kesatuan bangsa. Menyadari kelemahan tersebut, timbullah keinginan untuk
meleburkan diri menjadi satu. Akhirnya pada Mei 1960 IPINDO, POPPINDO,
PKPI melebur menjadi satu federasi bernama Persatuan Kepanduan Indonesia
(PERKINDO) yang bertugas menghimpun dan mempersatukan seluruh potensi
kepanduan yang ada. Adapun yang diangkat sebagai Pimpinan Harian
PERKINDO adalah Bapak Pandu Sri Sultan Hamengku Buwono IX.
Tugas PERKINDO cukup sulit karena hanya 60 organisasi yang ikut dari
100 lebih disebabkan organisasi kepanduan yang berbeda di bawah onderbouw
13
Ibid, hlm 45 – 46.
30
organisasi politik atau organisasi massa yang berbeda paham tetap bermusuhan.14
Keadaan ini melemahkan kepanduan di Indonesia. Keadaan yang demikian
kemudian dimanfaatkan oleh Partai Komunis Indonesia (PKI) untuk memaksa
gerakan kepanduan Indonesia menjadi Gerakan Pioner Muda seperti di negara-
negara komunis. Akan tetapi kekuatan Pancasila di PERKINDO menentangnya.
3. Gerakan Pandu Menjadi Gerakan Pramuka
Demi menyelamatkan gerakan kepanduan di Indonesia dari pengaruh PKI
maka tanggal 9 Maret 1961 pukul 20.00 para tokoh dan pimpinan pandu yang
mewakili organisasi kepanduan yang ada di Indonesia berkumpul di Istana Negara
untuk mendengarkan amanat Presiden Sukarno. Dalam amanatnya Presiden
Soekarno memutuskan untuk mengambil tindakan tegas membubarkan semua
organisasi kepanduan untuk dilebur dalam satu organisasi baru yang bernama
“Gerakan Praja Muda Karana” (Gerakan Pramuka). Berdasarkan Keppres Nomor
238 tahun 1961, Gerakan Pramuka ini sebagai satu-satunya organisasi kepanduan
yang diperkenankan menyelenggarakan pendidikan kepanduan di Indonesia.
Gerakan Pramuka sebenarnya barulah singkatan dari bahasa Sansekerta,
karena nama selengkapnya adalah Gerakan Pendidikan Kepanduan Pradja Muda
Karana. Dalam rangkaian kata tersebut memiliki arti masing-masing, yaitu :
a. Gerakan
Gerakan Pramuka adalah suatu gerakan yang didirikan atas Keputusan
Presiden Republik Indonesia dengan Seokarno sendiri sebagai Ketua dari Majelis
Pimpinan Nasionalnya. Gerakan Pramuka merupkan gerakan yang
14
Kwartir Nasional Gerkan Pramuka, Kursus Orientasi Gerakan Pramuka,
(Jakarta : Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, 1983), hlm 31.
31
diorganisasikan, artinya suatu gerakan yang terpimpin, teratur dan mempunyai
tata tertib. Ia mempunyai tujuan dan tanggungjawab yang pasti, dengan cara-cara
bergerak, lapangan bergerak, serta penggerak-penggerak maupun objek yang
digerakkan tertentu. Gerakan mempunyai makna bahwa semua usahanya wajib
digerakkan oleh segenap anggotanya. Anggota-anggotanya wajib bergerak secara
terus menerus, baik sebagai anggota yang digerakkan maupun sebagai anggota
yang menggerakkan, baik dengan instruksi dari pimpinan maupun atas prakarsa
dan daya cipta sendiri serta swadaya, sesuai dengan salah satu landasan Mansuai
Pancasila atau Manusia Sosialis Indonesia dalam batas-batas perarturan yang ada
dan berlaku.
b. Pendidikan
Gerakan Pramuka adalah suatu gerakan pendidikan. Seluruh wadah dan
isinya maupun segenap usaha serta hasilnya wajib diukur dengan norma-norma
pendidikan dan hanya dipergunakan untuk tujuan pendidikan. Sebagai suatu
gerakan pendidikan yang berdiri di samping lembaga-lembaga pendidikan
lainnya, Gerakan Pramuka membatasi lapangan karya pendidikannya dalam batas-
batas lingkungan putera-putera dan puteri-puteri Indonesia yang berusia antara 7-
21 tahun dan bekerjasama dengan lembaga-lembaga pendidikan di lingkungan
keluarga, sekolah maupun lainnya.
Semua pelajaran dan latihan yang diberikan di dalam Gerakan Pramuka
dimaksudkan pertama-tama dan terutama untuk mencapai nilai-nilai pendidikan
dan kadar-kadarnya yang terkandung didalamnya. Adapun tujuan pendidikan dari
Gerakan Pramuka sebagaimana yang tertera dalam Anggaran Dasar ialah
membina anak-anak dan pemuda supaya :
32
1. Menjadi manusia yang berkepribadian dan berwatak luhur, yang cerdas,
cakap, tangkas, terampil, rajin dan sehat jasmani serta rohani.
2. Menjadi warga negara yang ber-Pancasila, setia dan patuh kepada Negara
Kesatuan Republik Indonesia, dan yang berpikir dan bertindak atas dasar
landasan Manusia Sosialis Indonesia sehingga anak-anak dan pemuda dapat
menjadi anggota masyarakat yang baik dan berguna, yang sanggup dan
mampu menyelenggarakan Amanat Penderitaan Rakyat.
Jelas dan tegaslah bahwa tujuan pendidikan Gerakan Pramuka adalah untuk
bangsa dan masyarakat sebagai suatu keseluruhan dan untuk Negara Kesatuan
Republik Indonesia sebagai aparatur utamanya dan bukannya untuk salah satu
golongan ataupun untuk aparatur dan salah satu golongan yang ada dalam bagian
bangsa dan masyarakat.
c. Kepanduan
Kepanduan memiliki arti dan makna yang tertentu dalam dunia kepanduan
Nasional Indonesia yang senantiasa ikut memberikan dharmabaktinya dalam
pembinaan bangsa dan penegakan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan
dalam dunia pendidikan di Indonesia pada umumnya. Arti dan makna kepanduan
sebagai metodik pendidikan adalah cara mendidik anak-anak dan pemuda dalam
lingkungannya sendiri disamping pendidikannya dalam lingkungan keluarga dan
sekolah, yang dipakai Gerakan Pramuka adalah arti dan makna yang merupakan
kristalisasi daripada pengertian kepanduan yang ada dan sudah berakar dalam
dunia kepanduan nasional.
Pengertian yang telah disimpulkan dan dirumuskan oleh Seminar
Kepanduan Nasional Indonesia dan sudah diterapkan dalam Anggaran Dasar
33
Gerakan Pramuka ialah bahwa kepanduan adalah badan pendidikan yang beisikan
: (a) Kesukarelaan, (b) Janji dan ketentuan moral, (c) Sistem kerukunan, (d)
Sistem tanda kecakapan, (e) Permainan yang mengandung pendidikan, (f)
Penyesuaian dengan perkembangan rohani dan jasmani anak-anak maupun
pemuda, (g) Keprasahajaan hidup, dan (h) Swadaya.
Kepanduan sebagai metodik pendidikan adalah alat untuk mencapai tujuan.
Metodik atau cara mengajar harus dikuasai supaya dapat dilaksanakan dengan
tepat dan mendapat hasil yang bermanfaat. Dalam pendidikan kepanduan terdapat
pula unsur-unsur yang bersifat rohani sehingga kecakapan melaksanakan metodik
saja tidak cukup untuk mendidik, harus ada jiwa yang menghayatinya. Sebagai
Pramuka, jiwa dan semangat yang tepat untuk mengahayati pelaksanaan metodik
pendidikan kepanduan dalam Gerakan Pramuka adalah jiwa pandu ibuku, jiwa
yang diperuntukkan bagi Ibu Pertiwi, jiwa pandu bagi Ibu Indonesia yang
berdasar atas lirik lagu Indonesia Raya karangan W.R Supratman.15
d. Praja
Kata praja berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti rakyat atau warga
negara.
e. Muda
Kata muda berasal dari bahasa Sansekerta yang artinya berjiwa muda atau
masih muda apabila dilihat dari segi usia.
f. Karana
Kata karana berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti pembuatan,
penghasilan, pertunjukan, perbuatam, aksi, tindakan, upacara perusahaan, alat
15
Majalah Pemimpin Pramuka, No.1 tahun 1962, Koleksi Perpustakaan
Nasional Republik Indonesia.
34
pengertian, badan pesawat. Dalam nama Gerakan Pendidikan Praja Muda Karana,
mkaa arti karana harus diartikan sebagai kesanggupan dan kemampuan berkarya
untuk dapat ikut serta membangun masyarakat adil dan makmur.16
Jika lahirnya Gerakan Pramuka di runtut maka akan terlihat bahwa proses
ini melibatkan serangkaian peristiwa yang saling berkaitan, yaitu :
a. Pidato Presiden atau Mandataris MPRS dihadapan para tokoh dan pimpinan
yang mewakili organisasi kepanduan yang terdapat di Indonesia pada
tanggal 9 Maret di Istana Negara. Peristiwa ini dinamakan “Hari Tunas
Gerakan Pramuka”.
b. Diterbitkannya Keputusan Presiden Nomor 238 tahun 1961, tanggal 20 Mei
1961 tentang Gerakan Pramuka yang menetapkan Gerakan Pramuka sebagai
satu-satunya organisasi kepanduan yang ditugaskan menyelenggarakan
pendidikan kepanduan bagi anak dan pemuda Indonesia, serta mengesahkan
Anggaran Dasar Gerakan Pramuka yang dijadikan pedoman, petunjuk dan
pegangan bagi para pengelola Gerakan Pramuka dalam menjlankan
tugasnya. Tanggal 20 Mei adalah Hari Kebangkitan Nasional, namun bagi
Gerakan Pramuka memiliki arti khusus dan merupakan tonggak sejarah
untuk pendidikan di lingkungan ketiga. Peristiwa ini disebut “Hari
Permulaan Tahun Kerja”.
c. Pada tanggal 30 Juli 1961 para wakil organisasi kepanduan berkumpul di
Istana Olahraga Senayan Jakarta, dengan membawa bendera organisasinya
masing-masing. Mereka dengan sukarela meleburkan diri ke dalam satu
organisasi kepanduan yang bernama Gerakan Pramuka. Mereka akan patuh
16
Ibid, hlm. 19
35
dan setia mengabdikan diri bagi kepentingan anak-anak dan pemuda
Indonesia melalui Gerakan Pramuka. Peristiwa ini dinamakan “Hari Ikrar
Gerakan Pramuka”.
d. Pelantikan Mapinas, Kwarnas dan Kwarni di Istana Negara, diikuti defile
Pramuka untuk diperkenalkan kepada masyarakat didahului dengan
penganugerahan Panji-Panji Gerakan Pramuka sebagai lambang perjuangan
untuk dijunjung tinggi dan dipertahankan kemuliaannnya dalam segala
lapangan. Semua ini terjadi pada tanggal 14 Agustus 1961 yang disebut
dengan “Hari Pramuka”.